MATERI PEMBELAJARAN MIKRO
PGSD
MOTIVASI DALAM
PEMBELAJARAN
•
PERAN GURU DALAM
Pada intinya motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
- Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
- Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya
agar memecahkan perhatiannya.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1.
Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu
seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus
yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin
besar pula motivasi dalam belajar.
2.
Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu
semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu,
siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar
siswa yang berprestasi.
3.
Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil
prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4.
Pujian
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat
kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini
diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau
merubah diri dan berusaha memacu motivasi
belajarnya.
Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk
belajar strateginya adalah dengan memberikan
perhatian maksimal ke peserta didik.
6. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
7. Membantu kesulitan belajar anak didik secara
individual maupun kelompok
8. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Memberikan aktivitas dengan tingkat kesulitan tingkat
menengah sehingga tidak akan membosankan siswa karena
terlalu mudah atau membuat siswa putus asa karena terlalu
sulit
11. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat memilih
aktivitas dan terlibat dalam pembuatan peraturan dan
prosedur di kelas sehingga siswa merasa memiliki control
12. Melibatkan siswa dalam aktivitas permainan, dan simulasi,
namun kegiatan ini harus relevan dengan materi pelajaran
dan tidak mengganggu
•
Usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
KARAKTERISTIK BELAJAR
• Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran. Dengan kata lain jika sang individu menemukan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik cara belajar dirinya maka akan cepat ia menjadi “pintar” sehingga kursus-kursus atau pun les private secara intensif mungkin
tidak diperlukan lagi.
Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik cara belajar seperti disebutkan diatas, menurut DePorter & Hernacki (2001), adalah
sebagai berikut :
1. Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Visual. Individu
yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik tandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
• Rapi dan teratur
• dengan cepat mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik, teliti dan rinci
• mementingkan penampilan
• lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual
• memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik
•
sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia
minta instruksi secara tertulis)
•
merupakan pembaca yang cepat dan tekun lebih suka membaca
daripada dibacakan
•
dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu
bersikap waspada
•
membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan
berbagai hal lain yang berkaitan
•
jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan
tanpa arti
•
selama berbicara lupa menyampaikan pesan verbal kepada
orang lain
•
sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “ya” atau
“tidak’
•
lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada
berpidato/berceramah
•
lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar), daripada
musik
Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Auditorial
Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
• Sering berbicara sendiri
• ketika sedang bekerja mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik
• lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca
• jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras dapat mengulangi atau menirukan nada, irama, dan warna suara
• mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita
• berbicara dalam irama yang terpola dengan baik • Berbicara dengan sangat fasih
• lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya
• belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat
• senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar
• mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi
• lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya
Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara
Belajar Kinestetik
Individu yang memiliki kemampuan belajar
kinestetik
yang baik
ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
• Berbicara dengan perlahan
• menanggapi perhatian fisik
• menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian
• berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain,
•
banyak gerak fisik
• memiliki perkembangan otot yang baik
• belajar melalui praktek langsung atau manipulasi
• menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat
langsung
• menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca
• ketika sedang baca banyak menggunakan bahasa tubuh (non
verbal)
• tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama
• sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat
tersebut
• menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
• pada umumnya tulisannya jelek
• menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara
fisik)
• ingin melakukan segala sesuatu
•
Dengan mempertimbangkan dan melihat cara belajar apa
yang paling menonjol dari diri seseorang maka orangtua
atau individu yang bersangkutan (yang sudah memiliki
pemahaman yang cukup tentang karakter cara belajar
dirinya) diharapkan dapat bertindak secara arif dan
bijaksana dalam memilih metode belajar yang sesuai.
•
Bagi para remaja yang mengalami kesulitan belajar,
cobalah untuk mulai merenungkan dan mengingat-ingat
kembali apa karakteristik belajar anda yang paling efektif.
Setelah itu cobalah untuk membuat rencana atau
persiapan yang merupakan kiat belajar Anda sehingga
dapat mendukung agar kemampuan tersebut dapat terus
dikembangkan. Salah satu cara yang bisa digunakan
adalah dengan memanfaat berbagai media
KARAKTERISTIK BELAJAR
KITA DALAM PROSES BELAJAR
•
10% dari apa yang kita baca
•
20% dari apa yang kita dengar
•
30% dari apa yang kita lihat
•
50% dari apa yang kita lihat dan dengar
•
70% dari apa yang kita katakan
•
90% dari apa yang kita katakan dan
lakukan
Vernon A. Magnessen
•
Mempertimbangkan hal tersebut di atas
TUGAS GURU DALAM
PEMBELAJARAN
•
Dalam menjalankan tugasnya, seorang
Tugas guru harus terwujud dalam pelaksanaan PBM agar
pelaksanaannya optimal, meliputi kegiatan: (1) membuat persiapan
mengajar; (2) melaksanakan KBM; dan (3) melakukan evaluasi hasil
belajar dan me-manfaatkan umpan balik.
1. Persiapan Mengajar
Pada tahap ini guru harus benar-benar mengkonsentrasikan diri untuk
mempersiapkan materi (bahan ajar), strategi pembelajaran, serta cara dan bentuk evaluasi yang akan dilakukan. Beberapa langkah yang
harus dilaku-kan guru dalam persiapan, yaitu:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran, dalam pelaksanaan KTSP
diwujudkan dalam bentuk indikator. Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini
ditujukan agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tan-pa meninggalkan isi kurikulum.
b. Merumuskan alat evaluasi/asesmen, baik bentuk, cara, waktu, dan model evaluasi yang akan dilakukan. Evaluasi ini bisa berupa formatif (evaluasi untuk memperbaiki pembelajaran) maupun sumatif (evaluasi untuk me-lihat keberhasilan belajar siswa).
c. Memilih materi pelajaran yang esensial untuk dikuasai dan dikembang-kan dalam strategi pembelajaran. Materi pelajaran yang dipilih
terutama berkaitan dengan prinsip, yang berisi sejumlah konsep dan konten yang menjadi alat untuk mendidik dan mengembangkan
kemampuan siswa. Di samping itu guru juga harus mampu menentukan karakteristik materi (ba-han ajar) tersebut.
d. Berdasarkan karakterisktik materi (bahan ajar) maka guru memilih
2. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
3. Melaksanakan Evaluasi Hasil Belajar dan Memanfaatkan Umpan Balik
Alat evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan/indikator telah dirancang pada saat persiapan. Alat evaluasi ini sebelum digunakan perlu divalidasi sehingga alat evaluasi tersebut benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Setelah divalidasi alat evaluasi ini perlu diujicobakan kepada siswa yang telah mengikuti pembelajaran materi yang bersangkutan. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui reliabilitas (keajegan atau konsistensi) daya pembeda (kemampuan membedakan siswa yang memahami dan tidak memahami) dan tingkat kesukaran alat evaluasi tersebut. Pada sebuah perangkat evaluasi (pokok uji) tingkat kesukarannya harus proporsional, artinya komposisi antara pokok uji yang sukar, sedang, dan mudah tidak menumpuk pada salah satu. Biasanya komposisi yang baik pada sebuah perangkat pokok uji adalah sukar 25 %, senang 50 %, dan mudah 25%. Evaluasi yang dilakukan bisa berupa evaluasi proses pembelajaran atau pun hasil belajar. Evaluasi peoses belajar dapat dilakukan melalui portofolio yang menggambarkan upaya siswa dalam memahami materi pelajaran atau pun proses latihan menguasai suatu keterampilan. Di samping itu, evaluasi juga dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan, dapat dilakukan sebelum, pada saat, dan setelah proses pembelajaran.
TUGAS GURU
• Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
PERAN SEORANG GURU
A. Dalam Proses Belajar Mengajar
Sebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru
sangar signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Yang akan
dikemukakan disini adalah peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai:
1. Demonstrator
2. Manajer/pengelola kelas 3. Mediator/fasilitator
4. Evaluator
B. Dalam Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai:
1. Pengambil insiatif, pengarah dan penilai kegiatan pendidikan 2. Wakil masyarakat
3. Ahli dalam bidang mata pelajaran 4. Penegak disiplin
C. Sebagai Pribadi
Sebagai dirinya sendiri guru harus berperan sebagai:
1. Petugas sosial
2. Pelajar dan ilmuwan
3. Orang tua
4. Teladan
5. Pengaman
D. Secara Psikologis
Peran guru secara psikologis adalah:
1. Ahli psikologi pendidikan
2. Relationship
3. Catalytic/pembaharu
KOMPETENSI DAN
PROFESIONALISME GURU
A.Pengertian
B.SyaratProfesi
Mengingat tugas guru yang demikian kompleksnya, maka
profesi ini memerlukan persyaratan khusus sebagai berikut:
1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep
dan teori ilmu‚ pengetahuan yang mendalam
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu
sesuai dengan bidang profesinya.
3. Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari
pekerjaan yang dilaksanakannya
5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika
kehidupannya.
C. Jenis-jenis Kompetensi
1. Kompentensi Pribadi
a. Mengembangkan Kepribadian
1) Bertqwa kepada Allah SWT
2) Berperan akkif dalam masyarakat
3) Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru
b. Berinteraksi dan Berkomunikasi
1) Berinteraksi dengan rekan sejawat demi pengembangan
kemampuan profesional
2) Berinteraksi dengan masyarakat sebagai pengemban misi
pendidikan
c. Melaksanakan Bimbingan dan Penyuluhan
1) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar
2) Membimbing murid yang berkelainan dan berbakat khusus
d. Melaksanakan Administrasi Sekolah
1) Mengenal administrasi kegiatan sekolah
2) Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah
e. Melaksanakan penelitian Sederhana Untuk Keperluan
Pengajaran
KEMAMPUAN DASAR
PEMBELAJARAN
10 KEMAMPUAN DASAR BAGI GURU YANG PROFESIONAL
•
Wacana tentang profesionalitas guru telah banyak
dibahas dalam seminar-seminar ataupun di belakang
meja
para
birokrat.
Hal
ini
diamini
dengan
dikeluarkannya Undang-Undang tentang Guru dan dosen
yang membuat mata para guru berkaca-kaca (terharu –
red).
•
Bagaimana tidak, Pemerintah menjanjikan tunjangan dua
kali lipat dari gaji pokok bila terkualifikasi dan
tersertifikasi. Yang artinya guru harus memperhatikan
profesinya lebih profesional.
•
MENGUASAI BAHAN
: Menguasai bahan kurikulum dan
metodologi pengajaran 4 bidang studi di SD ;Bahasa Indonesia,
Matematika, IPA, IPS (
minimal, kalau lebih… ya lebih bagus –
red
)
•
MENGELOLA PROGRAM BELAJAR MENGAJAR
: Merumuskan
tujuan instruksional, Mengenal dan dapat menggunakan
metode
mengajar,
Memilih
dan
menyusun
prosedur
instruksional yang tepat, Melaksanakan program belajar
mengajar, Mengenal kemampuan (
entering behaviour
) anak
didik, Merencanakan dan melaksanakan program remedial
(
yang ini mah, pasti sering dilakukan – red
)
•
MENGELOLA KELAS
: Mengatur tata ruang kelas untuk
pengajaran, Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi
(
jangan lupa ABK low vision ditempatkan di depan – red
)
•
MENGGUNAKAN MEDIA/SUMBER
: Mengenal, memilih dan
menggunakan media, membuat alat-alat Bantu pelajaran
sederhana, Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam
rangka proses belajar mengajar, Mengembangkan laboratorium
(
di SD….laboratorium
..???), Menggunakan perpustakaan dalam
proses
belajar
mengajar
(pasti..-
red),
Menggunakan
microteaching unit dalam program pengalaman lapangan
•
MENGELOLA INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR
•
MENILAI PRESTASI SISWA UNTUK KEPENDIDIKAN
PENGAJARAN
•
MENGENAL FUNGSI DAN PROGRAM PELAYANAN
BIMBINGAN DAN PENYULUHAN
: Mengenal fungsi dari
program
layanan
dan
penyuluhan
di
sekolah,
Menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah
•
MENGENAL DAN MENYELENGGARAKAN ADMINISTRASI
SEKOLAH
: Mengenal
penyelenggaraan
administrasi
sekolah, Menyelenggarakan administrasi sekolah
•
MEMAHAMI
DAN
MENAFSIRKAN
HASIL-HASIL
PENELITIAN
PENDIDIKAN
GUNA
KEPERLUAN
PENGAJARAN
•
Well, ternyata ini kemampuan dasar yang harus dimiliki
seorang guru yang profesional. Sudahkah anda..??
TUGAS GURU DALAM PROSES
PEMBELAJARAN
• Tugas guru dalam profesinya bahwa guru sebagai pendidik dan sebagai pengajar. Akan tetapi dari kedua peran tersebut sehingga dapat terjadi karena pembelajaran yang dengan tujuan bahwa guru dapat menciptakan suasana yang dan situasi yang dapat diterima dalam belajar. Guru memainkan multi peran dalam proses pembelajaran yang menyelenggarakan dengan tugas yang amat bervariasi. Jika seorang guru telah berpegang dengan ketentuan dan amat bervariasi sehingga di dapatkan guru dapat mewujudkan suasana yang belajar dan mengajar.
(1). Guru sebagai konservator (pemelihara) (2). Guru sebagai tramitor (penerus)
(3). Guru sebagai transformator (penerjemah) (4). Guru sebagai perencana (planner)
(5). Guru sebagai manajer proses pembelajaran (6). Guru Sebagai Pemandu (direktur).
(7). Guru sebagai organisator (penyelenggara) (8). Guru sebagai komunikator
• Pemahaman atas tugas dan peran guru dalam penyelenggaraan system
pembelajaran seyogianya menjadi kerangka dalam berfikir dalam bahasa tentang penerapan Kode Etik Guru sebagaimana mestinya.Kode Etik Guru Indonesia dalam pelaksanaan tugasnya sesuai dengan AD/ART PGRI 1994.
a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia yang berjiwa pancasila
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional
c. Guru dalam berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan bimbingan dan pembinaan
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya untuk menunjang berhasilnya pembelajaran
e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan tanggung jawab terhadap
pendidikan.
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan profesinya
g. Guru memelihara hubungan sejawat keprofesian, semangat, kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial.
h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi sebagai sarana perjuangan.
i. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
•
Akadum (1999:67) mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja yang
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Sulistiyani dan Rosidah menyatakan
kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha,
dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya (Akadum,
1999:67).
• Kinerja (performance) merupakan aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas pokok yang dibebankan kepadanya. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut merupakan pengekspresian seluruh potensi dan kemampuan yang dimiliki seseorang serta menuntut adanya kepemilikan yang penuh dan menyeluruh.
• Dengan demikian, munculnya kinerja seseorang merupakan akibat dari adanya suatu pekerjaan atau tugas yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan profesi dan job deskcription individu yang bersangkutan. Sebutan guru dapat menunjukkan suatu profesi atau jabatan fungsional dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, atau seseorang yang menduduki dan melaksanakan tugas dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia Pasal 39 ayat 3 dinyatakan bahwa pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan dasar dan menegah disebut guru.
•
Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, maka
seorang guru harus mempunyai sejumlah kompetensi atau
menguasai sejumlah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
terkait dengan bidang tugasnya.
•
Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dapat mencakup
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi professional.
Kompetensi pedagogik
adalah
berkaitan dengan kemampuan mengelola pembelajaran
,
sedang
kompetensi kepribadian
adalah kemampuan pribadi yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta
didik.
Kompetensi sosial
berkaitan dengan kemampuan hubungan
antar pribadi dan dalam kehidupan bermasyarakat
.
•
Sedangkan,
kompetensi professional
adalah kemampuan dalam
penguasaan materi pembelajaran dan bidang keahliannya
. Guru
yang mempunyai kompetensi profesional akan terlihat dalam
pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya di sekolah/ madrasah
tempat ia bekerja.
• Dalam konteks proses pembelajaran di kelas, guru yang mempunyai kemampuan professional berarti yang bersangkutan dapat melaksanakan proses pembelajaran secara efektif. Menurut Davis dan Thomas, bahwa guru yang efektif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pertama, mempunyai pengetahuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas yang mencakup (1) memiliki keterampilan interpersonal khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan terhadap peserta didik, dan ketulusan, (2) menjalin hubungan yang baik dengan peserta didik, (3) mampu menerima, mengakui dan memperhatikan peserta didik secara ikhlas, (4) menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar, (5) mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerjasama dan kohesivitas dalam dan antar kelompok peserta didik, (6) mampu melibatkan peserta didik dalam mengorganisir dan merencanakan kegiatan pembelajaran, (7) mampu mendengarkan peserta didik dan menghargai haknya untuk berbicara dalam setiap diskusi, (8) mampu meminimalkan friksi-friksi di kelas.
2. Kedua, kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang mencakup (1) mempunyai kemampuan untuk menghadapi dan menanggapi peserta didik yang tidak mempunyai perhatian, suka menyela, mengalihkan perhatian, dan mampu
memberikan transisi substansi bahan
•
Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk
melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya
dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran
dan
evaluasi
hasil
pembelajaran. Kinerja guru yang dicapai harus
berdasarkan standar kemampuan profesional selama
melaksanakan kewajiban sebagai guru di sekolah.
•
Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan
kegiatan
belajar
mengajar,
terdapat
Tugas
Keprofesionalan
Guru
menurut
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a)
Tentang Guru dan Dosen yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran
yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran.
•
Unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian
kinerja guru menurut Siswanto dalam Lamatenggo (2001:34)
adalah sebagai berikut :
1) Kesetiaan. Kesetiaan adalah tekad dan kesanggupan untuk
menaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati
dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab.
2) Prestasi Kerja. Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh
seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan
yang diberikan kepadanya.
4) Ketaatan. Ketaatan adalah kesanggupan seseorang untuk menaati segala ketetapan, peraturan yang berlaku dan menaati perintah yang diberikan atasan yang berwenang.
5) Kejujuran. Kejujuran adalah ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya.
6) Kerja Sama. Kerja sama adalah kemampuan tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Kriteria adanya kerjasama dalam organisasi adalah:
a. Kesadaran karyawan bekerja dengan sejawat, atasan maupun bawahan. b. Adanya kemauan untuk membantu dalam melaksanakan tugas. c. Adanya kemauan untuk memberi dan menerima kritik dan saran. d. Tindakan seseorang bila mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas.
7) Prakarsa. Prakarsa adalah kemampuan seseorang tenaga kerja untuk mengambil keputusan langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari atasan..
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA GURU
• Kinerja Guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan
komponen sekolah baik kepala sekolah, fasilitas kerja, guru, karyawan, maupun anak didik. Menurut Pidarta bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu : 1). Kepemimpinan kepala sekolah,2). Fasilitas kerja, 3). Harapan-harapan, dan 4.) Kepercayaan personalia sekolah. Dengan demikian nampaklah bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan fasilitas kerja akan ikut menentukan baik buruknya kinerja guru (Lamatenggo, 2001:35)
• Selain itu, tingkat kualitas kinerja guru di sekolah memang banyak faktor
yang turut mempengaruhi, baik faktor internal guru yang bersangkutan maupun faktor yang berasal dari guru seperti fasilitas sekolah, peraturan dan kebijakan yang berlaku, kualitas manajerial dan kepemimpinan kepala sekolah, dan kondisi lingkungan lainnya. Tingkat kualitas kinerja guru ini selanjutnya akan turut menentukan kualitas lulusan yang dihasilkan serta pencapaian lulusan yang dihasilkan serta pencapaian keberhasilan sekolah secara keseluruhan (Lamatenggo, 2001:98) .
• Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Profesionalisme Guru dalam
pendidikan nasional kita memang tidak secerah di negara-negara maju. Baik institusi maupun isinya masih memerlukan perhatian ekstra pemerintah maupun masyarakat. Dalam pendidikan formal, selain ada kemajemukan peserta, institusi yang cukup mapan, dan kepercayaan masyarakat yang kuat, juga merupakan tempat bertemunya bibit-bibit unggul yang sedang tumbuh dan perlu penyemaian yang baik. Pekerjaan penyemaian yang baik itu adalah pekerjaan seorang guru. Jadi guru memiliki peran utama dalam sistem pendidikan nasional khususnya dan
•
Guru
sangat
mungkin
dalam
menjalankan
profesinya
bertentangan dengan hati nuraninya, karena ia paham
bagaimana harus menjalankan profesinya namun karena tidak
sesuai dengan kehendak pemberi petunjuk atau komando maka
cara-cara para guru tidak dapat diwujudkan dalam tindakan
nyata. Guru selalu diinterpensi. Tidak adanya kemandirian atau
otonomi itulah yang mematikan profesi guru dari sebagai
pendidik menjadi pemberi instruksi atau penatar. Bahkan
sebagai penatarpun guru tidak memiliki otonomi sama sekali.
•
Selain itu, ruang gerak guru selalu dikontrol melalui keharusan
membuat satuan pelajaran (SP). Padahal, seorang guru yang
telah memiliki pengalaman mengajar di atas lima tahun
sebetulnya telah menemukan pola belajarnya sendiri. Dengan
dituntutnya guru setiap kali mengajar membuat SP maka waktu
dan energi guru banyak terbuang. Waktu dan energi yang
terbuang ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan
dirinya.
• Selain faktor di atas faktor lain yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru disebabkan oleh antara lain; (1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada; (2) belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara maju; (3) kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesi keguruan; (4) kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.
KEMAMPUAN DASAR
PEMBELAJARAN
10 KEMAMPUAN DASAR BAGI GURU YANG PROFESIONAL
•
Wacana tentang profesionalitas guru telah banyak
dibahas dalam seminar-seminar ataupun di belakang
meja para birokrat. Hal ini diamini dengan
dikeluarkannya Undang-Undang tentang Guru dan
dosen yang membuat mata para guru berkaca-kaca
(terharu – red).
•
Bagaimana tidak, Pemerintah menjanjikan tunjangan
dua kali lipat dari gaji pokok bila terkualifikasi dan
tersertifikasi. Yang artinya guru harus memperhatikan
profesinya lebih profesional.
Kemampuan Dasar Mengajar dirinci sebagai berikut:
1 : Keterampilan Bertanya
2 : Teknik Bertanya
3 : Keterampilan Memberi Penguatan
4 : Keterampilan Mengadakan Variasi
5 : Keterampilan Menjelaskan
6 : Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
7 : Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok
Kecil
8 : Keterampilan Mengelola Kelas
9 : Interaksi Edukatif
10: Penataan Kelas
11: Permasalahan Kelas
Hakikat Keterampilan Bertanya
• Pada hakikatnya melalui bertanya kita akan mengetahui dan
mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin kita ketahui.
Dikaitkan dengan proses pembelajaran maka kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa, atara siswa ini menunjukan adanya interaksi dikelas yang di dinamis dan multi arah.
• Kegiatan bertanya akan lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Tujuan guru mengajukan pertanyaan (1) mengembangkan pendekatan CBSA (2) menimbulkan rasa keingintahuan (3) merangsang fungsi berpikir (4) mengembangkan keterampilan berpikir (5)
memfokuskan perhatian siswa (6) menstruktur tugas yang akan diberikan (7) mendiagnosis kesulitan belajar siswa (8)
menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya (9) merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian terhadap gagasan dan terapan siswa sebagai subjek didik.
Bertanya Dasar dan Bertanya Lanjut
Pada hakikatnya melalui bertanya kita akan mengetahui dan
mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin kita ketahui. Dikaitkan dengan proses pembelajaran maka kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa, atara siswa ini menunjukan adanya ineraksi dikelas yang di dinamis dan multi arah.
Kegiatan bertanya akan lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan
cukup berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Tujuan guru mengajukan pertanyaan (1) mengembangkan pendekatan CBSA (2) menimbulkan rasa keingintahuan (3) merangsang fungsi berpikir (4) mengembangkan keterampilan berpikir (5) memfokuskan perhatian siswa (6) menstruktur tugas yang akan diberikan (7) mendiagnosis kesulitan belajar siswa (8) menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya (9) merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian terhadap gagasan dan terapan siswa sebagai subjek didik.
Keterampilan bertanya ini mutlak harus dikuasai oleh guru baik itu
guru pemula maupun yang sudah profesional karena dengan mengajukan pertanyaan baik guru maupun siswa akan mendapatkan umpan balik dari materi serta juga dapat menggugah perhatian siswa
TEKNIK BERTANYA
Hakikat Teknik Bertanya
•
Yang dimaksud dengan teknik bertanya adalah sejumlah
cara yang dapat digunakan oleh kita sebagai guru untuk
mengajukan pertanyaan kepada peserta didiknya dengan
memperhatikan karakteristik dan latar belakang peserta
didik.
•
Dengan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
yang
menantang, peserta didik akan terangsang untuk
berimajinasi sehingga dapat mengembangkan
gagasan-gagasan barunya.
Pertanyaan
Ada 4 jenis pertanyaan yang dapat kita gunakan dalam
melaksanakan tugas pembelajaran
(1)Pertanyaan permintaan
(2)Pertanyaan mengarahkan atau menuntun dan
(3)Pertanyaan yang bersifat menggali serta
(4)Pertanyaan retoris.
Selain itu ada juga pertanyaan inventori yang terdiri dari 3
jenis yaitu (1) pertanyaan yang mengungkap perasaan
dan pikiran (2) pertanyaan yang menggiring siswa
untuk mengidentifikasi pola-pola perasaan pikiran dan
perbuatan dan (3) pertanyaan yang menggiring peserta
didik
untuk
mengidentifikasi
akibat-akibat
dari
perasaan,
pikiran
dan
perbuatan.
Pertanyaan-pertanyaan berguna untuk memacu gagasan peserta
didik misalnya dalam hal memancing gagasan/ide
KETERAMPILAN MEMBERI
PENGUATAN
Hakikat dan Manfaat Penguatan
Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu.
Teknik pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran dapat
dilakukan secara verbal dan non verbal. Penguatan verbal
merupakan penghargaan yang dinyatakan dengan lisan, sedangkan
penguatan non verbal dinyatakan dengan mimik, gerakan tubuh,
pemberian
sesuatu, dan lain-lainnya. Dalam rangka
pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan
negatif. Penguatan positif bertujuan untuk mempertahankan dan
memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif
merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau
menghapus rangsangan yang tidak meny enangkan.
Manfaat penguatan bagi siswa untuk meningkatnya perhatian
dalam belajar, membangkitkan dan memelihara perilaku,
Komponen dan Prinsip-prinsip Keterampilan Memberi Penguatan
Teknik pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari penguatan verbal dan penguatan nonverbal. Penguatan verbal adalah pemberian penguatan yang berupa pujian yang dinyatakan dengan ucapan kata atau kalimat, sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan bahasa tubuh (body language). Penggunaan kedua bentuk penguatan itu dimaksudkan untuk mendorong siswa agar mau belajar
lebih giat lagi dan lebih bermakna.
Penggunaan penguatan dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan iklim kelas yang kondusif sehingga siswa dapat belajar secara optimal. Penguatan dengan maksud seperti itu terdiri dari penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif berupa pemberian ganjaran untuk merspons perilaku siswa yang sesuai dengan harapan guru sehingga ia tetap merasa senang mengikuti pelajaran di kelas. Penguatan negatif berupa penghentian keadaan yang kurang menyenangkan sehingga siswa merasa terbebas dari keadaan
seperti itu.
KETERAMPILAN MENGADAKAN
VARIASI
Hakikat dan Manfaat Variasi Dalam kegiatan
pembelajaran
Komponen dan Prinip-prinsip
Keterampilan Mengadakan Variasi
Keterampilan mengadakan variasi terdiri dari tiga kelompok
pokok, yaitu variasi gaya mengajar, variasi pengalihan
penggunaan indra, dan variasi pola interaksi. Variasi gaya
mengajar meliputi suara jeda, pemusatan, gerak dan kontak
pandang. Variasi pengalihan penggunaan indra dapat dilakukan
dengan pemanipulasian indra pendengar, penglihatan, pencium,
peraba dan perasa. Komponen variasi ini erat kaitannya dengan
variasi penggunaan media atau alat bantu pembelajaran. Variasi
pola interaksi mencakup pola hubungan guru dan siswa.
KETERAMPILAN
MENJELASKAN
Pengertian Menjelaskan
Pengertian menjelaskan dalam kaitannya dengan kegiatan
pembelajaran mengacu kepada perbuatan mengorganisasikan
materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana dan
sistematis sehingga dalam penyajiannya siswa dengan mudah
dapat memahaminya.
Pentingnya penguasaan keterampilan menjelaskan bagi guru
adalah dengan penguasaan ini memungkinkan guru dapat
meningkatkan efektivitas penggunaan waktu dan penyajian
penjelasannya, mengestimasi tingkat pemahaman siswa,
membantu siswa memperluas cakrawala pengetahuannya, serta
mengatasi kelangkaan buku sebagai sarana dan sumber belajar.
Kegiatan menjelaskan dalam kegiatan pembelajaran bertujuan
untuk membantu siswa memahami berbagai konsep, hukum,
prosedur, dan sebagainya secara objektif, membimbing siswa
memahami pertanyaan, meningkatkan keterlibatan siswa,
memberi siswa kesempatan untuk menghayati proses penalaran
Komponen-komponen dan
Prinsip-Prinsip Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan merencanakan penjelasan mencakup (a) isi
pesan yang dipilih dan disusun secara sistematis disertai
dengan contoh-contoh dan (b) hal-hal yang berkaitan
dengan siswa.
Keterampilan menyajikan penjelasan mencakup (a)
kejelasan, (b) penggunaan contoh dan ilustrasi yang
mengikuti pola induktif dan deduktif (c) pemberian tekanan
pada bagian-bagian yang penting, serta (d) balikan.
Penyajian penjelasan harus didasari prinsip-prinsip (a)
adanya relevansi antara penjelasan dengan tujuan
KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP
PELAJARAN
Hakikat serta Tujuan Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka pelajaran merupakan kegiatan dan pernyataan guru untuk mengaitkan pengalaman siswa dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan prakondisi agar mental dan perhatian siswa tertuju pada materi pelajaran yang akan dipelajari mereka. Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan pada awal pelajaran saja melainkan juga pada
awal setiap penggal kegiatan, misalnya, pada saat memulai kegiatan tanya jawab, mengenalkan konsep baru, memulai kegiatan diskusi, mengawali pengerjaan
tugas, dan lain-lainnya.
Kegiatan membuka pelajaran dimaksudkan untuk menyiapkan mental siswa agar ikut merasa terlibat memasuki persoalan yang akan dibahas dan memicu minat serta pemusatan perhatian siswa pada materi pelajaran yang akan dibicarakan dalam kegiatan pembelajaran.
Menutup pelajaran merupakan kegiatan dan pernyataan guru untuk
menyimpulkan atau mengakhiri kegiatan inti. Menutup pelajaran juga dapat dilakukan pada akhir setiap penggal kegiatan, misalnya mengakhiri kegiatan diskusi, tanya jawab, menindaklanjuti pekerjaan rumah yang telah dikerjakan siswa dan lain-lainnya.
Kegiatan menutup pelajaran dilakukan dengan maksud untuk memusatkan
perhatian siswa pada akhir penggal kegiatan atau pada akhir pelajaran, misalnya merangkum atau membuat garis besar materi yang baru saja dibahas,
Komponen dan Prinsip-prinsip Keterampilan
Membuka dan Menutup Pelajaran
•
Keterampilan membuka pelajaran bukanlah
kegiatan mengabsen siswa, atau meminta siswa
berdoa tetapi kegiatan menyiapkan mental
siswa untuk menerima pelajaran.
•
Komponen-komponen menutup pelajaran terdiri
dari (1) meninjau kembali, (2) mengadakan
evaluasi penguasaan siswa dan (3) memberikan
tindak lanjut.
•
Penerapan
keterampilan
membuka
dan
menutup pelajaran harus berdasarkan prinsip
KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK
KECIL
Hakikat dan Manfaat Diskusi Kelompok Kecil
•
Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu
format pembelajaran yang mempunyai ciri-ciri :
(1) melibatkan 3 - 9 orang siswa setiap
kelompoknya, (2) mempunyai tujuan yang
mengikat, (3) berlangsung dalam interaksi tatap
muka yang informal, dan (4) berlangsung
menurut proses yang sistematis.
•
Diskusi kelompok kecil bermanfaat bagi siswa
untuk (1) mengembangkan kemampuan berpikir
dan berkomunikasi (2) meningkatkan disiplin, (3)
meningkatkan
motivasi
belajar,
(4)
mengembangkan sikap saling membantu, dan (5)
Komponen dan Prinsip-prinsip Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil mencakup
(1)memusatkan perhatian siswa, (2)memperjelas pendapat siswa, (3)menganalisis pandangan siswa, (4)meningkatkan kontribusi siswa,
(5)mendistribusikan pandangan siswa, dan (6)menutup diskusi.
KETERAMPILAN
MENGELOLA KELAS
Hakikat Pengelolaan Kelas1. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan, mengulang atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, dengan hubungan-hubungan inter personal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempermudah organisasi kelas yang efektif.
2. Tujuan guru mengelola kelas adalah agar semua siswa yang ada di dalam kelas dapat belajar dengan optimal dan mengatur sarana pembelajaran serta mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan untuk mencapai tujuan belajar. 3. Secara garis besar terdapat 2 komponen utama dalam pengelolaan kelas yaitu:
a. Keterampilan yang berhubungan dengan tindakan preventif berupa penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar dan
b. Keterampilan yang berkembang dengan tindakan kuratif berupa pengembalian kondisi belajar yang optimal.
4. Ada 6 prinsip yang perlu di pelajari dan dikuasai oleh guru dalam mengelola kelas. Prinsip-prinsip ini tidak bisa digunakan satu persatu saja tetapi harus bervariasi artinya lebih dari satu prinsip. Hal-hal yang harus di perhatikanan guru dalam
• Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas
1.
Peranan guru dalam pengelolaan kelas adalah (a) memelihara
lingkungan fisik kelas (b) mengarahkan/membimbing proses
intelektual dan sosial siswa di dalam kelas dan (c) mampu
memimpin kegiatan pembelajaran yang efisien dan efektif.
- Sedangkan tugas-tugas guru dalam mengelola kelas adalah (a)
sebagai manajer (b) sebagai pendidik dan (c) sebagai pengajar.
2. Dalam mengelola kelas sering ditemui kendala-kendala yang
dapat menghambat terjadinya proses pembelajaran yang
efisiendan efektif. Kendala ini bisa datang dari guru, bisa juga dari
siswa dan bisa juga dari faktor lingkungan.
3. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif selain
menerapkan prinsip-prinsip pengelola juga kiat-kiat untuk
mengatasi kendala tersebut yaitu (a) guru tidak boleh campur
tangan yang berlebihan terhadap siswa (b) guru jangan sampai
kehilangan konsentrasi yang dapat menimbulkan kesenyapan
atau pembicaraan terhenti dengan tiba-tiba. (c) hindari ketidak
tepatan menandai dan mengakhiri suatu kegiatan artinya guru
harus tepat waktu (d) guru harus dapat mengelola waktu, baru hal
ini dapat menimbulkan penyimpangan yang berkaitan dengan
disiplin diri siswa dan (e) berilah penjelasan yang jelas,
sederhana, sistematis dan tidak bertele-tele atau
mengulang-ulang penjelasan karena dapat menimbulkan
INTERAKSI EDUKATIF
Hakikat Interaksi Edukatif
1. Interaksi dalam proses pembelajaran
merupakan kata kunci menuju keberhasilan
suatu proses pembelajaran.
2. Ada 2 (dua) bentuk komunikasi agar tercipta
interaksi antara guru dan siswa dalam proses
pembelajaran yaitu (1) komunikasi verbal dan
(2) komunikasi non verbal.
•
Pola Interaksi
1.Ada 3 bentuk utama pola interaksi yaitu terjadi
dalam proses pembelajaran yaitu (a) klasikal,
(b) kelompok dan (c) individu.
2.Pola interaksi yang diterapkan oleh guru di
kelas sangat menentukan/dapat meningkatkan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
Selain itu keaktifan siswa menurut Ausebel
ditentukan oleh kebermaknaan isi/materi serta
proses pembelajaran dan modus kegiatan
pembelajaran tersebut.
PENATAAN KELAS
•
Hakikat Penataan Kelas
1.Pengaturan dan penataan kelas mencakup:
(a)pengaturan siswa, (b) lingkungan fisik dan
(c)penggunaan ruangan, serta (d) pemanfaatan
sumber belajar yang berasal dari lingkungan
karena itus setiap guru dituntut untuk tampil
dan kreatif serta peka terhadap suasana
kelasnya
•
Ruang Kelas
1. Ruang kelas adalah kondisi fisik kelas yang akan digunakan oleh
guru bersama dengan siswanya dalam aktifitas pembelajaran.
2. Ciri-ciri produktif
a. memungkinkan terjadinya interaksi yang dinamis antara guru
dan siswa serta antara siswa sendiri.
b. tugas-tugas siswa dapat diselesaikan tepat pada waktunya
c. sportifitas, kreatifitas dan antusias siswa yang tinggi dapat
terjaga dengan baik.
d. memungkinkan terjadinya kerjasama yang solid antara siswa
maupun dengan gurunya.
e. kesadaran yang tinggi untuk berdisiplin
f. dapat meminimalisasi masalah atau hambatan dalam
pengelolaan kelas.
g. dapat mencapai hasil yang optimal.
PERMASALAHAN KELOMPOK: DISIPLIN, HUKUMAN DAN
MOTIVASI
• Disiplin
Ada permasalahan utama yang harus diperhatikan guru dalam sistem pembelajaran kelompok yaitu (1) disiplin (2) hukuman dan (3) motivasi. Penerapan disiplin di kelas/sekolah untuk membekali anak dengan batasan-batasan yang berlaku di lingkungan sosial di mana ia berada. Setiap guru harus menguasai benar masalah disiplin ini mulai dari bentuknya, taraf perkembangannya, komponen utamanya, jenis-jenis masalah displin di kelas serta pembinaan disipilin terhadap siswanya di kelas.
Hukuman dan Motivasi
1. Makna sesungguhnya dari hukuman adalah dihukum karena telah melakukan kesalahan. Pemberian hukum ini dapat dipandang sebagai menghentikan perilaku anak yang tidak baik dan pemberian hukuman ini menimbulkan dampak yang tidak baik antara guru dan siswa.
2. Agar pemberian hukum efektif maka harus dikaitkan dengan pemberian kegiatan baik penguatan positif maupun negatif.
3. Motivasi merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan siswa dalam belajar dan secara otomatis juga menunjang keberhasilan guru dalam mengelola proses pembelajaran, karena itu setiap guru perlu mengenal setiap siswanya dengan baik agar dapat dengan tepat memberikan perlakuan kepada setiap siswa.
KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN
PERORANGAN
• Hakikat Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan
- Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan bentuk mengajar klasikal biasa yang memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil yang belajar secara kelompok dan beberapa orang siswa yang bekerja atau belajar secara perorangan. Format mengajar ini ditandai oleh adanya hubungan interpersonal yang lebih akrab dan sehat antara guru dengan siswa, adanya kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan, minat, cara, dan kecepatannya, adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan siswa dalam merancang kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru untuk memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran.
• Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan terdiri dari: 1. keterampilan mengadakan pendekatan pribadi, yang ditampilkan dengan cara:
a. menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku siswa,
b. mendengarkan dengan penuh rasa simpati gagasan yang dikemukakan siswa, c. merespon secara positif pendapat siswa,
d. membangun hubungan berdasarkan rasa saling mempercayai, e. menunjukkan kesiapan untuk membantu,
f. menunjukkan kesediaan untuk menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian, serta
g. berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman, terbantu, dan mampu menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya.
2. keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran, yang ditampilkan dengan cara:
a. memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, dan cara mengerjakannya,
b. memvariasikan kegiatan untuk mencegah timbulnya kebosanan siswa dalam belajar,
c. membentuk kelompok yang tepat, d. mengkoordinasikan kegiatan,
3. keterampilan membimbing dan memberi
kemudahan belajar, yang ditampilkan dengan
cara:
a. memberi penguatan secara tepat,
b. melaksanakan supervisi proses awal,
c. melaksanakan supervisi proses lanjut,
serta
d. melaksanakan supervisi pemaduan.
4. keterampilan merancang dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran, yang ditampilkan
dengan cara:
a. membantu siswa menetapkan tujuan
belajar,
b. merancang kegiatan belajar,
c. bertindak sebagai penasihat siswa, serta
d. membantu siswa menilai kemajuan
STANDAR KOMPETENSI GURU STANDAR KOMPETENSI GURU
SERI MATERI PEMBEKALAN
PENGAJARAN MIKRO 2008
UU No. 14/2005 (UUGD)
– K ompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.
– Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.
•
GURU SEBAGAI TENAGA PROFESIONAL
– berarti
– Pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan pendidikan tertentu
•
Syarat menjadi GURU
Guru wajib memiliki:
– Kualifikasi akademik– Kompetensi
– Sertifikat pendidik
– Sehat jasmani & rohani
•
Kompetensi Guru sebagai Agen Pembelajaran
– Kompetensi Pedagogik– Kompetensi Kepribadian
– Kompetensi Sosial
– Kompetensi Profesional
•
Kompetensi Pedagogik
– Pemahaman wawasana atau landasan kependidikan
– Pemahaman terhadap peserta didik
– Pengembangan kurikulum/silabus
– Perancangan pembelajaran
– Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
– Pemanfaatan teknologi pembelajaran
– Evaluasi hasil belajar
– Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
•
Kompetensi Kepribadian
– Mantap– Berakhlak mulia
– Arif dan bijaksana
– Berwibawa
– Stabil
– Dewasa
– Jujur
– Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
– Secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri
• Kompetensi Sosial
– Berkomunikasi lisan, tulisan, isyarat
– Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
– Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik
– Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku
– Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan
• Kompetensi Profesional
– penguasaan:Kemampuan guru dalam pengetahuan isi (content knowledge)
• Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, atau kelompok mata pelajaran yang diampu
•
Kompetensi Sosial
–
Berkomunikasi lisan, tulisan, isyarat
–
Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional
–
Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik,
tenaga
kependidikan,
pimpinan
satuan
pendidikan, orang tua/wali peserta didik
–
Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku
–
Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan
semangat kebersamaan
•
Kompetensi Profesional
–
penguasaan:Kemampuan guru dalam pengetahuan isi
(content knowledge)
•
Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai
standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran,
atau kelompok mata pelajaran yang diampu
•
Konsep-konsep
dan
metode
disiplin
keilmuan,
teknologi, atau seni yang relevan, yang secara
konseptual menaungi atau koheren dengan program
satuan pendidikan, mata pelajaran, atau kelompok
mata pelajaran yang diampu
Daftar Pustaka
1. Pah. D.N (1984) Keterampilan Memberi Penguatan. Jakarta:
2. S.C. Utami Munandar (1987) Mengembangkan Bakat dan
Keterampilan Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia
3. La Sulo, S.L., dkk. 1980. Microteaching. Jakarta: P3G.
4. Winataputra, H. Udin S., dkk. 1997. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Universitas Terbuka
5. Wiryawan, Sri Anitah dan Noorhadi Th. 1994. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka
6. Wardani, I.G.A.K. 1996. Program Pengalaman Lapangan (PPL).
Jakarta: Universitas Terbuka.
7. Joni, T. Raka. 1980. Cara Belajar Siswa Aktif: Implikasinya
terhadap Sistem Pengajaran. Jakarta: P3G.
8. Natawidjaja, Rochman (ed.) 1982/1983. Pembaharuan dalam
Metode Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
10.
Mary Underwood (1998) Pengelolaan Kelas yang Efektif. Suatu
pendekatan praktis (terjemahan : Sosi Purwoko) Jakarta : Aican
11. Bella J.J (1982) Keterampilan Mengelola Kelas. Jakarta. Tim
Pengembangan PPL P3G Depdikbud
12. Pengelolaan Kelas yang Efektif. Suatu Pendekatan Praktis
(terjemahan Susi Purwoko) Jakarta : Arean.
13. Bolla Jl dan Pah DN (1984) Keterampilan Bertanya Dasar dan
Lanjut. Jakarta : P2LPTK Ditjen Dikti Depdiknas.
14. Suharsimi Arikunto (1986) Pengelolaan Kelas dan Siswa. Sebuah
pendekatan edukatif.
15. SC Utami Munandar (1987) Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas
Anak Sekolah. Jakarta : Gramedia.
16. Charles Schasfer, 1986, Mendidik dan Mendisiplinkan Anak,
Jakarta: Tulus Jaya.
17. Memupuk Disiplin dan Kreativitas. Buletin anak edisi No. 30 tahun
VIII Juni 1998.
18. Benyamin Steoch, 1990, Membina Watak Anak, Jakarta: Gunung
Jati.
19. Mendididk Anak dengan Berhasil, 1995, HAWK; Jakarta: Archen.
20. Djalil, Aria, dkk. l997. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta:
Universitas Terbuka.
21. Natawidjaja, Rochman (Ed.). 1982/1983. Pembaharuan dalam
Metode Pengajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan