• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pembelajaran Dalam Perspektif G (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Strategi Pembelajaran Dalam Perspektif G (1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Pembelajaran Dalam Perspektif Gender Deni Pujianto

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jurai Siwo Metro E-mail: denipujianto21@gmail.com

Abstrak

Permasalahan mengenai persamarataan antara laki-laki dan perempuan telah lama dibahas. Tidakhanya dikalangan orang dewasa akan tetapi dikalangan anak-anak hal ini telah dibicarakan untuk menemukan kepahaman ditengah-tengah kebimbangan dua bagian yang bisa dikatakan sama tapi beda yaitu laki-laki dan perempuan. Banyak hal yang dipertimbangkan dari perspektif gender, seperti tugas dan tanggung jawab antara ayah dengan ibu yang mana hal ini menimbulkan banyak kontrofersial pemahaman dalam hal tertentu, apakah dibedakan ataukah disamakan. Dampak dari permasalahan tersebut seperti pada dewasa ini masih sedikit wadah kegiatan untuk koreografer perempuan sehingga jarang kita saksikan pertunjukan karya tari koreografer perempuan, namun demikian beberapa pertunjukan tari di Yogyakarta dan Surakarta pernah menyajikan karya koreografer perempuan dengan mengangkat tema gender. Koreografer Setyastuti, Inong, dan Maruti menggelar karyanya dengan tema berbagai sudut kehidupan perempuan Indonesia, dan menggambarkan peran perempuan pada masa kolonial. Karya tari beberapa koreografer tersebut menarik untuk dicermati dari sudut pandang permasalahan gender.

Dalam dunia pendidikan penting untuk memahami berbagai hal yang berkaitan dengan perspektif gender. Hal tersebut berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran yang memandang kesetaraan gender. Istilah gender mengacu pada makna sosial, budaya, dan biologis. Perspektif gender mengarah pada suatu pandangan atau pemahaman tentang peran perempuan dibedakan secara kodrati, dan peran gender yang ditetapkan secara sosial budaya. Perbedaan gender akan menjadi masalah jika perbedaan itu mengakibatkan ketimpangan perlakuan dalam masyarakat serta ketidakadilan dalam hak dan kesempatan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Strategi pembelajaran yang sesuai dengan persamaan perspektif gender tentu akan memberikan model pembelajaran yang jelas dalam pelaksanaan bagi wanita maupun laki-laki dalam proses pembelajaran. namun tidak lupa dari asas kesesuaian dalam penggunaan model pembelajaran dengan keadaan peserta didik.

Kata Kunci: Perspektif gender, permasalahan gender, model pembelajaran. Abstrack

(2)

father and mother in which it raises many controversial understanding in a particular case, whether distinguished or confused. The impact of these problems as they do today still a little container choreographer activities for women so rarely we see a dance performance choreographed female, however some dance performances in Yogyakarta and Surakarta never presents choreographed by women with the theme of gender. Choreographer Setyastuti, Inong, and Maruti hold his work with the theme of various angles lives of Indonesian women, and describes the role of women in the colonial period. The few choreographed dance piece is interesting to observe from the standpoint of gender issues.

In education it is important to understand the various issues related to gender perspective. This is related to the implementation of learning that looked at gender equality. Gender refers to the social meanings, cultural, and biological. The gender perspective leads to a view or understanding of the role of women distinguished by nature, and gender roles are defined socially and culturally. Gender differences will be a problem if those differences lead to inequality of treatment in the community as well as inequities in rights and opportunities for both men and women. Learning strategies appropriate to the gender equality perspective will certainly provide a clear learning model in the implementation of women and men in the learning process. but do not forget of the principle of suitability in the use model of learning by the state of learners.

Keywords: Gender perspective, gender issues, learning model A. Pendahuluan

Wacana tentang perempuan di dalam seni pertunjukan Indonesia terkondisi oleh batasan pemahaman sosok tubuh perempuan itu sendiri. Dalam proses koreografi maupun kehadirannya selalu terkait dengan norma patriarki, baik di dalam sistem kebudayaan Indonesia, kepemerintahan, agama, dan sosial budaya. Hal ini dilandasi oleh berbagai ragam individu, kelompok, atau spesialisasi budaya lokal dan dalam pengaruh global. Oleh sebab itu masih sering kita jumpai tulisan yang membahas perempuan dalam pandangan yang masih androsentris (bias lelaki), kemudian dalam karya tari ciptaan koreografer perempuan memunculkan tema tentang kehidupan perempuan. Menurut Tinker seperti yang dikutip Susanti menyatakan bahwa kaum perempuan dipandang dari berbagai sisi masih sering mendapat perlakuan yang tidak adil karena kedudukan perempuan khususnya di Indonesia masih mengalami subordinasi, perendahan, pengabaian, eksploitasi, dan pelecehan seksual, bahkan tindak kekerasan.

(3)

sosial yang selama ini bersifat endosentris dapat dilihat sebagai ketimpangan struktural dalam perspektif gender. Perbedaan fundamental dari kategori biologis antara laki-laki dan perempuan yang pada hakekatnya tidak perlu dipertanyakan, tetapi pada tingkat sosiokultural, perbedaan fundamental tersebut seolah-olah diterima sebagai “kebenaran”. Padahal kultur adalah hasil dari suatu konsensus dan setiap konsensus tidak pernah selesai atau berhenti di titik final, termasuk dalam hubungan laki-laki dan perempuan.

Perbedaan laki-laki dan perempuan memang final, namun jika hal itu diterapkan di tingkat sosiokultural, yang terjadi adalah distorsi, bias, atau bahkan ketimpangan dan ketidakadilan Permasalahan gender yang dipengaruhi oleh perubahan sosial, maupun kultur budaya disikapi para koreografer perempuan dengan menciptakan karya tari yang mempunyai tema gender. Hasil koreografi tersebut sebagai media dalam mengekspresikan realita kehidupan perempuan dan sebagai wadah keluh kesah para perempuan karena mendapat perlakuan yang tidak adil oleh laki-laki. Beberapa pertunjukan tari yang diamati merupakan sebuah jawaban dari kehidupan perempuan dalam berkesenian, para koreografer perempuan mencoba berperan aktif dalam merespon perkembangan peran gender, dan memanfaatkan peluang untuk mengungkapkan ide-ide kreatifnya ke dalam karya tari. Ide kreatif koreografer perempuan dalam menciptakan karya tari menggambarkan realita kehidupan secara kodrati sebagai perempuan, dan ungkapan tentang ketidakadilan perlakuan laki-laki terhadap perempuan di masa kolonial.

B. Hakikat Strategi Pembelajaran

Kompetensi Supervisi Akademik merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh para pengawas satuan pendidikan. Kompetensi ini berkenaan dengan kemampuan pengawas dalam rangka pembinaan dan pengembangan kemampuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah/satuan pendidikan. Secara spesifik pengawas satuan pendidikan harus memiliki kemampuan untuk membantu guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran, serta dapat memilih strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran.1 Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertenu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran.

Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. strategi pembelajaran juga dipahami sebagai ryang

(4)

mengarahkan setiap bagian dari pengalaman belajar, seperti satuan atau pelajaran dalam suatu mata pelajaran.2 Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya itu, seorang pelatih akan tim basket akan menentukan strategi yang dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Begitu juga seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dirumuskan guru dalam rangka membelajar-kan Siswa-siswanya.

Setelah memahami tahapan belajar mengajar, maka strategi yang perlu dirumuskan guru diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Hadirkan Suasana Hati, Strategi Menyiapkan Psikis dan Fisik Siswa dalam Memulai Pembelajaran. Menghadirkan suasana hati yang bersih, saat akan membuka sampai menutup pembelajaran perlu dilakukan guru. Hal ini akan berdampak terhadap tampilan guru yang terlihat bersahabat serta kelihatan lebih santai tidak tegang. Yang memungkinkan siswa merasa terayomi dan merasa nyaman selama pembelajaran yang dilakukan guru. Sikap respek dan empati guru sangat dibutuhkan ketika menghadapi siswa saat baru memasuki kelas atau akan memasuki kelas. Perhatian guru terhadap kondisi siswa, kondisi ruangan belajar, perlengkapan belajar siswa, kebersihan papan tulis, dan atau kesiapan peralatan LCD, serta terhadap ganggung-gangguan kecil yang mungkin perlu dihilangkan sebelum pembelajaran di mulai dengan harapan penyampaian materi pelajaran dapat berjalan dengan lancar.

2. Sampaikan bahwa Materi Pelajaran itu Penting dan Semenantang Mungkin

Penyampaian bahwa materi itu penting untuk memecahkan permasalahan siswa dikemudian hari perlu disampaikan kepada siswa, yang tentunya merupakan motivasi eksternal bagi siswa untuk lebih bersemangat mempelajarinya. Strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh seorang instruktur, guru, widyaiswara dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni: (a) strategi pengorganisasian pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) strategi pengelolaan pembelajaran. Konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal: (1) menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku pebelajar; (2) menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar; dan (3) norma dan kriteria keberhasilan kegiatan

(5)

belajar mengajar.3 Strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru, murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Newman dan Mogan strategi dasar setiap usaha meliputi empat masalah masing-masing adalah sebagai berikut.

1. Pengidentifikasian dan penetapan spesifiakasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya.

2. Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran.

3. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir.

4. Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.

Beberapa Istilah dalam Strategi Pembelajaran

Beberapa istilah yang hampir sama dengan strategi yaitu metode, pendekatan, teknik atau taktik dalam pembelajaran.

1. Metode

Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan

strategi. Dengan demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode. 2. Pendekatan

Pendekatan (approach) merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.

3. Teknik

(6)

Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang harus dilakukan agar metode ceramah berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah pada siang hari setelah makan siang dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang terbatas.

4. Taktik

Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Taktik sifatnya lebih individual, walaupun dua orang samasama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan ilustrasi atau menggunakan gaya bahasa agar materi yang disampaikan mudah dipahami. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.

Kalau diterapkan dalam konteks pembelajaran, keempat strategi dasar tersebut bisa diterjemahkan menjadi: (1) mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku kepribadian peserta didik yang diharapkan; (2) memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat; (3) memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat, efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya; dan (4) menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

(7)

memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan berbeda, akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama.

Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau supaya murid-murid terdorong dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk

mengemukakan pendapatnya sendiri. Keempat, menetapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya.

Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar lain. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru.

C. Konsep Gender

Gender berasal dari bahasa Latin, yaitu “genus”, berarti tipe atau jenis. Gender adalahsifat dan

perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosialmaupunbudaya.

Karena dibentuk oleh sosial dan budaya setempat, maka gender tidak berlaku selamanya tergantung kepada waktu (tren) dan tempatnya.4 Gender juga sangat tergantung kepada tempat atau wilayah, misalnya kalau di sebuah desa perempuan memakai celana dianggap tidak pantas, maka di tempat lain bahkan sudah jarang menemukan perempuan memakai rok. Karena bentukan pula, maka gender bisa dipertukarkan. Misalnya kalau dulu pekerjaan memasak selalu dikaitkan dengan perempuan, maka sekarang ini sudah mulai banyak lakilaki yang malu karena tidak bisa mengurusi dapur atau susah karena harus tergantung kepada perempuan untuk tidak kelaparan. Hubungan

gender ialah hubungan sosial antara laki-laki dengan perempuan yang bersifat saling membantu atau sebaliknya,

serta memiliki banyak perbedaan dan ketidaksetaraan. Hubungan gender berbeda dari waktu ke waktu, dan antara masyarakat satu dengan masyarakat lain, akibat perbedan suku, agama, status sosial maupun nilai (tradisi dan norma yang dianut). Sejarah perbedaan gender (genderdifferences) antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang, contohnya melalui proses sosialisasi, ajaran keagamaan serta kebijakan negara, sehingga perbedaan-perbedaan tersebutseolah-olah dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan perempuan pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya

(8)

relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antaraurusa yang satu dengan yang lain.

d. Strategi Pembelajaran dalam Perspektif Gender

Pendidikan yang adil gender adalah pendidikan yang mengintegrasikan perspektif adil gender dalam pembelajaran. Lebih jelasnya pendidikan yang adil gender merupakan suatu proses transformasi ilmu pengetahuan di sekolah yang dilakukan oleh para pengajar kepada siswa dalam proses pembelajaran yang memberikan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam peluang (akses), partisipasi, kesempatan memberikan keputusan serta manfaat.5 Sedangkan Integrasi perspektif adil gender adalah suatu usaha untuk menanamkan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan gender pada peserta didik melalui proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan akan menjadi adil gender apabila pengarusutamaaan gender (PUG) di bidang pendidikan dijalankan dengan baik. Pengarusutamaan gender merupakan sebuah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah guna menghilangkan ketidak adilan gender.

Hartian Silawati dalam jurnal perempuan mengatakan bahwa pengarusutamaan gender merupakan strategi untuk mencapai kesetaraan gender dan keadilan gender. Memasuki era reformasi, pemerintah Indonesia menyempurnakan istilah Kantor Meneg UPW menjadi Kantor Meneg Pemberdayaan Perempuan (Meneg PP), dan pada 2000 pemerintah mengeluarkan Inpres No.9/2000 tentang pengarusutamaan gender dalam pembangunan. Kebijakan ini merupakan penajaman dari amanat konstitusi UUD 1945 Pasal 4 dan 27, yang diterjemahkan dalam TAP MPR No.IV tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara, dan disusun dalam rencana strategis berupa Undang-Undang No.22/2000 tentang Program Pembangunan Nasional.

Secara khusus Propenas memuat 26 program yang responsive gender yang tersebut di sektor hukum, ekonomi, politik, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.6 Diatas telah dijelaskan bahwa PUG merupakan suatu kebijakan untuk menghilangkan ketidakadilan gender di berbagai bidang kehidupan. Seperti halnya dalam bidang pendidikan, PUG dalam bidang pendidikan akan berjalan dengan baik jika didukung oleh perangkat seperti modul, materi ajar, sarana pendukung pengajaran baik di pendidikan umum maupun pendidikan yang berada dibawah naungan lembaga keagamaan, baik yang berada di bawah pengelola agama maupun yang dikelola masyarakat. Pendidikan kesetaraan gender harus dimulai sejak dini. Pengadaannya dapat diselenggarakan dalam bentuk kerja sama antara kantor Depdiknas. Untuk lebih jelasnya penelitian ini memiliki kerangka berpikir sebagai berikut : 7

5 Daryati, “Integrasi Perspektif Adil Gender Dalam Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus Pada Sekolah Menegah Atas Negeri 6 Surakarta)”, jurnal sosialitas, vol. 2 No. 1 (2012), p. 4.

6 zubaidah Amir mz, “Perspektif Gender Dalam Pembelajaran Matematika”, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, vol. XII No. 1 (2013), p. 4.

(9)

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini senantiasa bagus bila pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunannya. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru atau pun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.

b. Metode Demonstrasi

Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.

C. Metode Diskusi

(10)

d. Metode Simulasi

Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuatseakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.

e. Metode Tugas dan Resitasi

Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya. Jenis-jenis tugas sangat banyak tergantung pada tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, menyusun laporan, dan tugas di laboratorium. Langkah-langkah menggunakan metode tugas/resitasi: fase pemberian tugas, langkah pelaksanaan tugas, fase pertanggungjawaban tugas

f. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru.

g. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengan27 dung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (subsub kelompok

h. Metode Problem Solving

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

I. Metode Sistem Regu (Team Teaching)

(11)

J. Metode Latihan (Drill)

Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memeperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpiki, maka hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode Drill.

Simpulan

Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka strategi pembelajaran dalam perspektif gender yaitu pembelajaran yang memberikan kebebasan dalam penggunaan strategi untuk proses pembelajaran sesuai denga keadaan siswa. Maka ketika adanya kesetaraan kebebasan ini, hendaknya tidak ada pemaksaan dalam pemilihan model pembelajaran. Baik siswa pria, atau wanita, strategi yang diterapkan menyesuaikan keadaan masing-masing. Misalnya tidak harus sama antara strategi yang digunakan oleh pria atau wanita dalam pembelajaran tertentu, akan tetapi masing-masing menyesuaikan[.]

REFERENSI

Daryati, “Integrasi Perspektif Adil Gender Dalam Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus Pada Sekolah Menegah Atas Negeri 6 Surakarta)”, jurnal sosialitas, vol. 2 No. 1, 2012, p. 4.

Muhammad Yaumi, Desain Strategi Pembelajaran Untuk Mengembangkan Kecerdasan Verbal-Linguistik Peserta Didik, vol. 2 No. 1, 2015, p. 189.

Nik Mohd Rahimi Nik Yusoff, Mohamed Amin Embi, And Zamri Mahamod, Hubungan Gender dengan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab dalam kalangan Pelajar Sekolah Menengah Agama di Terengganu, vol. 5, 2008, p. 132.

Surya Dharma, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, 2008, p. 4.

Zubaidah Amir, “Pengaruh Perbedaan Gender Dan Keterampilan Kerja Terhadap Produktivitas Pada Pt. Pilbara Insulation Southeast Asia”, marwah, vol. XII No. 1, 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Rencana taktis ditujukan untuk mencapai tujuan taktis yang merupakan bagian tertentu dari rencana strategis.. Fokus pada hubungan manusia dan aksi, dan biasanya ditetapkan

Untuk memudahkan mencari kost, maka kini telah dihasilkan rancangan aplikasi sistem pendukung keputusan dengan menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW) ini untuk

Langkah mitigasi untuk kesan rumah hijau adalah melalui peningkatan penyerapan karbon (Sedjo & Salomon 1988) dengan melaksanakan pemulihan stok karbon yang

[r]

Doing for adalah tindakan yang perawat atau pemberi layanan perawatan lainnya (orang tua, keluarga, atau pekerja sosial) lakukan di saat pasien tidak bisa

menunjukkan sekumpulan foto kotoran anjing yang  ditemui Akbar dan ditampilkan secara slide show. Masih 

Deskripsi Uraian, contoh, dan latihan yang disajikan dapat membuka wawasan dan pemahaman peserta didik untuk mengenal dan menghargai perbedaan budaya, adat-istiadat, agama, dan

Using health items as a case study, we demonstrate that this change generates movement in health expenditure that can be misinterpreted as a result of a major