• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN BIPA SEBAGAI PEMBELAJARAN M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBELAJARAN BIPA SEBAGAI PEMBELAJARAN M"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING

Konferensi Internasional Pengajaran BIPA VII (KIPBIPA VII)

yang diselenggarakan oleh

Lembaga Bahasa Internasional

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (LBI FIBUI)

(2)

PEMBELAJARAN BIPA SEBAGAI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL*)

Ekarini Saraswati

Universitas Muhammadiyah Malang ekarini2004@yahoo.com

Pembelajaran BIPA merupakan pembelajaran multikultural yang perlu memperhatikan keragaman etnis, jender, agama, bahasa, pendidikan dan usia (Gollmick dan Chinn, 2002). Dari segi keragaman etnis dapat dilihat dari kebiasaan yang berbeda pada kelompok pelajar yang berasal dari dunia Barat dan dunia Timur. Kelompok pelajar yang berasal dari dunia Barat biasanya memiliki sikap yang lebih kritis dan menuntut profesionalisme tinggi terutama pelajar yang berasal dari negara Jerman, Australia, Finlandia sedangkan pelajar dari Hungaria dan Polandia lebih pengertian. Pelajar yang berasal dari dunia Timur memiliki sikap lebih pengertian, rajin dan mudah menyesuaikan diri terutama yang berasal dari negara China. Masalah perlakuan jender di Indonesia menjadi persoalan bagi beberapa pelajar BIPA dari negara Barat karena mereka sering mendapat perlakuan yang tidak baik dari masyarakat sekitar. Masalah agama yang cukup membebani pelajar dari negara Barat terutama dalam hal peraturan berpakaian bagi perempuan . Keragaman bahasa memberikan pemahaman yang berbeda terhadap bahasa Indonesia karena didasarkan pada aturan bahasa dari negara mereka masing-masing. Keragaman usia dan latar belakang pendidikan sebelumnya mempengaruhi daya tanggap mereka di dalam mempelajari bahasa Indonesia. Pelajar yang memiliki latar belakang pendidikan sarjana dan magister lebih mudah menyerap pelajaran daripada pelajar dari kalangan mahasiswa demikian juga pelajar yang berusia lebih muda lebih mudah menyerap pelajaran daripada pelajar yang berusia lebih tua

Pembelajaran multikultural memberikan tantangan tersendiri bagi pengajar untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan dapat diterima semua pihak.

Pembelajaran multikultural dapat dilaksanakan dengan baik dengan cara memilih media yang tepat seperti media gambar, komik, film, atau wisata yang akan melibatkan aktivitas semua siswa. Selain itu juga metode pembelajaran yang bersifat kooperatif dan kolaboratif dapat menciptakan suasana diskusi yang hangat.

Pendahuluan

Pembelajaran BIPA telah dilaksanakan di 76 lembaga penyelenggara di Indonesia dan

179 lembaga di luar negeri (Pusat Bahasa). Ini menunjukkan bahwa pembelajaran BIPA

sudah merupakan kegiatan yang cukup penting di dalam memperkenalkan Bahasa Indonesia

di dunia internasional. Berhubungan dengan itu pembelajaran BIPA menyentuh situasi kelas

yang bersifat multikultural yang memperhatikan keragaman budaya siswa.

*)

(3)

Pembelajaran Multikultural

Pembelajaran multikultural artinya pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas

yang diikuti siswa dari beragam budaya. Di dalam pelaksanaan pembelajaran multikultural di

antaranya perlu memperhatikan keragaman kelas, etnis, jender, agama, bahasa, pendidikan

dan usia (Gollmick dan Chinn, 2002). Kelas yang dimaksud berhubungan dengan tingkat

ekonomi siswa yang meliputi kelas bawah, kelas menengah ke bawah, kelas menengah, kelas

menengah ke atas, dan kelas atas. Masalah etnis berhubungan dengan perbedaan kelas,

kelompok etnik dan ras, hubungan antargrup, identitas etnis dan ras: tingkatan identitas,

identitas oposisi. Implikasi pendidikan perlu pengetahuan tentang perbedaan etnik,

pendekatan kurikulum, pengukuran dan kemampuan siswa, hubungan antargrup. Jender

berhubungan dengan masyarakat dan jender, biologis dan jender, budaya dan jender, identitas

jender. Impact perbedaan persepsi, penyereotipan peran jender, diskriminasi jender dan jenis

kelamin: pekerjaan. Agama meliputi: agama dan budaya, agama dan pandangan hidup, agama

dan jender, agama dan ras, identitas agama secara individu, pengaruh hak-hak agama.

Implikasi pendidikan perlu bimbingan pengajaran tentang agama. Bahasa: non verbal.

Implikasi: pengukuran bahasa dan pendidikan, pendidikan bilingual. Usia: Usia dan

kebudayaan.

Di dalam pelaksanaan pembelajaran yang berbasis Pendidikan Multikultural terdapat

hal yang perlu diperhatikan dari pihak guru harus memiliki perspektif multi mendengarkan

suara anak, adanya interaksi siswa dan guru, komunikasi siswa dan guru, lintas batas,

pengajaran demokrasi dan sosial: berpikir kritis, keterlibatan siswa,

Gambaran umum peserta BIPA di UMM terdiri dari siswa yang berasal dari Finlandia,

Australia, Madagaskar, Jepang, Jerman, Polandia, Hungaria, Aljajair, Uzbekistan, China,

Thailand, Timor Leste, Afrika Selatan, Serbia dan Amerika. Dari kelompok kelas mereka

termasuk ke dalam kelas menengah. Siswa yang berasal dari Finlandia, Polandia, Jerman

berasal dari kelas menengah ke atas sedangkan siswa dari Negara lainnya dari kelas

menengah ke bawah. Dari segi Etnis mereka terdiri dari etnis Barat dan Timur. Agama

terdiri dari Nasrani, Budha dan Islam. Nasrani terdiri dari katolik dan ortodok (Serbia),

Budha (Thailand dan China) Islam (Thailand, Aljajair dan Uzbekistan). Dari segi jenis

kelamin lebih banyak perempuan (19) laki-laki (8). Bahasa Inggris (Australia dan Finlandia),

dan selain B Inggris. Usia antara 17-25 th. Pendidikan SMA-magister.

Perbedaan kelas di antara mereka tidak menjadikan adanya perilaku yang menganggap

yang lain lebih rendah, tetapi mereka saling membantu misalnya ketika salah seorang di

(4)

dan Polandia, siswa Jerman dengan Timor Leste). Perilaku siswa dari etnis Barat dan Timur

berbeda, tetapi ini bergantung kelompok belajar. Ketika sebagian besar kelompok belajar

berasal dari etnik Barat maka perilaku yang menonjol berasal dari Barat, tetapi ketika

kelompok belajar lebih banyak berasal dari etnis Timur maka siswa yang berasal dari etnis

Barat lebih menyesuaikan. Masalah perbedaan agama tidak menjadi masalah yang pelik

karena kami menghormati semua agama. Mengingat universitas kami memiliki cirri khas

Islam maka para siswa yang non-muslim dapat menyesuaikan diri misalnya dengan

menggunakan pakaian yang sopan ketika belajar. Masaalah jender tidak menjadi masalah.

Masalah penggunaan bahasa sering menjadi masalah misalnya karena beragam bahasa dan

tidak dapat berbahasa Inggris sehingga sulit untuk menjelaskan dan ini perlu bantuan media

gambar. Penggunaan nama sapaan ada yang menyebut Ibu atau nama atau mereka dipanggil

dengan nama atau panggilan Mas atau Mbak.

Metode Pembelajaran dan Tes

Pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik dengan cara memilih media yang tepat

seperti media gambar, komik, film atau wisata yang akan melibatkan aktivitas siswa. Selain

itu juga metode pembelajaran yang bersifat kooperatif dan kolaboratif yang dapat

menciptakan suasana diskusi yang kondusif.

Tes pembelajaran yang dapat digunakan di antaranya dengan Asesmen autentik yang

mengukur tingkat kemampuan belajar siswa secara nyata dengan menggunakan penalaran

ilmiah (The National Science Education Standart, 1995, dalam Voss, tanpa tahun),

mengajukan persoalan-persoalan yang bermanfaat, penting dan bermakna (Hart, 1994),

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeluarkan seluruh kemampuannya

(Johnson, 2002)

Bentuk-bentuk penerapan asesmen autentik yaitu sebagai berikut:

portofolio, perbuatan atau kinerja (performance), proyek, dan respon tertulis secara luas

(Johnson, 2002). Wawancara lisan, tugas problem solving kelompok, merancang sebuah

mobil, membuat presentasi tentang emosi orang, penelitian, menulis esei, merevisi,

mendiskusikan masalah, analisis lisan, check list, simulai, demonstrasi, presentasi, evaluasi.

Salah satu bentuk pembelajaran yang telah dilaksanakan di UMM di antaranya

mendiskusikan budaya masing-masing negara berdasarkan paparan budaya dari para pakar

dan dari pemutaran film. Budaya yang disajikan dan telah dijadikan bahan diskusi di

antaranya berkenaan dengan upacara pernikahan, kepercayaan pada hantu, peran jender, hari

(5)

hasil diskusi tergambar upacara pernikahan yang paling mahal dilaksanakan di Timor Timur

demikian juga dengan kepercayaan pada hantu lebih banyak di Timor Timur. Upacara

pernikahan di Hungaria lebih akrab karena siswa tinggal di pedesaan. Peran jender di

Australia lebih seimbang dibandingkan di Indonesia. Penerimaan tamu yang unik di

Uzbekistan yang menjamu tamu selama tiga hari dan disediakan kamar khusus. Upacara idul kurban yang unik di Samarkan. Terakhir diskusi seni musik berdasarkan film ”Mendadak Dangdut” yang kemudian didiskusikan dengan membandingkan seni musik khas Indoensia dengan seni musik yang ada di tiap negara.

Penutup

Pembelajaran multikutural yang dilaksanakan dengan memperhatikan perbedaan dan

pemberian tes secara nyata memberikan suasana pembelajaran yang lebih positif. Keragaman

budaya tidak menjadikan timbulnya konflik tetapi sebaliknya dapat menambah pengetahuan

yang lebih beragam juga interaksi sosial yang lebih toleran.

Daftar Pustaka

Corebima. 2008. Naskah tentang Asesmen Autentik., Malang: Universitas Negeri Malang.

Gollnick, Donna M. dan Philip C. Chinn. 2002. Multicultural Education in a Pluralistic Society. New Jersey: Merrill Prentice Hall.

Hart, D. 1994. Authentic Asesment: A Handbook for Educator. California: AddisonWesley Publishing Company.

Referensi

Dokumen terkait

SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat

 Ketika dalam satu waktu kamu harus memilih mengerjakan amanah dalam organisasi atau belajar untuk ujian

Danise dan Robert (2009:107), mengemukakan bahwa strategi investasi yang berdasarkan kepemilikan modal dari dalam perusahaan (modal sendiri) memiliki hubungan

Berikan contoh ilmu Fardhu Ain dan Ilmu Fardhu Kifayah yang terdapat di dalam peta di atasi. (2

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem dan prosedur pelayanan Izin Usaha Industri (IUI) di Kabupaten Karanganyar hampir memenuhi kriteria- kriteria yang

Training was planned so as to first build on what HCAs might be familiar with, and then introduce applications in the order in which they might be used in their workflow: receiving a

Data hasil observasi ini didapatkan melalui lembar observasi hasil belajar siswa, dan digunakan untuk melihat proses dan perkembangan hasil belajar siswa pada saat tes akhir

[r]