BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan analitik secara cross-sectional (potong lintang). Mengetahui seberapa besar diketahui sampel terdeteksi lime dengan tes serologis lime dan ada hubungan penyakit arthritis kronis dengan penyakit lime.
3.2Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kecamatan Sibolangit,kabupaten Deli Serdang. Propinsi Sumatera Utara pada bulan Desember 2016 sampai Januair 2017. Lokasi Sibolangit terletak sekitar 35 km di jalan Medan-Berastagi dengan ketinggian lokasi mencapai sekitar 550m dari permukaan laut. Secara geografis Sibolangit merupakan daerah kehutanan yang mencapai hampir 90%. Pengisian kuesioner dan pengambilan sampel darah di KecamatanSibolangit dan dilanjutkan pemeriksaan tes serologis lime di laboratorium Spektrum, Medan.
3.3Populasi dan Sampel
3.3.1Populasi target
Populasi target dari penelitian adalah dewasa (18-40 tahun), pekerja hutan, petani, perternakan, sering masuk keluar hutan (pendaki gunung, berkemah, rekreasi), sawah dengan adanya habitat tungau dan pasien yang mempunyai nyeri pada persendian dan mempunyai gejala subjektif penyakit lime melalui kuesioner.
3.3.2 Populasi terjangkau
3.3.3 Sampel
Sampel merupakan populasi terjangkau yang menemuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi :
Subjek yang bersedia diambil darah setelah menemuhi kriteria kuesioner 1. Subjek penelitian menemuhi syarat kuesioner tentang riwayat tungau dan
gejala yang timbul saat digigit dan gejala radang sendi sesudah digigit tungau.
2. Pemeriksaan fisik dengan tidak ditemukan pembengkakan sendi dan deformitas tulang
3. Subjek penelitian tidak mengalami demam dan nyeri sendi akut 4. Subjek bersedia diambil darah.
Kriteria eksklusi:
1. Subjek yang tidak menemuhi kriteria kuesioner dan tidak bersedia diambil darah.
2. Pasien yang terdiagnosa RA, OA, gout dan arthritis septik melalui anamnessa, pemeriksaan fisik.
3.5. Perkiraan besar sampel
Perhitungan besar sampel dalam penelitian menggunakan rumus deskriptif kategorik dengan prevalensi diketahui dari daftar kepustakaan.
Jumlah sampel untuk penyakit lime (prediksi prevalensi 10%) n=
d²
Zα² x P x Q
dimana :
n = besar sampel
Zα = deviat baku alpha = 1,96 P = prevalensi
D = presisi penelitian n = 34
Sampel penelitian sebanyak 34
3.6 Variabel Penelitian
a) Variabel Tergantung (dependent) : tes serologis lime
b) Variabel Bebas (independent) : arthritis kronis
3.7 Definisi Operasional
Subjek penelitian yang mengetahui riwayat tungau melalui kuesioner
Definisi operasional Mengetahui dengan pasti tentang tungau dan gejala yang timbul saat digigit tungau
Alat ukur kuesioner
Hasil ukur Ya atau tidak
Skala ukur Nominal
Subjek penelitian dengan gejala dan tanda sakit sendi kronis
Definisi operasional Ada riwayat sakit sendi dalam 1-2 tahun
Alat ukur kuesioner
Hasil ukur Ya atau tidak
Skala ukur Nominal
Subjek penelitian arthritis kronis dinilai menurut kriteria ACR 1987 Definisi operasional Kriteria RA menurut ACR 1987
Alat ukur Penilaian dari syarat RA (ya atau tidak) Hasil ukur Positif RA bila nilai ACR ≥4/7
Subjek penelitian arthritis kronis dinilai menurut kriteria EULAR 2010 Definisi operasional Kriteria RA menurut EULAR 2010 Alat ukur Penilaian dari syarat RA (ya atau tidak) Hasil ukur Positif RA bila nilai ≥6/10
Skala ukur Nominal
Subjek penelitian dilakukan pemeriksaan darah rutin dan asam urat untuk menilaileukosit, laju endap darah dan serum asam urat.
Subjek penelitian dilakukan tes selogis lime
Definisi operasional Semua pasien terdiagnosa arthritis kronis(tidak RA, OA, gout dan arthritis septik)
Alat ukur IgG
Hasil ukur Negatif dan positif
Skala ukur Nominal
Nilai interpretasi serologi lime : A. Negatif : 20 U/ml
B. Borderline : 20-25 U/ml C. Positif : > 25 U/ml
Subjek penelitian positif lime dilanjutka pemeriksaan CRP
Definisi operasional Semua pasien terdiagnosa arthritis kronis (tidak RA, OA, gout dan arthritis septik)
Alat ukur <3 mg/dl
Hasil ukur Normal atau meningkat
Pemeriksaan Rheumacek (FR dan anti MCV) pada pasien positif lime
Definisi operasional Semua pasien terdiagnosa arthritis kronis (tidak RA, OA, gout dan arthritis septik)
Alat ukur ELISA
Hasil ukur Negatif dan positif
Skala ukur Nominal
3.8 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan consecutive sampling. Darah diambil dari populasi yang memiliki karakteristik geografis yang dimiliki dan mengisi kuesioner. Subjek yang menemuhi kriteria dari kuesioner dilanjutkan pemeriksaan darah yang telah ditetapkan oleh peneliti di Puskesmas setempat kemudian dilanjutkan pemeriksaan darah rutin dan tes serologis dan pemeriksaan darah selanjutnya bila diperlukan dan disetujui subjek penelitian tahap akhir di Laboratorium Spektrum, Medan.
3.9Cara Pengumpulan Data
3.9.1 Alat dan Bahan Pemeriksaan ELISA
a) Darah pasien sebanyak 5 ml dengan spruit 5 ml. b) Swab alcohol.
c) Lancet steril d) Stiker label.
3.9.2 Prosedur Kerja
2) Jika sampel penelitian menemuhi kriteria inklusi, darah diambil sebanyak 5 ml dimasukkan kedalam kontainer dengan tidak kontak langsung dengan cahaya dan berisi ice pack agar suhu 4°C tetap terjaga.
3) Selesai pengambilan darah, kita mengucapkan terima kasih atas partisipasi dalam penelitian.
4) Setelah semua darah terkumpul, peneliti mengantarlangsung ke Laboratorium Spektrum untuk pemeriksaan langsung (darah rutin dan asam urat) dan disimpan di lemari pendingin dengan suhu 2-10°C untuk pengolahan keesokkan hari.
5) Sampel diproses ELISA untuk diketahui hasil tes.
3.10 Mengenai Tes Lime Borreliosis
3.10.1 Nama dan cara penggunaan yang diharapkan
Algeria merupakan tes anti-borrelia secara ELISA (IgG) pengukuran kuantitatif melibatkan antibodi Borrelia burgdorferi sensu lato pada serum darah manusia.
3.10.2 Dasar pertimbangan tes
Algeria adalah uji kadar logam dengan barcode 8-well microchips merupaka tes strip yang didesign sekali pakai dalam menentukan satu sampel pasien. Tes strip mengandung set reagensia secara komplit, mencakup konjugasi enzim, substrat enzim, buffer sampel, dan kontrol tes spesifik. Selanjutnya tiap strip mempunyai 2 antigen pembungkus yang baik untuk reaksi sebagai kontrol dan sampel 1 pasien.
Tambahkan larutan substrat enzim menghasilkan hidrolisasi dan perkembangan warna selama inkubasi. Intensitas warna biru berkorelasi dengan konsentrasi kompleks Ab-Ag dan diukur secara fotometri pada 650 nm
3.10.3. Bahan yang dibutuhkan a) Vortex mixer.
b) Pipet 10 µl
c) Tabung silinder 1000ml dan 2500 ml. d) Air permurnian dan de-ionisasi
3.10.4. Penyimpanan dan kestabilan
a) Peralatan tes disimpan pada suhu 2-8°C ruangan gelap
b) Reagensia jangan perpapar, sinar matahari, dan cahaya kuat selama penyimpanan dan penggunaan.
c) Tes strip algeria dalam kemasan tertutup rapat.
d) Masa kadarluarsa dengan alat tes strip tidak terbuka sekitar 15 bulan sejak tanggal produksi, strip dalam keadaan tidak terbuka tetap stabil sampai masa berlakunya habis.
e) Dilarutkan air buffer dan sistem cairan stabil untuk minimal 30 hari saat di simpan pada suhu 2-8°C.
3.10.5 Pengumpulan spesimen, Penyimpanan dan Penanganan
a) Pengumpulan spesimen darah harus sesuai dengan prosedur medis yang standar menghindari hemolisis.
b) Sentrifugasi untuk memisahkan serum dan plasma darah.
c) Serum darah harus bersih dan tidak hemolisis, harus dihindari kontaminasi hemolisis, agar tidak mempengaruhi hasil tes.
d) Spesimen di simpan dikulkas suhu 2-8°C sampai 5 hari ke depan atau disimpan -20°C sampai 6 bulan.
e) Hindari penyimpanan serum darah berulang di kulkas , dapat mempengaruhi aktivitas dari antibodi.
3.10.6Persiapan Reagensia a) Pembersihan
i. Pelarut dibersihkan konsentrasi buffer (50x) dengan air murni atau deionisasi sampai mencapai 1000 ml pada pengunaan.
ii. Pembersihan buffer yang telah dilarutkan dan pindahkan ke dalam peralatan kontainer reagensia.
b) Sistem cairan
i. Larutkan isi pada konsentrasi sistem cairan (1000x) dengan air murni atau deoinisasi pada 2000 ml pengunaan air sebelumnya. ii. Pindahkan sistem cairan yang dilarutkan ke dalam peralatan
kontainer reagensia. c) Tes strip algeria.
1. Lepaskan penutup aluminium dari empty wells tes strip algeria 1-4, jangan lepaskan aluminium print barcode pada strip 5-8.
2. Pipet 10 µl pada sampel utuh diatas permukaan well 1. 3. Masukkan strip ke dalam Sys Tray
4. Cocokkan Sys Tray dengan posisi tepat pada algeria, peralatan dijalankan. Selanjutnya dijalankan secara otomatis. Kemudian akan ditampilkan hasil tes.
Gambar 12. Persiapan strip lime dan mesin ELISA untuk pemeriksaan lime 3.10.7 Hasil interpretasi
a) Negative : < 20 U/ml b) Bordeline : 20-25 U/ml c) Positif : > 25 U/ml
3.10.8 Cutt-off.
3.11Analisa data
Semua data terkumpul, akan dimasukkan ke dalam sistem komputer dan diolah menggunakan perangkat lunak statistik
3.12 Kerangka Alur Penelitian
KERANGKA KERJA
Subjek penelitian
yang menemuhi
syarat inklusi
Diberikan keterangan oleh peneliti tentang tujuan dari penelitian, subjek penelitian mendapat infomen consent dan pengisian
lembaran persetujuan mengikuti penelitian
Memberikan kuesioner untuk diisi setelah itu diberikan izin pengambilan darah di periksa di lab.Spektrum, Medan
Darah diambil sebanyak 5 cc dibagi dalam 2 tabung : tabung pertama telah diisi EDTA uap masukkan sebanyak 2 cc dan sisanya ke tabung kedua, setelah itu tabung dari sampel penelitian dimasukkan dalam wadah berisi es supaya darah tidak rusak dan di bawa ke
lab.Spektrum, Medan untuk diproses sesuai prosedur laboratorium
Pemeriksaan darah meliputi darah rutin, asam urat dan IgG lime
Subjek penelitian IgG lime positif dilanjutkan pemeriksaan faktor rheumatoid, anti-MCV dan CRP
Gambar 13. Gambar alur penelitian
3.13Etika Penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1.Gambaran umum statistik hasil penelitian
Penelitian dilakukan dengan pengambilan 41 subjek penelitian dengan kuesioner tentang distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik, berdasarkan paparan tungau, berdasarkan, riwayat sakit sendi,pemeriksaan darah rutin, asam urat, tes serologis IgG lime, dan dinilai menurut kriteria ACR 1987 dan EULAR 2010 pada tes serologis positif lime.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan karakteristik Karakteristik responden n %
Tabel 4.2 Distribusi frekuensiberdasarkan paparan tungau
Paparan tungau n %
Riwayat gigitan tungau
Pernah digigit tungau 41 100 Tidak pernah digigit tungau 0 0 Mengetahui saat digigit tungau
ya 35 85,4
Tidak 6 14,6
Lokasi tersering digigit tungau
Tangan 8 19,5 *: pusar, paha, leher, kelopak mata, paha, kepala
Seluruh subjek penelitian merasakan riwayat gigitan tungau, akan tetapi hanya sekitar 85% mengetahui saat gigit tungau dengan lokasi tersering pada tangan, kaki dan perut.
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan gejala kulit akibat gigitan tungau
Seluruh subjek penelitian merasakan gatal pada kulit, 85,4% terasa bengkak disekitar gigitam tungau, mengetahui ruam EM dan sakit saat gigitan 95,1% dan merasakan panas di kulit. 29.3%
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi berdasarkan gejala sering timbul setelah gigitan tungau (1-2 ahun)
Gejala sering dirasakan setelah gigitan tungau n % Seperti flu
Demam
Ya 30 73,2
Tidak 11 26,8
Sakit kepala
Ya 37 90,2
Tidak 4 9,8
Gejala rematik Arthralgia
Ya 35 85,4
Tidak 6 14,6
Sakit sendi
Ya 41 100
Tidak 0 0
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi berdasarkan pemeriksaan darah rutin dan asam urat
Pemeriksaan darah n %
Leukosit
normal 32 78
Meningkat 9 22
Neutrofil
Normal 33 80,5
Meningkat 8 19,5
Eosinofil
Normal 16 39
Meningkat 25 61
Laju endap darah
Normal 24 58,5
Meningkat 17 41,5
Asam urat
Normal 30 73,2
Meningkat 11 26,8
Subjek penelitian dalam pemeriksaa darah sebagian besar mempunyai darah rutin normal seperti leukosit (78%), neutrofil (80,5%) dan laju endap darah (58,5%) dan asam urat (73,2%), akan tetapi eosinofil meningkat sekitar 61%
Selanjutnya subjek penelitian dinilai menurut manifestasi klinis rematik yakni arthralgia dan nyeri sendi , pemeriksaan fisik pada seluruh subjek penelitian tidak ditemukan pembengkakan dan peradangan persendian, seluruh subjek penellitian tidak terdapat deformitas tulang dan juga tidak dijumpai tophus pada jempol kaki, saat pemeriksaan semua subjek penelitian tidak demam dan mengalami nyeri sendi akut.
Tabel 4.6 Tes serologis lime
Tes ELISA Borrelia IgG n % Negatif ( < 20U/ml) 37 90,24 Borderline (20-25U/ml) 1 2,44 Positif (>25U/ml) 3 7,32
Diperoleh sero-prevalensi 7,3% penyakit lime di Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Satu pasien yang borderline dinyatakan negatif dikarenakan cut-off tes IgG lime di atas 25 U/ml
Tiga subjek penelitian positif lime IgG dilanjutkan pemeriksaan CRP, RF dan anti MCV
Tabel 4.7 Hasil pemeriksaan CRP, RF dan anti MCV pada pasien positif lime
Tes profil rematik n %
CRP
Normal 2 66,7
Meningkat
Rheumatoid faktor
1 33,3
Positif 3 100
Negatif 0 0
Anti MCV
Positif 2 66,7
Negatif 1 33,3
4.1.2 Aktivitas Dan Pola Hidup Masyarakat Kecamatan Sibolangit
Kecamatan Sibolangit mempunyai jumlah penduduk sekitar 19.724 jiwa (tahun 2005), mempunyai 30 kelurahan/desa, dengan kawasan sekitar termasuk kawasan hutan atau hutan lindung, dengan mayoritas pekerjaan adalah petani ladang, pekerja aren dan pekerja karet.
Peneliti mengambil subjek penelitian di Puskesmas Sibolangit di Kelurahan/Desa Puang aja, Desa Betimus Baru, Desa Sembahe, dan Desa Bingkawan. Masyarakat di Kecamatan Sibolangit tidak koperatif dalam pengambilan darah, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, dikarenakan mereka takut akan kehilangan darah, merasa lemas bila telah diambil darah, takut melihat jarum suntik. Masyarakat di Kecamatan Sibolangit terutama kaum perempuan senang mengkonsumsi sirih (smokeless Tobacco) dari usia remaja sampai usia lanjut. Mereka mengkonsumsi sirih perhari 3-6 kali, berasumsi dapat memperkuat gigi, menyembuhkan sakit gigi, supaya mulut tidak bau. Masyarakat Sibolangit sering mengadakan pesta minimal 1 kali minggu, tak jarang 2-3 kali per-minggu, pola atau diet makanan, mereka senang mengkonsumsi jeroan dan makanan bersantan.
Masyarakat Sibolangt sangat antusias setelah paparan slide yang disampaikan peneliti tentang rematik (radang sendi kronis) dapat disebabkan oleh kutu/tungau. Masyarakat Sibolangit memberikan masukan kepada peneliti bahwa gambar kutu yang diperlihatkan slide banyak dijumpai di Kecamatan Sibolangit dan kutu tersebut banyak hinggap di tubuh anjing terutama di telinga, babi hutan dan para pekerja hutan baik petani ladang juga sering digigit kutu sewaktu mereka bekerja di hutan, kadang kadang juga tidak tahu digigit kutu, tiba tiba timbul bercak merah di luar dengan daerah pucat di tengahnya. Gejala yang dirasakan terutama gatal, kadang nyeri dan hilang dalam 1-2 minggu. Kutu kulit keras di Sibolangit dinamakan Chikabek (Bahasa Karo), berarti kutu anjing.
gambaran tophus dan bengkak terutama pada jempol kaki yang disertai rasa nyeri dan tidak ada kelainan bentuk pada anggota gerak atas dan bawah. Sewaktu melakukan survei tentang gambaran tentang penyakit lime dapat menyebabkan rematik, para-medis (perawat dan bidan di Puskesmas Sibolangit) juga memberikan masukan kepada peneliti bahwa ada beberapa pasien usia remaja (kira kira 18-25 tahun) sering mengeluh sakit sendi tak kunjung sembuh, setelah pemberian obat sakit sendi, juga melalui berbagai pemeriksaan darah meliputi asam urat dan foto rontgen serta pemeriksaan fisik, semuanya dalam keadaan normal.
4.1.3 Penyeleksian subjek penelitian lime positif dengan keluhan arthritis kronis menurut skoring ACR1987 dan EULAR 2010
Kriteria subjek penelitian positif lime menurut kriteria ACR 1987
Kriteria ACR ST AG HD
Kaku pada persendian pagi hari minimal 1 jam
< 1 jam < 1 jam < 1 jam
Arthritis minimal 3 atau lebih
pada area persendian
Jari tangan kiri, lutut (-)
KakiKaki (-)(-)
Arthritis pada persendian
tangan minimal lebih dari 1
Ya --- ----
Arthritis bersifat simetris --- --- --- Ada nodul rheumatoid --- --- --- Serum faktor rheumatoid (+) (+) (+)
Nilai 2 1 1
Tabel 4.8 kriteria RA mnenurut ACR 1987,ACR, American College of Rheumatology
Kriteria subjek pennelitian menurut EULAR 2010 Kriteri EULAR
2010
ST AG HD
Keteribatan sendi Jari tangan, Lutut
(2)
Durasi simptom Di atas 6 minggu
(1)
Tabel 4.9 kriteria RA menurut EULAR 2010 , EULAR, European League Against Rheumatism
Tiga subjek penelitian disimpulkan baik berdasarkan kriteria ACR dan EULAR menderita arthritis kronis,tidak memenuhi kriteria RA, OA, gout dan arthritis septik, maka kesimpulan diperoleh adanya hubungan penderita arthritis kronis dengan tes serologis positif lime
4.2. Pembahasan
Setelah dilakukan survei dan penyuluhan di Desa Bestimus Baru, Desa Puang Aja, Desa Sembahe dan Desa Bingkawan. Dilihat dari ke-4 desa merupakan pemukiman yang berdekatan dengan kawasan hutan dan hutan lindung, pekerjaan mayoritas penduduk setempat petani ladang. Daerah tempat masyarakat Sibolangit bekerja banyak ditemukan kutu dengan kulit keras,daerah gigitan merah di pinggir dengan picat di tengah, penduduk kadang kadang tidak merasakan gigitan kutu, tiba tiba timbul bercak merah sekeliling disertai gejala gatal, panas dan sakit. Kadang kadang meriang. Kutu juga banyak ditemukan di anjing dan babi hutan, kutu dinamakan Chikabek (bahasa karo),
daerah pemukiman dengan lingkungan sekitarnya langsung hutan. Hampir seluruh penduduk di kecamatan Sibolangit dikatakan pernah digigit kutu, baik anak kecil maupun dewasa. Hewan peliharaan seperti anjing, kucing, babi, antara penduduk yang memelihara hewan dengan tidak memelihara, sama-sama saja sering kali menemukan gigitan tungau di kawasan pemukiman dikarenakan rumah berdekatan.
Responden pada perempuan sekitar 86%, dimana penduduk di Kec.Sibolangit perempuan sangat peduli terhadap penyakit. Sangat disayangkan kaum pria sangat takut diambil darah dengan berbagai alasan misalnya takut jarum suntik, takut akan kekurangan darah dan terasa lemas setelah diambil darah, takut ketahuan akan penyakit. Usia respoden paling banyak pada usia 36-40 tahun sebesar 46,3%. Pekerjaan respoden dijumpai 58,5% adalah petani ladang, pekerjaan seperti IRT, wiraswasta dan bidan, mereka juga sering keluar masuk hutan.
Dari kuesioner penelitian yang disebarkan tentang riwayat pernah digigit tungau, semua respoden mengisi ya (100%), sekitar 85,4% mengetahui saat digigit tungau di daerah terbanyak di tangan (19,5%), perut, kaki (17,1%) dan ketiak (12,2%). Keluhan gatal dirasakan setelah gigitan tungau, sebagian besar juga melihat bercak merah di pinggir dengan pucat di tengah (EM) dan merasakan sakit mencapai 95,1%,. Kuesioenr juga meliputi tentang gejala subjektif yang dirasakan 1-2 tahun, peneliti menbagi menjadi tiga bagian antara lain gejala seperti flu, gejala rematik, gejala saraf dan gejala psikiatri.
Gejala seperti flu yakni demam mencapai 73,2% dan sakit kepala sekitar 90,2%. Gejala rematik yaitu kaku pada leher, bahu, punggung dan jari tangan mencapai 85,4% responden, semua subjek penelitian merasakan sakit sendi.
Seluruh subjek penelitian sebanyak 41 yang diperoleh dari kuesioner dilakukan pemeriksaan darah rutin dan asam urat. Saat pengambilan darah subjek penelitian tidak ada yang mengalami demam dan nyeri sendi akut.
meningkat sebesar 58,5%. Kebiasaan penduduk suka makan sirih (3-6x/hari) dengan berbagai sebab antara lain kebiasaan, biar gigi tidak sakit, gigi kuat, akan tetapi peneliti mendapat banyak gigi responden, terutama gusi tidak bagus (Sushobhan Biswas, et.al, 2015).
Asam urat darah responden berlebihan (hiperurisemia) sekitar 26,8%, hiperurisemia pada subjek penelitian ini tidak ditemukan nodul dan sakit sendi akut, hiperurisemia pada respoden, dikarenakan kebiasaan masyarakat setempat sering mengadakan pesta tidak jarang 3x/minggu, diet makanan penduduk di Kec.Sibolangit tinggi purin, yakni senang jeroan. Peneliti mendapat jurnal bahwa hiperurisemia tidak terbatas pada gout, lebih berkaitan pada gangguan metabolik, hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan batu ginjal (Laura Billiet, et.al, 2014).
Sebanyak 41 subjek penelitian diteliti lagi apakah menderita arthritis menurut gejala klinis rematik, ada deformitas tulang pada ektremitas superior dan inferior, demam, sakit sendi akut dan bengkak serta nodul pada sendi jempol kaki. Seluruh 41 respoden arthritis kronis tidak termasuk RA, OA, gout dan arthritis septik diteruskan pemeriksaan ELISA IgG tes lime. Di dapati 3 subjek penelitian positif (>25U/ml) dan sisanya negatif. Tiga positif lime berasal dari Desa Sembahe, berarti adanya penyakit lime di Kecamatan Sibolangit pada penderita arthritis kronis tes lime
Tiga sampel positif lime dilanjutkan pemeriksaan darah (CRP, RF, anti MCV). Hasil pemeriksaan yang didapat 3 sampel positif RF, 2 sampel positif anti MCV dan 1 sampel CRP meningkat sedikit. Ketiga subjek penelitian diteliti lagi berdasarkan EULAR 2010, ketiga subjek penelitian tidak memenuhi kriteria RA, OA, gout dan arthritis septik dan dapat disimpulkan adanya hubungan arthritis kronis dengan tes serologis positif lime.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Pada penderita arthritis kronis ditegakkan secara kuesione terdapat 3 (tiga) positif lime dan diperoleh sero-prevalensi sebesar 7,3%
5.2. Saran
a) Sebagai masukan pada pemerintah terutama dinas kesehatan setempat dan pusat serta instansi terkait untuk waspada bahwa terdapat sero-prevalensi penyakit lime di Kec.Sibolangit, Tungau Ixodes merupakan vektor dari kuman Borrelia
b) Dinas kesehatan setempat dapat memberikan penyuluhan tentang pencegahan tentang cara untuk menghindari gigitan tungau (banyak jenis), dimana penduduk banyak merasakan keluhan gatal setiap hari dan diperkuat dengan kadar eosinofil yang meningkat, sebagai tanda alergi, bukan merupakan penyebab dari penyakit lime.