• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peralihan Hak Atas Tanah Yang Dilakukan Oleh Masyarakat Adat Simalungun di Kecamatan Panombean Panei Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peralihan Hak Atas Tanah Yang Dilakukan Oleh Masyarakat Adat Simalungun di Kecamatan Panombean Panei Kabupaten Simalungun"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Perkembangan dan pertambahan penduduk membawa konsekuensi logis

tuntutan kebutuhan manusia akan tanah sebagai tempat tinggalnya, akan tetapi disisi

lain keadaan tanah statis tidak bertambah, bahkan dimungkinkan terjadi pengurangan

karena proses alam. Tanah selain dapat di miliki pibadi atau badan hukum juga dapat

diperuntukkan untuk kepentingan sosial. Dalam ketentuan UUPA mengenai fungsi

sosial dari tanah, dinyatakan bahwa “semua hak atas tanah mempunyai fungsi

sosial.”1

Kondisi kebutuhan dan tersedianya tanah yang tidak seimbang ini terus

berlanjut dan akan menimbulkan masalah-masalah dalam penggunaan tanah, yaitu:

1. Berkurangnya luas tanah pertanian subur menjadi tanah pemukiman, industri dan keperluan non pertanian lainnya.

2. Terjadinya pembenturan kepentingan berbagai sektor pembangunan (misalnya antara kehutanan dan transmigrasi, pertambangan dengan perkebunan dan sebagainya).

3. Menurunnya kualitas lingkungan pemukiman akibat banjir, kekurangan air bersih baik dari jumlah maupun mutunya.

4. Meluasnya tanah kritis akibat penggunaaan tanah yang tidak sesuai dengan potensinya, terjadinya erosi, banjir, dan sedimentasi.

5. Pengunaan tanah untuk berbagai kegiatan akan menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan pencemaran air dan udara.2

1 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

(2)

Untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi masalah-masalah pertanahan

tersebut di atas bisa dilakukan tindakan-tindakan antara lain:

1. Tidak melakukan perusakan atas tanah, dalam arti melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan kerusakan tanah, yakni menurunnya kualitas tanah sehingga mengganggu peruntukan tanah yang bersangkutan.

2. Tidak menelantarkan tanah, dalam arti tanah terus digarap guna memelihara kesuburan tanah tersebut.

3. Tidak melakukan pemerasan atau pendayagunaan (eksploitasi) tanah yang melebihi batas sehingga menimbulkan kerugian kepada pihak-pihak yang lain juga membutuhkan areal atas tanah tersebut.

4. Tidak menjadikan tanah sebagai alat pemerasan terhadap orang lain.3

Masalah ketersediaan tanah dalam masa pembangunan adalah amat luas dan

menyangkut banyak segi kehidupan manusia dalam masyarakat yang bersifat politis,

hukum, sosial, dan ekonomi, dimana tiap pembangunan membutuhkan tanah, baik

sebagai faktor produksi atau sebagai ruang tempat usaha atau permukiman. Makin

meningkatnya jumlah penduduk, juga semakin meningkatnya jumlah pembangunan,

akan meningkat pula kebutuhan akan tanah, pada hal luas tanah (wilayah) di suatu

negara sangat tebatas. Dalam rangka pembangunan nasional dewasa ini, tampaknya

masalah pertanahan memerlukan perhatian dan penanganan dari berbagai pihak,

karena dalam susana yang demikian dirasakan sekali semakin bertambah banyaknya

tanah rakyat yang tersangkut dalam berbagai kegiatan ekonomi, sehingga dalam

hubungan dengan hal ini semakin lama semakin terasa pula perlunya suatu jaminan

kepastian hak atas tanah.4

3Ibid., halaman. 2

(3)

Hak milik atas tanah sangat penting bagi negara, bangsa dan rakyat sebagai

masyarakat yang sedang membangun ke arah perkembangan industri. Tanah yang

merupakan kebutuhan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan berbagai hal

seperti keterbatasan tanah baik dalam jumlah maupun kualitas dibanding dengan

kebutuhan yang harus dipenuhi. Tanah disatu pihak telah tumbuh sebagai benda

ekonomi yang sangat penting serta telah tumbuh sebagai bahan perniagaan dan objek

spekulasi, di lain pihak harus dipergunakan dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya

kesejahteraan rakyat.5

Salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan hak milik atas tanah saat

ini yaitu dengan melakukan peralihan hak atas tanah. Pengalihan hak atas tanah

adalah penjualan, tukar menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak,

penyerahan hak, lelang, hibah atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain selain

pemerintah guna pelaksanaan pembangunan termasuk pembangunan untuk

kepentingan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus. Ada dua cara dalam

mendapatkan ataupun memperoleh hak milik, yakni dengan pengalihan, yang

meliputi beralih dan dialihkan, dalam hal ini berarti ada pihak yang kehilangan yaitu

pemilik semula dan pihak lain yang mendapatkan suatu hak milik, dimana terjadinya

hak milik karena:6

1. Terjadinya hak milik menurut hukum adat yang diatur dengan peraturan pemerintah, dalam hal ini berarti terjadinya hak milik tesebut, diawali dengan hak seorang warga untuk membuka hutan dalam lingkungan wilayah masyarakat

5 Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah Dan Pendaftarannya, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), halaman 1.

(4)

hukum adat dengan persetujuan kepala desa, dengan dibukanya tanah tesebut, belum berarti orang tersebut langsung memperoleh hak milik. Hak milik akan dapat tercipta jika orang tersebut memanfaatkan tanah yang telah dibukanya, menanami dan memelihara tanah tersebut secara terus menerus dalam waktu yang sangat lama, dari sinilah hak milik dapat tercipta, yang sekarang diakui sebagai hak milik menurut UUPA. Terjadinya hak milik dengan cara ini memerlukan waktu yang cukup lama dan tentunya memerlukan penegasan yang berupa pengakuan dari pemerintah.

2. Terjadinya hak milik karena penetapan pemerintah, yaitu yang diberikan oleh pemerintah dengan suatu penetapan menurut cara dan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah, dalam hal ini berarti pemerintah memberikan hak milik yang baru sama sekali. Pemerintah juga dapat memberikan hak milik berdasarkan perubahan dari suatu hak yang sudah ada.

Pemindahan hak atas tanah adalah perbuatan hukum untuk memindahkan hak

atas tanah kapada pihak lain. Pemindahan dilakukan apabila status hukum pihak yang

akan menguasai tanah memenuhi persyaratan sebagai pemegang hak atas tanah yang

tersedia, dan pemegang hak atas tanah tersebut bersedia untuk memindahkan haknya.

Secara khusus falsafah kepemilikan atas tanah dalam hukum adat, hakekat dasarnya

adalah dari pertautan manusia dengan tanah dan alamnya dan bukan pada hak,

melainkan pada hubungan kuatnya pertautan hubungan yang melahirkan kewenangan

(hak), oleh karena itu hak lahir melalui proses intensitas hubungan antara manusia

dengan tanah tidak dari keputusan pejabat.7

Dalam filosofi adat, hak dipahamkan sebagai suatu yang relatif dan mudah

berubah sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat, sehingga hak

sesuatu yang tidak mutlak. Masyarakat adat memiliki tanah atas dasar hubungan

(5)

ulayat yang menimbulkan hak-hak atas tanah. Hak-hak itu dilahirkan berdasarkan

proses perhubungan penguasaan nyata, utamanya oleh perorangan dan keluarga

sebagai pemegang hak. Pertumbuhan hak atas tanah itu diawali dari pemilihan lahan

berdasarkan hak wenang pilih. Hukum adat mengenal hak wenang pilih bagi

perseorangan warga persekutuan yang membuka tanah atau menempatkan

tanda-tanda pelarangan seperti pagar pada tanahnya.8

Pengalihan hak atas tanah, yang dilakukan dengan cara jual beli, tukar

menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak

lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika

dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang, dengan demikian

berarti setiap pengalihan hak milik atas tanah, yang dilakukan dalam bentuk jual beli,

tukar menukar atau hibah harus dibuat di hadapan PPAT.9 Jual beli, tukar menukar

atau hibah ini dalam konsepsi hukum adat adalah suatu perbuatan hukum yang

bersifat terang dan tunai. Ini berarti perbuatan hukum tersebut tidak dapat dibatalkan

kembali, kecuali terdapat cacat cela secara substansi mengenai hak atas tanah (hak

milik) yang dialihkan tersebut, atau cacat mengenai kecakapan dan kewenangan

bertindak atas bidang tanah tersebut.

Adapun yang menjadi syarat-syarat terjadinya pengalihan terhadap kebendaan

tersebut haruslah dilakukan oleh orang yang berhak untuk mengalihkan kebendaan

tersebut. Tidak selamanya pemilik suatu kebendaan dapat diberikan hak untuk

8S. Hendrati Ningsih, A. Budiartha & Andi Hernandi, “Masyarakat Dan Tanah Adat Bali”

Jurnal Sosioteknologi Edisi 15 Tahun7, (Jakarta: Desember 2008), halaman. 519

(6)

mengalihkan benda tersebut, hal ini dikarenakan suatu hal misalnya saja pemilik

suatu kebendaan di dalam keadaan pailit (failiet). Dalam hal ini ia merupakan pemilik

suatu kebendaan tetapi dikarenakan keputusan pengadilan yang mengatakan ia pailit

maka ia tidak berhak untuk mengalihkan benda tersebut.

Adapun sebaliknya orang tersebut tidak merupakan pemilik suatu kebendaan

tetapi ia berhak untuk melakukan pengalihan. Misalnya pandamer, di mana pihak ini

menerima barang gadaian dari pemilik benda tersebut sebagai jaminan pelunasan

hutangnya. Dalam hal ini ia tidak merupakan pemilik yang sah dari suatu kebendaan,

tetapi bila pihak yang berhutang dalam hal ini pemilik yang sah dari benda itu ingkar

janji atau wanprestasi maka pihak penerima gadai dapat mengalihkan benda

tersebut.10

Pengalihan itu dilakukan secara nyata artinya pengalihan itu harus

benar-benar terjadi dan dilakukan secara nyata dari tangan ke tangan. Melihat persyaratan

tersebut di atas pengalihan terhadap benda-benda bergerak cukup hanya melakukan

penyerahannya begitu saja, tetapi terhadap benda tidak bergerak, pencatatan benda

tersebut ke dalam suatu akte sangat penting untuk menetapkan keabsahan benda

tersebut. Terhadap benda tidak bergerak, di samping dengan pengalihan nyata, maka

untuk mengalihkan hak milik atas barang tidak bergerak tersebut harus dilakukan

dengan pengalihan secara yuridis.

Perbuatan hukum jual beli hak milik atas tanah yang dilakukan dengan

perjanjian jual beli di hadapan notaris yang kemudian apabila syarat terang dan

(7)

tunainya terpenuhi maka dilanjutkan dengan penandatanganan akta jual beli yang

dibuat dihadapan pejabat pembuat akta tanah sekaligus juga merupakan penyerahan

hak milik atas tanah dari penjual kepada pembeli. Terang dimaksudkan bahwa

perbuatan hukum tersebut harus dibuat di hadapan pejabat yang berwenang yang

menyaksikan dilaksanakan atau dibuatnya perbuatan hukum tersebut. Sedangkan

dengan tunai diartikan bahwa dengan selesainya perbuatan hukum dihadapan pejabat

yang berwenang berarti pula selesainya tindakan hukum yang dilakukan dengan

segala akibat hukumnya.11

Pasal 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang

Pendaftaran Tanah menyatakan bahwa “peralihan hak atas tanah dan hak milik atas

satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan harta ke

perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak

melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh

PPAT yang berwenang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku.”12

Pada hukum pertanahan dikenal bahwa jual beli tanah harus dilakukan secara

terang dan tunai dalam artian penyerahan dan pembayaran jual beli hak milik atas

tanah dilakukan pada saat bersamaan (tunai) dihadapan seorang PPAT (terang).13

Penambahan terang dan tunai dalam jual beli hak milik atas tanah disebabkan karena

hukum tanah mengadopsi aturan-aturan hukum adat. Pandangan hukum adat

11 Gunawan Widjaja, Kartini Mulyadi, Jual Beli, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), halaman. 87

(8)

menyatakan bahwa jual beli atas bidang tanah telah terjadi antara penjual dan pembeli

bila diketahui oleh kepala kampung yang bersangkutan dan dihadiri oleh dua orang

saksi.14 Akta peralihan hak milik atas tanah merupakan sebuah akta otentik, dimana

menurut ketentuan peraturan perundang‐undangan, akta otentik mempunyai 3 (tiga)

macam kekuatan pembuktian yaitu:

1. Kekuatan pembuktian luar (uitwendige bewijskracht), yaitu syarat‐syarat formal yang diperlukan agar akta notaris dapat berlaku sebagai akta otentik.

2. Kekuatan pembuktian formal (formale bewijskracht), yaitu kepastian, bahwa suatu kejadian dan fakta tersebut dalam akta betul‐betul dilakukan oleh notaris atau diterangkan oleh pihak‐pihak yang menghadap.

3. Kekuatan pembuktian materiil (materiele bewijskracht), yaitu kepastian bahwa apa yang tersebut dalam akta tersebut merupakan pembuktian yang sah terhadap pihak‐pihak yang membuat akta atau mereka yang mendapat hak dan berlaku umum, kecuali ada pembuktian sebaliknya(tegenbewijs).15

Berdasarkan hal tersebut keberadaan akta notaris merupakan akibat langsung

yang merupakan keharusan dari ketentuan perundang‐undangan, bahwa harus ada

akta‐akta otentik sebagai alat pembuktian dan dari tugas yang dibebankan oleh

undang‐undang kepada pejabat‐pejabat atau orang‐orang tertentu, dimana dalam

pemberian tugas inilah terletak pemberian tanda kepercayaan kepada para pejabat itu

dan pemberian kekuatan pembuktian kepada akta‐akta yang mereka buat dan

sepakati.16

Penelitian ini berkaitan dengan peralihan hak atas tanah yang dilakukan oleh

masyarakat adat Simalungun. Menurut ketentuan hukum adat Simalungun, pada

14Sahat Sinaga,Jual Beli Tanah Dan Pencatatan Peralihan,(Jakarta: Pustaka Sutra, 2007), halaman. 17-21

15 R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat Di Indonesia Suatu Penjelasan, (Jakarta: Rajawali Pers, 1982), halaman. 55

(9)

mulanya pemilikan tanah adalah hak milik marga yang dikuasai oleh raja dari salah

seorang anak keluarga marga tersebut. Rakyat hanya mempunyai hak pakai atau hak

massamod, dan sering juga disebut galunggung. Hak massamod (galunggung) bagi

rakyat berlaku turun-temurun dan dapat diwariskan, juga dapat dijual. Sebenarnya

Kabupaten Simalungun yang penduduknya etnis Batak, berada di Pantai Timur

Sumatera Utara ini sangat berbeda dengan daerah Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan

maupun Karo.17

Penduduk dapat membuka perladangan atau persawahan dengan sekuat

kemampuannya dengan ketentuan tanaman keras di atas tanah tersebut adalah milik

marga oleh salah seorang raja dari marga tersebut. Sebagai pemerintah tertinggi di

wilayahnya masing-masing penduduk diwajibkan mendapat persetujuan dari raja

untuk massamod yang baru dan setiap penjualan hak massamod dari rakyat kepada

orang lain harus diketahui oleh raja, untuk itu yang bersangkutan memberikan suatu

pertanda berupa hasil dari atau peliharaan atau uang tunai (tidak ada ketentuan yang

pasti).18

Masyarakat adat Simalungun adalah masyarakat Batak Simalungun di wilayah

Kabupaten Simalungun yang berprinsipTolu Sahundulan Lima Saodoran(kedudukan

nan tiga, barisan nan lima, Tondong, Sanina, Suhut, Anak Boru Jabu, Anak Boru

Mintori). Hak bersama atas tanah disebutrahatan ni huta. Rahatan ni huta termasuk

juga hutan yang berdekatan dengan kampung, dimana kayu-kayunya tidak boleh

17 Moshedayan Pakpahan, Tanah Adat Di Daerah-Daerah Indonesia, (Jakarta: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Badan Pertanahan Nasional, 1998), halaman. 6

(10)

diambil oleh penduduk kecuali untuk keperluan kampung itu umpamanya untuk balai

desa, lumbung desa.19

Hak atas tanah adat yang terdiri atas hak ulayat dan hak perseorangan atas

tanah (adat) di Kabupaten Simalungun masih di akui, meskipun dari segi objek

adanyabong-bongan sahuta, tapian, juma na bolak,dan lain-lain. Masyarakat hukum

adat masih ada tapi lemah, hal ini ditandai dengan adanya pimpinan adat dalam

acara-acara ritual seperti pesta, dan hukum adat juga masih dipakai meskipun di sana-sini

sudah mengalami pergeseran.20 Untuk dapat dikatakan mempunyai hubungan dan

hak-hak perorangan atas tanah haruslah memenuhi tiga syarat pokok yakni tempat

tinggal, kedudukan sebagai warga persekutuan dan intensitas penguasaaan serta

pengolahan tanah21 artinya hanya mereka yang bertempat tinggal dalam lingkungan

ulayatlah yang berhak memiliki hubungan dan hak perorangan yang kuat, baik secara

individu, keluarga maupun kelompok.

Begitu pula hanya warga persekutuanlah yang memiliki hak serta hubungan

yang kuat terhadap tanah yang berada dalam lingkungan tanah ulayat. Selanjutnya

tentang syarat ketiga yaitu intensitas penguasaan dan pengolahan tanah, artinya tanah

yang secara terus menerus diusahakan dan diolah sehingga memberikan hasil dan

manfaat. Syarat ini merupakan petunjuk bagi adanya sifat menguncup

mengembangnya hubungan ulayat dengan hak perorangan. Dengan diusahakan tanah

19Ibid.,halaman. 7

20Rosnidar Sembiring, Keberadaan Hak Ulayat Di Kabupaten Simalungun, Tesis, (Medan: PPS USU, 2001), halaman. 16

21Herman Soesangobeng, Kontektualisme Filosofi Adat Tentang Tanah Dan Penerapannya

(11)

secara terus menerus dan hubungan penguasaan maupun pengolahan oleh seseorang

ataupun keluarga atas tanah, maka hubungan hak perorangan berkembang menjadi

kuat dan penuh sedangkan hubungan kewenangan ulayat menguncup dan menjadi

bertambah lemah begitupun sebaliknya.

Meskipun demikian, hubungan kekuasaan dan kewenangan ulayat, masih

tetap meliputi dan menguasai hak perorangan yang bersangkutan, karena itu bilamana

ketiga syarat tersebut dibaikan, maka hubungan hak perorangan atas tanah menjadi

munguncup dan melemah atau lenyap, tetapi sebaliknya hubungan kekuasaan ulayat

pun menjadi berkembang dan terpulihkan tanpa halangan apapun.22

Atas dasar hubungan kewenangan dan kekuasaan ulayat maka dikembangkan

hak-hak perorangan maupun masyarakat atas tanah, dimana hak dan kewenangan

masyarakat atas tanah dapat dipisahkan menjadi tiga yaitu:23

1. Untuk mengatur dan menetapkan peruntukan serta penggunaan tanah.

2. Untuk mengendalikan penyimpangan atas peruntukan dan penggunaan tanah. 3. Untuk memberikan tanah yang ditelantarkan kepada warga masyarakat lainnya

yang diakui berhak.

Sedangkan hak-hak perorangan yang dapat lahir ada empat yaitu sebagai

berikut:24

1. Hak untuk mengambil hasil hutan serta pengairan dalam lingkungan ulayat. 2. Hak untuk menanam dan memiliki bangunan atas tanah ulayat.

3. Hak untuk membuka tanah dan hutan.

4. Hak untuk mengalihkan hak atas tanah serta bangunan dan tanaman diatas tanahnya.

22

Ter Haar,Asas-Asas Dan Susunan Hukum Adat, (Jakarta: Balai Pustaka, 2013),halaman. 51 23Ibid., halaman. 52

(12)

Adapun kedudukan hak penguasaan atau hak perorangan adalah merupakan

hak yang diciptakan berdasarkan kekuasaan masyarakat (ulayat). Hak ini tidak

bersifat abadi dan diikat oleh kekuasaan masyarakat. Ikatan mana bisa menjadi kuat

atau melemah bergantung pada lamanya penguasaan dan intensitas pengolahan atas

tanahnya. Lamanya waktu penguasaan itu biasanya dibuktikan dengan adanya

kewenangan meneruskan hak penguasaan berupa mewariskan tanah kepada generasi

penerus. Dengan demikian setiap waktu masyarakat dapat mencampuri dalam urusan

pemakaian dan pemanf aatan hak perorangan yang bersangkutan bila dalam

pemakaian atau pemanfaatan hak perorangan oleh yang bersangkutan ada hal-hal

yang tidak sesuai atau berlawanan dengan prinsip-prinsip pemberian hak perorangan

tersebut.25

Salah satu yang menjadi hak perorangan terhadap tanah dalam msyarakat adat

adalah hak untuk mengalihkan hak atas tanah serta bangunan dan tanaman diatasnya.

Untuk kelompok-kelompok masyarakat yang belum tersentuh administrasi dan

hukum pertanahan yang lebih modern dan hanya mengenal ketentuan hukum adat

mereka, dimana peralihan hak atas tanah hanya dilakukan dibawah tangan dan atas

dasar kepercayaan serta kekeluargaan tanpa adanya akta yang dibuat pejabat yang

berwenang yang hanya diperkuat dengan kesaksian orang-orang yang dapat

dipercaya.26

25Ibid., halaman. 55

(13)

Berdasarkan doktrin dan yurisprudensi yang ada, surat di bawah tangan tidak

memiliki kekuatan hukum. Namun demikian, surat di bawah tangan tetap dapat

dijadikan sebagai alat bukti, dan hal ini tentu saja terkait dengan masalah tanda

tangan dan kesaksian dalam surat tersebut.27Fakta yang ada saat ini, tidak jarang alas

hak berupa surat di bawah tangan ini menimbulkan masalah di kemudian hari seperti

munculnya dua pihak yang mengaku sebagai pemilik atas tanah yang telah di alihkan

tersebut, pemalsuan, dan penyerobotan tanah oleh ahli waris ketika si penjual sudah

meninggal dunia. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini diberi judul

“Peralihan Hak Atas Tanah Yang Dilakukan Oleh Masyarakat Adat

Simalungun Di Kecamatan Panombean Panei Kabupaten Simalungun.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dapat di identifikasi

beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu sebagai

berikut:

1. Bagaimana legalitas peralihan hak atas tanah yang dibuat dihadapan notaris

terkait peralihan tanah yang berasal dari kepemilikan hukum adat yang belum

bersertifikat di Kecamatan Panombean Panei Kabupaten Simalungun?

2. Apa yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan peralihan hak atas tanah milik

perorangan secara hukum adat dipandang dari hukum agraria nasional di

Kecamatan Panombean Panei Kabupaten Simalungun?

(14)

3. Bagaimana solusi hukum yang dapat dilakukan dalam mengatasi persoalan

terkait peralihan hak atas tanah yang dilakukan berdasarkan hukum adat di

Kecamatan Panombean Panei Kabupaten Simalungun?

C. Tujuan Penelitian

Tulisan ini dibuat sebagai tugas akhir dan merupakan sebuah karya ilmiah

yang bermanfaat bagi semua kalangan baik civitas akademika, pemerintah,

masyarakat maupun para pihak yang terlibat langsung dalam setiap pelaksanaan

peralihan hak atas tanah khususnya tanah-tanah milik masyarakat adat. Selain itu

tujuan penelitian ini untuk mengembangkan pengetahuan hukum khususnya hukum

yang mengatur tentang administrasi pertanahan. Sesuai permasalahan yang diatas

adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai legalitas peralihan hak atas tanah

yang dibuat dihadapan notaris terkait peralihan tanah yang berasal dari

kepemilikan hukum adat yang belum bersertifikat di Kecamatan Panombean

Panei Kabupaten Simalungun.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai faktor penghambat dalam

pelaksanaan peralihan hak atas tanah milik perorangan secara hukum adat

dipandang dari hukum agraria nasional di Kecamatan Panombean Panei

Kabupaten Simalungun.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai solusi hukum yang dapat

(15)

dilakukan berdasarkan hukum adat di Kecamatan Panombean Panei Kabupaten

Simalungun.

D. Manfaat Penelitian

Penelitan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara teoretis

kepada disiplin ilmu hukum yang diterapkan oleh aparat penegak hukum maupun

praktis kepada para praktisi hukum.

1. Manfaat yang bersifat teoretis adalah diharapkan hasil penelitian ini dapat

menyumbangkan pemikiran dibidang hukum yang akan mengembangkan disiplin

ilmu hukum khususnya pengetahuan ilmu hukum pertanahan, hukum

administrasi dan hukum agraria nasional.

2. Manfaat yang bersifat praktis adalah bahwa hasil penelitian ini nantinya

diharapkan memberikan jalan keluar yang akurat terhadap permasalahan yang

diteliti. Penelitian diharapkan juga agar dapat menjadi bahan masukan bagi

masyarakat, aparat penegak hukum dan para pihak yang berperan serta yang

diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan perannya dalam memberikan

kepastian dan perlindungan hukum dalam setiap pelaksanaan peralihan hak atas

tanah khususnya milik masyarakat adat.

E. Keaslian Penulisan

Penelitian yang berjudul “Peralihan Hak Atas Tanah Yang Dilakukan Oleh

Masyarakat Adat Simalungun Di Kecamatan Panombean Panei Kabupaten

(16)

belum pernah ada yang membuat, kalaupun ada seperti beberapa judul penelitian

yang diuraikan di bawah ini dapat diyakinkan bahwa substansi pembahasannya

berbeda. Oleh karena itu, keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara

moral dan ilmiah. Pengujian tentang kesamaan dan keaslian judul yang diangkat di

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara khususnya dilingkungan

Magister Kenotariatan dan Magister Ilmu Hukum juga telah dilakukan dan dilewati,

namun ada beberapa penelitian tesis yang memiliki kemiripan dengan judul yang

diangkat, antara lain:

1. Nama : Fine Handryani

Nim : 097011108

Judul : Akibat Hukum Dari Pembuatan Akta Jual Beli Tanah

Bersertifikat Yang Tidak Sesuai Dengan Tata Cara Pembuatan

Akta PPAT (Studi Pada PPAT Di Kabupaten Langkat)

Rumusan Masalah:

1. Mengapa terjadi pembuatan akta jual beli yang tidak sesuai ketentuan dalam

prosedur pembuatan akta pejabat pembuat akta tanah?

2. Bagaimanakah peran badan pertanahan nasional dalam melakukan

pengawasan atas tata cara pembuatan akta oleh para pejabat pembuat akta

tanah?

3. Bagaimanakah akibat hukum terhadap akta pejabat pembuat akta tanah yang

(17)

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam

membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.

Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori,

tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.28 Teori berguna untuk

menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi

dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat

menunjukkan ketidakbenarannya.

Menurut Soerjono Soekanto, dinyatakan bahwa “keberlanjutan perkembangan

ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi

sosial sangat ditentukan oleh teori.”29 Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk

memberikan arahan atau petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang

diamati, dan dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, maka

kerangka teori diarahkan kepada teori-teori ilmu hukum. Pada penelitian ini teori

yang digunakan adalah teori bola, teori kepastian hukum dan teori perlindungan

hukum.

Teori dalam penulisan tesis ini menggunakan teori bola yang mana hubungan

masyarakat hukum dan individu terhadap tanah selalu mengembang dan mengempes,

atau dalam artian lain terdapat hubungan timbal balik antara masyarakat hokum adat

(18)

dengan tanah. Hal ini diumpamakan dengan sebuah bola, jika mendapat tekanan yang

kuat bola mengempes, dan jika tekanan terhadap bolanya berkurang atau melemah,

bola akan mengembung kembali.

Menurut Ter Haar pada prinsipnya tanah tidak bisa lepas dari masyarakat

hukum lain, kecuali dalam hal-hal tertentu, yaitu sebagai berikut30:

1. Ada pembunuhan yang tidak diketahui pelakunya.

2. Jika persekutuan hukum dikalahkan dalam peperangan, atau dapat tekanan dari pemerintahan yang lebih tinggi tingkatannya.

3. Tanah itu jauh dari pusat kehidupan persekutuan. 4. Tanah itu tidak subur atau gersang.

Menurut Ter Haar bila hak persekutuan menguat maka hak perseorangan akan

melemah, sebaliknya apabila hak perseorangan menguat maka hak persekutuan akan

melemah (teori bola)31 . Pada masyarakat yang masih mengakui hak ulayat apabila

terhadap tanah tersebut diperlukan oleh negara, maka negara harus memberikan ganti

rugi atas tanah tersebut. Cara persekutuan memelihara serta mempertahankan hak

ulayat yaitu dengan cara:

1. Persekutuan berusaha meletakkan batas-batas di sekeliling wilayah kekuasaan itu.

2. Menunjuk pejabat-pejabat tertentu yang khusus bertugas mengawasi wilayah kekuasaan persekutuan yang bersangkutan.

3. Mengadakan patroli-patroli perbatasan.

Fungsi teori bola dalam penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana

eksistensi hak ulayat masa kini di kalangan masyarakat hukum adat, dan juga untuk

30

Ter Haar,Asas-Asas Dan Susunan Hukum Adat, (Jakarta: Balai Pustaka, 2013),halaman. 52

31

(19)

melihat apakah hak persekutuan atau hak perseorangan yang lebih digunakan saat ini

terkait peralihan hak-hak atasa tanah.

Teori dalam penulisan tesis ini juga menggunakan teori kepastian hukum,

dimana istilah kepastian hukum dalam tataran teori hukum tidak memiliki pengertian

yang tunggal. Hal ini disebabkan oleh adanya sejumlah pendapat yang berusaha

menjelaskan arti dari istilah tersebut dengan argumen dan perspektif tertentu, baik

dalam pengertian yang sempit maupun luas. Kepastian hukum merupakan pertanyaan

yang hanya dapat dijawab secara normatif, bukan sosiologis. Kepastian hukum secara

normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena

mengatur secara jelas dan logis. Jelas, dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan

(multitafsir) dan logis dalam artian menjadi suatu sistem norma, dengan norma lain

sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma.

Konflik norma yang ditimbulkan dari ketidakpastian aturan dapat berbentuk

kontestasi norma, reduksi norma atau distorsi norma. Kepastian hukum harus

diindikasikan oleh adanya ketentuan peraturan yang tidak menimbulkan multitafsir

terhadap formulasi gramatikal dan antinomi antar peraturan, sehingga menciptakan

keadaan hukum yang tidak membawa kebingungan ketika hendak diterapkan atau

ditegakkan oleh aparat penegak hukum.

Gustaf Radbruch, dalam konsep ajaran prirotas baku mengemukakan bahwa

tiga ide dasar hukum atau tiga tujuan utama hukum adalah keadilan, kemanfaatan dan

kepastian hukum. Keadilan merupakan hal yang utama dari ketiga hal itu tetapi tidak

(20)

adalah hukum yang mampu mensinergikan ketiga unsur tersebut demi kesejahteraan

dan kemakmuran masyarakat.32 Keadilan yang dimaksudkan oleh Radbruch adalah

keadilan dalam arti yang sempit yakni kesamaan hak untuk semua orang di depan

pengadilan. Kemanfaatan atau finalitas menggambarkan isi hukum karena isi hukum

memang sesuai dengan tujuan yang mau dicapai oleh hukum tersebut. Kepastian

hukum dimaknai dengan kondisi di mana hukum dapat berfungsi sebagai peraturan

yang harus ditaati.33

Kepastian hukum itu berkaitan dengan putusan hakim yang didasarkan pada

prinsip the binding for precedent (stare decisis) dalam sistem common law dan the

persuasive for precedent (yurisprudensi) dalam civil law. Putusan hakim yang

mengandung kepastian hukum adalah putusan yang berisi prediktabilitas dan otoritas.

Kepastian hukum akan terjamin oleh sifat prediktabilitas dan otoritas pada

putusan-putusan terdahulu.34 Hukum bertugas menjamin adanya kepastian hukum

(rechszekerheid)dalam pergaulan manusia. Dalam tugas itu tersimpul dua tugas lain,

yaitu harus menjamin keadilan serta hukum tetap berguna. Dalam kedua tugas

tersebut tersimpul pula tugas ketiga yaitu hukum menjaga agar masyarakat tidak

terjadi main hakim sendiri(eigenrichting).Dalam penerapan teori hukum tidak dapat

hanya satu teori saja tetapi harus gabungan dari berbagai teori.

32 Ali Ahmad, Menguak Teori Hukum Dan Teori Peradilan, (Jakarta: Kencana, 2009), halaman. 287-288

(21)

Berdasarkan teori hukum yang ada maka tujuan hukum yang utama adalah

untuk menciptakan keadilan, kemanfaatan, kepastian hukum, ketertiban dan

perdamaian.35 Fuller memberikan makna yang lebih luas tentang kepastian hukum.

Fuller menjabarkan pendapatnya tentang kepastian hukum, dengan menyatakan

kepastian hukum selalu berkaitan dengan hal-hal seperti:36

a. Adanya sistem hukum yang terdiri dari peraturan-peraturan, bukan berdasarkan putusan sesaat untuk hal-hal tertentu.

b. Peraturan tersebut diumumkan kepada publik. c. Peraturan tersebut tidak berlaku surut.

d. Dibuat dalam rumusan yang dimengerti oleh umum. e. Tidak boleh ada peraturan yang saling bertentangan.

f. Tidak boleh menuntut suatu tindakan yang melebihi apa yang dapat dilakukan. g. Harus ada kesesuaian antara peraturan dan pelaksanaan sehari-hari.

Penggunaan teori kepastian hukum dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

menjamin pelaksanaan atas peralihan hak atas tanah yang dilakukan oleh masyarakat

adat yang harus dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah sebagai pejabat umum yang

berwenang dalam pembuatan akta akta peralihan hak atas tanah.

Teori perlindungan hukum juga digunakan dalam penulisan tesis ini. Menurut

Satjipto Raharjo “hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara

mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya tersebut.”37 Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur

dalam arti, ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah

35Ridwan Syahrani,Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), halaman. 22

36Ahmad Ali,Op. Cit., halaman. 294

(22)

yang disebut hak. Tetapi tidak di setiap kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut

sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu yang menjadi alasan melekatnya

hak itu pada seseorang.38Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau

upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa

yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan

ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai

manusia.39

Menurut Muchsin perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk melindungi

individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang

menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam

pergaulan hidup antar sesama manusia.40 Perlindungan hukum merupakan suatu hal

yang melindungi subjek-subjek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan hukum

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:41

1. Perlindungan hukum preventif merupakan perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan sutu kewajiban.

2. Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.

38Ibid.

39 Setiono, Rule Of Law (Supremasi Hukum), Tesis, Magister Ilmu Hukum (Pascasarjana: Universitas Sebelas Maret, 2004), halaman. 3

40Muchsin,Perlindungan Dan Kepastian Hukum Bagi Investor Di Indonesia, Tesis, Magister Ilmu Hukum (Pascasarjana: Universitas Sebelas Maret, 2003), halaman. 14

(23)

Perlindungan hukum bagi rakyat adalah prinsip pengakuan dan perlindungan

terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada pancasila dan prinsip

negara hukum yang berdasarkan pancasila. Adapun elemen dan ciri-ciri negara

hukum pancasila ialah:42

1. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.

2. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

3. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.

Berdasarkan elemen-elemen tersebut, perlindungan hukum bagi rakyat

terhadap pemerintah diarahkan untuk mencegah terjadinya sengketa atau sedapat

mungkin mengurangi terjadinya sengketa, dalam hubungan ini sarana perlindungan

hukum preventif patut diutamakan daripada sarana perlindungan represif.

Penyelesaian sengketa melalui peradilan merupakan jalan terakhir, peradilan

hendaklah merupakan ultimum remedium dan peradilan bukan forum konfrontasi

sehingga peradilan harus mencerminkan suasana damai dan tentram. Penggunaan

teori perlindungan hukum dalam tesis ini bertujuan untuk memberikan perlindungan

hukum bagi masyarakat adat khususnya dalam setiap pelaksanaan peralihan hak atas

tanah yang dilakukan tanpa adanya akta dari pejabat pembuat akta tanah.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian yang terpenting dari teori, peranan konsepsi

dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan

(24)

kenyataan. Konsepsi diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang di

generalisasikan dari hal-hal khusus yang disebut defenisi operasional.43Maka dalam

penelitian defenisi operasional yang akan digunakan yakni:

a. Peralihan hak atas tanah adalah perbuatan hukum pemindahan hak atas tanah

yang dilakukan dengan sengaja supaya hak tersebut terlepas dari pemegangnya

semula dan menjadi hak pihak lain.

b. Hukum adat adalah hukum non statutair yang sebagian besar adalah hukum

kebiasaan dan sebagian kecil hukum islam (agama). Hukum adat melingkupi

hukum yang berdasarkan keputusan hakim, yang berisi asas-asas hukum dalam

lingkungan, di mana ia memutuskan perkara. Hukum adat berurat-akar pada

kebudayaan nasional, dimana hukum adat adalah hukum yang hidup, karena ia

menjelmakan perasaan hukum yang nyata dari rakyat.

c. Masyarakat hukum adat menurut adalah sekelompok orang yang terikat oleh

tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena

kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar keturunan.44

d. Masyarakat hukum adat teritorial adalah masyarakat hukum berdasar lingkungan

daerah, keanggotaan persekutuan seseorang tergantung pada tempat tinggalnya,

apakah di dalam lingkungan daerah persekutuan atau tidak.

43 Samadi Suryabrata, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), halaman. 3

(25)

e. Masyarakat hukum adat berdasarkan genealogis adalah persekutuan masyarakat

hukum berdasarkan suatu keturunan (keluarga), yang mana keanggotaan

persekutuan seseorang bergantung pada apakah seseorang itu masuk dalam satu

keturunan yang sama atau tidak.

f. Hak atas tanah ulayat juga disebut sebagai hak komunal atas suatu tanah adat, hal

ini sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang

Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penetapan Hak Komunal Atas Tanah

Masyarakat Hukum Adat Dan Masyarakat Yang Berada Dalam Kawasan

Tertentu, dinyatakan bahwa “hak komunal atas tanah adalah hak milik bersama

atas tanah yang diberikan kepada masyarakat yang berada dalam kawasan

tertentu.”

g. Masyarakat adat simalungun adalah masyarakat adat yang memiliki kekerabatan

yang diteruskan dengan kekerabatan kebapakan yang terdiri dari tiga pihak yaitu

tondong, sanina, boru, dimana dengan ikatan perkawinan tersebut menimbulkan

hubungan kekeluargaan dan terciptanya integrasi ketiga pihak yang

dilambangkan dengantolu sahundulan lima saodaran.

h. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan

memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang

jabatan notaris atau berdasarkan undang-undang lainnya.

i. Akta peralihan hak atas tanah adalah akta otentik yang diterbitkan oleh notaris

(26)

supaya hak tersebut terlepas dari pemegangnya semula atau pemegang hak awal

menjadi hak pihak lain.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Dan Sifat Penelitian

Penelitian dalam pelaksanaannya diperlukan dan ditentukan alat-alatnya,

jangka waktu, cara-cara yang dapat ditempuh apabila mendapat kesulitan dalam

proses penelitian. Penelitian harus dilakukan secara metodologis, sistematis, dan

konsisten. Metodologis yang dimaksud berarti sesuai dengan metode atau cara

tertentu, sistematis adalah berdasarkan pada suatu sistem, dan konsisten berarti tidak

adanya hal-hal yang bertentangan dengan suatu kerangka tertentu.45

Metode penelitian yang digunakan dalam penulian tesis ini adalah metode

penelitian hukum normatif dan empiris. Penelitian hukum normatif yaitu metode atau

cara meneliti bahan pustaka. Penelitian empiris merupakan penelitian hukum yang

memakai sumber data primer. Data yang diperoleh berasal dari eksperimen dan

observasi. Dari sudut tujuannya, penelitian hukum ini memaparkan mengenai sejauh

mana peranan notaris dalam memberikan kepastian dan perlindungan hukum dalam

setiap pelaksanaan peralihan hak atas tanah khususnya yang di lakukan oleh

masyarakat adat. Adapun sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif analitis dengan menguraikan permasalahan secara sistematis dan

(27)

kompeherensif. Tujuan penelitian deskriptif analitis adalah menggambarkan secara

tepat, sifat individu, suatu gejala, keadaan atau kelompok tertentu.46

2. Metode Pendekatan

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dan empiris yang

ditunjang dengan data sekunder dan data primer dengan pendekatan

perundang-undangan, pendekatan analisis, dan pendekatan kasus.47 Pendekatan undang-undang

(statute approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi

yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan

perundang-undangan adalah pendekatan dengan menggunakan legislasi dan

regulasi.48 Pendekatan analisis adalah menganalisis pengertian hukum, asas hukum,

kaedah hukum, sistem hukum, dan berbagai konsep yuridis.49 Pendekatan kasus

adalah (case approach) adalah mempelajari penerapan norma-norma atau kaidah

hukum yang dilakukan dalam praktik hukum, terutama mengenai kasus-kasus yang

telah diputus terhadap perkara-perkara yang menjadi fokus penelitian.50

3. Sumber Bahan Hukum

Dalam penelitian hukum normatif data yang dipergunakan adalah data

sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research) yang

bertujuan untuk mendapatkan konsep-konsep, teori-teori dan informasi-informasi

46 Koentjorodiningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1997), halaman. 42

47 Jhonny Ibrahim, Teori Dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Cetakan Pertama, (Malang: Bayu Media, 2005), halaman. 248

48Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum,(Jakarta: Kencana, 2010), halaman. 93 49Jhonny Ibrahim,Op. Cit.,halaman. 257

(28)

serta pemikiran konseptual, baik berupa peraturan perundang-undangan dan karya

ilmiah lainnya.51Data sekunder yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari:

a. Bahan hukum primer yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan

oleh pihak yang berwenang. Dalam penelitian ini diantaranya Undang-Undang

Dasar 1945, Pancasila, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 Tentang

Pendaftaran Tanah, serta peraturan-peraturan lain yang mendukung penelitian

ini.

b. Bahan hukum sekunder yaitu semua dokumen yang merupakan bacaan yang

relevan seperti buku-buku, seminar-seminar, jurnal hukum, majalah, koran, karya

tulis ilmiah dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan materi yang

diteliti.

c. Bahan hukum tersier yaitu semua dokumen yang berisi tentang konsep-konsep

dan keterangan keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder, seperti kamus berbagai bahasa, kamus-kamus hukum,

ensklopedia dan sebagainya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library

reseacrh) dan juga dengan melakukan wawancara langsung kepada narasumber

(29)

sebagai data primer penelitian, dimana wawancara dilakukan dengan informan yakni

dengan masyarakat adat setempat, notaris, dan juga pengetua adat, serta responden

lain yang mendukung peneilitian ini. Pengumpulan data dengan cara studi

kepustakaan (library reseacrh) adalah serangkaian usaha untuk memperoleh data

dengan jalan membaca, menelaah, mengklarifikasi, mengidentifikasi, dan dilakukan

pemahaman terhadap bahan-bahan hukum yang berupa peraturan

perundang-undangan serta buku-buku literatur yang ada relevansi atau hubungannya dengan

permasalahan-permasalahan yang dikaji didalam penelitian.

Wawancara dengan informan adalah suatu sarana atau alat pengumpulan data

di dalam penelitian dengan menunjukkan adanya suatu hubungan diantara dua pihak

yang mengandalkan diri pada pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bahan

yang dikaji. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan secara

sistematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari teknik

dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau

penemuan-penemuan yang berhubungan dengan permasalahan yang akan di uji dalam

penelitian.52

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada narasumber yang

mendukung penelitian ini, diantaranya adalah:

1. Wawancara Dengan Bapak St. Drs. Kamen Purba Dasuha, Pengetua Adat Kecamatan Panombean Panei

2. Wawancara Dengan Bapak St. S. Purba Sidabalog, Pengetua Adat Kecamatan Panombean Panei

52 Edy Ikhsan, Mahmul Siregar, Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan

(30)

3. Wawancara Dengan Bapak Jhonsidi Hutasoit, Pangulu Kecamatan Panombean Panei

4. Wawancara Dengan F. H. Saragih, SH, SpN, Notaris Kabupaten Simalungun 5. Wawancara Dengan Notaris D. S. Purba, SH, SpN, Notaris Pematang Siantar

5. Analisis Data

Pengolahan, analisis dan konstruksi data penelitian hukum normatif dapat

dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kaidah hukum dan kemudian

konstruksi dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal ke dalam

kategori-kategori atas dasar pengertian-pengertian dari sistem hukum tersebut.53 Data yang

telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan analisis data kualitatif, yaitu:

a. Mengumpulkan bahan hukum, berupa inventarisasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan peralihan hak atas tanah.

b. Memilah-milah bahan hukum yang sudah dikumpulkan dan selanjutnya melakukan sistematisasi bahan hukum sesuai dengan permasalahan yang dikaji di dalam penelitian.

c. Menganalisis bahan hukum dengan membaca dan menafsirkannya untuk menemukan kaiedah, asas dan konsep yang terkandung di dalam bahan hukum tersebut.

d. Menemukan hubungan konsep, asas dan kaidah tersebut dengan menggunakan teori sebagai pisau analisis.

Penarikan kesimpulan untuk menjawab permasalahan dilakukan dengan

menggunakan logika berfikir deduktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca,

menafsirkan dan membandingkan hubungan-hubungan konsep, asas dan kaidah yang

terkait sehingga memperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penulisan yang

dirumuskan.54

53Soejono Soekonto,Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), halaman. 225

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis android yang dikembangkan mendapat respon yang baik dari siswa kelas X MM SMK Negeri 3 Bojonegoro (3)

Kita bisa melakukan pengaturan alignment atau perataan teks pada suatu paragraf, yaitu dengan rata kiri, kanan, tengah atau rata kiri dan kanan.. Seleksi paragraf

Input tinggi gelombang signifikan di kisaran 1,40 m hingga 1,51 m dan arah dominan angin berhembus berasal dari utara barat laut, serta arah barat laut yang terjadi di

Dari ke 3 model yang telah diperoleh menggunakan metode geomagnet menggambarkan bahwa batuan penyusun bawah permukaan lokasi penelitian adalah batuan sedimen

Kategori tersebut didukung hasil observasi etika berbusana muslim meliputi cara berpakaian yang sesuai dengan ketentuan syar’i dilihat dari aspek model, warna, dan

Hasil dari pengukuran sifat listrik larutan klorofil daun jarak kepyar pada tiap-tiap kosentrasi menunjukkan nilai konduktivitas larutan pada kondisi terang lebih

1) Secara umum adalah setiap muslim yang mukalaf (sudah dewasa). Kewajiban dakwah telah melekat tak terpisahkan pada mereka sesuai dengan kemampuan masig-masing sebagai

Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang sangat berperan dalam pelayanan di rumah sakit, karena perawat merupakan petugas kesehatan yang memiliki kontak paling lama