BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian observasional dengan metode studi
cross sectional yang menilai faktor–faktor yang mempengaruhi keputusan orangtua terhadap tindakan pungsi lumbal di unit perawatan anak.
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di unit perawatan anak Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2016.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi target pada penelitian ini adalah bayi baru lahir sampai anak usia 18 tahun dengan gejala klinis berupa kejang dan penurunan kesadaran yang dirawat di unit perawatan anak RSUP Haji Adam Malik Medan selama bulan Maret sampai Mei 2016. Sampel pada penelitian ini adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang dipilih secara
consecutive sampling.
3.4 Metode Pengumpulan Data
mengenai data pribadi, data orangtua, riwayat penyakit terdahulu dan riwayat pengobatan yang pernah dijalani. Pencatatan berat badan (BB), panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB), tingkat pendidikan terakhir orangtua, pemahaman orangtua, dan alasan-alasan keputusan orangtua terhadap tindakan pungsi lumbal yang tersedia dilakukan secara langsung oleh peneliti. Keluaran berupa persetujuan atau penolakan orangtua terhadap tindakan pungsi lumbal.
3.5 Perkiraan Besar Sampel
Penghitungan besar subjek pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus besar sampel untuk uji hipotesis dengan satu kelompok. Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan derajat kemaknaan (CI) 95% dan power sebesar 80%
Besar sampel minimal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
� = {( 0 0+ )
( − 0)
}2
N = besar sampel
α = kesalahan tipe I = 5% (Tingkat kepercayaan 95%) → Zα = 1,96 ß = kesalahan tipe 2 = 20% (power 80%) → Z ß = 0,842
Pa = perkiraan proporsi orangtua yang menolak pungsi lumbal pada populasi diharapkan = Po - 0,2 = 0,42
Qo = 1 – Po = 0,38 Qa = 1 – Pa = 0,58
�= {(1,96 0,62.0,38 + 0,842 0,82.0,58)
(0,2) }
2
Dengan menggunakan rumus di atas didapati besar sampel minimal adalah 45 orang.
3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.6.1 Kriteria Inklusi
Orangtua dari pasien anak yang berusia 0 bulan sampai kurang dari 18 tahun dengan indikasi pungsi lumbal di ruang rawat anak.
1.6.2 Kriteria Eksklusi
1. Pasien anak berusia 0 bulan sampai 18 tahun yang sudah pernah dilakukan tindakan pungsi lumbal sebagai diagnosis.
2. Orangtua yang tidak bersedia untuk dilakukan wawancara.
3.7 Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed consent)
Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) dan naskah penjelasan kepada orangtua terlampir dalam usulan penelitian ini.
3.8 Etika Penelitian
Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.9 Cara Kerja
1. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi akan dimintai persetujuan dari orangtua untuk mengikuti penelitian setelah diberikan penjelasan dan menandatangani lembar PSP.
2. Data pasien diperoleh dari rekam medis pasien tentang penyakit primer, BB, TB, kemudian dilakukan wawancara dengan orangtua pasien mengenai riwayat penyakit terdahulu dan riwayat pengobatan yang pernah dijalani.
3. Pada awal rawatan, semua subjek penelitian yang didugaa adanya kejang dan penurunan kesadaran secara klinis yang di indikasikan untuk dilakukan pungsi lumbal dilakukan wawancara terhadap orangtua/wali mengenai pendidikan terakhir orangtua, pengetahuan orangtua tentang tindakan LP setelah diberi informed consent oleh dokter dan alasan orangtua terhadap tindakan LP.
3.10 Alur Penelitian
Infeksi Sistem Saraf Pusat
Pungsi lumbal Setuju Menolak
WAWANCARA
ANALISA DATA
Gambar 4. Skema rancangan alur penelitian
3.11 Identifikasi Variabel
Variabel bebas Skala
Usia orangtua interval
Tingkat pendidikan orangtua ordinal Pengetahuan orangtua tentang LP ordinal
Alasan orangtua ordinal
Variabel Tergantung Skala
3.12 Definisi Operasional
Wawancara Kuisioner Masing–masing pendidikan dokter sebelum tindakan (inform consent) yang berisi tentang:
1. Penjelasan tentang tindakan pungsi lumbal 2. Manfaat tindakan pungsi
lumbal
3. Komplikasi tindakan pungsi lumbal 4. Efek samping dari
tindakan pungsi lumbal
Wawancara Kuisioner Masing - masing pengetahuan
Wawancara Kuisioner Masing-masing alasan meliputi:
3.13 Pengolahan dan Analisis Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan selama bulan Maret hingga Mei 2016. Penelitian ini di ikuti oleh orangtua pasien anak dengan infeksi sistem saraf pusat sebanyak 50 orang, yang terdiri dari anak laki-laki sebanyak 30 orang dan anak perempuan sebanyak 20 orang.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik Responden n (50) Anak
Tabel 4.2 Hubungan Persetujuan Pungsi lumbal Berdasarkan
Tabel 4.3 Hubungan Penolakan Pungsi lumbal Dengan Pengetahuan
Tabel 4.4 Alasan orangtua terhadap tindakan pungsi lumbal
Alasan responden Keputusan responden P
Menolak Setuju
Tidak perlu dilakukan pungsi lumbal 2 (100) 0 (0) < 0.001 Takut akan komplikasi 8 (20.5) 31 (79.5)
BAB V DISKUSI
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008 tentang persetujuan tindakan kedokteran dimana diatur dalam Pasal 1 dan Pasal 2, dimana semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan, dimana perdeujuan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan. Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien. Keluarga terdekat yang dimaksud adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak kandung, saudara kandung atau pengampunya.
Dalam undang-undang peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Pasal 16, dimana penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan/atau keluarga terdekatnya setelah menerima penjelasan tindakan kedokteran yang akan dilakukan. Dimana penolakan tindakan kedokteran harus dilakukan secara tertulis dan akibat dari penolakan kedokteran menjadi tanggung jawab pasien.
faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu: pengalaman, pendapatan, lingkungan sosial, tingkat pendidikan, informasi dari media dan fasilitas kesehatan.
Tingkat pendidikan seseorang akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang diterima. Semakin tinggi tingkat pendidikan dapat mempengaruhi sikap maupun keputusan seseorang.22 Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa 38% orangtua menolak tindakan pungsi lumbal, dengan latar belakang pendidikan orangtua 73,37% di bawah sekolah menengah pertama (SMP). Maka dapat disimpulkan tingkat pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi pemahaman terhadap tindakan pungsi lumbal yang telah dijelaskan oleh dokter.
Pemahaman orangtua bertentangan dengan keputusan penolakan seperti yang terlihat pada tabel 4.2. Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya alasan lain yang mendasari penolakan seperti, pendapat orang lain yang mempengaruhi keputusan orangtua. Hal ini sesuai dengan penelitian di Uni Emirat Arab yang melaporkan 87,5% orangtua tidak mengetahui manfaat dari tindakan pungsi lumbal setelah dilakukan penjelasan.5
dan 38% orangtua masih menolak walaupun sudah mengetahui manfaat dari tindakan pungsi lumbal ini. Hal ini berbeda dengan penelitian di Uni Emirat Arab yang menemukan banyak orangtua yang menolak oleh karena menganggap tindakan pungsi lumbal ini tidak penting.5
Penolakan terhadap tindakan pungsi lumbal oleh orangtua ini dikarenakan kekhawatiran terhadap komplikasi yang akan terjadi dari tindakan pungsi lumbal, seperti sakit kepala, nyeri pada bekas tusukan, perdarahan, infeksi, herniasi, cardiorespiratory compromised, kista subarakhnoid dan kebocoran dari cairan cerebrospinal. Setelah dilakukan penjelasan akan komplikasi secara rinci dari tindakan ini, terdapat 92% orangtua telah paham dengan penjelasan yang diberikan. Namun masih terdapat penolakan tindakan pungsi lumbal pada anak dengan infeksi SSP sebesar 32,6%. Dan 67,4% orangtua berpendapat tindakan pungsi lumbal ini memiliki komplikasi namun dapat dihindari dengan prosedur yang tepat dan dilakukan oleh tenaga ahli. Hasil ini didukung penelitian yang dilakukan di Iran pada tahun 2013 didapati 50 orangtua menolak dikarenakan takut akan adanya komplikasi setelah diberikan penjelasan.25
dilihat pada tabel 4.3 yang menunjukkan terdapat 10 orangtua (20%) yang mendapat informasi pungsi lumbal selain dari dokter.
BAB VI KESIMPULAN
1. Terdapat hubungan antara penolakan orangtua terhadap pungsi lumbal berdasarkan tingkat pendidikan.
2. Terdapat hubungan antara penolakan orangtua terhadap tindakan pungsi lumbal dengan pengetahuan orangtua.