• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembinaan Klinik Rehabilitasi Medan Plus terhadap Pengguna Narkoba dalam Revitalisasi Konsep Diri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembinaan Klinik Rehabilitasi Medan Plus terhadap Pengguna Narkoba dalam Revitalisasi Konsep Diri"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KLINIK PEMULIHAN ADIKSI NARKOBA MEDAN PLUS

2.1 Sejarah singkat berdirinya Klinik Pemulihan Adiksi Medan Plus

Medan Plus salah satu tempat yang menangani korban penyalahgunaan

narkoba yang ada di Sumatera Utara khususnya Kota Medan. Dan juga Medan

Plus adalah organisasi berbasis komunitas yang didirikan sebagai wadah

berkumpul komunitas untuk berbagi informasi seputar Narkoba & HIV AIDS ,

Medan Plus konsern terhadap pemberdayaan Pengguna Narkoba serta Orang

dengan HIV AIDS (ODHA) yang ada di Sumatera Utara. Berdiri pada tanggal 23

September 2003, Medan Plus dibangun dan dijalankan untuk merespon

banyaknya kesenjangan dan ketidakadilan dalam memenuhi dan melindungi

hak-hak pengguna Napza serta Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) di Sumatera Utara.

Medan Plus juga memberikan layanan bagi masyarakat untuk mendapatkan

informasi yang benar tentang HIV AIDS dan Narkoba. Berawal dari sebuah panti

rehabilitasi ketergantungan NAPZA ( Narkotika, Alkohol, Psikotropika & Zat

Adiktif Lainnya ). Dimana empat pribadi diantara seluruh penghuni panti

berupaya untuk mencuri waktu yang mampu menawarkan ketenangan,

kenyamanan, kebersamaan serta kerahasiaan untuk saling berbagi dan saling

memberi dukungan. Sebab HIV telah hadir didalam hidup mereka. Dari kondisi

itulah Medan Plus bergerak berjuang untuk membantu mereka diluar sana yang

terinfeksi HIV dan ketergantungan Narkoba agar tetap dapat informasi yang benar

(2)

Salah satu pendiri Medan Plus, Eban Totonta Kaban, salah satu alasannya

mendirikan Medan Plus ini adalah termotivasi untuk pulih dari kecanduan

narkoba dan mendirikan klinik pemulihan ini berawal dari kegelisahan melihat

beberapa teman meninggal dunia disebabkan narkoba. Dengan menempatkan 12

tenaga konselor sebaya (mantan pecandu yang sudah pulih) dengan dibantu 2

orang psikolog, 2 orang dokter dan 2 orang rohaniawan maka Medan Plus optimis

penanganan korban Narkoba dapat semakin baik.Hal itu juga ditunjang dengan

adanya kerjasama yang baik antar lembaga, baik lembaga pemerintah maupun non

pemerintah. Sekarang medan plus memiliki 4 cabang yang menangani korban

penyalahgunaan narkoba dan 1 tempat untuk Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)

diantaranya yaitu :

1. Cabang Medan Plus yang merupakan tempat pertama berdirinya Medan

Plus yaitu di Jalan. Jamin Ginting, Pasar VII No 45 Padang Bulan Kota

Medan. Cabang Medan Plus ini berfungsi sebagai panti rehabilitasi

ketergantungan narkoba dan layanan kesehatan dasar khusu bagi wanita.

2. Cabang Medan Plus yang beralamat Jalan. Jendral Sudirman Lorong

Murni, Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Medan Plus di Stabat ini

khusus menangani Klien/Residen dewasa rentang usia 20-24 tahun keatas,

dan berfungsi sebagai panti rehabilitasi narkoba cabang stabat.

3. Cabang Medan Plus beralamat di Jalan Jamin Ginting Km.13 Kelurahan

Lauchi, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan. Medan Plus cabang

Lauchi ini berfungsi sebagai panti rehabilitasi ketergantungan narkoba

(3)

4. Cabang Medan Plus yang beralamat di Jalan Jamin Ginting, Komplek

Gereja Advent, Sumbul, Kabanjahe. Cabang Medan Plus ini berfungsi

sebagai panti rehabilitasi ketergantungan narkoba rawat jalan.

5. Cabang Medan Plus yang beralamat di Jalan Bunga Wijaya Kesuma

No.108 Tanjung Sari, Kota Medan. Cabang Medan Plus ini khusus

menangani untuk kasus atau klien dengan penyakit HIV/AIDS, dan

berfungsi sebagai kantor pusat, sekretariat Program Pemberdayaan ODHA

dan pengorganisasian komunitasi.

Kelima cabang Medan Plus ini hadir untuk membantu masyarakat yang

menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Dan memberi pemahaman yang benar

tentang narkoba dan korban penyalahgunaan narkoba.

Sedangkan Untuk masalah rehabilitasi sendiri, sudah tercantum dalam Pasal 54

UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, menindaklanjuti hal tersebut,

dikeluarkan juga Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 4 Tahun 2010

tentang penempatan peyalahguna, korban penyalahgunaan narkotika ke dalam

lembaga medis dan sosial. Diperkuat dengan dukungan pemerintah yang tak

setengah-setengah maka dikeluarkan juga Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25

Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika untuk

mendapatkan layanan terapi dan rehabilitasi. Maka Menteri Kesehatan RI

mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor

1305/menkes/SK/VI/2011 yang menunjuk 131 IPWL di 33 Provinsi.

UU, SEMA dan PP tersebut sebagai langkah konkret pemerintah dalam

(4)

lainnya, agar Bangsa Indonesia tak mengalami Lost Generation lebih dari itu,

upaya ini dilakukan agar korban penyalahgunaan narkoba dan pecandu

memperoleh haknya untuk sembuh dan menjalani kehidupannya kembali dengan

normal dan bersosialisasi lagi bersama masyarakat seperti sedia kala. Maka

rehabilitasi secara medis dan sosial benar-benar ada wadahnya, bagi residen yang

mampu ataupun tidak mampu akan dilayani sama, sebagai bukti pelayanan yang

berperikemanusiaan dan keleuargaan.

Untuk langkah awal, agar dapat pelayanan rehabilitasi dari pemerintah,

residen wajib melaporkan diri, ada dua cara mekanisme pelaporan IPWL BNN,

diantaranya :

1. Sukarela, pecandu melaporkan dirinya atas kesadaran sendiri, pertama

akan menjalani asesmen dengan menjalani wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik, psikis, agar didapatkan informasi dan riwayat pecandu

sebagai bahan pendukung untuk terapi selanjutnya. Selesai asesmen,

menjalani proses administrasi dan ditempatkan di pusat terapi dan

rehabilitasi yang telah disepakati tanpa melalui proses hukum.

2. Program Wajib Lapor Tersangka, Bagi pecandu yang sudah ditangani

penyidik, akan menjalani asesmen terlebih dahulu, jika terbukti

berhubungan dengan jaringan kriminalitas narkoba, maka akan diproses

(5)

2.2 Visi dan Misi Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus

Misi Medan Plus merupakan pernyataan mengenai mengapa sebuah intitusi rehabilitasi didirikan, apa tugasnya, dan untuk siapa intitusi rehabilitasi

tersebut melakukan kegiatan. Misi Medan Plus dapat menggambarkan tugas,

cakupan, tindakan yang dilakukan, kelompok masyarakat yang dilayaninya,

nilainya, dan lain sebagainya. Visi merupakan gambaran mengenai keadaan

lembaga di masa depan yang berpijak dari masa sekarang. Visi dari Medan Plus

yaitu “ MENGHAPUSKAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

ODHA DAN KORBAN NARKOBA “ . Berangkat dari visi tersebut Medan Plus

berharap kepada seluruh elemen masyarakat untuk tidak mengkucilkan dan

memandang sebelah mata kepada korban penyalahgunaan narkoba dan ODHA.

Karena mereka adalah korban yang selayaknya perlu ditolong dan dibimbing agar

dapat sembuh dari ketergantungan dan penyalahgunaan narkoba. Kita sebagai

masyarakat juga selayaknya peduli terhadap mereka dengan memberikan

pemahaman – pemahaman tentang bahaya narkoba dan tidak seharusnya

mengkucilkan dan menjauhkannya dari kehidupan sosial mereka.

Sedangkan misi mencakup pernyataan mengenai tujuan yang akan dicapai oleh institusi rehabilitasi. Ada dua misi yang ingin dicapai oleh Klinik Pemulihan

Adiksi Medan Plus yaitu :

1. MENINGKATKAN MUTU HIDUP ODHA DAN KORBAN NARKOBA

2. MENDORONG TERCIPTANYA LINGKUNGAN YANG KONDUSIF

(6)

Dua misi tersebut yang akan di kerjakan dan diperjuangkan untuk

memberdayakan korban narkoba agar dapat kembali kedalam kehidupan sosialnya

dan dapat menjadi individu yang lebih berkualitas. Dengan dua misi tersebut

Medan Plus membuat beberapa program – program yang dapat membantu korban

penyalhgunaan narkoba untuk dapat bangkit dan pulih dari ketergantungannya

terhadap narkoba dan dapat kembali ke kehidupannya dengan perubahan kualitas

diri yang lebih baik.

2.3 Alur Prosedur Pelayanan

Alur layanan bagi pecandu yang baru bergabung dengan Medan Plus.

Berikut adalah prosedur bagi setiap klien yan baru bergabung dengan Medan Plus,

setiap klien pastinya melewati semua prosedur yang sudah ditentukan oleh Medan

(7)

1. Penerimaan awal

Ditahap ini setiap calon klien harus melakukan wawancara awal yang

dilakukan oleh staf Medan Plus, sembari mengisi formulir pendaftaran

biasanya calon klien ditemani oleh keluarganya untuk mengisi formulir

tersebut, sementara itu staf Medan Plus yang lain melakukan pemeriksaan

barang bawaan yang dibawa oleh pihak keluarga untuk calon klien. Ini

dilakukan agar tidak ditemukannya barang – barang yang berhubungan

dengan narkoba yang dampaknya akan mengganggu proses pemulihan

calon klien ataupun penghuni yang lain. Barang yang biasanya dibawah

seperti barang – barang keperluan pribadi seperti celana, baju, makanan

ringan atau snack dan lain sebagainya. Setelah proses yang lain selesai

selanjutnya calon klien akan diperiksa tubuhnya untuk mengukur

seberapa banyak kadar zat adiktif dalam tubuhnya, pemeriksaan ini

biasanya melakukan tes urine, ataupun tes darah.

2. Pra Rehabilitasi

Sebelum bergabung dengan program yang akan dijalaninnya dalam

lingkungan Medan Plus, calon klien tersebut sebelumnya akan

diperkenalkan terlebih dahulu oleh staf Medan Plus tentang Program –

program apa saja yang akan dia ikuti selama berada di Rehabilitasi Medan

Plus. Selanjutnya calon klien akan didetoksifikasi untuk mengurangi kadar

zat adiktif didalam tubuhnya. Kalau hasil tes negatif ia akan berada di

(8)

menunjukan positif maka ia akan berada di ruangan detoks kurang lebih

selama seminggu.

3. Tahap Intensif

Pada tahap ini klien akan direhabilitasi kurang lebih selama sebulan untuk

menentukan program apa yang cocok dengan kasus penyalahgunaan

narkobanya. Dalam tahap ini staf Medan Plus akan melakukan assesment

aawal untuk menentukan program dan treatment yang cocok untuk dirinya

sebelumnya klien ini sudah bergabung dengan kelompok yang sudah

mengikuti terapi, pada tahap ini juga klien akan diberikan konselor pribadi

yang akan membimbing dia ketika dia sedang ingin menceritakan masalah

– masalah tertentu,agar ia dan konselor pribadinya dapat mencari solusi

terbaik bagi masalahnya itu. Dalam tahap ini ada beberapa fase yang akan

dihadapi klien yaitu :

a. Fase Awal (1 minggu pertama)

Klien akan diberikan assesment awal yang berguna bagi evaluasi untuk

kedepannya bagi konselor yang menanganinya. Diminggu pertama ini

dia akan diberikan pemahaman tentang bahaya zat adiksi, apa

dampaknya bagi tubuh, serta diberikan pemahaman tentang kesehatan

dirinya di dalam lingkungan Medan Plus agar ketika keluar nanti tidak

ada penyakit yang akan terjangkit pada dirinya.

b. Fase Madya (Minggu ke 2 -3)

Difase ini klien akan diberikan rencana treatment pemulihan yang akan

(9)

diberikan pemahaman tentang bagaimana ini harus memulihkan

dirinya dari ketergantungan narkoba dan mempunya konsep diri yag

positif ketika kembali kedalam lingkungnnya nanti. Disini juga ia

diberikan bekal keterampilan hidup yang akan sangat berguna ketika ia

keluar dari rehabilitasi dan mengaplikasikan keterampilan tersebut

untuk pengembangan dirin dan hidup kedepannya. Dan yang tidak

kalah penting ia juga akan diberikan bagaimana cara untuk tidak

terjebak lagi atau tidak kambuh lagi memakai narkoba ketika sudah

keluar nanti.

c. Fase Akhir (Minggu ke 4-5)

Difase ini klien akan diberikan pemantapan rencana rehabilitasi bagi

dirinya selama berada di Medan Plus, difase ini juga masih diberikan

langkah – langkah seperti yang di fase Madya. Di fase akhir ini

konselor akan mempertemukan keluarga klien untuk berdialog agar

ketika klien sudah keluar, keluarga juga ikut berperann untuk

mengaawasi, mendukung, klien agar tidak terjebak lagi dalam

penyalahgunaan narkoba.

4. Tahap Reguler (Rawat Jalan Atau Rawat Inap Kurang Lebih 5 Bulan)

Ditahap ini klien sudah hampir selesai menjalani program dari hasil keputusan dialog keluarga klien dengan konselornya, menentukan

(10)

dilakukan dengan rentang waktu yang sudah ditentukan untuk mengontrol

pemulihannya.

(11)

Ini adalah gambaran denah di lingkungan Rumah pemulihan Medan Plus

beserta fasilitas penunjang dalam proses rehabilitasi. Fasilitas yang ada di medan

plus digunakan untuk kepentingan pemulihan seluruh para residen. Ada juga

beberapa fasilitas khusus yang digunakan pihak Medan Plus untuk residen yang

baru bergabung di rumah pemulihan Medan Plus. fasilitas – fasilitas yang terdapat

di lingkungan Medan Plus diantaranya yaitu :

a. Satu dinning room, yang digunakan oleh seluruh residen untuk tempat

makan siang dan saling bercengkrama. Selain tempat makan fusngsi

dinning room lainnya adalah untuk tempat bercengkrama ketika pada saat

makan agar saling mengenal residen satu sma lain. Dan saling mensuport

sesama residen untuk sembuh

b. Satu aula, yang fungsinya digunakan untuk tempat kegiatan tiap sesi

selama satu hari, dimulai dari sesi Morning Meeting/Morning Briefing

sampai dengan sesi Wrap up. Ruangan ini sangat penting karena

digunakan oleh seluruh reriden dan staf program untuk melakukan

kegiatan dari awal sampai akhir sesi.

c. Satu ruangan Detoksifikasi, ruangan ini digunakan oleh pihak Medan Plus

yang dkhususkan bagi residen yang baru bergabung dengan rumah

pemulihan Medan Plus. Sebelum mengikuti program, residen yang baru

masuk di rumah pemulihan,wajib berada di ruangan ini untuk meredakan

kadar zat adiktifnya. Residen berada di ruangan ini tergantung kondisi

fisik masing – masing, kandungan zat masih positif maka dia akan berada

(12)

diruangan 1- 2 hari saja. Dan baru setelah itu residen dapat ikut bergabung

dalam program dengan residen lainnya.

d. Satu ruangan konseling, ruangan ini digunakan oleh para residen dan

didampingi oleh konselornya untuk tempat meluapkan keluh kesah yang

dihadapi oleh para residen dengan konselornya. Ruangan ini sangat

berguna bagi residen karena diruangan ini mereka meluapkan emosi secara

bebas dan mencari solusi akan emosinya tersebut, tentunya didampingi

konselor yang telah ditunjuk agar dapat mengarahkan emosinya kearah

yang lebih positif dan tidak mengarah kerah yang memikirkan narkoba.

Fasilitas diatas merupakan beberapa fasilitas utama yang berada di rumah

pemulihan Medan Plus, sedangkan fasilitas penunjang yang terdapat di

lingkungan Medan Plus diantaranya yaitu :

a. Tiga kamar tidur atau 3 dome (1 dome diisi oleh 6 sampai dengan 8

residen)

b. Tiga kamar mandi atau toilet (2 untuk para residen dan 1 untuk pegawai

Medan Plus)

c. Satu ruangan fitness untuk berolahraga.

d. Satu ruangan administrasi untuk pegawai

e. Satu ruangan loker, yang fungsinya untuk tempat penyimpanan snack atau

makanan yang diberikan oleh pihak keluarga masing – masing residen.

f. Satu ruangan santai/tv

g. Satu ruangan mushollah utama, dan satu mushollah cadangan.

(13)

i. Satu ruangan untuk ibadah bagi residen yang non muslim.

2.5 Aktivitas klien atau residen di Rumah Pemulihan Adiksi Medan Plus

Aktivitas harian residen setiap hari itu dijadwal oleh staf program yang

akan diikuti oleh setiap residen yang yang ada di rumah pemulihan Medan Plus.

Kegiatan para residen sudah di susun dalam daily schedule yang memiliki

beberapa sesi yang bertujuan membentuk pola kegiatan yang membuat tiap – tiap

residen yang ada di rumah pemulihan itu dalam satu hari menciptakan goals –

goals atau tujuan yang ingin dilakukan dalam waktu satu hari tersebut dan

bagaimana cara untuk mewujudkannya. Jadwal ini juga dibuat untuk mengisi

waktu kosong mereka, apabila dalam satu hari banyak waktu yang tidak diisi

dengan kegiatan – kegiatan yang tidak menunjang untuk proses pemulihan mereka

dikhawatirkan para residen akan tersugest untuk menggunakan narkoba. Tiap –

tiap sesi dilakukan selama 30 – 60 menit, serta Dalam satu hari ada sesi – sesi inti

yang wajib diikuti oleh semua residen yang yang ada di rumah pemulihan Medan

Plus, diantaranya yaitu ada :

1. Morning Meeting / Morning Briefing

Pertemuan pada pagi hari yang diikuti seluruh residen termasuk staf

program yang membicarakan mengenai hal- hal yang terjadi di rumah

pemulihan,termasuk sikap – sikap dan perilaku dengan urutan dan cara-

cara tertentu. Pada akhirnya diputuskan dan dirumuskan suatu concept of

the day yang berkaitan dengan masalah(isu) umum dalam rumah

pemulihan. Konsep tersebut menjadi garis panduan seluruh residen dalam

(14)

biasanya dilakukan tiap pagi hari pada jam 9 pagi sampai dengan jam 10

atau setengah 11. Dalam sesi pertama ini wajib dikuti oleh setiap residen.

Dalam awal sesi ini para residen satu persatu mengungkapkan perasaan

mereka pada pagi hari itu seperti apa, lalu apa yang mereka rasakan hari

ini itu seperti apa, serta apa motivasi mereka pada hari tersebut. Dalam

morning meeting ini juga banyak dibahas beberapa hal yang berhubungan

dengan keadaan lingkungan rumah pemulihan tersebut. Hal – hal yang

dibahas dalam morning meeting diantaranya seperti, pull up

(memberitahukan sikap-sikap negatif), penghargaan, request fasilitas,

awarness, pengumuman, isu, dan saran. Morning Meeting ini biasanya

dilakukan setiap hari senin sampai kamis, sedangkan pada hari jumat –

minggu biasanya berganti menjadi morning briefing. Morning briefing

sendiri yaitu pertemuan yang dilaksanakan pada pagi hari pada akhir

pekan (weekend), yang diikuti oleh seluruh residen dan staf program untuk

membahas isu- isu yang terjadi di dalam rumah dan juga membahas

tentang perasaan hatinya pada saat itu.

2. Seminar

Sesi kedua ini yaitu seminar. Dalam hal ini para residen seperti belajar

atau mengikuti sebuah seminar yang membahas tentang pemahaman –

pemahaman bahaya seputar narkoba, sesi ini bertujuan untuk

pengembangan intelektual agar pola pikir residen kembali terarah. Dalam

sesi ini mereka diberitahukan tentang bahaya – bahaya narkoba seperti

(15)

ketergantungan,bagaimana cara agar tidak terpengaruh oleh lingkungan

yang sudah terkena narkoba dan lain sebagainya. Dalam sesi seminar ini

diadakan setiap dua kali dalam sehari yaitu pada jam 11.00 – 12.00 dan

pada jam 14.00 – 15.00 topik yang dibahas pun berbeda – beda tiap

seminar.

3. Wrap up

Sesi ini khusus untuk membahas goals – goals yang telah disebutkan oelh

masing – masing residen pada saat morning meeting ataupun morning

briefing. Pada sesi ini juga dikoreksi goals – goals apa saja yang sudah,

maupun yang belum trealisasikan dalam waktu satu hari melakukan

aktivitas di lingkungan rumah pemulihan Medan Plus. Sesi wrap up ini

dilakukan pada jam 9 – 10 malam.

2.6 Metode Rehabilitasi yang dipakai Klinik Pemulihan Adksi Medan Plus

Dalam penanganan pecandu narkoba di Indonesia terdapat bebErapa

metode terapi dan rehabilitasi yang digunakan yaitu:

1. Cold Turkey

2. Metode Alternatif

3. Terapi Substitusi Opioda

4. Therapeutic Community (Tc)

(16)

Dalam hal ini Metode yang digunakan oleh pihak Medan Plus dalam

merehabilitasi dan menangani para residen adalah dengan Metode Theurapic

Community (TC) dan Metode 12 Steps/langkah (Minnesota Model).

2.6.1 Metode Theurapic Community (TC)

Therapeutic community (TC) didefinisikan sebagai metode dan lingkungan

yang terstruktur untuk mengubah perilaku manusia dalam konteks kehidupan

komunitas yang bertanggung jawab (Richard Hayton, 1998). Prinsip yang

digunakan dalam TC adalah “Self-help, Mutual-help”. Anggota komunitas

(resident) bertanggungjawab untuk saling menolong satu sama lain, dengan

menolong orang lain ia sekaligus juga menolong dirinya sendiri. Komunitas yang

saling membantu ini diyakini dapat mengembalikan seorang pecandu pada

kehidupan yang benar (right living)

Tujuan utama TC adalah menghentikan penyalahgunaan NAPZA dan

mendorong ke arah pertumbuhan pribadi. Kegiatan di komunitas mendorong

mereka untuk mengenal diri sendiri baik dari segi emosional, intelektual, spiritual,

perilaku, dan ketrampilan. TC percaya bahwa manusia bisa berubah dan

pembelajaran itu terjadi melalui teguran dan aksi, pengertian, serta saling

membagikan pengalaman antar sesama residen.

a. Cara pandang

(17)

TC memandang penyalahgunaan NAPZA sebagai suatu kekacauan

(disorder) dalam diri seseorang secara menyeluruh, yang mempengaruhi

setiap aspek dalam kehidupannya seperti: kognitif (cara berpikir), perilaku

(cara bertindak), emosional (perasaan), spiritual, kehidupan sosial,

kesehatan (medical), pendidikan dan ketrampilan.

2. Person (Pribadi):

TC memandang seorang penyalahguna NAPZA sebagai orang yang harus

dan dapat merubah perilaku, sikap, dan kepercayaan dirinya, serta dapat

menjadi anggota masyarakat yang produktif;

3. Pemulihan (Recovery):

Recovery berarti bukan hanya bersih dari alkohol dan narkoba tetapi

membangun secara terus menerus atau membangun kembali suatu gaya

hidup baru. Recovery dalam TC menghasilkan perubahan cara berpikir,

perasaan, perilaku, nilai, dan identitas diri.

4. Hidup benar (Right Living):

Hidup benar berarti lebih dari sekedar bersih dari narkoba, tetapi juga

dapat memahami nilai-nilai sebagai berikut :

- Kejujuran dalam kata dan perbuatan: jujur dalam ekspresi dan emosi, reaksi yang muncul menunjukkan identitas diri yang

(18)

- Tanggungjawab individu & sosial: residen harus dapat menunjukkan bahwa mereka peduli pada diri sendiri dan orang

lain. Tanggungjawab & kepedulian adalah penting untuk menolong

diri sendiri dan orang lain.

- Etos kerja: memiliki rasa percaya diri, unggul, pantas dihargai, merasa bangga, dan berkomitmen untuk menjadi anggota

masyarakat yang produktif.

- Aktif dan belajar terus menerus: Belajar tentang diri sendiri dan dunia sekitar akan meningkatkan kemampuan dalam

mempertahankan recovery.

b. Empat Kategori Struktur Program Dalam TC

1. Behaviour Management Shaping (Pembentukan tingkah laku)

Perubahan perilaku yang diarahkan pada kemampuan untuk mengelola

kehidupannya sehingga terbentuk perilaku yang sesuai dengan

nilai-nilai, norma-norma kehidupan masyarakat.

2. Emotional And Psychological (Pengendalian emosi dan psikologi)

Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan kemampuan

penyesuaian diri secara emosional dan psikologis.

3. Intellectual And Spiritual (Pengembangan pemikiran dan kerohanian)

Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan aspek

pengetahuan, nilai-nilai spiritual, moral dan etika, sehingga mampu

menghadapi dan mengatasi tugas-tugas kehidupannya maupun

(19)

4. Vocational And Survival (Keterampilan kerja dan keterampilan

bersosial serta bertahan hidup). Perubahan perilaku yang diarahkan

pada peningkatan kemampuan dan keterampilan residen yang dapat

diterapkan untuk menyelesaikan tugas-tugas sehari-hari maupun

masalah dalam kehidupannya.

c. Lima pillars (Lima tonggak dalam program TC)

1. Family milieu concept (Konsep kekeluargaan).

Lingkungan keluarga sebagai faktor penunjang bagi pemulihan addict.

2. Peer pressure (Tekanan rekan sebaya)Menciptakan tekanan antar

rekan yang positif, sehingga dapat memicu perubahan.

3. Therapeutic session (Sesi terapi)Berbagai kerja kelompok untuk

meningkatkan rasa percaya diri dan pengembangan pribadi dalam

rangka membantu proses pemulihan.

4. Spiritual session (Sesi spiritual) Proses untuk meningkatkan nilai-nilai

dan pemahaman agama serta penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Role modelling (Keteladanan) Proses pembelajaran dimana seorang

residen belajar dan mengajar mengikuti mereka yang sudah berhasil.

d. Tahapan dalam Program Therapeutic Community

1. Induction

Tahap ini berlangsung pada sekitar 30 hari pertama saat residen mulai

masuk. Tahap ini merupakan masa persiapan ke tahap Primary yang

(20)

dan keinginan resident, kecocokan, penyesuaian dalam komunitas, dan

partisipasi harian.

2. Primary

Tahap ini difokuskan pada perkembangan sosial dan psikologis residen.

Dalam tahap ini residen diharapkan dapat melakukan sosialisasi,

mengalami pengembangan diri, serta meningkatkan kepekaan psikologis

dengan melakukan berbagai aktivitas dan sesi teraputik yang telah

ditetapkan. Dilaksanakan selama kurang lebih 6 sampai dengan 9 bulan.

Primary terbagi dalam beberapa tahap, yaitu:

- Younger member

- Middle member

- Older member

3. Re-entry

Re-entry merupakan program lanjutan setelah Primary. Program Re-entry

memiliki tujuan untuk memfasilitasi residen agar dapat bersosialisasi

dengan kehidupan luar setelah menjalani perawatan di Primary. Tahap ini

dilaksanakan selama maksimal 6 bulan.

4. Aftercare

Program yang ditujukan bagi eks-residen/alumni. Program ini

dilaksanakan di luar panti dan diikuti oleh semua angkatan di bawah

supervisi dari staf re-entry. Tempat pelaksanaan disepakati bersama.

Dengan budaya TC seperti di atas, maka diharapkan pelaksanaan program

(21)

menjalankan treatment. Program disusun untuk membuat residen terlibat secara

penuh dalam setiap kegiatan, sesuai dengan job function-nya masing-masing.

Kedudukan petugas hanya sebagai pengawas, yang mengawasi jalannya program.

Setelah mengikuti program TC diharapkan seorang residen dapat melakukan

internalisasi yaitu penerapan budaya TC dalam perilakunya sehari-hari. Selain itu

juga dapat mengalami perubahan dalam dirinya (self-change). Kata „self‟ disini

mengacu pada keseluruhan pribadi orang tersebut. Untuk membuat perubahan,

residen hendaknya tidak berperilaku sekedar hanya untuk menaati aturan dalam

TC akan tetapi hendaknya membuat perubahan yang fundamental dalam cara

hidup dan penerimaan dirinya. Dalam hal ini beberapa hal yang ada di Metode

Therapeutic Community ini dianut oleh Medan Plus untuk menangani dan

merehabilitasi para residen yang ada dilingkungan rumah pemulihan. Tetapi

efektif atau tidaknya metode ini semuanya tergantung kepada residen itu sendiri

karena ketika arahan yang ada di dalam metode ini benar-benar dilakukan dengan

baik oleh residen. Kualitas diri mereka tentu akan kembali dan ketergantungan

akan narkoba juga akan pulih seiring dengan pengaruh yang diberikan oleh

(22)

2.6.1 Metode 12 langkah (Minnesota Model)

Minnesota Model pertama kali muncul dan diterapkan di negara bagian

Minnesota, Amerika Serikat, pada akhir 1940an. Tiga institusi yang terpisah di

negara bagian itu mengembangkan metode ini, tetapi ketiganya mempunyai

kesamaan yang kemudian menjadi esensi program, yaitu penekanan kepada

falsafah 12 Langkah untuk pemulihan dari kecanduan dan alkoholisme seperti

yang diterapkan komunitas Alcoholics Anonymous (AA) dan (Narcotics

Anonymous). Salah satu dari ketiga institusi ini, yaitu Hazelden Foundation,

kemudian berkembang menjadi pusat penelitian adiksi berskala internasional dan

publikasi berbagai literatur mengenai model ini khususnya dan berbagai jenis

kecanduan pada umumnya. Hazelden Foundation juga mempunyai pusat

pendidikan dan pelatihan yang menghasilkan tenaga profesional di bidang

konselor adiksi.

Abstinensi total atau berpantang penuh dari segala jenis narkoba dan

alkohol, serta perubahan cara hidup adalah tujuan dari program ini. Jangka masa

program biasanya tidak lama, antara 1-3 bulan untuk masa rawatan awal, dan

apabila diperlukan, masa akan ditambah selama 2-4 bulan lagi dalam fase yang

disebut sebagai Extended Care. Bentuk aplikasi dari model ini cukup variatif,

tetapi semuanya mempunyai target yang sama, yaitu bagaimana seorang pecandu

atau alkoholik dapat menerima kondisi dirinya, mengenali kekuatan dan

kelemahan serta faktor pendukung yang ada, dan menunjukkan kemauan untuk

(23)

komunitas 12 Langkah seperti AA dan NA. Minnesota model memandang dan

memperlakukan ketergantungan terhadap Narkoba dan alkohol berdasarkan

paradigma Disease Model of Addiction, di mana adiksi dianggap sebagai suatu

penyakit fisik, mental, dan terutama spiritual yang bersifat kronis, artinya akan

dapat kambuh kembali sewaktu-waktu.

Keterlibatan staf dari berbagai disiplin ilmu (multidisciplinary staff).

Karena Minnesota model melihat adiksi merusak beberapa aspek dari kepribadian

klien seperti psikologis, fisik, dan spiritual, maka diperlukan satu tim staf yang

terdiri dari berbagai tenaga ahli, masing-masing untuk membantu si klien dalam

memenuhi kebutuhan pada aspek-aspek tertentu. Contohnya, setiap klien akan

dibantu oleh seorang psikolog, psikiater, dokter, ahli kebugaran, dan sebagainya

sesuai dengan dimensi apa dari dirinya yang memerlukan bantuan. Tim dari

berbagai disiplin ilmu ini tetap akan dikepalai oleh seorang konselor adiksi atau

Chemical Dependency Counselor yang tetap akan menulis rancangan rawatan

(Treatment Plan) utamanya.

Komponen-komponen berikutnya yang juga memainkan peran sebagai

bagian dari Minnesota model adalah keterlibatan keluarga dan rekreasi atau

kegiatan luar fasilitas dalam kelompok yang bersifat kebugaran. Anggota keluarga

akan diminta partisipasinya dalam program keluarga di mana mereka pun akan

diperkenalkan kepada penyakit adiksi ini dan bagaimana penyakit itu

mempengaruhi mereka juga. Setelah itu, solusi dari masalah ini akan didiskusikan

(24)

dianggap perlu. Kegiatan luar atau rekreasi bagi klien digunakan sebagai satu cara

untuk mengajarkan para klien bagaimana menikmati hidup tanpa narkoba dan

alkohol. Semua kegiatan luar diadakan dalam bentuk kelompok, untuk

mengajarkan kepada klien agar terbiasa untuk berinteraksi dalam kelompok

sebagaimana program 12 Langkah diterapkan dengan berbasis kelompok.

Metode 12 Langkah secara garis besar memuat tentang prinsip-prinsip

spiritual yang dapat membantu pecandu untuk menjalankan pemulihan. Berikut

ini adalah urutan langkah-langkah yang harus diambil oleh pecandu untuk dapat

mencapai gerbang kepulihan:

1. Kita mengakui bahwa kita tidak berdaya terhadap adiksi kita sehingga

hidup kita menjadi tidak terkendali.

2. Kita tiba pada keyakinan bahwa ada Kekuatan yang Lebih Besar daripada

diri kita sendiri yang mampu mengembalikan kita pada kewarasan.

3. Kita membuat keputusan untuk mengalihkan niatan dan kehidupan kita

pada kasih Tuhan sebagaimana kita memahami-Nya.

4. Kita membuat inventaris moral diri kita sendiri secara penuh seluruh dan

tanpa rasa gentar.

5. Kita mengakui kepada Tuhan, kepada diri kita sendiri, serta kepada

seorang manusia lainnya, setepat mungkin sifat dari kesalahan-kesalahan

kita.

6. Kita menjadi siap secara penuh agar Tuhan menyingkirkan semua

(25)

7. Kita dengan rendah hati memintaNya untuk menyingkirkan

kelemahan-kelemahan kita.

8. Kita membuat daftar orang-orang yang telah kita sakiti, dan bersiap diri

untuk menebusnya kepada mereka semua.

9. Kita menebus kesalahan kita secara langsung kepada orang-orang tersebut

bilamana memungkinkan, kecuali bila melakukannya akan justru melukai

mereka atau orang lain.

10.Kita secara terus-menerus melakukan inventaris pribadi kita dan bilamana

kita bersalah, segera mengakui kesalahan kita.

11.Melakukan pencarian melalui doa dan meditasi utuk memperbaiki kontak

sadar kita dengan Tuhan sebagaimana kita memahamiNya, berdoa hanya

untuk mengetahui niatan Tuhan atas diri kita dan kekuatan untuk

melaksanakannya.

12.Setelah memperoleh pencerahan pribadi sebagai akibat dari

langkah-langkah ini, kita mencoba untuk membawa pesan ini kepada para pecandu

lainnya, dan untuk menerapkan prinsip-prinsip ini dalam semua urusan

keseharian kita.

Menjalankan 12 Langkah juga tidak akan menjamin 100 persen bahwa

seseorang akan pulih atau tidak menggunakan narkoba lagi. Ini semua kembali

kepada masing-masing individu, bagaimana ia dapat memahami dan menerapkan

prinsip-prinsip yang ada di dalam 12 Langkah itu sendiri di dalam kehidupan

sehari-hari. Tujuan dari metode ini sendiri bukan untuk membentuk individu yang

(26)

menghadapi masalah-masalah yang muncul. Yang dicari dari 12 Langkah adalah

kemajuan secara spiritual, bukan kesempurnaan spiritual. Ini kembali pada

kenyataan bahwa kita semua adalah manusia biasa, dan bukan Tuhan. Yang

paling penting langkah awal dari program 12 Langkah itu sendiri adalah kemauan

sungguh-sungguh untuk berhenti menggunakan Narkoba dan menjalankan apa

yang sudah disarankan di dalam 12 Langkah tersebut.

Dari metode yang dipakai oleh Medan Plus untuk merehabilitasi pecandu

narkoba tersebut diharapkan dengan ini klien dapat pulih dari ketergantungan

terhadap narkoba dan tidak terjebak lagi kedalam penyalahgunaan narkoba. Dan

konsep diri yang telah dibangun melalui serangkaian program dapat

dipertahankan agar kelak kedepannya mampu menjalani kehidupan yang lebih

berkualitas dari sebelumnya. Di dalam lingkungan Medan Plus konsep diri

pecandu narkoba dibentuk oleh serangkaian program, aktivitas, dan interaksi yang

diberikan oleh staf maupun hal – hal yang dilakukannya dengan penghuni lainnya.

Dalam membentuk konsep diri yang positif staf Medan Plus selalu mengajarkan

untuk tetap membuka diri dan jujur terhadap apapun, ini berguna untuk

menyelesaikan masalah – masalah yang dihadapi oleh klien ketika suasana hati

klien sedang tidak bagus. Mereka juga diajarkan untuk saling peduli satu – sama

lain, peduli tentang lingkungan sekitar rumah pemulihan serta lebih peduli tentang

kebersamaan mereka untuk pulih dengan cara sama – sama mendorong dan

memotivasi khsusunya dirinya dan penghuni lain agar tidak terjebak lagi oleh

narkoba. Banyak hal yang diajarkan oleh staf Medan Plus bagi Klien untuk pulih

(27)

Diantaranya harus membentengi diri dari segala hal yang dapat menjerumuskan

dia kedalam penyalahgunaan narkoba lagi, contohnya dengan melakukan kegiatan

– kegiatan yang bermanfaat yang tujuannya agar dia tidak memikirkan tentang

narkoba lagi, mempererat hubungan dengan keluarga serta teman – teman yang

dahulunya menjauhi mereka, serta jangan lupa untuk tetap beribadah.

Konseor juga mempunyai peran penting dalam proses pemulihan dan

pembentukan bagi pecandu yang ada di lingkungan Medan Plus, konselor terus

mengarahkan dan mendamping mereka ketika pecandu tersebut ingin

mengungkapkan sesuatu yang mengganjal dalam dirinya. Konselor juga

mempunyai metodenya masing- masing untuk membuat pecandu itu sendiri sadar

dan kedepannya tidak terjerat lagi kedalam narkoba. Ada konselor yang

menerapkan kedisiplinan dalam segala hal ketika menangani kiennya, ini

bertujuan untuk membiasakan dirinya untuk tetap terus berdisiplin tinggi ketika

berada di lingkungan Medan Plus maupun ketika mereka keluar nanti. Ini berguna

untuk memperkuat sikap tegas mereka terhadap hal – hal negatif terutama

terhadap hal yang berhubungan dengan narkoba. Ada juga konselor yang

menerapkan sikap keterbukaan dan kejujuran, ini berguna ketika klien sedang ada

masalah diharapkan ia mau menceritakan dan mensharingnya sejujur- jujurnya

dengan konselornya agar masalah yang dihadapinya dapat dicari jalan keluarnya

bersama – sama dengan konselornya agar klien tersebut tidak menangngung

masalah tersebut sendiri apa lagi dipendam – pendam dan pada akhirnya di

Referensi

Dokumen terkait

PERAWATAN KARBURATOR PADA SEPEDA MOTOR 4 TAK DI DESA LUBUK GEDANG KECAMATAN LAIS KABUPATEN.

Tokoh dalam teori belajar kognitivisme dari Gestalt yang memandang bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi, teori belajar

4.6 Pengembangan Awal Desain Media Pelatihan Membaca Cepat Berbasis Web untuk Siswa SMA 4.6.1 Desain Media Pelatihan Membaca Cepat Berbasis Web untuk Siswa SMA

Dalam tahap sebelumnya, data Persentase Rumah Tangga menurut Provinsi dan Status Kepemilikan Rumah Kontrak/Sewa dari tahun 1999-2016 yang terdiri dari 34 provinsi

Rencana kerja dalam hal ini setidaknya harus memuat ketentuan yang jelas mengenai: 1) kesiswaan; 2) kurikulum dan kegiatan pembelajaran; 3) pendidik dan tenaga

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis dan yuridis empiris

Adanya keinginan untuk dilakukan seminar khusus tentang rencana strategi bisnis rumah sakit menunjukkan bahwa banyak responden yang berharap agar rumah sakit

Daiwa Capital Markets Europe Limited and/or its affiliates may, from time to time, to the extent permitted by law, participate or invest in other financing transactions with