BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia sebagai sumber zat gizi yang penting bagi tubuh.Berbagai zat gizi di dalam bahan pangan dapat dikelompokkan ke dalam golongan makronutrisi seperti karbohidrat, protein dan lemak, serta golongan mikronutrisi seperti vitamin, mineral dan senyawa lainnya.Bahan pangan dapat diperoleh dari berbagai macam komoditas pertanian, baik hasil nabati, maupun hasil hewani. Pada umumnya hasil nabati kaya akan zat gizi karbohidrat dan vitamin, sedangkan hasil hewani kaya akan protein dan lemak (Etiasih dan Ahmadi, 2009).
Analisis pangan diartikan sebagai upaya penguraian dan pengukuran kandungan zat gizi di dalam bahan pangan. Setiap bahan pangan pasti memiliki sifat fisik, sifat kimiawi, sifat biologis, serta mampu menimbulkan selera dan manfaat untuk dikonsumsi. Oleh sebab itu, analisis pangan perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan bahan pangan itu dikonsumsi manusia. Hasil pengukuran tersebut dapat dimanfaatkan, anatara lain : (1) menentukan komposisi zat gizi bahan pangan, (2) menentukan kualitas bahan, (3) menentukan adanya bahan tambahan dalam makanan dan (4) mendeteksi adanya perubahan selama proses penanganan dan pengolahan bahan pangan (Etiasih dan Ahmadi, 2009).
Makanan rendah energi merupakan salah satu penyebab kekurangan gizi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, makanan tambahan untuk bayi umumnya dibuat dari serelia atau umbi-umbian yang bersifat kamba. Pada usia satu tahun pemberian Makanan Pendamping ASI yang tepat diharapkan tidak
hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, tetapi juga merangsang ketrampilan makan bayi dalam bentuk biskuit (Nurhidayati, 2011).
Protein merupakan bagian penting selama masa pertumbuhan dan masa perkembangan manusia. Pada bayi protein merupakan bagian penting selama masa pertumbuhan dan masa perkembangan tubuhnya, misalnya untuk tulang, otot dan organ tubuh lainnya. Kekurangan protein pada masa-masa ini akan menyebabkan pembentukan otot, tulang, dan organ lainnya terganggu. Kekurangan energi protein (KEP) selalu dijumpai di negara- negara berkembang. Efeknya, adalah keterlambatan pertumbuhan sampai dengan adanya sindrom defisiensi gizi seperti kurus, odema, dermatis dan lesuh (Mardhatillah, 2008).
Menurut SNI 19-0428-1998 biskuit untuk bayi dan balita adalah makanan olahan yang dibuat dari tepung terigu, lemak nabati dengan atau tanpa lemak susu serta bahan makanan lain, bahan tambahan makanan yang diizinkan, dan diproses dengan pemanggangan untuk anak usia empat bulan sampai dengan lima tahun.
Konsumsi makanan dalam jumlah dan kandungan gizi yang cukup sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi dan balita. Sesudah bayi berusia enam bulan, kandungan gizi ASI tidak lagi mencukupi sementara kebutuhan energi bayi meningkat sebesar 24-30% dibandingkan dengan kebutuhan saat usia 3-5 bulan.untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang meningkat, makanan pendamping ASI perlu diberikan kepada bayi sesudah bayi berusia 6 bulan. Masyarakat mengenal adanya 2 jenis MP-ASI yaitu MP-ASI tradisional dan pabrikan. Pengolahan MP-ASI tradisional seringkali tidak memenuhi prinsip higiene sanitasi makanan sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi mikroorganisme penyebab diare pada bayi. Sementara itu MP-ASI pabrikan
menghasilkan makanan bayi yang relatif lebih higiene dan praktis disajikan kandungan gizi dalam MP-ASI pabrikan juga dapat diformulasikan berdasarkan angka kecukupan gizi bayi. Salah satu MP-ASI yang dikenal masyarakat adalah biskuit bayi (Rustanti, dkk., 2012).
1.2Tujuan
a. Untuk mengetahui kandungan protein yang terdapat pada biskuit bayi dan balita dengan 2 merek yang berbeda yaitu Milna® dan Farley’s® dengan metode kjeldahl.
b. Untuk mengetahuiapakah hasil protein pada biskuit bayi dan balita yang diperiksa memenuhi persyaratan mutusesuai dengan SNI 01-4445-1998.
1.3Manfaat
a. Untuk memberikan informasi tentang kadar protein yang terdapat pada biskuit bayi dan balita dengan 2 merek yang berbeda.
b. Untuk memberikan informasi apakah biskuit bayi dan balita tersebut memenuhi persyaratan SNI 01-4445-1998 agar dapat dikonsumsi sebagai makanan pendamping ASI (MP-ASI).