BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam “Psikologi Hidup Rohani” (1995), Romo Mardi Prasetya
SJ, mengungkapkan bahwa perlu kematangan pribadi agar proses
internalisasi pembinaan spiritualitas di seminari atau lembaga pendidikan
rohaniwan-rohaniwati dapat berjalan efektif dan optimal. Proses internalisasi
pembinaan spiritualitas akan semakin lebih baik apabila kondisi lingkungan
binaan tempat para calon rohaniwan-rohaniwati mendukung.
Salah satu lembaga pendidikan rohaniwan-rohaniwati di Sumatera
Utara ini ialah Postulan Karmel Nabi Elia Sidikalang1. Dalam pola
pembinaannya, sesuai Garis Besar Tata Hidup Bersama (GBTHB) Postulan
Carmel Nabi Elia menitikberatkan pada pembentukan kepribadian yang
matang bagi para calon imam (subyek didik/ frater2
Lebih lanjut, keseimbangan emosional tersebut dibangun sehingga
baik individu maupun komunitas mampu mencapai idealisme bersama
(profesionalitas). Dinamika pembinaan yang menyasar pada pembentukan
kepribadian formandi yang matang tersebut terwujud dalam pembinaan
personal dan komunal di Postulan Carmel Nabi Elia Sidikalang. Secara ). Ciri kepribadian yang
matang adalah keseimbangan emosional seseorang dalam berkomunikasi baik
itu dengan dirinya sendiri, orang lain, maupun dalam komunitasnya (Gordon
Allport,1950).
1
komunal melalui kegiatan perkuliahan dan acara-acara bersama. Sedangkan,
pembinaan personal melalui kelompok-kelompok kecil basis dan pendidikan
formal. Keseluruhan ritme tersebut terintegrasi dalam rangkaian acara harian
di Postulan Carmel Nabi Elia Sidikalang.
Tiga aspek penting dalam pembentukan kepribadian yang matang
adalah pribadi yang berdamai dengan dirinya sendiri (hubungan interpersonal
yang baik), hubungan antarpersonal yang sehat, dan profesionalisme hidup
(perencanaan idealisme). Maka, tatanan fisik yang diperlukan adalah yang
mampu melayani fungsi intrapersonal, antarpersonal, dan profesionalisme
hidup. Irwin Altman (1961) dalam Environmetal psychology mengungkapkan
empat faktor penting dalam dinamika penataan elemen fisik terkait pola
tingkah laku manusia, yakni personal space, territoriality, crowding dan
privacy. Keempat faktor tersebut perlu ada dalam sebuah lingkungan binaan
yang baik. Perlu tatanan yang mengindahkan privacy dan personal space
sehingga keheningan reflektif terfasilitasi. Faktor territoriality, yang
menyasar hubungan interpersonal (sosial). Serta, efektivitas ruang dengan
tingkat crowding yang optimal sehingga profesionalitas fungsi terjamin
optimal.
Dalam lingkup fisik dan desain yang lebih nyata, perilaku hidup
manusia sehari-hari ditentukan oleh lingkungannya, yakni sosial, budaya,
fisik, geografis dan lingkungan binaan (Jon Lang, 1987). Aspek fisik, yakni
lingkungan binaan adalah saran utama dalam lingkup studi arsitektural, selain
menjadi aspek utama pembentuk perilaku manusia secara sosial dan budaya,
melayani fungsi ideal kegiatan kegiatan yang diwadahi sehingga mampu
memanusiakan manusia yang menggunakannya (Mangunwijaya, 1988). Fred
Steele (1973) mengemukakan shelter and security, social contact, task
instrumentaly purpose sebagai tujuan terciptanya sebuah lingkungan binaan
yang baik. Ketiga aspek tersebut diterjemahkan dalam aktivitas fungsi
bangunan, tatanan interaksi, pergerakan individu dalam memenuhi tujuan
spesifik masing masing individu maupun sebagai komunitas. Tujuan spesifik
manusia tersebut dapat diidentifikasi melalui Teori Kebutuhan Dasar
Manusia Abraham Maslow (1943), yakni physiological, safety, belonging,
esteem, actualization, dan cognitive (aesthetic). Lebih lanjut, Steele
mengungkapkan adanya korelasi mekanisme yang erat antara kebutuhan
manusia dengan sosio-fisikal (isu-isu desain). Misalnya, dalam memenuhi
kebutuhan dasar actualization, Steele menawarkan isu desain choice, acces to
developmental opportunity dan control (Jon Lang, 1987).
Melalui pendekatan setting lingkungan dan arsitektur perilaku,
tatanan lingkungan yang baik, yakni lingkungan binaan yang semakin
memanusiakan manusia dan memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia, akan
tercapai. Idealnya, pencapaian tersebut akan membantu proses pembentukan
kepribadian yang dewasa bagi para frater. Kepribadian yang matang akan
menjadi ladang subur bagi penyemaian spiritualitas hidup sebagaimana yang
ditawarkan oleh Postulan Carmel Nabi Elia Sidikalang. Makin berkembang
dan meningkatnya keberhasilan Postulan Carmel Nabi Elia Sidikalang dalam
mencapai target visi dan misinya tersebut akan makin menebarkan jala iman
mendalam. Maka, pertanyaannya kemudian adalah bagaimana wujud
hubungan lingkungan Postulan Carmel Nabi Elia Sidikalang terhadap
perseptual katolik dalam pembinaan calon imam.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan ditelaah yakni :
1. Bagaima setting lingkungan pada biara Postulan Carmel Nabi Elia?
2. Bagaimana persepsi calon imam terhadap hubungan antara setting
lingkungan pada biara Postulan Carmel Nabi Elia dengan perseptual
katolik?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah :
1. Untuk mengetahui keadaan tatanan lingkungan yang ada pada biara
Postulan Carmel Nabi Elia.
2. Untuk mengetahui pandangan calon imam terhadap kaitan antara
tatanan lingkungan yang ada pada Postulan Carmel dengan perseptual
katolik.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi akademis, penelitian ini untuk pengembangan ilmu pengetahuan
tentang korelasi setting lingkungan dan konteks perseptual.
2. Bagi praktisi, memberikan informasi berupa hubungan dan makna
dalam setting lingkungan, sehingga diharapkan kepada para biarawan
dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dengan konstek dan
1.5. KERANGKA BERPIKIR
Latar Belakang: Aspek fisik, yakni lingkungan binaan adalah saran utama dalam lingkup studi arsitektural, selain menjadi aspek utama pembentuk perilaku manusia secara sosial dan budaya, serta timbal balik. Lingkungan binaan yang baik adalah yang mampu melayani fungsi ideal kegiatan kegiatan yang diwadahi sehingga mampu memanusiakan manusia yang menggunakannya (Mangunwijaya, Wastu Citra, 1988).
Rumusan Masalah:
1. Bagaima hubungan setting lingkungan pada biara Postulan Carmel Nabi Elia terhadap perseptual calon imam?
2. Faktor-faktor apa yang mempunya pengaruh besar dalam setting lingkungan terhadap perseptual calon imam?
Tujuan Penelitian:
1. Untuk mengetahui korelasi setting lingkungan pada biara Postulan Carmel Nabi Elia terhadap perseptual calon imam
2. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh setting lingkungan terhadap perseptual calon imam.
STUDI LITERATUR
METODE PENELITIAN
MANFAAT PENELITIAN
1.Bagi akademis, penelitian ini untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang korelasi setting lingkungan dan konteks perseptual.
2.Bagi praktisi, memberikan informasi berupa hubungan dan makna dalam setting lingkungan,
Jenis Penelitian
1.Menjelaskan hubungan setting lingkungan terhadap makna perseptual katolik pada calon imam
1.6. BATASAN PENELITIAN
Penelitian ini membatasi permasalahan yang akan dibahas sehingga
tidak terjadi perluasan masalah dan penguraian analisis. Penelitian ini
dilakukan secara eseluruhan di Postulat Carmel Nabi Elia Sidikalang.
Batasan masalah dibagi berdasarkan kategori elemen tatanan lingkungan fisik
yang ada, yakni meliputi elemen fixed, elemen semi fixed, dan elemen non
fixed. Batasan pada persepsi calon imam, yakni meliputi religiusitas/
kekudusan (sanctitas), persaudaran (solidaritas), kesehatan (sanitas) dan
intelektual (scientia)
1. Elemen fixed.
Batasan masalah ini mencakup dekripsi mengenai
elemen-elemen yang pada dasarnya tetap atau perubahannya jarang. Deskripsi
meliputi layout tatanan lingkungan, material dan entrance. Hal tersebut
dikaji berdasarkan kajian data persepsi pada calon imam.
2. Elemen semi fixed.
Batasan masalah ini mencakup dekripsi mengenai
elemen-elemen yang pada dasarnya perubahannya cukup mudah. Deskripsi
meliputi warna dan tekstur. Hal tersebut dikaji berdasarkan kajian data
persepsi pada calon imam.
3. Elemen non fixed
Batasan masalah ini mencakup dekripsi mengenai elemen yang
oleh manusia itu sendiri. Deskripsi meliputi kegiatan/ aktivitas yang
dilakukan, seperti berkumpul bersama.
4. Perseptual pada calon imam.
Perseptual pada calon imam ini mencakup persepsi mengenai
aspek-aspek yang dibutuhkan oleh seorang calon imam. Tinjauan ini
meliputi aspek religiositas/ kekudusan, persaudaran (solidaritas),
kesehatan (sanitas) dan intelektual (scientia). Fokus penelitian yakni