• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Irigasi

Irigasi adalah prosesaplikasibuatanairkepermukaan tanahuntukpertumbuhantanaman di bidang pertanian. Secara

praktisdalampenanamandan merancangsistempasokan airuntuklahan pertanianuntuk melindungitanaman dariefekburukdarikekeringanataucurah hujan yang rendah.Hal tersebut termasukpembangunanbendung, bendungan,dansistem kanaluntukpasokan regulerdarisumber air kelahan (Basak, 1999).

Menurut Dumairy (1992) berdasarkan sudut pandangan cara pemberian airnya pada tanaman, irigasi digolong-golongkan menjadi irigasi permukaan, irigasi curah dan irigasi bawah tanah. Irigasi permukaan (surface irrigation) adalah metode irigasi yang pemberian airnya pada tanaman dilakukan dengan cara penggenangan atau pengaliran di permukaan tanah. Metode irigasi semacam ini merupakan metode yang sangat umum dipraktekkan dalam kegiatan usaha tani, baik yang disengaja maupun tanpa disengaja, pada pengairan yang bersifat teknis maupun sederhana. Irigasi permukaan ini dibedakan atas irigasi permukaan dengan cara penggenangan dan irigasi permukaan dengan cara pengaliran.

Metode irigasi bervariasi dalam berbagai bagian dunia dan pada berbagai tanah pertanian dalam suatu lingkungan karena perbedaan pada tanah, topografi, persediaan air, tanaan dan kebiasaan.Metode irigasi penggenangan maupun metode galengan dan pengolaman cocok untuk tanaman makanan ternak maupun padi.Tanaman yang berderet diberi air dengan alur.Setiap atau kombinasi

(2)

Saluran irigasi di daerah irigasi teknis dibedakan menjadi saluran irigasi pembawa air dan saluran pembuang.Ditinjau dari jenis dan fungsinya saluran irigasi pembawa dapat dibedakan menjadi saluran primer, sekunder, tersier serta kuarter.Ditinjau dari letaknya saluran irigasi pembawa dapat pula dibedakan menjadi saluran garis tinggi/kontur dan saluran garis punggung.Saluran garis tinggi yaitu saluran yang ditempatkan sejurusan dengan garis tinggi/kontur. Saluran garis punggung yaitu saluran yang ditempatkan pada punggung medan. Pada saluran pembawa, dapat dibuat saluran tanpa pasangan dan saluran dengan pasangan (Mawardi, 2007).

Tanaman Padi

Di Indonesia dan di negara lain padi ditanam di dua jenis lahan utama yaitu lahan sawah dan ladang (lahan kering). Di Indonesia padi ditanam di dua musim yang berbeda yaitu musim hujan dan musim kemarau.Sedangkan berdasarkan ketersediaan air, sawah dapat digolongkan menjadi dua golongan

besar, yaitu sawah tadah hujan dan sawah irigasi teknis (Suprayono dan Setyono, 1993).

(3)

Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza

fatua Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi

lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza

officinalisdan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi

diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan hasil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2010).

Alternatif untuk pengembangan lingkungan pertanaman padi adalah dengan mengubah hidrologi pada tanah di daerah itu. Setelah dibuatkan tanggul, selanjutnya penggenangan dengan air tawar, baik yang berasal dari sungai pasang, ataupun air tawar yang disalurkan melalui saluran irigasi-irigasi, memungkinkan tanaman padi tumbuh dengan baik,dengan hasil yang lebih memuaskan (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1988).

Budidaya Tanaman Padi

(4)

(danau).Dari waduk inilah sewaktu-waktu air dapat dialirkan selama periode pertumbuhan padi sawah.

Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman-tanaman anak-beranak. Demikianlah umpamanya: Bibit yang hanya sebatang saja ditanamkan dalam waktu yang sangat singkat telah dapat membentuk satu dapuran, dimana terdapat 20-30 atau lebih anakan/tunas-tunas baru. Kecepatan anak-beranak yang begitu pesat bisa menimbulkan kesulitan untuk mengetahui manakah di antara sejumlah batang-batangnya dalam satu rumpun itu yang merupakan batang utamanya, dan mana yang merupakan batang-batang dari anak/tunas baru (Siregar, 1981).

Dalam budidaya padi, perlu diperhatikan faktor-faktor penentu keberhasilan, diantaranya syarat tumbuh, pH tanah, bibit tanaman, serta cara mengendalikan hama dan penyakit tanaman padi. Lokasi budidaya padi dan syarat tumbuh tanaman perlu diketahui untuk menentukan varietas maupun pengendalian hama dan penyakit. Tanaman padi sawah memerlukan curah hujan antara 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun, ketinggian tempat optimal 0-1500 mdpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman 23°C.Intensitas sinar matahari penuh tanpa naungan.Budidaya padi sawah dapat dilakukan di segala musim.Air sangat dibutuhkan oleh tanaman padi.Saat musim kemarau, air harus tersedia untuk meningkatkan produksi.Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah mengandung pasir, debu, maupun lempung (Kurnianti, 2013).

Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan

(5)

sendiri. Sampai dengan satu dasawarsa yang akan datang (sampai dengan tahun 2000) secara pasti dapat ditetapkan bahwa energi surya yang dapat sampai ke permukaan bumi akan merupakan faktor penentu batas produktifitas lahan akan budidaya padi sawah. Yoshida(1983) dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa secara kasar produksi maksimum padi yang ditentukan oleh faktor pembatas energi radiasi surya yang sampai di bumi dapat dihitung dengan rumus :

W=Eu×T×Rs

K ×10

4

gm/m2………...(1)

dengan

W = pertambahan berat kering tumbuhan (kg/ha) T = lama waktu pertumbuhan (hari)

Rs = rerata radiasi matahari yang sampai dipermukaan bumi (kal/cm2 hari) K = tetapan (kal/gr)

Eu = koefisien konversi energi surya (untuk kawasan tropis 0,025)

Hansen, et. al(1980) dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa Nilai Rs dapat diperhitungan dengan memakairumus empiris Hargreaves

Rs=0,10 Rso (S)1/2kal/cm2hari………..(2) dengan

Rso = energi surya yang diterima dipuncak atmosfir (kal/cm2hari) S = persen lama penyinaran

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Padi

(6)

menyangkut curah hujan, temperatur, ketinggian tempat, sinar matahari, angin dan musim.

1. Curah Hujan

Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1500-2000 mm. Curah hujan yang baik akan membawa dampak positif dalam pengairan, sehingga penggenangan air yang diperlukan tanaman padi di sawah dapat tercukupi.

2. Suhu

Suhu mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan tanaman.Suhu yang panas merupakan temperatur yang sesuai bagi tanaman padi, misalnya daerah tropika yang dilalui garis khatulistiwa seperti negara kita ini.Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 230C ke atas, sedangkan negara di Indonesia pengaruh suhu tidak terasa, sebab suhunya hampir konstan sepanjang tahun.Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman padi yaitu kehampaan pada biji.

3. Tinggi tempat

Menurut Junghun dalam AAK (1992), hubungan antara tinggi tempat dengan tanaman padi adalah sebagai berikut :

a. Daerah antara 0-650 meter dengan suhu antara 26,50C-22,50C termasuk 96% dari luas tanah di Jawa, cocok untuk tanaman padi. b. Daerah antara 650-1500 meter dengan suhu antara 22,50C-18,70C

(7)

4. Sinar matahari

Tanaman padi memerlukan sinar matahari.Hal ini sesuai dengan syarat tumbuh tanaman padi yang hanya dapat hidup di daerah berhawa panas. Di samping itu, sinar matahari diperlukan untuk berlangsungnya proses fotosintesis, terutama pada saat tanaman berbunga sampai proses pemasakan buah. Proses pembungaan dan kemasakan buah berkaitan erat dengan intensitas penyinaran dan keadaan awan.

5. Angin

Angin mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap tanaman padi. Pengaruh positifnya, terutaman pada proses penyerbukan dan pembuahan. Tetapi angin juga berpengaruh negatif, karena penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau jamur dapat ditularkan oleh angin, dan apabila terjadi angin kencang pada saat tanaman berbunga, buah dapat menjadi hampa dan tanaman roboh. Hal ini akan lebih terasa lagi apabila penggunaan pupuk N berlebihan, sehingga tanaman tumbuh terlalu tinggi.

6. Musim

Musim berhubungan erat dengan hujan yang berpengaruh di dalam penyediaan air, dan hujan dapat berpengaruh terhadap pembentukan buah (ingat penyerbukan dan pembuahan) sehingga sering terjadi bahwa penanaman padi pada musim kemarau mendapatkan hasil yang lebih tinggi daripada penanaman padi pada musim hujan, dengan catatan apabila pengairan baik.

(8)

yang sengaja digenangi air yaitu tanah sawah, usaha penanaman padi itu disebut “menyawah”, sementara penanaman padi di tanah kering atau tanah darat disebut “berladang”. Varietas padi yang dipergunakan untuk lahan yang digenangi air disebut varietas padi sawah, sementara varietas yang dipergunakan untuk tanah darat/kering disebut varietas padi ladang. Selanjutnya AAK (1992) menyatakan bahwa sifat fisik tanah yang mempengaruhi pertumbuhan padi yaitu tekstur tanah, struktur tanah, air serta udara dalam tanah.

Asnawi dalam Varley (1995) menyatakan bahwa salah satu faktor penghambat utama dari program swasembada adalah faktor tersedianya air irigasi secara cukup yang dapat dikendalikan pada waktu yang tepat di sawah-sawah petani.Hasil studi saya di Sumatera Barat menunjukkan dengan nyata bahwa air irigasi tidak saja meningkatkan hasil perhektar secara langsung tetapi juga untuk memberikan respon tanaman terhadap pupuk kimia.Varietas padi unggul baru tinggi hasilnya kalau diberi pupuk kimia dengan dosis yang tepat. Respon tanaman terhadap pupuk akan muncul jika ada air irigasi.Barker dan Herdt (1984) dalam Varley (1995) juga menyatakan serupa dimana kontribusi irigasi terhadap kenaikan produksi padi berbanding terbalik dengan kelas irigasi (rendah, sedang dan tinggi).Kesimpulannya, disamping penyuluhan langsung, irigasi merupakan prasarana penentu agar teknologi baru (bibit unggul dan pupuk kimia) dapat berperan secara efektif.

(9)

di perjalanan.Kehilangan air di perjalanan maksudnya air yang hilang selama dalam perjalanannya dari bangunan induk menuju petak persawahan, yakni air yang hilang di salurkan baik karena evaporasi ataupun karena perembesan ke dalam tanah. Hal ini menunjukkan bahwa debit air akan mempengaruhi efisiensi irigasi dimana debit air yang akan dialirkan akan berkurang dan berpengaruh terhadap jumlah air yang akan diberikan sebagai salah satu indikator dari efisiensi irigasi.

Potensi Sistem Irigasi Untuk Mendukung Budidaya Padi Sawah

Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa kinerja jaringan irigasi sangat tergantung pada cara eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi serta pengelolaan air. Dengan demikian kinerja jaringan irigasi akan ditentukan oleh empat anasir utamanya, yaitu keadaan fisik jaringan, kemampuan pengoperasian jaringan oleh petugas (personil Dinas Pengairan, PU), petani pemanfaat air, dan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang mengingat pengoperasian dan pemanfaatan. Ke empat anasir tersebut beserta proses kegiatannya dinamakan sebagai sistem irigasi. Di dalam analisis tinjau, potensi sistem sebagai sarana pendukung budidaya padi sawah dapat ditunjukkan dengan memakai tiga bentuk tolok ukur, yaitu luas dan perkembangan lahan irigasi, nisbah (ratio) antara luas lahan panen dengan lahan beririgasi, serta keandalan sistem irigasi untuk stabilisasi produksi.

1. Luas dan perkembangan lahan Irigasi

(10)

Indonesia selama empat kali Pelita dijumpai tiga hal yang menarik, diantaranya adalah :

1. Wirosoemarto (1983) dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa biaya pembangunan jaringan irigasi perkesatuan luas yang cenderung naik. Kecenderungan akan naiknya biaya pembangunan jaringan irigasi ternyata tidak hanya semata-mata disebabkan oleh karena faktor perkembangan moneter, tetapi juga disebabkan oleh faktor kesulitan teknis konstruksi yang terus meningkat sebagai akibat keterbatasan air dan lahan.

2. Di Jawa pertambahan luas lahan irigasi teknis ternyata diikuti dengan menurunnya luas lahan irigasi semi teknis dan irigasi sederhana. Bila perubahan luas lahan klas irigasi dihubungkan dengan nisbah luas lahan antar klas irigasi maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan jaringan irigasi di Jawa dimaksudkan untuk lebih bersifat peningkatan mutu kemampuan pelayanan (pengelolaan air) dibandingkan dengan bertambah luasnya kemampuan pelayanan. Keadaan perkembangan lahan irigasi seperti di Jawa berlangsung oleh karena adanya dua kendala utama yaitu keterbatasan lahan untuk dijadikan lahan sawah baru dan keterbatasan sumberdaya air yang dapat dikembangkan.

(11)

Nisbah luas lahan irigasi teknis dengan luas lahan irigasi semi teknis dan sederhana adalah :

Nisbah luas lahan irigasi teknis = Luas Lahan Irigasi Teknis

Luas irigasi semi teknis+luas irigasi sederhana……...(3) 2. Nisbah Antara Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi

Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa nisbah antara luas panen dengan luas lahan beririgasi dapat dipakai sebagai petunjuk kemampuan pelayanan jaringan irigasi sebagai sarana budidaya padi dilahan sawah.Apabila nilai nisbah selalu dibawah 2, hal ini berarti bahwa sasaran 2 x tanam padi dapat tercapai.Untuk Indonesia secara keseluruhan ternyata perkembangan luas lahan irigasi tidak dapat secara proposional diimbangi dengan luas panen.Bahkan ada kecenderungan kemampuan lahan beririgasi untuk mendukung luas panen menurun meskipun secara statistik penurunan tersebut tidak nyata.

3. Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produksi Padi Sawah

Keandalan fungsional jaringan irigasi terhadap perubahan iklim dapat dilihat melalui fluktuasi luas panen per satuan luas lahan irigasi.Selain itu, keandalan jaringan irigasi ini juga dapat dilihat dari angka kerusakan luas areal panen pada luasan tertentu selama periode tertentu pula.Jika angka kerusakan semakin tahun cenderung meningkat maka dapat dikatakan bahwa keandalan jaringan irigasi untuk menunjang stabilisasi produksi padi sawah masih perlu ditingkatkan (Pusposutardjo, 1991).

(12)

banyak jaringan irigasi yang tidak berfungsi dengan baik, terjadi kebocoran dalam penyaluran dan pemberian air, lemahnya perawatan dan pemeliharaan jaringan irigasi, distribusi air yang tidak merata, serta jadwal giliran pemakaian air yang yang tidak tertib.

Beberapa kendala dalam meningkatkan keandalan jaringan irigasi dalam stabilisasi produk padi sawah, antara lain:

1. sumber air irigasi umumnya berasal dari air limpasan yang diambil dengan bendung ( run offon the river system)

2. sistem irigasi yang ada dirancang untuk dioperasikan atas dasar jadwal waktu operasi yang tetap sedangkan pasok air hujan berlangsung secara stokhastik

3. perubahan lingkungan yang mempengaruhi sifat hubungan hujan-limpasan berlangsung cepat

4. keterbatasan data dan sarana pengumpulan data klimatologi dan hidrologi yang sangat menentukan berhasilnya pencapaian fungsional jaringan (Pusposutardjo, 1991).

Aras Pencapaian Produksi Padi

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi pembuat efek ini menyediakan beberapa fasilitas tambahan seperti pemakai dapat memberi stamp untuk gambar, dapat melakukan pengkoreksian warna pada gambar, dapat

Isilah identitas sasaran (responden) monev pada kolom yang telah disediakan.. Lakukanlah diskusi dan atau wawancara terhadap minimal 5 (lima) orang siswa

[r]

[r]

Pada hari ini Jum’at tanggal Dua Puluh Empat bulan Pebruari tahun Dua Ribu Tujuh Belas, kami Pokja Pelelangan Konsultansi Pengawasan Pembangunan Gedung Kuliah Kampus II

[r]

[r]

DAFTAR PESERTA PLPG TAHAP IV TAHUN 2015 LPTK 206 UIN WALISONGO SEMARANG. No NO PESERTA NUPTK