EFEKTIFITAS PENGGUNAAN GUNTING ( CURVED BLADESCISSORS) DIBANDINGKAN DENGAN ELEKTRODESIKASI PADA
PENGOBATAN SKIN TAG
TESIS
TRISNA CHAIRAWATY
NIM : 087105017
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN GUNTING ( CURVED BLADESCISSORS) DIBANDINGKAN DENGAN ELEKTRODESIKASI PADA
PENGOBATAN SKIN TAG
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Dokter Spesialis dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis
Bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Oleh
TRISNA CHAIRAWATY
NIM : 087105017
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Tesis : Efektifitas Penggunaan Gunting ( Curved Blade Scissors) Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Pada Pengobatan Skin Tag
Nama : dr Trisna Chairawaty
No induk : 087105017
Program studi : Pendidikan dokter Spesialis
Konsentrasi : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
(dr Oratna Ginting SpKK ) (DR.dr Imam Budi Putra,MHA,SpKK) Nip 140 071 322 Nip 196507252005011001
Ketua Departemen Ketua Program Studi
(Prof.Dr.dr. Irma D.Roesyanto-Mahadi, SpKK(K)) (dr. Chairiyah Tanjung, SpKK(K)) NIP. 194712241976032001 NIP. 1955012111978112001
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah penulis nyatakan dengan benar
Nama : dr. Trisna Chairawaty
NIM : 087105017
Efektifitas penggunaan gunting ( curved blade scissors) dibandingkan dengan elektrodesikasi pada pengobatan skin tag
Trisna Chairawaty,
Departemen Ilmu Keehatan Kulit dan kelamin Imam Budi Putra, Oratna Ginting
Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara RS Haji Adam Malik Medan - Indonesia
Abstrak
Latar Belakang : skin tag adalah merupakan tumor yang kecil, lunak, pedunkulasi dan hiperpigmentasi, Sering terjadi pada kelopak mata,leher dan ketiak. Ada beberapa pengobatan untuk skin tag yaitu elektrodesikasi, shaving, laser ablasi, dermabrasi dan flourouracil.
Tujuan : melakukan perbandingan pengobatan dengan menggunakan gunting dn elektrodesikasi pada pasien skin tag.
Subjek dan metode : 18 kasus pasien skin tag dilakukan penatalaksanaan dengan menggunakan gunting dan elektrodesikasi. Untuk melihat efektifitas dari kedua pengobatan pada skin tag.
Hasil : penelitian ini terdiri dari 18 pasien skin tag yang dilakukan pengobatan dengan tehnik gunting dan elektrodesikasi. Pasien skin tag mempunyai rasa takut (62 %) dan rasa nyeri (28%) .deng Pasien skin tag mempunyai rasa takut (95%) dan rasa nyeri (84%) dengan tindakan dilakukan elektrodesikasi Hasil kesembuhan pada pasien skin tag dengan menggunakan gunting pada akhir minggu ke III sudah tidak ditemukan eritema, edema dan luka basah. tindakan dilakukan dengan menggunakan gunting. elektrodesikasi Hasil kesembuhan pada pasien skin tag dengan menggunakan elektrodesikasi pada akhir minggu ke III ditemukan eritema 11,1% luka menutup pada akhir minggu ke III. Kami menemukan bahwa tehnik pengguntingan lebih efektif dibanding elektrodesikasi Kesimpulan : hasil dari penelitian ini bahwa tehnik menggunakan gunting lebih efektif, lebih cepat proses penyembuhan, eritema, lebih kurang terjadi hipopigmentasi/ hiperpigmentasi
The Effectiveness Of Using Curved Blade Scissors Compared With Electrodessication In The Treatment Of Skin Tags
Trisna Chairawaty
The Department of Dermatology & Venereology , Imam Budi Putra, Oratna Ginting
The Faculty of Medicine Universitas Sumatera Utara Haji Adam Malik General Hospital Medan – Indonesia
Background: Skin tag is a small, tender, pedunculated and hyperpigmented tumour. It is frequently occurred on the eyelids, neck, and axilla. There are several treatment methods for skin tag such as electrodessication, shaving, ablative laser, dermabration, and fluorouracyl.
Objective: To compare the treatments using curved blade scissors with electrodessication for patients with skin tags.
Subjects and method: 18 cases of patients with skin tags were treated with curved blade scissors and electrodessication to access the effectiveness of these two treatments for skin tags.
Results: This study included 18 patients with skin tags which were treated with curved blade scissors and electrodessication techniques. Patients with skin tags experienced fear (62%) and pain (28%) when treated using curved blade scissors. Patients with skin tags experienced fear (95%) and pain (84%) when treated with electrodessication. The cure result of patients with skin tags treated using curved blade scissors, the erythema, oedema, and wet wound had not been found on the third week. The cure result of patients with skin tags treated using electrodessication, the erythema was found and 11,1% of the wound closed on the third week. We found that curved blade scissors technique was more effective than electrodessication.
Conclusion: The results of this study is that the technique using curved blade scissors was more effective, the wound healing was more rapid, the erythema and hypopigmentation/hyperpigmentation less occurred.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian punyusunan tesis yang berjudul: “Efektifitas Penggunaan Gunting ( Curved Blade Scissors) Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Pada Pengobatan Skin Tag” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh keahlian dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Tidak ada satupun karya tulis dapat diselesaikan seorang diri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam penyelesaian tesis ini, baik ketika penulis melakukan penelitian maupun saat penulis menyusun setiap kata demi kata dalam penyusunan proposal dan hasil penelitian, ada banyak pihak yang Allah SWT telah kirimkan untuk membantu, memberikan dorongan dan masukan kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, ijinkanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih dan perhargaan yang setinggi – tingginya kepada:
1. Yang terhormat dr. Oratna Ginting, SpKK, selaku pembimbing utama penulis, yang dengan penuh kesabaran membimbing, memberi masukan dan koreksi kepada penulis selama proses penyusunan tesis ini.
2. Yang terhormat Dr,dr Imam Budi Putra ,MHA ,SpKK, selaku pembimbing kedua penulis, yang juga dengan penuh kesabaran membimbing, memberi masukan dan koreksi yang sangat bermanfaat selama penyusunan tesis ini. 3. Yang terhormat dr. Chairiyah Tanjung, SpKK(K), sebagai Ketua Program
Studi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan anggota tim penguji, yang juga telah banyak memberikan masukan untuk penyempurnaan tesis ini dan membantu saya, senantiasa mengingatkan dan memberikan dorongan selama menjalani pendidikan sehari – sehari.
4. Yang terhormat Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto-Mahadi, SpKK(K), sebagai Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sebagai guru besar yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai anggota tim penguji yang telah memberikan bimbingan dan koreksi atas penyempurnaan tesis ini.
6. Yang terhormat Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
7. Yang terhormat dr. Kristina Nadeak, SpKK, sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi atas penyempurnaan tesis ini.
8. Yang terhormat dr. Meidina K Wardani, SpKK, sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi atas penyempurnaan tesis ini.
9. Yang terhormat para Guru Besar, (Alm) Prof. Dr. dr. Marwali Harahap, SpKK(K), Prof. dr. Mansur A. Nasution, SpKK(K), serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP. H. Adam Malik Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti pendidikan ini.
10. Yang terhormat Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medam, Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan keahlian ini.
11. Yang terhormat Dr Surya Dharma, MPH, selaku staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak membantu saya dalam metodologi penelitian dan pengolahan statistik penelitian saya ini.
12. Yang terhormat seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, baik di RSUP. H. Adam Malik Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan, atas bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini.
13. Yang tercinta Ayahanda Chairuddin K SH. MHum dan Ibunda alm Maryam Ratna Komala, yang dengan penuh cinta kasih, keikhlasan, doa, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa untuk mengasuh, mendidik, dan membesarkan saya. Tiada ungkapan yang mampu melukiskan betapa bersyukurnya saya mempunyai kedua orangtua seperti kalian. Kiranya hanya Allah SWT, yang dapat membalas segala kebaikan kalian.
14. Yang terkasih Anak anak saya Dody Puwasatya Wicaksana dan Naufal Purwawira Widhayaka yang telah memberikan semangat dan pengertian pada saya.
dukungan dan pengertian yang telah kalian berikan kepada saya selama ini.
16. Yang terkasih seluruh keluarga besar yang telah banyak memberikan dukungan dan nasehat selama masa pendidikan dan penelitian saya ini. 17. Kepada seluruh keluarga dan kerabat yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
18. Teman – teman seangkatan saya, dr. Zikri Adriman, dr Surya Nola, dr Cut Yunita , terima kasih untuk kerja sama, kebersamaan, waktu dan kenangan yang tidak akan pernah terlupakan selama menjalani pendidikan ini. 19. dr. Dina Devi M.Ked(DV), SpDV, dr. Imanda Jasmine SpKK, dr Rizky
Kurniawan, dr Teguh Ali yang telah menjadi menjadi teman berbagi cerita suka dan duka selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini.
20. Semua teman-teman PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan kerjasama kepada saya selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini.
Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, izinkanlah saya untuk menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan, kekhilafan dan kekurangan yang telah saya lakukan selama proses penyusunan tesis dan selama saya menjalani pendidikan. Semoga segala bantuan, dorongan dan petunjuk yang telah diberikan kepada saya selama menjalani pendidikan, kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Medan, Oktober 2014 Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
DAFTAR SINGKATAN ... vi
ABSTRAK ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1 Tujuan Umum ... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ... 3
1.4 manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Skin tag ... 5
2.1.1 Epidemiologi ... 5
2.1.2 Etiologi ... 6
2.1.3 Patogenesis ... ... 7
2.1.4 Gejala Klinis ... 11
2.1.5 Gambaran Histopatologi ... 11
2.1.6 Diagnosis banding ... 12
2.1.7 Pengobatan ... 13
2.2 Tehnik menggunakan gunting (curved blade scissors)... ... 14
2.3 Tehnik Elektrodesikasi ... 15
2.4 Tehnik Krioterapi ... 19
2.5 Tehnik Eksisi... 20
2.4 Penyembuhan Luka ... 21
2.6 Kerangka Konsep ... 26
2.7 Hipotesis ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
3.1 Rancangan Penelitian ... 27
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 27
3.3 Populasi Penelitian ... 27
3.3.1 Populasi Target... 27
3.3.2 Populasi Terjangkau ... 27
3.3.3 populasi Sampel ... 27
3.4 Sampel penelitian ... 27
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 28
3.5.1 kriteria inklusi ... 28
3.5.2 kriteria eksklusi ... 28
3.6 Identifikasi Variabel ... 29
3.7 Defenisi Operasional ... 29
3.7.1 Skin Tag ... 29
3.7.2 Elektrodesikasi ... 29
3.7.3 Tehnik menggunakan gunting ... 29
3.7.4 Penyembuhan Luka ... 30
3.7.5 kenyamanan ... 30
3.7.6 Diabetes Melitus... 30
3.7.7 Penyakit Imunodefisiensi ... 30
3.7.8 Efek Samping Penatalaksanaan skin tag ... 30
3.7.9 Alat Pacu Jantung ... 30
3.7.10 Ibu Hamil dan Menyusui ... 31
3.7.11 Obat Imunosupresan ... 31
3.7.12 Obat Pengencer Darah ... 31
3.8 Alat, Bahan dan Cara kerja Pengamatan ... 31
3.8.1 Alat dan Bahan ... 31
3.8.2 Cara kerja ... 32
3.8.2.1 Diagnosis Klinis ... 32
3.8.2.2 Pencatatan Data Dasar ... 33
3.8.2.3 Pesetujuan Tindakan Medis ... 32
3.8,2.4 Prosedur Pemilihan Pasien ... 33
3.8.2.4 Prosedur pengobatan skin tag dengan pengguntingan ... 34
3.8.2.5 Prosedur pengobatan skin tag dengan elektrodesikasi ... 34
3.8.3 Pengamatan ( Hasil Tindakan Lanjut) ... 34
3.9 Kerangka operasional ... 35
3.10 Pengolahan dan analisis data ... 36
3.11 Persetujuan komite etik penelitian ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
4.1 Hasil Tindakan Terhadap skin Tag ... 37
4.2 Hasil Tindakan Lanjut Minggu ke I ... 41
4.3 Hasil Tindakan Lanjut Minggu ke II ... 43
4.4 Hasil Tindakan Lanjut Minggu ke III... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
5.1 Kesimpulan ... 49
5.2 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Tabel 4.1 Distribusi kelompok jenis kelamin ... 37
2. Tabel 4.2 Distribusi berdasarkan kelompok umur ... ... 37
3. Tabel 4.4 Distribusi kelompok pekerjaan ... 38
4. Tabel 4.5. Distribusi kelompok berdasarkan rasa takut ... 39
5. Tabel 4.6 Distribusi kelompok berdasarkan rasa sakit ... 39
6. Tabel 4.7 Distribusi kelompok berdasarkan tanda eritema pada kedua tindakan penderita skin tag minggu ke I... 40
7. Tabel 4.8 Distribusi kelompok berdasarkan tanda edema pada kedua tindakan penderita skin tag minggu ke I ... 41
8. Tabel 4.9 Distribusi kelompok berdasarkan luka basah pada kedua tindakan penderita skin tag minggu ke I... 43
9. Tabel 4.10 Distribusi kelompok berdasarkan tanda eritema pada kedua tindakan penderita skin tag minggu ke II ... 44
10.Tabel 4.11 Distribusi kelompok berdasarkan tanda edema pada kedua tindakan penderita skin tag minggu ke II ... 44
11.Tabel 4.12 distribusi kelompok berdasarkan luka menutup pada kedua tindakaan minggu ke II ... 44
12.Tabel 4.13 Distribusi kelompok berdasarkan tanda eritema pada kedua tindakan penderita skin tag minggu ke III... 40
14.Tabel 4.15 distribusi kelompok berdasarkan luka menutup pada kedua
tindakaan minggu ke III ... 46
15.Tabel 4.16 Distribusi kelompok berdasarkan hipopigmentasi pada kedua
tindakan penderita skin tag minggu ke III ... 46
16.Tabel 4.17 Distribusi kelompok berdasarkan hipopigmentasi pada kedua
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Histopatologi Skin Tag ... 12
2. Tehnik penguntingan ... 16
3. Tehnik Bedah Listrik ... 19
4. Diagram kerangka teori ... 25
5. Diagram Kerangka Konsep ... 26
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Halaman
1. Naskah penjelasan kepada calon subjek penelitian ... 48
2. Persetujuan setelah penjelasan dalam penelitian ... 48
3. Status penelitian ... 51
4. Status follow up pasien ... 52
5. Data pasien skin tag... 61
6. Lampiran statistik ... 64
7. Ethical clearence ... 72
DAFTAR SINGKATAN
AINS = Anti Inflamasi Non Steroid
DNA = Deoxy Nucleid Acid
EGF = Epidermal Growth Factor
FGF = Fibroblast Growth Factor
HDL = High Density Lipoprotein
HPV = Human Papilloma Virus
IMT = Indeks Massa Tubuh
IDL = Immediate Density Lipoprotein
IGF1 = Insulin Growth Factor 1
IGFBP3 = Insulin –like Growth Factor Binding Protein3
LDL = Low Density Lipoprotein
PDGF = Platelet Derived Growth Factor
TNF α = Tumor Necrosis Factor α
TGF = Transforming Growth Factor
Efektifitas penggunaan gunting ( curved blade scissors) dibandingkan dengan elektrodesikasi pada pengobatan skin tag
Trisna Chairawaty,
Departemen Ilmu Keehatan Kulit dan kelamin Imam Budi Putra, Oratna Ginting
Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara RS Haji Adam Malik Medan - Indonesia
Abstrak
Latar Belakang : skin tag adalah merupakan tumor yang kecil, lunak, pedunkulasi dan hiperpigmentasi, Sering terjadi pada kelopak mata,leher dan ketiak. Ada beberapa pengobatan untuk skin tag yaitu elektrodesikasi, shaving, laser ablasi, dermabrasi dan flourouracil.
Tujuan : melakukan perbandingan pengobatan dengan menggunakan gunting dn elektrodesikasi pada pasien skin tag.
Subjek dan metode : 18 kasus pasien skin tag dilakukan penatalaksanaan dengan menggunakan gunting dan elektrodesikasi. Untuk melihat efektifitas dari kedua pengobatan pada skin tag.
Hasil : penelitian ini terdiri dari 18 pasien skin tag yang dilakukan pengobatan dengan tehnik gunting dan elektrodesikasi. Pasien skin tag mempunyai rasa takut (62 %) dan rasa nyeri (28%) .deng Pasien skin tag mempunyai rasa takut (95%) dan rasa nyeri (84%) dengan tindakan dilakukan elektrodesikasi Hasil kesembuhan pada pasien skin tag dengan menggunakan gunting pada akhir minggu ke III sudah tidak ditemukan eritema, edema dan luka basah. tindakan dilakukan dengan menggunakan gunting. elektrodesikasi Hasil kesembuhan pada pasien skin tag dengan menggunakan elektrodesikasi pada akhir minggu ke III ditemukan eritema 11,1% luka menutup pada akhir minggu ke III. Kami menemukan bahwa tehnik pengguntingan lebih efektif dibanding elektrodesikasi Kesimpulan : hasil dari penelitian ini bahwa tehnik menggunakan gunting lebih efektif, lebih cepat proses penyembuhan, eritema, lebih kurang terjadi hipopigmentasi/ hiperpigmentasi
The Effectiveness Of Using Curved Blade Scissors Compared With Electrodessication In The Treatment Of Skin Tags
Trisna Chairawaty
The Department of Dermatology & Venereology , Imam Budi Putra, Oratna Ginting
The Faculty of Medicine Universitas Sumatera Utara Haji Adam Malik General Hospital Medan – Indonesia
Background: Skin tag is a small, tender, pedunculated and hyperpigmented tumour. It is frequently occurred on the eyelids, neck, and axilla. There are several treatment methods for skin tag such as electrodessication, shaving, ablative laser, dermabration, and fluorouracyl.
Objective: To compare the treatments using curved blade scissors with electrodessication for patients with skin tags.
Subjects and method: 18 cases of patients with skin tags were treated with curved blade scissors and electrodessication to access the effectiveness of these two treatments for skin tags.
Results: This study included 18 patients with skin tags which were treated with curved blade scissors and electrodessication techniques. Patients with skin tags experienced fear (62%) and pain (28%) when treated using curved blade scissors. Patients with skin tags experienced fear (95%) and pain (84%) when treated with electrodessication. The cure result of patients with skin tags treated using curved blade scissors, the erythema, oedema, and wet wound had not been found on the third week. The cure result of patients with skin tags treated using electrodessication, the erythema was found and 11,1% of the wound closed on the third week. We found that curved blade scissors technique was more effective than electrodessication.
Conclusion: The results of this study is that the technique using curved blade scissors was more effective, the wound healing was more rapid, the erythema and hypopigmentation/hyperpigmentation less occurred.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skin tag yang juga dikenal dengan acrochordon merupakan suatu tumor
kulit dari jaringan konektif yang paling sering dijumpai. Merupakan suatu polip
jinak yang didapat yang dapat tumbuh pada daerah lipatan kulit, seperti pada colli
anterior, aksila, inguinal, gluteal, intergluteal perineal dan palpebra
Adanya insiden yang tinggi pada skin tag yaitu sekitar 46% yang dijumpai
pada populasi umum.
1,2
3
Namun skin tag jarang mendapatkan perhatian kecuali
apabila skin tag ini mengalami iritasi sehingga menyebabkan nyeri dan mengangu
secara kosmetik.2,3
Bentuk skin tag yang paling sering dijumpai adalah bentuk pedunkulasi, yaitu
merupakan papul jinak yang menonjol dari permukaan kulit. Dapat terlihat
sebagai suatu lesi yang tunggal ataupun multipel yang mempunyai ukuran
diameter mulai 2 mm sampai dengan 10 mm, dapat berkembang menjadi suatu
lesi yang progresif.
Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik
Medan dari data rekam medis selama periode Januari – Desember 2012 dari total
5342 pasien yang berobat ke poliklinik SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin,
123 pasien diantaranya didiagnosis dengan skin tag.
Skin tag dapat terjadi disebabkan oleh karena adanya trauma,
seperti adanya gesekan berulang antara kulit dengan pakaian ataupun perhiasan
Skin tag lebih sering terjadi pada usia yang lebih tua 2,6,4,9,10 dan terjadinya
skin tag ini menurun setelah usia dekade kelima.3
Pengobatan pada skin tag bertujuan untuk mengobati ketidaknyamanan
pasien baik secara fisik maupun psikologis, dan untuk memperbaiki kualitas
hidup. Pengobatan sebaiknya nyaman bagi pasien dengan efek samping yang
minimal dan tidak menyebabkan skar.4 Terdapat banyak modalitas pengobatan
yang dapat dilakukan untuk pengobatan skin tag yaitu dengan krioterapi, eksisi
dan elektrodesikasi .
Pengobatan skin tag dapat dilakukan dengan eksisi menggunakan gunting
atau dengan penggunaan elektrodesikasi yang dilakukan pada dasar lesi. Anastesi
lokal tidak diperlukan untuk lesi kecil bila dilakukan pengobatan dengan eksisi
menggunakan gunting.
7,8
Pengobatan skin tag dengan menggunakan gunting, pengangkatan lesi
pada skin tag dengan jumlah banyak dapat dilakukan dengan cepat dan efek
ketidaknyamanan yang kecil. Tehnik dengan menggunakan gunting ini
merupakan salah satu cara mengangkat skin tag dengan cepat dan mudah.
7
Elektrodesikasi merupakan suatu tindakan pengobatan dengan
menempatkan elektroda yang menghasilkan efek penghancuran. Elektroda juga
dapat digunakan untuk mengurangi perdarahan.
8
Sampai saat ini belum dilakukan penelitian yang membandingkan
efektifitas diantara dua tehnik pengobatan skin tag ini yaitu dengan cara tehnik
menggunakan gunting dan tehnik elektrodesikasi, oleh karena itu penulis ingin
melakukan penelitian tentang efektifitas penggunaan gunting dengan
elektrodesikasi.
1.2Rumusan Masalah
Bagaimana efektifitas penggunaan gunting (curved blade scissors)
dibanding dengan elektrodesikasi pada pengobatan skin tag ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui efektifitas antara menggunakan gunting dengan tehnik
elektrodesikasi dalam pengobatan skin tag.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui rasa takut dan nyeri pada pengobatan skin tag
dengan tehnik menggunakan gunting.
1.3.2.2 Mengetahui rasa takut dan nyeri pada pengobatan skin tag
dengan tehnik elektrodesikasi
1.3.2.3 Mengetahui proporsi kesembuhan pengobatan skin tag dengan
tehnik menggunakan gunting pada akhir minggu ke 3
1.3.2.4 Mengetahui proporsi kesembuhan pengobatan skin tag dengan
tehnik elektrodesikasi pada akhir minggu ke 3
1.3.2.5 Mengetahui efek samping dari pengobatan skin tag dengan
1.3.2.6 Mengetahui efek samping dari pengobatan skin tag dengan
elektrodesikasi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dokter tentang
efektifitas penggunaan gunting dibandingkan dengan
elektrodesikasi.
1.4.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data bagi penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skin Tag
Skin tag merupakan suatu tumor jinak pada jaringan konektif epidermis
yang merupakan tumor jinak yang paling sering dijumpai. Tumor yang
mempunyai warna yang sama dengan warna kulit, lunak, filiform sering tumbuh
bertangkai dan sering dijumpai pada daerah intertriginosa.
Skin tag sering dihubungan dengan obesitas.
2,3,4,5,
8,9,18,19
Skin tag ini juga sering
dihubungan dengan gangguan sindrom metabolik yang terlihat dengan adanya
gejala kutaneus terhadap gangguan karbohidrat atau metabolisme lipid,
abnormalitas enzim hati dan hipertensi.20 Sehingga ini dapat membantu untuk
menyeleksi penderita dengan melakukan skreening kesehatan dan skin tag juga
dapat sebagai indikator resiko tinggi dari penyakit kardiovaskular.
2.1.1 Epidemiologi
21
Skin tag mempunyai beberapa nama yang sama yaitu acrochordon,
fibroepitelial polip, cutaneus papiloma, soft endotelial, cutaneus tag.
Merupakan tumor yang paling sering dijumpai, 46% dari populasi umum
menderita skin tag.
8
3
lebih sering dijumpai pada usia yang lebih tua, pada wanita
yang telah menopause skin tag ini sering dijumpai bersama sama dengan keratosis
seboroik, melanocytic nevus dan neurofibromatosis.3 Pada suatu penelitian
Lesi skin tag ini sering ditemukan pada populasi dewasa diatas umur 40
tahun dan peningkatan insiden dijumpai pada umur yang lebih tua.5,7,14
Perbandingan skin tag antara wanita dan pria adalah sama.14,15
2.1.2 Etiologi
Etiologi dari skin tag belum diketahui secara pasti. Lebih sering terjadi pada
daerah garukan dan sering berhubungan dengan beberapa kondisi, termasuk
acromegali, chron disease, aging, transplantasi organ, polip kolon, kehamilan,
infeksi human papilloma virus (HPV), peningkatan jumlah sel mast, dan juga
peningkatan reseptor androgen dan estrogen serta kadar leptin.
Skin tag juga diduga mempunyai hubungan dengan penyakit diabetes
mellitus, gangguan toleransi glukosa, obesitas, dislipidemia dan resistensi
insulin.
19
Skin tag juga diduga dapat terjadi akibat faktor genetik. Pada sindrom
birt-hogg- dube merupakan suatu genodermatosis yang merupakan penyakit autosomal
dominan, ditandai dengan munculnya tumor-tumor kulit meliputi multipel
fibrofolikuloma, trichosdiscomas dan achrocordon, yang diduga mutasi terhadap
suatu gen supresor yang dapat menjadi penyebab terjadinya kelainan genetik ini.
2,4,8,9,13,14,16,19
Adanya iritasi kulit yang sering dan lama diduga merupakan faktor pencetus,
terutama pada pasien obesitas. Ketidakseimbangan hormonal juga dapat
memudahkan untuk terjadinya skin tag, misalnya tingginya kadar estrogen dan
progesterone pada saat hamil, atau terganggunya kadar growth hormone pada
(EGF) dalam transforming growth factor (TGF) mempunyai peranan dalam hal
pertumbuhan Skin tag.1,15,17
2.1.3 Patogenesis
Ada beberapa pendapat mengenai patogenesis dari skin tag. Terdapatnya
beberapa teori yang menyebutkan skin tag terjadi sebagai akibat tekanan yang
persisten ataupun dari gesekan yang terus menerus pada daerah permukaan kulit,
terutama pada penderita obesitas,20 yang menyebabkan gangguan jaringan elastik
kulit.4
Pada penelitian Omar S menyatakan bahwa etiopatogenesis skin tag juga
disebabkan adanya inisiasi perlakuan yang sama dan terus menerus yang
merupakan bentuk lain dari trauma kulit dimana garukan pada kulit dapat
menstimulasi peningkatan sel mast pada epidermis, adanya sel mast pada skin tag
ini berperan penting pada proliferasi fibroblas dan deposisi kolagen yang
merupakan gambaran patologik yang telah diobservasi pada penderita skin tag.
Pada tahun 2000, Crook merupakan peneliti utama yang melaporkan
mengenai serial kasus yang mendapati koinsidensi skin tag dengan adanya
abnormalitas tampilan profil lemak. Pada studi lanjut ditemukan adanya
peningkatan (IMT), kadar hormon insulin, sekresi insulin dan kadar kolesterol,
yang dibandingkan dengan orang tidak menderita skin tag. Pada penelitian terbaru
oleh Sari (2010) dan Garpelioglu (2010) juga menyimpulkan bahwa pada
penderita skin tag didapati adanya peningkatan kadar kolesterol total, LDL, HDL,
Trigliserida, hormon insulin dan asam lemak bebas.
8
Saat ini leptin juga berperan penting pada patogenesis dari skin tag.7 Frank
et al menemukan adanya efek leptin pada proliferasi keratinosit kutaneus pada
tikus. Terdapatnya pengaruh yang kuat bahwa leptin sebagai faktor mitogenik
pada perbaikan kulit telah diteliti secara intensif.15 reseptor leptin diekspresikan
secara primer pada hipotalamus, tetapi leptin juga diekspresikan oleh sel sel darah
mononuklear perifer, sel endotel vaskuler, sel otot lunak, osteoblast dan fibroblast,
leptin juga dapat sebagai mediator proliferasi dan anti apoptotik dari beberapa sel,
termasuk sel T, makrofag dan eosinofil.
Mekanisme dasar yang dapat menjelaskan sekelompok kelainan metabolik
pada pasien skin tag adalah keadaan resistensi insulin. Resistensi insulin
didefinisikan sebagai suatu keadaan respon yang terganggu terhadap dampak
fisiologis insulin, yang mencakup metabolisme glukosa, lemak dan protein serta
terhadap faal endotel pembuluh darah.
18
5,18
Adanya korelasi positif antara insulin
dan jumlah dari skin tag dimana insulin merupakan hormon yang dapat
meningkatkan pertumbuhan jaringan dan stimulasi pengambilan glukosa pada
jaringan, dan ketika terjadi resistensi insulin, akan mengakibatkan sel ini kurang
responsif terhadap hormon sehingga pankreas akan melakukan kompensasi
dengan memulai pembentukan insulin dalam jumlah yang banyak. Adanya suatu
keadaan hiperinsulinemia ini akan mengakibatkan peningkatan pembentukan
insulingrowth factor 1 (IGF 1) dan penurunan insulin-like growth factor- binding
Protein3 ( IGFBP 3) yang bertanggung jawab terhadap gen transkripsi anti
proliferatif. Adanya hiperinsulinemia dan peningkatan IGF 1 secara langsung
reseptor yang selanjutnya dapat mengakibatkan hiperplasia epidermal, perubahan
endokrin yang dapat mengakibatkan proliferasi dan pertumbuhan sel inilah
mungkin dapat mendasari pembentukan skin tag.
Pada pendapat lain ditemukan insulin dapat memediasi penurunan dari
IGFBP-3 yang merupakan ikatan untuk retinoid X reseptor alpha, dimana ini
dapat mengurangi transkripsi dari gen proliferasi yang secara normal dapat
mengaktivasi retinoid endogen. Perubahan endokrin ini dapat menyebabkan
proliferasi selular dan pertumbuhan yang dapat bermanifestasi sebagai papiloma
kutaneus ( skin tag) sebagai konsekuensi skin tag dapat dikatakan secara khusus
berhubungan dengan sindroma X ( hipertensi, diabetes melitus tipe 2,
dislipidemia, penyakit arteri koroner, obesitas dan toleransi glukosa abnormal ).
13,16
Pada otot skeletal resistensi insulin berakibat gangguan ambilan glukosa
serta gangguan pembentukan glikogen. Resistensi insulin di hati mengakibatkan
kegagalan insulin untuk menekan produksi glukosa di hati, sedangkan di jaringan
lemak resistensi insulin akan menyebabkan meningkatnya lipolisis , Ambilan
glukosa di jaringan lemak menurun sebaliknya terjadi peningkatan pelepasan
gliserol dan asam lemak bebas. Hal ini ada kaitannya dengan timbunan lemak
abdomen pada obesitas. Timbunan lemak abdomen akan memasuki aliran darah
vena porta dalam jumlah besar membuat hati akan terpapar dengan jumlah besar
asam lemak bebas mengakibatkan di hati terjadi peningkatan proses
glukoneogenesis serta meningkatnya produksi VLDL. Peningkatan asam lemak
bebas juga mengganggu insulin di hati dan lebih memperhebat hiperinsulinemia
dan berpengaruh terhadap mekanisme pensinyalan di otot skeletal serta
menurunkan ambilan glukosa dan peningkatan asam lemak bebas di peredaran
darah portal (menuju hati) akan meningkatkan produksi trigliserida , apoprotein B
100 dan VLDL dari hati.22,23 Lipid yang disintesis di hati dan usus harus
ditransportasikan ke berbagai jaringan untuk menyelesaikan fungsi metabolik,
oleh karena sifatnya yang tidak mudah larut, lipid diangkut di dalam plasma
dalam bentuk makromolekul kompleks yang disebut lipoprotein. lipoprotein
dikategorikan sebagai kilomikron, very low density lipoproteins (VLDL),
intermediate density lipoproteins (IDL), low density lipoproteins (LDL), high
density lipoproteins (HDL) dan lipoprotein A .24,19
Adanya peningkatan asam lemak juga berperan penting dalam patogenesis
skin tag yang menyatakan bahwa peningkatan asam lemak yang tidak
diesterifikasi yang disebabkan oleh karena adanya hiperinsulinemia akan
menghasilkan ekspresi epidermal growth factor (EGF) dan berkontribusi
terjadinya skin tag, selain itu peningkatan produksi EGF dan tumor necrosis
factor (TNF) beta sebagai akibat keadaan hiperinsulinemia akan mengakibatkan
keadaan yang sinergis yaitu meningkatkan insulin growth factor (IGF) 1 bebas
dan penurunan IGFBP 3 sebagai efek mitogenik pada keratinosit.
Pada tahun 1998 Diazany et al telah dapat mendeteksi human papilloma
virus ( HPV) DNA pada skin tag yang dianggap sebagai faktor penyebab yang
berperan pada patogenesis skin tag.
13
25,26
ditemukannya DNA tipe 6 dan 11 dengan
persentasi yang cukup besar pada sampel biopsi pada penderita kulit putih.
Peran faktor infeksi pada skin tag masih kontroversial. Pada banyak
penyakit kulit ditemukan adanya peningkatan sel mast termasuk pada tumor jinak
atau ganas, telah diketahui sebelumnya bahwa sel mast manusia dapat
menstimulasi proliferasi setelah sel sel tersebut kontak secara invitro melalui IL4
(interleukin 4). IL4 berperan sebagai signal kedua untuk fibroblast yang dapat
memperkuat dosis rendah fibroblast growth factor (FGF) ataupun derivat derivat
growth factor (GF) lainnya. Beberapa kemokin dan juga growth factor lain dapat
merubah proliferasi fibroblast dibawah pengaruh dari sel mast.21
2.1.4 Gejala Klinis
Skin tag merupakan tumor jinak pada jaringan konektif epidermis yang
terlihat sebagai tumor yang lunak, pedunkulasi, berwarna seperti warna kulit
ataupun hiperpigmentasi yang terjadi pada daerah pergesekan dan terutama
dijumpai pada penderita obesitas.
Tumor ini biasanya bersifat asimptomatis, tidak menimbulkan rasa nyeri
jika tidak disertai adanya peradangan dan iritasi. Penderita dapat merasakan gatal
atau perasaan tidak nyaman bila skin tag ini terkena kalung perhiasan atau
pakaian. Skin tag dapat terjadi dengan lesi tunggal atau multipel dan terutama
terjadi pada daerah intertriginosa ( aksila, colli anterior, palpebra ) juga sering
ditemukan pada tubuh, perut, punggung, paha.
20
14,26,28
Ada 3 tipe dari skin tag
yang dijumpai 14
1.Multiple, 1-2 mm merupakan papul yang berkerut dan terutama pada daerah
leher dan ketiak. :
2.Lesi tunggal atau filiform yang multipel , pertumbuhan yang lunak yang
3.Soliter, pedunkulasi atau pertumbuhan seperti “baglike”biasanya
berdiameter sekitar 10 mm tetapi bisa lebih besar, lebih sering pada tubuh
bagian bawah.
2.1.5 Gambaran Histopatologi
Pada gambaran histopatologi menunjukkan adanya gambaran papul
yang berkerut yang memperlihatkan adanya gambaran papilomatosis,
hiperkeratosis dan akantosis yang reguler. Epidermis menunjukkan bentuk
filiform, gambaran pertumbuhan yang lunak menunjukkan adanya
akantosis yang ringan sampai sedang dan kadang kadang dijumpai
papilomatosis. Pada tangkai jaringan konektif terdiri dari jaringan kolagen
longgar dan sering mengandung kapiler yang berdilatasi yang berisi
eritrosit. Pada bentuk pendukulasi yang lebih besar secara umum
menunjukkan epidermis yang rata yang mendasari serabut kolagen longgar
dan adanya sel yang matur pada bagian tengah. Pada beberapa keadaan
dijumpai adanya sel lemak, mengindiksikan adanya pembentukan
lipofibroma.28 Diagnosis skin tag ditegakkan terutama secara klinis,
pemeriksaan hisopatologi hanya digunakan sebagai konfirmasi.
*
Gambar 1.2 Histopatologi SkinTag : a. Skin tag yang berbatasan dengan kulit normal, b. Adanya hiperplasia epidermis dan inflamasi kronis pada dermis atas c. Skin tag dengan adanya hiperplasia epidermis.d. Skin tag
dengan sejumlah sel mast.
2.1.6 Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding skin tag adalah neurofibromatosis,
keratosis seboroika dan veruka. 14
* Dikutip dari kepustakaan no 29
Neurofibromatosis adalah suatu tumor yang disebabkan adanya kelainan
genetik pada sistem syaraf, mempunyai karakteristik dengan adanya
pembentukan tumor yang bersifat jinak, multipel yang tumbuh pada
syaraf, merupakan suatu tumor dengan kelainan autosomal dominan yang
mempunyai 2 tipe, yaitu neurofibromatosis tipe 1 dan tipe 2. Gambaran
klinis dari neurofibromatosis yaitu adanya bercak pigmentasi pada kulit (
cafe au lait spots).
Keratosis seboroika merupakan suatu lesi hiperkeratotik pada epidermis
bentuk yang berwarna coklat sampai hitam. Lesi mempunyai permukaan
yang kasar, dengan diameter 2 mm- 3 cm dan dapat lebih besar,
merupakan suatu makula hiperpigmentasi sampai bentuk plak, sering
dijumapi pada tubuh tetapi juga pada wajah, ekstermitas dan skalp.
Verucca merupakan suatu proliferasi jaringan kulit dan mukosa yang
disebabkan oleh human papilloma virus (HPV), merupakan suatu lesi
papul hiperkeratotik dengan permukaan yang kasar dan irreguler yang
mempunyai diamter 1 mm sampai 1 cm dan dapat mengenai seluruh
bagian tubuh tetapi lesi ini lebih sering mengenai tangan dan kaki.
1
2.1.7 Pengobatan
1
Pengobatan untuk skin tag ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,
tumor dengan ukuran lebih kecil dengan memakai gunting (curved blade
scissors) dan dengan ukuran yang lebih besar biasanya dilakukan eksisi
dengan tindakan bedah kulit yang sederhana. Untuk skin tag ukuran yang
lebih kecil dapat mengaplikasikan ammonium chlorida sehingga dapat
mengurangi perdarahan.
Pengobatan seperti eksisi sederhana, elektrodesikasi dan krioterapi
merupakan pilihan pengobatan yang menunjukkan kesuksesan.
14
30
2.2. Menggunakan Gunting ( Curved Blade Scissors)
Tehnik dengan menggunakan gunting dindikasikan untuk lesi pendukulasi
dan juga semua jenis pertumbuhan jaringan kulit superfisial seperti skin tag,
Tindakan dengan menggunakan gunting ini dapat dilakukan pada kelopak mata,
leher, ketiak dan paha selain itu juga tergantung pada ukuran dan morfologi
bentuk dari lesi. Dengan menggunakan gunting ini, pengangkatan lesi pada skin
tag dengan jumlah yang banyak dapat dilakukan dengan cepat dengan efek
ketidaknyamanan yang kecil, tehnik dengan menggunakan gunting ini dapat
dilakukan tanpa anastesi, tetapi pada lesi yang lebih besar dan dengan dasar yang
lebar diperlukan anastesi lokal.Tehnik dengan menggunakan gunting ini
merupakan salah satu cara mengangkat skin tag dengan cepat dan mudah.
Keuntungan dari tindakan dengan eksisi gunting ini pada dokter adalah
tidak memerlukan penjahitan, prosedurnya lebih mudah untuk dilakukan, dapat
dilakukan sekaligus untuk lesi yang banyak, tidak memerlukan suatu prosedur
sterilisasi yang ketat. Tidak memerlukan persiapan khusus, tidak memerlukan
tenaga listrik. Sedangkan keuntungan pada pasien adalah tidak memerlukan
pelepasan benang jahitan, perawatan luka biasanya lebih mudah, tidak diperlukan
pengurangan aktivitas pada tindakan sehari hari, pengurangan resiko infeksi dan
perdarahan, memberikan hasil kosmetik yang lebih baik, jika terjadi lesi yang
pigmentasi dapat dengan mudah ditutupi secara kosmetik.
35
Serupa dengan semua prosedur pembedahan, pencahayaan yang baik
diperlukan untuk tehnik pengguntingan ini dan merupakan hal yang paling utama
untuk mendapatkan lapangan pandang yang jelas untuk melihat dasar dari lesi
yang bertangkai.
36
37
Pada tehnik ini gunting dipegang pada tangan yang lebih
dominan dan kemudian lesi digunting dan dibebaskan dari jaringan subkutaneus,
kecil biasanya tidak memerlukan tindakan penjahitan, sedangkan pada lesi yang
lebih besar 4-5 mm harus ditutup dengan jahitan untuk mengurangi lamanya
penyembuhan luka dan skar.
Tehnik dengan menggunakan gunting ini dapat dilakukan dengan
memakai gunting iris yang tajam bentuk melengkung atau lurus. Sebelum
dilakukan pengguntingan lebih dahulu dilakukan injeksi anastesi pada lesi dengan
menggunakan lidokain 1 % dengan atau tanpa efinefrin 1 : 100000. Setelah
tindakan pengguntingan ini dilakukan, maka dipertimbangan untuk memberikan
antibiotika topikal yang berfungsi untuk memberikan keadaan yang lembab dan
untuk mempercepat penyembuhan luka. Penyembuhan luka dengan tehnik ini
biasanya berlangsung 1-3 minggu tergantung dari besarnya lesi.
37
Tehnik dengan menggunakan gunting ini juga akan menghasilkan
pengambilan jaringan yang lebih dalam dibandingkan dengan menggunakan
skalpel sehingga penggunaan gunting ini akan lebih efektif untuk mengangkat
skin tag atau pertumbuhan jaringan kulit dengan lesi yang kecil lainnya. Pada
penatalaksanaanya lesi lebih dahulu ditarik dengan pinset kemudian
pengguntingan dilakukan dengan cepat pada dasar lesi. Gunting yang digunakan
merupakan gunting iris yang
36
tajam baik bentuk lurus ataupun melengkung.37
Hemostasis tambahan dapat dilakukan dengan pemakaian ammonium klorida.36,37
Gambar 2 a.Tarik dengan lembut dengan forsep untuk melihat dasar dari lesi dan untuk
menunjukkan daerah yang dilakukan pengguntingan. b. Gunting diletakkan pada dasar posisi lesi
yang dilakukan pemotongan c. Pada dasar dilakukan pembersihan dengan perdarahan minimal. d.
Gambaran yang terlihat setelah dilakukan pengguntingan.
2.3Tehnik Elektrodesikasi
Elektrodesikasi adalah merupakan suatu tindakan yang menggunakan
frekuensi elektrik tinggi yang melalui jaringan untuk mendapatkan efek klinis.9,38
William Clark (1910) memberikan kemajuan pada peralatan bedah listrik
sebelumnya yaitu dengan meningkatkan ampere dan menurunkan voltase yang
akan membentuk suatu cetusan api listrik yang panas dengan adanya gelombang
pendek yang dapat berpenetrasi kedalam kulit, dan dengan menggunakan
mikroskop, tindakan ini dapat mengobservasi jaringan tersebut dimana jaringan
akan mengalami pengkerutan oleh karena terjadinya dehidrasi.
* Dikutip dari kepustakaan no 35
Pada tahun 1914 Amerika telah menggunakan kalimat desikasi untuk
mengambarkan efek saat jaringan akan hancur, pemendekan karboksilasi dengan
tindakan ini untuk melakukan pengangkatan pertumbuhan jaringan pada kulit,
kepala, leher, dan dada. Perubahan Clark ini nantinya akan merupakan dasar dari
Bovie dan Cushing menghasilkan instrumen modern pembedahan pada saat ini.
Bovie, berdasarkan alat pembedahannya terdahulu menemukan adanya
pembentukan diatermi yang akan memproduksi gelombang listik dengan
frekuensi tinggi yang dapat digunakan untuk pemotongan, koagulasi dan desikasi.
Harvey Cushing (1926) menggunakan alat ini untuk melakukan pemotongan
terhadap pembesaran vaskular myeloma.
38
Elektrodesikasi merupakan salah satu tehnik bedah listrik yang bekerja
dengan cara memanaskan sel untuk menghilangkan air sehingga akan
mengakibatkan penghancuran jaringan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan tepat
( yaitu melalui percikan kecil elektroda ). Banyak ahli dermatologi yang
menggunakan cara ini untuk menghancurkan lesi lesi yang kecil seperti skin tag,
chery angioma, keratosis seboroika dan verucca vulgaris. 38
Efek jaringan terhadap bedah listrik dapat dibedakan melalui 3 kelompok
dasar yaitu adalah pemotongan, fulgurasi dan desikasi. Pemotongan pada bedah
listrik ini adalah dengan terjadinya pemisahan jaringan melalui cetusan api listrik
melalui panas yang terus menerus yang melalui area permukaan yang sempit
dengan produksi densitas yang maksimum dan menghantarkan panas dalam
jumlah yang besar dan dalam jangka waktu yang pendek, ini akan mengakibatkan
peningkatan panas yang cepat 100˚C yang akan menguapkan komponen jarin gan
intraselular. Fulgurasi sering dikatakan sebagai kerusakan jaringan yang
disebabkan cetusan listrik pada jaringan. Karena cetusan listrik terputus ini akan
mengasilkan 6 % energi panas pada saat aktivasi, sedikit panas ini akan
menghasilkan koagulasi dari cetusan listrik yang mengakibatkan penguapan
jaringan. Elektrodesikasi pada bedah listrik terjadi ketika elektoda aktif secara
langsung menyentuh dengan permukaan jaringan. Pemanasan pada jaringan ini
akan menghasilkan peningkatan produksi panas ini akan menghasilkan jaringan
yang kering sehingga terjadi koagulasi.
Elektrodesikasi merupakan suatu tindakan yang berdasarkan perubahan
dari energi listrik yang tinggi menjadi panas, yang mempunyai efek pemotongan
atau koagulasi jaringan dengan adanya pengaplikasian pemakaian. Pada saat
melewati jaringan, elektron akan menyatu dengan komponen jaringan, pada saat
penyatuan ini, sejumlah energi akan dihamburkan yang akan mengakibatkan
peningkatan tempratur. Efek dari elektrodesikasi ini akan mengakibatkan 2 efek
pada jaringan, yaitu koagulasi ( tempratur meningkat didalam sel yang kemudian
mengalami dehidrasi dan menyusut ) atau efek pemotongan ( pemanasan air pada
sel yang akan menyebabkan pemecahan dengan cepat).
39
Adanya efek pemanasan yang diproduksi merupakan dasar dari instrumen
pembedahan lsitrik, peningkatan pemanasan pada kulit merupakan peranan
penting untuk mendapatkan efek klinis. Ketika osilasi diaplikasikan pada jaringan,
pergerakan yang cepat dari elektron melalui sitoplasma sel akan meningkatkan
tempratur intraseluler sel. Jumlah dari suhu energi yang dikirimkan akan
menghasilkan efek pada jaringan kulit. Secara umum tempratur dibawah suhu
45˚C akan merusak jaringan. Pada suhu 45˚ C protein jaringan akan mengalami
denaturasi, sehingga akan kehilangan integritas struktural. Dibawah 90˚C cairan
pada jaringan akan mengalami evaporasi, akan menghasilkan keadaan desikasi
bila jaringan dipanaskan dengan perlahan. Saat tempratur mencapai 200˚C ini
akan menghasikan kehancuran komponen dari jaringan yang solid dengan adanya
penurunan karbon.
*
38,39,40
Gambar 3.2.2 : 2 tehnik bedah listrik a. Fulgurasi yaitu dengan cahaya elektroda pada jaringan, diberikan untuk pengobatan yang lebih superfisial dibanding elektrodesikasi b. elektrodesikasi dengan elektroda aktif yang menyentuh kulit dan menunjukkan penetrasi dari jaringan yang akan dihancurkan.
Ada beberapa keuntungan untuk pemakaian elektrodesikasi ini, yang pertama
adalah penggunaan elektrodesikasi ini dapat mengurangi perdarahan yang terjadi
pada saat pengaplikasian, lesi lebih kering dan pengangkatan dapat dilakukan
dengan cepat 39. Penting dilakukan pada elektrodesikasi ini adalah penggunaan
tenaga listrik yang tidak terlalu besar karena dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan sekitarnya yang akan menghasilkan skar.
* Dikutip dari kepustakaan no 38
38
2.4Tehnik Krioterapi
Tehnik krioterapi telah digunakan sejak 100 tahun yang lalu, cairan
nitrogen pertama sekali digunakan pada tahun 1940, dan sekarang telah luas
digunakan sebagai cryogen. Sampai saat ini krioterapi merupakan metode yang
sering digunakan untuk penatalaksanaan lesi kulit yang jinak. Cairan nitrogen ini
merupakan alat semprot yang mudah digunakan dan dengan tehnik yang sama
banyak digunakan untuk penatalaksanaan lesi jinak, premaligna ataupun maligna.
Dosis dari pemakaian krioterapi ini tergantung dari besarnya lesi, jenis kulit dan
kedalaman lesi.
Pada tehnik ini terjadinya pembekuan yg ringan akan mengakibatkan
pemisahan dermoepidermal, inilah yang penting untuk pengobatan untuk lesi les
yang jinak. Komplikasi pengobatan dengan cara ini adalah terjadinya
hipopigmentasi, tetapi pada beberapa penelitian dan pengalaman klinis
menyatakan repigmentasi dapat terjadi beberapa bulan karena adanya migrasi dari
melanosit pada daerah yang dilakukan pengobatan.
42
2.5Tehnik Eksisi
42
Tehnik eksisi ini adalah suatu cara untuk membuang jaringan yang digunakan
untuk lesi yang superfisial , tehnik ini memerlukan anastesi lokal dan jarang
mengakibatkan perdarahan yang berlebihan. Tehnik eksisi ini memerlukan
keahlian yang baik dan juga waktu tindakan yang lebih lama. Pada eksisi
sederhana biasanya tidak memerlukan anastesi yang banyak pada saat tindakan.
Sebelum dilakukan tehnik eksisi ini harus di dokumentasikan terlebih dahulu
kolagen, merokok dan diabetes) dan juga penggunaan obat obatan yang
menganggu perdarahan intraoperatif misalnya aspirin, AINS , vitamin E dan
warfarin.
Setelah dilakukan eksisi diberikan antibiotika topikal yang gunanya adalah untuk
memberikan kelembaban dan secara simultan akan membersihkan debris dan
krusta yang akan memberikan reepitelialisasi yang optimal.
43
2.6 Penyembuhan Luka
43
Mekanisme biologi yang mendasari penyembuhan luka sangatlah
kompleks dan belum dapat dipahami. Meskipun banyaknya yang harus dipelajari
proses yang terlibat didalamnya, beberapa konsep umum telah dipahami.
Penelitian pada luka akut terjadi dalam 4 fase penyembuhan luka. Ini juga
dipercayai bahwa luka kronis juga terjadi pada fase yang sama. Beberapa peneliti
mengambungkan fase pertama dan kedua. Fase penyembuhan luka adalah :
hemostasis, inflamasi, proliferasi atau granulasi, remodelling atau maturasi.
Fase hemostatis : ini dimulai segera setelah terjadi luka, dengan adanya
konstriksi vaskular dan pembentukan pembekuan darah fibrin. Kemudian bekuan
darah dan jaringan sekitarnya akan melepaskan sitokin proinflamasi dan growth
factor seperti misalnya transforming growth factor (TGF) ß, platelet derived
growth factor (PDGF), fibroblast growth factor (FGF) dan epidermal growth
factor (EGF). Pada penyembuhan luka platelet adalah sel yang bertindak sebagai
penutup dari pembuluh darah yang rusak. Saat perdarahan telah dikontrol, sel
inflamasi akan bermigrasi ke luka ( kemotaksis) dan akan membentuk fase
inflamasi.
44
Fase inflamasi : Stadium ini ditandai dengan adanya infiltrasi dari
neutrofil, makrofag dan limposit. Makrofag berperan penting pada penyembuhan
luka. Pada awal luka makrofag akan melepaskan sitokin yang akan
mengakibatkan respon inflamasi dengan penarikan dan aktivasi leukosit. Selain
itu makrofag juga berfungsi meng induksi dan membersihkan sel apoptotik, yang
berperan dalam transisi phenotipik dalam fase penyembuhan yang akan
menstimulasi pembentukan keratinosit, fibroblast dan angiogenesis untuk
menghasilkan regenerasi jaringan.43 secara klinis fase kedua dari peyembuhan
luka terlihat adanya edema, pembengkakan dan hangat dan sering disertai adanya
nyeri, atau hal klasik “rubor et tumorcum calore et dolore” stadium ini biasanya
berakhir pada hari ke 4.
Fase Proliferatif (proliferasi, granulasi dan kontraksi) : Stadium granulasi
dimulai sekitar 4 hari setelah terjadinya luka dan biasanya berakhir sampai 21
hari, dengan karakteristik adanya proliferasi epitel dan migrasi matriks sementara
didalam luka ( reepitalisasi) . Didalam dermis yang perbaikan, fibroblas dan sel
endotel merupakan sel yang paling dominan yang mendukung pertumbuhan
kapiler, pembentukan kolagen dan pembentukan jaringan granulasi pada tempat
luka. Didalam luka tersebut fibroblas akan memproduksi kolagen dan
glikosaminoglikans serta proteoglikans, yang merupakan komponen utama dari
matriks ektraselular. Pada luka akut mempunyai karakteristik secara klinis dengan
adanya gumpalan kecil pada jaringan dasar luka dan meliputi pergantian dari
jaringan dermis dan terkadang pada subdermis.
44
Fase remodeling atau maturasi : terjadi ketika struktur dari interior komplit
yang pertama selesai, maka akan dimulai penyempurnaan lapisan penutup sama
dengan penyembuhan luka, termasuk remodeling jaringan dermis untuk
memproduksi tensile strengh. Pada fase ini terjadinya regresi dari kapiler yang
banyak terbentuk, sehingga densitas kapiler akan kembali normal. Remodeling
dapat terjadi sampai 2 tahun setelah penyembuhan luka dan ini menerangkan
mengapa penyembuhan luka dapat terlihat terjadi secara dramatis dan cepat.
Proses penyembuhan menunjukkan adanya diregulasi oleh sitokin dan
growth factor, dan penelitian terbaru telah menyatakan bahwa lingkungan sitokin
pada penyembuhan luka kronis berbeda dengan luka yang sembuh, bagaimanapun
perlu dicari penyebab utama defek yang menyebabkan luka tidak menyembuh.
Luka kronis adalah salah satu luka yang tidak responsif terhadap terapi utama atau
persisten dengan perawatan yang baik.
45,46
Menurut Gosain dan DiPietro Pada orang dewasa penyembuhan luka
meliputi beberapa peristiwa :
46
1. Pembentukan hemostatis yang cepat.
44
2. Inflamasi yang baik
3. Diferensiasi, proliferasi dan migrasi pada tempat luka
4. Terjadinya angiogenesis yang baik
5. Reepitelialisasi yang cepat ( pertumbuhan jaringan epitel pada permukaan
luka
6. Sintesis yang baik, crosslinking dan ikatan kolagen yang baik yang
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka yaitu
adalah faktor lokal dan sistemik. Faktor lokal adalah faktor yang secara langsung
mempengaruhi luka itu sendiri dan faktor sistemik adalah keadaan keseluruhan
individu yang mempengaruhi luka untuk sembuh. Faktor lokal yang dapat
mempengaruhi penyembuhan luka yaitu oksigenasi dan infeksi. Sedangkan faktor
sistemik yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka adalah umur, hormon
seks, stress, diabetes mellitus, makanan dan obat obatan ( glukokortikoid, anti
inflamasi non steroid dan obat kemoterapi), perokok dan peminum alkohol
Luka yang disebabkan bedah listrik, bedah krio dan bedah laser akan
menunjukkan lebih lamanya penyembuhan luka dibandingkan dengan luka eksisi
ataupun kuretase.
44,45
Penyembuhan luka pada bedah listik akan terjadi lebih lama dibandingkan
dengan luka yang disebabkan luka eksisi ini disebabkan oleh karena adanya
kerusakan jaringan pada luka eksisi lebih sedikit dibandingkan dengan luka yang
disebabkan bedah listrik
46
Pada bedah listrik akan terjadi peningkatan temperatur yang tinggi dalam
jangka waktu yang pendek dan ini akan mengakibatkan ekspansi komponen
ekstraselular dan penguapan yang berlebihan yang akan mengakibatkan jaringan
akan menjadi kering dan terbentuk koagulum.
47
38
Pemanasan jaringan ini akan
mengakibatkan adanya destruksi jaringan akibat pendidihan pada jaringan ataupun
terjadinya koagulasi, pemanasan ini merupakan mekanisme yang dasar yang
bertanggung jawab akan luasnya daerah berdekatan yang terkena dibandingkan
dengan luka pada bedah insisi.
Selain itu adanya arus listrik yang tinggi ini akan mengakibatkan destruksi
atau penghancuran jaringan dan gangguan hemostatis dan terjadi perlengketan
kolagen pembuluh darah dan serabut elastik sehingga menganggu penyembuhan
luka ( reepitalisasi dan tingkat inhibitor inflamasi).48
2.8 Gambar Kerangka Konsep
2.7 Hipotesis
Penggunaan gunting lebih efektif dibanding dengan elektrodesikasi
pada penatalaksanaan skin tag
Penyembuhan luka Tehnik menggunakan
gunting ( curved blade scissor)
elektrodesikasi
Penyembuhan luka
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Desain Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode uji klinis terbuka (open clinical trial).
3.2Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Desember 2013 sampai September 2014.
3.2.2 Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Poliklinik Sub Bagian Bedah Kulit SMF Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan.
3.3Populasi Penelitian
3.3.1 Populasi target
Pasien skin tag.
3.3.2 Populasi terjangkau
Pasien skin tag yang berobat ke Poliklinik bedah kulit SMF Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan dari bulan
Juni sampai September 2014 Pasien skin tag yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi
3.4 Sampel Penelitian
Rumus :
n = Zα 2 PQ d
keterangan :
Zα : deviat baku alfa, untuk α=0,05 maka Zα
3.5Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.5.1 Kriteria inklusi :
a. Pasien dengan skin tag multipel, kecil, diameter < 0,5 cm dan filiform
pada satu regio
b. Berusia > 30 tahun
c. Bersedia ikut dalam penelitian
3.5.2 Kriteria eksklusi :
a. Pasien hamil dan menyusui
b. Pasien dengan penyakit diabetes melitus tak terkontrol
d. Pasien yang memakai alat pacu jantung.
e. Pasien dengan riwayat skar atau keloid
f. Pasien yang memakai obat imunosupresan/ tidak menggunakan obat
obatan 2 minggu sebelum dilakukan prosedur pengobatan.
g. Pasien yang tidak sedang menggunakan obat obatan pengencer darah
seperti warfarin, heparin,aspirin dan clopidogrel.
3.6 Identifikasi Variabel
Variabel bebas : pengguntingan dan elektrodesikasi
Variabel terikat : penyembuhan luka
3.7 Definisi Operasional
3.7.1 Skin tag
Skin tag merupakan papul filiform warna kulit, lunak, pendukulasi,
berwarna seperti warna kulit ataupun hiperpigmentasi yang ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis.
3.7.2 Elektrodesikasi
Elektrodesikasi merupakan salah satu varian bedah listrik yang
menggunakan energi panas. Dengan menggunakan alat bedah listrik
monotermal, Lamidey France
3.7.3 Tehnik menggunakan gunting
Tehnik membuang lesi skin tag dengan menggunakan gunting
dindikasikan untuk lesi pendukulasi. Tehnik ini digunakan dengan
3.7.4 Penyembuhan luka
Penyembuhan luka adalah sembuh secara klinis, yaitu keadaan dimana
lesi luka menutup sempurna, tidak ditemukan eritema,edema dan basah.
3.7.5 Kenyamanan
Tidak terdapatnya rasa takut dan nyeri pada saat penatalaksanaan skin
tag dengan menggunakan gunting dan elektrodesikasi. Rasa takut dinilai
dengan ya atau tidak dan rasa nyeri dinilai dengan ya atau tidak.
3.7.6 Diabetes melitus
Penderita diabetes melitus yang diketahui dari anamnesis menderita
diabetes mellitus dan jika menderita diabetes melitus maka harus
dikonsulkan ke spesialis penyakit dalam untuk menetapkan diagnosis
diabetes melitus
3.7.7 Penyakit Imunodefisiensi
Imunodefisiensi adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan reaksi
pembentukan zat kebal tubuh atau antibodi akibat kerusakan organ
limfoid. Penyakit imunodefisiensi ini adalah pasien yang menderita :
keganasan, penyakit tiroid, HIV/AIDS yang dapat diketahui berdasarkan
anamnesis, yang selama ini telah ditegakkan oleh dokter.
3.7.8 Efek samping penatalaksanaan skin tag
Adalah adanya hipopigmentasi, hiperpigmentasi dan sikatrik yang
terjadi karena pengobatan skin tag baik dengan tehnik menggunting atau
3.7.9 Alat pacu jantung
Pasien yang menggunakan alat pacu jantung adalah pasien yang
dipasang alat pacu jantung yang dapat diketahui dari berdasarkan
anamnesis.
3.7.10 Ibu hamil dan menyusui
Ibu hamil adalah wanita yang membawa embrio atau fetus didalam
tubuhnya dan ibu menyusui adalah ibu yang masih dalam memberikan Asi
pada anak bayi nya.
3.7.11 Obat imunosupresan
Obat imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk
menekan respon imun.
3.7.12 Obat pengencer darah
Obat pengencer darah adalah obat obat yang dapat menurunkan
agregasi platelet dan dapat menghambat pembentukan thrombus di
sirkulasi arteri.
3.7.13 Skar dan keloid
Skar dan keloid adalah tanda, bekas atau parut yang masih tertinggal
pada kulit setelah kulit mengalami luka yang sudah kering atau sembuh.
3.8 Alat dan Bahan, Cara Kerja dan Pengamatan
3.8.1 Alat dan bahan
3.8.1.1 Alat dan bahan pengobatan dengan pengguntingan
a. Sarung tangan
c. Gunting kecil bengkok
d. Pinset
e. Anastesi topikal EMLA yang dioleskan pada lesi dan ditunggu 1 jam
sebelum tindakan.
f. Kassa steril
g. Wrapping plastic
h. Krim gentamisin
3.8.1.2 Alat dan bahan pengobatan dengan elektrodesikasi
a. Sarung tangan
b. Povidon Iodine 10 %
c. Anastesi topikal EMLA yang dioleskan pada lesi dan ditunggu 1 jam
sebelum tindakan.
d. Alat bedah listrik monotermal, Lamidey France
e. Kassa steril
f. Wrapping plastic
g. Krim gentamisin
3.8.2 Cara kerja
3.8.2.1 Diagnosis klinis
Diagnosis klinis ditegakkan oleh peneliti bersama dengan
pembimbing di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin divisi bedah
3.8.2.2Pencatatan data dasar
Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di Poliklinik Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan . Pencatatan
data dasar meliputi identitas penderita, anamnesis, dan pemeriksaan
dermatologis.
3.8.2.3 Persetujuan Tindakan Medis
Pasien menandatangani persetujuan tindakan medis, setelah
diberikan penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan
pada pasien.
3.8.2.4 Prosedur Pemilihan Pasien
Pasien dilakukan pemilihan jenis dan lokasi skin tag yang diambil
dari lesi :
a. Lesi skin tag diambil pada regio yang sama.
b. Jika lesi sejajar maka pengguntingan dilakukan sebelah kanan
operator dan sebelah kiri operator dilakukan tindakan elektrodesikasi
c. Jika lesi terletak diatas dan dibawah maka pengguntingan dilakukan
pada lesi sebelah atas dan elektrodesikasi pada lesi sebelah bawah
d. Dilakukan pengambilan foto skin tag sebelum dilakukan tindakan
yang berguna sebagai dokumentasi.
3.8.2.5 Prosedur pengobatan skin tag dengan penguntingan (dilakukan oleh
peneliti dengan pengawasan pembimbing)
b. Lesi pada skin tag dan sekitarnya dibersihkan dengan povidon iodine
10%
c. Dioleskan anastesi topikal dengan menggunakan EMLA
d. Kemudian ditutup dengan wrapping plastic
e. Ditunggu selama 1 jam
f. Lesi dijepit dengan menggunakan pinset
g. Dilakukan pemotongan dengan gunting pada dasar lesi skin tag.
h. Dihentikan perdarahan dengan menekan menggunakan kassa steril
i. Kemudian diberikan krim gentamisin.
3.8.2.6 Prosedur pengobatan skin tag dengan elektrodesikasi (dilakukan oleh
peneliti dengan pengawasan pembimbing)
a. Pasien dibaringkan di tempat tidur
b. Lesi pada skin tag dan sekitarnya dibersihkan dengan povidon iodine
c. Dioleskan anastesi topikal dengan menggunkan EMLA
d. Kemudian ditutup dengan wrapping plastic
e. Ditunggu selama 1 jam .
f. Dilakukan elektrodesikasi pada dasar lesi
g. Lesi dibersihkan kemudian diberi krim gentamisin
3.8.3 Pengamatan (hasil tindakan lanjut)
Pengamatan dilakukan untuk melihat penyembuhan luka dari lesi skin
tag. Waktu pengamatan dilakukan tiap minggu selama tiga (3) minggu untuk
3.10 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian diolah dan selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel. Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui perbedaan
proporsi kesembuhan antara kelompok yang diberi pengobatan dengan cara
pengguntingan dengan kelompok yang diberi pengobatan dengan cara
elektrodesikasi pada akhir minggu ke-3 . Analisis statistik menggunakan uji
Eksak Fisher dengan tingkat kemaknaan 0,05.
3.11 Persetujuan Komite Etik Penelitian
32
Penelitian ini dilakukan setelah memperoleh persetujuan dari Komite