BAB II
DESKRIPSI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROV. SUMUT
II.1 PEGAWAI NEGERI SIPIL
Pegawai Negeri merupakan pekerja di sektor publik yang bekerja untuk
pemerintah pada suatu negara. Pekerja di badan publik non-departemen terkadang
juga dikategorikan sebagai pegawai negeri. Pegawai negeri di Indonesia
menggunakan perpaduan antara sistem karir dan system prestasi kerja. Sistem
karir merupakan suatu sistem kepegawaian, dimana untuk pengangkatan pertama
didasarkan atas kecakapan yang bersangkutan, sedang dalam pengembangannya
lebih lanjut, masa kerja, kesetiaan, pengabdian dan syarat-syarat obyektif lainnya.
Sedangkan sistem prestasi kerja adalah suatu sistem kepegawaian, dimana
pengangkatan seseorang untuk menduduki suatu jabatan atau untuk naik pangkat
didasarkan atas kecakapan dan prestasi yang dicapai oleh pegawai yang diangkat.
Mereka dipilih dalam ujian seleksi tertentu untuk mendapatkan gaji dan tunjangan
khusus, serta memperoleh pensiun. Namun demikian, terdapat jabatan-jabatan
tertentu yang tidak diduduki oleh pegawai negeri, misalnya:
a. Presiden, Gubernur, Bupati, dan Walikota- dipilih langsung oleh rakyat
melalui pemilu
b. Menteri ditunjuk oleh Presiden.
Camat dan Lurah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS), sedangkan Kepala Desa
bukan merupakan PNS karena dipilih langsung oleh warga setempat.
Berdasarkan pengertian pegawai negeri dalam perundang-undangan yang
mengatur tentang pokok-pokok kepegawaian, dapat dilihat bahwa adanya
unsur-unsur yang harus dipenuhi dari seseorang untuk dapat diangkat sebagai pegawai
negeri, yaitu Warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Ketentuan mengenai
persyaratan tentang syarat-syarat seseorang dapat diangkat menjadi pegawai
atas peraturan pemerintah Nomor 89 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri sipil,
yang menentukan persyaratannya sebagai berikut:
1. Warga Negara Indonesia
2. Berusia serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun dan
setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun.
3. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan
pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena
melakukan suatu tindak pidana kejahatan.
4. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat, tidak atas permintaan
sendiri atau tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil atau
diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta.
5. Tidak berkedudukan sebagai calon/ Pegawai Negeri
6. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian dan keterampilan yang
diperlukan.
7. Berkelakuan baik.
8. Sehat Jasmani dan Rohani
9. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia atau negara lain yang ditentukan oleh pemerintah.
10. Syarat lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan
Berdasarkan kenyataan dan pengalaman sejarah ternyata bahwa kedudukan
dan peranan Pegawai pada setiap negara sangatlah penting dan menentukan,
karena Pegawai adalah unsur aparatur negara dan aparatur pelaksana pemerintah
dalam mencapai tujuan nasional suatu Negara. Di Indonesia Pegawai Negeri Sipil
mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dan menentukan serta
Dalam birokrasi Pemerintahan, dikenal jabatan karier yaitu jabatan dalam
lingkungan birokrasi yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil
(PNS). Jabatan karier dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Jabatan Struktural
Yaitu jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi, kedudukan
jabatan struktural bertingkat-tingkat dari tingkat yang terendah yaitu Eselon
IVb hingga tertinggi dari level Eselon Ia, contoh jabatan struktural di PNS
adalah Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Biro dan Staf Ahli,
sedangkan contoh jabatan struktural di Pemda adalah Sekretaris Daerah,
Kepala Dinas Kepala Badan dan Kepala Kantor, Kepala Bagian, Kepala
Bidang, Kepala Seksi, Camat, Sekretaris Camat, Lurah dan Sekretaris Lurah.
2. Jabatan Fungsional
Yaitu jabatan yang tidak tercantum dalam struktur organisasi tetapi dari
sudut pandang tugas dan fungsi (tusi) pekerjaannya tidak bisa terlepas dari
struktur organisasi dan sangat diperlukan oleh organisasi dan pelaksanaannya
merupakan satu kesatuan, misalnya auditor (Jabatan fungsional Auditor JFA)
guru,dosen pengajar, arsiparis, perancang peraturan perundang-undangan dan
lain-lain
Dalam rangka kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah dan
pembangunan nasional seperti yang tertulis dalam penjelasan atas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 alinea 1Tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
yaitu: Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan nasional
sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur Negara khususnya Pegawai Negeri
Sipil. Karena itu, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional yakni
mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern,
demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri yang
merupakan unsur aparatur Negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang
dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
Pegawai Negeri Sipil terdiri atas:
1. Pegawai Negeri Sipil Pusat (PNS Pusat), yaitu PNS yang gajinya
dibebankan pada APBN, dan bekerja pada departemen, lembaga non
departemen, kesekretariatan negara, lembaga-lembaga tinggi negara,
instansi vertikal di daerah-daerah, serta kepaniteraan di pengadilan.
2. Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNS Daerah), yaitu PNS yang bekerja di
Pemerintah Daerah dan gajinya dibebankan pada APBD. PNS Daerah
terdiri atas PNS Daerah Provinsi dan PNS Daerah Kabupaten/Kota.
Pada penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 43 Tahun 1999
aline ke 2 bahwa dalam pelaksanaan desentralisasi kewenangan pemerintahan
kepada Daerah, Pegawai Negeri berkewajiban untuk tetap menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa dan harus melaksanakan tugasnya secara professional dan
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan
pembangunan serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme21
Dalam perwujudannya PNS hanya dapat menjalankan pekerjaan kalau
pekerjaan tersebut untuk kepentingan bangsa dan negara dan kepentingan
kelancaran pemerintahan sesuai dengan peraturan perundangan, bukanlah untuk .
Untuk membentuk sosok Pegawai Negeri Sipil sebagaimana tersebut diatas,
diperlukan upaya meningkatkan manajemen Pegawai Negeri Sipil sebagai
bagian dari Pegawai Negeri. Manajemen Pegawai Negeri Sipil perlu diatur secara
menyeluruh, dengan menerapkan norma, standar, dan prosedur yang seragam
dalam penetapan formasi, pengadaan, pengembangan, penetapan gaji, dan
program kesejahteraan
Seorang PNS dituntut untuk loyal, namun dalam pengertian ini loyalitas
bukan ditujukan pada kelompok tertentu apalagi pada orang tertentu, tetapi
loyalitas hanyalah kepada pemerintah, bangsa dan negara yang berdasarkan
kepada Pancasila dan UUD 1945.
21
kepentingan subjektif dari seseorang walaupun yang bersangkutan adalah
pimpinannya. Dalam hal ini, loyalitas tidaklah hanya diukur dari segi kepatuhan
seseorang pada pribadi pimpinan, tetapi kepatuhannya menjalankan tugas-tugas
pemerintahan yang dibebankan kepadanya, serta ketaatannya dalam menjalankan
dan menegakkan peraturan perundangan.
Netralitas PNS sangat dibutuhkan bagi organisasi pemerintahan yang misi
utamanya adalah mengatur, melayani dan memberdayakan masyarakat agar
terwujud kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
- Pertama, dengan netralitas, PNS tidak lagi terganggu dengan pekerjaan
pekerjaan yang di luar tugas dan tanggung jawabnya, sehingga lebih
fokus pada pekerjaannya.
- Kedua, PNS merasa lebih aman bekerja, punya kepastian masa depan
dimana tergantung kepada hasil kerja dan prestasi kerjanya, tidak ada lagi
faktor-faktor subjektif yang tidak punya standar yang pasti.
- Ketiga, PNS akan berkompetisi secara sehat dalam menghasilkan
prestasi, sehingga akan muncul inovasi baru dalam menyelesaikan suatu
persoalan ataupun guna melancarkan penyelenggaraan pemerintahan.
- Keempat, pemberian pelayanan akan lebih baik, karena tidak ada lagi
sikap yang diskriminatif ataupun adanya intervensi tertentu dalam
memberikan pelayanan.
Dalam hal ini, Pegawai Negeri adalah aparatur Negara sehingga dituntut
untuk memiliki rasa bertanggung jawab, profesionalisme dan memiliki kesetiaan
pada masing-masing individu. Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan
pemerintah juga tidak luput dari keseharian Pegawai Negeri Sipil. Seperti
peraturan-peraturan Pemerintah tentang larangan Pegawai Negeri Sipil untuk
masuk kedalam dunia politik, seperti larangan Pegawai Negeri Sipil menjadi
anggota Partai Politik. Karena Pegawai Negeri Sipil memang diwajibkan harus
netral.
Seperti pada alinea ke 6 Undang-Undang RI nomor 43 Tahun 1999, bahwa
dalam upaya menjaga netralitas Pegawai Negeri Sipil dari pengaruh partai politik
dapat memusatkan segala perhatian, pikiran dan tenaganya pada tugas yang
dibebankan kepadanya, maka Pegawai Negeri Sipil dilarang menjadi anggota
dan/atau pengurus Partai Politik. Oleh karena itu, Pegawai Negeri yang menjadi
anggota dan/atau pengurus parti politik harus diberhentikan sebagai Pegawai
Negeri Sipil. Pemberhentian tersebut dapat dilakukan dengan hormat maupun
dengan tidak hormat.
Hal diatas tersebut sesuai dengan penjelasaan Janji Pegawai Negeri Sipil PP
No. 21 Tahun 1975 disebutkan bahwa sumpah/janji Pegawai Negeri adalah
kesanggupan untuk menaati keharusan atau untuk tidak melakukan
larangan-larangan yang ditentukan dan diikrarkan dihadapan atasan yang berwenang
menurut agama dan kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan
mengucapkan sumpah/janji, diharapkan Pegawai Negeri Sipil akan melaksanakan
tugas amanah dengan penuh kesadaran, keikhlasan sesuai dengan hati nurani
individu22
Kementerian Agama disingkat Kemenag yang dahulu adalah Departemen
Agama (Depag) merupakan .
II.2 PROFIL KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROV. SUMATERA UTARA
membidangi urusa
seperti yang diteliti oleh penulis adalah Kantor Kementerian Agama Provinsi
Sumatera Utara.
Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara terletak di. Jl. Jendral.
Gatot Subroto No. 261, yaitu sebuah jalan besar menuju Binjai., dikepalai oleh
Ka.Kanwil bapak Drs. H. Abd Rahim, M.Hum sejak 26 Oktober 2011. Kanwil
22
Inspektorat Jenderal Departemen Agama, Pengelolaan Administrasi Kepegawaian Dan
Kementerian Agama ini tepatnya berada di depan Komando Daerah Militer
(Kodam) Bukit Barisan Medan.
Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara memiliki 3 Gedung.
Gedung pertama adalah gedung yang isinya bidang Kesekretariatan. Seperti,
Bagian Umum, Bagian Kepegawaian, Bagian Keuangan dan sebagainya.
Sedangkan untuk gedung kedua dan ketiga Kanwil Kemenag Provsu ini adalah
gedung yang isinya bidang – bidang pendidikan seperti, Pendidikan Agama dan
Keagamaan Islam, Pendidikan Madrasah dan Pendidikan-Pendidikan lainnya.
II.2.1 Sejarah Kementerian Agama Prov. Sumatera Utara
Pada saat berdirinya Kementerian Agama pada tahun 1946, Sumatera
masih merupakan satu provinsi dengan Gubernurnya yang berasal dari Aceh
yaitu Mr. T. Moch. Hasan. Jawatan Agama Sumatera oleh Pemerintah
dipercayakan kepada H. Muchtar Yahya, kedudukannya masih berada di bawah
Gubernur.
Pada Tahun 1964, Sumatera dibagi menjadi 3 Provinsi, yakni Provinsi
Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan, H. Muchtar Yahya
ditunjuk sebagai menjadi koordinator jawatan-jawatan Agama tersebut, bertempat
di Bukit Tinggi23
Sementara itu, pada tahun 1953, Provinsi Sumatera Utara merupakan
gabungan dari Daerah Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli berkedudukan di .
Kepala – Kepala Jawatan Agama di ketiga wilayah Sumatera waktu itu,
Tengku Moch. Daud Beureuh Provinsi Sumatera Utara, Nazaruddin Thoha
Sumatera Tengah dan K. Azhari Sumatera Selatan. Mereka diangkat oleh
Gubernur Sumatera Utara yang mewakili Presiden untuk mengurus
Pemerintahan di wilayahnya. Setelah Kantor – Kantor Jawatan Agama Provinsi
Sumatera Utara ada hubungan dengan Kementerian Agama, yang berkedudukan
di Yogyakarta, H. Muchtar Yahya dipindahkan ke Pusat bertindak sebagai Kepala
Urusan Keagamaan Wilayah Sumatera.
23
Buku Kanwil Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara, “Sejarah Departemen
Kotaraja (Banda Aceh). Jawatan Agama Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh
Tengku Abdul Wahab Silimeun, sedang koordinator untuk keresidenan Sumatera
Utara H.M Bustami Ibrahim.
Pada tahun 1956 struktur Pemerintahan berubah lagi, Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara, sebagai gabungan dari Keresidenan Sumatera Timur dan
Tapanuli berkedudukan di Medan dan Daerah Aceh dijadikan Daerah Istimewa
Aceh yang berkedudukan di Kotaraja (Banda Aceh). Untuk memimpin Jawatan
Agama Provinsi Sumatera Utara ditunjuk K.H Muslich dan Pimpinan Jawatan
Agama Daerah Istimewa Aceh tetap ditangan Tengku Wahab Silimeun.
Sejak saat itulah Jawatan Agama kedua Provinsi tersebut berdiri
sendiri-sendiri dan untuk perkembangan selanjutnya diatur berdasarkan
peraturan-peraturan yang ditetapkan Kementerian Pusat. Sejak Provinsi Sumatera Utara
berdiri sendiri, pernah menjabat Kepala (dengan beberapa kali mengalami
perubahan struktur) adalah:
1. K.H Muslich
2. H. Miskuddin A. Hamid
3. H.M Arsyad Thalib Lubis
4. Prof. Dr. T.H Yafizham, SH
5. Drs. H.A Djalil Muhammad
6. Drs. H.A Gani
7. Drs. H.M Adnan Harahap
8. Drs. H.A Bidawi Zubir
9. Drs. Nurdin Nasution
10. Prof. Dr. H. Mohd. Hatta
11. Drs. H.Z Arifin Nurdin, SH. Mkn
12. Drs. H. Syariful Mahya Bandar, MAP
II.2.2 Perkembangan Organisasi Departemen Agama Pada Tahun 1965-1974
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama 91 Tahun 1965 sampai dengan
1976, tentang struktur Organisasi, Tugas dan wewenang Instansi Departemen
Agama di Daerah. Terdiri dari:
1. Perwakilan Departemen Agama Provinsi
2. Perwakilan Departemen Agama Kabupaten/Kota
3. Kantor Urusan Agama Kecamatan
Perwakilan Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara terdiri dari :
- Jawatan Urusan Agama
- Jawatan Pendidikan Agama
- Jawatan Penerangan Agama
- Jawatan Peradilan Agama dan Pengadilan Agama
- Jawatan Tinggi Agama dan Pesantren Luhur
- Jawatan Urusan Haji
- Jawatan Agama Kristen
- Jawatan Agama Katholik
- Jawatan Agama Hindu dan Buddha
Perwakilan Departemen Agama Kabupaten/Kota terdiri dari:
- Dinas Urusan Agama
- Dinas Pendidikan Agama
- Dinas Penerangan Agama
- Pengadilan Agama
- Dinas Urusan Haji
- Dinas Urusa Agama Kristen
- Dinas Urusan Agama Katholik
- Dinas Urusan Agama Hindu dan Buddha
Kantor Urusan Agama Kecamatan Meliputi :
- Urusan Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk serta bimbingan
kesejahteraan keluarga.
- Urusan rumah Peribadatan, Ibadah Sosial dan Urusan Haji
- Urusan Penerangan dan Penyuluhan Agama
Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 53 Tahun 1971
tentang Pembentukan Kantor Perwakilan Departemen Agama Provinsi serta
Kantor Departemen Agama Kabupaten dan Inspektorat Perwakilan, susunannya
terdiri:
1. Perwakilan Departemen Agama Provinsi
2. Perwakilan Departemen Agama Kabupaten
3. Kantor Urusan Agama Kecamatan
4. Urusan Pengawas adalah Inspektorat Perwakilan.
Perwakilan Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara terdiri dari:
1. Unsur Pimpinan adalah Kepala Perwakilan
2. Unsur Pembantu Pimpinan adalah Sekretariat Perwakilan
3. Unsur Pelaksanaan ialah :
- Inspeksi Urusan Agama
- Inspeksi Pendidikan Agama
- Inspeksi Penerangan Agama
- Inspeksi Peradilan Agama.
II.2.3 PERKEMBANGAN PADA TAHUN 1975-1981
1. Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara
terdiri atas:
- Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi
- Kantor Departemen Agama Kabupaten / Kota
2. Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975 (Disempurnakan)
tanggal 16 April 1975, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Agama Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan Typologi IV, maka
Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara terdiri
dari:
- Bagian Tata Usaha
- Bagian Urusan Agama Islam
- Bidang Pendidikan Agama Islam
- Bidang Penerangan Agama Islam
- Bidang Urusan Haji
- Pembimbing Masyarakat (Kristen) Protestan
- Pembimbing Masyarakat Katholik
- Pembimbing Masyarakat Hindu dan Buddha
- Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota
- Kantor Urusan Agama Kecamatan
Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 45 Tahun 1981
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama
Provinsi Sumatera Utara termasuk pada Typologi I terdiri atas:
- Bagian Sekretariat
- Bidang Urusan Agama Islam
- Bidang Penerangan Agama Islam
- Bidang Urusan Haji
- Bidang Pembinaan Masyarakat (Kristen) Protestan
- Pembimbing Masyarakat Katholik
- Pembimbing Masyarakat Hindu
- Pembimbing Masyarakat Buddha.
Selanjutnya terjadi perubahan struktur sesuai Keputusan Menteri Agama
Agama Provinsi Sumatera Utara termasuk pada Typologi I B. Struktur Typologi
Kanwil Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara:
1. Bagian Tata Usaha
2. Bidang Urusan Agama Islam
3. Bidang Penyelenggaraan Haji, Zakat dan Wakaf
4. Bidang Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum
5. Bidang Pendidikan keagaam, pondok pesantren, pendidikan agama islam
pada masyarakat dan pemberdayaan masjid.
6. Bidang Bimbingan masyarakat Kristen
7. Pembimbing masyarakat Katholik
8. Pembimbing masyarakat Hindu
9. Pembimbing masyarakat Buddha
Bagan II.1
II.2.4 Kode Etik PNS Dan Visi Misi Kanwil Kementerian Agama Prov. Sumatera Utara
Dalam kelancaran tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional, sangat dipengaruhi olh kesempurnaan pengabdian aparatur Negara.
Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur aparatur Negara yang bertugas
memberikan pelayanan yang terbaik, adil dan merata. Pembinaan jiwa Korps
atau pegawai akan berhasil dengan baik apabila diikuti dengan pelaksanaan dan
penerapan kode etik dalam kehidupan sehari-hari Pegawai Negeri Sipil. Dengan
upaya meningkatkan kualitas Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan
tugas-tugasnya. Pegawai Negeri Sipil yang baik pun tidak terlepas dari pedoman Visi
dan Misi Kantor Wilayah Kementerian Agama.
Adapun Kode etik PNS dan Visi Misinya adalah sebaqgai berikut:
A. Kode Etik Pegawai
“Kami Pegawai Kementerian Agama yang Beriman dan Bertaqwa Kepada
Tuhan Yang Maha Esa:.
1. Menjunjung Tinggi Pesartuan dan Kesatuan
2. Mengutamakan Pengabdian dan Pelayanan Kepada Masyarakat
3. Bekerja dengan Jujur, Adil dan Amanah
4. Melaksanakan Tugas dengan Disiplin, Profesional dan Inovatif
5. Setia Kawan dan Bertanggungjawab atas Kesejahteraan Korps (Pegawai)
B. Visi dan Misi
VISI : Terwujudnya msyarakat agamis yang berakhlak mulia, rukun dan damai.
MISI :
1. Meningkatkan bimbingan dan pelayanan kehidupan beragama
2. Meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan dan
pengembangan nilai-nilai agama.
3. Memperkokoh kerukunan umat beragama
4. Mengembangkan lembaga social keagamaan dan lembaga social
keagamaan
5. Meningkatkan kualitas pendidikan agama pada seklah umum dan
madarasah
II.2.5 Tugas Dan Pokok-Pokok Kebijakan Kanwil Kementerian Agama Prov. Sumatera Utara
Tugas dan fungsi Kantor Kementerian Agama ini adalah berdasarkan
Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota Pasal 2.
A. Tugas dan Fungsi Kanwil Kementerian Agama
1. Perumusan Visi dan Misi dan Kebijakan Teknis dibidang pelayanan dan
bimbingan kehidupan beragama kepada masyarakat di Provinsi.
2. Pembinaan, Pelayanan dan bimbingan, Masyarakat islam pelayanan haji
dan umroh, Pengembangan zakat dan wakaf pendidikan agama dan
keagamaan pondok pesantren, Pendidikan agama islam pada masyarakat
dan pemberdayaan masjid, serta urusan agama, Pendidikan agama,
Bimbingan masyarakat Kristen, katolik, hindu dan Buddha sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
3. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan administrasi dan
informasi.
4. Pembinaan kerukunan umat beragama.
5. Pengkoordinasian perencanaan, pengendalian dan pengawasan program,
daerah, instansi terkait dan lembaga masyarakat dalam rangka pelaksanaan
tugas Departemen di Provinsi.
6. Pelaksanaan hubungan dengan pemerintah daerah, instansi terkait dan
lembaga masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas departemen di
Provinsi.
B. Pokok-Pokok Kebijakan Kanwil Kementerian Agama Prov. Sumatera Utara
1. Menciptakan iklim yang kondusif bagi proses pemantapan peran, fungsi dan
kedudukan agama sebagai landasan moral spiritual dalam pembangunan di
2. Mengupayakan peningkatan kualitas pelayanan kehidupan beragama
sebagai usaha memberikan kemudahan bagi umat beragama melaksanakan
ibadah dan mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan kegiatan pelayanan kehidupan beragama.
3. Mengupayakan peningkatan pelayanan dan mutu pendidikan agama dan
pendidikan keagamaan dengan menitikberatkan kepada peningkatan
partisipasi masyarakat.
4. Mengupayakan pemberdayaan lembaga-lembaga sosial keagamaan dan
lembaga pendidikan keagamaan untuk semakin memantapkan kehidupan
beragama serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan dalam kehidupan beragama.
5. Mengupayakan peningkatan kualitas pemahaman penghayatan dan
pengamalan agama dan kerukunan umat beragama sebagai upaya
meningkatkan harmonis social dan integrasi bangsa.
6. Menata organisasi kegamaan di Lingkungan Kanwil Kementerian Agama
Provinsi Sumatera Utara sebagai respon terhadap adanya perubahan
structural di tingkat pusat.
7. Meningkatkan kualitas sumber daya di Lingkungan Kanwil Kementerian
Agama Provinsi Sumatera Utara sehingga dapat meningkatkan kinerja untuk
menghasilkan output dan outcome sesuai dengan yang diharapkan.
8. Efisiensi pemanfaatan sumber daya di Lingkungan Kanwi Kementerian
Agama Provinsi Sumatera Utara sebagai respon terhadap berbagai
keterbatasan sehingga dapat dilakukan antisipasi kemungkinan terjadinya
tidak efisien.
9. Menjalin koordinasi dan kerjasama dengan isntansi-instansi baik di
lingkungan pemerintah maupun swasta serta umat beragama.
10.Meningkatkan kehidupan kerukunan umat beragama baik intern antar dan
Antara umat beragama dengan pemerintah.
11.Memberdayakan forum kerukunan umat beragama dalam rangka
II.2.6 Logo Kementerian Agama
Pada logo Kementerian Agama terdapat gambar Al-Qur’an yang terbuka
yang dibawahnya terdapat kata-kata “Ikhlas Beramal”, lalu gambar kapas, padi
dan ada 1 bintang diatasnya. Gambar-gambar tersebut memiliki makna-makna
tersendiri. Adapun makna lambang tersebut adalah:
1. Bintang bersudut lima yang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha
Esa dalam Pancasila, bermakna bahwa karyawan Kementerian Agama
selalu menaati dan menjunjung tinggi norma-norma agama dalam
melaksanakan tugas Pemerintahan dalam Negara Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila
2. 17 kuntum bunga kapas, 8 baris tulisan dalam Kitab Suci dan 45 butir
padi bermakna Proklamasi Kemerdekaan republic Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945, menunjukkan kebulatan tekad para Karyawan
Kementerian Agama untuk membela Kemerdekaan Negara Kesatuan
republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
3. Butiran Padi dan Kapas yang melingkar berbentuk bulatan bermakna
bahwa Karyawan Kementerian Agama mengemban tugas untuk
4. Kitab Suci bermakna sebagai pedoman hidup dan kehidupan yang serasi
Antara kebahagiaan duniawi dan ukhrawi, materil dan spirituil dengan
ridha Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa
5. Alas Kitab Suci bermakna bahwa pedoman hidup dan kehidupan harus
ditempatkan pada proporsi yang sebenarnya sesuai dengan potensi dinamis
dari Kitab Suci.
6. Kalimat “Ikhlas Beramal” bermakna bahwa Karyawan Kementerian
Agama dalam mengabdi kepada masyarakat dan Negara berlandaskan
niat beribadah dengan tulus dan ikhlas.
7. Perisai yang berbentuk segi lima sama sisi dimaksudkan bahwa kerukunan
hidup antar umat beragama RI yang berdasarkan Pancasila dilindungi
sepenuhnya sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
8. Kelengkapan makna lambang Kementerian Agama melukiskan motto :
Dengan Iman yang teguh dan hati yang suci serta menghayati dan
mengamalkan Pancasila yang merupakan tuntutan dan pegangan hidup
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, karyawan Kementerian
Agama bertekad bahwa mengabdi kepada Negara adalah ibadah.
II.3 Penjelasan tentang Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah. a. Penjelasan Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 1999 (Pokok-Pokok
Kepegawaian)
Undang-Undang RI Nomor 43 tahun 1999 adalah perubahan dari
undang-undang sebelumnya yaitu Undang-Undang RI Nomor 47 Tahun 1974 tentang
pokok-pokok kepegawaian. Penjelasan umum dari Undang-Undang ini adalah
Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan nasional
sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur Negara khusunya Pegawai
Negeri. Karena itu, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional yakni
mewujudkan masayarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern,
merupakan unsur aparatur Negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang
harus menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat
yang dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan UUD 1945.
Pada butir ke 6 penjelasan Undang-Undang RI No. 43 Tahun 1999,
menjelaskan hubungan Antara Pegawai Negeri Sipil dan Netralitas. Yaitu dalam
upaya menjaga netralitas Pegawai Negeri dari pengaruh partai politik dan untuk
menjamin keutuhan, kekompakkan dan persatuan Pegawai Negeri serta dapat
memusatkan segala perhatian, pikiran dan tenaganya pada tugas yang
dibebankan kepadanya, maka Pegawai Negeri dilarang menjadi anggota dan/atau
pengurus partai politik. Oleh karena itu, Pegawai Negeri yang menjadi anggota
dan/atau pengurus partai politik tersebut haruslah diberhentikan sebagai
pegawai negeri. Pemberhentian tersebut dapat dilakukan dengan hormat dan
tidak hormat. Hal tersebut sudah termasuk melanggar kesetiaan dan aturan
Pegawai Negeri Sipil.
b. Penjelasan Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 Tahun 2005 (PNS yang menduduki jabatan Rangkap)
Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 Tahun 2005 adalah perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil yang
menduduki jabatan rangkap. Pegawai Negeri yang menduduki jabatan fungsional
perancang peraturan perundang-undangan diutamakan untuk dapat menduduki
jabatan struktural pada unit organisasi yang tugas dan fungsinya berkaitan dengan
peraturan perundang-undangan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dengan tugas dan tanggung jawab jabatan fungsionalnya.
Netralitas Pegawai Negeri juga sangat terlihat dalam Peraturan Pemerintah
ini. Karena pada dasarnya Pegawai Negeri Sipil yang telah diangkat dalam
jabatan strukutral tidak dapat merangkap dalam jabatan struktural lain atau
jabatan fungsional. Hal ini dimaksudkan agar Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan dapat memusatkan perhatian dan kemampuannya dalam
melaksanakan tugas jabatannya sehingga dapat menghasilkan kinerja yang
Adapun aturan Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dari jabatan struktural
karena:
1. Mengundurkan diri dari jabatannya
2. Mencapai batas usia pensiun
3. Diberhentikan sebagai PNS
4. Diangkat dalam jabatan struktural lainnya atau jabatan fungsional
5. Cuti diluar tanggungan negara, kecuali cuti diluar tanggungan negara karena
persalinan
6. Tugas belajar lebih dari enam bulan
7. Adanya perampingan organisasi pemerintah
8. Tidak memenuhi persyaratan kesehatan jasmani dan rohani
9. Hal lain yang ditetapkan perundangan yang berlaku
Pegawai Negeri Sipil memang dituntut untuk bersifat netral, adil dan setia.
Sehingga untuk optimalisasi kinerja, disiplin dan akuntabilitas pejabat struktural
serta menyadari akan keterbatasan kemampuan manusia, PNS yang menduduki
jabatan struktural tidak dapat menduduki jabatan rangkap, baik dengan jabatan
struktural lain maupun jabatan fungsional. Rangkap jabatan hanya
diperbolehkan apabila ketentuan perangkapan jabatan tersebut diatur dengan
Undang-undang atau Peraturan Pemerintah.
c. Penjelasan Peraturan Pemerintah RI Nomor 37 Tahun 2004 (Larangan PNS menjadi anggota Partai Politik)
Berdasarkan ketentuan Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang
pokok-pokok kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999, Pegawai Negeri sebagai unur aparatur Negara harus netral dari
pengaruh semua golongan dan partai politik, tidak diskriminatif dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dilarang menjadi Anggota
dan/atau Pengurus Partai Politik. Dan dalam Penjelasan umum Undang-Undang
tersebut, Antara lain disebutkan bahwa Pegawai Negeri yang menjadi Anggota
dan/atau Pengurus Partai Politik harus diberhentikan sebagai Pegawai Negeri
Dalam menegakkan Supremasi hukum dan wibawa Pegawai Negeri Sipil
sebagai bagian dari Pegawai Negeri, perlu diatur dalam Peraturan Pemerintah
mengenai Larangan Pegawai Negeri Sipil menjadi anggota Partai Politik.
Peraturan Pemerintah ini pada umumnya untuk mengatur prosedur
pengunduran diri dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang menjadi
anggota dan/atau Pengurus Partai Politik.
Dalam Pasal 2 Ayat 2 Peraturan Pemerintah RI Nomor 37 Tahun 2004
menegaskan bahwa ‘Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota dan/atau
pengurus partai politik diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil”. Pada
ketentuan Pasal 3 ayat 1 “menegaskan bahwa sebelum seorang Pegawai Negeri
Sipil menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik, yang bersangkutan
terlebih dahulu harus mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil”.
Pada prinsipinya, Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri harus
diberhentikan sebagai Pegawai Negeri. Dalam jangka waktu 20 hari setelah
diserahkannya pengunduran diri kepada atasan tidak ada pertimbangan dari
Pegawai yang bersangkutan, maka dianggap dikabulkan. Pegawai Negeri Sipil
tersebut sudah dapat menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik tanpa
harus menunggu keputusan pemberhentiannya, dan proses administrasi
pemberhentian dengan hormat tetap haruslah dilakukan.
Faktanya, tidak sedikit juga Pegawai Negeri Sipil mengikuti hal ini. Dalam
arti, Pegawai Negeri Sipil tersebut masuk ke dalam sebuah kepengurusan
maupun tim sukses sebuah partai politik. Meskipun tanpa sadar Pegawai yang
bersangkutan itu sudah bersikap tidak netral dan melanggar aturan-aturan yang
dilarang oleh peraturan Pegawai Negeri Sipil tersebut.
d. Penjelasan Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 2004 (Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS)
Dalam Peraturan Pemerintah ini Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil adalah
rasa Kesatuan dan Persatuan, kebersamaan, kerja sama, tanggung jawab, dedikasi,
disiplin, kreativitas, kebanggaan dan rasa memiliki organisasi Pegawai Negeri
Adapun pembinaan jiwa koprs Pegawai Negeri Sipil ini bertujuan untuk
mendorong etos kerja Pegawai Negeri Sipil untuk mewujudkan Pegawai Negeri
Sipil yang bermutu tinggi dan sadar akan tanggungjawabnya sebagai unsur
aparatur Negara sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 3 butir b pada PP
nomor. 42 Tahun 2004.
Nilai-Nilai dasar yang harus dijunjung tinggi oleh Pegawai Negeri Sipil
meliputi:
1. Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Kesetiaan dan Ketaatan kepada Pancasila dan UUD 1945
3. Semangat Nasionalisme
4. Mengutamakan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi atau golongan
5. ketaatan hukum dan peraturan perundang-undangan
6. Penghormatan terhadap hak asasi manusia
7. Tidak diskrimnatif
8. Profesinalisme, netralitas, dan bermoral tinggi
9. Semangat Jiwa Korps.
e. Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 (Disiplin Pegawai Negeri Sipil)
Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan
menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang undangan
dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi
hukuman disiplin. Sedangkan Pelanggaran Disiplin adalah setiap ucapan, tulisan,
atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan
ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun diluar jam
kerja24
Adapun kewajiban Pegawai Negeri Sipil terutama Menaati segala peraturan
perundang-undangan. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan
Pegawai Negeri Sipil dengan penuh pengabddian, kesadaran, tanggung jawab .
24
dan mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan pribadi atau
kelompok/golongan.
Larangan-Larangan terhadap Pegawai Negeri Sipil yang berhubungan
dengan sebuah netralitas Antara lain adalah :
- melakukan kerjasama dengan atasan, teman sejawat, bawahan atau orang
lain didalam maupun diluar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk
keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau
tidak langsung merugikan Negara
- Ikut serta dalam kampanye partai-partai politik.
- Menggunakan atribut-atribut kampanye.
Pada dasarnya, masih banyak Pegawai Negeri Sipil yang tahu akan
Peraturan-Peraturan dilarang bergabung kedalam kegiatan partai politik, tetapi
masih tetap melakukan pelanggaran tersebut. Itulah sebabnya mengapa
Pegawai Negeri Sipil diberikan sanksi pengunduran diri dan pemberhentian
secara hormat maupun secara tidak hormat karena Pegawai tersebut dianggap
tidak netral dan tidak memiliki kesetiaan terhadap Kementerian Agama.
f. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 (Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD)
Menurut Undang-Undang tentang Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD
dipertegas bahwa persyaratan menjadi anggota Pemilu harus mengundurkan
diri sebagai Kepala Daerah, Pegawai Negeru Sipil, anggota TNI, Kepolisian,
direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan BUMN, yang telah
dinyatakan dengan surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali.
Dalam hal ini sudah jelas sekali bahwa Pegawai Negeri Sipil sebagai
aparatur Negara harus dipaksa untuk memiliki netralitas yang tinggi. Jika
melanggar Peraturan tentang itu, maka Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
harus menerima sanksi. Sedangkan sanksi hukuman disiplin bagi Pegawai
Negeri Sipil yang melanggar netralitas ( Pasal 13 PP Nomor 53 Tahun 2010 butir
- Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
- Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
- Pembebasan dari jabatan;
- Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS,
dan