• Tidak ada hasil yang ditemukan

Netralitas Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pemilukada Sumatera Utara Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Netralitas Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pemilukada Sumatera Utara Tahun 2013"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROV. SUMUT

II.1 PEGAWAI NEGERI SIPIL

Pegawai Negeri merupakan pekerja di sektor publik yang bekerja untuk

pemerintah pada suatu negara. Pekerja di badan publik non-departemen terkadang

juga dikategorikan sebagai pegawai negeri. Pegawai negeri di Indonesia

menggunakan perpaduan antara sistem karir dan system prestasi kerja. Sistem

karir merupakan suatu sistem kepegawaian, dimana untuk pengangkatan pertama

didasarkan atas kecakapan yang bersangkutan, sedang dalam pengembangannya

lebih lanjut, masa kerja, kesetiaan, pengabdian dan syarat-syarat obyektif lainnya.

Sedangkan sistem prestasi kerja adalah suatu sistem kepegawaian, dimana

pengangkatan seseorang untuk menduduki suatu jabatan atau untuk naik pangkat

didasarkan atas kecakapan dan prestasi yang dicapai oleh pegawai yang diangkat.

Mereka dipilih dalam ujian seleksi tertentu untuk mendapatkan gaji dan tunjangan

khusus, serta memperoleh pensiun. Namun demikian, terdapat jabatan-jabatan

tertentu yang tidak diduduki oleh pegawai negeri, misalnya:

a. Presiden, Gubernur, Bupati, dan Walikota- dipilih langsung oleh rakyat

melalui pemilu

b. Menteri ditunjuk oleh Presiden.

Camat dan Lurah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS), sedangkan Kepala Desa

bukan merupakan PNS karena dipilih langsung oleh warga setempat.

Berdasarkan pengertian pegawai negeri dalam perundang-undangan yang

mengatur tentang pokok-pokok kepegawaian, dapat dilihat bahwa adanya

unsur-unsur yang harus dipenuhi dari seseorang untuk dapat diangkat sebagai pegawai

negeri, yaitu Warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Ketentuan mengenai

persyaratan tentang syarat-syarat seseorang dapat diangkat menjadi pegawai

(2)

atas peraturan pemerintah Nomor 89 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri sipil,

yang menentukan persyaratannya sebagai berikut:

1. Warga Negara Indonesia

2. Berusia serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun dan

setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun.

3. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan

pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena

melakukan suatu tindak pidana kejahatan.

4. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat, tidak atas permintaan

sendiri atau tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil atau

diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta.

5. Tidak berkedudukan sebagai calon/ Pegawai Negeri

6. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian dan keterampilan yang

diperlukan.

7. Berkelakuan baik.

8. Sehat Jasmani dan Rohani

9. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia atau negara lain yang ditentukan oleh pemerintah.

10. Syarat lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan

Berdasarkan kenyataan dan pengalaman sejarah ternyata bahwa kedudukan

dan peranan Pegawai pada setiap negara sangatlah penting dan menentukan,

karena Pegawai adalah unsur aparatur negara dan aparatur pelaksana pemerintah

dalam mencapai tujuan nasional suatu Negara. Di Indonesia Pegawai Negeri Sipil

mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dan menentukan serta

(3)

Dalam birokrasi Pemerintahan, dikenal jabatan karier yaitu jabatan dalam

lingkungan birokrasi yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil

(PNS). Jabatan karier dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Jabatan Struktural

Yaitu jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi, kedudukan

jabatan struktural bertingkat-tingkat dari tingkat yang terendah yaitu Eselon

IVb hingga tertinggi dari level Eselon Ia, contoh jabatan struktural di PNS

adalah Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Biro dan Staf Ahli,

sedangkan contoh jabatan struktural di Pemda adalah Sekretaris Daerah,

Kepala Dinas Kepala Badan dan Kepala Kantor, Kepala Bagian, Kepala

Bidang, Kepala Seksi, Camat, Sekretaris Camat, Lurah dan Sekretaris Lurah.

2. Jabatan Fungsional

Yaitu jabatan yang tidak tercantum dalam struktur organisasi tetapi dari

sudut pandang tugas dan fungsi (tusi) pekerjaannya tidak bisa terlepas dari

struktur organisasi dan sangat diperlukan oleh organisasi dan pelaksanaannya

merupakan satu kesatuan, misalnya auditor (Jabatan fungsional Auditor JFA)

guru,dosen pengajar, arsiparis, perancang peraturan perundang-undangan dan

lain-lain

Dalam rangka kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah dan

pembangunan nasional seperti yang tertulis dalam penjelasan atas

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 alinea 1Tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

yaitu: Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan nasional

sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur Negara khususnya Pegawai Negeri

Sipil. Karena itu, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional yakni

mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern,

demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri yang

merupakan unsur aparatur Negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang

(4)

dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945.

Pegawai Negeri Sipil terdiri atas:

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat (PNS Pusat), yaitu PNS yang gajinya

dibebankan pada APBN, dan bekerja pada departemen, lembaga non

departemen, kesekretariatan negara, lembaga-lembaga tinggi negara,

instansi vertikal di daerah-daerah, serta kepaniteraan di pengadilan.

2. Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNS Daerah), yaitu PNS yang bekerja di

Pemerintah Daerah dan gajinya dibebankan pada APBD. PNS Daerah

terdiri atas PNS Daerah Provinsi dan PNS Daerah Kabupaten/Kota.

Pada penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 43 Tahun 1999

aline ke 2 bahwa dalam pelaksanaan desentralisasi kewenangan pemerintahan

kepada Daerah, Pegawai Negeri berkewajiban untuk tetap menjaga persatuan dan

kesatuan bangsa dan harus melaksanakan tugasnya secara professional dan

bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan

pembangunan serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme21

Dalam perwujudannya PNS hanya dapat menjalankan pekerjaan kalau

pekerjaan tersebut untuk kepentingan bangsa dan negara dan kepentingan

kelancaran pemerintahan sesuai dengan peraturan perundangan, bukanlah untuk .

Untuk membentuk sosok Pegawai Negeri Sipil sebagaimana tersebut diatas,

diperlukan upaya meningkatkan manajemen Pegawai Negeri Sipil sebagai

bagian dari Pegawai Negeri. Manajemen Pegawai Negeri Sipil perlu diatur secara

menyeluruh, dengan menerapkan norma, standar, dan prosedur yang seragam

dalam penetapan formasi, pengadaan, pengembangan, penetapan gaji, dan

program kesejahteraan

Seorang PNS dituntut untuk loyal, namun dalam pengertian ini loyalitas

bukan ditujukan pada kelompok tertentu apalagi pada orang tertentu, tetapi

loyalitas hanyalah kepada pemerintah, bangsa dan negara yang berdasarkan

kepada Pancasila dan UUD 1945.

21

(5)

kepentingan subjektif dari seseorang walaupun yang bersangkutan adalah

pimpinannya. Dalam hal ini, loyalitas tidaklah hanya diukur dari segi kepatuhan

seseorang pada pribadi pimpinan, tetapi kepatuhannya menjalankan tugas-tugas

pemerintahan yang dibebankan kepadanya, serta ketaatannya dalam menjalankan

dan menegakkan peraturan perundangan.

Netralitas PNS sangat dibutuhkan bagi organisasi pemerintahan yang misi

utamanya adalah mengatur, melayani dan memberdayakan masyarakat agar

terwujud kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:

- Pertama, dengan netralitas, PNS tidak lagi terganggu dengan pekerjaan

pekerjaan yang di luar tugas dan tanggung jawabnya, sehingga lebih

fokus pada pekerjaannya.

- Kedua, PNS merasa lebih aman bekerja, punya kepastian masa depan

dimana tergantung kepada hasil kerja dan prestasi kerjanya, tidak ada lagi

faktor-faktor subjektif yang tidak punya standar yang pasti.

- Ketiga, PNS akan berkompetisi secara sehat dalam menghasilkan

prestasi, sehingga akan muncul inovasi baru dalam menyelesaikan suatu

persoalan ataupun guna melancarkan penyelenggaraan pemerintahan.

- Keempat, pemberian pelayanan akan lebih baik, karena tidak ada lagi

sikap yang diskriminatif ataupun adanya intervensi tertentu dalam

memberikan pelayanan.

Dalam hal ini, Pegawai Negeri adalah aparatur Negara sehingga dituntut

untuk memiliki rasa bertanggung jawab, profesionalisme dan memiliki kesetiaan

pada masing-masing individu. Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan

pemerintah juga tidak luput dari keseharian Pegawai Negeri Sipil. Seperti

peraturan-peraturan Pemerintah tentang larangan Pegawai Negeri Sipil untuk

masuk kedalam dunia politik, seperti larangan Pegawai Negeri Sipil menjadi

anggota Partai Politik. Karena Pegawai Negeri Sipil memang diwajibkan harus

netral.

Seperti pada alinea ke 6 Undang-Undang RI nomor 43 Tahun 1999, bahwa

dalam upaya menjaga netralitas Pegawai Negeri Sipil dari pengaruh partai politik

(6)

dapat memusatkan segala perhatian, pikiran dan tenaganya pada tugas yang

dibebankan kepadanya, maka Pegawai Negeri Sipil dilarang menjadi anggota

dan/atau pengurus Partai Politik. Oleh karena itu, Pegawai Negeri yang menjadi

anggota dan/atau pengurus parti politik harus diberhentikan sebagai Pegawai

Negeri Sipil. Pemberhentian tersebut dapat dilakukan dengan hormat maupun

dengan tidak hormat.

Hal diatas tersebut sesuai dengan penjelasaan Janji Pegawai Negeri Sipil PP

No. 21 Tahun 1975 disebutkan bahwa sumpah/janji Pegawai Negeri adalah

kesanggupan untuk menaati keharusan atau untuk tidak melakukan

larangan-larangan yang ditentukan dan diikrarkan dihadapan atasan yang berwenang

menurut agama dan kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan

mengucapkan sumpah/janji, diharapkan Pegawai Negeri Sipil akan melaksanakan

tugas amanah dengan penuh kesadaran, keikhlasan sesuai dengan hati nurani

individu22

Kementerian Agama disingkat Kemenag yang dahulu adalah Departemen

Agama (Depag) merupakan .

II.2 PROFIL KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROV. SUMATERA UTARA

membidangi urusa

seperti yang diteliti oleh penulis adalah Kantor Kementerian Agama Provinsi

Sumatera Utara.

Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara terletak di. Jl. Jendral.

Gatot Subroto No. 261, yaitu sebuah jalan besar menuju Binjai., dikepalai oleh

Ka.Kanwil bapak Drs. H. Abd Rahim, M.Hum sejak 26 Oktober 2011. Kanwil

22

Inspektorat Jenderal Departemen Agama, Pengelolaan Administrasi Kepegawaian Dan

(7)

Kementerian Agama ini tepatnya berada di depan Komando Daerah Militer

(Kodam) Bukit Barisan Medan.

Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara memiliki 3 Gedung.

Gedung pertama adalah gedung yang isinya bidang Kesekretariatan. Seperti,

Bagian Umum, Bagian Kepegawaian, Bagian Keuangan dan sebagainya.

Sedangkan untuk gedung kedua dan ketiga Kanwil Kemenag Provsu ini adalah

gedung yang isinya bidang – bidang pendidikan seperti, Pendidikan Agama dan

Keagamaan Islam, Pendidikan Madrasah dan Pendidikan-Pendidikan lainnya.

II.2.1 Sejarah Kementerian Agama Prov. Sumatera Utara

Pada saat berdirinya Kementerian Agama pada tahun 1946, Sumatera

masih merupakan satu provinsi dengan Gubernurnya yang berasal dari Aceh

yaitu Mr. T. Moch. Hasan. Jawatan Agama Sumatera oleh Pemerintah

dipercayakan kepada H. Muchtar Yahya, kedudukannya masih berada di bawah

Gubernur.

Pada Tahun 1964, Sumatera dibagi menjadi 3 Provinsi, yakni Provinsi

Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan, H. Muchtar Yahya

ditunjuk sebagai menjadi koordinator jawatan-jawatan Agama tersebut, bertempat

di Bukit Tinggi23

Sementara itu, pada tahun 1953, Provinsi Sumatera Utara merupakan

gabungan dari Daerah Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli berkedudukan di .

Kepala – Kepala Jawatan Agama di ketiga wilayah Sumatera waktu itu,

Tengku Moch. Daud Beureuh Provinsi Sumatera Utara, Nazaruddin Thoha

Sumatera Tengah dan K. Azhari Sumatera Selatan. Mereka diangkat oleh

Gubernur Sumatera Utara yang mewakili Presiden untuk mengurus

Pemerintahan di wilayahnya. Setelah Kantor – Kantor Jawatan Agama Provinsi

Sumatera Utara ada hubungan dengan Kementerian Agama, yang berkedudukan

di Yogyakarta, H. Muchtar Yahya dipindahkan ke Pusat bertindak sebagai Kepala

Urusan Keagamaan Wilayah Sumatera.

23

Buku Kanwil Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara, “Sejarah Departemen

(8)

Kotaraja (Banda Aceh). Jawatan Agama Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh

Tengku Abdul Wahab Silimeun, sedang koordinator untuk keresidenan Sumatera

Utara H.M Bustami Ibrahim.

Pada tahun 1956 struktur Pemerintahan berubah lagi, Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara, sebagai gabungan dari Keresidenan Sumatera Timur dan

Tapanuli berkedudukan di Medan dan Daerah Aceh dijadikan Daerah Istimewa

Aceh yang berkedudukan di Kotaraja (Banda Aceh). Untuk memimpin Jawatan

Agama Provinsi Sumatera Utara ditunjuk K.H Muslich dan Pimpinan Jawatan

Agama Daerah Istimewa Aceh tetap ditangan Tengku Wahab Silimeun.

Sejak saat itulah Jawatan Agama kedua Provinsi tersebut berdiri

sendiri-sendiri dan untuk perkembangan selanjutnya diatur berdasarkan

peraturan-peraturan yang ditetapkan Kementerian Pusat. Sejak Provinsi Sumatera Utara

berdiri sendiri, pernah menjabat Kepala (dengan beberapa kali mengalami

perubahan struktur) adalah:

1. K.H Muslich

2. H. Miskuddin A. Hamid

3. H.M Arsyad Thalib Lubis

4. Prof. Dr. T.H Yafizham, SH

5. Drs. H.A Djalil Muhammad

6. Drs. H.A Gani

7. Drs. H.M Adnan Harahap

8. Drs. H.A Bidawi Zubir

9. Drs. Nurdin Nasution

10. Prof. Dr. H. Mohd. Hatta

11. Drs. H.Z Arifin Nurdin, SH. Mkn

12. Drs. H. Syariful Mahya Bandar, MAP

(9)

II.2.2 Perkembangan Organisasi Departemen Agama Pada Tahun 1965-1974

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama 91 Tahun 1965 sampai dengan

1976, tentang struktur Organisasi, Tugas dan wewenang Instansi Departemen

Agama di Daerah. Terdiri dari:

1. Perwakilan Departemen Agama Provinsi

2. Perwakilan Departemen Agama Kabupaten/Kota

3. Kantor Urusan Agama Kecamatan

Perwakilan Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara terdiri dari :

- Jawatan Urusan Agama

- Jawatan Pendidikan Agama

- Jawatan Penerangan Agama

- Jawatan Peradilan Agama dan Pengadilan Agama

- Jawatan Tinggi Agama dan Pesantren Luhur

- Jawatan Urusan Haji

- Jawatan Agama Kristen

- Jawatan Agama Katholik

- Jawatan Agama Hindu dan Buddha

Perwakilan Departemen Agama Kabupaten/Kota terdiri dari:

- Dinas Urusan Agama

- Dinas Pendidikan Agama

- Dinas Penerangan Agama

- Pengadilan Agama

- Dinas Urusan Haji

- Dinas Urusa Agama Kristen

- Dinas Urusan Agama Katholik

- Dinas Urusan Agama Hindu dan Buddha

Kantor Urusan Agama Kecamatan Meliputi :

(10)

- Urusan Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk serta bimbingan

kesejahteraan keluarga.

- Urusan rumah Peribadatan, Ibadah Sosial dan Urusan Haji

- Urusan Penerangan dan Penyuluhan Agama

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 53 Tahun 1971

tentang Pembentukan Kantor Perwakilan Departemen Agama Provinsi serta

Kantor Departemen Agama Kabupaten dan Inspektorat Perwakilan, susunannya

terdiri:

1. Perwakilan Departemen Agama Provinsi

2. Perwakilan Departemen Agama Kabupaten

3. Kantor Urusan Agama Kecamatan

4. Urusan Pengawas adalah Inspektorat Perwakilan.

Perwakilan Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara terdiri dari:

1. Unsur Pimpinan adalah Kepala Perwakilan

2. Unsur Pembantu Pimpinan adalah Sekretariat Perwakilan

3. Unsur Pelaksanaan ialah :

- Inspeksi Urusan Agama

- Inspeksi Pendidikan Agama

- Inspeksi Penerangan Agama

- Inspeksi Peradilan Agama.

II.2.3 PERKEMBANGAN PADA TAHUN 1975-1981

1. Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara

terdiri atas:

- Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi

- Kantor Departemen Agama Kabupaten / Kota

(11)

2. Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975 (Disempurnakan)

tanggal 16 April 1975, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen

Agama Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan Typologi IV, maka

Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara terdiri

dari:

- Bagian Tata Usaha

- Bagian Urusan Agama Islam

- Bidang Pendidikan Agama Islam

- Bidang Penerangan Agama Islam

- Bidang Urusan Haji

- Pembimbing Masyarakat (Kristen) Protestan

- Pembimbing Masyarakat Katholik

- Pembimbing Masyarakat Hindu dan Buddha

- Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota

- Kantor Urusan Agama Kecamatan

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 45 Tahun 1981

tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama

Provinsi Sumatera Utara termasuk pada Typologi I terdiri atas:

- Bagian Sekretariat

- Bidang Urusan Agama Islam

- Bidang Penerangan Agama Islam

- Bidang Urusan Haji

- Bidang Pembinaan Masyarakat (Kristen) Protestan

- Pembimbing Masyarakat Katholik

- Pembimbing Masyarakat Hindu

- Pembimbing Masyarakat Buddha.

Selanjutnya terjadi perubahan struktur sesuai Keputusan Menteri Agama

(12)

Agama Provinsi Sumatera Utara termasuk pada Typologi I B. Struktur Typologi

Kanwil Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara:

1. Bagian Tata Usaha

2. Bidang Urusan Agama Islam

3. Bidang Penyelenggaraan Haji, Zakat dan Wakaf

4. Bidang Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum

5. Bidang Pendidikan keagaam, pondok pesantren, pendidikan agama islam

pada masyarakat dan pemberdayaan masjid.

6. Bidang Bimbingan masyarakat Kristen

7. Pembimbing masyarakat Katholik

8. Pembimbing masyarakat Hindu

9. Pembimbing masyarakat Buddha

(13)

Bagan II.1

II.2.4 Kode Etik PNS Dan Visi Misi Kanwil Kementerian Agama Prov. Sumatera Utara

Dalam kelancaran tugas umum pemerintahan dan pembangunan

nasional, sangat dipengaruhi olh kesempurnaan pengabdian aparatur Negara.

Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur aparatur Negara yang bertugas

memberikan pelayanan yang terbaik, adil dan merata. Pembinaan jiwa Korps

atau pegawai akan berhasil dengan baik apabila diikuti dengan pelaksanaan dan

penerapan kode etik dalam kehidupan sehari-hari Pegawai Negeri Sipil. Dengan

(14)

upaya meningkatkan kualitas Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan

tugas-tugasnya. Pegawai Negeri Sipil yang baik pun tidak terlepas dari pedoman Visi

dan Misi Kantor Wilayah Kementerian Agama.

Adapun Kode etik PNS dan Visi Misinya adalah sebaqgai berikut:

A. Kode Etik Pegawai

“Kami Pegawai Kementerian Agama yang Beriman dan Bertaqwa Kepada

Tuhan Yang Maha Esa:.

1. Menjunjung Tinggi Pesartuan dan Kesatuan

2. Mengutamakan Pengabdian dan Pelayanan Kepada Masyarakat

3. Bekerja dengan Jujur, Adil dan Amanah

4. Melaksanakan Tugas dengan Disiplin, Profesional dan Inovatif

5. Setia Kawan dan Bertanggungjawab atas Kesejahteraan Korps (Pegawai)

B. Visi dan Misi

VISI : Terwujudnya msyarakat agamis yang berakhlak mulia, rukun dan damai.

MISI :

1. Meningkatkan bimbingan dan pelayanan kehidupan beragama

2. Meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan dan

pengembangan nilai-nilai agama.

3. Memperkokoh kerukunan umat beragama

4. Mengembangkan lembaga social keagamaan dan lembaga social

keagamaan

5. Meningkatkan kualitas pendidikan agama pada seklah umum dan

madarasah

(15)

II.2.5 Tugas Dan Pokok-Pokok Kebijakan Kanwil Kementerian Agama Prov. Sumatera Utara

Tugas dan fungsi Kantor Kementerian Agama ini adalah berdasarkan

Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 Tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan Kantor Kementerian

Agama Kabupaten/Kota Pasal 2.

A. Tugas dan Fungsi Kanwil Kementerian Agama

1. Perumusan Visi dan Misi dan Kebijakan Teknis dibidang pelayanan dan

bimbingan kehidupan beragama kepada masyarakat di Provinsi.

2. Pembinaan, Pelayanan dan bimbingan, Masyarakat islam pelayanan haji

dan umroh, Pengembangan zakat dan wakaf pendidikan agama dan

keagamaan pondok pesantren, Pendidikan agama islam pada masyarakat

dan pemberdayaan masjid, serta urusan agama, Pendidikan agama,

Bimbingan masyarakat Kristen, katolik, hindu dan Buddha sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

3. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan administrasi dan

informasi.

4. Pembinaan kerukunan umat beragama.

5. Pengkoordinasian perencanaan, pengendalian dan pengawasan program,

daerah, instansi terkait dan lembaga masyarakat dalam rangka pelaksanaan

tugas Departemen di Provinsi.

6. Pelaksanaan hubungan dengan pemerintah daerah, instansi terkait dan

lembaga masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas departemen di

Provinsi.

B. Pokok-Pokok Kebijakan Kanwil Kementerian Agama Prov. Sumatera Utara

1. Menciptakan iklim yang kondusif bagi proses pemantapan peran, fungsi dan

kedudukan agama sebagai landasan moral spiritual dalam pembangunan di

(16)

2. Mengupayakan peningkatan kualitas pelayanan kehidupan beragama

sebagai usaha memberikan kemudahan bagi umat beragama melaksanakan

ibadah dan mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam

penyelenggaraan kegiatan pelayanan kehidupan beragama.

3. Mengupayakan peningkatan pelayanan dan mutu pendidikan agama dan

pendidikan keagamaan dengan menitikberatkan kepada peningkatan

partisipasi masyarakat.

4. Mengupayakan pemberdayaan lembaga-lembaga sosial keagamaan dan

lembaga pendidikan keagamaan untuk semakin memantapkan kehidupan

beragama serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan dalam kehidupan beragama.

5. Mengupayakan peningkatan kualitas pemahaman penghayatan dan

pengamalan agama dan kerukunan umat beragama sebagai upaya

meningkatkan harmonis social dan integrasi bangsa.

6. Menata organisasi kegamaan di Lingkungan Kanwil Kementerian Agama

Provinsi Sumatera Utara sebagai respon terhadap adanya perubahan

structural di tingkat pusat.

7. Meningkatkan kualitas sumber daya di Lingkungan Kanwil Kementerian

Agama Provinsi Sumatera Utara sehingga dapat meningkatkan kinerja untuk

menghasilkan output dan outcome sesuai dengan yang diharapkan.

8. Efisiensi pemanfaatan sumber daya di Lingkungan Kanwi Kementerian

Agama Provinsi Sumatera Utara sebagai respon terhadap berbagai

keterbatasan sehingga dapat dilakukan antisipasi kemungkinan terjadinya

tidak efisien.

9. Menjalin koordinasi dan kerjasama dengan isntansi-instansi baik di

lingkungan pemerintah maupun swasta serta umat beragama.

10.Meningkatkan kehidupan kerukunan umat beragama baik intern antar dan

Antara umat beragama dengan pemerintah.

11.Memberdayakan forum kerukunan umat beragama dalam rangka

(17)

II.2.6 Logo Kementerian Agama

Pada logo Kementerian Agama terdapat gambar Al-Qur’an yang terbuka

yang dibawahnya terdapat kata-kata “Ikhlas Beramal”, lalu gambar kapas, padi

dan ada 1 bintang diatasnya. Gambar-gambar tersebut memiliki makna-makna

tersendiri. Adapun makna lambang tersebut adalah:

1. Bintang bersudut lima yang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha

Esa dalam Pancasila, bermakna bahwa karyawan Kementerian Agama

selalu menaati dan menjunjung tinggi norma-norma agama dalam

melaksanakan tugas Pemerintahan dalam Negara Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila

2. 17 kuntum bunga kapas, 8 baris tulisan dalam Kitab Suci dan 45 butir

padi bermakna Proklamasi Kemerdekaan republic Indonesia pada tanggal

17 Agustus 1945, menunjukkan kebulatan tekad para Karyawan

Kementerian Agama untuk membela Kemerdekaan Negara Kesatuan

republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

3. Butiran Padi dan Kapas yang melingkar berbentuk bulatan bermakna

bahwa Karyawan Kementerian Agama mengemban tugas untuk

(18)

4. Kitab Suci bermakna sebagai pedoman hidup dan kehidupan yang serasi

Antara kebahagiaan duniawi dan ukhrawi, materil dan spirituil dengan

ridha Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa

5. Alas Kitab Suci bermakna bahwa pedoman hidup dan kehidupan harus

ditempatkan pada proporsi yang sebenarnya sesuai dengan potensi dinamis

dari Kitab Suci.

6. Kalimat “Ikhlas Beramal” bermakna bahwa Karyawan Kementerian

Agama dalam mengabdi kepada masyarakat dan Negara berlandaskan

niat beribadah dengan tulus dan ikhlas.

7. Perisai yang berbentuk segi lima sama sisi dimaksudkan bahwa kerukunan

hidup antar umat beragama RI yang berdasarkan Pancasila dilindungi

sepenuhnya sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

8. Kelengkapan makna lambang Kementerian Agama melukiskan motto :

Dengan Iman yang teguh dan hati yang suci serta menghayati dan

mengamalkan Pancasila yang merupakan tuntutan dan pegangan hidup

dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, karyawan Kementerian

Agama bertekad bahwa mengabdi kepada Negara adalah ibadah.

II.3 Penjelasan tentang Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah. a. Penjelasan Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 1999 (Pokok-Pokok

Kepegawaian)

Undang-Undang RI Nomor 43 tahun 1999 adalah perubahan dari

undang-undang sebelumnya yaitu Undang-Undang RI Nomor 47 Tahun 1974 tentang

pokok-pokok kepegawaian. Penjelasan umum dari Undang-Undang ini adalah

Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan nasional

sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur Negara khusunya Pegawai

Negeri. Karena itu, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional yakni

mewujudkan masayarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern,

(19)

merupakan unsur aparatur Negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang

harus menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat

yang dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan UUD 1945.

Pada butir ke 6 penjelasan Undang-Undang RI No. 43 Tahun 1999,

menjelaskan hubungan Antara Pegawai Negeri Sipil dan Netralitas. Yaitu dalam

upaya menjaga netralitas Pegawai Negeri dari pengaruh partai politik dan untuk

menjamin keutuhan, kekompakkan dan persatuan Pegawai Negeri serta dapat

memusatkan segala perhatian, pikiran dan tenaganya pada tugas yang

dibebankan kepadanya, maka Pegawai Negeri dilarang menjadi anggota dan/atau

pengurus partai politik. Oleh karena itu, Pegawai Negeri yang menjadi anggota

dan/atau pengurus partai politik tersebut haruslah diberhentikan sebagai

pegawai negeri. Pemberhentian tersebut dapat dilakukan dengan hormat dan

tidak hormat. Hal tersebut sudah termasuk melanggar kesetiaan dan aturan

Pegawai Negeri Sipil.

b. Penjelasan Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 Tahun 2005 (PNS yang menduduki jabatan Rangkap)

Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 Tahun 2005 adalah perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil yang

menduduki jabatan rangkap. Pegawai Negeri yang menduduki jabatan fungsional

perancang peraturan perundang-undangan diutamakan untuk dapat menduduki

jabatan struktural pada unit organisasi yang tugas dan fungsinya berkaitan dengan

peraturan perundang-undangan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan

dengan tugas dan tanggung jawab jabatan fungsionalnya.

Netralitas Pegawai Negeri juga sangat terlihat dalam Peraturan Pemerintah

ini. Karena pada dasarnya Pegawai Negeri Sipil yang telah diangkat dalam

jabatan strukutral tidak dapat merangkap dalam jabatan struktural lain atau

jabatan fungsional. Hal ini dimaksudkan agar Pegawai Negeri Sipil yang

bersangkutan dapat memusatkan perhatian dan kemampuannya dalam

melaksanakan tugas jabatannya sehingga dapat menghasilkan kinerja yang

(20)

Adapun aturan Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dari jabatan struktural

karena:

1. Mengundurkan diri dari jabatannya

2. Mencapai batas usia pensiun

3. Diberhentikan sebagai PNS

4. Diangkat dalam jabatan struktural lainnya atau jabatan fungsional

5. Cuti diluar tanggungan negara, kecuali cuti diluar tanggungan negara karena

persalinan

6. Tugas belajar lebih dari enam bulan

7. Adanya perampingan organisasi pemerintah

8. Tidak memenuhi persyaratan kesehatan jasmani dan rohani

9. Hal lain yang ditetapkan perundangan yang berlaku

Pegawai Negeri Sipil memang dituntut untuk bersifat netral, adil dan setia.

Sehingga untuk optimalisasi kinerja, disiplin dan akuntabilitas pejabat struktural

serta menyadari akan keterbatasan kemampuan manusia, PNS yang menduduki

jabatan struktural tidak dapat menduduki jabatan rangkap, baik dengan jabatan

struktural lain maupun jabatan fungsional. Rangkap jabatan hanya

diperbolehkan apabila ketentuan perangkapan jabatan tersebut diatur dengan

Undang-undang atau Peraturan Pemerintah.

c. Penjelasan Peraturan Pemerintah RI Nomor 37 Tahun 2004 (Larangan PNS menjadi anggota Partai Politik)

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang

pokok-pokok kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43

Tahun 1999, Pegawai Negeri sebagai unur aparatur Negara harus netral dari

pengaruh semua golongan dan partai politik, tidak diskriminatif dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dilarang menjadi Anggota

dan/atau Pengurus Partai Politik. Dan dalam Penjelasan umum Undang-Undang

tersebut, Antara lain disebutkan bahwa Pegawai Negeri yang menjadi Anggota

dan/atau Pengurus Partai Politik harus diberhentikan sebagai Pegawai Negeri

(21)

Dalam menegakkan Supremasi hukum dan wibawa Pegawai Negeri Sipil

sebagai bagian dari Pegawai Negeri, perlu diatur dalam Peraturan Pemerintah

mengenai Larangan Pegawai Negeri Sipil menjadi anggota Partai Politik.

Peraturan Pemerintah ini pada umumnya untuk mengatur prosedur

pengunduran diri dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang menjadi

anggota dan/atau Pengurus Partai Politik.

Dalam Pasal 2 Ayat 2 Peraturan Pemerintah RI Nomor 37 Tahun 2004

menegaskan bahwa ‘Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota dan/atau

pengurus partai politik diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil”. Pada

ketentuan Pasal 3 ayat 1 “menegaskan bahwa sebelum seorang Pegawai Negeri

Sipil menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik, yang bersangkutan

terlebih dahulu harus mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil”.

Pada prinsipinya, Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri harus

diberhentikan sebagai Pegawai Negeri. Dalam jangka waktu 20 hari setelah

diserahkannya pengunduran diri kepada atasan tidak ada pertimbangan dari

Pegawai yang bersangkutan, maka dianggap dikabulkan. Pegawai Negeri Sipil

tersebut sudah dapat menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik tanpa

harus menunggu keputusan pemberhentiannya, dan proses administrasi

pemberhentian dengan hormat tetap haruslah dilakukan.

Faktanya, tidak sedikit juga Pegawai Negeri Sipil mengikuti hal ini. Dalam

arti, Pegawai Negeri Sipil tersebut masuk ke dalam sebuah kepengurusan

maupun tim sukses sebuah partai politik. Meskipun tanpa sadar Pegawai yang

bersangkutan itu sudah bersikap tidak netral dan melanggar aturan-aturan yang

dilarang oleh peraturan Pegawai Negeri Sipil tersebut.

d. Penjelasan Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 2004 (Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS)

Dalam Peraturan Pemerintah ini Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil adalah

rasa Kesatuan dan Persatuan, kebersamaan, kerja sama, tanggung jawab, dedikasi,

disiplin, kreativitas, kebanggaan dan rasa memiliki organisasi Pegawai Negeri

(22)

Adapun pembinaan jiwa koprs Pegawai Negeri Sipil ini bertujuan untuk

mendorong etos kerja Pegawai Negeri Sipil untuk mewujudkan Pegawai Negeri

Sipil yang bermutu tinggi dan sadar akan tanggungjawabnya sebagai unsur

aparatur Negara sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 3 butir b pada PP

nomor. 42 Tahun 2004.

Nilai-Nilai dasar yang harus dijunjung tinggi oleh Pegawai Negeri Sipil

meliputi:

1. Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

2. Kesetiaan dan Ketaatan kepada Pancasila dan UUD 1945

3. Semangat Nasionalisme

4. Mengutamakan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi atau golongan

5. ketaatan hukum dan peraturan perundang-undangan

6. Penghormatan terhadap hak asasi manusia

7. Tidak diskrimnatif

8. Profesinalisme, netralitas, dan bermoral tinggi

9. Semangat Jiwa Korps.

e. Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 (Disiplin Pegawai Negeri Sipil)

Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan

menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang undangan

dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi

hukuman disiplin. Sedangkan Pelanggaran Disiplin adalah setiap ucapan, tulisan,

atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan

ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun diluar jam

kerja24

Adapun kewajiban Pegawai Negeri Sipil terutama Menaati segala peraturan

perundang-undangan. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan

Pegawai Negeri Sipil dengan penuh pengabddian, kesadaran, tanggung jawab .

24

(23)

dan mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan pribadi atau

kelompok/golongan.

Larangan-Larangan terhadap Pegawai Negeri Sipil yang berhubungan

dengan sebuah netralitas Antara lain adalah :

- melakukan kerjasama dengan atasan, teman sejawat, bawahan atau orang

lain didalam maupun diluar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk

keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau

tidak langsung merugikan Negara

- Ikut serta dalam kampanye partai-partai politik.

- Menggunakan atribut-atribut kampanye.

Pada dasarnya, masih banyak Pegawai Negeri Sipil yang tahu akan

Peraturan-Peraturan dilarang bergabung kedalam kegiatan partai politik, tetapi

masih tetap melakukan pelanggaran tersebut. Itulah sebabnya mengapa

Pegawai Negeri Sipil diberikan sanksi pengunduran diri dan pemberhentian

secara hormat maupun secara tidak hormat karena Pegawai tersebut dianggap

tidak netral dan tidak memiliki kesetiaan terhadap Kementerian Agama.

f. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 (Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD)

Menurut Undang-Undang tentang Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD

dipertegas bahwa persyaratan menjadi anggota Pemilu harus mengundurkan

diri sebagai Kepala Daerah, Pegawai Negeru Sipil, anggota TNI, Kepolisian,

direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan BUMN, yang telah

dinyatakan dengan surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali.

Dalam hal ini sudah jelas sekali bahwa Pegawai Negeri Sipil sebagai

aparatur Negara harus dipaksa untuk memiliki netralitas yang tinggi. Jika

melanggar Peraturan tentang itu, maka Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan

harus menerima sanksi. Sedangkan sanksi hukuman disiplin bagi Pegawai

Negeri Sipil yang melanggar netralitas ( Pasal 13 PP Nomor 53 Tahun 2010 butir

(24)

- Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;

- Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;

- Pembebasan dari jabatan;

- Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS,

dan

Referensi

Dokumen terkait

Dewan Mahasiswa Justicia Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada secara kelembagaan tidak mengikuti gelaran aksi 121 yang diselenggarakan oleh BEM SI.. Dewan Mahasiswa Justicia

Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton.. diciptakan untuk memberikan kesan yang unik. Misalnya dua model baju yang sama tetapi berbeda

Djadi itu lama sekali telah dilepaskan defi sit spending ini tidak akan terbajar dengan anggaran belandja tahunan karena seperti diketahui Undang-

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hubungan antara persepsi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tentang voluntary counseling and testing dengan perilaku pencegahan

[r]

Pada hari ini Senin tanggal 13 bulan Februari tahun Dua Ribu Tujuh Belas , kami Pokja ULP UIN Alauddin Makassar, telah melaksanakan Pembuktian Dokumen

“ Penerapan Teori Sauce Pada Praktik Pembuatan Sauce Untuk Appetizer Oleh Siswa SMK Negeri 9 Bandung ”. BAB III Metode Penelitian : Bab ini berisi tentang desain

Science (Physics) learning process conducted by the science teacher by using PISA-based teaching materials could enhance the ability of junior high school students