• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prospek Pembangunan Sektor Pertanian di Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prospek Pembangunan Sektor Pertanian di Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Ekonomi

2.1.1. Pengertian Pembangunan Ekonomi

Todaro (2003) dalam (Sirojuzilam, 2015: 1-3),menyebutkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional yang melibatkan kepada perubahan besar baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi..

Pembangunan khususnya dalam bidang ekonomi ditempatkan pada urutan pertama dari seluruh aktivitas pembangunan. Dalam rangka pembangunan ekonomi sekaligus terkait usaha-usaha pemerataan kembali hasil-hasil pembangunan yang merata keseluruh daerah, maupun berupa peningkatan pendapatan masyarakat. Secara bertahap diusahakan mengurangi kemiskinan dan keterbelakangan.

(2)

countries) setelah itu Negara kurang berkembang (less developed countries), Negara sedang berkembang (developing countries). Ketertinggalan Negara ini dari dari Negara maju (developed countries) menyebabkan perbedaan dari Negara maju semakin jauh dan akhirnya perhatian terhadap permasalahan di Negara ini dengan menggunakan bantuan analisa ilmu ekonomi semakin intens dilakukan.

Secara umum pembangunan ekonomi didefenisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. Oleh sebab itu pembangunan ekonomi memiliki tiga sifat penting yaitu : suatu proses berarti terjadinya perubahan terus menerus, adanya usaha untuk menarik pendapatan perkapita masyarakat. Dan kenaikan pendapatan perkapita masyarakat terjadi dalam jangka panjang.

Dengan demikian pembangunan adalah dasar untuk mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi.(Sirojuzilam, 2015: 1-3).

Dalam pembangunan, Rodinelli (1961)menyatakan bahwa kebijaksanaan pemerintah ditujukan untuk mengubah cara berfikir, perlunya investasi pembangunan. Dengan adanya pembangunan akan terjadilah peningkatan nilai-nilai budaya bangsa, yaitu terciptanya taraf hidup yang lebih baik, saling harga menghargai sesamanya, serta terhidar dari tindakan sewenang –wenang.

(3)

maka tahap kedua adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan, maka perlu dipikirkan komponen-komponen pembangunan yang terdiri atas sumber daya alam, sumber daya manusia, modal dan teknologi.

Tujuan yang ingin dicapai dari pembangunan ekonomi yang diwujudkan dalam berbagai kebijaksanaan, secara umum disimpulkan sebagai berikut :

1. Mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pertumbuhan nasional yang cepat.

2. Mencapai tingkat kestabilan harga dengan kata lain mengendalikan tingkat inflasi yang terjadi di perekonomian .

3. Mengatasi masalah pengangguran dan perluasan kesempatan kerja bagi seluruh ankatan kerja.

4. Distribusian pendapatan yang lebih adil dan merata.

2.2 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

2.2.1 Pertumbuhan Ekonomi

(4)

Pertumbuhan merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan, dan hasil pertumbuhan ekonomi akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai dilapisan paling bawah, baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah.

Pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana, mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan dengan lebih merata. Dengan demikian maka daerah yang miskin, tertinggal tidak produktif akan menjadi produktif, yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu sendiri. Strategi ini dikenal dengan istilah “Redistribution With Growth”.

Prof Kuznet (dalam Jhingan,2000) mendefenisikan pertumbuhan ekonomi sebagai “Kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak barang ke pada penduduknya, kemampuan ini bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan serta ideologis yang diperlukan”.

2.2.2. Teori-teori pertumbuhan Ekonomi

1. Teori Adam Smith

(5)

An inqury into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. Tulisan tersebut terutama menganalisis sebab-sebab berkembangnya ekonomi suatu Negara.

Smith mengatakan mengenai corak proses pertumbuhan ekonomi, bahwa apabila pembangunan sudah terjadi, maka proses tersebut akan terus-menerus berlangsung secara kumulatif. Apabila pasar berkembang, pembagian kerja dan spesialisasi akan terjadi, dan yang belakangan ini akan menimbulkan kenaikan produktivitas. Kenaikan pendapatan nasional yang disebabkan oleh perkembangan tersebut dan dari masa ke masa, yang terjadi bersama-sama dengan kenaikan dalam pendapatan nasional, akan memperluas pasar dan menciptakan tabungan yang lebih banyak. Tambahan pula, spesialisasi yang bertambah tinggi dan pasar yang bertambah luas akan menciptakan teknologi dan mengadakan inovasi (pembaruan). Maka, perkembangan ekonomi akan berlangsung lagi dan dengan demikian dari masa ke masa pendapatan per kapita akan terus bertambah tinggi. 2. Teori David Ricardo

Teori David Ricardo sangat dipengaruhi oleh teori perkembangan penduduk yang dikemukan Malthus dan teori hasil lebih yang makin berkurang. Menurut Ricardo, pola proses pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut:

(6)

Sesudah tahap tersebut, karena jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan bertambah, maka upah akan naik akan kenaikan upah ini mendorong pertambahan penduduk. Karena luas tanah tetap, maka makin lama tanah yang digunakan adalah tanah yang mutunya makin rendah. Sebagai akibatnya,hasil tambahan yang diciptakan oleh pekerja (produk marjinalnya) akan menjadi semakin kecil,karena lebih banyak pekerja yang digunakan. Dengan demikian, dengan terjadinya pertambahan penduduk yang terus menerus, sewa tanah makin lama makin merupakan bagian yang cukup besar dari seluruh pendapatan nasional mengurangi tingkat keuntungan yang diperoleh para pengusaha. Dorongan untuk mengadakan pembentukan modal menurun dan selanjutnya akan menurunkan permintaan atas tenaga kerja.

Pada tahap tersebut, tingkat upah akan menurun dan pada akhirnya akan berada pada tingkat yang minimal. Pada tingkat ini perekonomian akan mencapai stationary state. Pembentukan modal baru tidak akan terjadi lagi karena sewa tanah yang sangat tinggi menyebabkan pengusaha tidak memperoleh keuntungan 3.Teori Schumpeter

(7)

kegiatan-kegiatan ekonomi yang telah ada. Schumpeter berpendapat bahwa proses pertumbuhan tersebut pada akhirnya akan menciptakan suatu keadaan tidak berkembang atau stagnasi. Tetapi, keadaan tidak berkembang tersebut tidaklah seburuk seperti yang digambarkan oleh kaum klasik. Menurut pendapat Schumpeter, keadaan tidak berkembang tersebut merupakan keadaan tidak berkembang pada tingkat perkembangan ekonomi yang tinggi, dan bukan pada tingkat pendapatan yang sangat rendah seperti yang dikemukakan oleh ahli ahli ekonomi Klasik. Schumpeter meramalkan pada awalnya akan menganut sistem kapitalis namun kemajuan kemajuan yang dicapai sistem kapitalisme akan menciptakan keadaan-keadaan yang akan menghancurkan sistem tersebut dan menyebabkan munculnya sistem sosialisme.

4.Teori Harrod-Domar

Teori Harrod-Domar merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi nasional dan masalah penggunaan tenaga kerja. Analisis Keynes dianggap kurang lengkap, karena tidak menyinggung persoalan mengatasi masalah-masalah ekonomi dalam jangka panjang. Analisis yang dibuat oleh Harrod dan Domar bertujuan untuk menutupa kelemahan ini. Teori tersebut pada intinya menganalisis persoalan berikut :

(8)

Dengan kata lain, teori Harrod-Domar pada hakikatnya berusaha untuk menunjukkan syarat yang diperlukan agar pertumbuhan yang mantap atau steady growth yang dapat didefenisikan sebagai pertumbuhan yang akan selalu menciptakan penggunaan sepenuhnya barang-barang modal akan selalu berlaku dalam perekonomian.

5.Teori Neo-Klasik

Teori pertumbuhan Neo-Klasik pertumbuhan ekonomi bergantung kepada pertambahan penawaran faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi. Pandangan ini didasarkan kepada anggapan yang telah menjadi dasar dalam analisis Klasik, yaitu perekonomian akam tetap mengalami tingkat kesempatan kerja penuh dan kapasitas barang-barang modal akan tetap sepenuhnya digunakan dari masa ke masa. Dengan demikian menurut teori Neo-Klasik, sampai dimana perekonomian akan berkembang, tergantung kepada pertambahan faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi.

(9)

2.3. Peranan Sektor Pertanian Dalam Pengembangan Ekonomi

2.3.1. Kontribusi Ekonomi Sektor Pertanian

Mengikuti analisis klasik dari Kuznet (1974), pertanian di Negara-negara sedang berkembang merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya pada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut:

a. Kontribusi Produk

Dalam hipotesismya, Kuznets melihat bagaimana keterkaitan antara pangsa output dari sektor pertanian didalam pertumbuhan relative dari produk-produk netto pertanian dan non pertanian dikarenakan oleh tiga alasa. Pertama, elastisitas pendapatan dari permintaan makanan dan produk-produk lainnya pada umunya lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan dari pertanian produk-produk non pertanian sesuai efek engel.

Kedua, sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian, petani-petani menjadi semakin tergantung pada input-input yang dibeli dari sektor-sektor non pertanian, ini disebut efek perubahan structural sumber daya dari pertanian. Ketiga, karena permintaan terhadap jasa-jasa pemasaran diluar permintaan terhadap poduk-produk pertanian meningkat, pengeluaran pangsa petani untuk makanan pada harga eceran menurun seiring waktu (disebut efek urbanisasi).

b. Kontribusi Pasar

(10)

industry. Pengeluaran perani untuk produk-produk industry baik barang-barang konsumsi maupun barang-barang produsen memperlihatkan suatu aspek dari kontribusi pasar sektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi

Terdapat dua faktor penting yang dianggap sebagai prasyarat ssektor pertanian lewat kontribusi pasarnya terhadap deversifikasi dan pertumbuhan. Pertama, dampak dari keterbukaan ekonomi dimana pasar domestic tidak hanya diisi oleh barang-barang buatan dalam negri tetapi juga dari luar negeri. Dalam suatu sistem ekonomi tertutup kebutuhan petani akan barang-barang non makanan harus dipenuhi oleh industry dalam negeri. Jadi secara teoritis (dengan asumsi bahwa faktor-faktor lain mendukung), efek dari pertumbuhan pasar domestic terhadap perkembangan dan pertumbuhan industry domestik lebih terjamin dari pada dalam suatu sistem ekonomi terbuka. Sedangkan dalam sistem ekonomi terbuka, industri dalam negeri mengahadapi persaingan barang dari barang impor. Dengan kata lain pertumbuhan konsumsi yang tinggi petani tidak menjamin adanya pertumbuhana yang tinggi di sektor-sektor non pertanian dalam negri.

Kedua, Teknologi yang digunakan sektor pertanian menentukan tinggi rendahnya tingkat mekanisasi atau modernisasi. Permintaan terhadap barang-barang produksi dari sektor pertanian tradisional lebih kecil dibandingkan permintaan sektor pertanian modern.

c. Kontribusi Faktor-faktor Produksi

(11)

kerja. Secara teoritis banyaknya tenaga kerja di sektor non pertanian melewati tingkat pertumbuhan tenaga kerja (titik balik).

d. Kontribusi Devisa

Kontribusi sektor pertanian suatu Negara terhadap pendapatan devisa adalah lewat pertumbuhan ekspor dan pengangguran impor Negara tersebut atas komoditi-komoditi pertanian. Kontribusi sektor itu terhadap ekspor juga bersifat tidak langsung, misalnya lewat peningkatan ekspor atau pengangguran impor produk berbasis pertanian, seperti makanan, minuman, tekstil dan produk-produknya, barang-barang dari kulit, ban mobil, dan lain-lain.

Namun peranan sektor pertanian sebagai sumber pendapatan devisa dapat berlawanan dengan perannya sebagai kontibutor terhadap pasar domestic. Suplai dari pertanian ke pasar domestic bias kecil karena sebagian besar dari hasil produksi sektor tersebut diekspor. Dengan kata lain usaha untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negri bias menjadi satu faktor penghambat bagi pertumbuhan ekspor. Untuk menghindari gejala trade-off ini, maka ada dua hal yang dilakukan sektor pertanian, yakni menambah kapasits produksi disatu pihak dan daya saing produk-produknya di pihak lain.

2.3.2 Keterkaitan Terhadap Sektor Pertanian

(12)

ekonomi serta saling keterkaitan antara sektor satu dengan sektor lainnya dalam suatu wilayah dan waktu tertentu.

Dalam hal ini, sektor ekonomi mempunyai keterkaitan dengan sektor lain melalui ke empat media yaitu:

1. Keterkaitan Produk

Merupakan keterkaiatan yang terjadi melalui penggunaaan produk suatu sektor sebagai bahan baku bagi sektor lain.

2. Keterkaitan Konsumsi

Keterkaitan yang tercipta karena suatu sektor dapat menemukan nilai tambah suatu produk dari sektor lain sehingga produk tersebut dikonsumsi oleh rumah tangga.

3. Keterkaitan Investasi

Keterkaitan ini tercipta karena nilai tambah dari suatu sektor dipergunakan untuk membeli barang-barang modal dalam rangka meningkatkan produksi berbagai ekspor.

4. Keterkaitan Fiskal

Merupakan keterkaitan yang tercipta karena pajak yang ditarik dari suatu sektor daipergunakan untuk membiayai investasi dan pelayanan pemerintah yang berperan dalam meningkatkan produksi-produksi sektor lainnya.

(13)

2.3.3 Keterkaitan Pertanian dengan Industri Pengolahan

Sektor pertanian memiliki nilai permintaan antara lebih besar dibandingkan permintan akhirnya artinya output sektor pertanian lebih banyak digunakan sebagai input pada sektor lainnya untuk diproses lebih lanjut daripada langsung dikonsumsi oleh konsumen, sedangkan sektor industri pengolahan memiliki permintaan antara lebih kecil yaitu dibandingkan permintaan akhir hal tersebut menjelaskan output dari sektor industri pengolahan lebih banyak menjadi konsumsi akhir daripada menjadi input sektor lain untuk diperoleh lebih lanjut. Hasil analisis distribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki permintaan output yang lebih kecil dibandingkan sektor industri pengolahan sebagai sebagai konsumsi akhir oleh rumah tangga dan lembaga swasta. Nilai ekspor juga menunjukkan bahwa sektor pertanian dan industry pengoalahan lebih banyak mengekspor output.

2.3.4 Pertanian sebagai Sektor Pemimpin

(14)

juga dilihat sebagai motor penggerak pertumbuhan output dan divesifikasi produksi ekonomi lain. Oleh karena itu, sektor pertanian dijadikan sebagai sektor pemimpin (leading sector) bagi sektor-sektor lainnya (Tambunan,2003 dalam Emhar et al,2014).

Simatupang dan Syafa’at (2000) mengatakan ada lima syarat yang dilihat sebagai kriteria dalam menevaluasi pertanian sebagai sektor kunci perekonomian nasional yaitu :

1. Strategis, yaitu berarti kontribusinya besar dalam mewujudkan sasaran dan tujuan dari pembangunan nasional, seperti pertumbuhan ekonomi (PDB), kesempatan kerja, peningkatan devisa Negara, pembangunan ekonomi daerah dsb.

2. Tangguh, berarti unggul dalam bersaing baik dalam maupun luar negri, dan harus memiliki keunggulan kompetitif berbasis pada kemampuan sendiri (domestic) dan dapat menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan strategis (social,ekonomi,politik dan alam).

3. Artikulatif, pertanian sebagai sekto andalan harus dapat menjadi dinamisator dan fasilitator bagi pertumbuhan output sektor-sektor ekonomi lainnya dalam spectrum yg luas.

4. Progresif, yaitu sektor ekonomi dapat tumbuh secara berkelanjutan dan dapat menjadi motor pertumbuhan bagi perekonomian nasional.

(15)

2.4. Teori Pembangunan Pertanian

Teori-teori pembangunan pertanian dan pembahasan tentang aspek-aspek ekonomi pembangunan pertanian dan persoalan-persoalan pertanianpada umumnya dibagi dalam empat segi pandangan yaiu :

1. Pandangan sektoral yaitu pertanian ditinjau sebagai satu sektor berhadapan dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian nasioanal.

2. Masalah efisiensi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pertanian.

3. Pendekatan dari segi komoditi terutama komoditi-komoditi utama yang dihasilkan.

4. Pendekatan dari segi pembangunan daerah.

Pendekatan pertama dan keempat digolongkan sebagai pendekatan ekonomi makro, sedangkan yang kedua dan ketiga sebagai pendekatan ekonomi mikro, dimana masing-masing cara pendekatan memegang peranan penting sesuai dengan keperluannya. Kadang-kadang analisis suatu masalah harus dilaksanakan dengan memakai lebih dari satu cara pendekatan sekaligus.

Pertanian merupakan sektor terbesar dalam hamper setiap ekonomi Negara berkembang. Sektor ini menyediakan pengan bagi sebagian besar penduduknya, memberikan lapangan kerja bagi hampir seluruh angkatan kerja yang ada, menghasilkan bahan mentah, bahan baku atau penolong bagi industry dan menjadi sumber terbesar penerimaan devisa Negara (Silitonga,dkk: 1995).

(16)

pendekatan yang komprehensip untuk meningkatkan produktivitas pertanian yang mampu menjadikan produk pertanian sebagai primadona di dalam dalam negri ser2ta dapat menembus pasar global yang lebih luas (Hadi dan Alikodra: 1999).

Menurut berbagai literature tentang pembangunan pertanian dinyatakan bahwa pembangunan pertanian mengandung aspek mikro, makro dan global. Aspek mikro pembangunan pertanian diharapkan sebagai proses mewujudkan kesejahteraan masyarakat tani melalui pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahataninya. Aspek makro, pembangunan pertanian diharapkan dapat menyediakan pangan bagi masyarakat dan menyediakan input bagi kegiatan social ekonomi masyarakat secara berkesinambungan. Sedangkan dari aspek global pembangunan pertanian diharapkan dapat menghasilkan devisa Negara dengan tetap menjaga stabilitas pangan dan dapat menghasilkan devisa Negara dengan tetap menjaga stabilitas pangan dan kebutuhan produk pertanian lain di dalam negeri tanpa harus mengurangi kesejahteraan rill masyarakat tani (Sumodiningrat: 2001)

2.4.1 Perkembangan Ekspor Hasil Pertanian

(17)

Menurut Winardi (1983),ekspor adalah benda-benda (termasuk jasa-jasa) yang dijual kepada penduduk Negara lain ditambah dengan jasa – jasa yang diselenggarakan kepada penduduk Negara tersebut berupa pengangkutan dengan kapal, permodalan dan hal-hal lain yang membentuk ekspor tersebut. Sedangkan menurut Branson (1989),ekspor suatu komoditi terjadi pada suatu Negara karena adanya kelebihan penawaran domestic dan akibat harga relative domestic yang relative lebih rendah dibandingkan dengan harga di Negara lain.

Seperti diketahui volume nilai ekspor hasil pertanian adalah terus meningkat. Bila ekspor hasil pertanian ini diperinci menurut subsektor, maka tampak bahwa ekspor hasil perkebunan adalah menduduki posisi pertama kemudian diikuti dengan ekspor hasil perikanan,tanaman pangan dan peternakan. Komoditi seperti karet, kopi, kelapa sawit, teh dan lada adalah komoditi ekspor hasil pertanian. Untuk ekspor hasil perikanan, maka komoditi andalannya adalah udang dan ikan tuna. Sementara itu ketela pohon (cassava chips) dan buah-buahan adalah komoditi andalan ekspor hasil tanaman pangan. Ekspor hasil peternakan kecil sekali dan ekspor hasil peternakan ini terutama berasal dari kulit binatang (Soekartawi, 1995).

2.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Pertanian:

(18)

Proteksionisme dari Negara-negara maju. Karena volume komoditi untuk tiap komoditi adalah relatif kecil, maka pemerintah perlu berhati-hati dalam mengantisipasi gejala proteksionisme Negara-negara maju ini.

Perubahan kebijaksanaan organisasi perdagangan dunia seperti ICO (Kopi), ICCO (Cacao), termasuk pemanfaata perundingan Uruguy Round, GATT dan sebagainya.

Sistem globalisasi yang timbul karena pengaruh semakin majunya teknologi informasi cenderung memperpendek jarak antara bangsa satu dan lainnya; antara sistem perdagangan satu dan lainnya. Konsekuensinya bagi Negara berkembang adalah perlunya profesionalisasi dan meningkatkan daya saing produk-produk dalam negeri.

2.4.3 Usaha Pertanian Skala Besar dan Kecil

Usaha pertanian di Indonesia dicirikan oleh dua hal yaitu; usaha pertanian skala besar yang lazimnya dikelola oleh perkebunan Negara atau swasta dan sekala kecil yang lazimnya disebut dengan usaha pertanian rakyat. Kedua macam usaha tani ini mempunyai cirri khas, sehingga keduanya relatif lebih mudah dibedakan.

(19)

diusahakan yaitu karet, kelapa sawit, kopi, cacao, teh, cengkeh, kapok, kina dan serat. Kesepuluh komoditi ini adalah yang berumur panjang atau yang lain dinamakan tanaman tahunan (perennial crops). Disamping itu adapula komoditi perkebunan yang berumur pendek seperti tebu, tembakau, rami, dan kapas.

Untuk menentukan skala prioritas pengembangan usaha kecil yang punya prospek dapat dilihat dari indikator :

1. Keadaan dan prospek pemasaran 2. Ketersediaan bahan baku.

3. Minat untuk berusaha dan kewirausahaann. 4. Prasarana dan sarana pendukung

5. Potensi pertumbuhan, kaitan sektoral multiplier effect, keterampilan tenaga kerja, skala ekonomis dan teknologi.

6. Kebijaksanaan pemerintah daerah dan pusat yang menyangkut pengembangan komoditi (Indonesia Bank dan USU: 1992).

Beberapa hal yang peru diantisipasi pada era globalisasi dalam kaitannya dengan mekanisme pembangunan pertanian adalah aspek-aspek sebagai berikut:

Pendekatan Teknologi

(20)

Perubahan Harga

Karena majunya pertanian di berbagai Negara maka harga pertanian akan bersaing. Negara yang semula “diam” kini “menggeliat” merebut pasar dunia; sementara ituNegara yang semula menguasai pasar dunia sudah berjalan begitu maju.

Meningkatnya Jumlah Produsen

Akibat lebih lanjut dari kemajuan suatu Negara dan juga akibat pengaruh majunya teknologi dan akses informasi menyebabkan jumlah produsen menjadi bertambah. Misalnya, Indonesia mengimpor beras, kini justru kelebihan beras.Dahulu asparatus diimpor kini Indonesia sudah mengusahakan sediri. Negara lain seperti Vietnam yang dahulu “diam” karena sibuk dilanda peperangan, kini justru ekspor besar. Dengan kata lain jumlah produsen di banyak Negara terus bertambah dan ini akan berpengaruh pada produk pertanian di dalam negri.

Menurunnya Harga

(21)

Menurunnya Lahan Pertanian

Lambat atau cepat, industri didalam negeri akan semakin meningkat sehingga hal ini akan mengurangi areal atau lahan subur yang tersedia. Perumahan, jalan (transportasi), pabrik-pabrik dan sebagainya juga akan mengurangi lahan pertanian. Hal ini ditambah lagi dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, sehingga rata-rata pemilikan lahan menjadi lebih sempit.

Meningkatnya Kesadaran Kesehatan

Dengan meningkatnya kesehatan yang ada di masyarakat, maka diperlukan produk pertanian yang bebas dari pestisida. Hal ini sudah terbiasa menggunakan pestisida.

Perubahan Iklim

Kini seringkali iklim sulit diramalkan. Permulaan musim hujan (MH) dan musim kemarau (MK) sulit diramalkan sehingga hal ini menyulitkan petani dalam memulai usaha taninya.

Pembiayaan Usahatani

Kini sudah terlanjur terjadi ekonomi biaya tinggi di mana biaya perunit produk sudah relative tinggi sehingga harga produk menjadi tinggi pula. Bila nantinya subsidi hasil pertanian atau input dikurangi, maka biaya produksi akan meningkat pula. Oleh karena itu perlu ada upaya efisiensi.

Perubahan Pola Hidup

(22)

makin tinggi kualitas produk yang dikonsumsi. Hal ini akan mempengaruhi proses produksi pertanian.

Pertani Indonesia terutama yang berkecimpung dalam sektor pertanian tanaman pangan umumnya merupakan petani yang bersifat subsistence (petani tradisional). Kebanyakan hidup mereka berada pada tingkat memprihatinkan. Petani-petani tersebut memiliki cirri antara lain :

1. Modal kecil, dalam hal ini tenaga kerja kadang merupakan satu-satunya faktor produksi yang digunakan.

2. Teknologi yang digunakan sangat sederhana. 3. Pasar terbatas.

4. Usaha perluasan pasar selalu terbentur pada kendala peraturan.

5. Dalam pembiayaan usahatani, mereka tidak memiliki akses terhadap dunia perbankan.

6. Biasanya petani kecil memiliki posisi tawar menawar (bargaining position) yang lebih rendah disbanding pedagang atau usaha-usaha di luar sektor pertanian.

7. Usahatani kecil lebih sulit merespon teknologi karena terbatasnya kualitas SDM mereka (Suryana dan Mardianto: 2001).

(23)

pupuk, yakni terjadi persaingan yang sehat antara pelaku bisnis pupuk. Dan kondisi ini memberikan dampak positif bagi petani antara lain :

1. Pupuk tersedia dalam jumlah yang cukup ditingkat petani 2. Harga pupuk relatif stabil

3. Berkembangnya kios-kios pengecer pupuk dengan harga kompetitif (Suryana dan Mardianto: 2001)

Dari aspek distribusi keragaman potensi wilayah dalam menghasilkan produk pangan khususnya beras disertai dengan perubahan kebiasaan berkonsumsi menyebabkan masalah distribusi pangan semakin berperan penting. Ketimpangan antara produksi dengan konsumsi menyebabkan harga berfluktuasi. Dalam hal ini peranan penyangga harga dan produksi menjadi penting. Masalah akan muncul apabila petani baik secara individual maupun kelompok tidak mampu mengendalikan produk pangan sejak dari produksi, distribusi dan pengelolaan pendapatan (Sumodiningrat: 2001).

Berdasarkan kecenderungan-kecenderungan tersebut diatas maka indikasi produk pertanian yang diusahakan adalah sebagai berikut:

1. Produk pertanian yang mempunyai nilai tambah tinggi;

2. Produk pertanian yang diusahakan di lahan yang relatif sempit; 3. Penggunaan teknologi yang modern (maju);

4. Pemasarannya dalam bentuk produk sekunder (tanaman singkong tidak dijual singkongnya tetapi derivates-nya seperti pati, sorbito dsb); dan

(24)

2.4.4. Permintaan dan Penawaran Produk Pertanian

Salah satu gejala ekonomi yang sangat penting yang berhubungan dengan prilaku petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga.

Suatu barang mempunyai harga karena dua sebab yaitu : pertama, barang itu berguna, dan kedua, barang itu jumlahnya terbatas. Barang yang bergunan bagi manusia dan jumlahnya terbatas disebut barang-barang ekonomi. Suatu barang ekonomi dalam ilmu ekonomi dinyatakan mempunyai permintaan dan penawaran. Sesuatu barang mempunyai permintaan karena barang yang bersangkutan berguna, sedangkan barang tersebut mempunyai penawaran karena jumlahnya terbatas.

Hukum permintaan menjelaskan hubungan yang erat antara harag dengan barang yang diminta. Hubungan tersebut merupakan hubungan yang terbalik yaitu bila harga naik, jumlah barang yang diminta turun, begitu pula sebaliknya. Sedangkan hukum penawaran menjelaskan hubungan yang erat antara harga dengan jumlah barang yang ditawarkan dimana hubungan tersebut merupakan hubungan yang searah, yaitu bila harga naik, jumlah barang yang ditawarkan bertambah, begitu pula sebaliknya.

(25)

Dalam gambar 2.1 dapat dilihat bahwa harag barang OH terjadi pada titik perpotongan kurva pemintaan dan penawaran pada harga keseimbangan ini jumlah keseimbangan adalah OD. Kedua anak panah yang digambarkan tersebut menunjukkan bahwa kalau harga pada suatu ketika lebih tinggi atau lebih rendah dari titik itu. Maka selalu ada kecenderungan kembali pada titik keseimbangan.

Apabila harga berada diatas harga keseimbangan maka jumlah barang yang ditawarkan lebih besar dari jumlah barang yang diminta, sehingga harga cenderung. Sebaliknya kalau harga pada suatu ketika berada dibawah harga keseimbangan maka jumlah barang yang diminta melebihi jumlah yang ditawarkan, sehingga cenderung naik.

(26)

lain yang mempengaruhi penawaran seperti metode dan teknik produksi, biaya produksi atau harga faktor-faktor produksi, hasil panen per hektar dan lain-lain semua harus tetap tidak mengalami perubahan.

Harga dasar harus dipandang sebagai usaha umtuk memperkecil risiko dalam berusahatani padi. Dengan kecilnya resiko ditambah dengan intensif yang memadai untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi maka Negara Indonesia akan mampu meningkatkan dan menjamin supply beras dalam negri pada tingkat yang diinginkan (Suryana dan Mardianto: 2001).

Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan kebijakan pemerintah yang mendukungg terciptanya:

1. Kepastian di dalam menjalankan usahatani.

2. Kemudahan untuk mendapatkan sarana produksi dan permodalan

3. Jaminan pasar bagi hasil pertanian dengan harga yang wajar dan bersaing. 4. Ketersediaan teknologi tepat guna dan local spesifik ( Suryana dan

Mardianto: 2001)

2.5. Hasil Kajian Penelitian

(27)

metode analisis deskriktif, dan hasilnya menunjukkan bahwa sebagai daerah yang termasuk dalam kawasan agribisnis Holtikultura Sumatera (KAHS) memiliki keunggulan kompetitif dalam perdagangan internasional, khususnya komoditi sayur mayor yang telah lama menjadi andalah komoditi ekspor.

2.6.Kerangka Pemikiran

Prospek Pembangunan Sektor pertanian merupkan suatu tujuan untuk mencapai tingkat uasahatani sejalan dengan perkembangan teknologi pertanian di era globalisasi, maka diharapkan pelaksanaan pembangunan kedepan mengalami kemajuan umtuk mencapai tujuan pembangunan yang prospektif.

Hingga saat ini pembangunan sektor pertanian masih memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan, mengingat kebutuhan pangan yang semakin meningkat, ini disebabkan besarnya penduduk Indonesia yang masih mengandalkan pangan dari produk yang dihasilkan sektor pertanian.Karena permintaan yang semakin meningkat hal ini memberikan dampak positif terhadap sektor pertanian. Harga yang semakin stabil dan meningkat pula permintaan terhadap produk pertanian tersebut, kondisi ini memberikan kesempatan kerja didaerah setempat.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha Sektor pertanian sangat prospektif dapat dilihat dari permintaan pasar terhadap hasil pertanian khususnya beras yang cenderung meningkat.

(28)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Usahatani Sektor Pertanian

Produksi

Produktivitas

Sektor Pertanian layak secara ekonomi untuk

dikembangkan

Memberikan kesempatan kerja

Perkembangan harga hasil produksi

hasil pertanian

Permintaan pasar terhadap hasil produksi sektor pertanian cenderung meningkat

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

The proposed integration approach is based on the semantic web technology, where the integrated model is achieved by merging Resource Description Framework (RDF) graphs

To make it even more accessible, the Project Tango, leaded by Google, integrates in a simple Android tablet sensors that are able to perform acquisition of the 3D information of a

[r]

[r]

[r]

PDRB Belum optimalnya koordinasi dan sinergitas, serta adanya perbedaan data kemiskinan dan ketidaktepatan sasaran penanggulangan kemiskinan Kepedulian sektor swasta dan

[r]

[r]