1
ANALISIS STRATEGI PENETAPAN HARGA JASA LAYANAN
KOMUNIKASI ESIA SEBAGAI TITIK BALIK FAKTOR PENGUBAH
PERILAKU PASAR
Asa Marifa Dyanzini, Intan Widya Sukma, dan Sobarsa Kosasih
Fakultas Magister Manajemen, Ekonomi – Universitas Islam Djakarta Jalan Balai Rakyat, Utan Kayu, Jakarta Timur – 13120
E-mail: asa.marifa.dyanzini@gmail.com
ABSTRAK
ANALISIS STRATEGI PENETAPAN HARGA JASA LAYANAN KOMUNIKASI ESIA SEBAGAI TITIK BALIK FAKTOR PENGUBAH PERILAKU PASAR. Telekomunikasi sebagai faktor penting dalam era globalisasi membuat jasa layanan komunikasi semakin berkembang pesat. Perkembangan jasa layanan komunikasi yang demikian pesat tidak lepas dari perilaku pasar yang responsif. Pembentukan perilaku pasar ini, tidak lepas dari kemunculan produk Esia yang membuat harga layanan jasa menjadi semakin murah seiring dengan kemunculan. Penentapan dan strategi harga Esia dalam bersaing dengan produk sejenis di pasar telekomunikasi seyogyanya mampu menurunkan harga jasa layanan telekomunikasi secara nasional. Esia sebagai jasa layanan komunikasi dalam perkembangan telah berhasil menjadi salah satu faktor titik balik pengubah perilaku pasar dari inelastis menjadi elastis
Kata kunci: Esia, Penetapan Harga, Telekomunikasi, Perilaku pasar, Jasa Layanan, CDMA
PENDAHULUAN
Perkembangan era globalisasi yang semakin pesat menuntut segalanya untuk serba cepat dan praktis. Telekomunikasi merupakan faktor penting dalam kehidupan yang serba cepat dan praktis. Komunikasi yang dimudahkan dengan layanan nirkabel menjadi salah satu primadona untuk memudahkan konsumen dalam era globalisasi. Pada september 2003 pertama kalinya Esia diluncurkan. Esia merupakan operator yang menggunakan teknologi baru CDMA 2000 IX dengan fasilitas layanan Fixed
Wireless Acecess dan limited Mobility (Irsad
2010).
Esia diluncurkan untuk salah satu solusi berkomunikasi secara hemat karena tarif Esia relatif lebih murah dibandingkan operator lainnya. Kemunculan Esia di pasar layanan telekomunikasi ditunjukkan dengan permainan strategi harga yang membuat dunia bisnis layanan telekomunikasi gempar. Esia sebagai pemain baru dalam bisnis produk jasa layanan telekomunikasi, memulai bisnisnya dengan menetapkan harga yang rendah (penetration
pricing). Penetration pricing merupakan
penetapan harga yang relatif murah, cenderung lebih rendah dari pesaing (Alma 2002).
Produk Esia sebagai jasa layanan
telekomunikasi dengan strategi penentuan harga telah berhasil mengambil konsumen GSM beralih ke CDMA. Strategi penetuan harga yang ditawarkan Esia memberikan ketertarikan untuk dianalisis lebih lanjut. Kemunculan produk Esia dengan harga yang relatif murah telah mengubah paradigma konsumen bahwa telekomunikasi yang mahal dan tidak terjangkan kini dapat dijangkau oleh seluruh lapisan dan kelas konsumen. Hal ini membuat jasa layanan telekomunikas menjadi produk yang pasarnya relatif bersifat inelastis (tidak responsif terhadap harga) menjadi pasar yang elastis (responsif terhadap harga).
PEMBAHASAN
Analisis Terhadap kebijakan Harga Operator Esia
2
wireless. Artinya sama dengan telepon biasa
(fixed line), namun tidak terpaku oleh kabel, atau bisa dibawa-bawa layaknya ponsel. Dalam hal tarif, CDMA menawarkan harga yang lebih murah ketimbang GSM. Hanya saja berbeda dengan ponsel GSM, jangkauan ponsel CDMA terbatas pada wilayah operasinya saja (Irsad 2010).
Pengguna telepon seluler yang semakin selektif dan pandai memilih produk ataupun layanan yang dibutuhkan, dipastikan akan membuat persaingan menjadi semakin ketat. Kondisi ini, menuntut setiap operator penyedia
layanan telekomunikasi memberikan nilai
tambah dan diferensiasi dalam setiap layanan. Persaingan semakin ketat dengan ikutnya para pemain CDMA sebagai pesaing dari operator jenis GSM.
Tabel 1. Kebijakan Harga Esia Periode 2004-2006
Tabel 1 menggambarkan program-program penetapan harga yang digunakan Esia. Sistem
penetration pricing digunakan Esia untuk
menembus pasar dengan harga yang murah dan memperkenalkan konsumen sebagai salah satu alternatif produk berkualitas dengan harga yang terjangkau. Strategi harga yang digunakan Esia saat itu adalah program inovatif “Gile Beneer” pada september sampai desember 2004 (Irsad, 2010). Program ini bekerja sama dengan nokia sebagai perusahaan penyedia alat komunikasi. Program ini merupakan program bundling dengan nokia 212, dimana esia menawarkan begitu banyak keuntungan seperti gratis telepon dan SMS (short message service) ke sesama pelanggan Esia dan ke telepon PSTN.
Program ini menuai suskes dengan
berhasilnya Esia menembus pasar yang ditandai dengan beralihnya konsumen GSM ke CDMA.
Menurut CDMA Development Group (2014), jumlah pengguna CDMA pada tahun 2008 mencapai 16,3 juta pelanggan, paling besar di Asia Tenggara. Program ini juga berhasil mengubah paradigma masyarakat bahwa alat komunikasi dan layanan komunikasi hanya untuk kelas menengah ke atas dan tidak terjangkau menjadi suatu kebutuhan primer yang terjangkau dan dapat dinikmati oleh
seluruh lapisan masyarakat. Layanan
komunikasi telah berubah menjadi hal yang primer dan harus dimiliki oleh siapapun untuk memudahkan komunikasi saat itu.
Strategi penetapan harga yang dilakukan Esia (PT Bakrie Telecom) telah membuat permintaan pasar yang tadinya bersifat inelastis (barang yang mewah dan cenderung tidak responsif terhadap harga) menjadi bersifat elastis (kebutuhan pokok dan cenderung responsif terhadap harga). Hal ini menandakan suksesnya program Esia dalam menembus pasar dalam bisnis jasa layanan komunikasi.
Program selanjutnya adalah program
“Rumpi Abis”, Program ini mengulang sukses program ‘Gile Beneer’ dimana kali ini pengguna esia dapat berkomunikasi berjam-jam ke sesama esia dan ke PSTN secara gratis. Awal tahun 2005, Esia kembali memunculkan program yang inovatif dan baru pertama kali diluncurkan di Indonesia yaitu Program ‘Hujan Duit” dengan slogannya “terima telepon dapat uang”. Program ini memanjakan para pengguna Esia dengan cara, pengguna Esia yang menerima panggilan dari operator non Esia akan mendapatkan uang. Setiap terima 1 menit panggilan, pengguna Esia akan mendapatkan bonus Rp 50-,. Strategi harga ini ditujukan untuk memantapkan posisi Esia untuk bersaing dengan provider dari non CDMA (GSM).
Program ‘Hujan Duit’ juga mewarkan kemudahan akses komunikasi ke luar negeri. Pelanggan yang menggunakan Esia untuk menelepon ke luar negeri di tawarkan program SLI 1188 yang merupakan program panggilan internasional dengan tarif Rp. 1.188/menit ke 43 negara tujuan. Program ini menjadi salah satu program yang banyak diminati terutama untuk
pengguna Esia yang banyak melakukan
3 Inovasi Esia dalam merangkul konsumen
dari seluruh lapisan ditunjukkan dengan strategi penetapan harga. Esia menawarkan harga relatif murah dan ekonomis. Dalam hal ini esia telah menerapkan aspek cheaper dalam produknya. Esia juga menerapkan better dalam segi kualitas. Jika bandingkan dengan produk layanan sejenis, Esia telah hadir dengan inovasi yang menarik dan kualitas layanan yang sebanding dengan produk lain. Aspek faster ditunjukkan Esia dengan mengembangkan jaringan CDMA 2000 IX dengan fasilitas layanan Fixed Wireless Acecess dan limited
Mobilit. Hal ini membuat pelayanan Esia
semakin berkembang dan mudah diakses.
Keuntungan dalam segi harga yang
ditawakan Esia mampu membuat konsumen beralih dari GSM ke CDMA. Program Esia berhasil mengubah paradigma masyarakat tentang cara berkomunikasi yang murah namun berkualitas. Strategi penetapan harga yang ditawarkan Esia jauh lebih rendah dari para pesaingnya. Hal ini mampu membuat Esia menjadi leader pada saat itu.
Esia menetapkan harga sesuai dengan kondisi perkembangan pasar. Esia memahami kondisi perkembangan pasar tahun 2004 (awal
munculnya Esia), dimana jasa layanan
telekomunikasi saat itu melambung tinggi dan mahal. Masyarakat hanya dapat berkomunikasi lewat SMS yang saat itu 300/SMS (relatif murah). Komunikasi lewat telepon jarang dilakukan karena cenderung mahal. Melihat peluang ini Esia hadir dengan harga yang ekonomis untuk jasa telekomunikasi lewat telepon.
Agustus 2005, Esia melakukan peluncuran kampanye talktime. Talktime diperkenalkan
oleh esia bertujuan untuk memberikan
paradigma baru bagi konsumen untuk secara tepat melihat perhitungan pemakaian telepon. Istilah pulsa yang selama ini di pakai tidak menunjukkan lamanya waktu bicara, tetapi lebih kepada alat ukur yang digunakan oleh operator telepon. Kampanye talktime berjalan sangat sukses, terlebih lagi esia dengan tarifnya hemat, menawarkan talktime paling murah yaitu Rp3000/jam.
Awal Februari 2006 talktime Esia kembali menggebrak pasar dengan memberikan tarif yang lebih hemat lagi. Untuk satu jam menelpon, pelanggan hanya dikenakan talktime Rp1.000. Hal ini menyebabkan semakin
banyaknya pelanggan yang beralih
menggunakan Esia karena mengetahui
banyaknya keuntungan yang di dapatkan menggunakan Esia.
Berselang beberapa bulan setelah itu
tepatnya bulan oktober 2006 disamping
program talktime yang spektakuler, Esia
meluncurkan serangkaian program “Esia
Spektakuler”, yang di dalamnya tersedia beragam keuntungan spektakuler. Seperti Hape spektakuler yaitu beragam pilihan hape mulai dari Rp299 ribu, tarif spektakuler, penawaran SLI Rp 1500 ke lebih 55 negara.
Program lainnya yang bisa dinikmati pelanggan adalah bisa mengirim sms non stop-tanpa batas ke sesama pengguna esia hanya dengan Rp4000 dalam waktu seminggu dan Rp1000 untuk satu hari. Penawaran lain yang tak kalah menarik adalah program “Fun
Spectacular” dengan DV8.888, dimana pelanggan bisa mengirimkan pesan yang disiapkan lagu favorit yang sekaligus dapat mengekspresikan perasaan lewat lagu.
Jenis-Jenis Strategi Harga Esia
Esia sebagai penyedia layanan jasa
telekomunikasi, menggunakan beberapa strategi harga untuk meningkatkan penjualan mereka. Strategi competitive pricing digunakan oleh esia pada setiap program promonya. Competitive
pricing merupakan strategi dengan cara harga
yang dikenakan kompetitor digunakan sebagai
benchmark untuk menetapkan harga (Bobette
2009). Esia menetapkan harga lebih rendah dibanding kompetitornya yang tujuannya adalah memenangkan persaingan.
Esia juga menggunakan strategi loss leader
pricing yang bertujuan mematikan pesaingnya
yaitu operator penyedia layanan GSM. Hingga pada saat itu para pengguna GSM beralih ke
CDMA. Tahun 2005 Esia melakukan
peluncuran kampanye talktime dengan
4
pricing merupakan strategi penetapan harga
dengan keuntungan sangat tipis, sehingga harga di bawah harga pasar (Kotler 2004). Strategi ini bertujuan untuk menarik konsumen sehingga konsumen berpindah pada produk CDMA khususnya Esia. Kampanye talktime oleh Esia berjalan sangat sukses, terlebih lagi Esia dengan tarifnya hemat, menawarkan talktime paling murah yaitu Rp. 3000/jam. Awal Februari 2006 talktime Esia kembali menggebrak pasar dengan memberikan tarif yang lebih hemat lagi yaitu 1000/jam.
Esia juga sukses dengan program bundling dengan handphone produksi China (Huawei) mampu menembus pasar dan memperkenalkan produknya hingga dikenal. Bundling pricing adalah penetapan harga dua atau lebih produk lebih rendah dibanding harga pembelian satuan produk (Bobette 2009). Strategi bundling memang menjadi salah satu andalan Bakrie Telecom. Strategi bundling yang di tetapkan Bakrie Telecom tersebut bertujuan untuk menyediakan ponsel sendiri, agar pasokan ponsel CDMA yang ada di pasar bisa meningkat dan tentunya penjualan vendor ini pun meningkat. Selain itu dengan strategi ini, bertujuan harga ponsel CDMA dapat ditekan menjadi lebih murah.
Gambar 1 Esia-Nokia Bundling
Esia bekerjasama dengan produsen
handphone (HP) untuk menjalankan program bundling, yaitu dengan HP Nokia 2112,
program yang Esia jalankan di beri nama “Gile Beneer”. Selain itu HP Esia merupakan hasil kolaborasi antara Bakrie Telecom (BTel) dengan Huawei, vendor ponsel asal China, Program dengan hp cina tersebut adalah HP
Cina 299 rb “Spektakuler dan HP Cina 199 rb “Ngoceh” seperti terlihat pada Gambar 1.
Perkembangan Persaingan Jasa Layanan Telekomunikasi 2004-2014
Perkembangan persaingan dalam bisnis layanan jasa telekomunikasi dengan adanya produk baru dari Esia tahun 2004 menjadi semakin sengit dan tidak dapat dihindarkan.
Penawaran yang dilakukan Esia kepada
konsumen dengan harga yang relatif murah dan
terjangkau membuat masyarakat merasa
terpuaskan. Pasar yang dulunya cenderung menggunakan layanan dari GSM mulai beralih dan mengenal jaringan CDMA. Perang antara GSM dengan GSM ditambah perang harga antara GSM dan CDMA tidak terhindarkan. Konsumen diuntungkan dalam perang ini, karena operator jasa layanan telekomunikasi
terus menerus menurunkan harga untuk
mempertahankan eksistensinya. Operator yang
dapat menurunkan harga hingga dapat
terjangkau masyarakat yang dapat bertahan. Peran penetapan harga yang dilakukan oleh Esia juga sebagai salah satu titik balik dalam
mengubah paradigma masyarakat bahwa
komunikasi bukan hanya milik masyarakat menengah ke atas namun juga untuk masyarakat dari berbagai lapisan. Hal ini turut mengubah pandangan masyarakat bahwa komunikasi menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki untuk memudahkan aktivitas masyarakat dalam era globalisasi.
Esia bukan satu-satunya pemain dalam jaringan CDMA. Kesuksesan Esia dalam menjalankan bisnisnya di jaringan CDMA membuat banyak pengusaha yang melirik bisnis sejenis. Tahun 2004 hingga 2008 mulai bermunculan provider yang menggunakan jaringan CDMA seperti Smart, Fren, StarOne, dan Flexi. Hal ini membuat persaingan dalam bisnis jasa penyedia layanan telekomunikasi semakin ketat. Masyarakat disuguhi banyaknya iklan-iklan promosi dan penetapan harga yang sangat rendah (Lukman 2013).
5 semakin ketat. Hingga tahun 2013 persaingan
harga memasuki titik keseimbangan permintaan dan penawaran, dimana harganya berkisar kurang lebih 1000/menit. Hampir seluruh provider baik GSM ataupun CDMA berada pada kisaran harga tersebut seperti terlihat pada Gambar 2 (Lukman 2014).
Gambar 2 Harga Persaingan Tahun 2013
Gambar 3 Laporan Finansial Quartal Satu 2014
Provider yang dapat menurunkan harga hingga titik keseimbangan akan dapat bertahan dan diminati oleh konsumen dengan jumlah profit yang semakin kecil terlihat pada Gambar 3. Tahun 2014 beberapa provider CDMA tidak dapat bertahan dalam persaingan dan jaringan CDMA mulai kalah pamor dengan jaringan 3G dari GSM. Provider penyedia layanan jasa telekomunikasi yang tidak dapat bertahan seperti StarOne dan Flexi resmi ditutup pada tahun 2014 (Lukman 2014).
Dampak Internet Dalam Sistem Penentuan Harga Persaingan
Salah satu alasan perkembangan
telekomunikasi yang pesat ditandai dengan masuknya internet dalam kehidupan. Internet
memudahkan konsumer dan produsen
berinteraksi secara langsung tanpa melalui penguhubung lagi (distributor atau retail outlate). Terlepas dari menentukan strategi harga, website juga memberikan pengaruh besar dalam pemilihan strategi harga yang tepat.
Dengan memungkinkan konsumen
mendapatkan informasi yang memadai dan lebih vokal. Ada berbagai forum dan diskusi pengalaman sesama pengguna produk dan jasa. Untuk alasan tersebut website menjadi penting bagi produsen untuk menetapkan strategi harga yang kompetitif dibandingkan kompetitor.
Dampak positif yang ditimbulkan dari pengunaan internet terhadap sistem harga adalah produsen dapat memantau secara langsung kondisi pasar, permintaan pasar, kondisi persaingan dan perkembangan pasar. Produsen dapat menentukan harga tepat bagi konsumen berdasarkan data-data yang akurat. Namun dampak negatifnya adalah jika ada informasi negatif tentang produk dan jasa yang dijual dengan cepat dapat menyebar dan efek ini dapat mematikan pasar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kehadiran Esia telah menjadi titik balik yang dapat mengubah paradigma masyarakat tentang layanan komunikasi yang mahal dan tidak terjangkau menjadi terjangkau dan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Esia telah cerdik melihat peluang yang ada, dengan
menghadirkan layanan yang murah dan
dibutuhkan masyarakat. Penetapan harga yang dilakukan oleh Esia dapat menembus pasar dengan cepat dan dapat bersanding dengan kompetitor lama seperti GSM. Penentuan harga dengan strategi yang sesuai dengan kondisi pasar dan keinginan konsumen nyatanya dapat memicu perubahan pasar dari elastis menjadi inelatis.
Saran
Persaingan CDMA dengan GSM pada akhirnya mengalami kemunduran karena faktor
inovasi dari operator GSM yang
6 siklus kehidupan produk. Dalam kasus ini,
inovasi dan pembaharuan jaringan merupakan faktor luar yang harus diperhatikan sehingga strategi penetapan harga dapat terarah, efektif dan sesuai dengan tujuan perusahaan atas produk atau jasa yang di hasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Alma Buchari. 2002. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta. Irsad. 2010. Analisis Marketing Mix (Product,
Price, Promotion dan Place) yang
Mempengaruhi Kepuasaan Pelanggan
Operator ESIA [skripsi]. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Kotler Philip, Amstrong Gary. 2004. Principles of Marketing 10th Eddition. New Jeresey: Prectice Hal, Inc..
Kyle Bobette. 2009. Strategi Harga Dalam
Marketing [25 Mei 2015].
http://www.websitemarketingplan.com. Lukman 2014. Perkembangan Provider CDMA