• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya Sowan Kyai Sebuah Strategi dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Budaya Sowan Kyai Sebuah Strategi dalam"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BUDAYA SOWAN KYAI, SEBUAH STRATEGI DALAM

KOMUNIKASI POLITIK

(Komunikasi Politik Calon Legislatif di Jawa Timur)

Muhammad Alfien Zuliansyah

Universitas Brawijaya

Abstrak

Salah satu perilaku komunikasi yang ada pada masyarakat Jawa Timur adalah Sowan Kyai. Perilaku ini merupakan perilaku komunikasi yang penuh dengan nilai dan norma spiritual. Nilai dan norma yang ada dalam budaya masyarakat Islam-Jawa Timur pada akhirnya digunakan oleh para aktor politik untuk mendapat dukungan dan kepercayaan masyarakatnya. Penelitian ini mencoba untuk menggali pemaknaan dan pelaksanaan para pelaku Sowan Kyai menjelang Pemilu sebagai bentuk perilaku Komunikasi Politik. Terdapat perbedaan pemaknaan oleh para pelaku sehingga memunculkan hubungan spiritual dan hubungan assimetris dalam perilakunya.

Key word : Sowan, Islam-Jawa, Komunikasi Politik

1. LATAR BELAKANG

Sowan, merupakan tradisi yang tetap terjaga selama beribu-ribu tahun dan dilakukan oleh masyarakat Indonesia khususnya Jawa. Sejarah perkembangan religi masyarakat Jawa, telah dimulai sejak zaman prasejarah dan masyarakat Jawa memercayai adanya kekuatan gaib selain dirinya (Herusatoto, 2008, h.156). Secara epistimologi, Sowan berasal dari bahasa Jawa yang berarti berkunjung (KBBI, 2014). Berkunjung memberikan makna bahwa seseorang menjalin dan menjaga ikatan antarmanusia, yang pada praktiknya untuk mewujudkan harmoni dan keseimbangan hubungan antarumat manusia yang lebih baik. Sebagai tradisi yang telah dilakukan turun-temurun oleh masyarakat Jawa, Sowan memiliki dimensi tersendiri dalam ilmu komunikasi. Komunikasi yang memiliki nilai spiritual dalam hubungan antar manusia ini telah ada bahkan sebelum agama Hindu-Budha masuk dalam wilayah Nusantara.

(2)

menjaga hubungan antarsesama manusia (Abdurrahman, 2009, h.1). Dua istilah yakni Sowan dan Silaturrahmi, akhirnya menjadi satu pemaknaan dalam masyarakat Jawa. Hadirnya sebuah pesantren karena adanya pelaku Santri dalam pengertian Sowan, membuat dua istilah ini menjadi satu pemaknaan.

Hubungan antar manusia dalam tradisi Sowan Kyai, tentu tidak akan lepas dari kajian Ilmu Komunikasi. Silaturrahmi sebagai perilaku yang ada dalam ajaran Islam, memerintahkan umatnya untuk tetap menjaga hubungan dengan sesama manusia dengan janji pahala yang melimpah (Abdurrahman, 2009, h.1). Dalam hubungan sesama manusia tersebut tentu terdapat proses interaksi dimana komunikasi memiliki fungsi sosial (Mulyana, 2007, h.6). Adanya interaksi dan hubungan sosial dalam perilaku Sowan Kyai, membuat perilaku Sowan Kyai memiliki dimensi komunikasi karena adanya proses interaksi. Ilmu yang berasal dari perspektif barat ini, tentu belum menjelaskan bagaimana dan mengapa Sowan (yang dalam prakteknya terjadi antara orang yang dituakan dengan murid atau masyarakat lain) mampu terjadi dan terjaga dalam masyarakat Jawa hingga saat ini.

Chu dalam Hair (2014, h.3) menjelaskan, “Teori komunikasi barat bersifat individualistik. Hal ini bertolak belakang dengan perilaku orang-orang timur yang cenderung kolektif.“. Adanya penjelasan tersebut, membuat perspektif teori komunikasi barat (Western Communication Theory) tentu saja bisa berubah karena belum mampu menjelaskan praktek komunikasi yang ada dalam kehidupan masyarakat timur khususnya Jawa. Hadisuprapto (2010, h.66) menjelaskan bahwa konsep dan penunjukkan kasih sayang dalam budaya Jawa berdasarkan norma dari sebuah interaksi yang tidak ada dalam masyarakat barat, sebagai kepercayaan yang diinternalisasi melalui kasih sayang dan interkasi satu sama lain. Adanya ikatan norma dalam hubungan interaksi sesama manusia dalam kehidupan masyarakat Jawa tersebut, tentu belum dijelaskan dalam konsep teori komunikasi dengan perspektif masyarakat barat.

(3)

Tabel. 1

Daftar Kyai yang Dekat dan Disowani Oleh Para Calon Pemimpin

Presiden Kyai yang dekat

Soekarno Kyai Hasyim Asyari

Soeharto K.H Muslim Rifai Imampurno

K.H Kosim Nurseha

B.J Habibie Kyai Bustami

Abdulrahman Wahid K.H Abdullah Faqih

Susilo Bambang Yudhoyono K.H Aziz Mansyur

Sumber : Dikutip dari berbagai sumber

Data yang dikumpulkan oleh penulis dalam tabel diatas, tentu menjadi fenomena menarik bagi penulis dalam kajian ilmiah. Fenomena komunikasi politik yang dilakukan oleh para calon pemimpin dalam perilaku Sowan kepada Kyai, pada akhirnya menjadi tradisi wajib ketika menjelang Pemilu. Perilaku politik dipengaruhi oleh faktor budaya yang dianut serta proses komunikasi politik yang dilaluinya (Muhtadi, 2008, h.21). Untuk tujuan apa hal tersebut dilakukan dan apa yang bisa ditimbulkan dan diharapkan pengaruhnya menjadi pertanyaan yang selalu muncul ketika melihat fenomena tradisi komunikasi politik ini masuk dalam kajian cultural studies.

Sowan Kyai yang dilakukan oleh orang-orang yang mengikuti pertarungan Pemilu inilah yang menjadi fokus penelitian ini. Berdasarkan pengamatan peneliti, para akademisi dan pakar komunikasi politik berargument bahwa Sowan pada Kyai sudah menjadi tradisi Komunikasi Politik yang lama dilakukan menjelang Pemilu. Namun, wacana ini hanya sekedar argument dan pernyataan pada media saja, tanpa ada kajian lebih mendalam tentang perilaku komunikasi ini. Pada akhirnya tradisi ini hanya sekedar tradisi dan hal biasa, yang menjadi rahasia umum dimasyarakat Indonesia. Hingga saat ini, peneliti belum menemukan adanya penelitian komunikasi politik yang membahas mengenai pelaksaan Sowan pada Kyai menjelang Pemilu. Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana tradisi Sowan Kyai dalam komunikasi politik digunakan dan dimaknai oleh calon pemimpin (Calon Anggota Legislatif) di Jawa Timur?

2. TINJAUAN PUSTAKA

(4)

begitu besar dengan sebuah lembaga Pesantren yang dipimpinnya, membuat perilaku ini juga menjadi tradisi para Santri yang ingin memohon petunjuk kepada Kyai nya.

Sekalipun Sowan merupakan budaya masyarakat Jawa, ternyata Islam melihat budaya ini sebagai suatu perilaku yang juga diperintahkan dengan nama Silaturrahim. Said (2014) menyatakan bahwa Sowan pada dasarnya berasal dari sabda nabi Muhammad Shalallahu alaihiwassalam yang berbunyi :

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia bersilaturahim” [H.R. Bukhari dari Abu Huraira]

Perintah tersebut merupakan sebuah perintah wajib agar setiap muslim menyambung tali silaturrahmi dengan sesama manusianya. Hal ini pun juga dipertegas dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 36

Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Serta berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman, musafir dan hamba sahaya yang kalian miliki. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri (Q.S An-Nisa’:36)

Adanya perintah dalam Islam yang sesuai dengan perilaku masyarakat Jawa, membuat perilaku Sowan Kyai mengalami sebuah akulturasi dalam perkembangannya. Hal tersebut terjadi karena adanya pandangan masyarakat Jawa yang melihat kehidupan orang-orang Islam menjadi lebih baik, sehingga mereka berbondong-bondong masuk Islam dan melakukan perintah ini pula. Didukung dengan sosok Kyai yang kharismatik, berilmu tinggi, dan dianggap sebagai seseorang yang lebih dekat dengan Tuhan pula, Sowan Kyai menjadi sebuah budaya yang melekat kuat bagi masyarakat Islam-Jawa. Sehingga Kyai dengan segala kelebihannya, sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial-politik masyarakat Jawa.

Pengaruh yang begitu besar akan sosok Kyai terhadap masyarakat Jawa, tentu menjadi perluang besar bagi dunia politik di Indonesia. Bahkan, kondisi politik pun juga dipengaruhi oleh sosok Kyai ini. Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945, memunculkan banyak aktor politik-aktor politik handal yang pada prinsipnya menggunakan segala cara untuk mendapatkan dukungan, simpati, dan kepercayaan dari masyarakatnya. Hal ini pun juga tak lepas dari tradisi Sowan Kyai yang juga memiliki esensi tersendiri bagi masyarakat Indonesia khususnya Jawa. Keterlibatan para Kyai dalam proses pemilihan Kepala Daerah secara langsung tidak bisa dihindarkan, karena mereka adalah potensi lokal yang dapat memberikan kontribusi atau memberi warna tersendiri bagi perpolitikan (Wafa, 2012, h.64).

(5)

mendefinisikan Komunikasi Politik sebagai komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga dapat mengikat semua warganya. Sowan sebagai budaya yang ada dimasyarakat, dengan besarnya pengaruh kyai pada masyarakat Indonesia khususnya Jawa, membuat budaya ini juga digunakan para pelaku politik untuk mendapatkan dukungan tersebut. Sehingga, Sowan dalam perilaku politik juga menjadi tradisi yang terus dilakukan hingga saat ini. Lebih lanjut Kasyfurrahman (2009, h.28) menjelaskan bahwa komunikasi politik pada dasarnya merupakan bagian dari, dan dipengaruhi oleh, budaya politik suatu masyarakat. Pada saat yang sama, komunikasi politik juga dapat melahirkan, memelihara dan mewariskan budaya politik. Sehingga dengan memperhatikan struktur pesan serta pola-pola komunikasi politik yang diperankan masyarakat, maka dapat dianalisis budaya poltik suatu masyarakat (Kasyurrahman, 2009, h.30).

Budaya yang ada dalam komunikasi politik tersebut, tentu tidak akan lepas dari suatu tujuan untuk mendapatkan simpati, kepercayaan, dan dukungan masyarakat. Manajemen Komunikasi Politik sebagai komponen penting, tentu juga diharapkan membentuk kesan yang akan muncul pada masyarakat. Perilaku Sowan Kyai yang dilakukan para calon pemimpin untuk maju dalam pemilu, merupakan sebuah simbol yang semata-mata untuk memperoleh kesan dimasyarakat bahwa sosok tersebut telah diakui oleh Kyai sebagai sosok yang amanah. Banyak orang di Indonesia (terutama pejabat), yang memandang kekuasaan sebagai riil, nyata, objektif, bagaikan barang nyata yang bisa dipindah-pindah, atau diwariskan, seperti dalam kekuasaan raja-raja di Jawa, sehingga banyak orang memperebutkan kekuasaan tersebut dengan berbagai cara (Mulyana, 2013, h.7).

3. METODE

Penelitian ini menggunakan paradigma Kritis dengan metodologi Etnografi Komunikasi. Subjek penelitian merupakan para Calon Legislatif yang melakukan Sowan Kyai sebelum maju dalam Pemilu. Fokus dari penelitian ini adalah pemaknaan perilaku Sowan Kyai menjelang Pemilu dari masing-masing pelaku. Cakupan penelitian berada pada wilayah Jawa Timur karena organisasi Islam terbesar di Indonesia muncul pada daerah ini. Subjek penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sampling dan bersifat snowball sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam. Instrumen dalam penelitian ini berupa recorder untuk wawancara, catatan lapangan, dan beberapa literatur pendukung terkait penelitian. Teknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan Trustworthiness. Sedangkan Teknik analisis data menggunakan model analisis Spradley.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

(6)

dengan aturan, nilai dan norma yang ada didalamnya(dalam hal ini Islam). Terdapat berbagai aspek pemaknaan yang ada dalam pemaknaan para Caleg ini, yakni adanya sebuah ikatan budaya dimasyarakatnya, sebuah penentu kemenangan, kepercayaan-kepercayaan yang bersifat ketokohan dan mistisme Islam, sebagai modal untuk kampanye dan perlawanan black campaign, dan sebagai persiapan mental dan spiritual. Nilai,norma, dan aturan-aturan dalam perilaku Sowan Kyai ini menunjukkan adanya sebuah hubungan assimetris bagi para pelakunya. Sehingga dalam praktiknya, terdapat sebuah hubungan yang lebih tinggi dan lebih rendah.

Para Kyai sebagai sosok yang lebih tinggi dan diagungkan, memiliki pemaknaan yang berbeda dalam perilaku Sowan Kyai ini. Para Kyai memaknai perilaku ini sebagai sebuah perilaku ibadah karena adanya nilai-nilai yang juga diperintahkan dalam ajaran Islam. Kyai sebagai seseorang yang ilmu agamanya lebih tinggi dari masyarakatnya, tentu akan berperilaku dengan niat untuk menjalankan nilai-nilai agamanya. Sowan Kyai yang diidasarkan pada nilai-nilai Islam, tetap dijalankan oleh para Kyai meskipun terdapat kepentingan-kepentingan politik didalamnya. Kepentingan-kepentingan politik yang ada dalam Sowan Kyai menjelang Pemilu tersebut dihiraukan dan nilai-nilai agama dijadikan sebagai acuan dalam berperilaku. Sehingga dalam perilaku ini terdapat sebuah hubungan spiritual sekalipun untuk kepentingan politik.

Komunikasi Politik sebagai sebuah perilaku komunikasi untuk tujuan-tujuan politik, pada akhirnya sangat dipengaruhi oleh budaya yang ada dalam masyarakatnya. Islam sebagai agama yang berpengaruh bagi masyarakat Jawa, juga mempengaruhi perilaku-perilaku masyarakatnya terutama Sowan Kyai. Para Calon Legislatif di Jawa Timur sebagai pelaku, memaknai perilaku Sowan Kyai ini sebagai bentuk pencarian dukungan sekaligus mencari doa dan keberkahan dari Kyai.

5. SIMPULAN

(7)

Daftar Pustaka

Abdurrahman, Syaikh Khalid bin Husain bin. (2009). Silaturahim, Keutamaan, dan Anjuran Melaksanakannya. (M.I Ghazali, Terjemahan). Indonesia : Islamhouse

Al –Qur’an Terjemah. (2005). Jakarta : Al – Huda

Astuti. (2014, 24 April). Minta Doa Kiai, Kalau Betul –Betul “Nyalon” Bismillah. Jakarta. Diakses pada Senin 11 Agustus 2014, dari http://www.nefosnews.com/post/berita-analisa/minta-doa-kiai-kalau-betul-betul-nyalon-bismillah

Hadisuprapto, P. (2010). Attachment and Deliquency in Javanese Society. Universitas Diponegoro Semarang, 66

Hair, A. (2014). Taqqiyah, Strategi Komunikasi dalam Penghindaran Isolasi (Skripsi, Universitas Brawijaya, 2014)

Herusatoto, B. (2008). Simbolisme Jawa. Yogyakarta : Ombak

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2014). Jakarta : Indonesia, tersedia dalam : http://kbbi.web.id/sowan

Kasyfurrahman, Z. (2009). Komunikasi Politik Kyai (Skripsi, Universitas Islam Negeri Malang, 2009)

Lombard, D. (2008). Nusa Jawa:Silang Budaya (Bagian III:Warisan Kerajaan Kerajaan Konsentris). Jakarta : Gramedia

Muhtadi, A. (2008). Komunikasi Politik Indonesia : Dinamika Islam Politik Pasca Orde Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya

Mulyana, D. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. (2013). Komunikasi Politik, Politik Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya

Ubudiyah. (2012). Sowan dan Mencium Tangan Kyai. Diakses pada Rabu 17 Juli 2014, dari

http://m.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,39396-lang,id-c,ubudiyah-t,Sowan+dan+Mencium+Tangan+Kyai-.phpx

Referensi

Dokumen terkait

Kelebihan modul teknik kultur jaringan hewan ini di antaranya (1) materi yang disaji- kan di dalam modul tidak hanya berasal dari kajian li- teratur dari buku, artikel, jurnal

Gara pan komposisi tabuh kreasi pepanggulan “Lingga Prabawa” ini adalah sebuah bentuk komposisi karawitan baru yang mengangkat tentang proses kehidupan manusia dengan suka

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Djasuli dan Fadilah (2011) menyatakan bahwa interaksi partisipasi anggaran dan asimetri

Kelompok 5 menjadi kelompok dengan pendapatan tertinggi yaitu Rp 895.234.000/kk/tahun, hal tersebut disebabkan selain memiliki lahan yang luas petani tersebut juga

(3) Pendapat yang menyatakan terdapat unsur perjudian (gambling) dalam transaksi forex tidak benar, bahkan forex telah memenuhi persyaratan jual beli sharf yang disepakati

bersama-sama antara kecepatan lari dan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat jauh pada siswa putra Kelas VIII A SMP Negeri 3 Dumai, di mana hasil yang diperoleh

Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda, pada uji F diketahui bahwa variabel dukungan atasan dan variabel pengembangan karir secara simultan mempunyai pengaruh yang