• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN BANK SYARIAH DAN KONVENSIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBEDAAN BANK SYARIAH DAN KONVENSIONAL"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN BANK SYARIAH DAN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring berjalannya waktu, perkembangan syari’ah kini mulai tumbuh dengan pesat di bank-bank lain.Walau Indonesia sebagai sebuah Negara dengan pemeluk agama Islam terbesar, produk keuangan berprinsip syari’ah baru dikenal beberapa tahun yang lalu dan masih sangat terbatas. Dimulai dari sektor perbankan, dengan berdirinya Bank Muamalat pada Nopember 1991. Prinsip syari’ah tidak hanya terbatas pada konteks perbankan, melainkan juga meliputi berbagai kegiatan ekonomi dan investasi, termasuk dipasar modal dan asuransi. Ada persamaan antara bank berbasis syari’ah dengan bank-bank yang non-syari’ah (bank konvensional), yakni dalam hal sisi teknis penerimaan uang, persamaan dalam hal mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan maupun dalam hal syarat-syarat umum untuk mendapat pembiayaan seperti KTP, proposal, laporan keuangan dan sebagainya. Dalam hal persamaan ini semua hal yang terjadi pada bank syari’ah samapersis dengan yang terjadi pada bank konvensional, hampir tidak ada perbedaan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, pada makalah ini kami akan mengambil beberapa bahasan permasalahan, diantaranya:

1. Apa pengertian Bank Syari’ah?

2. Apasaja perbedaan antara Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional?

(2)

A. Pengertian Bank Syari’ah

1. Menurut Schaik pada tahun 2001, bahwa Bank Islam (Bank Syari’ah) adalah sebuah bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum Islam yang sah, dikembangkan pada abad pertama Islam, menggunakan konsep berbagi risiko sebagai metode utama dan meniadakan keuangan berdasarkan kepastian serta keuntungan yang ditentukan sebelumnya. 2. Menurut Sudarsono pada tahun 2004, bahwa Bank Syari’ah adalah

lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah.

3. Dan menurut pengertian Muhammad tahun 2002, bahwa Bank Syari’ah adalah lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syariat Islam.

Dari pemaparan diatas1[1] dapat disimpulkan bahwa Bank Syari’ah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam. Prinsip-prinsip Islam yang dimaksudkan disini sudah dijelaskan pada pasal 1 butir 13 UU No. 10 tahun 1998, bahwa yang dimaksud dengan prinsip syari’ah yakni suatu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha atau keinginan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syari’ah antara lain berdasarkan :

1. Prinsip bagi hasil (mudharabah)

2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah)

3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank bank atau pihak lain (ijarah wa iqtina).

B. Perbedaan Antara Bank Syari’ah dan Bank Konvensional

Dalam Bank Syari’ah, Islam memandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah titipan atau amanah Allah SWT sehingga cara memperoleh,

(3)

mengelola dan memanfaatkannya harus sesuai ajaran Islam. Bank Syari’ah juga mendorong nasabahnya untuk mengupayakan pengelolaan harta nasabah (simpanan) sesuai ajaran Islam. Sedangkan pada Bank Konvensional, kepentingan pemilik dana adalah memperoleh imbalan berupa bunga simpanan yang tinggi.

Perbedaan yang mendasar antara Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional, antara lain2[2]:

1. PerbedaanFalsafah

Perbedaan pokok antara Bank Konvensional dengan Bank Syari’ah terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank Syari’ah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan Bank Kovensional justru kebalikannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh Bank Syari’ah, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan adalah jualbeli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagihasil.

Dengan demikian sebenarnya semua jenis transaksi perniagaan melalui Bank Syari’ah diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba).

Riba secara sederhana berarti sistem bunga berbunga dalam semua prosesnya bisa mengakibatkan membengkaknya kewajiban salah satu pihak. Riba sangat berpotensi untuk mengakibatkan keuntungan besar disuatu pihak namun kerugian besar dipihak lain atau malah kedua-duanya.

2. Konsep Pengelolaan Dana Nasabah

(4)

jika dana nasabah tersebut di investasikan, maka karena konsep investasi adalah usaha yang menanggung risiko, artinya setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha yang dilaksanakan, didalamnya terdapat pula risiko untuk menerima kerugian, maka antara nasabah dan banknya sama-sama saling berbagi baik keuntungan maupun risiko.

Konsep bagi hasil ini hanya bisa berjalan jika dana nasabah di bank diinvestasikan terlebih dahulu kedalam usaha, barulah keuntungan usahanya dibagikan. Berbeda dengan simpanan nasabah di Bank Konvensional, tidak peduli apakah simpanan tersebut disalurkan kedalam usaha atau tidak, bank tetap wajib membayar bunganya.

Dengan demikian sistem bagi hasil membuat besar kecilnya keuntungan yang diterima nasabah mengikuti besar kecilnya keuntungan Bank Syari’ah. Semakin besar keuntungan Bank Syari’ah semakin besar pula keuntungan nasabahnya. Berbeda dengan Bank Konvensional, keuntungan banknya tidak dibagikan kepada nasabahnya. Tidak peduli berapapun jumlah keuntungan Bank Konvesional, nasabah hanya dibayar sejumlah prosentase dari dana yang disimpannya saja.

Selain itu ada tiga hal yang mencakup perbedaan antara Bank Syari’ah dan Bank Konvensional3[3], antara lain:

1. Akad dan Aspek Legalitas

Dalam Bank Syari’ah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Seringkali nasabah berani melanggar kesepakatan atau perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti. Akad dan legalitas ini merupakan kunci utama yang membedakan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional adalah innamala’malu bin niat (sesungguhnya setiap amalan itu bergantung dari niatnya). Dan dalam hal ini bergantung dari akadnya. Perbedaannya untuk akad-akad yang berlangsung pada Bank Syari’ah ini hanya akad yang halal, seperti bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa. Tidak ada unsur riba dalam bank syari’ah ini.

(5)

Setiap akad dalam perbankan syari’ah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad. Antara lain sebagai berikut: yang haram menjadi batal dalam hukum Syari’ah.

2) Harga barang dan jasa harus jelas.

3) Tempat penyerahan harus jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi.

4) Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan. .

Selanjutnya, perbedaan antara Bank Syari’ah dan Bank Konvensional adalah pada usaha yang dibiayai. Ada aturan bahwa usaha-usaha yang dibiayai oleh Bank Syari’ah ini hanyalah usaha yang halal. Sedangkan untuk usaha yang haram, seperti usaha minuman keras, usaha-usaha yang merusak masyarakat atau sejenisnya itu tidak akan dibiayai oleh Bank Syari’ah.

2. Badan Penyelesai Sengketa

Berbeda dengan perbankan Konvensional, jika pada perbankan Syari’ah terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di peradilan Negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi Syari’ah.

Lembaga yang mengatur hukum materi atau berdasarkan prinsip Syari’ah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI) yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.

3. Struktur Organisasi Bank Syariah

(6)

Pengawas Syari’ah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syari’ah.

Dewan Pengawas Syari’ah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektifitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syari’ah. Karena itu biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syari’ah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syari’ah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syari’ah Nasional.

a. Dewan Pengawas Syari’ah (DPS)

Dewan Pengawas Syari’ah berperan utama dalam mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syari’ah.

Dewan Pengawas Syari’ah dianjurkan untuk membuat pernyataaan secara berkala bahwa bank yang di awasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syari’ah.Tugas lain Dewan Pengawas Syari’ah adalah meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari bank yang di awasinya.

b. Dewan Syari’ah Nasional (DSN)

Dewan Syari’ah Nasional berfungsi untuk mengawai produk-produk lembaga keuangan syari’ah agar sesuai dengan Syari’at Islam.Dewan ini tidak hanya mengawasi Bank Syari’ah saja, tetapi juga mengawasi lembaga-lembaga lain seperti asuransi, reksadana, modal ventura dan lain sebagainya.Fungsi lain Dewan Syari’ah Nasional adalah meneliti dan memberikan fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga keuangan syari’ah.Dewan Syari’ah Nasional dapat memberikan teguran kepada lembaga keuangan syari’ah jika lembaga yang bersangkutan tersebut telah menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

BAB III PENUTUP

(7)

1. Bank Syari’ah berdasarkan bagi hasil dan margin keuntungan, sedangkan Bank Konvensional memakai perangkat bunga.

2. Pada Bank Syari’ah hubungan dengan nasabah Bank Syari’ah berbentuk kemitraan. Sedangkan pada Bank Konvensional hubungan itu berbentuk debitur – kreditur.

3. Bank Syari’ah melakukan investasi yang halal saja, sedangkan Bank Konvesional bisa halal, syubhat dan haram.

4. Bank Syari’ah berorientasi keuntungan duniawi dan ukhrawi, yakni sebagai pengamalan syari’ah. Sedangkan orientasi pada Bank Konbensioanal semata duniawi saja.

5. Bank Syari’ah tidak melakukan spekulasi mata uang asing dalam operasionalnya untuk meraup keuntungan, sedangkan Bank Konvensional banyak yang masih melakaukan. Bank Syari’ah tidak memandang uang sebagai komoditi, sedangkan Bank konvensional cenderung berpandangan demikian.4[4]

DAFTAR PUSTAKA

Hendi. 2010. Perbedaan Bank Syari’ahdan Bank Konvensional. http://ngenyiz.blogspot.com. (diakses pada tanggal 10 Oktober 2011 pukul 11:51 WIB)

(8)

Tukiran Yatmorejo. 2010. Pengertian Bank Syari’ah. http://ib -bloggercompetition.kompasiana.com. (diakses pada tanggal 10 Oktober 2011 pukul 12:13 WIB)

Habanto. 2008. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional. http://grou.ps. (diakses pada tanggal 10 Oktober 2011 pukul 11.36 WIB)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP terhadap jumlah daun, jumlah tunas, dan jumlah akar pisang raja bulu yang di

Karakteristik responden yang mengalami ISK berdasarkan paritas paling banyak terdapat pada ibu dengan multipara yaitu sebanyak 30 ibu hamil (73,2%). Analisa hubungan paritas

PDN lebih besar dari 0 memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap ROA , yaitu ketika PDN dengan prosentase lebih besar dari 0 berarti aktiva valas lebih besar

Ilustrasi dari adanya informasi yang tidak benar dikalangan remaja terdiri dari pengetahuan tentang fungsi hubungan seksual (mitos yang berkembang adalah hubungan

dengan ketentuan peraturan

Menyetujui dan mengesahkan Laporan Tahunan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017 termasuk menerima Laporan Pengawasan Dewan

Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dengan Judul Program Sumur Resapan Biopori Jumbo Sebagai Solusi Mengatasi banjir di Kelurahan Sumur Pancing

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah karakteristik teknologi dan karakteristik pengguna berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi kemudahan