• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS UNIVERSITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS UNIVERSITA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN BAHAN ORGANIK (BO) DAN pH TANAH

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH

Oleh :

ADI TRISTIANTO

512017603

FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

(2)

I. DASAR TEORI

Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya. Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan didalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Bahan organik menjadi salah satu indokator kesehatan tanah, karena memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri atas flora dan fauna, perakaran tanaman yang hidup dan yang mati, yang terdekomposisi dan mengalami modifikasi serta hasil sintesis baru yang berasal dari tanaman dan hewan. Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik, adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka kandungan bahan organik semakin berkurang (Hatta, DKK. 2011).

Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45%-60% dan konversi C-organik menjadi bahan = % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Bahan organik pada tanah merupakan komponen penting ditinjau dari siklus hara, siklus hidrologi, produktivitas, dan neraca karbon global. Secara global, tanah mengandung cadangan karbon lebih besar daripada kawasan daratan lainnya dan bahan organik pada tanah hutan merupakan ekosistem yang sangat dinamis. Kandungan bahan organik tanah dapat berubah sebagai akibat proses alami seperti suksesi dan akumulasi biomassa dan adanya faktor antropogenik, seperti konversi spesies penutup lahan dan panen (Sabaruddin, DKK. 2009).

Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap tanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah, ketersediaan hara terutama ketersediaan N P, K dan S (Subowo, 2010).

PH adalah tingkat keasaman atau suatu benda yang diukur dengan menggunakan skala PH antara 0 hingga 14. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi optimal dari tanaman adalah pH tanah. Reaksi tanah yang dinyatakan dengan pH menunjukkan sifat kemasaman atau konsentrasi ion H+ dan ion OH- dalam tanah. pH yang dibutuhkan oleh tanaman

(3)

sebab itu pH perlu diubah agar sesuai dengan kebutuhan tanaman. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+ di dalam tanah). Makin tinggi kadar ion H+ di dalam

tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dari ion-ion lain ditemukan pula

ion OH- yang jumlahnya berbanding terbalik dengan dengan banyaknya ion H+. Pada

tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedangkan pada tanah alkalis

kasndungan OH- lebih banyak daripada ion H+. Bila kandungan H+ sama dengan kandungan OH

-tanah bereaksi netral yaitu mempunyai Ph=7 (Nugroho, 2013).

Pentingnya pH adalah untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada tanaman yang sekitar pH netral, disebakan karena pH tersebut kebanyakan unsur hara larut dalam air. Ditinjau dari berbagai segi, tanah yang mempunyai pH antara 6-7 merupakan pH yang terbaik (netral), pada pH dibawah 7 merupakan tanah yang masam sehingga unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al sedangkan pada tanah alkalis pHnya berkisar antara 8-14 sehingga unsur P juga tidak dapat diserap oleh tanaman karena difikasi atau diikat oleh Ca. Penanggullangan tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan dengan menambah kapur pada tanah itu, sedangkan tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pHnya dengan cara penambahan belerang (Sabaruddin, DKK. 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion dan ion mineral tanah, air hujan dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah, selain itu bahan organik dan tekstur. Bahan organik mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah akan air. Semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan ion H+ sehingga tanah menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat yang dapat melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi. tanah yang banyak mengandung kation dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam (Nugroho, 2013).

II. TUJUAN

1. Mengetahui cara menetapkan bahan organik berdasarkan kadar unsur C (Spektrofotometer).

2. Mengetahui cara menetapkan pH pada sampel tanah dengan menggunakan pH meter.

3. Mengetahui pentingnya pH tanah terhadap pertumbuhan tanaman.

III. ALAT DAN BAHAN

(4)

 Pipet  Pilius  Timbangan  Spektofotometer  Corong

 Kertas saringan Bahan :

 Sampel Tanah  Akuades

 KCL

 K2Cr2O7

(5)

IV. LANGKAH KERJA

1. Pengujian pH aktual

a. Sampel tanah kering ditimbang sebanyak 10 gram

b. Kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur dan ditambahkan dengan akuades sebanyak 25 ml

c. Setelah itu dikocok selama 10 menit

d. Setelah tanah dan akuades dikocok lalu diukur pH tanah dan ECnya menggunakan pH meter

2. Pengujian pH potensial

a. Diambil tanah sebanyak 10 gram kemudian dimasukan kedalam gelas ukur b. Ditambahkan KCl sebanyak 25 ml setelah itu dikocok selama 10 menit c. Diukur pH tanahnya menggunakan pH meter

3. Pengujian bahan organik

a. Tanah ditimbang sebanyak 0,5 gram, dimasukkan kedalam gelas ukur b. Ditambahkan 5 ml larutan K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat sebanyak 10 ml

c. Didiamkan selama 10 menit, setelah 10 menit ditambahkan denagn akuades sebanyak 50 ml, lalu ditunggu selama 1 jam

d. Setelah 1 jam disaring lalu dimasukkan spektrofotometri.

V. HASIL PENGAMATAN

Daerah A B C BO Bobot

(6)
(7)

b=0,0015

Bahan organik merupakan hasil pelapukan mineral dari mikro organisme dan tumbuhan. Pelapukan mikro organisme bisa di dapat dari hewan mati di atas tanah. lama kelaman hewan tersebuat akan di dekomposisi oleh organisme decomposer, dan dari hasil dekomposisi inilah akan menambah kadar bahan organik atau membuat kadar organik baru yang belum terdapat dalam tanah. Bahan organik menjadi salah satu indokator kesehatan tanah, karena memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Disamping itu, bahan organik tanah memiliki fungsi–fungsi yang saling berkaitan.

(8)

obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Pada percobaan ini, untuk mengukur kandungan bahan organic diperlukan tambahan 5ml larutan K2Cr2O7 agar bereaksi dengan unsure C dan

ditambahkan juga 10ml H2SO4 pekat untuk mempercepat pengenceran. Saat pembuatan larutan

warna yang didapat yaittu warnah hijau kehitaman dan setelah disaring menggunakan corong dan kertas saring warna berubah menjadi warna hijau bening berbeda dari kelompok lain yang berwarna kuning/coklat. Kadar BO dari hasil yang sudah diperoleh yang sudah dihitung mengunakan rumus regresi menunjukan hasil sebesar 36,6 % BO yang terdapat dalam tanah. Kandungan Bo yang cukup tinggi ini menunjukan bahwa tanah yang sudah diambil sebagai sempel terlah terjadi dekomposisi bahan mineral yang cukup tinggi. Sehingga sumber hara dari tanah tersebut bisa ntuk mencukupi kebutuhan tanaman.

Nilai pH tanah merupakan reaksi tanah yang menunjukan sifat kemasaman tanah atau alkalinitas tanah. pH tanah berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari 7 disebut masam, dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion Hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun.

Dalam pengujian pH potensial yang dilakukan dengan menambahkan KCl pada sampel tanah didapatkan pH sebesar 6,74 pada kelompok 3. Hasil ini menunjukan sifat tanah yang netral, pH ini merupakan pH yang ideal untuh bercocok tanam bagi petani. Berdasarkan pengukuran pH secara aktual didapatkan lebih tinggi dari pada pengujian dengan pH potensial. Hal ini disebabkan pH yang diukur dengan akuades merupakan pH aktif, sedangkan pada pengujian pH secara potensial yang ukur pH aktif dan pH potensial. pH tanah sangat dibutuhkan oleh petani untuk melakukan budidaya tanaman, tidak hanya itu ada banyak manfaat dari pengukuran pH tanah tersebut diantarnya untuk menentukan mudah atau tidaknya unsur hara diserap tanaman, menunjukan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun dan mempengaruhi perkembangan mikroorganisme, contohnya bakteri akan berkembang dengan baik jika pH 5,5 atau lebih.

VII. KESIMPULAN

1. Cara untuk menetapkan BO dengan mengunakan sepektrofotometer yaitu ditambahkan 5ml larutan K2Cr2O7 dan ditambahkan juga 10ml H2SO4 pekat serta didiamkan selama 10 menit.

(9)

2. Langkah yang digunakan untuk menetapkan pH yaitu dengan menggunakan pH meter dengan menambahkan KCl sebanyak 25 ml setelah itu dikocok selama 10 menit. Kemudian sampel tanah diukur menggunakan pH meter.

3. Pentingnya pH adalah untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada tanaman yang sekitar pH netral, disebakan karena pH tersebut kebanyakan unsur hara larut dalam air. Sehingga tanaman akan tetap subur karena kebutuhan air serta unsur hara terpenuhi.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Hatta, M. 2011. Jurnal Floratek. Aplikasi Perlakuan Permukaan Tanah dan Jenis Bahan Organik. 1 (1) 3-4.

Nugroho, C. T., Oksana, dan Aryanti, E., 2013. Jurnal Agroteknologi. Analisis Sifat Kimia Tanah. 4 (1) 25-30.

Sabaruddin, DKK. 2009. Hubungan antara Kandungan Bahan Organik Tanah dengan Periode Keasaman Tanah Serta pH Tanah. Kandungan Bahan Organik Dan pH Tanah. Vol. 14, No.2, 2009: 105-110

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi sudah memiliki data-data jurusan teknik informatika seperti data mahasiswa, data dosen tetap, data jadwal mengajar program D3, data jadwal mengajar program S1,

Šiuolaikinis vartojimo įreikšminimas , pa- verčiantis jį vartotojiškumu kaip esminiu kultūrinio gyvenimo modeliu ir žmonių socialinio politinio bendrabūvio pagrindu; taip

- Tidak Dinyatakan Berbeda; Nch - Norma Chili; NO(A)EC - Tidak Ada Konsentrasi Efek (Negatif) yang Teramati; NO(A)EL - Tidak Ada Tingkat Efek (Negatif) yang Teramati; NOELR -

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi berupa check list yang terdiri atas lembar observasi A digunakan untuk mengetahui

Ang bawat mag – aaral ay susulat ng isang talatang naglalarawan sa masining na paraan na tumatalakay sa mga pangyayari sa kanilang buhay o sa buhay ng iba na pumapaksa tungkol

memiliki kemampuan merencanakan alat permainan untuk pendidikan anak usia dini, karena alat permainan yang dirancang dengan baik akan lebih menarik dari pada alat

Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre-experimental dengan meng- gunakan model one-shot case study, dimana suatu kelompok sampel diberi sebuah perla- kuan dan

ambeyen atau bisa juga disebut ambeien atau wasir adalah suatu kondisi atau keadaan dimana penderita mengalami pembengkakan yang terjadi di sekitar anus karena adanya