Kementerian Negara Riset dan Teknologi
Republik Indonesia
INDONESIA 2005 -
2025
BUKU PUTIH
Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Bidang Sumber Energi Baru dan Terbarukan
untuk Mendukung Keamanan Ketersediaan
Energi Tahun 2025
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN
Dalam tata informasi, terdapat 9 dokumen dan produk hukum yang berkaitan
dengan kebijakan penyelenggaraan pembangunan Iptek di Indonesia, yaitu UUD
1945, UU No. 18 tahun 2002, Inpres No. 4 tahun 2003, Peraturan Pemenrintah No.
20 tahun 2005, Visi Misi Iptek 2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) 2005-2009, Visi Misi Lembaga Litbang dan yang terakhir adalah Naskah
akademik dalam bentuk “Buku Putih”. Muara dari seluruh informasi, dokumen dan
arahan itu adalah Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (JAKSTRANAS IPTEK 2005-2009), yang merupakan pedoman arah,
prioritas dan kerangka kebijakan pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi
tahun 2005-2009.
Mengikuti arahan pembangunan sebagaimana digariskan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah 2005-2009 dan dirumuskan strateginya secara
mendalam dalam JAKSTRANAS IPTEK 2005-2009, maka naskah akademik “buku
putih” disusun dalam 6 bidang fokus yaitu pangan, energi, transportasi, teknologi
informasi, teknologi pertahanan dan kesehatan.
Tujuan penting yang hendak dicapai dengan penyusunan naskah akademik
”buku putih” adalah memberikan dukungan informasi dan landasan akademik setiap
bidang fokus dan juga memberikan tahapan pencapaian atau ”roadmap” dari
strategi pembangunan Iptek sebagaimana direncanakan dalam RPJM 2005-2009
atau dirumuskan sebagai kebijakan strategis di dalam JAKSTRANAS IPTEK
Diharapkan melalui Buku Putih Penelitian, Pengembangan Dan Penerapan
Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Energi Baru Dan Terbarukan Untuk
Mendukung Keamanan Ketersediaan Energi Tahun 2005 - 2025 ini seluruh pihak
yang berkepentingan dengan pembangunan Iptek di Indonesia, baik pemerintah,
swasta, perguruan tinggi maupun lembaga litabang dapat memanfaatkan
sebaik-baiknya informasi yang disampaikan, untuk diterapkan sebagai bagian strategi yang
disusun oleh masing-masing institusi.
Jakarta, Agustus 2006
Menteri Negara Riset dan Teknologi
DAFTAR
ISI
Hal
Sambutan
i
Daftar isi ... iii
Daftar Singkatan dan Gambar ... ii
I. PENDAHULUAN... 1
II. KONDISI SEKARANG ... 2
2.1 Ketersediaan Energi Saat Ini ... 2
2.2 Antisipasi Terhadap ”Doomsday” Energi dan Usulan
untuk Menyelesaikannya ...
4
2.3 Pandangan Pemangku Kepentingan (Stakeholder) ... 10
III. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS ...
12
3.1 Kekuatan dan Kelemahan ... 12
3.2 Peluang dan Tantangan ... 12
3.3 Solusi ... 13
IV. BUKU PUTIH PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN
PENERAPAN IPTEK ENERGI BARU DAN TERBARUKAN MENDUKUNG
KETERSEDIAAN ENERGI 2025 ...
15
4.1 Visi ... 15
4.2 Misi ... 15
4.3 Tujuan ...
15
4.4 Sasaran ... 15
4.5 Metodologi ... 16
4.6 Roadmap ... 17
4.7 Strategi ... 17
4.8 Rekomendasi Kebijakan ... 20
4.9 Prakondisi dan Indikator Keberhasilan ... 20
V. PENUTUP ...
22
Daftar Pustaka ... 23
Anggota Gugus Tugas Energi dan Nara Sumber ... 24
Lampiran Roadmap Sektor Energi...
28
1
Roadmap sektor energi Bio-Diesel ... 29
2
Roadmap sektor energi Bio-Ethanol ...
34
3
Roadmap sektor energi Bio-Oil ...
39
4
Roadmap sektor energi Pure Plant Oil ...
42
5
Roadmap sektor energi Bahan Bakar Padat & Gas dari Biomassa ...
45
6
Roadmap sektor energi Panas Bumi ...
48
7
Roadmap sektor energi Angin / Bayu ...
53
8
Roadmap sektor energi Mikro Hidro ...
56
9
Roadmap sektor energi Surya (Fotovoltaik) ...
59
10 Roadmap sektor energi Surya / Thermal ...
63
11 Roadmap sektor energi Arus Laut ...
67
12 Roadmap sektor energi Gelombang ...
70
13 Roadmap sektor energi Hidrogen/Fuel Cell ...
73
14 Roadmap sektor energi Nuklir ...
77
15 Roadmap sektor energi Batubara ...
83
16 Roadmap sektor energi Gas Bumi ...
87
17 Roadmap sektor energi Minyak Bumi ...
93
DAFTAR SINGKATAN
No
Singkatan
Kepanjangan
1
SBM
Setara Barel Minyak
2 BOE
Barrels
of
Oil Equivalent
3
TWh
Terra Watt-hours (Terrawatt-jam =TWjam)
4 TWth
Terra
Watt-tahun
5 GWth
Gega
Watt
tahun
6
MMBTU
Millions British Thermal Unit
7
TSCF
Trillion Standard Cubic Feet
8
NPV
Net Present Value
9
FOB
Free on Board
10
PLTU
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (Batubara, Minyak, Gas)
11
PLTB
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
12
PLTS
Pembangkit Listrik Tenaga Surya
13
PLTMH
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
DAFTAR GAMBAR
No.
N a m a G a m b a r
Hal
1
Proyeksi kebutuhan energi final Nasional per sektor
5
2 Proyeksi
penyediaan energi nasional
6
3
Proyeksi produksi pembangkitan listrik Nasional
6
4
Produksi listrik Jamali sesuai jenis bahan bakarnya
7
5
Grafik proyeksi ekspor-impor minyak mentah dan BBM
7
6
Grafik emisi gas buang sektor energi
8
I. PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan unsur kemajuan peradaban
manusia yang sangat penting, karena melalui kemajuan IPTEK, manusia dapat
mendayagunakan kekayaan dan lingkungan alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupannya. Kemajuan IPTEK
juga mendorong terjadinya globalisasi budaya kehidupan manusia karena manusia
semakin mampu mengatasi dimensi jarak dan waktu dalam kehidupannya.
Penguasaan Iptek suatu bangsa akan sangat mempengaruhi posisi tawar dalam
persaingan global. Beberapa indikasi sering diungkapkan di media ataupun dalam
pembicaraan di masyarakat, yaitu bahwa masyarakat Indonesia secara umum masih
tertinggal tingkat kesejahteraan dan pendidikannya, lemah dalam menghasilkan
karya yang inovatif dan kurang kreatif . Oleh karena itu
bangsa Indonesia belum
sepenuhnya mandiri di tengah persaingan dengan bangsa lain di dunia.
Sudah diakui dunia, bahwa salah satu faktor penting penentu daya saing suatu
negara adalah penguasaan teknologi. Semua hal tersebut di atas mendasari visi
penelitian, pengembangan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(litbangrap IPTEK) bidang energi, yaitu: ”Terwujudnya ketersediaan energi yang
didukung kemampuan nasional IPTEK” yang mengacu pada amanat Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Undang-undang No 18 tahun 2002 tentang
Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan
,
dan Penerapan Iptek, Inpres No.
4/2003 tentang Pengkoordinasian Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan Strategis
Pembangunan Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
dan Perpres No. 5/2006
tentang Kebijakan Energi Nasional.
Mengingat bahwa Pemerintah Indonesia mempunyai keterbatasan dalam sarana dan
pra-sarana yang diperlukan untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka langkah
yang fokus dan strategis sangat diperlukan, sehingga pencapaian tujuan dari Visi
IPTEK 2025 Kementerian Ristek dapat berhasil. Dalam sistem nasional penelitian,
pengembangan dan penerapan Iptek, ada langkah yang dipandang sangat
mendesak, yaitu langkah yang harus dilakukan segera (urgent) untuk kelangsungan
hidup (survival) bangsa; dan ada langkah yang penting (important), yaitu langkah
yang strategis dan jangka panjang untuk kemandirian bangsa, dengan tetap
II. KONDISI SEKARANG
2.1. Ketersediaan Energi Saat Ini
Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan
lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan serta merupakan pendukung bagi
kegiatan ekonomi nasional. Penggunaan energi di Indonesia meningkat pesat
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Sedangkan
akses ke energi yang andal dan terjangkau merupakan prasyarat utama untuk
meningkatkan standar hidup masyarakat.
Keterbatasan akses ke energi komersial telah menyebabkan pemakaian energi per
kapita masih rendah dibandingkan dengan negara lainnya. Konsumsi per kapita
pada saat ini sekitar 3 SBM yang setara dengan kurang lebih sepertiga konsumsi per
kapita rerata negara ASEAN. Dua pertiga dari total kebutuhan energi nasional
berasal dari energi komersial dan sisanya berasal dari biomassa yang digunakan
secara tradisional (non-komersial). Sekitar separuh dari keseluruhan rumah tangga
belum terjangkau dengan sistem elektrifikasi Nasional.
Data dari dokumen HDI (Human Development Index) tahun 2005 menyebutkan
bahwa konsumsi tenaga listrik/orang di Indonesia masih 463 kWh/cap. Angka ini
masih di bawah negara tetangga kita Malaysia, (3.234 kWh/cap), Thailand (1.860
kWh/cap), Filipina (610 kWh/cap), dan Singapura (7.961 kWh/cap).
Sumberdaya energi primer baik energi fosil maupun energi terbarukan yang ada di
Indonesia saat ini dapat ditunjukkan dalam tabel 1 berikut. Sumber energi
terbarukan, antara lain panas bumi, biomasa, energi surya dan energi angin relatif
cukup besar.
Penggunaan energi sampai saat ini secara ekonomi juga belum optimal, hal ini
ditunjukkan oleh elastisitas penggunaan energi yang masih di atas 1 (satu) dan
intensitas pemakaian energi yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas
rerata dari negara ASEAN. Indonesia memerlukan energi sekitar 4,1 kg setara
minyak untuk menghasilkan setiap $
1GDP (GDP per unit of energy use 2000 PPP
US$ per kg of oil equivalent). Sedangkan negara-negara lainnya memerlukan kurang
dari angka tersebut untuk menghasilkan GDP yang sama.
Tabel 1. Sumber Energi Primer di Indonesia (Tahun 2005)
2JENIS ENERGI FOSIL
SUMBER
DAYA CADANGAN
PRODUKSI (per Tahun)
RASIO CAD/PROD (tanpa ekplorasi)
Tahun
Minyak 86,9
miliar barel
9,1 miliar barel
387
juta barel 23
Gas 384,7
TSCF
185,8 TSCF (P1+P2)
2,97
TSCF 62
Batubara 58
miliar ton
19,3 miliar ton
132
ENERGI NON FOSIL
SUMBER DAYA
SETARA PEMAN FAATAN
KAPASITAS TERPASANG
Tenaga Air 845,0
juta BOE 75,67 GW 6.8851,0 GWh 4,2 GW
Panas Bumi 219,0
juta SBM 27,14 GW 2.593,50 GWh 0,852 GW
Mini/micro hydro 0,46 GW 0,46 GW 0,084 GW
Biomassa 49,81 GW 0,302 GW
Tenaga Surya 4,80
kWh/m2/hari 0,008 GW
Tenaga Angin 9,29 GW 0,0005 GW
Uranium 24.112 ton*) 33,0 GW*)
*)hanya di daerah Kalan, Kalimantan Barat 1)PPP tahun 2000
2) DESDM
Kita harus bersyukur bahwa negara kita dikaruniai dengan berbagai jenis sumber
energi, meskipun tidak banyak dibandingkan dengan cadangan dunia. Namun
apabila diperhatikan bahwa jumlah penduduk Indonesia juga cukup banyak, maka
cadangan per-kapita ternyata tidak cukup besar. Oleh karena itu kita harus cermat
dalam mengelola sumber energi tersebut.
Penggunaan BBM meningkat pesat, terutama untuk transportasi, yang sulit
digantikan oleh jenis energi lainnya. Ketergantungan kepada BBM masih tinggi, lebih
dari 60 persen dari konsumsi energi final. Pembangkitan tenaga listrik di beberapa
lokasi tertentu masih mengandalkan BBM karena pada waktu yang lalu harga BBM
masih relatif murah (karena di subsidi), jauh dari sumber batubara, jaringan pipa gas
bumi masih terbatas,
lokasi potensi tenaga air yang jauh dari konsumen dan
pengembangan panas bumi serta energi terbarukan lain yang relatif masih lebih
mahal.
Kebutuhan energi dalam negeri selama ini dipasok dari produksi dalam negeri dan
sebagian dari impor, yang pangsanya cenderung meningkat. Komponen terbesar
dari impor energi adalah minyak bumi dan BBM. Kemampuan produksi lapangan
minyak bumi semakin menurun sehingga membatasi tingkat produksinya. Dalam
satu dekade terakhir, kapasitas produksi kilang BBM dalam negeri tidak bertambah,
sedangkan permintaan BBM di dalam negeri meningkat dengan cepat. Pada tahun
2005 peranan minyak bumi impor untuk kebutuhan bahan baku kilang BBM sudah
mencapai 40 persen sedangkan peranan BBM impor untuk pemakaian dalam negeri
mencapai 32 persen.
Ekspor minyak dan kondensat cenderung semakin menurun sejalan dengan produksi
minyak dalam negeri yang cenderung terus menurun karena penuaan sumur yang
ada dan juga keterlambatan investasi untuk eksplorasi dan eksploitasi sumber
minyak baru. Bilamana tidak segera ditemukan sumber minyak baru, Indonesia akan
semakin menjadi negara “net oil importer country” seperti yang sudah terjadi saat ini.
Suatu gejala yang cukup merisaukan bagi keberlanjutan penyediaan energi jangka
panjang, apalagi di tengah harga minyak internasional yang semakin tinggi seperti
sekarang ini.
BBM (bersubsidi) kecuali PLTMH. Sampai dengan tahun 2005, kapasitas terpasang
energi baru dan terbarukan hanya sekitar 3,0 % dari potensi yang tersedia.
Kapasitas terpasang dari PLTS sebesar 8 MW, dari PLTB sebesar 0,5 MW, dari
PLTMH sebesar 54 MW dan dari PLT terbarukan lainnya (biomassa) sebesar 302,5
MW. Sedangkan energi nuklir belum dapat dimanfaatkan meskipun sudah dapat
mencapai nilai keekonomiannya, karena adanya hambatan dari aspek penerimaaan
masyarakat dan besarnya investasi awal yang dibutuhkan.
2.2. Antisipasi terhadap ”
Doomsday
” Energi dan usulan untuk
menyelesaikannya
Kondisi kehidupan yang bergantung pada BBM
import yang semakin besar, harga
minyak yang cenderung meningkat, subsidi yang sulit dihentikan, dan penggunaan
energi yang sangat boros, serta pertumbuhan penduduk masih tinggi, akan
membawa kehidupan ke berbagai permasalahan yang menghambat pertumbuhan
ekonomi. Apabila kondisi buruk ini (doomsday) terjadi, maka akan sulit untuk
memperbaikinya.
Pada saat ini kondisi energi nasional mengalami masa transisi dari
monopoli-sentralisasi ke arah terbuka-demonopoli-sentralisasi. Tantangan globalisasi dan reformasi
telah membentuk restrukturisasi sektor energi agar dapat meningkatkan efisiensi dan
transparansi. Penggunaan energi nasional meningkat pesat sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Sedangkan akses ke energi
yang andal dan terjangkau merupakan salah satu prasyarat penting untuk
meningkatkan standar hidup masyarakat.
Untuk itu diperlukan suatu kebijakan nasional jangka panjang di bidang energi yang
dapat menjawab beberapa tantangan utama yang tengah dihadapi masyarakat
Indonesia dalam mewujudkan penyediaan energi yang berkelanjutan (energy
sustainability). Penyediaan energi berkelanjutan meliputi antara lain: memperluas
akses kepada kecukupan pasokan energi, andal dan terjangkau dengan
memperhatikan seluruh sarana/prasarana yang diperlukan (energy security) dan
dampak lingkungan yang ditimbulkan. Untuk itu perlu dibuat suatu studi perencanaan
energi jangka panjang yang dapat
memberikan kepastian jaminan pasokan energi
yang berkelanjutan.
Kondisi yang sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan energi nasional
dapat disebut sebagai “Doomsday Scenario” yaitu keterpurukan di bidang
penyediaan energi yang akan berdampak besar pada kehidupan sosial, politik,
ekonomi dan lingkungan di Indonesia.
Studi perencanaan energi yang dilakukan pada tahun 2003/2004 terdiri atas empat
tahap perhitungan yaitu mengembangkan sebuah skenario yang realistik, membuat
proyeksi kebutuhan (demand), membuat rencana pengembangan pembangkit listrik,
membuat kesetimbangan energi yang mempertemukan kebutuhan dan pasokan
(supply) berdasar prinsip market equilibrium. Studi ini memperkirakan pertumbuhan
penduduk rerata 1,4% per tahun atau dari 212 juta tahun 2002 menjadi 273 juta pada
tahun 2020. Sedangkan pertumbuhan ekonomi diasumsikan rerata sekitar 6%
pertahun. Harga minyak bumi diasumsikan 25 US$/barrel di awal studi dan
meningkat menjadi 28 $/barrel, harga batubara 24 US$/ton dan meningkat menjadi
27 US$/ton, harga gas adalah 2.2 US$/MMBTU (FOB) dengan peningkatan sesuai
harga minyak dan dengan discount rate 10%.
energi. Pada tahun 2005 harga minyak dunia rata-rata sebesar 53 US$/barel,
harga-harga energi fosil biasanya menyesuaikan dengan harga minyak bumi.
Dengan kondisi seperti ini, permasalahan energi di Indonesia menjadi semakin berat.
Mengingat wilayah Indonesia sangat luas, maka untuk dapat lebih merefleksikan
perkembangan masing-masing daerah dalam studi ini wilayah Indonesia dibagi
menjadi empat wilayah, yaitu: Jawa, Madura dan Bali (Jamali), Sumatra, Kalimantan,
dan Pulau Lain (Sulawesi, Maluku, Papua, NTB dan NTT). Pada bahasan tentang
permasalahan yang terkait dengan Doomsday Scenario, yang sering dimunculkan
adalah disparitas antara Jawa, Madura dan Bali (Jamali) dan Luar Jawa, karena di
kedua sisi wilayah tersebut muncul perbedaan besar hampir di semua sektor,
khususnya di sektor energi, baik dari sisi kebutuhan maupun dari sisi penyediaan.
Hasil proyeksi kebutuhan energi (demand) dan hasil proyeksi penyediaan energi
(supply):
Gambar 1. Proyeksi Kebutuhan Energi Final Nasional per Sektor (GWth) 0.00
50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00
2002 2005 2010 2015 2020
Industry Freight transp. Passenger transp. Households Services
673 Juta SBM
Gambar 2. Proyeksi Penyediaan Energi Nasional (KSBM)
Hasil proyeksi kapasitas pembangkitan listrik nasional:
Gambar 3. Proyeksi Produksi Pembangkitan Listrik Nasional (TWjam)
-200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000
2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020
K SMB
Minyak Gas
Batubara Biomassa,E. Matahari Panas Bumi,Hidro Nuklir
86,3 Twh -50 100 150 200 250 300 350 400 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0 TWh
Gambar 4. Produksi Listrik Jamali sesuai Jenis Bahan Bakarnya (Juta SBM)
Hasil proyeksi ekspor-impor energi dan hasil proyeksi emisi gas buang
Gambar 5. Grafik Proyeksi Ekspor-Impor Minyak Mentah dan BBM
Produksi Listrik Menurut Jenis Bahan Bakar Pembangkit
-50 100 150 200 250 300
2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024 Juta SBM
PLTN TENAGA AIR PANAS B GAS MINYAK BATUBARA
-200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020
KSBM
Jumlah Emisi Tahunan, Ribu Ton
10 100 1000 10000 100000 1000000
2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020
CO2 NO x SO x CH4 PM10
Gambar 6. Grafik Emisi gas buang sektor energi
Hasil proyeksi nilai ekonomi sektor energi (NPV):
NPV Tahunan
0.00 5,000.00 10,000.00 15,000.00 20,000.00 25,000.00 30,000.00 35,000.00
2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020
Tahun
J
u
ta
D
o
ll
a
r
Skenario Dasar Skenario-B Selisih
Gambar 7. NPV tahunan sektor energi.
1.
K
ebutuhan energi nasional akan meningkat dari 122 GWth (674 juta SBM) pada
tahun 2002 menjadi 304 GWth (1680 juta SBM) pada tahun 2020, meningkat sekitar
2,5 kali lipat atau naik dengan laju pertumbuhan rerata tahunan sebesar 5,2%.
Sekitar 51 % dari kebutuhan energi nasional ini akan digunakan di wilayah
Jawa-Madura-Bali (Jamali).
2. Kebutuhan energi untuk listrik meningkat dengan laju pertumbuhan tertinggi dari
112,2 TWjam pada tahun 2002 menjadi 356,8 TWjam pada tahun 2020, mening
kat sekitar 3.2 kali lipat, atau dengan pertumbuhan rerata 6,6% per tahun.
Sekitar 68 % dari kebutuhan listrik nasional ini akan digunakan di wilayah Jamali.
3. Dalam waktu dekat Indonesia sudah akan menjadi net importer untuk total minyak
mentah dan BBM. Pada tahun 2002 import BBM mencapai sebesar 126,8 juta
BOE dan akan meningkat menjadi 797,7 juta BOE (6,3 kali lipat). Sedangkan net
importer hanya minyak mentah baru akan terjadi pada tahun 2011, dimana pada
tahun 2020 jumlah impor minyak mentah diperkirakan mencapai 207,2 juta barel
per tahun atau sekitar 1,7 kali lipat dari impor pada tahun 2002 yang berjumlah
123,9 juta barel.
14. Konsumsi total batubara pada tahun 2002 mencapai 22,8 juta ton. Dari jumlah
tersebut 78,7% digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik. Sampai dengan
tahun 2020 akan terjadi peningkatan penggunaan energi batubara secara
besar-besaran di bidang pembangkitan listrik dari 50 TWjam menjadi 320 TWjam (4,6
kali lipat). Pasokan batubara akan terus meningkat sehingga pada tahun 2020
akan dibutuhkan batubara sebanyak 108,3 juta ton, dan sekitar 84,2% dari total
produksi tahunan batubara akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan di Jawa.
5. Sampai tahun 2020 total produksi gas di proyeksikan mencapai 63,58 TSCF,
sebagian berasal dari cadangan gas yang telah terikat dalam kontrak jangka
panjang (committed), sisanya berasal dari cadangan gas yang belum terikat
kontrak (non committed). Pada tahun 2020 masih cukup tersedia sisa cadangan
sebesar 123,41 TSCF atau lebih dari setengah total cadangan gas (proven,
probable, possible) sebesar 185 TSCF.
6. Peningkatan emisi gas buang hasil pembakaran berupa CO
2dari 183,1 juta Ton
pada tahun 2002 menjadi 584,9 juta Ton pada tahun 2020 (3,2 kali lipat), NO
Xdari 651,5 ribu Ton pada tahun 2002 menjadi 2.292,5 ribu Ton pada tahun 2020
(3,5 kali lipat), SO
xdari 192,5 ribu Ton pada tahun 2002 menjadi
600 juta Ton
pada tahun 2020 (3,1 kali lipat), CH
4dari 131,7 ribu Ton pada tahun 2002
menjadi 286,7 juta Ton pada tahun 2020 (2,2 kali lipat), abu terbang dari 81,2
ribu Ton pada tahun 2002 menjadi 238,1 ribu Ton pada tahun 2020 (2,9 kali
lipat).
7. Dengan harga energi yang lebih tinggi (Skenario B), maka perbandingan nilai
uang ( net present value -NPV) yang dibelanjakan di sektor energi akan menjadi
lebih tinggi sekitar 19 %. Hal ini akan mempersulit neraca keuangan negara dan
masyarakat, karena akan menyebabkan peningkatan subsidi yang selanjutnya
akan menurunkan daya saing bangsa, sehingga akan dapat mengganggu laju
pertumbuhan ekonomi nasional dan akhirnya akan berdampak pada program
pembangunan nasional.
Perkembangan tentang ketersediaan energi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh
situasi internasional, terutama terkait dengan harga minyak mentah internasional.
Sejak akhir tahun 2004 pada saat studi tentang kondisi “doomsday scenario” selesai,
1
harga minyak mentah telah bergejolak dan bahkah sampai saat ini masih
memperlihatkan situasi yang belum kembali ke harga yang semula digunakan
sebagai referensi dalam kajian tersebut.
Perkembangan ini juga sangat berpengaruh terhadap konsep pengelolaan energi
Nasional. Blue-print Pengelolaan Energi Nasional yang dibuat pada awal tahun 2005
selalu harus direvisi untuk mengakomodasikan kondisi perubahan harga minyak
mentah yang akhirnya juga mempengaruhi harga energi fosil lainnya. Sampai
akhirnya pada awal tahun 2006, Kebijakan Energi Nasional dituangkan dalam bentuk
Perpres No. 5 tahun 2006, yang pada prinsipnya, isinya menekankan pada:
1.
Mengoptimalkan penggunaan bauran energi (diversifikasi)
2.
Melakukan penghematan dan meningkatkan efisiensi energi (konservasi)
3.
Menggunakan sumber energi baru dan terbarukan yang sudah siap secara teknis
maupun ekonomis serta ramah lingkungan, seperti:
•
Bahan Bakar Nabati (biodiesel, bio-ethanol/gasohol, bio-oil dan Pure Plant Oil)
•
Bahan bakar sintetis ( Batubara Cair, GTL, DME,dll)
•
Panas Bumi
•
Mini dan mikro hidro
•
Nuklir
•
Surya
•
Angin/bayu
•
Hidrogen (fuel cell).
•
Energi arus & gelombang samudera
4.
Meningkatkan eksplorasi energi fosil (intensifikasi)
5.
Meningkatkan pengembangan dan pembangunan infrastruktur energi, baik disisi
hulu maupun disisi hilir, seperti:
•
Industri pengilangan minyak dan sarana transportasinya
•
Instalasi pemipaan atau terminal LNG dan sarana distribusinya
•
Sarana transportasi dan pelabuhan batubara
•
Pembangkit listrik dan sarana transmisi serta distribusinya.
6.
Memperhatikan permasalahan lingkungan, khususnya di Jawa yang mempunyai
populasi sekitar 945 orang/km
2, antara lain:
•
Pengembangan teknologi energi fosil bersih
•
Melakukan penelitian daya dukung lingkungan (lokasi, populasi, sos-bud, dll)
•
Melakukan penelitian dan kajian tentang dampak lingkungan dan biaya
kerugian yang ditimbulkannya (eksternalitas).
7.
Melakukan kegiatan penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan
dan teknologi pada sektor tersebut di atas, serta melibatkan industri nasional
dalam rangka peningkatan kemampuan nasional.
2.3. Pandangan Pemangku Kepentingan (
Stakeholder
)
III. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS
3.1. Kekuatan dan Kelemahan
a. Letak Indonesia di antara 6° Lintang Selatan dan 11° Lintang Utara membentang
di sepanjang garis khatulistiwa. Posisi ini memberikan intensitas sinar matahari
yang cukup besar dan stabil sepanjang tahun. Energi matahari semacam ini
merupakan modal dasar untuk pengembangan sumber energi, khususnya energi
surya.
b. Kondisi geografis Indonesia yang spesifik memungkinkan terjadinya pola angin
yang bermacam-macam, diantaranya mempunyai prospek dalam pengembangan
Energi Angin (Bayu). Demikian pula adanya potensi dinamika lautan dapat
dijadikan sebagai sumber energi samudera.
c. Limpahan energi surya hampir sepanjang tahun serta kecukupan air memberikan
jaminan terjadinya proses fotosintesa atau asimilasi untuk produksi biomassa
yang dapat dijadikan sebagai modal dasar dalam pengembangan energi
biomassa.
d. Indonesia mempunyai struktur geologi yang memiliki potensi sumber energi
seperti batu bara, gas, minyak bumi, panas bumi. Walaupun sumber energi
tersebut sebagian sudah sekian lama dieksploitasi (kecuali panas bumi) sehingga
jumlah cadangannya sudah mulai menyusut, namun eksplorasi masih membuka
peluang untuk mendapatkan sumber energi.
e. Indonesia terdiri atas 17 ribu lebih pulau besar dan kecil. Kondisi alam demikian
membuat sistem transportasi dan distribusi energi memerlukan perencanaan dan
penanganan yang tidak mudah.
f. Indonesia
tergolong
negara berpenduduk padat. Jumlah penduduk tahun 2005
telah mencapai sekitar 220 juta. Lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal
di pulau Jawa. Jumlah dan sebaran penduduk tersebut memerlukan sumber
energi yang besar sesuai dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat.
g. Emisi gas CO
2dan CH
4berperan penting dalam gejala pemanasan global atau
dikenal sebagai gejala rumah kaca (green house effect) yang diikuti oleh
penipisan lapisan ozon, telah menimbulkan ketidak-teraturan iklim dunia. Dampak
ini dapat berpengaruh terhadap pola iklim di Indonesia, mengganggu ekosistem,
merusak SDA hayati yang merupakan sumber energi berbasis biomassa. Oleh
karena itu pengelolaan sumber daya alam dan pengembangan energi yang
berbasis pada sumber energi terbarukan (seperti antara lain biomassa, panas
bumi, surya, angin dll.) harus menjadi pertimbangan yang utama dalam
pengelolaan dan pemakaian sumber energi dimasa datang.
h. Tingkat kesejahteraan dan daya beli sebagian masyarakat Indonesia masih
rendah sehingga menuntut penyediaan energi yang terjangkau dan rasional.
i. Pola hidup sebagian besar masyarakat yang bersifat konsumtif dan budaya tidak
hemat memberikan dampak pada pemborosan sumber daya energi.
j. Budaya masyarakat yang kurang mencintai produk bangsa sendiri dapat
menghambat pengembangan litbangrap di bidang energi.
3.2. Peluang dan Tantangan
a. Potensi iklim tropis basah dan sinar matahari merupakan “dapur” yang sangat
produktif untuk produksi biomassa melalui proses asimilasi yang merupakan
keunggulan komparatif terhadap negara lain.
b. Indonesia dengan penduduk yang demikian besar merupakan pangsa pasar yang
potensial. Namun demikian, pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat
menjadikan beban dalam mengupayakan pemenuhan ketersediaan energi.
c. Penyebaran penduduk Indonesia di berbagai pulau dan tidak merata memberikan
dampak terhadap distribusi penyediaan energi.
d. Pelaksanaan otonomi daerah yang konsisten diharapkan dapat memacu
pengembangan sumber energi sesuai dengan potensi dan kompetensi daerah.
e. Keberhasilan IPTEK bidang energi di negara maju dapat merupakan peluang
untuk alih teknologi dengan memanfaatkan teknologi informasi.
f. Terbukanya kerjasama dengan pihak asing di bidang IPTEK dapat memberikan
peluang untuk kegiatan litbangrap di bidang energi. Kerja sama ini sangat
menguntungkan ditengah minimnya anggaran pemerintah untuk penelitian masih
sangat minim.
g. Banyaknya komponen impor untuk kegiatan produksi dan distribusi sumber
energi dari luar (impor). Hal ini merupakan peluang untuk dapat disubstitusi
dengan hasil litbangrap nasional.
h. Issue global yang dihembuskan negara maju seperti isu HAM, demokrasi,
lingkungan hidup, Trades-related Intellectual Properties Rights (TRIPs),
penerapan standar internasional (ISO 14000 tentang menejemen lingkungan
hidup) dapat merupakan tantangan bagi dunia usaha Indonesia yang bergerak di
bidang energi.
i. Pengaruh kepentingan negara maju terhadap negara produsen minyak di Timur
Tengah masih merupakan faktor yang dominan dalam penciptaan fluktuasi harga
minyak dunia. Hal ini dapat berpengaruh pada kondisi pasar energi di dalam
negeri, dan dalam jangka panjang dapat berpengaruh pada litbangrap energi.
j. Masih rendahnya minat investor untuk melakukan kegiatan investasi di bidang
energi.
k. Meningkatnya pembangunan di sektor industri dan transportasi meningkatkan
kebutuhan energi. Hal ini merupakan permasalahan tersendiri dalam pemenuhan
kebutuhan energi.
l. Tingginya kebutuhan energi memerlukan inovasi dalam berbagai sumber energi
sehingga diperlukan sumber daya manusia yang memiliki ketrampilan dan
kompetensi,
m. Banyak hasil litbangrap dalam negeri bidang energi belum dapat didayagunakan
secara maksimal, karena masih banyak yang belum berorientasi ekonomi dan
pasar kurangnya kerja sama antara lembaga litbang dengan dunia usaha.
3.3. Solusi
IV. BUKU PUTIH PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN IPTEK
ENERGI BARU DAN TERBARUKAN UNTUK MENDUKUNG KEAMANAN
KETERSEDIAAN ENERGI 2005 - 2025
4.1. Visi
Terwujudnya ketersediaan energi yang didukung kemampuan nasional IPTEK.
4.2. Misi
1. Menyusun kebijakan dan strategi litbangrap IPTEK di tingkat pusat dan daerah
untuk mendukung dan menjamin ketersediaan energi.
2. Meningkatkan kemampuan litbangrap dalam bidang energi.
3. Mengoptimalkan litbangrap untuk mendapatkan energi dengan nilai tambah
tinggi.
4. Melakukan litbangrap untuk mendorong diversifikasi sumber daya energi dan
pemanfaatannya, serta meningkatkan efisiensi penggunaan energi.
5. Meningkatkan pemanfaatan hasil litbangrap dalam pengelolaan energi secara
etis (energy ethics) dan berkelanjutan.
6. Meningkatkan peran litbangrap dalam penyediaan energi yang terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat.
4.3. Tujuan
a. Mempersiapkan arah dan tahapan pencapaian pembangunan IPTEK yang
mempertimbangkan perkembangan teknologi dalam pemanfaatan sumber
energi nasional.
b. Menjadi acuan bagi penyusunan strategi pembangunan IPTEK di tingkat
pusat, daerah dan masyarakat dalam pemanfaatan sumber energi nasional.
c. Mewujudkan peran litbangrap IPTEK pada pembangunan energi yang
berkesinambungan untuk meningkatkan daya saing nasional.
d. Meningkatkan peran litbangrap dalam pemanfaatan bauran energi (energy
mix) di Indonesia yang memenuhi nilai keekonomian dan ramah lingkungan.
e. Meningkatkan peran litbangrap dalam pemanfaatan sumber daya energi
lokal spesifik berkelanjutan.
4.4. Sasaran
a. Terwujudnya peran teknologi dan infrastruktur energi bangsa sendiri guna
mendukung bisnis energi.
b. Terwujudnya peran litbangrap untuk mencapai rasio elektrifikasi sektor
rumah tangga sebesar 90%.
c. Terwujudnya peran litbangrap dalam meningkatkan pangsa energi
terbarukan
1(selain panas bumi) menjadi sekurang-kurangnya 5%.
d. Digunakannya hasil litbangrap dalam pemanfaatan energi nuklir dengan
pangsa sekitar 4% dari produksi listrik nasional.
e. Digunakannya hasil litbangrap dalam penyediaan bio-fuels sektor
transportasi sebesar 10 %.
1
f. Digunakannya hasil litbangrap dalam penggunaan gas untuk sektor industri
& pembangkitan listrik, transportasi, dan rumah tangga
g. Terwujudnya peran Litbangrap untuk pemakaian energi perkapita sebesar
10 SBM.
h. Digunakannya hasil litbangrap dalam mendukung terwujudnya infrastruktur
energi yang mampu memaksimalkan akses masyarakat terhadap energi dan
pemanfaatannya untuk ekspor.
i. Digunakannya hasil litbangrap untuk mencari sumber energi di dalam dan
luar negeri.
j. Digunakannya hasil litbangrap konservasi energi untuk menurunkan
elastisitas energi lebih kecil dari 1.
k. Digunakannya hasil litbangrap dalam meningkatkan penggunaan kandungan
lokal dan meningkatnya peran sumber daya manusia nasional dalam industri
energi.
l. Digunakannya hasil litbangrap untuk memenuhi 100% kebutuhan listrik
masyarakat yang tidak terjangkau jaringan nasional.
4.5. Metodologi
Penetapan langkah strategis Buku Putih Litbangrap Energi Nasional adalah
menggunakan metodaTechnology Roadmapping (Peta Jalan) sebagai salah satu
alat stratejik dalan Technology Foresight (peramalan teknologi) untuk pencapaian
keberhasilan penyediaan energi. Peta jalan tersebut digunakan untuk membantu
mengidentifikasi teknologi dan kebijakan kunci yang harus dibuat dan
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi
untuk keberhasilan penyediaan energi nasional.
Penetapan Peta Jalan Litbangrap energi diharapkan dapat menimbulkan:
- Komunikasi: interaksi antar berbagai kelompok pemangku kepentingan
- Konsentrasi atau fokus: untuk perencanaan jangka panjang
- Koordinasi: menyatukan pemaham umum dari permasalahan
- Konsensus: membentuk gambaran yang jelas tentang arah atau tindakan
yang harus dilakukan
- Komitmen: yang lebih berupa tindakan/aksi, bukan hanya teori.
- Komprehensif: pemahaman yang lebih baik tentang kemungkinan perubahan
lingkungan yang dapat terjadi.
Metodologi dan Langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta jalan litbangrap
energi nasional adalah sebagai berikut:
1. Konsultasi dengan para pakar dan berbagai pihak pemangku kepentingan.
2. Scenario planning sederhana: dengan memakai skenario “Keterpurukan
Energi” (Doomsday Scenario) nasional sebagai dasar.
3. Critical technology: pemilihan teknologi penentu yang dapat mempengaruhi
litbangrap IPTEK energi nasional.
maupun investor. Semua itu membutuhkan kerjasama antara pemerintah, lembaga
riset dan industri.
4.6. Roadmap
Transformasi penguasaan IPTEK perlu diupayakan agar dapat mencapai nilai
ambang batas yang dapat memicu dan memacu tumbuhnya kemandirian dalam
upaya menciptakan pembaharuan sumber daya RIPTEK secara keseluruhan. Untuk
mencapai tingkat itu dibutuhkan peningkatan kapasitas dan kapabilitas yang dapat
“membuktikan” bahwa aktivitas penguasaan dan pemberdayaan litbangrap IPTEK
bidang energi pasti akan memberikan sumbangsih bagi kehidupan negara. Oleh
karena itu diperlukan waktu yang panjang (15 – 25 tahun) untuk melakukan investasi
secara berkelanjutan sebelum teknologi potensial dapat memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi masyarakat. Untuk itu ditetapkan pembuatan peta jalan
IPTEK Energi sampai tahun 2025, sehingga dapat :
a.
Diprediksi dengan cermat capaiannya, dengan menggunakan indikator yang
jelas, menggunakan asumsi dasar yang sahih.
b.
Diidentifikasi critical enabling technology dan jarak yang ada antara teknologi
yang ada saat ini dan yang akan dikembangkan kemudian.
c.
Ditingkatkan kerja sama dan kemitraan melalui tukar menukar pengetahuan dan
teknologi.
d.
Diwujudkan suatu konsensus nasional untuk bergerak maju dalam litbangrap
IPTEK Energi.
4.7. Strategi
Dengan tahapan pencapaian yang jelas, maka dapat ditetapkan Ilmu pengetahuan
dan teknologi Energi yang strategis dari berbagai cabang Iptek yang memiliki
keterkaitan yang luas dengan kemajuan iptek secara menyeluruh, atau berpotensi
memberikan dukungan yang besar bagi kesejahteraan masyarakat, kemajuan
bangsa, keamanan dan ketahanan bagi perlindungan negara, pelestarian fungsi
lingkungan hidup, pelestarian nilai luhur budaya bangsa, serta peningkatan
kehidupan kemanusiaan.
Menyadari jalan panjang yang ditempuh, dalam Buku Putih Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Energi Baru dan
terbarukan untuk Mendukung Keamanan Ketersediaan Energi 2025, akan ditempuh
sesuai dengan kerangka perioritas waktu yang bertahap, yaitu:
1. Pertama – Jangka Pendek (2005-2010)
Tahap ketahanan nasional yang dilakukan pada 5 tahun pertama dengan
indikator utama menjadikan IPTEK sebagai elemen kunci dalam tahap mencapai
kemandirian dalam pengelolan sumber daya alam dan pengelolaan lingkungan
secara terkendali dalam meningkatkan nilai tambah ekonomi di bidang energi.
Tahap Pertama untuk mencapai kemandirian mencakup:
a. Penguasaan litbangrap IPTEK bidang energi
penyusunan master plan gas alam, teknologi angin, teknologi energi surya
hibrida dan teknologi pembangkit listrik dan uap panas (cogeneration)
berbahan bakar biomassa, serta teknologi pemanfaatan batubara kualitas
rendah/ teknologi batubara bersih.
c. Penguasaan dan penerapan IPTEK bagi pengelolaan lingkungan hidup.
d. Pengujian teknologi otomotif BBG, peningkatan kualitas batubara peringkat
rendah dan teknologi pencairan batubara, fuel cell dan infrastruktur gas.
2. Kedua – Jangka Menengah (2011-2015)
Tahap kreasi kekayaan berbasis IPTEK (wealth creation) dalam periode 10 tahun
pertama, dengan indikator utama tercapai kemandirian dan daya saing di bidang
energi.
Tahap Kedua untuk mencapai IPTEK yang mandiri sekaligus memiliki daya saing
pasar yang ekonomis mencakup:
a. Penerapan hasil penelitian dan pengembangan teknologi biomassa dan
biogas, teknologi intensifikasi gas bumi, teknologi mikro/ minihidro, hidrogen
dan biodiesel/bioetanol/bio-oil, teknologi pemanfaatan batubara berkualitas
rendah, teknologi energi surya, teknologi energi angin, dan teknologi energi
panas bumi.
b. Peningkatan litbangrap IPTEK untuk menunjang pemenuhan infrastruktur
energi.
c. Pengujian teknologi otomotif BBG, peningkatan kualitas batubara peringkat
rendah dan teknologi pencairan batubara, Fuel Cell dan infrastruktur gas
3. Ketiga – Jangka Panjang (2016-2025)
Tahap percepatan kemandirian dan kesejahteraan berbasis dukungan IPTEK
dalam pencapaian waktu 20 tahun, dengan indikator utama tumbuh dan
berkembangnya kehidupan sosial, ekonomis dan budaya berbasis IPTEK
(Knowledge Based Economy-KBE) dan masyarakat yang inovatif (innovative
society). Penguatan pilar ’Knowledge Based Economy-KBE’ menjadi tumpuan
dalam jangka panjang, yaitu:
a. Sistem Penyediaan Energi, yang menjamin masyarakat dapat memanfaatkan
IPTEK secara luas,
b. Sistem Inovasi, (termasuk sistem HKI) yang memungkinkan para peneliti dan
kalangan bisnis menerapkan secara komersial hasil RIPTEK,
c. Infrastruktur ICT, yang menjamin masyarakat dapat melakukan akses secara
efektif terhadap informasi sistem energi nasional,
d. Kerangka kelembagaan, peraturan perundang-undangan dan suasana yang
kondusif, yang menjamin kemantapan lingkungan makro ekonomi,
persaingan, lapangan kerja dan keamanan sosial.
Untuk mencapai sasaran ditetapkan strategi, yaitu:
Pentahapan litbangrap IPTEK
Pentahapan struktur litbangrap IPTEK yang kompetitif sesuai dengan aturan dan
Pentahapan skema pendanaan, rezim fiskal, perpajakan dan insentif lainnya yang
kondusif untuk meningkatkan investasi.
Pemanfaatan
IPTEK
mandiri dengan memperhatikan kelompok masyarakat tidak
mampu;
Pemanfaatan
IPTEK
mandiri yang dapat bersaing sesuai dengan mekanisme
pasar agar dicapai harga yang paling menguntungkan bagi konsumen dan
produsen.
Pemanfaatan IPTEK mandiri yang menjadi pilihan yang kompetitif pada sisi
produsen untuk melayani kepentingan konsumen sehingga konsumen
mempunyai banyak pilihan
Pemanfaatan IPTEK mandiri untuk menciptakan open access pada sistem
penyaluran energi khususnya untuk BBM, gas dan listrik (mandiri bisa diganti
dengan “berbasis kemampuan bangsa sendiri”)
Pemberdayaan Daerah dalam pengembangan IPTEK
Mengembangkan
perencanaan pengembangan IPTEK berbasis daerah sebagai
bagian dari perencanaan energi nasional dengan memprioritaskan energi
terbarukan
Pengembangan infrastruktur IPTEK
Mengembangkan infrastruktur IPTEK yang terpadu terutama di daerah yang
tingkat konsumsi energinya tinggi.
Meningkatkan kemitraan pemerintah dan swasta dalam pengembangan
infrastruktur IPTEK.
Litbangrap IPTEK untuk peningkatan efisiensi energi
Litbangrap
IPTEK
dalam
Demand Side Management (DSM) melalui peningkatan
efisiensi pemanfaatan listrik, penerapan standar dan pengendalian pemakaian
energi
Litbangrap IPTEK dalam Supply Side Management (SSM) melalui peningkatan
kinerja pembangkit yang sudah ada, jaringan transmisi dan distribusi listrik
Pemanfaatan IPTEK dalam meningkatkan peran industri energi nasional
Menyiapkan sumber daya manusia dalam negeri yang andal di bidang energi
Meningkatkan penguasaan teknologi energi yang mengutamakan industri
manufaktur nasional
Meningkatkan kemampuan perusahaan nasional dalam industri energi
Peningkatan kegiatan litbangrap untuk investasi oleh dunia usaha (industri dan
jasa) di bidang energi baru dan terbarukan:
¾
Peningkatan litbangrap untuk pendayagunaan dan peningkatan nilai tambah
gas bumi:
¾
Peningkatan keberdayaan masyarakat dengan pengembangan kapasitas
IPTEK-nya.
Melembagakan kemampuan IPTEK dalam pemberdayaan masyarakat;
Menciptakan kelembagaan IPTEK secara kemitraan dalam rangka
pengembangan sarana dan industri energi
Meningkatkan kelembagaan IPTEK terhadap peranan swadaya masyarakat,
usaha kecil menengah dan koperasi dalam industri energi
4.8. Rekomendasi Kebijakan
diversifikasi, dan konservasi energi di segala bidang, serta diikuti oleh langkah
pendukung yang antara lain:
•
Meningkatkan dukungan iptek pada kelompok usaha kecil, menengah dan
koperasi, terutama di bidang material dan manufaktur.
•
Mempermudah akses bagi dunia usaha/industri ke fasilitas penyedia IPTEK,
termasuk pemanfaatan kapasitas untuk peningkatan keterampilan tenaga kerja.
•
Menajamkan prioritas kegiatan litbang pada sektor energi.
•
Mengembangkan atau memperkuat hubungan antara industri besar dan industri
kecil dan menengah, khususnya yang berdampak pada peningkatan penguasaan
IPTEK.
•
Menyusun skema insentif untuk mempercepat difusi IPTEK khususnya dari hasil
litbang dalam negeri bidang energi
•
Meningkatkan dukungan IPTEK untuk menunjang daya saing sektor produksi
energi, serta sektor yang berpotensi untuk memberikan dampak ekonomi yang
luas.
•
Meningkatkan peran lembaga penelitian, pengembangan dan rekayasa sebagai
mitra dunia usaha/industri untuk mengembangkan kemampuan inovasi pelaku
usaha/industri, serta mendorong pembangunan kelembagaan iptek di daerah.
•
Mempersiapkan prasarana untuk pengembangan HKI, standar mutu, keamanan
produksi dan lingkungan, serta membina sumber daya manusia dan
memberdayakan organisasi profesi ilmiah.
4.9. Prakondisi dan Indikator Keberhasilan
Prakondisi
1. Tercapai kesamaan persepsi dan adanya dukungan dari seluruh sektor
terkait/pemangku kepentingan terhadap pemanfaatan hasil litbangrap.
2. Komitmen pemerintah dalam mengalokasikan anggaran yang memadai untuk
kegiatan litbangrap.
3. Adanya komitmen dari pihak swasta untuk meningkatkan rasio kontribusi
anggaran non pemerintah untuk kegiatan litbangrap.
4. Komitment pelaku riset dan lembaga litbang untuk melaksanakan program
litbangrap secara terencana, sungguh-sungguh, konsisten dan tepat waktu.
5. Adanya kebijakan fiskal, moneter dan peraturan perundangan yang berpihak
pada masyarakat dan UKM bidang energi.
6. Meningkatnya budaya masyarakat cinta produksi dalam negeri, hemat energi dan
tidak konsumtif.
Indikator Input
1. Tersusun perencanaan litbangrap yang saling mendukung/komplemen antar
kelembagaan IPTEK.
2. Alokasi anggaran yang memadai dari setiap unit penelitian yang terkait dengan
bidang energi di atas 20 % untuk pelaksanaan Buku Putih.
3. Alokasi dana penelitian melalui program insentif, program kompetitif dan
sejenisnya untuk pelaksanaan litbangrap yang mendukung Buku Putih, minimal
sebesar 15 %.
4. Tersedia sarana dan prasarana yang memadai untuk pelaksanaan Buku Putih.
5. Tersedia SDM yang kompeten dan memadai untuk mendukung pelaksanaan
Indikator Proses
1. Tercipta iklim yang kondusif terhadap pelaksanaan litbangrap
2. Ada motivasi yang kuat dari SDM dalam pelaksanaan litbangrap.
3. Terealisasi inovasi dalam litbangrap yang mengacu pada Buku Putih.
4. Terlaksana monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Buku Putih
5. Terdokumentasikan dengan baik hasil pelaksanaan Buku Putih.
Indikator Output
1. Peningkatan kuantitas dan kualitas hasil litbangrap.
2. Peningkatan jumlah publikasi dan jumlah patent.
3. Paket teknologi dan model implementasi yang mendukung ketersedian energi
meningkat jumlahnya.
4. Diseminasi hasil litbangrap yang mendukung ketersediaan energi terjadi.
5. Akses informasi terhadap hasil litbangrap ke seluruh stakeholder meningkat.
Indikator Outcome
1. Tersedia dan dipakai hasil litbangrap (teknologi, inovasi, dan kebijakan) pada
tingkat pengguna.
V. PENUTUP
Letak Indonesia yang berada di antara 6° Lintang Selat an dan 11° Lintang Utara
membentang di sepanjang garis khatulistiwa memberikan intensitas sinar matahari
yang cukup besar dan stabil sepanjang tahun. Energi matahari semacam ini
merupakan modal dasar untuk pengembangan sumber energi, khususnya energi
surya. Indonesia dengan iklim tropis nya menjadikan suatu rahmat dengan tumbuh
suburnya tanaman yang dapat menjadi sumber energi terbarukan yang potensial.
Indonesia yang mempunyai struktur geologi memiliki potensi sumber energi seperti
batu bara, gas, minyak bumi, panas bumi. Walaupun sumber energi tersebut
sebagian sudah sekian lama dieksploitasi dan sudah mulai menyusut jumlah
cadangannya (kecuali panas bumi), namun hasil eksplorasi masih membuka peluang
untuk mendapatkan sumber energi.
Indonesia yang terdiri atas 17 ribu lebih pulau besar dan kecil. Kondisi alam
demikian membuat sistem transportasi dan distribusi energi memerlukan
perencanaan dan penanganan yang cermat.
Kondisi geografis Indonesia yang spesifik memungkinkan terjadinya pola angin yang
bermacam-macam, yang diantaranya mempunyai prospek pengembangan Energi
Bayu.
Indonesia yang tergolong negara berpenduduk padat memerlukan pasokan energi
yang besar sesuai dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat. Indonesia ke depan
akan memerlukan ketersediaan energi yang cukup tinggi. Dengan kondisi
ketersediaan energi sekarang tidak memungkinkan kebutuhan tersebut dapat
tercapai. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi yang mantap yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam litbangrap IPTEK yang mampu mendukung
ketersediaan energi berkelanjutan. Dengan memperhatikan jumlah dan angka
pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, meningkatnya standar hidup, dan
issue lingkungan, maka perencanaan energi jangka panjang harus dilakukan secara
arif dan bijaksana. Dengan keterbatasan sumber energi tak terbarukan, maka untuk
memenuhi kebutuhan energi di tahun mendatang, maka harus diterapkan konsep
bauran energi (energy mix) serta harus lebih mengarah kepada energi berbasis
teknologi (technology base), dibandingkan dengan energi berbasis sumber daya
(resource base) yang bersifat tidak terbarukan. Oleh karena itu, peranan litbang
IPTEK untuk energi menjadi semakin jelas dalam mendukung kebijakan energi ke
depan yang berbasis teknologi. Dengan penerapan IPTEK, Skenario terburuk di
bidang penyediaan energi dapat diantisipasi lebih dini agar tak terjadi.
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan litbangrap IPTEK yang mendukung
pencapaian ketersediaan energi adalah:
Anggaran yang tersedia jauh lebih kecil dari yang dibutuhkan
Minat investor masih relatif kecil
Sumber daya manusia yang memiliki ketrampilan dan kompetensi masih sangat
DAFTAR PUSTAKA
1. Kebijakan Energi Nasional 2003 – 2020, Departemen Energi Sumber Daya
Mineral, 24 Februari 2004.
2. Blueprint Pengelolaan Energi Nasional (PEN) 2005 – 2025, Departemen Energi
Sumber Daya Mineral
3. Kajian Kebutuhan dan Penyediaan Energi di Indonesia Tahun 2020, Kementerian
Negara Riset dan Teknologi – Komite Nasional Indonesia-World Energy Council
(KNI-WEC)
4. Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional IPTEK 2005 – 2009, Kementerian
Negara Riset dan Teknologi
Anggota Gugus Tugas Energi (GTE)
Tim Koordinasi Gugus Tugas Bidang Prioritas
Penciptaan dan Pemanfaatan Sumber Energi Baru dan Terbarukan
Tahun Anggaran 2006,
Kepmen Nomor:17/M/Kp/II/2006
No. Nama Jabatan/Instansi Tugas
1. Dr. Hudi Hastowo Sesmenegristek Ketua Gugus Tugas
2. Dr. Bambang S. Pratomosunu Dep. Perkemb. Riptek Penanggung Jawab
3. Dr. Agus Rusyana Hoetman Asdep. Rekayasa, KNRT Sekretaris Gugus Tugas
4. Prof. Dr. Martin Djamin Staf Ahli Energi Anggota Gugus Tugas
5. Ir. Nenny Sri Utami Dep. ESDM Anggota Gugus Tugas
6. Dr. Arnold Y. Soetrisnanto BATAN Anggota Gugus Tugas
7. Ir. Aris Subarkah, MT BPPT Anggota Gugus Tugas
8. Dr. Widodo W. Purwanto UI Anggota Gugus Tugas
9. Dr. Mesdin K. Simarmata BAPPENAS Anggota Gugus Tugas
10. Dr. Tatang Hernas Surawidjaja ITB Anggota Gugus Tugas
11. Dr. Ing. Harwin Saptoadi, MSE UGM Anggota Gugus Tugas
12. Dr. Ir. Erliza Hambali IPB Anggota Gugus Tugas
13. Dr. Arief Yudiarto BPPT Anggota Gugus Tugas
14. Dr. Khoirul Huda, M.Eng BAPETEN Anggota Gugus Tugas
15. Drs. Agus Salim Dasuki, M.Eng BPPT Anggota Gugus Tugas
16. Dr. Agus Eko Tjahyono BPPT Anggota Gugus Tugas
17. Dr. Unggul Priyanto BPPT Anggota Gugus Tugas
18. Ir. Soni Solistia Wirawan M.Eng BPPT Anggota Gugus Tugas
19. Ir. Adiwardojo BATAN Anggota Gugus Tugas
20. Ir. Maryono Ismail, MSc. LAPAN Anggota Gugus Tugas
21. Drs. Suripno LAPAN Anggota Gugus Tugas
22. Dr. Priyo Sardjono LIPI Anggota Gugus Tugas
23. Ir. Raharjo Binudi LIPI Anggota Gugus Tugas
24. Dr. Djedi Widarto LIPI Anggota Gugus Tugas
25. Dr. Ir. Robert Manurung, M.Eng ITB Anggota Gugus Tugas
26. Dr. Ing. Putu M. Santika KNRT Anggota Gugus Tugas
27. Dr. Ir. Erie Sandhita G, MsAe, DEA KNRT Anggota Gugus Tugas
Daftar Anggota Narasumber
Gugus Tugas Energi 2006
No. Nama Instansi Tugas
1. Dr. Bukin Daulay P3 Tekmira Narasumber
2. Dr. Arya Rezavidi BPPT Narasumber
3. Ir. Endah Agustina, MS IPB Narasumber
4. Ir. Novi Irawati BPPT Narasumber
5. Dr. Hadi Punomo Lemigas Narasumber
6. Ir. Endang Lestari, MSc P3TK - EBT Narasumber
7. Dra. Nenen Rusnaeni LIPI Narasumber
8. Ir. Ismail Zaini, M.Sc BPPT Narasumber
9. Dr. M.A.M Oktaufik BPPT Narasumber
10. Dr. Adiarso BPPT Narasumber
11. Dra. Yenny Sofaeti, M.Si P3 TEKMIRA Narasumber
12. Dr. Djedi Widarto LIPI Narasumber
13. Ir. Jatmiko P. Atmojo, M.Eng. BPPT Narasumber
14. Dr. Rustiono BPPT Narasumber
15. Ir. Yusep K. Caryana Lemigas Narasumber
Sekretariat Anggota Gugus Tugas Energi:
No. Fax (021) 3102014
Email: arhoetman@ristek.go.id
1. Ir. Ramlan Mamentu Telp. 3169288 , Hp. 08128654395 Email: ma_mentu@yahoo.com 2. Drs. Wawan Gunawan Telp. 3169288 , Hp. 081318643323 Email: wgun@ristek.go.id 3. Yuli Sulastri Telp. 3169286 , Hp. 0816908016 Email: yuliristek@yahoo.co.id
ANGGOTA GUGUS TUGAS ENERGI 2005
Surat Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi
No : 115/M/Kp/IX/2005
No Nama Instansi
1 Dr. Hudi Hastowo BATAN
2 Prof. Dr. Ir. Bambang Sutjiatmo Kementerian Negara Riset dan Teknologi
3 Dr. Bambang Setiadi, MS Kementerian Negara Riset dan Teknologi
4 Ir. Hari Purwanto, MSc.DIC Kementerian Negara Riset dan Teknologi
5 Soekarno Suyudi BATAN
6 Dr. Neni Sintawardani LIPI
7 Dr. Ir. Bambang Prasetya, APU LIPI
8 Prof. Lillik Hendrajaya, MSc Kementerian Negara Riset dan Teknologi
9 Dr. Ing. Raldi Artono Koestoer Kementerian Negara Riset dan Teknologi
10 Ir. Adiwardoyo BATAN
11 Dr. Arnold J. Sutrisnanto BATAN
12 Dr. Agus Rusyana Hoetman BPPT
13 Drs. Ajat Sudradjat, MSc BPPT
14 Drs. Suripno LAPAN
15 Drs. Arjuno Brojonegoro LIPI
16 Dr. Achiar Oemry LIPI
17 Drs. Bambang Supriyo Utomo BSN
18 Ir. Nenny Sri Utami ESDM
19 Dr. Ir. As Natio Lasman BAPETEN
20 Dr. Agus Salim Dasuki, MEng BPPT
21 Ir. Soni Solistia Wirawan, MEng BPPT
22 Dr. Rahayu Dwi Hartati ESDM
23 Dr. Verina J. Wargadalam ESDM
24 Dr. Totok M.S. Soegandi, MSc. APU LIPI
25 Anjar Susatyo, ST LIPI
NARA SUMBER
NO NAMA INSTANSI
1 Suryadarma PhD Pertamina
2 Dr. Tatang H. Surawidjaja ITB
3 Dr. Evita Legowo Departemen ESDM
4 Noke Kiroyan Kaltim Prima Coal (KPC)
5 Dr. Rinaldy Dalimi UI
6 Mukaiyama Takehiko Japan Atomic Industrial Forum (JAIF)
7 Dr.Ir. Hardiv Situmeang KNI-WEC
8 Dr. Ir. Nur Pamuji KNI-WEC
9 Gene Baranowski BP Indonesia
10 Sujiastoto MA Departemen ESDM
11 Dr. Emmy Perdanahari Departemen ESDM
12 Dr. Ir. M. Arif Yudiarto MEng BPPT
13 Dr. Ir. Unggul Priyanto MSc BPPT
14 Ir. Rohmadi Ridlo MEng BPPT
15 Dr. M.A.M. Oktaufik BPPT
16 Drajat Pandjawi KPC
17 Amir Fauzi Pertamina
Sekretariat GUGUS TUGAS ENERGI
LAMPIRAN
Teknologi
Tahun
Pasar
Produk
Pasokan Biodiesel 1,5 Jt kL10% Solar Transportasi Biodiesel Sawit/ Jarak Pagar Biodiesel Sawit/ Jarak Pagar Biodiesel Berbiaya Produksi Rendah
Biodiesel Berbiaya Produksi Rendah
Biodiesel Kualitas Tinggi Angka Setana Tinggi
Titik Kabut Rendah
Biodiesel Kualitas Tinggi Angka Setana Tinggi
Titik Kabut Rendah
Pasokan Biodiesel 3 juta kL15% Solar
Pemutakhiran Standardisasi dan Uji Unjuk
Kerja
2005-2010 2011-2015 2016-2025
Intensifikasi Proses Biodiesel
Pasokan Biodiesel 6.4 juta KL(20% Solar
Transportasi) (5% Konsumsi Solar)
Pabrik Komersial Kapasitas (5000 - 20000 Ton/Thn
Pabrik Komersial Kapasitas 20.000 s/d
100.000 Ton/tahun Komersialisasi Formula Biodiesel Kualitas Tinggi Rekayasa & Disain Pabrik Desain Enjiniring Teknologi Pembuatan aditif
STANDAR BIODIESEL NASIONAL STANDAR BIODIESEL NASIONAL
Optimasi Dan Modifikasi Desain plant Uji Unjuk Kerja Teknologi blending
Litbang
Gugus Tugas Energi
Kementrian Negara Riset dan Teknologi
Teknologi
Tahun
Pasar
Produk
Pasokan Biodiesel 1,5 Jt kL10% Solar Transportasi Pasokan Biodiesel
1,5 Jt kL10% Solar Transportasi Biodiesel Sawit/ Jarak Pagar Biodiesel Sawit/ Jarak Pagar Biodiesel Berbiaya Produksi Rendah
Biodiesel Berbiaya Produksi Rendah
Biodiesel Kualitas Tinggi Angka Setana Tinggi
Titik Kabut Rendah
Biodiesel Kualitas Tinggi Angka Setana Tinggi
Titik Kabut Rendah
Pasokan Biodiesel 3 juta kL15% Solar Pasokan Biodiesel 3 juta kL15% Solar
Pemutakhiran Standardisasi dan Uji Unjuk
Kerja Pemutakhiran Standardisasi dan Uji Unjuk
Kerja
2005-2010 2011-2015 2016-2025
Intensifikasi Proses Biodiesel Intensifikasi Proses Biodiesel Pasokan Biodiesel 6.4 juta KL(20% Solar
Transportasi) (5% Konsumsi Solar)
Pasokan Biodiesel 6.4 juta KL(20% Solar
Transportasi) (5% Konsumsi Solar)
Pabrik Komersial Kapasitas (5000 - 20000 Ton/Thn
Pabrik Komersial Kapasitas (5000 - 20000 Ton/Thn
Pabrik Komersial Kapasitas 20.000 s/d
100.000 Ton/tahun Pabrik Komersial Kapasitas 20.000 s/d
100.000 Ton/tahun Komersialisasi Formula Biodiesel Kualitas Tinggi Komersialisasi Formula Biodiesel Kualitas Tinggi Rekayasa & Disain Pabrik Desain Enjiniring Rekayasa & Disain Pabrik Desain Enjiniring Teknologi Pembuatan aditif Teknologi Pembuatan aditif
STANDAR BIODIESEL NASIONAL STANDAR BIODIESEL NASIONAL
Optimasi Dan Modifikasi Desain plant Optimasi Dan Modifikasi Desain plant Uji Unjuk Kerja Uji Unjuk Kerja Teknologi blending Teknologi blending
Litbang
Gugus Tugas Energi
Kementrian Negara Riset dan Teknologi
30
Jangka Pendek (2005-2010) Jangka Menengah (2011-2015) Jangka Panjang (2016-2025) Penelitian dan Pengembangan (litbang)Peran Pemerintah
• Penelitian dan pengembangan intensifikasi teknologi produksi biodiesel dari bahan baku sawit, kelapa, jarak pagar dan tumbuhan lain.
• Penelitian dan
pengembangan konversi gliserol menjadi etanol dan produk turunan lainnya seperti surfaktan
• Peningkatan kualitas tanaman jarak pagar dan bahan baku potensial lainnya
• Penelitian dan
pengembangan proses produksi biodiesel berbiaya rendah
• Pemanfaatan gliserol menjadi produk turunan lainnya (surfaktan, monomer plastik, dll)
• Penyediaan bibit unggul tanaman jarak pagar dan bahan baku potensial lainnya
• Penelitian dan
pengembangan aditip biodiesel berkualitas tinggi
• Pemanfaatan produk turunan gliserol dalam produk akhir (polimer,
consumer goods, dll)
• Penyediaan bibit unggul tanaman jarak pagar skala besar dengan teknik
in vitro
• Rekayasa dan konstruksi pabrik biodiesel secara bertahap skala 5.000-20.000 ton/tahun
• Rekayasa dan Konstruksi pabrik biodiesel berbiaya produksi rendah 20.000-100.000 ton/tahun
• Formulasi biodiesel berkualitas tinggi
• Uji karakteristik, unjuk kerja,uji jalan,
pemutakhiran standar dan pembentukan lembaga sertifikasi mutu biodiesel (LSPro) serta
Laboratorium Uji Biodiesel di beberapa propinsi
• Pemutakhiran uji
karakteristik, unjuk kerja, uji jalan, standar dan
pembentukan Laboratorium Uji Biodiesel di seluruh propinsi
• Pemutakhiran uji
karakteristik, unjuk kerja, uji jalan, standar dan pembentukan
Laboratorium Uji Biodiesel di setiap kabupaten
Peran Industri Jangka Pendek (2005-2010) Jangka Menengah (2011-2015) Jangka Panjang (2016-2025)
Mendukung penelitian dan pengembangan perbaikan proses produksi biodiesel di Perguruan Tinggi dan lembaga litbang melalui
cost sharing dan kerjasama kemitraan
Komersialisasi hasil
penelitian teknologi produksi biodiesel berbiaya rendah
Komersialisasi hasil penelitian teknologi formulasi biodiesel berkualitas tinggi
Peningkatan kandungan lokal mesin dan peralatan pabrik biodiesel sampai minimum 50%
Peningkatan mesin dan kandungan lokal peralatan pabrik biodiesel sampai minimum 75%
Mesin dan peralatan biodiesel dengan kandungan lokal 100%
Pengembangan teknologi
engine agar dapat
mengikuti perkembangan penggunaan biodiesel
Pengembangan teknologi
engine lanjutan agar dapat mengikuti perkembangan penggunaan biodiesel
Pengembangan teknologi
31
Peluang Pasar Peran Pemerintah
Program Langit Biru yang merujuk pada standar lingkungan global
Peningkatan target Program Langit Biru yang merujuk pada standar lingkungan global
Peningkatan target Program Langit Biru yang merujuk pada standar lingkungan global Pengurangan subsidi solar
untuk transportasi umum
Penghapusan subsidi solar dan pengenaan pajak lingkungan terhadap solar sebesar 10 %
Pengenaan pajak
lingkungan terhadap solar sebesar 25% Peran Industri Jangka Pendek (2005-2010) Jangka Menengah (2011-2015) Jangka Panjang (2016-2025) Sosialisasi penghematan BBM karena kelangkaan BBM fosil dan harga yang terus meningkat
Sosialisasi lanjutan
penghematan BBM karena kelangkaan BBM fosil dan harga yang terus meningkat
Sosialisasi lanjutan
penghematan BBM karena kelangkaan BBM fosil dan harga yang terus meningkat Sosialisasi penggunaan
biodiesel pada kendaraan operasional di instansi pemerintah dan transportasi umum maksimum 10% (B10)
Penggunaan pada
transportasi umum di seluruh Indonesia maksimum 20% (B20)
Penggunaan pada transportasi umum di seluruh Indonesia sampai 100% (B100)
Fasilitasi Pemanfaatan Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) oleh industri biodiesel di Indonesia
Fasilitasi Pemanfaatan Mekanisme Seperti CDM di rezim iklim pasca Protokol Kyoto oleh industri biodiesel di Indonesia
Fasilitasi Pemanfaatan Mekanisme Seperti CDM di rezim iklim pasca Protokol Kyoto oleh industri biodiesel di Indonesia
• Sebesar 10% kebutuhan solar transportasi dipenuhi dari biodiesel yaitu 1.5 juta kL
• Sebesar 600 ribu kL dipenuhi dari biodiesel jarak pagar
• Sebesar 15% kebutuhan solar transportasi dipenuhi dari biodiesel yaitu 3 juta kL
• Sebesar 1.5 juta kL
dipenuhi dari biodiesel jarak pagar
• Sebesar 20% kebutuhan solar transportasi dipenuhi dari biodiesel yaitu 7.5 juta kL
• Sebesar 3 juta kL dipenuhi dari biodiesel jarak pagar
Peran Industri
Kawasan industri harus memenuhi standar emisi yang disyaratkan oleh ISO 14000
Kawasan industri harus memenuhi standar emisi yang disyaratkan oleh ISO 14000
Kawasan industri harus memenuhi standar emisi yang disyaratkan oleh ISO 14000
Peran Industri
Peningkatan produksi biodiesel untuk pemakaian oleh industri paling sedikit 10%
Peningkatan produksi biodiesel untuk pemakaian oleh industri paling sedikit 20%
Peningkatan produksi biodiesel untuk pemakaian oleh industri paling sedikit 50%
Sosialisasi penggunaan bahan bakar biodiesel oleh industri otomotif
Peningkatan peran industri otomotif dan alat berat dalam penggunaan biodiesel
32
Kebijakan Peran Pemerintah
• Mendorong budidaya dan produksi bahan baku potensial skala komersial
• Kebijakan penanaman jarak pagar seluas 1.5 juta hektar
• Mendorong budidaya dan produksi bahan baku potensial skala komersial
• Kebijakan penanaman jarak pagar seluas 3.4 juta hektar
• Mendorong budidaya dan produksi bahan baku potensial skala komersial
• Kebijakan penanaman jarak pagar seluas 7.5 juta hektar
Pemberlakuan peraturan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan sesuai standar yang berlaku terutama di kota-kota besar berpolusi tinggi
Pemberlakuan peraturan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan sesuai standar yang berlaku
terutama di kota-kota besar
Pemberlakuan peraturan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan sesuai standar yang berlaku di seluruh kota
Penetapan target 10% dari kebutuhan solar
transportasi dipenuhi dari bahan bakar biodiesel
Penetapan target 15% dari kebutuhan solar transportasi dipenuhi dari bahan bakar biodiesel
Penetapan target 20% dari kebutuhan solar
transportasi dipenuhi dari bahan bakar biodiesel Kebijakan
Peran Pemerintah
Membuat kebijakan yang mendorong