• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Deep Eutectic Solvent Berbasis Choline Chloride (ChCl) dengan Hydrogen Bond Donor Glukosa dan Etilen Glikol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembuatan Deep Eutectic Solvent Berbasis Choline Chloride (ChCl) dengan Hydrogen Bond Donor Glukosa dan Etilen Glikol"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masalah yang telah lama dihadapi industri kimia adalah ketergantungan

penggunaan dalam volume besar suatu pelarut organik yang berbahaya, mudah

terbakar dan merusak lingkungan. Akibatnya, terdapat tekanan yang signifikan

dalam bidang sosial, ekonomi, lingkungan dan politik untuk mengurangi dan

mengganti penggunaan pelarut organik tersebut dengan pelarut organik yang lebih

ramah lingkungan [1].

Untuk mengatasi masalah tersebut, cairan ionik/ionic liquids (ILs) telah

diterima sebagai revolusi bahan kimia baru yang lebih ramah lingkungan.

Kelompok bahan kimia baru ini dapat mengurangi penggunaan pelarut organik

berbahaya dan polusi yang diakibatkannya [2]. Namun, sifat ramah lingkungan

yang ditunjukkan oleh ILs masih kurang karena ILs masih memiliki beberapa

keterbatasan, yaitu: (1) terlalu mahal jika berbasis imidazolium dan pyridinium

karena menyebabkan biaya tinggi (5-20) kali lebih tinggi daripada biaya

konvensional pelarut organik) [3]; (2) memiliki toksisitas yang sama atau bahkan

lebih tinggi dari pelarut organik [3]; (3) umumnya biodegradasinya rendah [3]; (4)

terlalu mahal jika digunakan untuk aplikasi yang besar karena ILs tidak dapat

disintesis dengan baik di laboratorium dengan satu langkah sintesis [4]; (5) proses

pemurnian multi stage yang diperlukan untuk memurnikan ILs setelah disintesis

memiliki biaya produksi yang cukup tinggi [4]; (6) dibutuhkan tingkat kemurnian

yang tinggi karena adanya pengotor walaupun dalam jumlah sedikit akan

mempengaruhi sifat fisik ILs [5]; dan (7) sintesis ILs sangat tidak ramah

lingkungan [5].

Deep eutectic solvent (DES) baru-baru ini muncul sebagai alternatif dalam

pelarut ionik dengan biaya rendah. Beberapa penulis juga manyatakan DES

sebagai ILs yang baik karena DES memiliki sifat fisik dan sifat pelarut yang

sebanding dengan ILs, seperti densitas, viskositas, indeks bias, konduktivitas dan

tegangan permukaan [6,7]. Akan tetapi, DES secara struktural berbeda dengan

ILs, yaitu dapat memiliki jenis ion dan non ionik yang terhubung oleh jaringan

(2)

2

ikatan hidrogen [8]. Selain itu, DES memiliki kelebihan, yaitu tidak beracun, tidak

reaktif dengan air dan biodegradable, sehingga berpotensi sebagai pelarut ramah

lingkungan yang dapat menggantikan ILs dalam berbagai aplikasi industri karena

karakteristik yang sama tersebut [9,8]. Saat ini saja DES telah memiliki peran

penting dalam bidang sintesis biodiesel, seperti sebagai pelarut untuk

menghilangkan katalis dari biodiesel [10], sebagai pelarut untuk menghilangkan

gliserol dari biodiesel [11], sebagai media dalam reaksi enzimatik sintesis

biodiesel [12] dan sebagai co-solvent dalam sintesis biodiesel [13].

Biasanya, sebuah DES umumnya dibentuk dari suatu campuran hydrogen

bond donor (HBD)/donor ikatan hidrogen dengan garam halida dan akan

menghasilkan cairan dalam suhu kamar yang memiliki titik leleh lebih rendah dari

masing-masing komponen penyusunnya [14]. Dimana, interaksi HBD dengan

garam kuaterner akan mengurangi kekuatan elektrostatik anion-kation, sehingga

mengurangi titik beku campuran [15]. Salah satu komponen yang paling luas digunakan untuk pembentukan DES adalah choline chloride (ChCl) karena

merupakan garam amonium kuaterner yang murah, biodegradable dan tidak

beracun dengan kombinasi dengan HBD seperti urea, asam karboksilat (misalnya,

asam oksalat), poliol (misalnya, gliserol) atau alkohol (misalnya, etilen glikol)

[16,17]. Dimana, urea, etilen glikol dan gliserol merupakan HBD yang paling

banyak digunakan karena harganya yang murah dan juga mudah berdifusi [18].

Leron, dkk., [17] pada tahun 2012 melaporkan DES dari ChCl dengan urea, etilen

glikol dan gliserol sebagai HBD dan disebutkan bahwa dengan rasio molar yang

sama (ChCl : HBD) titik beku DES dari etilen glikol adalah yang paling rendah

dibandingkan DES dari urea dan gliserol. Selain itu, Maugeri, dkk., [15] pada tahun 2012 juga melaporkan bahwa golongan sakarida (yaitu, xylitol, D-sorbitol dan D-isosorbide) dapat diturunkan sebagai HBD dalam membentuk DES dan DES yang dihasilkan berwujud cairan pada suhu ruangan. Pada penelitian

Hayyan, dkk., [19] pada tahun 2013 juga dilaporkan pembuatan DES berbasis

ChCl dengan golongan sakarida (D-glukosa) sebagai HBD dan dilaporkan bahwa

sifat fisik DES yang dihasilkan, seperti densitas, viskositas, tegangan permukaan,

indeks bias dan pH hampir serupa dengan cairan ionik pada umumnya. Pembuatan

(3)

3

DES tersebut terutama dipengaruhi oleh sifat kimia dari komponen penyusunnya,

yaitu jenis dan rasio molar garam amonium dan HBD, suhu dan kadar air [19,5].

Berdasarkan hal tersebut, peneliti berminat untuk mensintesis deep

eutectic solvent (DES) berbasis ChCl sebagai garam halida organik dengan

golongan sakarida (glukosa) dan etilen glikol sebagai HBD.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Deep eutectic solvent (DES) merupakan alternatif dalam pelarut ionik

yang berpotensi sebagai pelarut ramah lingkungan, dimana DES sangat

dipengaruhi oleh rasio molar dan jenis komponen penyusunnya. Oleh sebab itu,

dilakukan penelitian pembuatan DES berbasis ChCl sebagai garam halida organik

dengan golongan sakarida (glukosa) dan etilen glikol sebagai HBD.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengamati pengaruh jenis HBD (glukosa/etilen glikol) terhadap

karakteristik deep eutectic solvent (DES) yang dihasilkan.

2. Mengamati pengaruh rasio molar ChCl:HBD (glukosa/etilen glikol)

terhadap karakteristik deep eutectic solvent (DES) yang dihasilkan.

3. Mencari kondisi terbaik dari variabel proses pada rentang yang diamati

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah:

1. Memberikan alternatif suatu pelarut ramah lingkungan dalam bidang

industri kimia.

2. Memberikan informasi mengenai golongan sakarida (glukosa) dan alkohol

(etilen glikol) yang dapat digunakan sebagai HBD dalam pembuatan deep

eutectic solvent (DES).

3. Memberikan informasi mengenai pembuatan deep eutectic solvent (DES)

(4)

4 1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN

1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen

Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera utara, Medan.

2. Bahan baku yang digunakan adalah choline chloride/ChCl (C5H14CINO),

glukosa (C6H12O6) dan etilen glikol ( C2H6O2)

3. Sintesis deep eutectic solvent (DES) dilakukan dengan kondisi reaksi:

a. Variabel tetap

 Jenis garam = Choline Cloride (ChCl) [19]

 Kecepatan pengadukan (rpm) = 400 [19]

 Suhu (0C) = 80 [19]

 Waktu (jam) = 2 [19]

b. Variabel bebas  Jenis HBD = glukosa dan etilen glikol  Rasio molar garam:HBD (1) ChCl: glukosa = 1:1; 1,25:1; 1,5:1; 1,75:1; 2:1; 2,25:1; 2,5:1 [19]

(2) ChCl : etilen glikol =1:1; 1:1,25; 1:1,5; 1:1,75; 1:2; 1:2,25; 1:2,5 [10]

4. Analisis yang dilakukan adalah analisis karakteristik deep eutectic solvent

(DES) yang dihasilkan meliputi:

a. Titik beku

b. Densitas

c. Viskositas

d. pH

Referensi

Dokumen terkait

Pendampingan Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Pekerjaan Paket 14 Rehabilitasi.. Jaringan

Surat undangan ini disamping dikirimkan melalui e-mail juga akan ditempatkan dalam pojok berita website LPSE Provinsi Jawa Tengah, oleh karenanya Pokja 3 ULP Provinsi

Alamat : Jl Wahidin Sudirohusodo Gg V Ploso Arum Sekarsuli Klaten. NPWP

Pendampingan Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Pekerjaan Paket 17 Rehabilitasi.. Jaringan

Alamat : Jl Ki Ageng Pengging Tirtomulyo Gergunung Klaten Utara. NPWP

Surat undangan ini disamping dikirimkan melalui e-mail juga akan ditempatkan dalam pojok berita website LPSE Provinsi Jawa Tengah, oleh karenanya Panitia Pengadaan tidak

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan, dengan terlebih dahulu melakukan registrasi pada Layanan Pengadaan Secara

Kasie Teknologi Subdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Direktorat Perlindungan Hortikultura. Kepala Seksi Pengembangan Kawasan Aneka Cabai dan Sayuran