PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
KOMPONEN PEMODELAN TERHADAP KEMAMPUAN
MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VIII SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA NEGERI 6 SINTANG
TAHUN PELAJARAN
2015/2016
Gloria Angelina
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Persada Khatulistiwa Sintang 2017
ABSTRAK
pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari data berikut: nilai signifikansi a = 5% dan dk = n1 + n2 - 2 itu berarti t hitung> t tabel atau 3.891> 2.000. (5). Siswa respon positif terhadap penggunaan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam menulis puisi. Hal itu dibuktikan oleh lembar kuesioner siswa, dengan jawaban "Ya" adalah 85% dan jawaban "Tidak" adalah 15%, jadi karena ya jawabannya termasuk dalam kisaran 76% sampai 100% sehingga dikategorikan baik.
Kata kunci: Kontekstual, Komponen Pemodelan, Menulis Puisi
ABSTRACT
Background of this study is based on the result of pre observation on the students of state junior high school 6 Sintang, grade VIII which showed that the student’s ability in writing poetry is not so good; it is difficult for them to write the first word and to find the idea. The common problem of this research is how does the application of contextual approach of modeling component toward the ability to write poetry for the student in state junior high school 6 Sintang grade VIII, academic year 2015/2016. Meanwhile, the aim of this study this to determine whether there are significant differences between the class which used contextual approach of modeling component and the class which used conventional learning method concerning with the student’s ability to write poetry. Moreover, the method used in this research was Quasi Experiment, while the design of this research was Nonequivalent Control Group Design. To get the sample researcher applied purposive sampling. Population of this research were all students of State Junior High School 6 Grade VIII, further, the students are divided into two sample, the first sample as the experiment class taken from class VIII A, while the second sample as the control class taken from class VIII B. The data collection techniques used was observation, measuring, indirect communication, and documentation. While the instruments used in data collecting were observation sheet, test sheet, questionnaire sheet, and document. The finding of the data analysis are as follow: (1). Student’s learning process which used contextual approach in modeling component is about 70% - 100%, so it is categorized as good. (2). There were differences between pre test and post test in controlled class about 10, 6. (3). There were differences between pre test and post test in experiment class it was about 20, 1. (4). There are significant differences between the class which used contextual approach of modeling component and the class which used conventional learning method. It can be seen from the following data: significance value a = 5% and dk = n1+n2 – 2 it means t count> t table or 3,891 >
2,000. (5). Students response positively toward the use of contextual approach of modeling component in material writing poetry. It was proved by the students questionnaire sheet, the answer “Yes” was 85% and the answer “No” was 15%, so because the answer yes is included in range 76% to 100% so it categorized as good.
Keywords: Contextual, Modeling Component, Writing Poetry
Pengajaran bahasa Indonesia ini pada
hakekatnya terdapat empat
keterampilan berbahasa yaitu mendengar, membaca, berbicara, dan menulis (Tarigan, 2008:1). Empat aspek tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dalam pelaksanaannya, keempat keterampilan itu harus mendapatkan porsi pembelajaran yang seimbang dalam konteks yang alami, dan secara terpadu. Keterampilan menulis perlu mendapat perhatian khusus, sebab memang sulit menumbuhkan tradisi atau kebiasaan menulis atau mengarang. Dipihak lain, karena kita hidup dalam tradisi lisan, pelatihan mendengar dan berbicara siswa cukup banyak mendapat kesempatan dan pendidikan karena memudahkan para pelajar berfikir. Juga dapat menolong kita berfikir secara kritis”.
Pelajaran bahasa Indonesia terutama pada materi menulis adalah salah satu materi yang tidak hanya sekedar menguasai materi atau teori saja melainkan menuntut siswa mampu menuangkan pikiran, ide dan perasaan dalam bentuk tulisan. Khusus tentang ternyata juga sering dialami oleh siswa. Kemudian, pembelajaran menulis puisi selama ini masih dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan dan penilaian tradisional, yang dapat menghambat siswa untuk belajar secara
aktif dan kreatif karena, guru mendominasi sebagian besar aktivitas proses belajar mengajar dan penilaian sehingga siswa cenderung pasif. Hal terhadap pembelajaran bahasa Indonesia masih rendah.
Berdasarkan hasil pra observasi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Sintang diperoleh bahwa kemampuan siswa dalam menulis masih kurang. Terlebih lagi dalam kegiatan menulis puisi, mereka kesulitan dalam menulis kata pertama dan menuangkan ide. Adapun rendahnya kemampuan tersebut disebabkan karena siswa tidak terbiasa menuangkan ide dalam bentuk tulisan sehingga hasil yang dibuat tidak memuaskan. Selain itu, proses pembelajaran materi menulis puisi kurang kreatif, kurangnya interaksi guru dengan siswa, proses pembelajaran dilakukan hanya satu arah, model dan strategi yang digunakan guru kurang menarik perhatian siswa. Agar dapat memahami cara menulis puisi dengan baik dan benar, siswa perlu dimotivasi dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Untuk itu guru perlu mencari dan menggunakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik, terutama pada pembelajaran menulis puisi. Oleh karena itu, kemampuan serta kesiapan guru dalam mengajar memegang peranan penting bagi keberhasilan proses pembelajaran pada siswa.
berjalan baik. Hal ini juga bertujuan untuk menciptakan proses belajar mengajar aktif dan kreatif serta memungkinkan timbulnya sikap keterkaitan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar secara menyeluruh. Perlunya dikembangkan pengajaran yang dapat membangun keaktifan, motivasi dan kreatifitas siswa dalam proses belajar mengajar adalah sebagai alternatif model dan metode pembelajaran yang baru. Pembelajaran yang efektif tersebut harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam menguasai model pembelajaran dan materi yang akan diajarkan.
Proses pembelajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara guru dengan peserta didik yang tidak hanya menekan pada apa yang dipelajari tetapi menekan bagaimana ia harus belajar. Dalam usaha untuk meningkatkan motivasi siswa maka dapat digunakan pendekatan kontekstual. Pembelajaran pendekatan kontekstual dapat membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menurut Taniredja (2011: 53) “kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna”. Di samping itu pendekatan kontekstual bisa membantu meningkatkan peran serta siswa dalam pembelajaran di kelas, sehingga siswa tidak mudah jenuh. Salah satu komponen model pembelajaran pendekatan kontekstual adalah komponen pemodelan.
Komponen pemodelan pada
pembelajaran maksudnya yaitu bahwa
dalam sebuah pembelajaran
keterampilan berbahasa atau
keterampilan tertentu ada model yang ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahas gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswinya melakukannya dengan kata lain, model itu bisa berupa gambar yang ditiru, benda, atau pun manusia yang menjadi modelnya. Cara pembelajaran semacam ini akan lebih cepat dipahami siswa daripada hanya bercerita atau memberi penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya (Muslich, 2011: 46).
Melalui komponen pemodelan diharapkan siswa akan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga tidak mudah merasa bosan dan tetap berkonsentrasi selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hal itu lah, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam pembelajaran menulis puisi.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dideskripsikan bahwa penulis memilih judul “Penerapan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Terhadap Kemampuan Menulis Puisi pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Sintang Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Sintang Tahun Pelajaran 2015/2016?” Berdasarkan masalah umum tersebut, maka dapat dibagi menjadi beberapa sub masalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah proses
pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan terhadap kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Sintang Tahun Pelajaran 2015/2016?
b. Bagaimanakah kemampuan
menulis puisi siswa sebelum dan sesudah menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Sintang Tahun Pelajaran 2015/2016?
c. Bagaimanakah kemampuan
menulis puisi siswa sebelum dan sesudahpembelajaran dengan metode konvensional di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Sintang Tahun Pelajaran 2015/2016?
d. Apakah terdapat perbedaan kemampuan menulis puisi antara kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dengan kelas kontrol yangmenggunakan konvensional?
e. Bagaimanakah respon siswa terhadap penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan terhadap kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Sintang Tahun Pelajaran 2015/2016?
Berdasarkan dengan sub masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan terhadap kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIII pendekatan kontekstual komponen pemodelan di kelas VIII Sekolah
perbedaan kemampuan menulis puisi antara kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dengan kelas
kontrol yang menggunakan
konvensional.
5. Untuk mendeskripsikan
respon siswa terhadap penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan terhadap kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Sintang Tahun Pelajaran 2015/2016.
METODOLOGI PENELITIAN
tersebut. Demikian juga pemahaman akan kesimpulan penelitian, akan lebih baik apabila juga disertai dengan tabel, grafik, bagan, gambar atau atau tampilan lainnya. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kuantitatif merupakan penelitian yang berupa angka, dan terdapat tabel, grafik, gambar dan sebagainya yang dianalisis menggunakan statistik.
Menurut Sugiyono (2015:3),
menyatakan, “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Eksperimen. Menurut kamus Webster (Suwanda, 2011: 1) “Eksperimen dipadankan dengan kata percobaan yang berarti suatu uji coba (trial) atau pengamatan khusus yang dibuat untuk menegasi atau membuktikan keadaan yang sebaliknya dari sesuatu yang meragukan, di bawah kondisi-kondisi khusus yang ditentukan oleh peneliti”.Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk Quasi-Eksperimen (eksperimen semu) karena pada penelitian ini pada bidang pendidikan. Dimana penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh antara variabel bebas (model pembelajaran Kontekstual Komponen Pemodelan) dan variabel terikat (kemampuan menulis puisi). Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design, pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. (Sugiyono, 2015:116) Menurut Arikunto (2010: 173) mengatakan bahwa populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian,
maka penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Sedangkan Sukardi (Purba, 2013) mengemukakan bahwa “Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dan hasil akhir suatu penelitian”.Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPNegeri 6 Sintang yang dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas VIIIA, dan VIIIB.
Menurut Arikunto (2010: 174) mengatakan bahwa “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Teknik dalam pengambilan sampel ini digunakan secara sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2015: 124) Mengatakan bahwa “Sampling Jenuh orang, sehingga peneliti memilih kedua kelas tersebut menjadi kelas kontrol dan kelas eksperimen atau sebagai sampel dalam penelitian. Kelas VIII A sebagai kelas eksperimen atau yang diberi perlakuan dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol atau pembanding. Menurut Sugiyono (2015: 308) “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”. Menurut Ali (2013: 83) ada beberapa teknik yang digunakan untuk penelitian yaitu seperti wawancara, obeservasi, angket, dan alat pengukuran. Sedangkan menurut Zuriah (2009: 168) terdapat beberapa teknik pengumpul data yaitu dengan observasi, komunikasi langsung, komunikasi tidak langsung,
dokumentasi. Berdasarkan beberapa teknik tersebut, penulis memilih beberapa teknik yang dibutuhkan untuk pengumpulan data yaitu teknik observasi, pengukuran, angket dan dokumentasi.
Menurut Ali (2013: 90) “alat yang digunakan dalam mengumpulkan data tidak dapat dipisahkan dengan teknik pengumpulan data .... sebab antara keduanya ada saling ketergantungan satu sama lain”. Menurut Sukardi (2015: 82) media atau alat yang digunakan dalam pengumpul data ialah lembar kuesioner, wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
Sedangkan menurut Zuriah (2009: 172) ada beberapa alat pengumpul data yaitu lembar pernyataan (lembar angket), lembar pengamatan (lembar observasi), soal tes, dan dokumen. Oleh karena itu, berdasarkan teknik pengumpul data, penulis memilih menggunakan lembar observasi, soal tes, lembar angket, dan dokumen sebagai alat pengumpul data. Menurut Arikunto (2010: 211) menyatakan bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instumen”. Suatu instrumen yang valid
mempunyai validitas tinggi.
Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sesuatu yang dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sesuatu dikatakan valid apa bila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan validitas kontruk. Validitas kontruk ini, yaitu akan dikonsultasikan atau
divalidasi oleh para ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun tersebut. Para ahli akan memberi pendapat, instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total sehingga instrumen dapat dikatakan valid dan bisa digunakan. Instrumen
Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi dilakukan oleh guru mata pelajaran. Berdasarkan hasil observasi kinerja guru pada pertemuan pertama dan kedua diperoleh persentase sebesar 100% masuk dalam kategori baik. Artinya pada kategori ini guru melaksanakan semua aspek kegiatan dalam proses pembelajaran dengan baik. Sedangkan pada hasil observasi siswa pada pertemuan pertama diperoleh persentase sebesar 80% dan pertemuan kedua sebesar 90% masuk dalam kategori baik. Artinya semua siswa melaksanakan pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Jadi rata-rata aktivitas guru dan siswa pada proses pembelajaran masuk dalam kategori baik yaitu: 76%-100%. Masuk dalam kategori baik di sini, artinya dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa lebih
tertarik untuk melaksanakan
Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar karena kinerja guru dalam proses pembelajaran masuk pada kategori baik yaitu sebesar 100%. Sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh, dapat dilihat dari hasil persentase sebesar 80-90% masuk kategori baik.
Berdasarkan hasil pre test dan post test yang diperoleh siswa pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata yaitu pre test sebesar 53 dan post test 63,6. Sedangkan hasil pre test 53,5 dan post test kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata yaitu sebesar 73,6. Dari tabel di atas dapat dilihat hasil perolehan mean dari perbedaan pre test dengan post test pada kelas kontrol yaitu sebesar 10,6. Sedangkan mean dari perbedaan pre test dengan post test pada kelas eksperimen yaitu 20,1. Dari hasil mean pre test dan post test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kemampuan menulis siswa pada kelas kontrol.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik uji normalitas pada kelas eksperimen diperoleh nilai X2hitung< X2tabel atau 7,88 < 12,592 dan pada kelas kontrol diperoleh nilai X2hitung< X2tabel atau 4,048 < 12,592 dengan dk= k-1 dan α = 5% dari hasil perhitungan tersebut diketahui kedua kelas tersebut berdistribusi normal. Sedangkan pada uji homogenitas diketahui kedua kelas tersebut homogen yaitu diperoleh F hitung< F tabel, atau 0,88 < 1,85. Uji normalitas menggunakan dk=K-1, Uji homegenitas menggunakan db=N-1 dan α = 5%. Karena kelas eksperimen maupun kelas kontrol sudah berdistribusi normal dan homogen
maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan rumus t-test separated, karena n1 = n2, dan varians homogen. Untuk melihat harga t tabel digunakan dk = n1+n2-2. Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh t hitung> t tabel, atau 3,891 > 2,000, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Jadi terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran yang konvensional terhadap kemampuan menulis puisi.
Pengujian hipotesis menggunakan rumus t-tes separated, karena n1 = n2, dan varians homogen. Untuk melihat harga t tabel digunakan dk= n1+n2 – 2. Berdasarkan hasil perhitungan statistik yang telah dilakukan dengan dk = 30+30-2 = 58 (untuk melihat t tabel = 2,000), diperoleh t hitung> t tabel, atau 3,891> 2,000 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan menulis puisi.
dianalisis, dari analisis data tersebut diperoleh bahwa adanya respon positif siswa terhadap pendekatan kontekstual komponen pemodelan terhadap kemampuan menulis puisi, dengan jumlah persentase rata-rata kategori “Ya” adalah (85%) dan jumlah rata-rata kategori “Tidak” adalah (15%).
PENUTUP
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan
sangat berpengaruh terhadap
pemodelan diperoleh dengan persentase rata-rata aktivitas guru dan siswa pada proses pembelajaran masuk dalam kategori baik yaitu:
76%-sungguh-sungguh dan dapat membantu guru dalam setiap 10,6. Dari hasil mean pre test dan post test pada kelas kontrol peneliti dapat
menyimpulkan bahwa
siswa pada kelas kontrol. Kemudian dari hasil analisis statistik data hasil post test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh ternyata t hitung lebih besar > dari pada t tabel, atau 3,891 > 2,000, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
5. Respon siswa sangat positif
terhadap penerapan
pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada materi menulis puisi. Hal ini terbukti dari hasil angket siswa diperoleh rata-rata persentase kategori “Ya” adalah 85% dan jumlah rata-rata persentase kategori “Tidak” adalah 15% yang secara umum tergolong kuat. Tergolong kuat disini, maksudnya siswa merasa senang dengan penerapan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan
tersebut, karena dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang diajarkan dan mempermudah siswa dalam menulis puisi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada peneliti lain, agar
dapat mengembangkan
model, metode atau strategi pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan materi yang diajarkan, agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh dalam proses pembelajaran. 2. Kepada guru terkhususnya
mata pelajaran Bahasa
Indonesia agar dapat menggunakan pendekatan
kontekstual komponen
pemodelan sebagai jembatan untuk mendapatkan nilai yang maksimal, karena pendekatan kontekstual komponen pemodelan adalah strategi pembelajaran yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat
hubungan antara
pengetahuan yang
dimilikinya dengan
penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi dan mengerjakan tugas. Selain itu, strategi ini sangat mudah dipahami dan dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 2013. Penelitian Kependidikan Prosedur &
Strategi. Bandung:
Angkasa
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta
Muslich, M. 2011. KTSP Pembelajaran Berbasis
Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
VIII Smp Swasta Masehi Berastagi Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Sasindo. Volume 2, No 1. (http://jurnal.unimed.ac.id/2 012/index.php/sasindo/articl e/view/620, diakses 11 Maret 2016)
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta..
Sukardi. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan
Kompetensi dan
Praktiknya. Yogyakarta: Bumi Aksara
Suwanda. 2011. Desain Eksperimen. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, H. G. 2008. Menulis. Bandung: Angkasa.
Taniredja. dkk. 2011. Model-Model Pembelajaran
Inovatif. Bandung:
Alfabeta.