• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN DIRI SANTRI: Studi Deskriptif Terhadap Santri Pondok Pesantren Assa’Adah Ciwaringin Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN DIRI SANTRI: Studi Deskriptif Terhadap Santri Pondok Pesantren Assa’Adah Ciwaringin Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah 0900478

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN DIRI SANTRI (Studi Deskriptif Terhadap Santri Pondok Pesantren Assa’Adah Ciwaringin

Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd NIP. 19520620 198002 1001

Pembimbing II

Dr. Hj. Euis Farida, M.Pd NIP. 19590110 198403 2001

Mengetahui

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

(3)

Pogram Bimbingan Pribadi-Sosial untuk

Mengembangkan Penyesuaian Diri Santri

Oleh

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada

Fakultas Ilmu Pendidikan

© Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

April 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(4)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 0900478. (2014). Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Mengembangkan Penyesuaian Diri Santri (Studi Deskriptif Terhadap Santri Pondok Pesantren Assa’Adah Ciwaringin Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014)

Penelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena kehidupan santri di pondok pesantren yang sering melanggar tata tertib pesantren misalnya kabur dari pesantren tanpa ijin, bolos sekolah, tidak mengikuti shalat berjamaah, dan kabur dari kegiatan pesantren . Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui profil

penyesuaian diri santri pondok pesantren Assa’adah Ciwaringin Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014, (2) memperoleh rancangan program pribadi sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri di pondok pesantren. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif . Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui tes dengan menggunakan angket penyesuaian diri sebagai instrumen penelitian dengan menggunakan skala Likert. Hasil penelitian dibuat sebagai dasar pembuatan program hipotetik bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri Pondok

Pesantren Assa’adah Tahun Ajaran 2013/2014. Dari sampel sebanyak 70 santri, hasil penelitian menunjukkan kemampuan penyesuaian diri santri pada kategori tinggi sebanyak 12,9 % , pada kategori sedang sebanyak 81,4 %, dan pada kategori rendah sebanyak 5,7 %. Rekomendasi penelitian ditujukan kepada (1) pesantren agar dapat meningkatkan lingkungan yang kondusif sehingga para santri baru dapat dengan mudah menyesuaikan diri, serta tenang dan nyaman menimba ilmu di pesantren, (2) bagi guru BK diharapkan dapat memberikan layanan bimbingan yang bersifat pemeliharaan kepada santri yang memiliki penyesuaian diri yang tinggi dan layanan bimbingan yang bersifat pengembangan kepada santri yang memiliki penyesuaian diri sedang dan rendah, sehingga dengan penyesuaian diri yang normatif santri diharapkan dapat mencapai perkembangan yang optimal.

(5)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

The background of this research taken from the phenomenon students of Islamic boarding school who often trespass the boarding school rules, the example is run off from boarding school without permission, abstain from school, not following prayer congregation and run off from boarding school activity. This research aims to (1) know the self adjusment profile of students Assa’adah Islamic boarding school Ciwaringin Cirebon on period 2013/2014, (2) get the social program private to develop self adjusment students in boarding school. This research using quantitative approach with descriptive research method. The data collection of this research using some tests with self adjusment questionnaire as the instrument of this research using Likert scale. The results of this research made as a basic hypothetic program of social-private guidance to develop self adjustment students at Assa’adah Islamic boarding school on period 2013/2014. From the sample taken from 70 students, the results showing capability of students self adjustment in high category there is 12.9%, in medium category there is 81.4% and low category level there is 5.7%. This recommendation research purposed to (1) Islamic boarding school in order to support the increasing of environment until the newcomer students feel comfort and can adaptation easily who wants to take the knowledge at boarding school. (2) the prospect for guidance-counseling teacher can giving the guidance service which maintenance for students whose have high self adjustment and guidance service with develop characteristics to students whose have medium and low self adjustment. With normative self adjustment, the expectation of students can realize in the optimal development.

(6)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi

2. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Asumsi Dasar Penelitian F. Sistematika Penulisan

BAB II PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL DAN PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN

A. Program Bimbingan Pribadi-Sosial

1. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi Sosial 2. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial 3. Fungsi Bimbingan dan Konseling 4. Prinsip-Prinsip Bimbingan

5. Program Bimbingan Pribadi Sosial B. Penyesuaian Diri

1. Pengertian Penyesuaian Diri

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri 3. Kematangan dan Penyesuaian Diri

(7)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Penyesuaian Diri yang Normal 5. Penyesuaian Diri yang Menyimpang 6. Penyesuaian Diri di Sekolah

C. Pesantren

1. Pengertian Pesantren

2. Unsur-Unsur Dasar Pesantren 3. Pola-Pola Pondok Pesantren 4. Pendidikan Pondok Pesantren 5. Karakteristik santri

6. Potensi dan Masalah yang Dimiliki santri D. Penelitian Terdahulu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian B. Desain dan Metode Penelitian C. Definisi Operasional Variabel D. Instrumen Penelitian

1. Instrumen 2. Jenis Skala

3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 4. Pedoman Skoring

E. Uji Coba Alat Ukur 1. Uji Validitas 2. Uji Reliabilitas

F. Teknik Pengumpulan Data G. Analisis Data

H. Langkah-Langkah Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(8)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pesantren Assa’adah

1. Gambaran Umum Profil penyesuaian Diri Santri

2. Gambaran Umum Aspek-Aspek Penyesuaian Diri Santri B. Pembahasan Hasil Penelitian terhadap Penyesuaian Diri Santri

1. Aspek Manpu Mengontrol Emosi yang Berlebihan 2. Aspek Mampu Mengatasi Mekanisme Psikologis 3. Aspek Mengatasi Frustrasi

4. Aspek Memiliki Pertimbangan Rasional 5. Aspek Memiliki Kemampuan untuk Belajar 6. Aspek Mampu Memanfaatkan Pengalaman 7. Aspek Bersikap Objektif dan Realistik

C. Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Penyesuaian Diri Santri

6. Personel Bimbingan dan Konseling 7. Rencana Operasional

8. Pengembangan Materi

(9)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL Tabel 3. 1 Kisi-kisi Instrumen Penyesuaian Diri Tabel 3.2 Pola Skor Opsi Alternatif Respons

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Penyesuaian Diri Tabel 3.4 Penafsiran Koefisien Reliabilitas

Tabel 3.5 Interval Kategori

Tabel 3.6 Kualifikasi Keterampilan Penyesuaian Diri Santri Assa’adah Tabel 4.1 Gambaran Umum Profil Penyesuaian Diri Santri Pondok Pesantren Assa’adah

Tabel 4.2 Gambaran Umum Aspek Kemampuan Mengontrol Emosi Tabel 4.3 Gambaran Umum Profil Profil Penyesuaian Diri Santri Pondok Pesantren Assa’adah

Tabel 4.4 Dekripsi Kebutuhan

Tabel 4.5 Rencana Operasional Program Bimbingan untuk Mengembangkan Penyesuaian Diri Santri

Tabel 4.6 Materi Bimbingan untuk Mengembangkan Penyesuaian Diri

44 46 48 48 50 51 54

55 64

66 74

(10)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Santri

Tabel 4.7 Format Instrumen Evaluasi Program Bimbingan 83

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Gambaran Umum Profil Penyesuaian Diri Santri Grafik 4.2 Gambaran Umum Aspek – Penyesuaian Diri Santri

(11)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran lebih lanjut. Remaja yang berusaha menemukan identitas dirinya dihadapkan pada situasi yang menuntut harus mampu menyesuaikan diri, dan bukan hanya terhadap dirinya sendiri tetapi juga pada lingkungannya, dengan demikian remaja dapat melakukan interaksi yang seimbang antara diri dan lingkungan sekitar. Penyesuaian diri menuntut kemampuan remaja untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya.

Pemberitaan mengenai kenakalan yang dilakukan oleh remaja sering diberitakan dalam media elektronik seperti televisi, radio, dan internet misalnya tawuran antar sekolah, geng motor, pergaulan bebas, minum-minuman keras, dan lain sebagainya. Akibat maraknya pemberitaan tersebut membuat orang tua khawatir terhadap perkembangan anaknya dan banyak orang tua yang menjadikan alasan untuk memasukan anaknya ke pondok pesantren.

(12)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyesuaikan diri dengan lingkungan di pondok pesantren dan tidak mencoba untuk mematuhi semua peraturan pesantren biasanya ia akan melakukan pelanggaran-pelanggaran misalnya, kabur dari pesantren tanpa ijin dari pengurus, tidak mengikuti kegiatan wajib di pesantren, sering bolos sekolah, dan kabur dari pesantren.

Remaja tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat, baik sikap, tingkah laku, dan pergaulannya. Begitupun para remaja yang tinggal di lingkungan pesantren yang tidak lepas dari usaha mereka untuk menyesuaikan diri. Keragaman asal usul santri baru yang masuk ke pondok pesantren memiliki pengaruh terhadap tingkat penyesuaian diri. Hal ini sangat menarik untuk diperhatikan mengingat bahwa remaja atau santri memiliki tingkat penyesuaian diri yang berbeda sesuai perkembangan dalam beradaptasi dengan lingkungan pesantren.

Bagi santri yang baru memasuki lingkungan pesantren harus dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan di pondok pesantren. Namun, itu bukan suatu hal yang mudah bagi para santri, peralihan dari lingkungan keluarga ke lingkungan pesantren akan menimbulkan perubahan yang sangat berpengaruh bagi santri. Perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungan menuntut seorang santri melakukan penyesuaian diri. Hal ini perlu dilakukan agar terjadi keselarasan antara pribadi santri dengan lingkungan pesantren, sehingga santri dapat tinggal di lingkungan pesantren dengan nyaman.

(13)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan guru-guru yang berbeda dan teman sebaya yang memiliki latar belakang etnik yang berbeda, kegiatan ekstrakurikuler, les, dan komunitas sekolah lainnya. Hal ini jelas memerlukan adanya penyesuaian, agar siswa dapat lebih mudah berinteraksi dengan lingkungan. Beberapa peneliti yang mengamati proses transisi dari sekolah dasar menuju sekolah lanjutan tingkat pertama menemukan bahwa tahun pertama di sekolah menengah tingkat pertama menjadi masa yang sangat sulit bagi siswa (Santrock, 2012: 258).

Kemampuan penyesuasian diri siswa sangat erat hubungannya dengan mutu atau kualitas suatu lingkungan, baik keluarga, maupun lingkungan masyarakat secara luas. Sebab kemampuan penyesuasian diri yang dimiliki individu dihasilkan melalui interaksi dan pengamatan sehari-hari mereka dengan orang atau lingkungan di sekelilingnya. Sehubungan dengan faktor penentu kemampuan penyesuaian diri, Surya (1985:18) menjelaskan bahwa penentu-penentu penyesuaian diri identik dengan faktor yang menentukan perkembangan kepribadian. Adapun penentu-penentu yang dimaksud adalah: (1) kondisi jasmaniah yang melipti pembawaan, susunan jasmaniah, sistem syaraf, kelenjar otot, kesehatan, dan lain-lain; (2) perkembangan dan kematangan yang meliputi kematangan intelektual, sosial, moral, dan emosional; (3) penentu psikologis yang meliputi pengalaman belajar, pembiasaan, frustrasi, dan konflik; (4) kondisi lingkungan yang meliputi rumah, sekolah, dan masyarakat, (5) penentu kultural berupa kebudayaan dan agama.

(14)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perkataan, perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya ditunjukkan dengan bersikap dan berkata kasar, menentang guru dan staf sekolah lainnya.

Seperti pada umumnya remaja, kesulitan santri dalam penyesuaian diri sering dijumpai di pondok pesantren yang ditampilkan dalam berbagai perilaku seperti rendah diri, agresif, melanggar disiplin, mengisolasi diri, sulit bekerja sama dalam kelompok, malas belajar, dan kabur dari pesantren. Penelitian yang dilakukan oleh Andriani Anggraeni (Hikmayanti, 2010) di SMP Islam terpadu Bogor pada tahun 2006 menunjukkan sebanyak 97% santri pernah memiliki masalah atau perasaan negatif pada teman, 83% santri memiliki masalah dan perasaan negatif dengan peraturan, 87% santri merasa memiliki masalah dan perasaan negatif dengan guru dan pembimbing asrama, 74% santri memiliki masalah dan perasaan negatif dengan pemegang otoritas sekolah dan pembimbing asrama, 60% santri memiliki masalah dengan akademik, 80% santri kesulitan memenuhi tugas dan tanggung jawab disekolah, dan 67% santri menyatakan ingin kabur.

(15)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sering terjadi misalnya banyak santri yang kehilangan uang, sandal, baju, sampai pakaian dalampun sering hilang, namun salah satu penyebab santri sering kehilangan barang-barang pribadinya adalah karena keteledoran santri itu sendri.

Berdasarkan pada studi pendahuluan yang dilakukan di pondok pesantren

Assa’adah melalui observasi dan wawancara, terdapat beberapa perilaku santri

yang mengindikasikan rendahnya penyesuaian diri santri dengan lingkungan pesantren. Aspek penyesuaian diri yang masih rendah terlihat dalam kemampuan siswa melaksanakan tata tertib pondok pesantren. Hal ini terlihat dari masih banyaknya santri yang terlambat mengikuti sholat berjamaah di mushola dan pelanggaran peraturan pesantren. Selain aspek penyesuaian diri di pondok pesantren, di sekolahpun dapat dikategorikan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam menjalankan tata tertib sekolah dan masih banyak siswa yang terlambat masuk sekolah. Fenomena lain yang mengindikasikan kurangnya penyesuaian diri santri di pondok pesantren, seperti hasil wawancara dengan salah satu santri bahwa ia merasa tidak betah tinggal di pondok pesantren karena terlalu mengikat santri dengan berbagai peraturan.

Proses pendidikan termasuk layanan bimbingan dan konseling hendaknya menempuh dua sisi yang saling melengkapi. Pada satu sisi, layanan bimbingan dan konseling harus memfasilitasi individu dalam memahami diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Pada sisi selanjutnya harus memfasilitasi pengalaman-pengalaman individu dalam bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama sepanjang hayat. Proses bimbingan dan konseling seperti ini di dalamnya harus menyentuh kebutuhan pribadi dan sosial individu dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial (Suherman, 2009).

(16)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan, dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui orang-orang yang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka dalam melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan (Mutadin, 2002 : http://www.e-psikologi.com).

Fenomena yang ditemukan di pondok pesantren Assa’adah mengenai

kurangnya penyesuaian diri di pondok pesantren adalah santri yang keluar dari pondok pesantren sebelum kelulusan. Beberapa santri mengaku tidak betah di lingkungan pondok pesantren yang mengikat dengan berbagai peraturan. Selain itu, hasil

wawancara dengan pengasuh pondok pesantren Assa’adah bahwa setiap tahun ajaran baru pondok Assa’adah selalu kelimpahan santri baru, sampai kekurangan tempat.

Namun, tidak semua santri baru betah dan bertahan sampai lulus. Pada Tahun Ajaran 2011/2012 penerimaan santri baru mencapai 120 orang dan tiga bulan sampai enam bulan santri yang keluar 20 orang, adapun pada Tahun Ajaran 2012/2013 penerimaan santri baru adalah 110 orang dan enam bulan kemudian sekitar 18 orang keluar. Salah satu alasan santri yang keluar adalah karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri di lingkungan pesantren dengan berbagai peraturan yang ketat.

2. Rumusan Masalah

(17)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam diri, tegangan emosional, frustrasi dan konflik, dan memelihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan norma masyarakat. Kesulitan santri dalam penyesuaian diri sering dijumpai di pondok pesantren yang ditampilkan dalam berbagai perilaku seperti rendah diri, agresif, melanggar disiplin, mengisolasi diri dan sulit bekerja sama dalam kelompok, malas belajar, dan kabur dari pesantren.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana profil penyesuaian diri santri kelas VII Pondok Pesantren

Assa’adah Ciwaringin Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014?

2. Bagaimanakah program bimbingan pribadi sosial yang tepat untuk mengembangkan penyesuaian diri santri di pondok pesantren?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui profil penyesuaian diri santri pondok pesantren Assa’adah

Ciwaringin Cirebon Tahun Ajaran 2013-2014.

2. Memperoleh rancangan program pribadi sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri di pondok pesantren.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan memberikan manfaat yang berarti bagi pihak-pihak yang terkait, antara lain:

a. Bagi Santri

(18)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Guru pembimbing memiliki pengetahuan tambahan konsep penyesuaian diri untuk membantu siswa menghadapi kesulitannya menyesuaikan diri dalam lingkungannya.

c. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan baru mengenai konsep penyesuaian diri yang diaplikasikan dalam kehidupan dan modalitas sebagai calon konselor.

E. Asumsi Dasar Penelitian

Penelitian ini bertitik tolak dari beberapa asumsi sebagai berikut:

1. Manusia dituntut untuk melakukan penyesuaian diri khususnya remaja yang menjadi bunga harapan bangsa dan pemimpin di masa yang akan datang dan diharapkan memiliki penyesuaian diri yang tepat (Yusuf, 2008).

2. Penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia, sehingga berbagai literatur mengungkapkan bahwa “hidup

manusia sejak lahir sampai mati tidak lain adalah penyesuaian diri”

(Gunarsa dalam Sobur, 2009).

3. Penyesuaian (adjustment) adalah suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan, mengatasi ketegangan, frustrasi dan konflik secara sukses, serta menghasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup (Schneiders, 1964).

4. Beberapa peneliti yang mengamati proses transisi dari sekolah dasar menuju sekolah lanjutan tingkat pertama menemukan bahwa tahun pertama disekolah menengah tingkat pertama menjadi masa yang sangat sulit bagi siswa (Santrock, 2012).

(19)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilingkungan pesantren. Artinya penyesuaian diri santri akan lebih baik seiring dengan adanya layanan bimbingan dan konseling (Faridah, 2005).

F. Sistematika Penulisan

(20)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Pondok Pesantren Putri Assa’adah yang terletak di jalan Kebon Melati No.2 Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon. Pondok pesantren Assa’adah ini mempunyai santri yang memiliki latar belakang ekonomi, sosial dan budaya yang relatif heterogen. Populasi dalam penelitian ini merupakan santri baru Pondok Pesantren Putri Assa’adah Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1. Santri kelas VII merupakan santri yang baru memasuki pesantren sehingga perlu banyak menyesuaikan diri dengan lingkungan pesantren

2. Santri kelas VII memiliki rentang usia 11-13 tahun yang termasuk kategori usia remaja. Pada masa ini, remaja akan mengalami banyak transisi, transisi tersebut mencakup transisi fisik, psikis, sosial, dan emosional, sehingga memerlukan penyesuaian diri.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel acak, yaitu teknik penentuan sampel dengan mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama (Arikunto, 2006:112). Pengambilan sampel

didasarkan pada pendapat Surahmad yang menyatakan bahwa “Apabila

(21)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Merujuk pada pendapat Surahmad (Riduan, 2008 : 65) maka penentuan jumlah sampel dirumuskan:

S = 15% x (50% - 15%)

Keterangan:

S : Jumlah sampel yang diambil

n : Jumlah anggota populasi

dari rumus tersebut dapat ditetapkan

S =15% x (35%)

S = 15% 0.94 x (35%)

= 15% + 32%

= 47%

Jumlah sampel yang diambil adalah 47% dari jumlah populasi. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 47% x 150 = 70

B. Desain Dan Metode Penelitian

(22)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

deskriptif dapat mendeskripsikan satu variabel atau lebih dari variabel penelitian. Hasil dan kesimpulan dari penelitian deskriptif pada umumnya hanya mendeskripsikan konsep dan variabel yang diteliti.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk data numerikal atau angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya.

C. Definisi Operasional Variabel

Terdapat dua variabel utama dari tema penelitian yaitu program bimbingan pribadi-sosial dan penyesuaian diri santri. Definisi operasioanal variabel diuraikan sebagai berikut.

1. Program Bimbingan Pribadi-Sosial

Program bimbingan merupakan merupakan suatu keutuhan yang mencakup berbagai dimensi yang terkait dan dilaksanakan secara terpadu, kerja sama antara personal bimbingan dan personal sekolah lainnya, keluarga, serta masyarakat (Nurihsan, 2009: 41). Winkel dan Hastuti (2012: 91) mengartikan program bimbingan sebagai rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terorganisasi selama periode itu, misalnya dalam satu semester atau satu tahun ajaran.

Program bimbingan di lembaga pendidikan tertentu harus sesuai dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan. Pelaksanaan program bimbingan hendaknya dikelola oleh orang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan menggunakan sumber-sumber yang relevan yang berada di dalam maupun di luar lembaga penyelenggaraan pendidikan.

(23)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kebutuhan, dan secara keseluruhan bertujuan untuk menunjang pencapaian tujuan, visi dan misi sekolah. Adapun program bimbingan dan konseling pribadi sosial difasilitasi melalui aktivitas pemilihan kemampuan, sikap dan pengetahuan yang membantu siswa memahami dan menghargai diri dan orang lain.

Struktur pengembangan program berbasis tugas-tugas perkembangan

sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa adalah sebagai berikut:

a. Rasional

b. Visi dan misi

c. Deskripsi kebutuhan

d. Tujuan

e. Komponen program

f. Rencana operasional (action plan)

g. Pengembangan tema/topik

h. Pengembangan satuan pelayanan

i. Evaluasi

(Depdiknas, 2008: 220)

2. Penyesuaian Diri

(24)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam Kamus Psikologi (Chaplin) mengartikan adjustment (penyesuaian diri) sebagai 1) variasi dalam kegiatan organisme untuk mengatasi suatu hambatan dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan. 2) menegakkan hubungan yang harmonis dengan lingkungan fisik dan sosial. Kedua pengertian tersebut mengandung makna bahwa proses penyesuaian diri pada individu merupakan proses pemenuhan kebutuhan dan pemecahan masalah melalui perilaku yang diubah-ubah sehingga mencapai kepuasan terhadap lingkungan sosialnya.

Secara operasional yang dimaksud dengan penyesuaian diri adalah proses menyelaraskan diri dengan norma dan tuntutan lingkungan agar dapat berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan menghadapi persoalan diantaranya; mampu mengontrol diri, terhindar dari mekanisme-mekanisme pertahanan psikologis, terhindar dari perasaan frustrasi, memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional, mampu belajar untuk mengembangkan kualitas diri, mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu serta bersikap objektif dan realistik untuk merespon (kebutuhan dan masalah) secara matang, efisien, puas, dan sehat (wholesome). Diukur melalui respon jawaban santri terhadap pernyataan-pernyataan yang menggambarkan tujuh aspek penyesuaian diri berikut:

a. Absence of excessive emotionality (terhindar dari ekspresi emosi yang

berlebihan-lebihan, merugikan, atau tidak mampu mengontrol diri).

b. Absence of psychological mechanisme (terhindar dari

mekanisme-mekanisme psikologis, seperti rasionalisasi, agresi, kompensasi dan sebagainya)

c. Absence of the sense of personal frustration (terhindar dari perasaan

frustrasi atau perasaan kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhannya) d. Rational deliberation and self-direction (memiliki pertimbangan rasional,

(25)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Ability to learn (mampu belajar,mampu mengembangkan dirinya,

khususnya yang berkaitan dengan upaya memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah)

f. Utilization of past experience (mampu memanfaatkan pengalaman masa

lalu, bercermin ke masa lalu baik yang terkait dengan keberhasilan maupun kegagalan untuk mengembangkan kualitas hidup yang lebih baik). g. Realistic, objective attitude (bersikap objektif dan realistik, mampu

menerima kenyataan yang dihadapi secara wajar, mampu menghindari, merespon situasi atau masalah secara rasional, tidak didasari oleh prasangka buruk). (Schneiders, 1964: 289)

D. Instrumen Penelitian 1. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah berupa angket penyesuaian diri yang dikembangkan oleh Noviliana Latifah (2012). Angket tersebut memiliki indeks reliabilitas 0,84 dengan tingkat kepercayaan 95% artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalan sangat tinggi, yang menunjukkan bahwa instrumen yang dibuat tidak perlu direvisi.

2. Jenis Skala

Jenis skala pengungkap data penelitian ini dengan model Likert yang terdiri dari beberapa pernyataan positif dan pernyataan negatif dengan empat pilihan jawaban. Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh peneliti dengan cara mengajukan beberapa pernyataan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikan pilihan jawaban atau respon dalam skala ukur yang telah disediakan (Sugiyono, 2012 : 146).

(26)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap penyesuaian diri dikembangkan dari definisi operasioanal variabel penelitian yang di dalamnya terkandung aspek-aspek dan indikator untuk kemudian dijabarkan dalam bentuk pernyataan skala. Penyebaran butir pernyataan tentang penyesuaian diri santri dijabarkan ke dalam kisi-kisi sebagai berikut. b. Mengungkapkan emosi

secara wajar 9, 11 7, 8, 10 5 terhadap masalah yang dihadapi

Terhindar dari kekecewaan

(27)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Memiliki

Mengetahui kekuatan dan

menerima keterbatasan diri 49, 52 50, 51 4

4. Pedoman Skoring

Instrumen penyesuaian diri dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan beserta kemungkinan jawaban. Item pernyataan tentang penyesuaian diri siswa dibuat dalam alternatif respons pernyataan subjek skala 4 (empat) yaitu : a) Sangat Sesuai (SS); b) Sesuai (S); c) Tidak Sesuai (TS); d) Sangat Tidak Sesuai (STS). Secara sederhana tiap opsi alternatif respons mengandung arti dan nilai skor seperti beriku:

Tebel 3.2

(28)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alternatif Jawaban Skor Jawaban

Posif Negatif

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

E. Uji Coba Alat Ukur 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau keshahihan sesuatu instrument. Suatu instrument yang valid atau shahih

mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti

memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006 : 168).

r

xy

K e t e r a n g a n :

r

xy : k o e f i s i e n k o r e l a s i a n t a r a s k o r i t e m

d a n s k o r t o t a l

Σ X : J u m l a h s k o r b u t i r

Σ Y : J u m l a h s k o r t o t a l

Σ

: J u m l a h k u a d r a t b u t i r

Σ : J u m l a h k u a d r a t t o t a l

Σ X Y : J u m l a h p e r k a l i a n s k o r i t e m

d e n g a n s k o r t o t a l

(29)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

S e l a n j u t n y a d i h i t u n g d e n g a n u j i - t ,

d e n g a n r u m u s :

t =

Keterangan:

t : Nilai t hitung yang dicari

r : Koefisien korelasi hasil r-hitung

n : Jumlah responden

Selanjutnya membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel dengan

tingkat kesalahan 5% atau taraf signifikansi 95%.

Kaidah keputusan :

Jika t-hitung > t-tabel berarti valid

Jika t-hitung < t-tabel berarti tidak valid

Pengujian instrumen dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data

terhadap populasi atau yang disebut built-in. Pengujian validitas butir item yang

dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item yang terdapat dalam angket

penyesuaian diri. Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan

microsoft Office Excel 2007 terhadap 50 item pernyataan. Dari 50 butir item

instrumen diperoleh item pernyataan yang tidak valid. Hasil uji validitas setiap

item dalam instrumen kemampuan penyesuaian diri siswa secara rinci tertera

(30)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Instrumen Penyesuaian Diri Siswa

Kesimpulan No. Item Jumlah

Memadai 1,2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50.

50

2. Uji Reliabilitas

Selain harus memenuhi kriteria valid, instrumen penelitianpun harus

reliabel. Pengujian reliabilitas instrument dimaksudkan untuk melihat konsistensi

internal instrumen yang digunakan atau ketepatan alat ukur. Suatu alat ukur yang

memiliki reliabilitas baik juka memiliki kesamaan data dalam waktu yang berbeda

sehingga dapat digunakan berkali-kali. Titik tolak ukur koefisien reliabilitas

digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas sebagai berikut.

Tabel 3.4

Penafsiran Koefisien Reliabilitas

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1, 000

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

(31)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil perhitungan instrumen penyesuaian diri santri diperoleh

reliabilitas 0.91 yang artinya bahwa derajat keterandalan instrumen yang

digunakan sangat tinggi artinya instrumen ini mampu menghasilkan skor-skor

pada item dengan konsisten serta layak untuk digunakan dalam penelitian sebagai

alat pengumpul data.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipilih dalam pengumpulan data adalah melalui tes dengan menggunakan angket sebagai instrumen penelitian. Angket merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Pada penelitian ini angket yang digunakan dalam mengukur penyesuaian diri siswa berbentuk skala sikap Likert. Skala yang dipergunakan merupakan teknik pengumpul data yang bersifat mengukur, karena diperoleh hasil ukur yang berbentuk angka-angka.

Skala sikap ini berisi sejumlah pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Pernyataannya berupa pertanyaan tertutup dengan alternatif jawaban yang telah disediakan sehingga responden dapat langsung menjawabnya. Responden tidak bisa memberikan jawaban atau respon lain kecuali yang telah disediakan sebagai alternatif jawaban.

G. Analisis Data

(32)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Mencari mean, dengan menggunakan rumus

Keterangan

M : Mean N : Jumlah total

X : Banyaknya nomor pada variabel x

b. Menghitung standar deviasi dengan menggunakan rumus

Keterangan

SD : Standar deviasi X : Skor X

N : Jumlah responden

c. Menentukan batas kelompok menggunakan skor ideal, dapat dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu keterampilan penyesuaian diri santri yang tinggi, keterampilan penyesuaian diri santri yang sedang, dan keterampilan penyesuaian diri santri yang rendah.

Tabel 3.5

Tabel Interval Kategori

Interval Kategori

(M+0,5 SD) > X Tinggi

(33)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

X < (M-0,5 SD) Rendah

Berdasarkan analisis data, maka didapatkan 3 kategori kualifikasi

keterampilan penyesuaian diri santri Pondok Pesantren Assa’adah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kualifikasi Keterampilan Penyesuaian Diri Santri Assa’adah Skor Kualifikasi Interpretasi

≥ 165 Tinggi Santri Assa’adah pada kategori tinggi telah mencapai keterampilan penyesuaian diri yang optimal. Artinya santri mampu mengontrol diri, terhindar dari mekanisme-mekanisme pertahanan psikologis, terhindar dari perasaan frustrasi, memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional, mampu belajar untuk mengembangkan kualitas diri, mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu serta bersikap objektif dan realistik untuk merespon (kebutuhan dan masalah) secara matang, efisien, puas, dan sehat (wholesome).

(34)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mekanisme-mekanisme pertahanan psikologis, terhindar dari perasaan frustrasi, memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional, mampu belajar untuk mengembangkan kualitas diri, mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu serta bersikap objektif dan realistik untuk merespon (kebutuhan dan masalah) secara matang, efisien, puas, dan sehat (wholesome).

≤ 117 Rendah Santri Assa’adah pada kualifikasi rendah menunjukkan santri memiliki keinginan untuk dapat menyesuaikan diri, namun belum teraktualkan baik dari aspek perilaku mampu mengontrol diri, terhindar dari mekanisme-mekanisme pertahanan psikologis, terhindar dari perasaan frustrasi, memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional, mampu belajar untuk mengembangkan kualitas diri, mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu serta bersikap objektif dan realistik untuk merespon (kebutuhan dan masalah) secara matang, efisien, puas, dan sehat (wholesome). Keterampilan penyesuaian dirinya belum sesuai dengan yang diharapkan.

H. Langkah-Langkah Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahapan persiapan, pelaksanaan dan pelaporan, dengan deskripsi sebagai berikut:

(35)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Membuat proposal penelitian dan mengkonsultasikannya kepada dosen mata kuliah metode riset dan disahkan dengan persetujuan dari dewan skripsi dan dosen pembimbing skripsi serta ketua jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

b. Pengurusan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas, yang telah disahkan oleh dosen pembimbing pilihan dan ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

c. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Surat izin penelitian yang telah disahkan

kemudian disampaikan kepada pengasuh Pondok Pesantren Assa’adah

Babakan Ciwaringin Cirebon.

d. Meminta izin kepada peneliti sebelumnya untuk dapat menggunakan instrumen penyesuaian diri dan meminta pertimbangan dosen pembimbing .

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Menyebarkan instrumen penyesuaian diri pada santri kelas VII Pesantren

Assa’adah

b. Melakukan pengolahan dan menganalisis data mengenai tingkat penyesuaian diri santri.

c. Membuat rancangan program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri.

d. Judgment program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri kepada dua dosen yaitu kepada Ibu Dr. Hj. Nani. M. Sugandhi, M.Pd dan Ibu Dra. SA. Lily Nurillah, M.Pd.

3. Hasil dan Laporan

(36)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

(37)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Profil Penyesuaian Diri Santri Pondok

Pesantren Assa’adah

1. Gambaran Umum Profil Penyesuaian diri

Data dari hasil penelitian yang di peroleh, dapat diketahui gambaran umum penyesuaian diri santri Pondok Pesantren Assa’Adah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Gambaran Umum Profil Penyesuaian Diri Santri Pondok Pesantren

Assa’Adah

Kategorisasi Interval Jumlah Siswa Skor Rata-rata

Rendah X < 117 4 99

Sedang 118 < X < 164 57 147

Tinggi X ≥ 165 9 173

Gambaran Umum penyesuaian diri santri pondok pesantren Assa’adah di tampilkan dalam grafik 4.1 sebagai berikut:

Grafik 4.1

0 20 40 60

99 174 173

(38)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.1 dan grafik menggambarkan bahwa mayoritas santri pondok pesantren Assa’Adah Ciwaringin Cirebon memiliki kemampuan penyesuaian diri yang sedang dengan skor rata-rata 147. Santri pada kategori sedang, tengah menuju pada penguasaan keterampilan penyesuaian diri yang tinggi. Artinya santri pada kualifikasi sedang, masih memerlukan bimbingan dari guru BK, atau belum menunjukkan perilaku dengan cara-cara yang dapat diterima lingkungan sosialnya dilihat dari aspek kemampuan mengontrol emosi, terhindar dari mekanisme-mekanisme pertahanan psikologis, terhindar dari perasaan frustrasi, memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional, mampu belajar untuk mengembangkan kualitas diri, mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu serta bersikap objektif dan realistik untuk merespon (kebutuhan dan masalah) secara matang, efisien, puas dan sehat (wholesome).

2. Gambaran Umum Aspek-Aspek Penyesuaian Diri Santri

Gambaran umum aspek kemampuan mengontrol emosi ditampilkan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Gambaran Umum Aspek-Aspek Penyesuaian Diri Santri

No Aspek Skor Rata-rata Jumlah Item

1. Kemampuan mengontrol emosi 30 10

2. Mampu mengatasi mekanisme psikologis 24 8

3. Mampu mengatasi frustasi 14 5

4. Memiliki pertimbangan rasional 18 7

5. Memiliki kemampuan untuk belajar 24 8

6. Mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu

25 8

(39)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambaran umum aspek-aspek penyesuaian diri santri di tampilkan dalam grafik 4.2 sebagai berikut:

Grafik 4.2

Dapat pada Tabel 4.2 dan grafik mengenai perbedaan skor rata-rata aspek penyesuaian diri santri. Skor rata-rata terendah berada pada aspek yang ke empat yaitu memiliki pertimbangan yang rasional, sedangkan skor rata-rata tertinggi berada pada aspek ke enam yaitu mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu. Kemampuan penyesuaian diri santri pada setiap aspek memiliki skor rata-rata 21 artinya mayoritas santri Pondok Pesantren Assa’adah Ciwaringin Cirebon sudah memiliki keterampilan penyesuaian diri, namun untuk mencapai skor maksimal dengan kategori penyesuaian diri yang tinggi memerlukan bimbingan dari guru pembimbing agar mampu mengembangkan keterampilannya dalam menyesuaikan diri secara optimal terutama dalam aspek kemampuan mengontrol emosi, terhindar dari mekanisme-mekanisme pertahanan psikologis, terhindar dari perasaan frustrasi, memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional,

2,2 2,4 2,6 2,8 3 3,2

1 2 3 4 5 6 7

(40)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mampu belajar untuk mengembangkan kualitas diri, mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu serta bersikap objektif dan realistik untuk merespon (kebutuhan dan masalah) secara matang, efisien, puas dan sehat (wholesome).

B. Pembahasan Hasil Penelitian terhadap Penyesuaian Diri Santri

Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya. Semua makhluk hidup secara alami dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, agar dapat bertahan hidup. Namun pada kenyataannya, banyak individu yang gagal dalam penyesuaian diri karena individu tidak dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan individu dalam menghadapi segala tantangan dan perubahan-perubahan yang akan terjadi.

(41)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesesuaian antara tuntutan diri dengan tuntutan lingkungan sosial. (Schneiders, 1964:51)

Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan. (Mutadin, 2002: www.e-psikologi.com) . Schneiders (Yusuf, 2008:28) mengemukakan penyesuaian (adjustment) adalah suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustrasi dan konflik secara sukses, serta menghasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup.

Bagi seseorang individu yang menginjak masa remaja, akan mengalami beberapa transisi; yaitu transisi fisik, sosial, dan emosi. Beberapa transisi tersebut terkadang menimbulkan masalah bagi remaja. Oleh sebab itu remaja harus bisa menyesuaikan diri dengan beberapa transisi yang terjadi pada diri remaja. Penyesuaian penting dilakukan oleh remaja agar terjadi keseimbangan antara tuntutan diri dan lingkungan, sehingga remaja dapat diterima dilingkungan tempat remaja berinteraksi.

(42)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

psikologis, terhindar dari perasaan frustrasi, memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional, mampu belajar untuk mengembangkan kualitas diri, mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu serta bersikap objektif dan realistik untuk merespon (kebutuhan dan masalah) secara matang, efisien, puas dan sehat (wholesome). Banyaknya santri yang berada pada kategori sedang yang artinya santri tengah menuju pada penguasaan keterampilan penyesuaian diri yang tinggi dilatar belakangi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Physical condition (kondisi fisik)

Kualitas penyesuaian diri yang baik dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmani yang sehat. Setiap satu minggu sekali diadakan kegiatan olahraga yang wajib diikuti oleh seluruh santri di sekolah. Selain itu pada hari jumat diadakan kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren, hal ini dilakukan agar lingkungan bersih, sehingga berdampak baik pada kesehatan para santri dan seluruh warga Pondok Pesantren Assa’adah.

(43)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Development and maturation (perkembangan dan kematangan)

Perkembangan dan kematangan mempunyai hubungan yang erat dengan proses penyesuaian diri, dalam arti bahwa proses penyesuaian diri itu akan banyak tergantung dari tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapai. Dalam proses perkembangan, respon anak berkembang dari respon yang bersifat instingtif menjadi respon yang diperoleh melalui belajar dan pengalaman. Dengan bertambahnya usia anak juga matang untuk melakukan respon, proses ini menentukan pola-pola penyesuaian diri.

Penyesuaian diri santri yang berada pada kategori tinggi memiliki perkembangan dan kematangan dengan baik dilihat dari hasil penelitian bahwa rata-rata santri yang berada pada kategori tinggi usianya 13 tahun atau 13 tahun lebih beberapa bulan, secara emosional sudah matang artinya santri sudah mampu mengelola emosinya sehingga ia mampu mengendalikan diri dan bereaksi secara tepat sesuai dengan situasi yang dihadapi, dalam lingkungan sosial ia mampu bergaul dan menyesuaikan dengan keadaan lingkungan sosialnya, dan norma-norma yang berlaku di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat selalu dipatuhi.

Santri yang berada pada kategori sedang sudah memiliki perkembangan dan kematangan intelektual, emosional, sosial, dan moral namun masih membutuhkan bimbingan agar dapat berkembang secara optimal baik dari perkembangan intelektualnya, emosional dan moral karena santri yang berada pada kategori sedang usinya 13 tahun, kurang mampu mengelola emosi artinya pada situasi-situasi tertententu emosi santri tidak stabil, dalam pergaulan sosial ia mampu bergaul tetapi hanya dengan lingkungannya sendiri, dan norma-norma yang berlaku di lingkungan tempat ia tinggal dipatuhi tetapi masih suka dilanggar juga.

(44)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kurang dari 13 tahun, emosi santri yang belum stabil, dilihat dari hubungan sosial santri masih belum bisa bergaul dengan dengan baik kepada teman sebaya dan orang-orang lingkungan tempat ia tinggal.

3. Psychological condition (kondisi psikologis)

Banyak sekali faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri, diantaranya adalah faktor pengalaman, frustrasi, konflik, dan iklim psikologis. Proses belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam penyesuaian diri, karena melalui proses belajar ini akan berkembang pola-pola respon yang akan membentuk kepribadian.

Hasil penelitian kepada santri Pondok Pesantren Assa’adah bahwa dilihat dari kondisi psikologis, santri yang barada pada kategori tinggi memiliki pengalaman yang selalu dijadikan pengetahuan atau pelajaran dalam kehidupannya, terhindar dari perasaan frustrasi ketika menghadapi berbagai macam masalah, dan selalu berusaha menyelesaikan konflik yang dihadapi.

Santri yang berada pada kategori sedang mamiliki pengalaman hidup yang dapat dijadikan pelajaran, namun ketika memiliki masalah dan konflik kadang-kadang cepat frustrasi untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah . Sedangkan santri yang berada pada kategori rendah pengalaman hidupnya sedikit, dan tidak menjadikan pengalaman itu sebagai pelajaran, mudah frustrasi ketika menghadapi konflik dan masalah, selalu berusaha lari dari masalah bukan barusaha menyelesaikannya.

4. Environmental condition (kondisi lingkungan)

a. Pengaruh rumah dan keluarga

(45)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

individu. Santri yang berada pada kategori tinggi pada umumnya memiliki keluarga yang utuh, pendidikan dari orang tua tidak otoriter, mendapat perhatian yang cukup, pada umumnya anak pertama dari tiga sampai empat bersaudara, memiliki hubungan yang baik dengan saudara atau dengan anggota keluarga, dan status ekonomi keluarga menengah ke atas. Santri yang berada pada kategori sedang pada umumnya memiliki keluarga yang utuh, memiliki orang tua yang peduli terhadap pendidikan anaknya namun kurang diperhatikan perkembangan psikologisnya. Sedangkan santri yang berada pada kategori rendah memiliki keluarga yang utuh namun keinginannya selalu dikekang oleh orang tuanya dan menjadi anak yang selalu ketergantungan kepada orang lain, pada umumnya santri merupakan anak tengah atau terahir, hubungan sosial keluarga kurang baik atau tidak akrab dengan anggota keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga rata-rata ekonomi bawah dan ekonomi atas. b. Pengaruh masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan tempat individu bergerak, bergaul dan melakukan peranan sosialnya. Sehingga individu sedikit banyak akan terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Pengaruh masyarakat ini merupakan kondisi yang menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri. Pergaulan yang kuran sehat akan mempengaruhi tingkah laku seseorang dan dapat berpengaruh pada pola-pola penyesuaian diri.

Santri yang berada pada kategori tinggi dan sedang pada umumnya berada pada lingkungan pedesaan yang masyarakatnya memiliki tingkat solideritas yang tinggi, sedangkan santri yang berada pada kategori rendah tinggal di lingkungan yang mayoritas kurang peduli terhadap lingkungan dan lebih individual.

c. Pengaruh sekolah

(46)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial dan moral siswa, sehingga individu diharapkan mampu mempertimbangkan kemampuan menyesuaikan diri dalam segala aspek. Sekolah tempat santri belajar memiliki lingkungan yang kondusif untuk mengembangkan penyesuaian diri karena sekolah berada pada lingkungan pesantren.

5. Culture and religion (budaya dan agama)

Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh terhadap pembentukan watak dan tingkah laku individu yang diperoleh melalui media pendidikan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat secara bertahap dipengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan. Budaya yang sehat dalam suatu lingkungan masyarakat akan memberikan pengaruh yang baik kepada anggota masyarakatnya, begitu pula sebaliknya budaya yang tidak sehat akan mempengaruhi perilaku anggota yang ada di lingkungan tersebut. Pada umumnya santri yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan pesantren adalah santri yang memiliki persamaan budaya antara lingkungan rumah dengan budaya di lingkungan pesantren.

1. Aspek mampu mengontrol emosi yang berlebihan

Pencapaian pada aspek mampu mengontrol emosi yang berlebihan berada pada kategori tinggi sebanyak 17,2 % , pada kategori sedang sebanyak 71,4 %, dan pada kategori rendah sebanyak 11,4 %, dari hasil prosesntase tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa berada pada kategori sedang. Indikator dari kemampuan mengontrol emosi yang berlebihan adalah dapat mengontrol emosi dan dapat mengungkapkan emosi secara wajar.

(47)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

212). Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Misalnya, masalah yang berhubungan dengan percintaan merupakan masalah yang pelik pada periode ini. Demikian pula, menjelang berakhirnya masa sekolah para remaja mulai mengkhawatirkan masa depan mereka. Pola emosi remaja adalah sama dengan pola emosi kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih, dan lain-lain.

Meskipun pada usia remaja kemampuan kognitifnya telah berkembang dengan baik, yang memungkinkannya untuk dapat mengatasi stres atau fluktuasi emosi secara efektif. Tetapi ternyata masih banyak remaja yang belum mampu mengelola emosinya, sehingga mereka banyak mengalami depresi, marah-marah ,dan kurang mampu meregulasi emosi. Kondisi ini dapat memicu masalah, seperti kesulitan belajar, penyalahgunaan obat, dan perilaku menyimpang. Dalam suatu penelitian dikemukakan bahwa regulasi emosi sangat penting bagi keberhasilan akademik. Remaja yang sering mengalami emosi yang negatif cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah (Yusuf dan Sugandhi, 2012: 98).

Menurut Saarni (Yusuf dan Sugandhi, 2012: 99) terdapat beberapa kompetensi emosi yang penting bagi remaja, dan perlu dikembangkan, yaitu:

Kompetensi Emosi Contoh

a. Menyadari bahwa

pengungkapan (ekspresi) emosi memainkan peranan penting dalam berhubungan sosial.

(48)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Kemampuan mengatasi emosi yang negatif dengan strategi regulasi diri dapat mengurangi intensitas dan durasi kondisi emosi

Mengurangi rasa marah dengan menjauhi situasi negatif dan melakukan aktivitas yang dapat melupakan emosi tersebut.

c. Memahami kondisi emosi dari dalam tidak selalu

berhubungan dengan

pengungkapan (ekspresi) ke luar ( remaja menjadi lebih matang, dimulai dengan memahami ekspresi emosinya memberikan dampak kepada orang lain).

Memahami bahwa dirinya bisa marah, tetapi masih dapat mengelola emosi tersebut, sehingga terlihat biasa-biasa saja (netral).

d. Menyadari kondisi emosi sendiri tanpa terpengaruh oleh emosi tersebut.

Membedakan antara sedih dan cemas, dan fokus mengatasi daripada terpengaruh oleh perasaan-perasaan tersebut.

e. Dapat membedakan emosi orang lain.

Dapat membedakan bahwa orang lain itu sedang sedih bukan takut.

2. Aspek mampu mengatasi mekanisme psikologis

(49)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap adanya masalah atau konflik yang dihadapi siswa akan lebih terlihat dengan reaksi yang normal saat mengalami tekanan dari lingkungan atau ia mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhannya yang mengakibatkan frustrasi dan ia tidak mampu mengatasinya. Dalam mengahadapi stres ini akan sangat dipengaruhi oleh individu yang bersangkutan, bagaimana kepribadiannya, persepsinya, dan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah (Haeny, 2010:16).

Sebagian individu mereduksi perasaan, kecemasan , stres ataupun konflik dengan melakukan mekanisme pertahanan diri, baik yang ia lakukan secara sadar ataupun tidak. Istilah mekanisme bukan istilah yang paling tepat karena menyangkut semacam peralatan mekanik.Istilah tersebut mungkin karena Freud banyak dipengaruhi oleh kecenderungan abad ke-19 yang memandang manusia sebagai mesin yang rumit. Berikut beberapa mekanisme pertahanan diri yang bisa terjadi dan dilakukan oleh sebagian besar individu, terutama remaja yang sedang mengalami pergaulan dahsyat dalam perkembangannya kearah kedewasaan. a. Represi

Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustrasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang sebagai bukti adanya represi, tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, karena mereka membuat keinginan di bawah sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Pada umumnya, banyak individu yang pada dasarnya menekankan aspek positif dari kehidupannya.

(50)

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014

Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan untuk menjaga agar impuls-impuls dan dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi, tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktumengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapatmenitikberatkan kepada tugas.Ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi), tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi).

c. Reaction Formation (Pembentukan Reaksi)

Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi ketika dia merusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara supresi atau represi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini, individu tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan.

d. Fiksasi

Dalam menghadapi kehidupannya, individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan mengalami kecemasan, sehingga individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat bergantung pada individu lain merupakan salah satu contoh pertahanan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri.

e. Regresi

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.3
Tabel Interval Kategori
Grafik 4.1 Gambaran Umum Profil Penyesuaian Diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

BAB III : berisi tentang tuturan ekspresif pada pembelajaran guru dan siswa di beberapa SD Negeri Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012 dan

Perbedaan yang terdapat pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Priska Hevianggitasari, mahasiswi FISIP, Universitas Sebelas Maret (2009 ; xiv) , yang berjudul “

Namun demikian, nilai bobot tersebut perlu dikoreksi, didetilkan dan ditinjau setiap tahun agar lebih spesifik, realistis dan aplikatif sehingga diperlukan

Indeks lain yang dikeluarkan adalah governance (IDI) karena (1) berupa angka seolah memberikan kesan sebuah kewajiban, padahal tidak setiap negara memiliki

Uji t dilakukan untuk menguji signifikansi dari setiap variabel independen akan berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika thitung lebih besar dibandingkan dengan ttabel

Untuk mencapai tujuan hukum acara pidana, diperlukan bekal pengetahuan ilmu lain bagi aparat penegak hukum agar dapat membantu dalam menemukan kebenaran mareriil. Daktiloskopi

[r]

Tahap terakhir dari penelitian ini adalah pengolahan produk yang dihasilkan dari penelitian tahap ke dua (2) yaitu pembuatan Rendang Suir dari daging Burung Puyuh Jantan