• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hubungan antara Struktur Modal dengan Profitabilitas PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Hubungan antara Struktur Modal dengan Profitabilitas PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bank adalah salah satu perusahaan jasa yang menawarkan jasa

keuangan bagi masyarakat. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1998 tentang

perbankan menyebutkan bahwa bank merupakan badan usaha yang

menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Melalui fungsi

intermediasi tersebut perbankan menjadi sangat diandalkan untuk turut

menciptakan kestabilan sistem keuangan.

Bank menjalankan perannya yang penting terhadap perekonomian

negara, ketahanan suatu bank harus selalu diupayakan berada dalam kondisi

yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan struktur

modal bank. Struktur modal merupakan suatu komposisi sumber dana yang

dikelola oleh perbankan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya untuk

memperoleh keuntungan seperti tingkat profitabilitas, keamanan dan

kesehatan yang baik. Widodo (1995) menyatakan bahwa unsur struktur

modal yaitu ekuitas dan aktiva produktif berpengaruh nyata terhadap nilai

ROE sebagai rasio profitabilitas yang kemudian akan mempengaruhi nilai

perusahaan.

Pada tahun 2011 perbankan memiliki ketahanan yang tinggi dengan

rata-rata rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 17,53%. Perkembangannya

dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

(2)

Bank merupakan jenis perusahaan jasa yang spesifik sehingga struktur

modal bank berbeda dengan struktur modal perusahaan pada umumnya,

dimana struktur modal bank sebagian besar asetnya didapat dari pihak

ketiga, sedangkan modal sendiri dari bank hanya sebagian kecilnya.

Penggunaan modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan

guna menunjang kegiatan operasi bank, seperti untuk memberikan

perlindungan kepada nasabah, mencegah terjadinya kejatuhan bank, dan

sebagai indikator kekayaan bank (Siamat, 2005).

Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BCA merupakan empat bank terbesar

dilihat dari nilai total aset yang dimiliki menurut Bank Indonesia.

Berdasarkan nilai CAR sebagai rasio kecukupan modal, serta nilai ROE dan

ROA sebagai rasio profitabilitas, BRI adalah bank yang memiliki tingkat

profitabilitas yang paling tinggi, yaitu dilihat dari nilai Return on Equity

(ROE) dan Return on Assets (ROA) sebesar 43.83% dan 4.64%, Hal

tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai CAR, ROE dan ROA Tahun 2010 Empat Bank Terbesar

Nama Bank CAR ROE ROA

Bank Rakyat Indonesia 13.85% 43.83% 4.64%

Bank Mandiri 14.71% 32,87% 3.31%

Bank Negara Indonesia 20.64% 24.70% 2.5%

Bank Central Asia 17.20% 33.30% 3.5%

Sumber : Laporan Keuangan masing-masing bank diolah.

Apabila dilihat dari nilai Capital Adequancy Ratio (CAR), BRI

memiliki nilai yang paling rendah diantara ketiga bank lainnya karena

adanya proses pengelolaan ekuitas yang dimiliki mampu dioptimalkan oleh

BRI terhadap nilai Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Oleh sebab

itu, dalam industri perbankan perlu adanya pengelolaan struktur modal yang

(3)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, bank yang mempunyai jumlah modal besar

diharapkan mampu memiliki kinerja yang lebih baik dari bank yang dengan

jumlah modal kecil. Hal ini perlu diperhatikan oleh manajemen perusahaan

agar dapat membentuk struktur modal yang mengoptimalkan profitabilitas

serta menjaga tingkat keamanan dan kesehatan bank.

Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah

1. Bagaimana keadaan struktur modal BRI pada tahun 2006-2011?

2. Bagaimana keadaan profitabilitas BRI pada tahun 2006-2011?

3. Bagaimana hubungan antara struktur modal dengan profitabilitas BRI?

4. Unsur inti dari struktur modal apa yang memiliki hubungan paling kuat

dengan profitabilitas BRI?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah

1. Menganalisis keadaan struktur modal BRI pada tahun 2006-2011.

2. Menganalisis keadaan profitabilitas BRI pada tahun 2006-2011.

3. Menganalisis hubungan antara struktrur modal dengan profitabilitas BRI.

4. Menganalisis unsur inti struktur modal yang memiliki hubungan paling

kuat dengan profitbilitas BRI.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai dan manfaat

kepada berbagai pihak yang membutuhkan terutama bagi pihak perusahaan

seperti memberikan gambaran mengenai keadaan struktur modal, sehingga

dapat pertimbangan perumusan struktur modal agar mengoptimalkan

profitabilitas yang akan dicapai. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan

dapat menambah wawasan serta dapat dijadikan referensi atau pedoman

(4)

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Pada saat melakukan penelitian, peneliti membahas mengenai struktur

modal perbankan dengan melihat tiga parameter struktur modal perbankan

yaitu Capital Ratio (CR), Capital Adequecy Ratio (CAR) dan Rasio Ekuitas

dan Aktiva Produktif (REA). Penggambarkan keadaan struktur modal dan

profitabilitas hanya dilihat dari tiga parameter di atas didukung oleh analisis

rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas.

Hubungan struktur modal dengan profitabilitas, akan dilihat dari nilai

korelasi yang dimiliki oleh unsur inti struktur modal yaitu modal saham,

laba ditahan, jumlah dana pihak ketiga (DPK) dan hutang dengan laba

bersih. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bank

2.1.1 Pengertian Bank

Bank dalam usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi.

Sehubungan dengan fungsi penghimpunan dana ini, bank sering

disebut sebagai lembaga kepercayaan. Sejalan dengan karakteristik

usahanya tersebut, maka bank merupakan suatu segmen usaha yang

kegiatannya banyak diatur oleh pemerintah. Pengaturan secara ketat

oleh pengusaha moneter terhadap kegiatan perbankan tidak terlepas

dari perannya dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Bank dapat

mempengaruhi jumlah uang beredar yang merupakan salah satu

sasaran pengaturan oleh penguasa moneter dengan menggunakan

berbagai piranti kebijakan moneter (Siamat, 2005).

2.1.2 Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana

dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat

untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara

lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of

development, dan agent of service.

1. Agent of trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan

(trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran

dana. Masyarakat akan menitipkan dananya di bank apabila

dilandasi adanya unsur kepercayaan bahwa uangnya akan

dikelola dengan baik. Pihak bank sendiri akan menempatkan

atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila

dilandasi adanya unsur kepercayaan bahwa debitur tidak akan

menyalahgunakan pinjamannya, mengelola dana dengan baik,

(6)

tempo, dan debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan

pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

2. Agent of development

Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan

di sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut

selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Kegiatan bank

berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan

bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan

bank tesebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan

investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang

dan jasa. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini

tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu

masyarakat.

3. Agent of service

Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan

penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa

perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan

bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian

masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa

pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan

bank, dan penyelesaian tagihan (Triandaru dan Budisantoso

2007).

2.2. Sumber Dana Bank

Menurut Sinungan dalam Dendawijaya (2005), dana-dana bank yang

digunakan sebagai alat bagi operasional suatu bank bersumber dari

dana-dana sebagai berikut:

2.2.1 Dana Pihak Kesatu (Dana dari Modal Bank Sendiri)

Dana dari modal bank sendiri adalah dana yang berasal dari

pemilik bank atau para pemegang saham. Dalam neraca bank, dana

modal sendiri tertera dalam rekening modal dan cadangan yang

tercantum pada sisi pasiva (liabilities). Dana modal sendiri terdiri

(7)

1. Modal disetor. Modal disetor adalah uang yang disetor secara

efektif oleh pemegang saham pada saat bank didirikan yang

dipergunakan bank untuk penyediaan sarana perkantoran seperti

tanah atau gedung, peralatan kantor, dan promosi untuk menarik

minat masyarakat.

2. Agio saham. Dana ini merupakan nilai selisih jumlah uang yang

dibayarkan oleh pemegang saham baru dibandingkan dengan

nilai nominal saham.

3. Cadangan-cadangan. Sebagian laba bank yang disisihkan dalam

bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan

untuk menutup kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari.

4. Laba ditahan. Laba ini adalah laba milik para pemegang saham

yang diputuskan oleh mereka sendiri melalui Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) untuk tidak dibagikan sebagai

deviden, tetapi dimasukkan kembali dalam modal kerja untuk

operasional bank.

2.2.2 Dana Pihak Kedua

Dana Pihak Kedua merupakan dana pinjaman yang berasal dari

pihak luar, yang terdiri atas dana-dana sebagai berikut:

1. Call Money

Call money adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman

harian antar bank. Pinjaman ini diminta bila ada kebutuhan

mendesak yang diperlukan bank, jangka waktu call money

biasanya tidak lama, yaitu sekitar satu minggu, satu bulan, dan

bahkan hanya beberapa hari saja.

2. Pinjaman Biasa Antar Bank

Pinjaman ini berupa pinjaman biasa dengan jangka waktu relatif

lebih lama. Pinjaman ini umumnya terjadi jika antar bank

peminjam dan bank yang memberikan pinjaman kerja sama

dalam bantuan keuangan dengan persyaratan-persyaratan tertentu

yang disepakati kedua belah pihak, jangka waktunya bersifat

(8)

3. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)

Pinjaman ini terutama terjadi ketika lembaga-lembaga keuangan

tersebut berstatus LKBB. Pinjaman dari LKBB ini lebih banyak

berbentuk surat berharga yang dapat diperjualbelikan dalam

pasar uang sebelum jatuh tempo daripada berbentuk kredit.

4. Pinjaman dari Bank Sentral (BI)

Pinjaman dari bank sentral adalah pinjaman (kredit) yang

diberikan Bank Indonesia kepada bank untuk membiayai

usaha-usaha masyarakat yang tergolong berprioritas tinggi, seperti

kredit-kredit program. Pinjaman dari Bank Indonesia untuk

jenis-jenis sektor tersebut dikenal dengan istilah Kredit Likuiditas

Bank Indonesia (KLBI).

2.2.3 Dana Pihak Ketiga

Dana Pihak Ketiga adalah dana yang dihimpun dari masyarakat

yang merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh

bank. Dana dari masyarakat terdiri atas beberapa jenis, yaitu:

1. Giro (demand deposit)

Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya

dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro,

dan surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara

pemindahbukuan.

2. Deposito (time deposit)

Deposito atau simpanan jangka berjangka adalah simpanan pihak

ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam

jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian. Menurut Siamat

dalam Dendawijaya (2005) dilihat dari sudut biaya dana, dana

bank yang bersumber dari simpanan dalam bentuk deposito

merupakan dana yang relatif mahal dibandingkan dengan sumber

dana lainnya, misalnya giro atau tabungan. Kelebihan sumber

dana ini adalah sifatnya yang dapat dikategorikan sebagai sumber

(9)

berdasarkan tanggal jatuh temponya sehingga fluktuasinya dapat

diantisipasi.

3. Tabungan (saving)

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang

penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat

tertentu.

2.3. Pengertian Dasar Stuktur Modal

Menurut Keown (2010) struktur modal adalah campuran

sumber-sumber dana jangka panjang yang digunakan perusahaan. Struktur modal

yang optimal adalah saat campuran sumber dana tersebut tepat dengan

memperhitungkan biaya modal jangka panjang komposit. Sumber dana yang

meningkatkan biaya pendanaan tetap (hutang jangka panjang dan saham

preferen) harus dikombinasikan dengan saham biasa dalam proporsi yang

paling sesuai dengan pasar investasi.

Apabila campuran ini dapat dipertemukan, dengan menganggap yang

lainnya konstan, harga saham perusahaan bisa dimaksimalkan. Struktur

modal korporat dapat dipandang sebagai jumlah dolar absolut, masalah

struktur modal yang sebenarnya adalah menyeimbangkan sumber-sumber

dana dengan tepat.

2.4. Struktur Modal dalam Perbankan 2.4.1 Pengertian Modal Bank

Modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di

Indonesia terdiri dari:

1. Modal Inti

Modal inti diperhitungkan dengan faktor pengurang berupa pos

goodwill. Modal inti terdiri dari modal disetor dan cadangan

tambahan modal.

2. Modal Pelengkap

Modal pelengkap hanya dapat diperhitungkan setinggi-tingginya

sebesar 100% dari Modal Inti. Modal pelengkap terdiri dari

(10)

pinjaman, pinjaman subordinasi, peningkatan nilai penyertaan

modal.

Modal minimum untuk mendirikan sebuah bank umum

ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar Rp 3,00 Triliun. Dalam

mengelola modalnya, bank dapat melakukan kegiatan penyertaan

modal yaitu menanamkan dana bank dalam bentuk saham pada

perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Kegiatan penyertaan

modal oleh bank merupakan salah satu bagian dari kegiatan

penanaman dana bank untuk memperoleh pendapatan disamping

kegiatan lainnya seperti penyaluran kredit, penanaman dana dalam

bentuk surat-surat berharga, dan kegiatan pasar uang antar bank.

Kegiatan tersebut selain mendatangkan keuntungan, namun

memiliki potensi risiko, oleh karena itu Bank Indonesia menetapkan

peraturan mengenai prinsip kehati-hatian dalam kegiatan penyertaan

modal pada PBI nomor 10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban

Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Begitu pula dalam

penyertaan modal pada pemberian kredit, harus dilakukan

setinggi-tingginya sebesar Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)

(Siamat, 2005).

2.4.2 Fungsi Modal Bank

Menurut Dahlan Siamat (2005), modal bank

sekurang-kurangnya memiliki tiga fungsi utama yaitu: fungsi operasional,

fungsi perlindungan, fungsi pengamanan dan peraturan. Keseluruhan

fungsi modal bank dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Memberikan perlindungan kepada nasabah.

2. Mencegah terjadinya kejatuhan bank.

3. Memenuhi kebutuhan gedung kantor dan inventaris.

4. Memenuhi ketentuan permodalan minimum.

5. Meningkatkan kepercayaan masyarkat.

6. Menutupi kerugian aktiva produktif bank.

7. Sebagai indikator kekayaan bank.

(11)

2.5. Parameter Struktur Modal Bank

Terdapat tiga parameter dalam struktur modal dalam industri

perbankan (Widodo, 1995):

1. Capital Ratio (CR)

Perbandingan antara ekuitas dan penghapusan penyisihan kredit yang

diberikan dengan total kredit yang diberikan. Ini menujukkan

kemampuan struktur modal bank dalam menutup kemungkinan tidak

kembalinya kredit.

2. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Tingkat kecukupan modal bank dinyataka dengan suatu rasio yang

disebut rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR).

Parameter ini merupakan unsur utama dalam pengukuran struktur modal

bank. Penetapan CAR untuk perbankan Indonesia didasarkan dengan

membandingkan jumlah modal yang dimiliki bank (modal inti dan modal

pelengkap) dengan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

ATMR aktiva neraca didapat dengan cara mengalikan nilai-nilai nominal

item neraca dengan bobot risiko. Perhitungan ATMR tidak hanya

menghitung aktiva yang tercantum pada neraca tetapi juga pada aktiva

yang bersifat administratif.

Standar CAR yang berlaku secara internasional ditetapkan oleh

Bank for International Settlement (BIS) di Basle, Switzerland. Menurut

kesepakatan tersebut ditetapkan bahwa setiap bank harus memenuhi

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sebesar 8%. Namun

demikian setiap negara diperkenankan melakukan

penyesuaian-penyesuaian dalam penerapannya dengan memperhatikan kondisi

perbanan di negara yang bersangkutan. Sejalan dengan standar yang

ditetapkan oleh BIS, Indonesia juga menetapkan peraturan mengenai

permodalan perbankan yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor

10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008 tentang CAR sebesar 8%

(12)

3. Rasio Ekuitas dan Aktiva Produktif (REA)

Perbandingan antara modal ekuitas dengan aktiva produktif merupakan

seluruh aktiva yang memiliki oleh bank dan digunakan untuk

memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Aktiva ini terdiri dari

kredit yang diberikan, penempatan dana pada deposito berjangka pada

bank lain, penempatan dana pada call money, penanaman dana dalam

surat-surat berharga yang meliputi surat-surat berharga jangka pendek

yang digunakan sebagai cadangan sekunder dan surat berharga jangka

panjang yang dimaksudkan untuk meningkatkan profitabilitas bank,

penempatan dana pada bank lain dan penyertaan modal yang merupakan

penanaman dana dalam bentuk saham secara langsung pada bank atau

lembaga keuangan lain yang berkedudukan di dalam dan di luar negeri.

2.6. Profitabilitas

Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran

dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan

mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Angka

profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka laba sebelum atau sesudah

pajak, laba investasi, pendapatan per saham, dan laba penjualan. Nilai

profitabilitas menjadi norma ukuran bagi kesehatan bank.

Adapun rasio yang dapat mengukur profitabilitas yaitu rasio

profitabilitas. Rasio ini dapat mengukur efektivitas manajemen secara

keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang

diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin

baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan

tingginya perolehan keuntungan perusahaan (Fahmi, 2011).

2.7. Laporan Keuangan

Menurut Sudjaja dan Barlian (2003), laporan keuangan adalah suatu

laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan

sebagai alat komunikasi antar data keuangan/aktivitas perusahaan dengan

pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data/aktivitas tersebut.

(13)

menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan

dalam pengambilan keputusan secara ekonomi. Laporan keuangan dalam

industri perbankan dapat menunjukkan kinerja manajemen bank per periode.

1. Laporan Neraca

Menurut Jumingan (2006) neraca adalah suatu laporan yang

sistematis tentang aktiva (assets), utang (liabilities), dan modal sendiri

(owner’s equity). Biasanya dibuat pada saat buku ditutup, yakni akhir

bulan, akhir triwulan, atau akhir tahun.

Menurut Keown (2004), neraca memberikan gambaran sesaat

posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, menyajikan

kepemilikan aktiva, kewajiban, serta ekuitas pemegang saham dari para

pemilik. Neraca merupakan bagian dari laporan keuangan suatu

perusahaan yang dihasikan pada suatu periode akuntansi yang

menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode tertentu.

Aktiva menggambarkan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan,

sedangkan kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukkan

bagaimana sumber dana itu dibiayai. Dalam dunia perbankan, neraca

adalah laporan yang menunjukkan posisi aktiva (harta) dan pasiva

(kewajiban dan ekuitas) keuangan bank pada tanggal tertentu.

Adapun yang disebut dengan aktiva produktif adalah bentuk

penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk

kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi,

tagihan atas surat berharga yang di beli dengan janji dijual kembali

(reverse repurchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan, transaksi

rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat

dipersamakan dengan itu (PBI No. 7/2/PBI/2005)

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah laporan keuangan bank yang

menggambarkan pendapatan dan biaya operasional dan non-operasional

bank serta keuntungan bersih bank untuk suatu periode tertentu. Dalam

(14)

pendapatan serta jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan

serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Dendawijaya,

2005).

2.8. Hasil Penelitian Terdahulu

Pada penelitian Kukuh Indah Lestari (2005) dengan judul Pengaruh

Sturktur Modal Terhadap Laba Bersih Pada Bank Rakyat Indonesia (periode

2000-2004). Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa ketiga parameter

struktur modal perbankan yaitu CR, CAR dan REA berpengaruh terhadap

laba bersih secara tidak nyata. Struktur modal yang paling efektif terhadap

laba bersih adalah Rasio Ekuitas dan Aktiva Produktif (REA).

Pada penelitian Joko W. Widodo (1995) dengan judul Pengaruh

Struktur Modal Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Bank

Internasional Indonesia Periode 1992-1994. Penelitian ini menggambarkan

keadaan struktur modal dengan parameter struktur modal perbankan yaitu

CR, CAR, dan REA, serta menganalisis komponen struktur modal yaitu

ekuitas dan aktiva produktif terhadap ROE dan nilai perusahaan. Hasil dari

penelitian ini menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh signifikan

terhadap profitabilitas. Ekuitas memberikan pengaruh negatif terhadap ROE,

sementara aktiva produktif berpengaruh positif. Kedua faktor tersebut

(15)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Bank merupakan salah satu badan usaha yang mempunyai fungsi

utama yaitu penghimpun dana dari masyarakat yang mengalami surplus

dana dan penyaluran dana untuk masyarakat yang mengalami defisit dana.

Struktur modal merupakan faktor yang penting untuk mengembangkan

usaha serta mengurangi risiko keuangan. Perumusan struktur modal akan

melihat nilai dari modal bank, dana pihak ketiga dan hutang yang

diperhatikan untuk mengoptimalkan pendapatan yang diperoleh.

Terdapat tiga parameter dalam struktur modal perbankan yaitu Capital

Ratio (CR) yang merupakan rasio antara ekuitas dan penghapusan

penyisihan kredit dari total kredit yang diberikan, Capital Adequacy Ratio

(CAR) atau rasio kecukupan modal yang merupakan perbandingan antara

modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Rasio (ATMR), serta Rasio

Ekuitas dan Aktiva Produktif (REA) merupakan rasio antara ekuitas dengan

aktiva produktif. Analisis terhadap tiga parameter struktur modal tersebut

akan didukung pula oleh analisis rasio keuangan bank yang berhubungan

dengan struktur modal diantaranya rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan

rasio rentabilitas digunakan untuk menggambarkan keadaan struktur modal

dan profitabilitas bank.

Analisis yang dilakukan menggunakan analisis trend berfungsi untuk

mengetahui perkembangan nilai yang menjadi unsur inti dari struktur modal

dan perkembangan laba dan mendapatkan peramalan nilai-nilai tersebut tiga

tahun kedepan. Adapun analisis korelasi digunakan untuk melihat hubungan

antara unsur struktur modal dengan laba bersih. Analisis deskriptif dan

Analisis rasio keuangan akan menggambarkan tingkat kesehatan dan

ketahanan bank ditinjau dari sisi struktur modal yang diharapkan

menghasilkan rekomendasi kebijakan seputar struktur modal. Kerangka

(16)

Gambar 2.Kerangka Pemikiran Penelitian

Adapun alur pikir penelitian merupakan gambaran umum proses terstruktur

dari jalannya penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3.

Equity Dana Pihak Ketiga

Analisis Korelasi PT BRI (Persero), Tbk

Struktur Modal

Hubungan Struktur Modal Keadaan Struktur Modal

dan Profitabilitas

Profitabilitas BRI

Rekomendasi Kebijakan Struktur Modal Hutang

Analisis Rasio Keuangan

Parameter Struktur Modal Analisis Trend

(17)

Gambar 3.Alur Pikir Penelitian

17

Output :

1. Gambaran keadaan struktur modal Bank 2. Struktur Modal 3. Peningkatan

Profitabilitas profitabilitas PT Bank

BRI, Tbk

Data dan Informasi:

1. Profil Perusahaan 2. Laporan

1. Analisis Regresi Berganda 2. Analisis Trend 3. Analisis Rasio

Likuiditas,

1. Kebijakan politik 2. Globalisasi

Input

Feedback

Faktor-faktor berpengaruh yang dapat dikendalikan:

1. Stabilitas Pendapatan 2. Manajemen Perusahaan 3. Kondisi Internal

Perusahaan

Faktor-faktor berpengaruh yang tidak

dapat dikendalikan: 1. Kondisi Perekonomian 2. Waktu

3. Penilaian Risiko

Permasalahan yang ada:

Struktur modal perlu diperhatikan manajemen bank untuk

(18)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

secara keseluruhan termasuk Kantor Pusat, Kantor Cabang dan Anak

perusahaan dengan menggunakan data Annual Report. Penelitian ini

dilakukan pada bulan Desember 2011 hingga Maret 2012.

3.3. Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder. Data sekunder

merupakan data yang telah dikumpulkan sebelumnya. Data ini diperoleh

dari perusahaan berupa data laporan keuangan yang telah dipublikasikan

untuk periode 2006-2011 dan untuk menunjang kesempurnaan hasil

penelitian, peneliti juga akan menggunakan data sekunder yang berasal dari

studi literatur dan laporan penelitian seperti skripsi, thesis, dan jurnal ilmiah.

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini memperoleh data sekunder kemudian diolah serta

dianalisis dengan metode statistik. Statistik deskriptif bersifat menjelaskan

data dalam ukuran-ukuran nilai angka yang dapat menggambarkan

karakteristik data dengan menyajikan data dalam tablet, grafik, ukuran

pemusatan data, dan penyebaran data.

Metode Analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu

analisis deskriptif kepada tiga parameter struktur modal perbankan yaitu CR,

CAR, dan REA serta didukung oleh analisis rasio keuangan yaitu analisis

rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas untuk mengambarkan

keadaan struktur modal dan profitabilitas BRI pada periode 2006-2011.

Metode Analisis statistik dalam penelitian ini adalah analisis trend dan

analisis regresi linier berganda yang menganalisis unsur-unsur inti struktur

modal dan laba untuk mengetahui hubungan yang dimiliki struktur modal

dengan laba (profitabilitas).

3.4.1 Analisis Deskriptif

1. Parameter Struktur Modal

(19)

a. Capital Ratio (CR)

Rasio ini digunakan untuk mengukur permodalan dan

cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan,

terutama risiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih

(Kasmir, 2010):

�� = � +� ℎ X 100% ... (1)

b. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Rasio ini merupakan rasio kecukupan modal perbankan yang

merupakan unsur penting dalam melakukan pengukuran

struktur modal perbankan. Rasio ini menjadi standar

kesehatan bank yang ditetapkan oleh BI dengan nilai minimal

8%. CAR dirumuskan sebagai berikut:

���= ∑

∑ � 100% ... (2)

c. Rasio Ekuitas dan Aktiva Produktif (REA)

Rasio ini menunjukkan persentase ekuitas terhadap aktiva

produktif yang digunakan untuk memperoleh laba, dapat

dirumuskan sebagai berikut:

���= �

� X 100% ... (3)

2. Rasio Likuditas Bank

Analisis rasio likuiditas adalah analisis untuk mengukur

seberapa likuid suatu bank dalam melayani nasabahnya, dari

beberapa rasio yang ada, penelitian ini menggunakan salah satu

jenis rasio likuiditas, yaitu Assets to Loan Ratio (ALR). Rasio ini

dirumuskan sebagai berikut (Kasmir, 2010):

���= ∑

∑ X 100% ... (4)

3. Rasio Solvabilitas Bank

Rasio solvabilitas bank merupakan ukuran kemampuan

bank dalam mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya.

Rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank

(20)

(Kasmir, 2010). Salah satu rasio yang akan digunakan adalah

Primary Ratio. Rumus untuk mencari primary ratio adalah

sebagai berikut.

Primary Ratio = � X 100% ... (5)

4. Rasio Rentabilitas

Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk

menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan

profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain

itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk

mengukur tingkat kesehatan bank.

Perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari

hubungan timbal balik antarpos yang terdapat pada laporan laba

rugi ataupun hubungan timbal balik antarpos yang terdapat pada

laporan laba rugi bank dengan pos-pos pada neraca bank guna

memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur

tingkat efisiensi dan profitabilitas bank (Dendawijaya, 2005).

Rasio yang digunakan yaitu:

a. Return on Assets (ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank

dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan dari segi

penggunaan aset. ROA dirumuskan sebagai berikut:

���= X 100% ... (6)

Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba

setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL laba yang

diperhitungkan adalah laba sebelum pajak. (Dendawijaya,

2005).

b. Return on Equity (ROE)

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih bank

dengan modal sendiri. ROE dirumuskan sebagai berikut:

(21)

Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham

(baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham

baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli

saham bank.

3.4.2 Analisis Trend

Analisis trend membutuhkan satu tahun yang akan digunakan

sebagai dasar tahun untuk membandingkan laporan satu periode

dengan periode lainnya dengan pendekatan indeks dasar tunggal.

Kemudian dibuat dalam bentuk persentasi. Tahun dasar ini

diperlukan sebagai pertimbangan yang akan dibuat dalam bentuk

persentase. Hasil dari analisis ini dapat melihat kecenderungan dan

perkembangan perusahaan. Analisis trend dirumuskan sebagai

berikut:

� = ��� ���

� 100%

...

(8)

Keterangan:

Rxi = nilai persentasi tahun ke – i

Pxi = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis (sumber

dana/modal) dan laba.

Pxo = pos x dalam laporan keuangan pada tahun dasar (sumber

dana/modal) dan laba.

3.4.3 Analisis Korelasi

Analisis korelasi berguna untuk mengukur tingkat keeratan

hubungan antar dua peubah. Nilai korelasi berkisar antara -1 sampai

+1. Nilai korelasi negatif berarti hubungan antara dua peubah adalah

negatif. Artinya apabila salah satu peubah menurun maka peubah

lainnya akan meningkat. Sebaliknya nilai korelasi positif berarti

hubungan antara dua peubah adalah positif. Artinya, apabila salah

satu peubah meningkat, maka peubah lainnya meningkat pula. Suatu

hubungan dikatakan berkorelasi kuat apabila semakin mendekati +1

atau |-1|. Sebaliknya suatu hubungan dikatakan lemah apabila

semakin mendekati 0 (nol). Ρ merupakan nilai korelasi antar peubah

(22)

Hipotesis untuk menguji korelasi adalah :

H0 : ρ = 0

Hipotesis ini berarti tidak ada korelasi antara peubah yang diteliti.

H1 : ρ ≠ 0

Dimana ρ adalah korelasi antara 2 peubah.

Hipotesis ini berarti ada korelasi antara dua peubah yang diteliti.

Dengan daerah penolakan H0 adalah p-value< α (Irawan dan Astuti,

(23)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Perusahaan

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (selanjutnya disebut “BRI”)

didirikan pada tanggal 18 Desember 1968 berdasarkan undang-undang No.

21 Tahun 1968 dan pada tanggal 29 April 1992, berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia (Pemerintah) No. 21 Tahun 1992 bentuk

badan hukum BRI diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

BRI adalah salah satu bank umum terbesar di Indonesia yang memiliki

prestasi yang sangat baik. Menurut Majalah SWA (April 2011) BRI adalah

bank yang mencetak laba terbesar untuk tahun 2010 yakni Rp 11,4 triliun

atau naik sebesar 56,98% dibandingkan perolehan tahun sebelumnya yaitu

Rp 7,3 triliun. BRI berhasil mempertahankan predikat bank dengan

pencapaian laba terbesar sejak tahun 2005.

4.1.1 Visi Misi Perusahaan

Visi Bank menjadi bank komersial terkemuka yang selalu

mengutamakan kepuasan pelanggan. BRI telah menetapkan tiga misi

untuk mencapai visi perseroan,yaitu:

1. Melakukan praktik perbankan terbaik dengan prioritas pada

layanan tersebut, Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk

mendukung ekonomi rakyat.

2. Menyediakan pelanggan dengan layanan terbaik disampaikan

melalui jaringan yang luas dan didukung oleh sumber daya

manusia yang profesional, sekaligus taat pada praktik Tata

Kelola Perusahaan (TKP).

3. Menciptakan nilai yang optimal dan manfaat bagi para

stakeholder.

4.1.2 Fokus Bisnis

Sejak awal berdiri yaitu pada tahun 1968, BRI memiliki

komitmen untuk fokus pada layanan perbankan di usaha mikro,

kecil, dan menengah (UMKM). Komitmen ini tercermin dalam

(24)

penduduk dan jasa keuangan lainnya bahwa Bank menawarkan

kepada masyarakat.

4.1.3 Jaringan

Pada September 2011, BRI melayaninya pelanggan melalui

lebih dari 7.000 outlet menyebar di seluruh Indonesia:

1. 1 Kantor Pusat

2. 18 Kantor Wilayah

3. 14 Kantor Audit Daerah

4. 424 Kantor Cabang (termasuk 1 unit khusus dan 3 kantor di luar

negeri)

5. 480 Kantor Cabang Pembantu

6. 4.766 BRI Unit (Micro Outlet)

7. 854 Kas Counters

8. 1.195 Teras BRI

Sejak 2009, seluruh outlet BRI di atas yang terhubung secara

real time online dengan BRINETS. BRI juga menyediakan akses ke

layanan perbankan melalui saluran elektronik;

1. 6.773 ATM terkait dengan ATM Bersama, ATM Prima, ATM

Link, Cirrus, dan Maestro

2. 18.030 Electronic Data Captures (EDC)

3. 70 Mesin Setoran Tunai (CDM)

BRI juga didukung oleh sejumlah besar karyawan yang handal

dan kompeten/profesional/berpengalaman. Saat ini mempekerjakan

lebih dari 38.000 orang.

4.1.4 Produk dan Jasa BRI

Adapun produk dan jasa-jasa keuangan serta layanan yang

ditawarkan oleh Bank Rakyat Indonesia antara lain:

1. Produk Simpanan

Produk simpanan yang ditawarkan BRI antara lain adalah giro,

tabungan dan deposito. Untuk lebih rinci akan dijelaskan

(25)

a. BritAma

Tabungan BRItAma merupakan produk unggulan untuk

merebut pasar dana pihak ketiga di perkotaan yang

menginginkan kemudahan dan kenyamanan dalam

melakukan transaksi perbankan. Tabungan BritAma

tersedia dalam mata uang rupiah dan mata uang asing.

b. Giro BRI (GiroBRI)

Giro BRI terdiri dari dua jenis, yaitu Giro BRI rupiah dan

Giro BRI valas. Giro BRI Rupiah merupakan simpanan

pihak ketiga dalam mata uang rupiah, yang penarikannya

dapat dilakukan sewaktu-waktu, dengan menggunakan

warkat cek atau bilyet giro, surat perintah penarikan

lainnya atau pemindahbukuan (overbooking). Nasabah

giro dapat berasal dari nasabah perorangan maupun

non-perorangan, seperti badan usaha (CV/PT/PMA), yayasan

dan institusi atau badan usaha lainnya.

Giro BRI Valas merupakan simpanan pihak ketiga dalam

valuta asing pada BRI yang setiap saat dapat diambil alih

oleh pemegang rekening yang bersangkutan. Rekening

Giro BRI Valas dibuka dalam mata uang selain rupiah

seperti US Dollar, terbatas pada Euro, SGD dan

Poundsterling, dimana terlebih dahulu harus disertakan

surat izin untuk pembukaan rekening giro dengan mata

uang tersebut. Untuk Giro BRI Valas tidak diperkenankan

untuk mengeluarkan cek dan bilyet giro. Penarikan Giro

BRI Valas dapat dilakukan dengan cara masuk ke

rekening rupiah atau diambil tunai dengan kurs beli

devisa, ditransfer ke rekening di bank dengan dikenakan

(26)

c. Simpedes

Simpedes merupakan simpanan pihak ketiga untuk

segmen mikro. Target pasar utama dari produk ini adalah

kalangan menengah ke bawah di wilayah pedesaan dan

sub-urban. Tabungan simpedes telah diakui dunia sebagai

pelopor tabungan di sektor microfinance.

d. DepoBRI

DepoBRI adalah simpanan berjangka yang penarikannya

hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai

perjanjian. Jangka waktu yang ditawarkan produk ini

mulai dari 1 (satu) sampai 24 bulan. Keunggulan

DepoBRI diantaranya adalah suku bunga yang kompetitif,

tersedia dalam berbagai jenis pilihan mata uang, dapat

dicairkan diseluruh unit kerja BRI dan dapat dijadikan

sebagai agunan kredit (cash colateral).

e. Tabungan Haji

Tabungan haji adalah produk tabungan khusus bagi

nasabah yang ingin melaksanakan ibadah haji. Produk ini

membantu nasabah dalam mempersiapkan biaya

penyelenggarakan ibadah haji (BPIH), baik BPIH biasa

maupun BPIH khusus/haji plus.

f. BritAma Junio

BritAma Junio adalah tabungan yang memiliki tagret

pasar khusus anak-anak yang berusia 17 tahun ke bawah,

namun seiring dengan meningkatnya permintaan akan

BritAma Junio, nasabah yang berusia di atas 17 tahun

juga dapat memiliki produk ini. Tujuan dari tabungan ini

adalah untuk memperkenalkan perbankan sejak dini dan

menanamkan rasa gemar menabung kepada anak.

2. Produk Pinjaman

a. Kredit Mikro, produk pinjaman mikro BRI terdiri kupedes

(27)

kredit mikro BRI dengan plafon pinjaman sampai dengan

Rp 100 Juta yang dilayani BRI unit dan Teras BRI.

Sedangkan KUR mikro adalah kredit komersial yang

diberikan kepada mereka yang memiliki kelayakan usaha

(feasible) namun mempunyai keterbatasan dalam memenuhi

persyaratan yang ditetapkan perbankan atau belum bankable.

b. Kredit Kecil/Ritel

Kredit ritel komersil yang dipasarkan oleh BRI berorientasi

pada pemenuhan kebutuhan pelaku bisnis usaha kecil di

semua sektor ekonomi. Selain produk kredit investasi dan

kredit modal kerja, BRI memiliki alternatif skema kredit

sesuai kebutuhan dan karakteristik usaha nasabah.

c. Kredit Konsumer

BRI membangun jaringan kerja operasional yang fokus

melayani kredit konsumer melalui sentra kredit konsumer

(SKK) dan Point of Sales (POS).

d. Kredit Program

Kredit Program BRI dibedakan menjadi Kredit Program

Komersial (Commercial Program Loan), Kredit Program

Bersubsidi (Subsidized Program Loan), dan Kredit Kelolaan

(Channeling Loan), Kredit program komersil dan kredit

program bersubsidi dicatat secara on-balance sheet,

sedangkan kredit channeling dicatat secara off-balance sheet

karena BRI hanya memberikan jasa sebagai penyalur kredit

yang bersumber dari dana pemerintah dan tidak memiliki

risiko kredit.

Kredit program komersial ditujukan untuk debitur usaha

mikro, kecil, dan koperasi yang layak dibiayai namun tidak

bisa mendapatkan pembiayaan skema program bersubsidi

atau komersial (belum bankable). Salah satu kredit program

(28)

mengalami perubahan sangat pesat sejak pertama kali

diluncurkan pada November 2007.

e. Kredit Menengah/Korporasi

Sasaran kredit ini adalah perusahaan swasta atau non-BUMN

(Badan Usaha Milik Pemerintah) dengan besar pinjaman

diatas Rp 50 miliar sampai dengan Batas Maksimum

Pemberian Kredit (BPMK). Kredit ini terbagi dalam dua

segmen utama yaitu Kredit Agribisnis dan Kredit Bisnis

Umum (Non Agribisnis).

3. Jasa Perbankan

a. BRI Priority Banking

BRI prioritas merupakan kegiatan pelayanan dan jasa

perbankan yang diberikan secara eksklusif kepada nasabah

kalangan affluent dan high net worth individual, meliputi

pelayanan dan jasa perbankan umum, jasa konsultasi

perencanaan keuangan dan investasi, asuransi, maupun

perencanaan pensiun.

b. Cash Management System

Semakin ketatnya persaingan di perbankan dan semakin

pesatnya perkembangan dunia bisnis menuntut BRI untuk

selalu dapat menyediakan fitur-fitur cash management yang

relevan dan menjadi solusi dari setiap permasalahan yang

dihadapi nasabah. Fitur-fitur Cash Management System BRI

meliputi:

1) Account Information

2) Reporting

3) Transfer Antar Rekening BRI

4) Mass Fund Transfer

5) Payroll

6) Transfer Antar Bank

(29)

8) Liquidity Management System (Pooling). Fitur transfer

otomasits pada beberapa rekening milik client antara lain

terdiri dari fitur Fixed Balance Account, Fitur Range

Balance Account, Fitur Fill Defisit, Fitur Value Based

Pooling, dan Fitur Target Balance Account.

c. Salary Crediting

Pembayaran gaji adalah fasilitas pengkreditan gaji secara

otomatis dari rekening individu atau perusahaan ke rekening

simpanan karyawan sesuai tanggal yang telah disepakati.

d. Layanan Treasury

Aktivitas Treasury di BRI merupakan salah satu fungsi yang

sangat strategis dalam pengelolaan aset dan kewajiban bank.

e. Layanan Internasional

BRI menyediakan berbagai macam produk dan layanan untuk

dapat memenuhi kebutuhan nasabah termasuk produk dan

layanan trade finance. Trade Finance memberikan kontribusi

terhadap bisnis BRI termasuk Fee-Based Income yang

sangat mendukung upaya peningkatan pendapatan non

bunga.

4.2. Struktur Modal BRI

Struktur modal BRI mengalami perubahan sejak tanggal 3 Oktober

2003 berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB).

Pemegang saham BRI memutuskan hal-hal sebagai berikut:

1. Restrukturisasi modal BRI per 30 Juni 2003 yang timbul dari dana

rekapitalisasi senilai Rp 29.063.531 untuk meningkatkan modal

ditempatkan dan disetor penuh oleh Negara Republik Indonesia dari Rp

1.728.000 yang terdiri dari 1.728.000 lembar saham dengan nilai

nominal Rp 1.000.000 per lembar saham, menjadi Rp 5.000.000 yang

terdiri dari 5.000.000 lembar saham dengan nilai nominal yang sama per

lembar sahamnya, serta sisa sebesar Rp 25.791.531 menjadi tambahan

(30)

2. Saham dibagi dengan perubahan nilai nominal saham dari Rp 1.000.000

menjadi Rp 500,00.

3. Peningkatan modal dasar BRI dari Rp 5 triliun, terbagi 5.000.000 saham

dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per saham, menjadi Rp 15 triliun

yang terbagi 30.000.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 500

(Rupiah penuh) per saham.

4. Pemanfaatan cadangan umum dan khusus pada tangal 30 Juni 2003

sebesar Rp 1.386.616 untuk menutupi akumulasi kerugian per tanggal 30

Juni 2003.

5. Rencana kuasi-reorganisasi BRI pada tanggal 30 Juni 2003 untuk

menghilangkan akumulasi kerugian sebesar Rp 24.699.387 terhadap

tambahan modal disetor.

6. Tindak lanjut atas perubahan Anggaran Dasar :

a. Menyetujui perubahan status BRI menjadi Perusahaan Perseroan

Terbatas Terbuka, yang setelah itu nama BRI akan diubah menjadi

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.

b. Menyetujui untuk mengubah semua ketentuan dalam anggaran dasar

BRI dengan revisi sesuai denganUU No 8 tahun 1995 tentang “Pasar

Modal” dan ketentuan-ketentuan lainnya.

7. Berdasarkan surat dari Ketua Bapepam Mo S-2646/PM/2003 tanggal 31

Oktober 2003, pernyataan pendaftaran disampaikan oleh BRI

sehubungan dengan IPO saham BRI dari 3.811.765.000 Seri B saham

biasa yang terdiri dari 204.706.000 saham seri B yang umum dimiliki

oleh Negara Republik Indonesia dan 1.764.705.000 seri B baru saham

biasa diterbitkan dengan nilai nominal Rp 500 (rupiah penuh) per saham

dan harga penawaran awal Rp 875 (rupiah penuh) setiap saham kepada

masyarakat yang berlaku efektif pada tanggal 31 Oktober 2003. Dengan

ini, secara bersamaan seluruh saham BRI telah dicatatkan pada Bursa

Efek Indonesia.

4.2.1 Keadaan Struktur Modal BRI

PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk mengelola

(31)

yang menyusun struktur modal tersebut terdiri dari ekuitas dan

hutang.

Puspopranoto (2004) menjelaskan bahwa bank mempunyai

karakterikstik tertentu yang memberikan warna pada kegiatan

operasionalnya, dan karena itu mudah dibedakan dari jenis usaha

lainnya. karakteristik dari usaha bank adalah sebagai berikut:

a. Modal yang relatif sangat kecil, ini berarti rasio modal/aktiva

total bank sangat rendah. Pada kenyataannya, kredit yang

diberikan bank bersumber dari dana milik pihaklain

(masyarakat). Pada umumnya rasio modal/aktiva dibawah

indikator perbankan global (10%). Dengan rasio tersebut, berarti

jika bankir menanamkan seluruh dananya pada obligasi dan

harganya merosot 10% atau mengalokasikannya dalam bentuk

kredit dan hanya 90% yang dibayar kembali, maka bank akan

bangkrut, karena itu manajemen bank terkenal konservatif karena

kekeliruan dalam membuat langkah/kebijakan usaha akan

berisiko besar.

b. Sebagian besar pasiva berupa kewajiban yang mudah dicairkan.

Dana pihak lain ini sebagian besar bersifat jangka pendek. Ini

berimplikasi bahwa pada setiap hari kerja sejumlah deposan bank

bisa datang dan menarik semua uang miliknya atau mentransfer

ke bank lain. Jadi, bank tidak hanya meminjamkan dana milik

orang lain, tetapi juga memberikan kesempatan kepada

orang-orang tersebut menarik kembali dananya pada setiap saat.

Kedua aspek tersebut di atas membawa implikasi bahwa masalah

sentral dari manajemen bank adalah bagaimana merekonsiliasi sasaran

bank yang dapat saling berbenturan, yaitu solvabilitas, likuiditas dan

profitabilitas. Dengan solvabel berarti tidak bangkrut dan ini

merupakan masalah yang akut karena kecilnya modal. Dengan likuid

berarti bank mampu membayar apa yang diminta para deposan. Tentu

saja karena bank adalah perusahaan bisnis, ia harus memperoleh

(32)

Perkembangan keadaan struktur modal BRI pada periode

2006-2011 dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Perkembangan Struktur Modal BRI

Terlihat pada grafik tersebut, jumlah ekuitas yang dimiliki BRI

pada periode 2006-2011 bila dibandingkan dengan jumlah hutang

maka nilai ekuitas sangat kecil, hal ini sesuai dengan pendapat

Puspopranoto yang telah dijelaskan diatas, bahwa bank memiliki

karakteristik unik dalam struktur modalnya. Perbandingan antara

rata-rata jumlah ekuitas dengan rata-rata jumlah hutang pada periode

ini adalah 9,63% untuk komposisi ekuitas dan 90,37% untuk

komposisi hutang yang digunakan oleh BRI dari total pasiva. Jumlah

hutang yang sangat besar dikarenakan oleh kegiatan bank sebagai

penghimpun dana dari masyarakat atau disebut penghimpun dana

pihak ketiga (DPK) yang kemudian dianggap hutang oleh bank.

Penyaluran kredit yang merupakan bisnis utama BRI selalu

mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Perkembangan

penyaluran kredit ini menunjukkan BRI berupaya untuk melakukan

ekspansi kredit. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan

profitabilitas. Keuntungan dari kegiatan ini diperoleh dari hasil

selisih antara bunga pinjaman dengan bunga simpanan yang

diberikan oleh bank kepada nasabah, setelah dikurangi dengan

beban-beban dari kegiatan operasional bank. Pada periode

-2006 2007 2008 2009 2010 2011

T

riliu

n

R

p

(33)

2011, jumlah kredit yang disalurkan mengalami peningkatan terbesar

di tahun 2008 yaitu meningkat sebesar 41.36% dari tahun 2007

dimana jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp 161,11 triliun

dan pada akhir periode yaitu tahun 2011 jumlahnya mencapai

Rp 285,41 triliun.

Peningkatan penyaluran kredit sejalan dengan peningkatan

penghimpunan dana pada BRI selama periode 2006-2011. Kedua

kegiatan ini menunjukkan bahwa BRI setiap tahunnya berusaha

meningkatkan fungsi intermediasi yang merupakan fungsi penting

perbankan dalam menciptakan kestabilan perekonomian negara. BRI

mengelola struktur modal dari berbagai sumber dana untuk

memenuhi kebutuhan dananya.

Dana yang dihimpun dari dana pihak ketiga terdiri dari

tabungan, deposito dan giro yang kemudian disalurkan kembali

dalam bentuk pinjaman untuk konsumsi atau untuk usaha mikro,

koperasi dan ritel. Pada periode 2006-2011 BRI menyalurkan kredit

per tahun rata-rata sebesar 79.37% dari total dana pihak ketiga yang

berhasil dihimpun. Perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan

dengan jumlah dana yang dihimpun per tahunnya dan rasio kredit

macet atau NPL dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Jumlah Penyaluran Dana dengan Jumlah Penghimpunan Dana dan Nilai NPL BRI

Tahun Kredit terhadap DPK (%) NPL (%)

2006 96.02 4.81

2007 68.82 3.44

2008 79.94 2.80

2009 81.29 3.52

2010 74.02 2.78

2011 76.13 2.30

Rata-Rata 79.37 3.28

Sumber: Annual Report BRI, Diolah

Berdasarkan nilai kredit terhadap dana pihak ketiga dapat

dilihat tingkat keefektifan dalam menjalankan fungsi intermediasi

perbankan. BRI cenderung memiliki penurunan keefektifan

(34)

sebagai rasio kredit macet dikelola BRI sehingga pada periode

2006-2011 nilai NPL tidak melebihi standar yang diberlakukan BI yaitu

5%. Menurut Dendawijaya (2005) yang termasuk kategori kredit

macet adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan

pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu

tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan.

Proporsi rata-rata jumlah ekuitas yang terdiri dari modal

saham, laba ditahan, dan sumber modal lainnya seperti agio saham

dan cadangan-cadangan, serta jumlah hutang yang terdiri dari DPK

dan kewajiban lainnya seperti pinjaman subordinasi, pinjaman antar

bank, kewajiban derivatif dan lain-lain yang dimiliki BRI pada

periode 2006-2011 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Rata-rata Proporsi Struktur Modal (Miliar Rp) Deskripsi Jumlah Rata-Rata Proporsi

Ekuitas Modal Saham 6.161 2%

Laba Ditahan 19.287 6%

Modal Lainnya 3.290 1%

Hutang Total DPK 237.626 79%

Kewajiban Lain 32.915 12% Sumber: Annual Report BRI, Diolah

Jumlah unsur inti struktur modal sepanjang periode 2006-2011

mengalami perubahan, namun komposisinya tetap yaitu dengan

jumlah hutang yang jauh lebih besar dibandingkan jumlah ekuitas.

Jumlah hutang didominasi oleh total jumlah dana pihak ketiga yang

berhasil dihimpun oleh BRI dengan kontribusi rata-rata adalah

sebesar 79% dari total struktur modal. Jumlah rata-rata proporsi

struktur modal dapat dilihat dengan lebih jelas pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik jumlah rata-rata proporsi struktur modal

2% 7% 1%

79% 11%

Modal Saham

laba ditahan

Modal lainnya

Total DPK

(35)

Tiap unsur struktur modal masing-masing memberikan

kontribusi yang berbeda-beda terhadap jumlah total struktur modal.

Kontribusi terkecil dalam struktur modal adalah modal lainnya yang

terdiri dari agio saham dan cadangan-cadangan modal rata-rata

sebesar 1 persen. Peningkatan ekuitas pada setiap tahunnya

didominasi oleh jumlah laba ditahan yang kontribusinya rata-rata

sebesar 7 persen yang diputuskan oleh BRI agar mampu menjaga

kondisi ketahanan dan keamanan dalam risiko penyaluran kredit.

Selanjutnya untuk lebih menggambarkan keadaan struktur modal

BRI akan dilihat dari nilai-nilai parameter strutur modal dan

didukung oleh beberapa rasio keuangan.

4.2.2 Capital Ratio (CR)

Capital Ratio digunakan untuk menggambarkan kemampuan

struktur modal bank dalam mengatasi risiko tidak kembalinya kredit

yang disalurkan. Berikut ini adalah hasil perhitungan nilai CR BRI

pada periode 2006-2011.

Tabel 4. Perhitungan Nilai Capital Ratio BRI (Miliar Rp)

Deskripsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Total Kredit

yang diberikan 90.283 113.973 161.108 208.123 246.964 285.410 Penghapusan

kerugian kredit yang diberikan

6.718 6.958 8.005 11.368 13.991 15.952

Ekuitas 16.879 19.438 22.357 27.257 36.673 49.820

CR (%) 26.14 23.16 18.85 18.56 20.51 23.04

Sumber : Annual Report BRI 2006-2011, diolah.

Nilai CR yang dimiliki BRI pada periode 2006-2009 cenderung

menurun dan kembali meningkat pada tahun 2010 dan 2011. Secara

umum, penurunan rasio disebabkan karena peningkatan pemberian

kredit tidak sebanding dengan kenaikan ekuitas dan penghapusan

kerugian kredit. Penurunan ini dapat diartikan bahwa kemampuan

struktur modal BRI dalam mengatasi risiko tidak kembalinya kredit

menurun pada periode 2006-2009, namun kembali meningkat pada

tahun 2010 dan 2011. Perkembangan nilai CR yang dimiliki BRI pada

(36)

Gambar 6. Grafik Perkembangan Nilai CR BRI 2006-2011

Pada periode 2006-2008 penurunan yang terbesar terjadi pada

tahun 2008 dengan nilai CR yaitu sebesar 18.85 persen sedangkan

pada tahun 2007 BRI memiliki nilai CR sebesar 23.16 persen.

Penurunan ini disebabkan oleh nilai pada komponen kredit yang

diberikan sedang mengalami kenaikan terbesar pada periode

2006-2011, dimana pada tahun 2007 nilai kredit yang diberikan sebesar Rp

113,97 triliun meningkat menjadi Rp 161,11 triliun pada akhir tahun

2008 atau mengalami peningkatan sebesar 41.36 persen. sedangkan

pada tahun tersebut kenaikan ekuitas yang terjadi hanya sebesar 15.02

persen dengan nilai Rp 19,44 triliun pada tahun 2007 menjadi Rp

22,35 triliun pada tahun 2008.

4.2.3 Capital Adequancy Ratio (CAR)

CAR merupakan rasio modal terhadap aktiva tertimbang

menurut risiko. CAR juga sering disebut sebagai rasio kecukupan

modal yang harus dipenuhi oleh bank sesuai dengan Peraturan Bank

Indonesia yaitu PBI No. 5/12/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003 dengan

perbaharuan yaitu Peraturan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008

tanggal 24 September 2008 yang berisikan mengenai bank dengan

kriteria khusus tertentu harus memasukkan risiko pasar dalam

perhitungan CAR dengan memasukkan komponen modal pelengkap

tambahan.

Risiko pasar merupakan risiko kerugian yang timbul karena

adanya pergerakan faktor pasar yang meliputi suku bunga dan nilai

26.14

23.16

18.85 18.56 20.51

23.04

0 5 10 15 20 25 30

2006 2007 2008 2009 2010 2011

CR (%)

(37)

tukar yang berlawanan dengan posisi yang dimiliki BRI baik posisi

yang ada di neraca. Instrumen keuangan yang berbasis suku bunga

memiliki risiko karena terdapat potensi perubahan suku bunga yang

akan membawa dampak ke arus kas di masa depan. Risiko nilai tukar

merupakan risiko yang timbul karena adanya gap posisi valuta asing

yang dimiliki BRI yang tercermin dalam Posisi Devisa Neto (PDN)

BRI.

Secara umum, nilai CAR BRI telah memenuhi standar

kesehatan bank berdasarkan Peraturan Bank Indonesia yaitu memiliki

nilai CAR minimal 8 persen. Dengan memiliki nilai CAR diatas 8

persen, dapat diartikan bahwa BRI sudah berada dalam kategori bank

yang sehat selama periode 2006-2011. Perhitungan CAR pada periode

2006-2011 pun telah memasukkan nilai risiko pasar sesuai dengan

Peraturan Bank Indonesia yang baru. Perhitungan CAR yang dimiliki

BRI pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada Lampiran 1. Berikut

Grafik perkembangan dan perbandingan Nilai CAR yang dimiliki

BRI dan Nilai CAR yang dimiliki sektor Perbankan Indonesia dapat

dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Perbandingan Nilai CAR BRI dengan Perbankan

BRI memiliki nilai CAR yang berfluktuatif pada periode

2006-2011. Cenderung menurun pada tahun 2006-2008 dengan nilai

masing-masing yaitu 18.82 persen, 15.84 persen, 13.18 persen dan kemudian

mengalami peningkatan pada tahun 2009-2011 yaitu dari 13.20 persen

kemudian 13,76 persen dan menjadi 14.96 persen. Bila dibandingkan 18.82

15.84

13.18 13.2 13.76 14.96

0 5 10 15 20 25

2006 2007 2008 2009 2010 2011

(38)

dengan nilai CAR perbankan yang dapat dilihat pada grafik diatas,

BRI memiliki pola kecenderungan yang sama dengan industri

perbankan secara keseluruhan. Tetapi pada tahun 2010 nilai CAR pada

industri perbankan menurun yaitu dari 17.42 persen pada tahun 2009

menjadi 17.18 persen pada tahun 2010, sedangkan nilai CAR BRI

meningkat dari 13.20 persen pada tahun 2009 menjadi 13.76 persen.

Peningkatan tersebut disebabkan oleh penurunan nilai rasio

pembayaran deviden pada tahun 2009 sebesar 35 persen yang

ditentukan oleh manajemen BRI serta didukung juga oleh adanya

strategi manajemen untuk memperluas kredit berisiko rendah. 4.2.4 Rasio Ekuitas dan Aktiva Produktif (REA)

Rasio ini akan melihat persentase modal terhadap aktiva

produktif yang digunakan bank. Rasio ini cenderung menurun pada

periode 2006-2009, namun meningkat pada 2010 dan 2011.

Aktiva produktif terdiri dari penempatan pada Bank Indonesia

dan bank lain, sekuritas, obligasi rekapitalisasi pemerintah, kredit,

piutang, dan investasi dalam saham. Perhitungan nilai REA yang

dimiliki oleh BRI pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perhitungan nilai REA BRI (Miliar Rp)

Deskripsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Total Ekuitas 16,879 19,438 22,357 27,257 36,673 49,820 Aktiva Produktif 139,038 169,091 228,781 299,063 379,696 432,647

REA 12.14% 11.50% 9.77% 9.11% 9.66% 11.52%

Sumber : Annual Report BRI 2006-2011, Diolah.

Penurunan nilai REA terbesar terjadi pada tahun 2008 dengan

nilai 11.50 persen pada tahun 2007 menjadi 9.72 persen pada tahun

2008. Perkembangan nilai REA akan digambarkan pada Gambar 8.

Peningkatan nilai aktiva produktif pada tahun 2008 menjadi salah

satu faktor yang menyebabkan nilai REA menurun. Aktiva produktif

meningkat 34.30 persen pada 2008 menjadi Rp. 228,8 triliun dari Rp

169,1 triliun pada tahun 2007. Total pinjaman BRI yang meliputi

pembiayaan syariah memberikan kontribusi terbesar untuk aktiva

(39)

Gambar 8. Perkembangan Nilai REA BRI 2006-2011

Penurunan nilai rasio REA diartikan bahwa ekuitas yang dimiliki

BRI mampu lebih efektif dalam menghasilkan aktiva produktif.

4.2.5 Rasio Likuiditas

Rasio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah

kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank. Rasio

ini memperhatikan jumlah dana harian yang tersedia utuk

mengantisipasi penarikan dana yang dilakukan nasabah. Nilai Assets

to Loan Ratio (ALR) BRI dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Perhitungan nilai Assets to Loan Ratio BRI (miliar Rp)

Deskripsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Total Kredit 90.283 113.973 161.108 208.123 246.964 285.410 Total Aset 154.725 203.735 246.077 316.947 404.286 469.899

ALR (%) 58.35 55.94 65.47 65.66 61.09 60.74

Sumber : Annual Report BRI 2006-2011, Diolah.

Berdasarkan tabel di atas, jumlah total aset, total kredit dan nilai

assets to loan ratio dapat diperjelas dalam bentuk diagram, pada

Gambar 9. Hasil dari perhitungan Assets to Loan Ratio ini

menunjukkan angka yang berfluktuatif, perubahan terbesar terjadi

pada tahun 2008 yaitu meningkat dari 55.94 persen menjadi 65.47

persen.

12.14

11.5

9.77

9.11 9.66

11.52

0 2 4 6 8 10 12 14

2006 2007 2008 2009 2010 2011

(40)

Gambar 9. Diagram Assets to Loan Ratio 2006-2011

Peningkatan pada tahun 2008 ini menandakan bahwa tingkat

likuiditas BRI lebih rendah dari tahun sebelumnya. Nilai kredit yang

meningkat sangat tinggi pada tahun 2008 menyebabkan likuiditas BRI

merendah karena tidak diimbangi dengan kenaikan total aset.

Pengelolaan tingkat likuiditas bertujuan untuk memastikan

kecukupan dana harian dalam memenuhi kewajiban pada kondisi

normal maupun kondisi krisis secara tepat waktu. Menurut Annual

Report BRI 2010, BRI melakukan monitoring secara harian atas

kemungkinan besarnya penarikan dana yang dilakukan oleh nasabah,

melakukan monitoring aset dan kewajiban yang akan jatuh tempo,

serta menjaga aset likuid yang cukup untuk memenuhi kewajiban

yang jatuh tempo.

4.2.6 Rasio Solvabilitas

Rasio ini akan mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudah

memadai atau sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total aset

masih dapat ditutupi oleh capital equity atau untuk melihat

kemampuan struktur modal bank dalam mencegah kebangkrutan.

Nilai Primary Capital yang dimiliki BRI dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perhitungan nilai Primary Ratio BRI (Miliar Rp)

Deskripsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Ekuitas 16.879 19.438 22.357 27.257 36.673 49.820 Total Aset 154.725 203.735 246.077 316.947 404.286 469.899

PR 10.91% 9.54% 9.09% 8.60% 9.07% 10.60%

Sumber : Annual Report BRI 2006-2010, Diolah

50.0%

2006 2007 2008 2009 2010 2011

(41)

Nilai Primary Ratio menunjukkan kecenderungan yang sama

dengan Capital Ratio dan REA yakni, menurun pada periode

2006-2009 dan kembali naik pada tahun 2010 dan 2011. Namun pada rasio

ini penurunan terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu dengan nilai

10.91 persen pada tahun 2006 menjadi 9.54 persen pada tahun 2007.

Hal ini berarti ekuitas jika dibandingkan dengan total asset yang

dimiliki mengalami kenaikan yang tidak seimbang secara signifikan

terjadi pada tahun 2007.

4.3. Profitabilitas BRI

Rasio rentabilitas yang akan digunakan adalah Return on Equity

(ROE) dan Return on Assets (ROA). ROE akan mengukur kinerja

manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba

bersih. Semakin besar ROE, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai.

ROA akan mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh

keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari total aset yang

dimiliki. Semakin besar ROA, semakin efisien pihak manajemen

memanfaatkan aktivitasnya dalam kegiatan operasional. Nilai ROE dan

ROA yang dimiliki BRI pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perkembangan nilai ROA dan ROE BRI periode 2006-2011

Rasio 2006 2007 2008 2009 2010 2011

ROA(%) 4.36 4.61 4.18 3.73 4.64 4.93

ROE(%) 33.75 31.64 34.5 35.22 43.83 42.49

Sumber : Annual Report 2006-2011, Diolah

Nilai ROE pada periode 2006-2011 terus mengalami peningkatan dan

sedikit mengalami penurunan pada tahun 2011. Pada periode 2006-2011

nilai terendah untuk ROE yang dimiliki BRI adalah sebesar 31.64 persen

pada tahun 2007, hal ini menandakan bahwa kinerja BRI pada 2006-2011

sangat baik karena nilai ROE yang dimiliki BRI masih berada di atas standar

BI yaitu sebesar 12,5 persen. Mempertahankan pertumbuhan pendapatan

bunga bersih, menjaga kualitas aktiva produktif dan meningkatkan efisiensi

(42)

tahunnya, sedangkan kenaikan modal disebabkan untuk mengimbangi

kenaikan jumlah kredit yang disalurkan bank agar menjaga tingkat

keamanan dan kesehatan bank. Meningkatkan nilai laba ditahan pada tahun

sebelumnya dapat menjadi alternatif untuk menaikkan nilai modal.

Perkembangan nilai ROE dan ROA yang dimiliki oleh BRI periode

2006-2011 akan digambarkan oleh grafik pada Gambar 10.

Gambar 10. Perkembangan Nilai ROA dan ROE BRI 2006-2011

Nilai ROA mengalami penurunan pada peroide 2006-2009 dan

kembali meningkat pada tahun 2010 dan 2011. BRI memiliki nilai laba

sebelum pajak terus meningkat, namun peningkatan total aset yang salah

satunya disebabkan oleh kenaikan nilai kredit mengalami peningkatan yang

lebih besar, sehingga nilai ROA menurun. Meskipun nilai ROA BRI

menurun pada periode 2006-2009 dengan nilai terendah yang pernah

dimiliki BRI yaitu 3.12 persen pada tahun 2009, nilai ini tetap berada diatas

standar BI yaitu 1,25 persen untuk nilai ROA, sehingga dapat dikatakan

keadaan profitabilitas BRI tergoleng sangat baik.

4.4. Analisis Korelasi antara Struktur Modal dengan Profitabilitas

Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keeratan

hubungan antar dua peubah. Hipotesis yang digunakan untuk menguji

korelasi adalah:

H0 : ρ = 0 : Tidak ada korelasi antara peubah yang diteliti.

H1 : ρ ≠ 0 : Ada korelasi antara peubah yang diteliti. 0

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

2006 2007 2008 2009 2010 2011

ROA

(43)

Daerah penolakan H0 adalah p-value < α (Iriawan dan Astuti, 2006).

Analisis ini memperoleh nilai korelasi antara peubah bebas dan peubah

terikat. Nilai korelasi antara peubah bebas dan peubah terikat dapat melihat

apakah ada hubungan yang signifikan antara keduanya. Adapun nilai

korelasi dapat ditingkatkan menjadi beberapa kelas, yakni:

Tabel 9. Interpretasi Nilai Korelasi

Nilai Korelasi Interpretasi

0

Korelasi sangat rendah

Cukup

Kuat

Sangat kuat

Korelasi sempurna

Analisis korelasi Pearson dilakukan dengan menggunakan software

MINITAB 16. Hasil dari analisis korelasi ini dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 dibawah ini menunjukkan nilai korelasi antar peubah struktur

modal dengan peubah profitabilitas. Peubah yang akan dilihat tingkat

keeratannya adalah laba bersih sebagai peubah terikat serta modal saham,

laba ditahan, modal lainnya, jumlah dana pihak ketiga (DPK) dan hutang

lainnya sebagai peubah bebas.

Tabel 10. Nilai korelasi dan p-value antar peubah

Peubah Laba

Nilai Korelasi 0.669

p-value 0.146

Laba Ditahan

Nilai Korelasi 0.997 0.685

Gambar

Gambar 4. Perkembangan Struktur Modal BRI
Tabel 3. Jumlah Rata-rata Proporsi Struktur Modal (Miliar Rp)
Gambar 6. Grafik Perkembangan Nilai CR BRI 2006-2011
Gambar 7. Perbandingan Nilai CAR BRI dengan Perbankan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembinaan komunikasi antara peserta kajian dengan murid terhasil dengan cara peserta kajian menggariskan kesalahan murid dalam karangan yang telah disemak, murid diminta

reaktivitas kelima sampel tersebut masih dibawah batas yang diijinkan LAK RSG-GAS yaitu 0,5%. Integritas kelima sampel masih terjaga karena suhu sampel ketika di dalam teras masih

sehingga dapat menyelesaiakan penulisan hukum yang berjudul PENGABAIAN ALAT BUKTI PETUNJUK OLEH HAKIM SEBAGAI ALASAN KASASI PENUNTUT UMUM DAN PERTIMBANGAN MAHKAMAH

Pada tabel 3 pekerjaan reparasi pada semester genap tahun 2012 merupakan semester yang paling banyak menerima pekerjaan reparasi, sedangkan jenis pekerjaan yang

Seorang auditor yang dapat menerima budaya organisasi yang dianut bersama dalam KAP tempat mereka bekerja akan menunjukan sikap positif yang akan mempermudah

Communication Objective Dari riset penyelenggara pasca event yang dilakukan melalui 60 responden yang mengetahui Klub sepatu roda kota Semarang, sebanyak 43, yang berminat gabung

dihasilkan oleh sistem untuk memuaskan kebutuhan yang diidentifikasi. Output yang tak dikehendaki a) Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat dihindari dari sistem yang

Berguna untuk mendapatkan nilai cosinus dari suatu nilai sudut dengan satuan radian.. Format : =COS(sudut)