I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bank adalah salah satu perusahaan jasa yang menawarkan jasa
keuangan bagi masyarakat. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1998 tentang
perbankan menyebutkan bahwa bank merupakan badan usaha yang
menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Melalui fungsi
intermediasi tersebut perbankan menjadi sangat diandalkan untuk turut
menciptakan kestabilan sistem keuangan.
Bank menjalankan perannya yang penting terhadap perekonomian
negara, ketahanan suatu bank harus selalu diupayakan berada dalam kondisi
yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan struktur
modal bank. Struktur modal merupakan suatu komposisi sumber dana yang
dikelola oleh perbankan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya untuk
memperoleh keuntungan seperti tingkat profitabilitas, keamanan dan
kesehatan yang baik. Widodo (1995) menyatakan bahwa unsur struktur
modal yaitu ekuitas dan aktiva produktif berpengaruh nyata terhadap nilai
ROE sebagai rasio profitabilitas yang kemudian akan mempengaruhi nilai
perusahaan.
Pada tahun 2011 perbankan memiliki ketahanan yang tinggi dengan
rata-rata rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 17,53%. Perkembangannya
dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Bank merupakan jenis perusahaan jasa yang spesifik sehingga struktur
modal bank berbeda dengan struktur modal perusahaan pada umumnya,
dimana struktur modal bank sebagian besar asetnya didapat dari pihak
ketiga, sedangkan modal sendiri dari bank hanya sebagian kecilnya.
Penggunaan modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan
guna menunjang kegiatan operasi bank, seperti untuk memberikan
perlindungan kepada nasabah, mencegah terjadinya kejatuhan bank, dan
sebagai indikator kekayaan bank (Siamat, 2005).
Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BCA merupakan empat bank terbesar
dilihat dari nilai total aset yang dimiliki menurut Bank Indonesia.
Berdasarkan nilai CAR sebagai rasio kecukupan modal, serta nilai ROE dan
ROA sebagai rasio profitabilitas, BRI adalah bank yang memiliki tingkat
profitabilitas yang paling tinggi, yaitu dilihat dari nilai Return on Equity
(ROE) dan Return on Assets (ROA) sebesar 43.83% dan 4.64%, Hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai CAR, ROE dan ROA Tahun 2010 Empat Bank Terbesar
Nama Bank CAR ROE ROA
Bank Rakyat Indonesia 13.85% 43.83% 4.64%
Bank Mandiri 14.71% 32,87% 3.31%
Bank Negara Indonesia 20.64% 24.70% 2.5%
Bank Central Asia 17.20% 33.30% 3.5%
Sumber : Laporan Keuangan masing-masing bank diolah.
Apabila dilihat dari nilai Capital Adequancy Ratio (CAR), BRI
memiliki nilai yang paling rendah diantara ketiga bank lainnya karena
adanya proses pengelolaan ekuitas yang dimiliki mampu dioptimalkan oleh
BRI terhadap nilai Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Oleh sebab
itu, dalam industri perbankan perlu adanya pengelolaan struktur modal yang
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, bank yang mempunyai jumlah modal besar
diharapkan mampu memiliki kinerja yang lebih baik dari bank yang dengan
jumlah modal kecil. Hal ini perlu diperhatikan oleh manajemen perusahaan
agar dapat membentuk struktur modal yang mengoptimalkan profitabilitas
serta menjaga tingkat keamanan dan kesehatan bank.
Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah
1. Bagaimana keadaan struktur modal BRI pada tahun 2006-2011?
2. Bagaimana keadaan profitabilitas BRI pada tahun 2006-2011?
3. Bagaimana hubungan antara struktur modal dengan profitabilitas BRI?
4. Unsur inti dari struktur modal apa yang memiliki hubungan paling kuat
dengan profitabilitas BRI?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah
1. Menganalisis keadaan struktur modal BRI pada tahun 2006-2011.
2. Menganalisis keadaan profitabilitas BRI pada tahun 2006-2011.
3. Menganalisis hubungan antara struktrur modal dengan profitabilitas BRI.
4. Menganalisis unsur inti struktur modal yang memiliki hubungan paling
kuat dengan profitbilitas BRI.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai dan manfaat
kepada berbagai pihak yang membutuhkan terutama bagi pihak perusahaan
seperti memberikan gambaran mengenai keadaan struktur modal, sehingga
dapat pertimbangan perumusan struktur modal agar mengoptimalkan
profitabilitas yang akan dicapai. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan
dapat menambah wawasan serta dapat dijadikan referensi atau pedoman
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Pada saat melakukan penelitian, peneliti membahas mengenai struktur
modal perbankan dengan melihat tiga parameter struktur modal perbankan
yaitu Capital Ratio (CR), Capital Adequecy Ratio (CAR) dan Rasio Ekuitas
dan Aktiva Produktif (REA). Penggambarkan keadaan struktur modal dan
profitabilitas hanya dilihat dari tiga parameter di atas didukung oleh analisis
rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas.
Hubungan struktur modal dengan profitabilitas, akan dilihat dari nilai
korelasi yang dimiliki oleh unsur inti struktur modal yaitu modal saham,
laba ditahan, jumlah dana pihak ketiga (DPK) dan hutang dengan laba
bersih. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank
2.1.1 Pengertian Bank
Bank dalam usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi.
Sehubungan dengan fungsi penghimpunan dana ini, bank sering
disebut sebagai lembaga kepercayaan. Sejalan dengan karakteristik
usahanya tersebut, maka bank merupakan suatu segmen usaha yang
kegiatannya banyak diatur oleh pemerintah. Pengaturan secara ketat
oleh pengusaha moneter terhadap kegiatan perbankan tidak terlepas
dari perannya dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Bank dapat
mempengaruhi jumlah uang beredar yang merupakan salah satu
sasaran pengaturan oleh penguasa moneter dengan menggunakan
berbagai piranti kebijakan moneter (Siamat, 2005).
2.1.2 Fungsi Bank
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat
untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara
lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of
development, dan agent of service.
1. Agent of trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan
(trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran
dana. Masyarakat akan menitipkan dananya di bank apabila
dilandasi adanya unsur kepercayaan bahwa uangnya akan
dikelola dengan baik. Pihak bank sendiri akan menempatkan
atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila
dilandasi adanya unsur kepercayaan bahwa debitur tidak akan
menyalahgunakan pinjamannya, mengelola dana dengan baik,
tempo, dan debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan
pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
2. Agent of development
Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan
di sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut
selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Kegiatan bank
berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan
bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan
bank tesebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan
investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang
dan jasa. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini
tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu
masyarakat.
3. Agent of service
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan
penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa
perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan
bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian
masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa
pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan
bank, dan penyelesaian tagihan (Triandaru dan Budisantoso
2007).
2.2. Sumber Dana Bank
Menurut Sinungan dalam Dendawijaya (2005), dana-dana bank yang
digunakan sebagai alat bagi operasional suatu bank bersumber dari
dana-dana sebagai berikut:
2.2.1 Dana Pihak Kesatu (Dana dari Modal Bank Sendiri)
Dana dari modal bank sendiri adalah dana yang berasal dari
pemilik bank atau para pemegang saham. Dalam neraca bank, dana
modal sendiri tertera dalam rekening modal dan cadangan yang
tercantum pada sisi pasiva (liabilities). Dana modal sendiri terdiri
1. Modal disetor. Modal disetor adalah uang yang disetor secara
efektif oleh pemegang saham pada saat bank didirikan yang
dipergunakan bank untuk penyediaan sarana perkantoran seperti
tanah atau gedung, peralatan kantor, dan promosi untuk menarik
minat masyarakat.
2. Agio saham. Dana ini merupakan nilai selisih jumlah uang yang
dibayarkan oleh pemegang saham baru dibandingkan dengan
nilai nominal saham.
3. Cadangan-cadangan. Sebagian laba bank yang disisihkan dalam
bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan
untuk menutup kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari.
4. Laba ditahan. Laba ini adalah laba milik para pemegang saham
yang diputuskan oleh mereka sendiri melalui Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) untuk tidak dibagikan sebagai
deviden, tetapi dimasukkan kembali dalam modal kerja untuk
operasional bank.
2.2.2 Dana Pihak Kedua
Dana Pihak Kedua merupakan dana pinjaman yang berasal dari
pihak luar, yang terdiri atas dana-dana sebagai berikut:
1. Call Money
Call money adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman
harian antar bank. Pinjaman ini diminta bila ada kebutuhan
mendesak yang diperlukan bank, jangka waktu call money
biasanya tidak lama, yaitu sekitar satu minggu, satu bulan, dan
bahkan hanya beberapa hari saja.
2. Pinjaman Biasa Antar Bank
Pinjaman ini berupa pinjaman biasa dengan jangka waktu relatif
lebih lama. Pinjaman ini umumnya terjadi jika antar bank
peminjam dan bank yang memberikan pinjaman kerja sama
dalam bantuan keuangan dengan persyaratan-persyaratan tertentu
yang disepakati kedua belah pihak, jangka waktunya bersifat
3. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
Pinjaman ini terutama terjadi ketika lembaga-lembaga keuangan
tersebut berstatus LKBB. Pinjaman dari LKBB ini lebih banyak
berbentuk surat berharga yang dapat diperjualbelikan dalam
pasar uang sebelum jatuh tempo daripada berbentuk kredit.
4. Pinjaman dari Bank Sentral (BI)
Pinjaman dari bank sentral adalah pinjaman (kredit) yang
diberikan Bank Indonesia kepada bank untuk membiayai
usaha-usaha masyarakat yang tergolong berprioritas tinggi, seperti
kredit-kredit program. Pinjaman dari Bank Indonesia untuk
jenis-jenis sektor tersebut dikenal dengan istilah Kredit Likuiditas
Bank Indonesia (KLBI).
2.2.3 Dana Pihak Ketiga
Dana Pihak Ketiga adalah dana yang dihimpun dari masyarakat
yang merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh
bank. Dana dari masyarakat terdiri atas beberapa jenis, yaitu:
1. Giro (demand deposit)
Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro,
dan surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan.
2. Deposito (time deposit)
Deposito atau simpanan jangka berjangka adalah simpanan pihak
ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam
jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian. Menurut Siamat
dalam Dendawijaya (2005) dilihat dari sudut biaya dana, dana
bank yang bersumber dari simpanan dalam bentuk deposito
merupakan dana yang relatif mahal dibandingkan dengan sumber
dana lainnya, misalnya giro atau tabungan. Kelebihan sumber
dana ini adalah sifatnya yang dapat dikategorikan sebagai sumber
berdasarkan tanggal jatuh temponya sehingga fluktuasinya dapat
diantisipasi.
3. Tabungan (saving)
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu.
2.3. Pengertian Dasar Stuktur Modal
Menurut Keown (2010) struktur modal adalah campuran
sumber-sumber dana jangka panjang yang digunakan perusahaan. Struktur modal
yang optimal adalah saat campuran sumber dana tersebut tepat dengan
memperhitungkan biaya modal jangka panjang komposit. Sumber dana yang
meningkatkan biaya pendanaan tetap (hutang jangka panjang dan saham
preferen) harus dikombinasikan dengan saham biasa dalam proporsi yang
paling sesuai dengan pasar investasi.
Apabila campuran ini dapat dipertemukan, dengan menganggap yang
lainnya konstan, harga saham perusahaan bisa dimaksimalkan. Struktur
modal korporat dapat dipandang sebagai jumlah dolar absolut, masalah
struktur modal yang sebenarnya adalah menyeimbangkan sumber-sumber
dana dengan tepat.
2.4. Struktur Modal dalam Perbankan 2.4.1 Pengertian Modal Bank
Modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di
Indonesia terdiri dari:
1. Modal Inti
Modal inti diperhitungkan dengan faktor pengurang berupa pos
goodwill. Modal inti terdiri dari modal disetor dan cadangan
tambahan modal.
2. Modal Pelengkap
Modal pelengkap hanya dapat diperhitungkan setinggi-tingginya
sebesar 100% dari Modal Inti. Modal pelengkap terdiri dari
pinjaman, pinjaman subordinasi, peningkatan nilai penyertaan
modal.
Modal minimum untuk mendirikan sebuah bank umum
ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar Rp 3,00 Triliun. Dalam
mengelola modalnya, bank dapat melakukan kegiatan penyertaan
modal yaitu menanamkan dana bank dalam bentuk saham pada
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Kegiatan penyertaan
modal oleh bank merupakan salah satu bagian dari kegiatan
penanaman dana bank untuk memperoleh pendapatan disamping
kegiatan lainnya seperti penyaluran kredit, penanaman dana dalam
bentuk surat-surat berharga, dan kegiatan pasar uang antar bank.
Kegiatan tersebut selain mendatangkan keuntungan, namun
memiliki potensi risiko, oleh karena itu Bank Indonesia menetapkan
peraturan mengenai prinsip kehati-hatian dalam kegiatan penyertaan
modal pada PBI nomor 10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Begitu pula dalam
penyertaan modal pada pemberian kredit, harus dilakukan
setinggi-tingginya sebesar Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)
(Siamat, 2005).
2.4.2 Fungsi Modal Bank
Menurut Dahlan Siamat (2005), modal bank
sekurang-kurangnya memiliki tiga fungsi utama yaitu: fungsi operasional,
fungsi perlindungan, fungsi pengamanan dan peraturan. Keseluruhan
fungsi modal bank dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Memberikan perlindungan kepada nasabah.
2. Mencegah terjadinya kejatuhan bank.
3. Memenuhi kebutuhan gedung kantor dan inventaris.
4. Memenuhi ketentuan permodalan minimum.
5. Meningkatkan kepercayaan masyarkat.
6. Menutupi kerugian aktiva produktif bank.
7. Sebagai indikator kekayaan bank.
2.5. Parameter Struktur Modal Bank
Terdapat tiga parameter dalam struktur modal dalam industri
perbankan (Widodo, 1995):
1. Capital Ratio (CR)
Perbandingan antara ekuitas dan penghapusan penyisihan kredit yang
diberikan dengan total kredit yang diberikan. Ini menujukkan
kemampuan struktur modal bank dalam menutup kemungkinan tidak
kembalinya kredit.
2. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Tingkat kecukupan modal bank dinyataka dengan suatu rasio yang
disebut rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR).
Parameter ini merupakan unsur utama dalam pengukuran struktur modal
bank. Penetapan CAR untuk perbankan Indonesia didasarkan dengan
membandingkan jumlah modal yang dimiliki bank (modal inti dan modal
pelengkap) dengan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
ATMR aktiva neraca didapat dengan cara mengalikan nilai-nilai nominal
item neraca dengan bobot risiko. Perhitungan ATMR tidak hanya
menghitung aktiva yang tercantum pada neraca tetapi juga pada aktiva
yang bersifat administratif.
Standar CAR yang berlaku secara internasional ditetapkan oleh
Bank for International Settlement (BIS) di Basle, Switzerland. Menurut
kesepakatan tersebut ditetapkan bahwa setiap bank harus memenuhi
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sebesar 8%. Namun
demikian setiap negara diperkenankan melakukan
penyesuaian-penyesuaian dalam penerapannya dengan memperhatikan kondisi
perbanan di negara yang bersangkutan. Sejalan dengan standar yang
ditetapkan oleh BIS, Indonesia juga menetapkan peraturan mengenai
permodalan perbankan yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008 tentang CAR sebesar 8%
3. Rasio Ekuitas dan Aktiva Produktif (REA)
Perbandingan antara modal ekuitas dengan aktiva produktif merupakan
seluruh aktiva yang memiliki oleh bank dan digunakan untuk
memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Aktiva ini terdiri dari
kredit yang diberikan, penempatan dana pada deposito berjangka pada
bank lain, penempatan dana pada call money, penanaman dana dalam
surat-surat berharga yang meliputi surat-surat berharga jangka pendek
yang digunakan sebagai cadangan sekunder dan surat berharga jangka
panjang yang dimaksudkan untuk meningkatkan profitabilitas bank,
penempatan dana pada bank lain dan penyertaan modal yang merupakan
penanaman dana dalam bentuk saham secara langsung pada bank atau
lembaga keuangan lain yang berkedudukan di dalam dan di luar negeri.
2.6. Profitabilitas
Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran
dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan
mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Angka
profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka laba sebelum atau sesudah
pajak, laba investasi, pendapatan per saham, dan laba penjualan. Nilai
profitabilitas menjadi norma ukuran bagi kesehatan bank.
Adapun rasio yang dapat mengukur profitabilitas yaitu rasio
profitabilitas. Rasio ini dapat mengukur efektivitas manajemen secara
keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang
diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin
baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan
tingginya perolehan keuntungan perusahaan (Fahmi, 2011).
2.7. Laporan Keuangan
Menurut Sudjaja dan Barlian (2003), laporan keuangan adalah suatu
laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan
sebagai alat komunikasi antar data keuangan/aktivitas perusahaan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data/aktivitas tersebut.
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan
dalam pengambilan keputusan secara ekonomi. Laporan keuangan dalam
industri perbankan dapat menunjukkan kinerja manajemen bank per periode.
1. Laporan Neraca
Menurut Jumingan (2006) neraca adalah suatu laporan yang
sistematis tentang aktiva (assets), utang (liabilities), dan modal sendiri
(owner’s equity). Biasanya dibuat pada saat buku ditutup, yakni akhir
bulan, akhir triwulan, atau akhir tahun.
Menurut Keown (2004), neraca memberikan gambaran sesaat
posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, menyajikan
kepemilikan aktiva, kewajiban, serta ekuitas pemegang saham dari para
pemilik. Neraca merupakan bagian dari laporan keuangan suatu
perusahaan yang dihasikan pada suatu periode akuntansi yang
menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode tertentu.
Aktiva menggambarkan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan,
sedangkan kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukkan
bagaimana sumber dana itu dibiayai. Dalam dunia perbankan, neraca
adalah laporan yang menunjukkan posisi aktiva (harta) dan pasiva
(kewajiban dan ekuitas) keuangan bank pada tanggal tertentu.
Adapun yang disebut dengan aktiva produktif adalah bentuk
penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk
kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi,
tagihan atas surat berharga yang di beli dengan janji dijual kembali
(reverse repurchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan, transaksi
rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu (PBI No. 7/2/PBI/2005)
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan keuangan bank yang
menggambarkan pendapatan dan biaya operasional dan non-operasional
bank serta keuntungan bersih bank untuk suatu periode tertentu. Dalam
pendapatan serta jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan
serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Dendawijaya,
2005).
2.8. Hasil Penelitian Terdahulu
Pada penelitian Kukuh Indah Lestari (2005) dengan judul Pengaruh
Sturktur Modal Terhadap Laba Bersih Pada Bank Rakyat Indonesia (periode
2000-2004). Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa ketiga parameter
struktur modal perbankan yaitu CR, CAR dan REA berpengaruh terhadap
laba bersih secara tidak nyata. Struktur modal yang paling efektif terhadap
laba bersih adalah Rasio Ekuitas dan Aktiva Produktif (REA).
Pada penelitian Joko W. Widodo (1995) dengan judul Pengaruh
Struktur Modal Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Bank
Internasional Indonesia Periode 1992-1994. Penelitian ini menggambarkan
keadaan struktur modal dengan parameter struktur modal perbankan yaitu
CR, CAR, dan REA, serta menganalisis komponen struktur modal yaitu
ekuitas dan aktiva produktif terhadap ROE dan nilai perusahaan. Hasil dari
penelitian ini menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas. Ekuitas memberikan pengaruh negatif terhadap ROE,
sementara aktiva produktif berpengaruh positif. Kedua faktor tersebut
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Bank merupakan salah satu badan usaha yang mempunyai fungsi
utama yaitu penghimpun dana dari masyarakat yang mengalami surplus
dana dan penyaluran dana untuk masyarakat yang mengalami defisit dana.
Struktur modal merupakan faktor yang penting untuk mengembangkan
usaha serta mengurangi risiko keuangan. Perumusan struktur modal akan
melihat nilai dari modal bank, dana pihak ketiga dan hutang yang
diperhatikan untuk mengoptimalkan pendapatan yang diperoleh.
Terdapat tiga parameter dalam struktur modal perbankan yaitu Capital
Ratio (CR) yang merupakan rasio antara ekuitas dan penghapusan
penyisihan kredit dari total kredit yang diberikan, Capital Adequacy Ratio
(CAR) atau rasio kecukupan modal yang merupakan perbandingan antara
modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Rasio (ATMR), serta Rasio
Ekuitas dan Aktiva Produktif (REA) merupakan rasio antara ekuitas dengan
aktiva produktif. Analisis terhadap tiga parameter struktur modal tersebut
akan didukung pula oleh analisis rasio keuangan bank yang berhubungan
dengan struktur modal diantaranya rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan
rasio rentabilitas digunakan untuk menggambarkan keadaan struktur modal
dan profitabilitas bank.
Analisis yang dilakukan menggunakan analisis trend berfungsi untuk
mengetahui perkembangan nilai yang menjadi unsur inti dari struktur modal
dan perkembangan laba dan mendapatkan peramalan nilai-nilai tersebut tiga
tahun kedepan. Adapun analisis korelasi digunakan untuk melihat hubungan
antara unsur struktur modal dengan laba bersih. Analisis deskriptif dan
Analisis rasio keuangan akan menggambarkan tingkat kesehatan dan
ketahanan bank ditinjau dari sisi struktur modal yang diharapkan
menghasilkan rekomendasi kebijakan seputar struktur modal. Kerangka
Gambar 2.Kerangka Pemikiran Penelitian
Adapun alur pikir penelitian merupakan gambaran umum proses terstruktur
dari jalannya penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3.
Equity Dana Pihak Ketiga
Analisis Korelasi PT BRI (Persero), Tbk
Struktur Modal
Hubungan Struktur Modal Keadaan Struktur Modal
dan Profitabilitas
Profitabilitas BRI
Rekomendasi Kebijakan Struktur Modal Hutang
Analisis Rasio Keuangan
Parameter Struktur Modal Analisis Trend
Gambar 3.Alur Pikir Penelitian
17
Output :
1. Gambaran keadaan struktur modal Bank 2. Struktur Modal 3. Peningkatan
Profitabilitas profitabilitas PT Bank
BRI, Tbk
Data dan Informasi:
1. Profil Perusahaan 2. Laporan
1. Analisis Regresi Berganda 2. Analisis Trend 3. Analisis Rasio
Likuiditas,
1. Kebijakan politik 2. Globalisasi
Input
Feedback
Faktor-faktor berpengaruh yang dapat dikendalikan:
1. Stabilitas Pendapatan 2. Manajemen Perusahaan 3. Kondisi Internal
Perusahaan
Faktor-faktor berpengaruh yang tidak
dapat dikendalikan: 1. Kondisi Perekonomian 2. Waktu
3. Penilaian Risiko
Permasalahan yang ada:
Struktur modal perlu diperhatikan manajemen bank untuk
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
secara keseluruhan termasuk Kantor Pusat, Kantor Cabang dan Anak
perusahaan dengan menggunakan data Annual Report. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Desember 2011 hingga Maret 2012.
3.3. Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder. Data sekunder
merupakan data yang telah dikumpulkan sebelumnya. Data ini diperoleh
dari perusahaan berupa data laporan keuangan yang telah dipublikasikan
untuk periode 2006-2011 dan untuk menunjang kesempurnaan hasil
penelitian, peneliti juga akan menggunakan data sekunder yang berasal dari
studi literatur dan laporan penelitian seperti skripsi, thesis, dan jurnal ilmiah.
3.4. Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini memperoleh data sekunder kemudian diolah serta
dianalisis dengan metode statistik. Statistik deskriptif bersifat menjelaskan
data dalam ukuran-ukuran nilai angka yang dapat menggambarkan
karakteristik data dengan menyajikan data dalam tablet, grafik, ukuran
pemusatan data, dan penyebaran data.
Metode Analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu
analisis deskriptif kepada tiga parameter struktur modal perbankan yaitu CR,
CAR, dan REA serta didukung oleh analisis rasio keuangan yaitu analisis
rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas untuk mengambarkan
keadaan struktur modal dan profitabilitas BRI pada periode 2006-2011.
Metode Analisis statistik dalam penelitian ini adalah analisis trend dan
analisis regresi linier berganda yang menganalisis unsur-unsur inti struktur
modal dan laba untuk mengetahui hubungan yang dimiliki struktur modal
dengan laba (profitabilitas).
3.4.1 Analisis Deskriptif
1. Parameter Struktur Modal
a. Capital Ratio (CR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur permodalan dan
cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan,
terutama risiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih
(Kasmir, 2010):
�� = � +� ℎ X 100% ... (1)
b. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio ini merupakan rasio kecukupan modal perbankan yang
merupakan unsur penting dalam melakukan pengukuran
struktur modal perbankan. Rasio ini menjadi standar
kesehatan bank yang ditetapkan oleh BI dengan nilai minimal
8%. CAR dirumuskan sebagai berikut:
���= ∑
∑ � 100% ... (2)
c. Rasio Ekuitas dan Aktiva Produktif (REA)
Rasio ini menunjukkan persentase ekuitas terhadap aktiva
produktif yang digunakan untuk memperoleh laba, dapat
dirumuskan sebagai berikut:
���= �
� X 100% ... (3)
2. Rasio Likuditas Bank
Analisis rasio likuiditas adalah analisis untuk mengukur
seberapa likuid suatu bank dalam melayani nasabahnya, dari
beberapa rasio yang ada, penelitian ini menggunakan salah satu
jenis rasio likuiditas, yaitu Assets to Loan Ratio (ALR). Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut (Kasmir, 2010):
���= ∑
∑ X 100% ... (4)
3. Rasio Solvabilitas Bank
Rasio solvabilitas bank merupakan ukuran kemampuan
bank dalam mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya.
Rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank
(Kasmir, 2010). Salah satu rasio yang akan digunakan adalah
Primary Ratio. Rumus untuk mencari primary ratio adalah
sebagai berikut.
Primary Ratio = � X 100% ... (5)
4. Rasio Rentabilitas
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk
menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain
itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk
mengukur tingkat kesehatan bank.
Perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari
hubungan timbal balik antarpos yang terdapat pada laporan laba
rugi ataupun hubungan timbal balik antarpos yang terdapat pada
laporan laba rugi bank dengan pos-pos pada neraca bank guna
memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur
tingkat efisiensi dan profitabilitas bank (Dendawijaya, 2005).
Rasio yang digunakan yaitu:
a. Return on Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan dari segi
penggunaan aset. ROA dirumuskan sebagai berikut:
���= X 100% ... (6)
Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba
setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL laba yang
diperhitungkan adalah laba sebelum pajak. (Dendawijaya,
2005).
b. Return on Equity (ROE)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih bank
dengan modal sendiri. ROE dirumuskan sebagai berikut:
Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham
(baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham
baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli
saham bank.
3.4.2 Analisis Trend
Analisis trend membutuhkan satu tahun yang akan digunakan
sebagai dasar tahun untuk membandingkan laporan satu periode
dengan periode lainnya dengan pendekatan indeks dasar tunggal.
Kemudian dibuat dalam bentuk persentasi. Tahun dasar ini
diperlukan sebagai pertimbangan yang akan dibuat dalam bentuk
persentase. Hasil dari analisis ini dapat melihat kecenderungan dan
perkembangan perusahaan. Analisis trend dirumuskan sebagai
berikut:
� = ��� ���
� 100%
...
(8)Keterangan:
Rxi = nilai persentasi tahun ke – i
Pxi = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis (sumber
dana/modal) dan laba.
Pxo = pos x dalam laporan keuangan pada tahun dasar (sumber
dana/modal) dan laba.
3.4.3 Analisis Korelasi
Analisis korelasi berguna untuk mengukur tingkat keeratan
hubungan antar dua peubah. Nilai korelasi berkisar antara -1 sampai
+1. Nilai korelasi negatif berarti hubungan antara dua peubah adalah
negatif. Artinya apabila salah satu peubah menurun maka peubah
lainnya akan meningkat. Sebaliknya nilai korelasi positif berarti
hubungan antara dua peubah adalah positif. Artinya, apabila salah
satu peubah meningkat, maka peubah lainnya meningkat pula. Suatu
hubungan dikatakan berkorelasi kuat apabila semakin mendekati +1
atau |-1|. Sebaliknya suatu hubungan dikatakan lemah apabila
semakin mendekati 0 (nol). Ρ merupakan nilai korelasi antar peubah
Hipotesis untuk menguji korelasi adalah :
H0 : ρ = 0
Hipotesis ini berarti tidak ada korelasi antara peubah yang diteliti.
H1 : ρ ≠ 0
Dimana ρ adalah korelasi antara 2 peubah.
Hipotesis ini berarti ada korelasi antara dua peubah yang diteliti.
Dengan daerah penolakan H0 adalah p-value< α (Irawan dan Astuti,
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Perusahaan
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (selanjutnya disebut “BRI”)
didirikan pada tanggal 18 Desember 1968 berdasarkan undang-undang No.
21 Tahun 1968 dan pada tanggal 29 April 1992, berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia (Pemerintah) No. 21 Tahun 1992 bentuk
badan hukum BRI diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).
BRI adalah salah satu bank umum terbesar di Indonesia yang memiliki
prestasi yang sangat baik. Menurut Majalah SWA (April 2011) BRI adalah
bank yang mencetak laba terbesar untuk tahun 2010 yakni Rp 11,4 triliun
atau naik sebesar 56,98% dibandingkan perolehan tahun sebelumnya yaitu
Rp 7,3 triliun. BRI berhasil mempertahankan predikat bank dengan
pencapaian laba terbesar sejak tahun 2005.
4.1.1 Visi Misi Perusahaan
Visi Bank menjadi bank komersial terkemuka yang selalu
mengutamakan kepuasan pelanggan. BRI telah menetapkan tiga misi
untuk mencapai visi perseroan,yaitu:
1. Melakukan praktik perbankan terbaik dengan prioritas pada
layanan tersebut, Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk
mendukung ekonomi rakyat.
2. Menyediakan pelanggan dengan layanan terbaik disampaikan
melalui jaringan yang luas dan didukung oleh sumber daya
manusia yang profesional, sekaligus taat pada praktik Tata
Kelola Perusahaan (TKP).
3. Menciptakan nilai yang optimal dan manfaat bagi para
stakeholder.
4.1.2 Fokus Bisnis
Sejak awal berdiri yaitu pada tahun 1968, BRI memiliki
komitmen untuk fokus pada layanan perbankan di usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM). Komitmen ini tercermin dalam
penduduk dan jasa keuangan lainnya bahwa Bank menawarkan
kepada masyarakat.
4.1.3 Jaringan
Pada September 2011, BRI melayaninya pelanggan melalui
lebih dari 7.000 outlet menyebar di seluruh Indonesia:
1. 1 Kantor Pusat
2. 18 Kantor Wilayah
3. 14 Kantor Audit Daerah
4. 424 Kantor Cabang (termasuk 1 unit khusus dan 3 kantor di luar
negeri)
5. 480 Kantor Cabang Pembantu
6. 4.766 BRI Unit (Micro Outlet)
7. 854 Kas Counters
8. 1.195 Teras BRI
Sejak 2009, seluruh outlet BRI di atas yang terhubung secara
real time online dengan BRINETS. BRI juga menyediakan akses ke
layanan perbankan melalui saluran elektronik;
1. 6.773 ATM terkait dengan ATM Bersama, ATM Prima, ATM
Link, Cirrus, dan Maestro
2. 18.030 Electronic Data Captures (EDC)
3. 70 Mesin Setoran Tunai (CDM)
BRI juga didukung oleh sejumlah besar karyawan yang handal
dan kompeten/profesional/berpengalaman. Saat ini mempekerjakan
lebih dari 38.000 orang.
4.1.4 Produk dan Jasa BRI
Adapun produk dan jasa-jasa keuangan serta layanan yang
ditawarkan oleh Bank Rakyat Indonesia antara lain:
1. Produk Simpanan
Produk simpanan yang ditawarkan BRI antara lain adalah giro,
tabungan dan deposito. Untuk lebih rinci akan dijelaskan
a. BritAma
Tabungan BRItAma merupakan produk unggulan untuk
merebut pasar dana pihak ketiga di perkotaan yang
menginginkan kemudahan dan kenyamanan dalam
melakukan transaksi perbankan. Tabungan BritAma
tersedia dalam mata uang rupiah dan mata uang asing.
b. Giro BRI (GiroBRI)
Giro BRI terdiri dari dua jenis, yaitu Giro BRI rupiah dan
Giro BRI valas. Giro BRI Rupiah merupakan simpanan
pihak ketiga dalam mata uang rupiah, yang penarikannya
dapat dilakukan sewaktu-waktu, dengan menggunakan
warkat cek atau bilyet giro, surat perintah penarikan
lainnya atau pemindahbukuan (overbooking). Nasabah
giro dapat berasal dari nasabah perorangan maupun
non-perorangan, seperti badan usaha (CV/PT/PMA), yayasan
dan institusi atau badan usaha lainnya.
Giro BRI Valas merupakan simpanan pihak ketiga dalam
valuta asing pada BRI yang setiap saat dapat diambil alih
oleh pemegang rekening yang bersangkutan. Rekening
Giro BRI Valas dibuka dalam mata uang selain rupiah
seperti US Dollar, terbatas pada Euro, SGD dan
Poundsterling, dimana terlebih dahulu harus disertakan
surat izin untuk pembukaan rekening giro dengan mata
uang tersebut. Untuk Giro BRI Valas tidak diperkenankan
untuk mengeluarkan cek dan bilyet giro. Penarikan Giro
BRI Valas dapat dilakukan dengan cara masuk ke
rekening rupiah atau diambil tunai dengan kurs beli
devisa, ditransfer ke rekening di bank dengan dikenakan
c. Simpedes
Simpedes merupakan simpanan pihak ketiga untuk
segmen mikro. Target pasar utama dari produk ini adalah
kalangan menengah ke bawah di wilayah pedesaan dan
sub-urban. Tabungan simpedes telah diakui dunia sebagai
pelopor tabungan di sektor microfinance.
d. DepoBRI
DepoBRI adalah simpanan berjangka yang penarikannya
hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai
perjanjian. Jangka waktu yang ditawarkan produk ini
mulai dari 1 (satu) sampai 24 bulan. Keunggulan
DepoBRI diantaranya adalah suku bunga yang kompetitif,
tersedia dalam berbagai jenis pilihan mata uang, dapat
dicairkan diseluruh unit kerja BRI dan dapat dijadikan
sebagai agunan kredit (cash colateral).
e. Tabungan Haji
Tabungan haji adalah produk tabungan khusus bagi
nasabah yang ingin melaksanakan ibadah haji. Produk ini
membantu nasabah dalam mempersiapkan biaya
penyelenggarakan ibadah haji (BPIH), baik BPIH biasa
maupun BPIH khusus/haji plus.
f. BritAma Junio
BritAma Junio adalah tabungan yang memiliki tagret
pasar khusus anak-anak yang berusia 17 tahun ke bawah,
namun seiring dengan meningkatnya permintaan akan
BritAma Junio, nasabah yang berusia di atas 17 tahun
juga dapat memiliki produk ini. Tujuan dari tabungan ini
adalah untuk memperkenalkan perbankan sejak dini dan
menanamkan rasa gemar menabung kepada anak.
2. Produk Pinjaman
a. Kredit Mikro, produk pinjaman mikro BRI terdiri kupedes
kredit mikro BRI dengan plafon pinjaman sampai dengan
Rp 100 Juta yang dilayani BRI unit dan Teras BRI.
Sedangkan KUR mikro adalah kredit komersial yang
diberikan kepada mereka yang memiliki kelayakan usaha
(feasible) namun mempunyai keterbatasan dalam memenuhi
persyaratan yang ditetapkan perbankan atau belum bankable.
b. Kredit Kecil/Ritel
Kredit ritel komersil yang dipasarkan oleh BRI berorientasi
pada pemenuhan kebutuhan pelaku bisnis usaha kecil di
semua sektor ekonomi. Selain produk kredit investasi dan
kredit modal kerja, BRI memiliki alternatif skema kredit
sesuai kebutuhan dan karakteristik usaha nasabah.
c. Kredit Konsumer
BRI membangun jaringan kerja operasional yang fokus
melayani kredit konsumer melalui sentra kredit konsumer
(SKK) dan Point of Sales (POS).
d. Kredit Program
Kredit Program BRI dibedakan menjadi Kredit Program
Komersial (Commercial Program Loan), Kredit Program
Bersubsidi (Subsidized Program Loan), dan Kredit Kelolaan
(Channeling Loan), Kredit program komersil dan kredit
program bersubsidi dicatat secara on-balance sheet,
sedangkan kredit channeling dicatat secara off-balance sheet
karena BRI hanya memberikan jasa sebagai penyalur kredit
yang bersumber dari dana pemerintah dan tidak memiliki
risiko kredit.
Kredit program komersial ditujukan untuk debitur usaha
mikro, kecil, dan koperasi yang layak dibiayai namun tidak
bisa mendapatkan pembiayaan skema program bersubsidi
atau komersial (belum bankable). Salah satu kredit program
mengalami perubahan sangat pesat sejak pertama kali
diluncurkan pada November 2007.
e. Kredit Menengah/Korporasi
Sasaran kredit ini adalah perusahaan swasta atau non-BUMN
(Badan Usaha Milik Pemerintah) dengan besar pinjaman
diatas Rp 50 miliar sampai dengan Batas Maksimum
Pemberian Kredit (BPMK). Kredit ini terbagi dalam dua
segmen utama yaitu Kredit Agribisnis dan Kredit Bisnis
Umum (Non Agribisnis).
3. Jasa Perbankan
a. BRI Priority Banking
BRI prioritas merupakan kegiatan pelayanan dan jasa
perbankan yang diberikan secara eksklusif kepada nasabah
kalangan affluent dan high net worth individual, meliputi
pelayanan dan jasa perbankan umum, jasa konsultasi
perencanaan keuangan dan investasi, asuransi, maupun
perencanaan pensiun.
b. Cash Management System
Semakin ketatnya persaingan di perbankan dan semakin
pesatnya perkembangan dunia bisnis menuntut BRI untuk
selalu dapat menyediakan fitur-fitur cash management yang
relevan dan menjadi solusi dari setiap permasalahan yang
dihadapi nasabah. Fitur-fitur Cash Management System BRI
meliputi:
1) Account Information
2) Reporting
3) Transfer Antar Rekening BRI
4) Mass Fund Transfer
5) Payroll
6) Transfer Antar Bank
8) Liquidity Management System (Pooling). Fitur transfer
otomasits pada beberapa rekening milik client antara lain
terdiri dari fitur Fixed Balance Account, Fitur Range
Balance Account, Fitur Fill Defisit, Fitur Value Based
Pooling, dan Fitur Target Balance Account.
c. Salary Crediting
Pembayaran gaji adalah fasilitas pengkreditan gaji secara
otomatis dari rekening individu atau perusahaan ke rekening
simpanan karyawan sesuai tanggal yang telah disepakati.
d. Layanan Treasury
Aktivitas Treasury di BRI merupakan salah satu fungsi yang
sangat strategis dalam pengelolaan aset dan kewajiban bank.
e. Layanan Internasional
BRI menyediakan berbagai macam produk dan layanan untuk
dapat memenuhi kebutuhan nasabah termasuk produk dan
layanan trade finance. Trade Finance memberikan kontribusi
terhadap bisnis BRI termasuk Fee-Based Income yang
sangat mendukung upaya peningkatan pendapatan non
bunga.
4.2. Struktur Modal BRI
Struktur modal BRI mengalami perubahan sejak tanggal 3 Oktober
2003 berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB).
Pemegang saham BRI memutuskan hal-hal sebagai berikut:
1. Restrukturisasi modal BRI per 30 Juni 2003 yang timbul dari dana
rekapitalisasi senilai Rp 29.063.531 untuk meningkatkan modal
ditempatkan dan disetor penuh oleh Negara Republik Indonesia dari Rp
1.728.000 yang terdiri dari 1.728.000 lembar saham dengan nilai
nominal Rp 1.000.000 per lembar saham, menjadi Rp 5.000.000 yang
terdiri dari 5.000.000 lembar saham dengan nilai nominal yang sama per
lembar sahamnya, serta sisa sebesar Rp 25.791.531 menjadi tambahan
2. Saham dibagi dengan perubahan nilai nominal saham dari Rp 1.000.000
menjadi Rp 500,00.
3. Peningkatan modal dasar BRI dari Rp 5 triliun, terbagi 5.000.000 saham
dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per saham, menjadi Rp 15 triliun
yang terbagi 30.000.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 500
(Rupiah penuh) per saham.
4. Pemanfaatan cadangan umum dan khusus pada tangal 30 Juni 2003
sebesar Rp 1.386.616 untuk menutupi akumulasi kerugian per tanggal 30
Juni 2003.
5. Rencana kuasi-reorganisasi BRI pada tanggal 30 Juni 2003 untuk
menghilangkan akumulasi kerugian sebesar Rp 24.699.387 terhadap
tambahan modal disetor.
6. Tindak lanjut atas perubahan Anggaran Dasar :
a. Menyetujui perubahan status BRI menjadi Perusahaan Perseroan
Terbatas Terbuka, yang setelah itu nama BRI akan diubah menjadi
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.
b. Menyetujui untuk mengubah semua ketentuan dalam anggaran dasar
BRI dengan revisi sesuai denganUU No 8 tahun 1995 tentang “Pasar
Modal” dan ketentuan-ketentuan lainnya.
7. Berdasarkan surat dari Ketua Bapepam Mo S-2646/PM/2003 tanggal 31
Oktober 2003, pernyataan pendaftaran disampaikan oleh BRI
sehubungan dengan IPO saham BRI dari 3.811.765.000 Seri B saham
biasa yang terdiri dari 204.706.000 saham seri B yang umum dimiliki
oleh Negara Republik Indonesia dan 1.764.705.000 seri B baru saham
biasa diterbitkan dengan nilai nominal Rp 500 (rupiah penuh) per saham
dan harga penawaran awal Rp 875 (rupiah penuh) setiap saham kepada
masyarakat yang berlaku efektif pada tanggal 31 Oktober 2003. Dengan
ini, secara bersamaan seluruh saham BRI telah dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia.
4.2.1 Keadaan Struktur Modal BRI
PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk mengelola
yang menyusun struktur modal tersebut terdiri dari ekuitas dan
hutang.
Puspopranoto (2004) menjelaskan bahwa bank mempunyai
karakterikstik tertentu yang memberikan warna pada kegiatan
operasionalnya, dan karena itu mudah dibedakan dari jenis usaha
lainnya. karakteristik dari usaha bank adalah sebagai berikut:
a. Modal yang relatif sangat kecil, ini berarti rasio modal/aktiva
total bank sangat rendah. Pada kenyataannya, kredit yang
diberikan bank bersumber dari dana milik pihaklain
(masyarakat). Pada umumnya rasio modal/aktiva dibawah
indikator perbankan global (10%). Dengan rasio tersebut, berarti
jika bankir menanamkan seluruh dananya pada obligasi dan
harganya merosot 10% atau mengalokasikannya dalam bentuk
kredit dan hanya 90% yang dibayar kembali, maka bank akan
bangkrut, karena itu manajemen bank terkenal konservatif karena
kekeliruan dalam membuat langkah/kebijakan usaha akan
berisiko besar.
b. Sebagian besar pasiva berupa kewajiban yang mudah dicairkan.
Dana pihak lain ini sebagian besar bersifat jangka pendek. Ini
berimplikasi bahwa pada setiap hari kerja sejumlah deposan bank
bisa datang dan menarik semua uang miliknya atau mentransfer
ke bank lain. Jadi, bank tidak hanya meminjamkan dana milik
orang lain, tetapi juga memberikan kesempatan kepada
orang-orang tersebut menarik kembali dananya pada setiap saat.
Kedua aspek tersebut di atas membawa implikasi bahwa masalah
sentral dari manajemen bank adalah bagaimana merekonsiliasi sasaran
bank yang dapat saling berbenturan, yaitu solvabilitas, likuiditas dan
profitabilitas. Dengan solvabel berarti tidak bangkrut dan ini
merupakan masalah yang akut karena kecilnya modal. Dengan likuid
berarti bank mampu membayar apa yang diminta para deposan. Tentu
saja karena bank adalah perusahaan bisnis, ia harus memperoleh
Perkembangan keadaan struktur modal BRI pada periode
2006-2011 dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Perkembangan Struktur Modal BRI
Terlihat pada grafik tersebut, jumlah ekuitas yang dimiliki BRI
pada periode 2006-2011 bila dibandingkan dengan jumlah hutang
maka nilai ekuitas sangat kecil, hal ini sesuai dengan pendapat
Puspopranoto yang telah dijelaskan diatas, bahwa bank memiliki
karakteristik unik dalam struktur modalnya. Perbandingan antara
rata-rata jumlah ekuitas dengan rata-rata jumlah hutang pada periode
ini adalah 9,63% untuk komposisi ekuitas dan 90,37% untuk
komposisi hutang yang digunakan oleh BRI dari total pasiva. Jumlah
hutang yang sangat besar dikarenakan oleh kegiatan bank sebagai
penghimpun dana dari masyarakat atau disebut penghimpun dana
pihak ketiga (DPK) yang kemudian dianggap hutang oleh bank.
Penyaluran kredit yang merupakan bisnis utama BRI selalu
mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Perkembangan
penyaluran kredit ini menunjukkan BRI berupaya untuk melakukan
ekspansi kredit. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan
profitabilitas. Keuntungan dari kegiatan ini diperoleh dari hasil
selisih antara bunga pinjaman dengan bunga simpanan yang
diberikan oleh bank kepada nasabah, setelah dikurangi dengan
beban-beban dari kegiatan operasional bank. Pada periode
-2006 2007 2008 2009 2010 2011
T
riliu
n
R
p
2011, jumlah kredit yang disalurkan mengalami peningkatan terbesar
di tahun 2008 yaitu meningkat sebesar 41.36% dari tahun 2007
dimana jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp 161,11 triliun
dan pada akhir periode yaitu tahun 2011 jumlahnya mencapai
Rp 285,41 triliun.
Peningkatan penyaluran kredit sejalan dengan peningkatan
penghimpunan dana pada BRI selama periode 2006-2011. Kedua
kegiatan ini menunjukkan bahwa BRI setiap tahunnya berusaha
meningkatkan fungsi intermediasi yang merupakan fungsi penting
perbankan dalam menciptakan kestabilan perekonomian negara. BRI
mengelola struktur modal dari berbagai sumber dana untuk
memenuhi kebutuhan dananya.
Dana yang dihimpun dari dana pihak ketiga terdiri dari
tabungan, deposito dan giro yang kemudian disalurkan kembali
dalam bentuk pinjaman untuk konsumsi atau untuk usaha mikro,
koperasi dan ritel. Pada periode 2006-2011 BRI menyalurkan kredit
per tahun rata-rata sebesar 79.37% dari total dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun. Perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan
dengan jumlah dana yang dihimpun per tahunnya dan rasio kredit
macet atau NPL dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan Jumlah Penyaluran Dana dengan Jumlah Penghimpunan Dana dan Nilai NPL BRI
Tahun Kredit terhadap DPK (%) NPL (%)
2006 96.02 4.81
2007 68.82 3.44
2008 79.94 2.80
2009 81.29 3.52
2010 74.02 2.78
2011 76.13 2.30
Rata-Rata 79.37 3.28
Sumber: Annual Report BRI, Diolah
Berdasarkan nilai kredit terhadap dana pihak ketiga dapat
dilihat tingkat keefektifan dalam menjalankan fungsi intermediasi
perbankan. BRI cenderung memiliki penurunan keefektifan
sebagai rasio kredit macet dikelola BRI sehingga pada periode
2006-2011 nilai NPL tidak melebihi standar yang diberlakukan BI yaitu
5%. Menurut Dendawijaya (2005) yang termasuk kategori kredit
macet adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu
tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan.
Proporsi rata-rata jumlah ekuitas yang terdiri dari modal
saham, laba ditahan, dan sumber modal lainnya seperti agio saham
dan cadangan-cadangan, serta jumlah hutang yang terdiri dari DPK
dan kewajiban lainnya seperti pinjaman subordinasi, pinjaman antar
bank, kewajiban derivatif dan lain-lain yang dimiliki BRI pada
periode 2006-2011 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Rata-rata Proporsi Struktur Modal (Miliar Rp) Deskripsi Jumlah Rata-Rata Proporsi
Ekuitas Modal Saham 6.161 2%
Laba Ditahan 19.287 6%
Modal Lainnya 3.290 1%
Hutang Total DPK 237.626 79%
Kewajiban Lain 32.915 12% Sumber: Annual Report BRI, Diolah
Jumlah unsur inti struktur modal sepanjang periode 2006-2011
mengalami perubahan, namun komposisinya tetap yaitu dengan
jumlah hutang yang jauh lebih besar dibandingkan jumlah ekuitas.
Jumlah hutang didominasi oleh total jumlah dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun oleh BRI dengan kontribusi rata-rata adalah
sebesar 79% dari total struktur modal. Jumlah rata-rata proporsi
struktur modal dapat dilihat dengan lebih jelas pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik jumlah rata-rata proporsi struktur modal
2% 7% 1%
79% 11%
Modal Saham
laba ditahan
Modal lainnya
Total DPK
Tiap unsur struktur modal masing-masing memberikan
kontribusi yang berbeda-beda terhadap jumlah total struktur modal.
Kontribusi terkecil dalam struktur modal adalah modal lainnya yang
terdiri dari agio saham dan cadangan-cadangan modal rata-rata
sebesar 1 persen. Peningkatan ekuitas pada setiap tahunnya
didominasi oleh jumlah laba ditahan yang kontribusinya rata-rata
sebesar 7 persen yang diputuskan oleh BRI agar mampu menjaga
kondisi ketahanan dan keamanan dalam risiko penyaluran kredit.
Selanjutnya untuk lebih menggambarkan keadaan struktur modal
BRI akan dilihat dari nilai-nilai parameter strutur modal dan
didukung oleh beberapa rasio keuangan.
4.2.2 Capital Ratio (CR)
Capital Ratio digunakan untuk menggambarkan kemampuan
struktur modal bank dalam mengatasi risiko tidak kembalinya kredit
yang disalurkan. Berikut ini adalah hasil perhitungan nilai CR BRI
pada periode 2006-2011.
Tabel 4. Perhitungan Nilai Capital Ratio BRI (Miliar Rp)
Deskripsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Total Kredit
yang diberikan 90.283 113.973 161.108 208.123 246.964 285.410 Penghapusan
kerugian kredit yang diberikan
6.718 6.958 8.005 11.368 13.991 15.952
Ekuitas 16.879 19.438 22.357 27.257 36.673 49.820
CR (%) 26.14 23.16 18.85 18.56 20.51 23.04
Sumber : Annual Report BRI 2006-2011, diolah.
Nilai CR yang dimiliki BRI pada periode 2006-2009 cenderung
menurun dan kembali meningkat pada tahun 2010 dan 2011. Secara
umum, penurunan rasio disebabkan karena peningkatan pemberian
kredit tidak sebanding dengan kenaikan ekuitas dan penghapusan
kerugian kredit. Penurunan ini dapat diartikan bahwa kemampuan
struktur modal BRI dalam mengatasi risiko tidak kembalinya kredit
menurun pada periode 2006-2009, namun kembali meningkat pada
tahun 2010 dan 2011. Perkembangan nilai CR yang dimiliki BRI pada
Gambar 6. Grafik Perkembangan Nilai CR BRI 2006-2011
Pada periode 2006-2008 penurunan yang terbesar terjadi pada
tahun 2008 dengan nilai CR yaitu sebesar 18.85 persen sedangkan
pada tahun 2007 BRI memiliki nilai CR sebesar 23.16 persen.
Penurunan ini disebabkan oleh nilai pada komponen kredit yang
diberikan sedang mengalami kenaikan terbesar pada periode
2006-2011, dimana pada tahun 2007 nilai kredit yang diberikan sebesar Rp
113,97 triliun meningkat menjadi Rp 161,11 triliun pada akhir tahun
2008 atau mengalami peningkatan sebesar 41.36 persen. sedangkan
pada tahun tersebut kenaikan ekuitas yang terjadi hanya sebesar 15.02
persen dengan nilai Rp 19,44 triliun pada tahun 2007 menjadi Rp
22,35 triliun pada tahun 2008.
4.2.3 Capital Adequancy Ratio (CAR)
CAR merupakan rasio modal terhadap aktiva tertimbang
menurut risiko. CAR juga sering disebut sebagai rasio kecukupan
modal yang harus dipenuhi oleh bank sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia yaitu PBI No. 5/12/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003 dengan
perbaharuan yaitu Peraturan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008
tanggal 24 September 2008 yang berisikan mengenai bank dengan
kriteria khusus tertentu harus memasukkan risiko pasar dalam
perhitungan CAR dengan memasukkan komponen modal pelengkap
tambahan.
Risiko pasar merupakan risiko kerugian yang timbul karena
adanya pergerakan faktor pasar yang meliputi suku bunga dan nilai
26.14
23.16
18.85 18.56 20.51
23.04
0 5 10 15 20 25 30
2006 2007 2008 2009 2010 2011
CR (%)
tukar yang berlawanan dengan posisi yang dimiliki BRI baik posisi
yang ada di neraca. Instrumen keuangan yang berbasis suku bunga
memiliki risiko karena terdapat potensi perubahan suku bunga yang
akan membawa dampak ke arus kas di masa depan. Risiko nilai tukar
merupakan risiko yang timbul karena adanya gap posisi valuta asing
yang dimiliki BRI yang tercermin dalam Posisi Devisa Neto (PDN)
BRI.
Secara umum, nilai CAR BRI telah memenuhi standar
kesehatan bank berdasarkan Peraturan Bank Indonesia yaitu memiliki
nilai CAR minimal 8 persen. Dengan memiliki nilai CAR diatas 8
persen, dapat diartikan bahwa BRI sudah berada dalam kategori bank
yang sehat selama periode 2006-2011. Perhitungan CAR pada periode
2006-2011 pun telah memasukkan nilai risiko pasar sesuai dengan
Peraturan Bank Indonesia yang baru. Perhitungan CAR yang dimiliki
BRI pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada Lampiran 1. Berikut
Grafik perkembangan dan perbandingan Nilai CAR yang dimiliki
BRI dan Nilai CAR yang dimiliki sektor Perbankan Indonesia dapat
dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Perbandingan Nilai CAR BRI dengan Perbankan
BRI memiliki nilai CAR yang berfluktuatif pada periode
2006-2011. Cenderung menurun pada tahun 2006-2008 dengan nilai
masing-masing yaitu 18.82 persen, 15.84 persen, 13.18 persen dan kemudian
mengalami peningkatan pada tahun 2009-2011 yaitu dari 13.20 persen
kemudian 13,76 persen dan menjadi 14.96 persen. Bila dibandingkan 18.82
15.84
13.18 13.2 13.76 14.96
0 5 10 15 20 25
2006 2007 2008 2009 2010 2011
dengan nilai CAR perbankan yang dapat dilihat pada grafik diatas,
BRI memiliki pola kecenderungan yang sama dengan industri
perbankan secara keseluruhan. Tetapi pada tahun 2010 nilai CAR pada
industri perbankan menurun yaitu dari 17.42 persen pada tahun 2009
menjadi 17.18 persen pada tahun 2010, sedangkan nilai CAR BRI
meningkat dari 13.20 persen pada tahun 2009 menjadi 13.76 persen.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh penurunan nilai rasio
pembayaran deviden pada tahun 2009 sebesar 35 persen yang
ditentukan oleh manajemen BRI serta didukung juga oleh adanya
strategi manajemen untuk memperluas kredit berisiko rendah. 4.2.4 Rasio Ekuitas dan Aktiva Produktif (REA)
Rasio ini akan melihat persentase modal terhadap aktiva
produktif yang digunakan bank. Rasio ini cenderung menurun pada
periode 2006-2009, namun meningkat pada 2010 dan 2011.
Aktiva produktif terdiri dari penempatan pada Bank Indonesia
dan bank lain, sekuritas, obligasi rekapitalisasi pemerintah, kredit,
piutang, dan investasi dalam saham. Perhitungan nilai REA yang
dimiliki oleh BRI pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perhitungan nilai REA BRI (Miliar Rp)
Deskripsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Total Ekuitas 16,879 19,438 22,357 27,257 36,673 49,820 Aktiva Produktif 139,038 169,091 228,781 299,063 379,696 432,647
REA 12.14% 11.50% 9.77% 9.11% 9.66% 11.52%
Sumber : Annual Report BRI 2006-2011, Diolah.
Penurunan nilai REA terbesar terjadi pada tahun 2008 dengan
nilai 11.50 persen pada tahun 2007 menjadi 9.72 persen pada tahun
2008. Perkembangan nilai REA akan digambarkan pada Gambar 8.
Peningkatan nilai aktiva produktif pada tahun 2008 menjadi salah
satu faktor yang menyebabkan nilai REA menurun. Aktiva produktif
meningkat 34.30 persen pada 2008 menjadi Rp. 228,8 triliun dari Rp
169,1 triliun pada tahun 2007. Total pinjaman BRI yang meliputi
pembiayaan syariah memberikan kontribusi terbesar untuk aktiva
Gambar 8. Perkembangan Nilai REA BRI 2006-2011
Penurunan nilai rasio REA diartikan bahwa ekuitas yang dimiliki
BRI mampu lebih efektif dalam menghasilkan aktiva produktif.
4.2.5 Rasio Likuiditas
Rasio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah
kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank. Rasio
ini memperhatikan jumlah dana harian yang tersedia utuk
mengantisipasi penarikan dana yang dilakukan nasabah. Nilai Assets
to Loan Ratio (ALR) BRI dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Perhitungan nilai Assets to Loan Ratio BRI (miliar Rp)
Deskripsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Total Kredit 90.283 113.973 161.108 208.123 246.964 285.410 Total Aset 154.725 203.735 246.077 316.947 404.286 469.899
ALR (%) 58.35 55.94 65.47 65.66 61.09 60.74
Sumber : Annual Report BRI 2006-2011, Diolah.
Berdasarkan tabel di atas, jumlah total aset, total kredit dan nilai
assets to loan ratio dapat diperjelas dalam bentuk diagram, pada
Gambar 9. Hasil dari perhitungan Assets to Loan Ratio ini
menunjukkan angka yang berfluktuatif, perubahan terbesar terjadi
pada tahun 2008 yaitu meningkat dari 55.94 persen menjadi 65.47
persen.
12.14
11.5
9.77
9.11 9.66
11.52
0 2 4 6 8 10 12 14
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Gambar 9. Diagram Assets to Loan Ratio 2006-2011
Peningkatan pada tahun 2008 ini menandakan bahwa tingkat
likuiditas BRI lebih rendah dari tahun sebelumnya. Nilai kredit yang
meningkat sangat tinggi pada tahun 2008 menyebabkan likuiditas BRI
merendah karena tidak diimbangi dengan kenaikan total aset.
Pengelolaan tingkat likuiditas bertujuan untuk memastikan
kecukupan dana harian dalam memenuhi kewajiban pada kondisi
normal maupun kondisi krisis secara tepat waktu. Menurut Annual
Report BRI 2010, BRI melakukan monitoring secara harian atas
kemungkinan besarnya penarikan dana yang dilakukan oleh nasabah,
melakukan monitoring aset dan kewajiban yang akan jatuh tempo,
serta menjaga aset likuid yang cukup untuk memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo.
4.2.6 Rasio Solvabilitas
Rasio ini akan mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudah
memadai atau sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total aset
masih dapat ditutupi oleh capital equity atau untuk melihat
kemampuan struktur modal bank dalam mencegah kebangkrutan.
Nilai Primary Capital yang dimiliki BRI dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perhitungan nilai Primary Ratio BRI (Miliar Rp)
Deskripsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Ekuitas 16.879 19.438 22.357 27.257 36.673 49.820 Total Aset 154.725 203.735 246.077 316.947 404.286 469.899
PR 10.91% 9.54% 9.09% 8.60% 9.07% 10.60%
Sumber : Annual Report BRI 2006-2010, Diolah
50.0%
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Nilai Primary Ratio menunjukkan kecenderungan yang sama
dengan Capital Ratio dan REA yakni, menurun pada periode
2006-2009 dan kembali naik pada tahun 2010 dan 2011. Namun pada rasio
ini penurunan terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu dengan nilai
10.91 persen pada tahun 2006 menjadi 9.54 persen pada tahun 2007.
Hal ini berarti ekuitas jika dibandingkan dengan total asset yang
dimiliki mengalami kenaikan yang tidak seimbang secara signifikan
terjadi pada tahun 2007.
4.3. Profitabilitas BRI
Rasio rentabilitas yang akan digunakan adalah Return on Equity
(ROE) dan Return on Assets (ROA). ROE akan mengukur kinerja
manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba
bersih. Semakin besar ROE, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai.
ROA akan mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh
keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari total aset yang
dimiliki. Semakin besar ROA, semakin efisien pihak manajemen
memanfaatkan aktivitasnya dalam kegiatan operasional. Nilai ROE dan
ROA yang dimiliki BRI pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perkembangan nilai ROA dan ROE BRI periode 2006-2011
Rasio 2006 2007 2008 2009 2010 2011
ROA(%) 4.36 4.61 4.18 3.73 4.64 4.93
ROE(%) 33.75 31.64 34.5 35.22 43.83 42.49
Sumber : Annual Report 2006-2011, Diolah
Nilai ROE pada periode 2006-2011 terus mengalami peningkatan dan
sedikit mengalami penurunan pada tahun 2011. Pada periode 2006-2011
nilai terendah untuk ROE yang dimiliki BRI adalah sebesar 31.64 persen
pada tahun 2007, hal ini menandakan bahwa kinerja BRI pada 2006-2011
sangat baik karena nilai ROE yang dimiliki BRI masih berada di atas standar
BI yaitu sebesar 12,5 persen. Mempertahankan pertumbuhan pendapatan
bunga bersih, menjaga kualitas aktiva produktif dan meningkatkan efisiensi
tahunnya, sedangkan kenaikan modal disebabkan untuk mengimbangi
kenaikan jumlah kredit yang disalurkan bank agar menjaga tingkat
keamanan dan kesehatan bank. Meningkatkan nilai laba ditahan pada tahun
sebelumnya dapat menjadi alternatif untuk menaikkan nilai modal.
Perkembangan nilai ROE dan ROA yang dimiliki oleh BRI periode
2006-2011 akan digambarkan oleh grafik pada Gambar 10.
Gambar 10. Perkembangan Nilai ROA dan ROE BRI 2006-2011
Nilai ROA mengalami penurunan pada peroide 2006-2009 dan
kembali meningkat pada tahun 2010 dan 2011. BRI memiliki nilai laba
sebelum pajak terus meningkat, namun peningkatan total aset yang salah
satunya disebabkan oleh kenaikan nilai kredit mengalami peningkatan yang
lebih besar, sehingga nilai ROA menurun. Meskipun nilai ROA BRI
menurun pada periode 2006-2009 dengan nilai terendah yang pernah
dimiliki BRI yaitu 3.12 persen pada tahun 2009, nilai ini tetap berada diatas
standar BI yaitu 1,25 persen untuk nilai ROA, sehingga dapat dikatakan
keadaan profitabilitas BRI tergoleng sangat baik.
4.4. Analisis Korelasi antara Struktur Modal dengan Profitabilitas
Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keeratan
hubungan antar dua peubah. Hipotesis yang digunakan untuk menguji
korelasi adalah:
H0 : ρ = 0 : Tidak ada korelasi antara peubah yang diteliti.
H1 : ρ ≠ 0 : Ada korelasi antara peubah yang diteliti. 0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
2006 2007 2008 2009 2010 2011
ROA
Daerah penolakan H0 adalah p-value < α (Iriawan dan Astuti, 2006).
Analisis ini memperoleh nilai korelasi antara peubah bebas dan peubah
terikat. Nilai korelasi antara peubah bebas dan peubah terikat dapat melihat
apakah ada hubungan yang signifikan antara keduanya. Adapun nilai
korelasi dapat ditingkatkan menjadi beberapa kelas, yakni:
Tabel 9. Interpretasi Nilai Korelasi
Nilai Korelasi Interpretasi
0
Korelasi sangat rendah
Cukup
Kuat
Sangat kuat
Korelasi sempurna
Analisis korelasi Pearson dilakukan dengan menggunakan software
MINITAB 16. Hasil dari analisis korelasi ini dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10 dibawah ini menunjukkan nilai korelasi antar peubah struktur
modal dengan peubah profitabilitas. Peubah yang akan dilihat tingkat
keeratannya adalah laba bersih sebagai peubah terikat serta modal saham,
laba ditahan, modal lainnya, jumlah dana pihak ketiga (DPK) dan hutang
lainnya sebagai peubah bebas.
Tabel 10. Nilai korelasi dan p-value antar peubah
Peubah Laba
Nilai Korelasi 0.669
p-value 0.146
Laba Ditahan
Nilai Korelasi 0.997 0.685