• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institut Pertanian Bogor

DAFTAR PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

4. Rasio Rentabilitas

Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank.

Perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan timbal balik antarpos yang terdapat pada laporan laba rugi ataupun hubungan timbal balik antarpos yang terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank (Dendawijaya, 2005). Rasio yang digunakan yaitu:

a. Return on Assets (ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan dari segi penggunaan aset. ROA dirumuskan sebagai berikut:

���= X 100% ... (6)

Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak. (Dendawijaya, 2005).

b. Return on Equity (ROE)

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. ROE dirumuskan sebagai berikut: ���= ℎ X 100% ... (7)

Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham (baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank.

3.4.2 Analisis Trend

Analisis trend membutuhkan satu tahun yang akan digunakan sebagai dasar tahun untuk membandingkan laporan satu periode dengan periode lainnya dengan pendekatan indeks dasar tunggal. Kemudian dibuat dalam bentuk persentasi. Tahun dasar ini diperlukan sebagai pertimbangan yang akan dibuat dalam bentuk persentase. Hasil dari analisis ini dapat melihat kecenderungan dan perkembangan perusahaan. Analisis trend dirumuskan sebagai berikut:

� = ��� ���

� 100%

...

(8)

Keterangan:

Rxi = nilai persentasi tahun ke – i

Pxi = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis (sumber dana/modal) dan laba.

Pxo = pos x dalam laporan keuangan pada tahun dasar (sumber dana/modal) dan laba.

3.4.3 Analisis Korelasi

Analisis korelasi berguna untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antar dua peubah. Nilai korelasi berkisar antara -1 sampai +1. Nilai korelasi negatif berarti hubungan antara dua peubah adalah negatif. Artinya apabila salah satu peubah menurun maka peubah lainnya akan meningkat. Sebaliknya nilai korelasi positif berarti hubungan antara dua peubah adalah positif. Artinya, apabila salah satu peubah meningkat, maka peubah lainnya meningkat pula. Suatu hubungan dikatakan berkorelasi kuat apabila semakin mendekati +1 atau |-1|. Sebaliknya suatu hubungan dikatakan lemah apabila semakin mendekati 0 (nol). Ρ merupakan nilai korelasi antar peubah yang diteliti.

Hipotesis untuk menguji korelasi adalah : H0 : ρ = 0

Hipotesis ini berarti tidak ada korelasi antara peubah yang diteliti. H1 : ρ ≠ 0

Dimana ρ adalah korelasi antara 2 peubah.

Hipotesis ini berarti ada korelasi antara dua peubah yang diteliti. Dengan daerah penolakan H0 adalah p-value< α (Irawan dan Astuti, 2006).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Perusahaan

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (selanjutnya disebut “BRI”) didirikan pada tanggal 18 Desember 1968 berdasarkan undang-undang No. 21 Tahun 1968 dan pada tanggal 29 April 1992, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (Pemerintah) No. 21 Tahun 1992 bentuk badan hukum BRI diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

BRI adalah salah satu bank umum terbesar di Indonesia yang memiliki prestasi yang sangat baik. Menurut Majalah SWA (April 2011) BRI adalah bank yang mencetak laba terbesar untuk tahun 2010 yakni Rp 11,4 triliun atau naik sebesar 56,98% dibandingkan perolehan tahun sebelumnya yaitu Rp 7,3 triliun. BRI berhasil mempertahankan predikat bank dengan pencapaian laba terbesar sejak tahun 2005.

4.1.1 Visi Misi Perusahaan

Visi Bank menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan pelanggan. BRI telah menetapkan tiga misi untuk mencapai visi perseroan,yaitu:

1. Melakukan praktik perbankan terbaik dengan prioritas pada layanan tersebut, Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mendukung ekonomi rakyat.

2. Menyediakan pelanggan dengan layanan terbaik disampaikan melalui jaringan yang luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, sekaligus taat pada praktik Tata Kelola Perusahaan (TKP).

3. Menciptakan nilai yang optimal dan manfaat bagi para

stakeholder.

4.1.2 Fokus Bisnis

Sejak awal berdiri yaitu pada tahun 1968, BRI memiliki komitmen untuk fokus pada layanan perbankan di usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Komitmen ini tercermin dalam alokasi kredit untuk sektor yang mempengaruhi mata pencaharian

penduduk dan jasa keuangan lainnya bahwa Bank menawarkan kepada masyarakat.

4.1.3 Jaringan

Pada September 2011, BRI melayaninya pelanggan melalui lebih dari 7.000 outlet menyebar di seluruh Indonesia:

1. 1 Kantor Pusat 2. 18 Kantor Wilayah 3. 14 Kantor Audit Daerah

4. 424 Kantor Cabang (termasuk 1 unit khusus dan 3 kantor di luar negeri)

5. 480 Kantor Cabang Pembantu 6. 4.766 BRI Unit (Micro Outlet) 7. 854 Kas Counters

8. 1.195 Teras BRI

Sejak 2009, seluruh outlet BRI di atas yang terhubung secara

real time online dengan BRINETS. BRI juga menyediakan akses ke layanan perbankan melalui saluran elektronik;

1. 6.773 ATM terkait dengan ATM Bersama, ATM Prima, ATM

Link, Cirrus, dan Maestro

2. 18.030 Electronic Data Captures (EDC) 3. 70 Mesin Setoran Tunai (CDM)

BRI juga didukung oleh sejumlah besar karyawan yang handal dan kompeten/profesional/berpengalaman. Saat ini mempekerjakan lebih dari 38.000 orang.

4.1.4 Produk dan Jasa BRI

Adapun produk dan jasa-jasa keuangan serta layanan yang ditawarkan oleh Bank Rakyat Indonesia antara lain:

1. Produk Simpanan

Produk simpanan yang ditawarkan BRI antara lain adalah giro, tabungan dan deposito. Untuk lebih rinci akan dijelaskan mengenai masing-masing produk simpanan sebagai berikut:

a. BritAma

Tabungan BRItAma merupakan produk unggulan untuk merebut pasar dana pihak ketiga di perkotaan yang menginginkan kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan transaksi perbankan. Tabungan BritAma tersedia dalam mata uang rupiah dan mata uang asing. b. Giro BRI (GiroBRI)

Giro BRI terdiri dari dua jenis, yaitu Giro BRI rupiah dan Giro BRI valas. Giro BRI Rupiah merupakan simpanan pihak ketiga dalam mata uang rupiah, yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu, dengan menggunakan warkat cek atau bilyet giro, surat perintah penarikan lainnya atau pemindahbukuan (overbooking). Nasabah giro dapat berasal dari nasabah perorangan maupun non- perorangan, seperti badan usaha (CV/PT/PMA), yayasan dan institusi atau badan usaha lainnya.

Giro BRI Valas merupakan simpanan pihak ketiga dalam valuta asing pada BRI yang setiap saat dapat diambil alih oleh pemegang rekening yang bersangkutan. Rekening Giro BRI Valas dibuka dalam mata uang selain rupiah seperti US Dollar, terbatas pada Euro, SGD dan Poundsterling, dimana terlebih dahulu harus disertakan surat izin untuk pembukaan rekening giro dengan mata uang tersebut. Untuk Giro BRI Valas tidak diperkenankan untuk mengeluarkan cek dan bilyet giro. Penarikan Giro BRI Valas dapat dilakukan dengan cara masuk ke rekening rupiah atau diambil tunai dengan kurs beli devisa, ditransfer ke rekening di bank dengan dikenakan biaya provinsi.

c. Simpedes

Simpedes merupakan simpanan pihak ketiga untuk segmen mikro. Target pasar utama dari produk ini adalah kalangan menengah ke bawah di wilayah pedesaan dan

sub-urban. Tabungan simpedes telah diakui dunia sebagai pelopor tabungan di sektor microfinance.

d. DepoBRI

DepoBRI adalah simpanan berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai perjanjian. Jangka waktu yang ditawarkan produk ini mulai dari 1 (satu) sampai 24 bulan. Keunggulan DepoBRI diantaranya adalah suku bunga yang kompetitif, tersedia dalam berbagai jenis pilihan mata uang, dapat dicairkan diseluruh unit kerja BRI dan dapat dijadikan sebagai agunan kredit (cash colateral).

e. Tabungan Haji

Tabungan haji adalah produk tabungan khusus bagi nasabah yang ingin melaksanakan ibadah haji. Produk ini membantu nasabah dalam mempersiapkan biaya penyelenggarakan ibadah haji (BPIH), baik BPIH biasa maupun BPIH khusus/haji plus.

f. BritAma Junio

BritAma Junio adalah tabungan yang memiliki tagret pasar khusus anak-anak yang berusia 17 tahun ke bawah, namun seiring dengan meningkatnya permintaan akan BritAma Junio, nasabah yang berusia di atas 17 tahun juga dapat memiliki produk ini. Tujuan dari tabungan ini adalah untuk memperkenalkan perbankan sejak dini dan menanamkan rasa gemar menabung kepada anak.

2. Produk Pinjaman

a. Kredit Mikro, produk pinjaman mikro BRI terdiri kupedes dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) mikro. Kupedes adalah

kredit mikro BRI dengan plafon pinjaman sampai dengan Rp 100 Juta yang dilayani BRI unit dan Teras BRI. Sedangkan KUR mikro adalah kredit komersial yang diberikan kepada mereka yang memiliki kelayakan usaha (feasible) namun mempunyai keterbatasan dalam memenuhi persyaratan yang ditetapkan perbankan atau belum bankable.

b. Kredit Kecil/Ritel

Kredit ritel komersil yang dipasarkan oleh BRI berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pelaku bisnis usaha kecil di semua sektor ekonomi. Selain produk kredit investasi dan kredit modal kerja, BRI memiliki alternatif skema kredit sesuai kebutuhan dan karakteristik usaha nasabah.

c. Kredit Konsumer

BRI membangun jaringan kerja operasional yang fokus melayani kredit konsumer melalui sentra kredit konsumer (SKK) dan Point of Sales (POS).

d. Kredit Program

Kredit Program BRI dibedakan menjadi Kredit Program Komersial (Commercial Program Loan), Kredit Program Bersubsidi (Subsidized Program Loan), dan Kredit Kelolaan (Channeling Loan), Kredit program komersil dan kredit program bersubsidi dicatat secara on-balance sheet, sedangkan kredit channeling dicatat secara off-balance sheet

karena BRI hanya memberikan jasa sebagai penyalur kredit yang bersumber dari dana pemerintah dan tidak memiliki risiko kredit.

Kredit program komersial ditujukan untuk debitur usaha mikro, kecil, dan koperasi yang layak dibiayai namun tidak bisa mendapatkan pembiayaan skema program bersubsidi atau komersial (belum bankable). Salah satu kredit program komersial adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang

mengalami perubahan sangat pesat sejak pertama kali diluncurkan pada November 2007.

e. Kredit Menengah/Korporasi

Sasaran kredit ini adalah perusahaan swasta atau non-BUMN (Badan Usaha Milik Pemerintah) dengan besar pinjaman diatas Rp 50 miliar sampai dengan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BPMK). Kredit ini terbagi dalam dua segmen utama yaitu Kredit Agribisnis dan Kredit Bisnis Umum (Non Agribisnis).

3. Jasa Perbankan

a. BRI Priority Banking

BRI prioritas merupakan kegiatan pelayanan dan jasa perbankan yang diberikan secara eksklusif kepada nasabah kalangan affluent dan high net worth individual, meliputi pelayanan dan jasa perbankan umum, jasa konsultasi perencanaan keuangan dan investasi, asuransi, maupun perencanaan pensiun.

b. Cash Management System

Semakin ketatnya persaingan di perbankan dan semakin pesatnya perkembangan dunia bisnis menuntut BRI untuk selalu dapat menyediakan fitur-fitur cash management yang relevan dan menjadi solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi nasabah. Fitur-fitur Cash Management System BRI meliputi:

1) Account Information

2) Reporting

3) Transfer Antar Rekening BRI 4) Mass Fund Transfer

5) Payroll

6) Transfer Antar Bank 7) Bill Payment

8) Liquidity Management System (Pooling). Fitur transfer otomasits pada beberapa rekening milik client antara lain terdiri dari fitur Fixed Balance Account, Fitur Range Balance Account, Fitur Fill Defisit, Fitur Value Based Pooling, dan Fitur Target Balance Account.

c. Salary Crediting

Pembayaran gaji adalah fasilitas pengkreditan gaji secara otomatis dari rekening individu atau perusahaan ke rekening simpanan karyawan sesuai tanggal yang telah disepakati. d. Layanan Treasury

Aktivitas Treasury di BRI merupakan salah satu fungsi yang sangat strategis dalam pengelolaan aset dan kewajiban bank. e. Layanan Internasional

BRI menyediakan berbagai macam produk dan layanan untuk dapat memenuhi kebutuhan nasabah termasuk produk dan layanan trade finance. Trade Finance memberikan kontribusi terhadap bisnis BRI termasuk Fee-Based Income yang sangat mendukung upaya peningkatan pendapatan non bunga.

4.2. Struktur Modal BRI

Struktur modal BRI mengalami perubahan sejak tanggal 3 Oktober 2003 berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB). Pemegang saham BRI memutuskan hal-hal sebagai berikut:

1. Restrukturisasi modal BRI per 30 Juni 2003 yang timbul dari dana rekapitalisasi senilai Rp 29.063.531 untuk meningkatkan modal ditempatkan dan disetor penuh oleh Negara Republik Indonesia dari Rp 1.728.000 yang terdiri dari 1.728.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per lembar saham, menjadi Rp 5.000.000 yang terdiri dari 5.000.000 lembar saham dengan nilai nominal yang sama per lembar sahamnya, serta sisa sebesar Rp 25.791.531 menjadi tambahan modal disetor.

2. Saham dibagi dengan perubahan nilai nominal saham dari Rp 1.000.000 menjadi Rp 500,00.

3. Peningkatan modal dasar BRI dari Rp 5 triliun, terbagi 5.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per saham, menjadi Rp 15 triliun yang terbagi 30.000.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 500 (Rupiah penuh) per saham.

4. Pemanfaatan cadangan umum dan khusus pada tangal 30 Juni 2003 sebesar Rp 1.386.616 untuk menutupi akumulasi kerugian per tanggal 30 Juni 2003.

5. Rencana kuasi-reorganisasi BRI pada tanggal 30 Juni 2003 untuk menghilangkan akumulasi kerugian sebesar Rp 24.699.387 terhadap tambahan modal disetor.

6. Tindak lanjut atas perubahan Anggaran Dasar :

a. Menyetujui perubahan status BRI menjadi Perusahaan Perseroan Terbatas Terbuka, yang setelah itu nama BRI akan diubah menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.

b. Menyetujui untuk mengubah semua ketentuan dalam anggaran dasar BRI dengan revisi sesuai denganUU No 8 tahun 1995 tentang “Pasar Modal” dan ketentuan-ketentuan lainnya.

7. Berdasarkan surat dari Ketua Bapepam Mo S-2646/PM/2003 tanggal 31 Oktober 2003, pernyataan pendaftaran disampaikan oleh BRI sehubungan dengan IPO saham BRI dari 3.811.765.000 Seri B saham biasa yang terdiri dari 204.706.000 saham seri B yang umum dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan 1.764.705.000 seri B baru saham biasa diterbitkan dengan nilai nominal Rp 500 (rupiah penuh) per saham dan harga penawaran awal Rp 875 (rupiah penuh) setiap saham kepada masyarakat yang berlaku efektif pada tanggal 31 Oktober 2003. Dengan ini, secara bersamaan seluruh saham BRI telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.

4.2.1 Keadaan Struktur Modal BRI

PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk mengelola sumber- sumber dana dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Sumber dana

yang menyusun struktur modal tersebut terdiri dari ekuitas dan hutang.

Puspopranoto (2004) menjelaskan bahwa bank mempunyai karakterikstik tertentu yang memberikan warna pada kegiatan operasionalnya, dan karena itu mudah dibedakan dari jenis usaha lainnya. karakteristik dari usaha bank adalah sebagai berikut:

a. Modal yang relatif sangat kecil, ini berarti rasio modal/aktiva total bank sangat rendah. Pada kenyataannya, kredit yang diberikan bank bersumber dari dana milik pihaklain (masyarakat). Pada umumnya rasio modal/aktiva dibawah indikator perbankan global (10%). Dengan rasio tersebut, berarti jika bankir menanamkan seluruh dananya pada obligasi dan harganya merosot 10% atau mengalokasikannya dalam bentuk kredit dan hanya 90% yang dibayar kembali, maka bank akan bangkrut, karena itu manajemen bank terkenal konservatif karena kekeliruan dalam membuat langkah/kebijakan usaha akan berisiko besar.

b. Sebagian besar pasiva berupa kewajiban yang mudah dicairkan. Dana pihak lain ini sebagian besar bersifat jangka pendek. Ini berimplikasi bahwa pada setiap hari kerja sejumlah deposan bank bisa datang dan menarik semua uang miliknya atau mentransfer ke bank lain. Jadi, bank tidak hanya meminjamkan dana milik orang lain, tetapi juga memberikan kesempatan kepada orang- orang tersebut menarik kembali dananya pada setiap saat.

Kedua aspek tersebut di atas membawa implikasi bahwa masalah sentral dari manajemen bank adalah bagaimana merekonsiliasi sasaran bank yang dapat saling berbenturan, yaitu solvabilitas, likuiditas dan profitabilitas. Dengan solvabel berarti tidak bangkrut dan ini merupakan masalah yang akut karena kecilnya modal. Dengan likuid berarti bank mampu membayar apa yang diminta para deposan. Tentu saja karena bank adalah perusahaan bisnis, ia harus memperoleh keuntungan untuk kepentingan pihak pemegang saham.

Perkembangan keadaan struktur modal BRI pada periode 2006- 2011 dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Perkembangan Struktur Modal BRI

Terlihat pada grafik tersebut, jumlah ekuitas yang dimiliki BRI pada periode 2006-2011 bila dibandingkan dengan jumlah hutang maka nilai ekuitas sangat kecil, hal ini sesuai dengan pendapat Puspopranoto yang telah dijelaskan diatas, bahwa bank memiliki karakteristik unik dalam struktur modalnya. Perbandingan antara rata-rata jumlah ekuitas dengan rata-rata jumlah hutang pada periode ini adalah 9,63% untuk komposisi ekuitas dan 90,37% untuk komposisi hutang yang digunakan oleh BRI dari total pasiva. Jumlah hutang yang sangat besar dikarenakan oleh kegiatan bank sebagai penghimpun dana dari masyarakat atau disebut penghimpun dana pihak ketiga (DPK) yang kemudian dianggap hutang oleh bank.

Penyaluran kredit yang merupakan bisnis utama BRI selalu mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Perkembangan penyaluran kredit ini menunjukkan BRI berupaya untuk melakukan ekspansi kredit. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan profitabilitas. Keuntungan dari kegiatan ini diperoleh dari hasil selisih antara bunga pinjaman dengan bunga simpanan yang diberikan oleh bank kepada nasabah, setelah dikurangi dengan beban-beban dari kegiatan operasional bank. Pada periode 2006-

- 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00 450.00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 T riliu n R p

2011, jumlah kredit yang disalurkan mengalami peningkatan terbesar di tahun 2008 yaitu meningkat sebesar 41.36% dari tahun 2007 dimana jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp 161,11 triliun dan pada akhir periode yaitu tahun 2011 jumlahnya mencapai Rp 285,41 triliun.

Peningkatan penyaluran kredit sejalan dengan peningkatan penghimpunan dana pada BRI selama periode 2006-2011. Kedua kegiatan ini menunjukkan bahwa BRI setiap tahunnya berusaha meningkatkan fungsi intermediasi yang merupakan fungsi penting perbankan dalam menciptakan kestabilan perekonomian negara. BRI mengelola struktur modal dari berbagai sumber dana untuk memenuhi kebutuhan dananya.

Dana yang dihimpun dari dana pihak ketiga terdiri dari tabungan, deposito dan giro yang kemudian disalurkan kembali dalam bentuk pinjaman untuk konsumsi atau untuk usaha mikro, koperasi dan ritel. Pada periode 2006-2011 BRI menyalurkan kredit per tahun rata-rata sebesar 79.37% dari total dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun. Perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan dengan jumlah dana yang dihimpun per tahunnya dan rasio kredit macet atau NPL dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Jumlah Penyaluran Dana dengan Jumlah Penghimpunan Dana dan Nilai NPL BRI

Tahun Kredit terhadap DPK (%) NPL (%)

2006 96.02 4.81 2007 68.82 3.44 2008 79.94 2.80 2009 81.29 3.52 2010 74.02 2.78 2011 76.13 2.30 Rata-Rata 79.37 3.28

Sumber: Annual Report BRI, Diolah

Berdasarkan nilai kredit terhadap dana pihak ketiga dapat dilihat tingkat keefektifan dalam menjalankan fungsi intermediasi perbankan. BRI cenderung memiliki penurunan keefektifan penyaluran kredit terhadap jumlah dana yang dihimpun. Nilai NPL

sebagai rasio kredit macet dikelola BRI sehingga pada periode 2006- 2011 nilai NPL tidak melebihi standar yang diberlakukan BI yaitu 5%. Menurut Dendawijaya (2005) yang termasuk kategori kredit macet adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan.

Proporsi rata-rata jumlah ekuitas yang terdiri dari modal saham, laba ditahan, dan sumber modal lainnya seperti agio saham dan cadangan-cadangan, serta jumlah hutang yang terdiri dari DPK dan kewajiban lainnya seperti pinjaman subordinasi, pinjaman antar bank, kewajiban derivatif dan lain-lain yang dimiliki BRI pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Rata-rata Proporsi Struktur Modal (Miliar Rp) Deskripsi Jumlah Rata-Rata Proporsi

Ekuitas Modal Saham 6.161 2%

Laba Ditahan 19.287 6%

Modal Lainnya 3.290 1%

Hutang Total DPK 237.626 79%

Kewajiban Lain 32.915 12% Sumber: Annual Report BRI, Diolah

Jumlah unsur inti struktur modal sepanjang periode 2006-2011 mengalami perubahan, namun komposisinya tetap yaitu dengan jumlah hutang yang jauh lebih besar dibandingkan jumlah ekuitas. Jumlah hutang didominasi oleh total jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh BRI dengan kontribusi rata-rata adalah sebesar 79% dari total struktur modal. Jumlah rata-rata proporsi struktur modal dapat dilihat dengan lebih jelas pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik jumlah rata-rata proporsi struktur modal

2% 7% 1% 79% 11% Modal Saham laba ditahan Modal lainnya Total DPK kewajiban lainnya

Tiap unsur struktur modal masing-masing memberikan kontribusi yang berbeda-beda terhadap jumlah total struktur modal. Kontribusi terkecil dalam struktur modal adalah modal lainnya yang terdiri dari agio saham dan cadangan-cadangan modal rata-rata sebesar 1 persen. Peningkatan ekuitas pada setiap tahunnya didominasi oleh jumlah laba ditahan yang kontribusinya rata-rata sebesar 7 persen yang diputuskan oleh BRI agar mampu menjaga kondisi ketahanan dan keamanan dalam risiko penyaluran kredit. Selanjutnya untuk lebih menggambarkan keadaan struktur modal BRI akan dilihat dari nilai-nilai parameter strutur modal dan didukung oleh beberapa rasio keuangan.

4.2.2 Capital Ratio (CR)

Capital Ratio digunakan untuk menggambarkan kemampuan struktur modal bank dalam mengatasi risiko tidak kembalinya kredit yang disalurkan. Berikut ini adalah hasil perhitungan nilai CR BRI pada periode 2006-2011.

Tabel 4. Perhitungan Nilai Capital Ratio BRI (Miliar Rp)

Deskripsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Total Kredit yang diberikan 90.283 113.973 161.108 208.123 246.964 285.410 Penghapusan kerugian kredit yang diberikan 6.718 6.958 8.005 11.368 13.991 15.952 Ekuitas 16.879 19.438 22.357 27.257 36.673 49.820 CR (%) 26.14 23.16 18.85 18.56 20.51 23.04

Sumber : Annual Report BRI 2006-2011, diolah.

Nilai CR yang dimiliki BRI pada periode 2006-2009 cenderung menurun dan kembali meningkat pada tahun 2010 dan 2011. Secara umum, penurunan rasio disebabkan karena peningkatan pemberian kredit tidak sebanding dengan kenaikan ekuitas dan penghapusan kerugian kredit. Penurunan ini dapat diartikan bahwa kemampuan struktur modal BRI dalam mengatasi risiko tidak kembalinya kredit menurun pada periode 2006-2009, namun kembali meningkat pada tahun 2010 dan 2011. Perkembangan nilai CR yang dimiliki BRI pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik Perkembangan Nilai CR BRI 2006-2011

Pada periode 2006-2008 penurunan yang terbesar terjadi pada tahun 2008 dengan nilai CR yaitu sebesar 18.85 persen sedangkan pada tahun 2007 BRI memiliki nilai CR sebesar 23.16 persen. Penurunan ini disebabkan oleh nilai pada komponen kredit yang diberikan sedang mengalami kenaikan terbesar pada periode 2006- 2011, dimana pada tahun 2007 nilai kredit yang diberikan sebesar Rp 113,97 triliun meningkat menjadi Rp 161,11 triliun pada akhir tahun 2008 atau mengalami peningkatan sebesar 41.36 persen. sedangkan

Dokumen terkait