• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Ekstrak Herbal Terhadap Produktivitas Dan Mutu Ayam Pedaging

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Ekstrak Herbal Terhadap Produktivitas Dan Mutu Ayam Pedaging"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Broiler

Broiler merupakan galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, memiliki konversi ransum rendah, siap dipotong pada usia relatif muda dan menghasilkan kualitas daging berserat lunak (North dan Bell, 1990). Menurut Ensminger (1991), broiler adalah ayam muda yang berumur 6-8 minggu dengan bobot hidup 3 sampai 5 pound (lbs) (1,5-2,5 kg). Hasil penelitian Palo, et al., (1995) bahwa bobot broiler umur lima minggu 1,788 kg (ayam kontrol dengan pemberian pakan ad libitum). Cikal bakal broiler yang dikembangkan pada saat ini merupakan hasil persilangan antara pejantan White Cornish (Inggris) dengan betina Plymouth Rock (Amerika). Beberapa galur dengan nama -nama perdagangan yang banyak dipasarkan antara lain Arbor Acres, Cobb, Goto, Hubbard, Ross, Shaver, Tatum, Tegel, Platinum, Avion, CP 707 dan lain-lain (Bambang dan Burhani, 1982).

(2)

11

yang bermutu tinggi dan digemari manusia. Faktor utama dari broiler adalah bobot untuk dipasarkan kira-kira 1,5-2,0 kg dalam waktu 8 minggu atau kurang dari 12 minggu 9 dan mempunyai konformasi tubuh yang baik, efisiensi makanan tinggi dan mortalitas rendah (Oluyemi dan Robert, 1979). Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot hidup ayam yaitu konsumsi ransum, kualitas ransum, jenis kelamin, lama pemeliharaan dan aktivitas. Hal ini karena adanya perbedaan kebutuhan nutrisi broiler pada umur yang berbeda. Faktor genetik dan lingkungan juga mempengaruhi pertumbuhan unggas yang meliputi distribusi bobot, komposisi kimia dan komponen karkas (Soeparno, 1994).

2.2 Penggunaan Herbal Pada Ayam Pedaging

(3)

12

ayam broiler, sedangkan perlakuan R3 dengan kombinasi serbuk kunyit (1,5%) dan mineral ZnO (120 ppm) cenderung memperbaiki bobot badan akhir, berat karkas, persentase karkas, lemak abdominal, persentase organ dalam, kandungan zink dalam serum, luas permukaan villi dan mukosa.

Nusdianto dan Triakoso (1999), menyatakan bahwa pemberian bawang putih dalam pakan ayam dapat mempertahankan produktifitas ayam pedaging. Pemberian bawang putih 5% dalam pakan ayam memberikan pengaruh berat badan tertinggi. Pemberian bawang putih 5 dan 10% mempunyai konversi pakan yang sama, dan berbeda nyata dengan tanpa pemberian bawang putih. Pemberian bawang putih dengan tujuan mempertahankan produktivitas ayam pedaging sebaiknya menggunakan 5% bawang putih. Suharti (2004), menyatakan pemberian serbuk bawang putih 2,5% dalam ransum dapat meningkatkan konversi ransum, meningkatkan persentase karkas, serta menurunkan koloni bakteri Salmonella typhimurium dan dapat meningkatkan kadar γ-globulin tetapi tidak mempengaruhi kadar immunoglobulin darah. Pemberian serbuk bawang putih dengan dosis 7,5% menurunkan kadar kolesterol serum ayam kampung sebesar 10,32% juga meningkatnya kadar HDL ayam kampung yang diberi serbuk bawang putih dengan dosis 5-7,5%, diduga karena adanya kandungan zat aktif allicin yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah (Sari, 2007).

Safithri (2004), mengemukakan bahwa ekstrak air dan ekstrak etanol bawang putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactie, Staphylococcus aureus, dan Eschericia coli. Ekstrak air bawang putih dengan

konsentrasi 20% mempunyai aktivitas antibakteri yang sama dengan ampicilin 5

(4)

13

putih pekat mempunyai aktifitas antibakteri lebih lemah dari ampicilin 5 μg

terhadap S. agalactie, S. aureus, dan E. coli. Pemberian ekstrak air bawang putih pada tikus tidak mempengaruhi bobot badan dan nafsu makan tikus. Tikus yang diinfeksi bakteri S. agalactie, S. aureus, dan E. coli telah mengalami perubahan struktur kelenjar, sekresi susu, sistem duktus penyalur susu, tetapi tidak mengalami peradangan pada ambing tikus. Pemberian ekstrak air bawang putih 20% dapat mempertahankan ambing tikus tetap normal. Jaya (1997), dalam hasil penelitiannya mengemukakan bahwa penambahan 1% bawang putih dalam pakan ayam broiler dapat menurunkan sekitar 17,10 mg/dl (8.97%) kadar kolesterol darah dan sekitar 13,02 mg/dl (7,06%) kadar kolesterol daging. Dijelaskan pula bahwa setiap penurunan 1 mg/dl kadar kolesterol darah akan menyebabkan juga penurunan kadar kholesterol daging sekitar 0,432 mg/100 g. Penurunan fraksi LDL dalam darah sekitar 7,476 mg/dl (12,96%) dan 14,44 mg/100 g fraksi LDL daging (13,35%). Penurunan 1 mg/dl fraksi LDL darah akan menyebabkan juga penurunan kadar kolesterol daging sekitar 0,563 mg/100 g. Penambahan 1% bawang putih dalam pakan menaikkan masing-masing 7,106 mg/dl fraksi HDL darah, 0,32 mg/dl lemak darah, 0,049 mg/100 g lemak daging dan menurunkan 0,448 mg/100 g fraksi HDL daging. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa bawang putih dapat digunakan untuk menghasilkan produk spesifik seperti daging rendah kolesterol dan lemak.

(5)

14

(6)

15

Tabel 1. Penggunaan Herbal Terhadap Ayam Pedaging

(7)

16

2.3 Herbal Untuk Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Ayam Pedaging

2.3.1 Uraian Tumbuhan Sambiloto

Tumbuhan sambiloto tumbuh liar di tempat terbuka, seperti di kebun, tepi sungai, tanah kosong yang agak lembab, atau pekarangan. Tumbuhan ini tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl. Tinggi tanaman 50-90 cm, batang disertai banyak cabang berbentuk segi empat (kwadrangularis) dengan nodus yang membesar, daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas hijau tua, bagian bawah hijau muda, panjang daun 2,8 cm dan lebar 1-3 cm. Pembungaan rasemosa yang bercabang membentuk malai, keluar dari ujung batang, kecil-kecil, warnanya putih bernoda ungu. Buah kapsul berbentuk jorong, panjang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam, bila masak akan pecah membujur menjadi empat keping biji gepeng, kecil-kecil dan berwarna coklat muda (Gunawan dan Santoso, 2001). Berikut disajikan gambar tumbuhan sambiloto (Gambar 2.1).

(8)

17

Sambiloto tumbuh pada daerah dengan curah hujan 2.000-3.000 mm/tahun. Bulan basah (diatas 100 mm/bulan): 5-7 bulan, bulan kering (dibawah 60 mm/bulan): 4-7 bulan, suhu udara 25-32°C, kedalaman air tanah 200 -300 cm dari permukaan tanah, keasaman (pH): 5,5-6,5, kelembaban sedang, penyinaran sedang, tekstur berpasir, drainase baik dan kesuburan sedang (Gunawan dan Santoso, 2001).

Sistematika dari tumbuhan sambiloto dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bagian Biologi adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Class : Monocotyledoneae Ordo : Solanales

Famili : Acanthanceae Genus : Andrographis

Spesies : Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees. Nama Lokal : Sambiloto

Nama daerah dari tumbuhan sambiloto adalah: Paitan (Jawa), Papaitan (Melayu), Takilo (Sunda).

2.3.1.1 Kandungan Kimia dan Khasiat Sambiloto

(9)

18

andrographin, panicolin, mono-o-methilwithui, apigenin-7, 4 dimethil ether, alkane, ketosie, aldehyde dan mineral (kalium, kalsium, dan natrium) Rasa pahit pada sambiloto diduga dikarenakan adanya kandungan saponin, flavonoid, dan tannin. Flavonoid terdapat dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga. Fungsi flavonoid dalam tumbuhan adalah sebagai pengatur tumbuh, fotosintesa dan anti mikroba (Syamsuhidayat dan Robinson, 1991).

Tumbuhan sambiloto mampu menurunkan panas, antibiotik, antipiretik

(pereda demam), antiinflamasi (antiradang), analgesik (penghilang rasa nyeri), antibengkak, antidiare, bersifat kholeretis (meningkatkan sekresi empedu dalam hati), menambah nafsu makan dan memperbaiki saluran pencernaan (Prapanza dan Marianto, 2003).

2.3.2 Uraian Tumbuhan Jinten

(10)

19

Gambar 2.2 Tumbuhan jinten

Sistematika dari tumbuhan jinten dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bagian Biologi adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatopyta Class : Dicotyledoneae Ordo : Lamiales Famili : Lamiaceae Genus : Plectranthus

Spesies : Plectranthus amboinicus Lour . Nama Lokal : Daun Jinten

Nama daerah dari tumbuhan jinten adalah : Ajiran (Sunda), jinten (Jawa), Torbangun, bangun-bangun (Batak)

2.3.2.1 Kandungan Kimia dan Khasiat Jinten

(11)

20

dalam jinten adalah alpha-thujene, bergamotene, crategolic acid, euschapic acid, pomolic acid, A-humulene, A-terpineol, carvacrol, carhyopyllene, cumene, oleanolic acid, ursolic acid, dan minyak esensial.

Daun jinten dimanfaatkan sebagai obat sariawan, batuk, gangguan pencernaan, dan sakit gigi. Di Negara-negara Eropa daun jinten dipakai sebagai obat asma, alergi, sinusitis, bronchitis, demam, influenza, mimisan, sakit kepala dan demam (Mursito, 2002).

2.3.3 Uraian Tumbuhan Temulawak

Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut dan berhabitat di hutan tropis. Rimpang temu lawak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur.

Tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1 m tetapi kurang dari 2 m, merupakan metamorfosis dari daun tanaman. berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berukuran besar, bercabang-cabang, dan berwarna cokelat kemerahan, kuning tua atau berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 – 84 cm dan lebar 10 – 18 cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 – 80 cm, pada setiap helaian dihubungkan dengan pelepah dan tangkai daun agak panjang, sedangkan bunganya berwarna kuning tua, dan bergerombol yakni perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9 – 23 cm dan lebar 4

(12)

21

dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 – 13 mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4,5 cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1,25 – 2 cm dan lebar 1 cm, sedangkan daging rimpangnya berwarna jingga tua atau kecokelatan, beraroma tajam yang menyengat dan rasanya pahit. Berikut disajikan gambar tumbuhan temulawak (Gambar 2.3).

Gambar 2.3 Tumbuhan temulawak

Sistematika dari tumbuhan temulawak dariLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bagian Biologi adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

(13)

22 Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb Nama Lokal : Temulawak

2.3.3.1 Kandungan kimia dan khasiat temulawak

Rimpang temulawak mengandung kurkuminoid , mineral minyak atsiri serta minyak lemak. Tepung merupakan kandungan utama, jumlahnya bervariasi antara 48 – 54 % tergantung dari ketinggian tempat tumbuhnya, makin tinggi tempat tumbuhnya makin rendah kadar tepungnya. Selain tepung, temulawak juga mengandung zat gizi antara lain karbohidrat, protein dan lemak serta serat kasar mineral seperti kalium (K), natrium (Na), magnesium (Mg), zat besi (Fe), mangan (Mn) dan Kadmium (Cd). Komponen utama kandungan zat yang terdapat

dalam rimpang temulawak adalah zat kuning yang disebut ”kurkumin” dan juga

protein, pati, serta zat–zat minyak atsiri. Minyak atsiri temulawak mengandung phelandren, kamfer, borneol, xanthorrizol, tumerol dan sineal. Kandungan kurkumin berkisar antara 1,6% - 2,22% dihitung berdasarkan berat kering. Berkat kandungan dan zat–zat minyak atsiri tadi, diduga penyebab berkhasiatnya temulawak.

Temulawak digunakan sebagai obat luka, peluruh air susu ibu, peluruh batu empedu, pencahar, penahan panas sebagai penurun kolesterol, anti jerawat dan penambah nafsu makan digunakan pula sebagai obat diare, pegal linu, pencuci darah dan penyakit kuning (Sudarsono, dkk., 1996).

2.3.4 Uraian Tumbuhan Pepaya

(14)

23

bahan organik dan tidak menyukai tempat tergenang. Syarat pepaya tumbuh di daerah tropis dengan suhu udara 22°C – 26°C, kelembaban sedang sampai tinggi. Pepaya juga mentoleransi pH tanah sebesar 6,5 – 7 (Muhlisah, 2004).

Tumbuhan pepaya merupakan perdu tinggi kurang lebih 10 meter, tidak berkayu, silindris, berongga, putih, kotor. Daun tunggal, bulat, ujung runcing, pangkal bertoreh, tepi bertoreh, tepi bergerigi, diameter 25-75 cm, pertulangan menjari, panjang tangkai 25-100 cm, hijau. Bunga tunggal, bertekuk bintang, di ketiak daun, berkelamin satu atau berumah dua. Bunga jantan terletak pada tandan yang serupa malai, kelopak kecil, kapala sari bertangkai pendek atau duduk, kuning, mahkota bentuk terompet, tepi bertajuk lima, bertabung panjang, putih kekuningan. Bunga betina berdiri sendiri, mahkota lepas, kepala putik lima, duduk, bakal buah beruang satu, putih kekuningan. Biji bulat atau bulat panjang, kecil, bagian luar dibungkus selaput tipis yang berisi cairan, masih muda putih, setelah tua hitam. Akarnya tunggang, bercabang bulat, putih kekuningan (Depkes 2000). Berikut disajikan gambar tumbuhan daun pepaya (Gambar 2.4).

(15)

24

Sistematika dari tumbuhan pepaya dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bagian Biologi adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Cistales

Famili : Caricaceae Genus : Carica

Spesies : Carica papaya L Nama Lokal : Daun Pepaya

Pepaya disebut juga gedang (Sunda), kates (Jawa), peute, betik, ralempaya, punti kayu (Sumatra), pisang malaka, bandas, manjan (Kalimantan), kalujawa (Kalimantan) serta kapalaya kaliki dan uti jawa (Sulawesi).

2.3.4.1 Kandungan kimia dan Khasiat pepaya

Daun, akar, dan kulit batang Carica papaya L mengandung alkaloid, saponin, dan flavonoid. Di samping itu daun dan akar juga mengandung polifenol dan bijinya mengandung saponin. Buah mengandung beta karoten, pektin, delta-galaktosa, lamda-arabinosa, papain, papayotimin papain, alkaloid karpain, fitokinase, vitamin A, vitamin C (Depkes, 2000).

(16)

25

matang dikonsumsi dalam keadaan segar atau sebagai pencuci mulut (Muhlisah, 2001). Daun pepaya berguna untuk obat panas yang memiliki khasiat menurunkan panas, obat malaria, menambah nafsu makan, meluruhkan haid dan menghilangkan sakit. Juga berguna untuk penyembuhan luka bakar.

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Ayam Pedaging

2.4.1 Konsumsi pakan

Konsumsi pakan adalah kemampuan ayam untuk menghabiskan sejumlah makanan yang diberikan. Konsumsi pakan merupakan kegiatan masuknya sejumlah unsur nutrisi yang ada didalam pakan yang tersusun dari berbagai bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ayam. Tinggi rendahnya konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: besar tubuh ayam, aktivitas ayam, kualitas dan kuantitas pakan (Rasyaf, 2003).

2.4.2 Kebutuhan Air

Air sangat dibutuhkan untuk berbagai fungsi tubuh, terutama sekali untuk absorbsi zat-zat gizi dari pencernaan makanan dan reaksi metabolisme (Moreng, et al., 1982). Minum ayam harus memiliki kriteria sehat, dimana air minum yang sehat harus bebas dari zat racun. Jika ayam kekurangan air sebanyak 10% dari bobot badannya maka ayam akan menjadi sangat lemah dan kekurangan air sebanyak 20%, dapat menyebabkan kematian (Anggoradi, 1995).

2.4.3 Pertambahan bobot badan

(17)

26

sama sekali. Tingkat pertumbuhan yang berbeda ini mengakibatkan perubahan dalam proporsi dan komposisi tubuh.

Tillman, et al., (1983), mengemukakan pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan dirata-ratakan sebagai pertumbuhan badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu tertentu. Wahyu (1992), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah varietas, tipe ayam, jenis kelamin, energi metabolism, kandungan protein dan suhu lingkungan.

Pertumbuhan yang cepat biasanya diikuti oleh konsumsi pakan yang banyak pula. Jika pakan diberikan tidak terbatas atau ad-libitum, ayam akan makan sepuasnya hingga kenyang (Rasyaf, 2003). Pertumbuhan bobot badan relatif akan berkurang seiring dengan bertambahnya umur dan akan berhenti jika telah dewasa (Toha, et al., 1988).

2.4. 4 Konversi Pakan

(18)

27

Anggorodi (1979), melaporkan bahwa semakin rendah angka konversi pakan berarti kualitas pakan semakin baik. Semakin rendah angka konversi pakan semakin baik, akan tetapi ini berbeda dari masa awal ke masa akhir, karena di masa akhir pertumbuhan ayam menjadi lambat atau mulai menurun setelah umur empat minggu, sedangkan konsumsi pakan bertambah terus (Rasyaf 2003). Rumus yang digunakan untuk menentukan konversi pakan adalah:

Konversi pakan=

2.5 Parameter Mutu Ayam Pedaging

2.5.1 Mutu Karkas Ayam Pedaging Berdasarkan Standar Nasional

Indonesia

Tingkatan mutu karkas ayam pedaging, dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2 Persyaratan Tingkatan Mutu Karkas Ayam Pedaging Menurut SNI

No Faktor

bagian dada dan paha Boleh cacat sedikit

(19)

28

Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI) No 01-3924-1995

2.5.2 Kolesterol

Kolesterol adalah suatu sterol hewani dan menyusun 17% bahan kering otak (Tillman, et al., 1986) serta terdapat dalam semua sel hewani, sehingga tersebar luas dalam tubuh. Kolesterol merupakan zat alami yang terdapat dalam tubuh yang diperlukan dalam proses-proses penting dalam tubuh. Kebutuhan kolesterol dalam tubuh sebagian besar dipenuhi melalui sintesis kolesterol dalam tubuh dan di dalam hati (Piliang dan Djojosoebagio 2006, Frandson 1992). Mayes (2003), menyatakan bahwa 50 – 60 % jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis (sekitar 700 mg/hari), dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari. Pada manusia, hati menghasilkan kurang lebih 10% dari total sintesis, sementara usus sekitar 10% lainnya. Pada hakekatnya semua jaringan yang mengandung sel-sel berinti mampu mensintesis kolesterol. Fraksi mikrosomal (retikulum endoplasma) dan sitosol sel sangat brperan dalam sintesis kolesterol.

(20)

29

terutama dalam hati (kira-kira 50%), selebihnya kolesterol diambil bahan makanan. Sebagian besar kolesterol membentuk lapisan lemak dari membran plasma. Perubahannya menjadi asam empedu memerlukan jumlah kolesterol yang sangat besar. Selain itu kolesterol juga disekresikan ke dalam empedu dalam bentuk yang tidak diubah. Sejumlah kecil kolesterol berfungsi dalam biosintesis hormon steroid. Secara keseluruhan, setiap hari diperlukan kurang lebih 1 g kolesterol (Koolman dan Rohm, 2001).

Piliang dan Djojosoebagio (2006), mengemukakan bahwa kolesterol disintesis oleh tubuh, terutama oleh sel-sel hati, usus halus, dan kelenjar adrenal meskipun seluruh sel mempunyai kemampuan menghasilkan sterol. Lebih lanjut dikemukakan bahwa kolesterol digunakan untuk sintesis hormon-hormon steroid, garam-garam empedu, dan vitamin D. Zat-zat tersebut ditranspor diantara jaringan yang terikat pada lipoprotein, terutama chylomicron-chylomicron dan lipoprotein-lipoprotein dengan densitas rendah (LDL). Kebutuhan yang tepat akan kolesterol belum diketahui, tapi para ahli sependapat bahwa meskipun dalam bentuk sedikit kolesterol yang disintesis dalam tubuh, telah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

(21)

30

asam kolat, yang merupakan dasar dari asam empedu yang dibentuk didalam hati; c) beberapa hormon steroid yang penting yang disekresi oleh korteks adrenal, ovarium, dan testis (Guyton, 1997).

2.5.2.1 Analisis Kolesterol

Kadar kolesterol total dapat diukur dengan metode enzimatis dimana sejumlah enzim spesifik mengubah substrat menjadi kromofor sehingga kadarnya dapat diukur secara spektrofotometri. Kadar kolesterol total diukur dengan metode CHOD-PAP dan menggunakan pereaksi kit. Kolesterol diukur setelah dihidrolisis secara enzimatis (Prangdimurti, et.al., 2007)

Kolesterol ester + H2O kolesterol esterase Kolesterol + asam lemak

Kolesterol + O2 kolesterol oksidase kolesten-3-one + H2O2

2 H2O2 + fenol + 4-aminoantipyrine peroksidase quinoneimine + 4 H2O

Prosedur analisis yaitu sampel atau standar diambil sebanyak 100 µl dan dicampurkan dengan 1000 µl pereaksi kit (mengandung kolesterol esterase,kolesterol oksidase, fenol, 4-aminoantipyrine, peroksidase dan bufer) kemudian dimasukkan kedalam tabung lalu dicampurkan sampai homogen. Campuran diinkubasi pada suhu 370 C selama 5 menit, dan kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 546 nm. Perhitungan kadar kolesterol total dilakukan menggunakan rumus (Prangdimurti, et.al., 2007):

Kadar kolesterol (mg/dl):

X 200 mg/dl

(22)

31

dengan vortex. Tabung disentrifugasi selama 3 menit dan supernatannya dipindahkan kedalam gelas piala ukuran 50 ml lalu diuapkan diatas penangas mendidih hingga kering. Residu kering ditambahkan kloroform 2-2,5 ml dan dikocok perlahan agar larut. Ekstrak dipindahkan secara kuantitatif ditambahkan 2 ml asetat anhidrida selama 15 menit dan diukur absorbansinya pada dan ditepatkan menjadi 5 ml dengan kloroform. Kemudian diukur pada panjang gelombang 420 nm (Prangdimurti, et.al., 2007)

2.5.3 Lemak

Lemak merupakan isitilah generik dan sudah umum dimasukkan ke dalam pakan unggas untuk meningkatkan densitas energi dan mengurangi sifat berdebu pada pakan (Turgut, et al., 2006). Lemak yang berasal dari hewan mempunyai lebih rendah nilai yodium dan lebih tinggi penyerapannya jika dibandingkan dengan minyak yang berasal dari tumbuhan.

(23)

32

meningkatkan berat badan dan memperbaiki efisiensi penggunaan pakan pada ayam petelur (Turgut et al., 2006). Piliang dan Djojosoebagjo (2006), mengemukakan bahwa lemak dalam daging terdapat dalam bentuk trigliserida. Trigliserida merupakan komponen utama asam lemak dalam makanan yang dibentuk dari fraksi katalisa gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Trigliserida merupakan bentuk lemak yang paling efisien untuk menyimpan kalori.

Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992), bahwa daging paha ayam dipasaran mengandung lemak 4,7% sedangkan daging dada mengandung lemak 1,9%. Ayam broiler yang baru ditetaskan dengan berat badan 0,041 kg dagingnya mengandung lemak sebesar 2% sedangkan daging ayam broiler dipasaran dengan berat badan 1,6 kg mengandung 4,2% lemak. Lemak daging terdapat dalam bentuk trigliserida dan senyawa kompleks fosfolipid. Keberadaan lemak didalam daging menyebabkan terjadi perbedaan rasa (flavour) dan aroma pada daging serta palatabilitas. Lemak di bawah kulit (subkutan) dalam jumlah tertentu dibutuhkan untuk menghasilkan penampakan ayam potong yang baik. Tingkat perlemakan yang diinginkan dalam daging unggas sulit ditentukan. Konsumen juga tidak mempunyai indikator yang jelas untuk ukuran permintaan lemak yang optimal (Ensminger, 1992).

(24)

33

pemberian lemak (tallow) yang lebih tinggi cenderung menurunkan kadar kalsium dalam serum, menurunkan kadar abu, berat abu dan berat tulang pada tibia ayam petelur.

Mengkonsumsi produk berkolesterol tinggi akan meningkatkan kadar kolesterol darah. Akan tetapi asam lemak jenuh dan lemak-trans mempunyai pengaruh yang lebih tinggi dari pada kolesterol terhadap peningkatan kolesterol darah dan LDL-kolesterol. Peningkatan kadar kolesterol darah akan meningkatkan resiko terkena penyakit jantung koroner, yang dapat berlanjut kepada serangan jantung (Sparks, 2006).

Asam lemak jenuh dan kolesterol dalam jumlah yang tinggi akan meningkatkan low density lipoprotein (LDL) dan kolesterol darah, sehingga mengakibatkan penyakit aterosklerosis dan gangguan jantung (Pal, et al., 1999). Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa konsumsi kolesterol tinggi menyebabkan gangguan hiperkolesterol dan atherosklerosis pada kebanyakan hewan dan primata (Grundy dan Denke, 1990). Hardini, et al., (2004) menyatakan bahwa kandungan kolesterol yang tinggi dalam telur jika dikonsumsi melebihi kebutuhan akan menyebabkan tingginya resiko terkena penyakit jantung koroner, stroke dan hiperkolesterolemia.

(25)

34

Rodriguez-Vico, et al., (1993), menemukan bahwa pemberian minyak kelapa sebesar 10% dan 20% meningkatkan secara drastik kadar total kolesterol dan trigliserida dalam lipoprotein pada ayam bertumbuh. Tanaka, et al., (1973), menemukan bahwa pemberian asam stearat pada sapi meningkatkan kadar trigliserida, kolesterol ester, kolesterol bebas dan fosfolipid dalam serum.

Hasil penelitian Laurin, et al., (1985), menunjukkan bahwa suplementasi lemak meningkatkan kadar lemak karkas secara signifikan. Selain meningkatkan deposisi lemak abdominal, pemberian minyak kelapa diketahui mempunyai efek positif yaitu meningkatkan kandungan vitamin E dalam hati pada unggas. Soto-Salanova dan Sell (1995), menemukan bahwa pemberian minyak kelapa pada level 9,98% pada ayam bertumbuh mempunyai kadar vitamin E di hati lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam yang diberi minyak sayur atau tallow.

(26)

35 2.5.3.1 Analisis Lemak

Penentuan kadar lemak dengan pelarut, selain lemak juga terikut fosfolifida, sterol, asam lemak bebas, karotenoid dan pigmen yang lain. Karena itu hasil analisisnya disebut lemak kasar “crude fat”. Pemeriksaan lemak menggunakan alat Soxhlet yaitu menentukan kadar asam lemak yang tidak larut dalam air, filtrat yang diperoleh dari uji diuapkan kemudian dilarutkan dalam air panas dan ditambah dengan HCl pekat sehingga terbentuk asam lemak bebas. Bila campuran tersebut segera didinginkan, diperoleh lapisan asam lemak yang tidak larut dalam air, lapisan ini disaring dan ditimbang (Sudarmadji, dkk; 1989). 2.5.4 Protein

Menurut definisi, protein adalah senyawa organik tersusun dari asam-asam amino alfa yang umumnya berkonfigurasi L dan diikat satu sama lain oleh ikatan peptida sehingga membentuk polipeptida. Menurut definisi itu, walaupun protein terdiri atas asam–asam amino, suatu asam amino bebas, bukan protein. Nitrogen bahan makanan sebagian terdapat sebagai amida, asam nukleat, asam amino, glukosida, alkaloida dan garam-garam ammonium (Sudarmadji, dkk; 1989).

(27)

36

Proses degradasi sisa metabolisme menjadi ammonia dipengaruhi oleh kelembaban, suhu, pH, bahan litter, komposisi pakan, kepadatan ternak, dan sirkulasi ventilasi dalam kandang (Suryana, 2002).

Protein diubah menjadi asam amino oleh beberapa reaksi hidrolisis serta enzim-enzim yang bersangkutan dalam proses pencernaan makanan. Enzim yang bekerja pada proses hidrolisis protein antara lain pepsin, tripsin, kimotripsin, karboksi peptidase, tripeptidase, amino peptidase, dan dipeptidase (Leeson, et al., 1995).

Ada tiga kemungkinan mekanisme penguraian protein menurut Poedjiadi (1994), yaitu: 1) Komponen sel mati mengalami proses penguraian dan dibentuk sel-sel baru, 2) Protein mengalami proses penguraian dan terjadi sintesis protein baru tanpa ada sel yang mati, 3) Protein dikeluarkan dari dalam sel dan diganti dengan sintesis protein baru.

2.5.4.1 Analisis Protein

(28)

37

purina, puirimidina, vitamin-vitamin, asam amino besar, kreatina, dan kreatinina ikut teranalisis dan terukur sebagai nitrogen protein. Walaupun demikian, cara ini kini masih digunakan dan dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar protein dalam makanan. Analisis protein dengan metode mikrokjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu proses destruksi, proses destilasi, dan tahap titrasi. (Sudarmadji, dkk; 1989).

Gambar

Tabel 1. Penggunaan Herbal Terhadap Ayam Pedaging
Gambar 2.1.  Tumbuhan Sambiloto
Gambar 2.2 Tumbuhan jinten
Gambar 2.3 Tumbuhan temulawak
+3

Referensi

Dokumen terkait

Optimasi laba adalah tujuan dari setiap pengusaha sehingga untuk mencapainya dibutuhkan suatu sistem yang baik dan bisa mendukung jalannya usaha tersebut. Proses perhitungan

Ketua Pengadilan Tinggi Perihal :Usulan Kenaikan Pangkat atas nama Tata Usaha Negara Jakarta. ………..,

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul uji aktivitas larvasida ekstrak etanolik daun serai wangi (Cymbopogon nardus

[r]

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan ketersediaan infrastruktur setelah ditetapkannya Sei Mangkei sebagai salah satu Kawasan Ekonomi Khusus

Terkait dengan penelitian ini sekalipun telah menggunakan beberapa metode baik itu metode Delphi, AHP dan LQ dan telah menetukan jenis kriteria produk unggulan

Namun dari hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis ditolak yang berarti tidak terdapat peran dari psychological capital terhadap konflik peran ganda pada wanita

Analisis data yang dipakai yaitu menghitung risk profile terdiri dari risiko kredit dan risiko likuiditas, Good Corporate Governance , Earnings terdiri dari Return on