• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Psychological Capital terhadap Kon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Psychological Capital terhadap Kon"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL TERHADAP KONFLIK PERAN

GANDA PADA WANITA BEKERJA DI KANTOR PUSAT PT SEMEN

INDONESIA (PERSERO), Tbk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran psychological capital terhadap konflik peran ganda pada wanita karier. Metodologi penelitian yang digunakan adalah jenis kuantitatif dan dilaksanakan di PT Semen Indonesia, Tbk (Persero). Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 68 orang karyawan wanita yang telah menikah. Teknik sampling menggunakan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menyebarkan 2 alat ukur yang telah ditransadaptasi yaitu Psychological Capital Questioner (Luthans, Youssef, & Avolio, 2007) dan Work Family Conflict Scale (Carlson, Kacmar, & Williams, 2000). Metode analisis data menggunakan teknik regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, subyek memiliki psychological capital yang tergolong tinggi, sedangkan konflik peran ganda termasuk ke dalam kategorisasi rendah. Namun dari hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis ditolak yang berarti tidak terdapat peran dari psychological capital terhadap konflik peran ganda pada wanita karier di PT Semen Indonesia dengan jam kerja full time yaitu 9 jam.

Kata Kunci : Psychological Capital, Konflik Peran Ganda, Wanita Karier

ABSTRACT

This research was aimed to understand the role of psychological capital to work family conflict in career woman. The method of this research used quantitative and was implemented at PT Semen Indonesia, Tbk (Persero). There is 68 samplings for this research, consist of career woman who had married. Selection of subject was used purposive sampling technique. The data collected with spreaded of Psychological capital scale (Luthans, Youssef, & Avolio, 2007) and measurement of work family conflict was used work family conflict scale of Carlson, Kacmar, and Williams (2000). The method of analysis data using simple regression technique. The subjects have high psychological capital and low work family conflict. But analysist’s result shows the hypothesis was ignored, it means there is no psychological capital’s role against full time career woman in PT. Semen Indonesia with 9 working hours.

(2)

LATAR BELAKANG

Di era globalisasi saat ini telah membawa banyak perubahan di Indonesia terutama

pada wanita. Jika sebelumnya wanita hanya berperan sebagai ibu rumah tangga, namun di era

modern sekarang semakin banyak wanita yang mengembangkan perannya yaitu menjadi

wanita karier sekaligus menjadi seorang ibu rumah tangga dengan berbagai alasan. Bukan

hanya terbatas pada pelayanan suami, merawat anak, dan mengelola keperluan rumah tangga,

tetapi juga berperan serta dalam pemenuhan perekonomian keluarga dengan bekerja (Junita,

2011). Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan bahwa terdapat peningkatan jumlah tenaga

kerja perempuan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yaitu dari 60,54% menjadi

61,72%. Bila ditinjau dari segi kebudayaan Indonesia, wanita masih dianggap sebagai peran

utama dalam mengurus segala pekerjaan rumah tangga (Noor, 2004). Wanita Indonesia

dituntut dalam perannya sebagai ibu rumah tangga yang senantiasa melayani suami dan

mengurus anak dengan baik. Pembagian peran antara sebagai ibu rumah tangga dan wanita

karier menimbulkan problematika untuk ibu yang bekerja di Indonesia. Banyak diantara

mereka yang merasa bersalah ketika harus bekerja. Perasaan bersalah ditambah dengan

tuntutan dari dua sisi, yaitu pekerjaan dan ekonomi rumah tangga sangat berpotensi

menimbulkan konflik peran dan akhirnya memicu stress (Rini, 2002).

Wanita dengan peran ganda memiliki peran baik di dalam pekerjaan maupun di dalam

keluarganya, dimana tuntutan antara pekerjaan dan keluarga tidak selalu sejalan sehingga

dapat menimbulkan konflik. Konflik ini dikenal dengan nama konflik peran ganda. Konflik

peran ganda menurut Greenhaus dan Beutell (1985) yang disebut juga dengan Konflik

Pekerjaan-Keluarga (work-family conflict) adalah bentuk konflik peran di mana tuntutan

peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal.

Konflik peran ganda merupakan salah satu konflik yang sering dialami oleh karyawan

wanita. Konflik ini timbul karena adanya peran ganda antara peran dalam pekerjaan dengan

peran dalam keluarga yang tidak seimbang, dimana individu tidak dapat mengelola tuntutan

di pekerjaan dengan tuntutan di dalam rumah tangganya dengan baik. Konflik peran ganda ini

timbul karena adanya ketidakseimbangan antara pekerjaan di kantor dan tanggung jawab

keluarga yang dapat menyebabkan timbulnya beberapa masalah.

Tugas seorang wanita yang berperan ganda akan menjadi berat. Kesulitan yang

dihadapi menjadi lebih banyak dibandingkan dengan wanita yang hanya mengurus suami dan

(3)

ibu juga harus bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Kondisi demikian dapat

menimbulkan konflik (Suryadi, Satiadarma, & Wirawan, 2004). Apabila wanita

menitikberatkan pada perannya sebagai ibu, besar kemungkinan kondisi ekonomi rumah

tangganya kurang memperoleh dukungan. Sebaliknya, jika wanita menggunakan sebagai

besar waktunya untuk bekerja di luar rumah, perannya sebagai ibu akan terabaikan. Boles,

Howard, dan Donofrio (2001) menyatakan bahwa konflik peran ganda ini bisa menurunkan

prestasi kerja karyawan. Sementara menurunnya prestasi kerja karyawan bisa memberi

dampak pada meningkatnya keinginan untuk keluar, meningkatnya absensi, dan menurunnya

komitmen organisasi. Konflik antara keluarga dan pekerjaan dapat menimbulkan hasil yang

negatif baik bagi keluarga maupun pekerja. Studi menunjukkan bahwa konflik peran ganda

memiliki korelasi dengan menurunnya produktivitas, meningkatnya kelambanan kerja dan

absenteisme, dan ketidakpuasan kerja yang lebih besar (Greenhaus & Beutell, 1985). Tugas

seorang wanita yang berperan ganda akan menjadi berat. Kesulitan yang dihadapi menjadi

lebih banyak dibandingkan dengan wanita yang hanya mengurus suami dan anak-anak. Ibu

yang bekerja harus dapat mengatur waktu bagi keluarganya, namun di sisi lain ibu juga harus

bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Kondisi demikian dapat menimbulkan konflik

(Suryadi, Satiadarma, & Wirawan, 2004). Apabila wanita menitikberatkan pada perannya

sebagai ibu, besar kemungkinan kondisi ekonomi rumah tangganya kurang memperoleh

dukungan. Sebaliknya, jika wanita menggunakan sebagai besar waktunya untuk bekerja di

luar rumah, perannya sebagai ibu akan terabaikan.

Boles, Howard, dan Donofrio (2001) menyatakan bahwa konflik peran ganda ini bisa

menurunkan prestasi kerja karyawan. Sementara menurunnya prestasi kerja karyawan bisa

memberi dampak pada meningkatnya keinginan untuk keluar, meningkatnya absensi, dan

menurunnya komitmen organisasi. Konflik antara keluarga dan pekerjaan dapat menimbulkan

hasil yang negatif baik bagi keluarga maupun pekerja. Studi menunjukkan bahwa konflik

peran ganda memiliki korelasi dengan menurunnya produktivitas, meningkatnya kelambanan

kerja dan absenteisme, dan ketidakpuasan kerja yang lebih besar (Greenhaus & Beutell,

1985).

Luthans, Youssef, dan Avolio (2007) menjelaskan bahwa psychological capital

merupakan keadaan psikologis positif seorang individu yang berkembang dengan empat

karakteristik yaitu, self efficacy (memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam menghadapi

tantangan), optimism (memiliki atribusi positif atau optimisme yang tinggi akan tercapainya

(4)

positif akan tercapainya kesuksesan), dan resiliency (kemampuan untuk bertahan dan maju

ketika dhadapkan pada sebuah masalah). Psychological capital ini sangat penting bagi

wanita karier. Hal ini dikarenakan banyaknya dari wanita karier dalam pemenuhan peran

gandanya tidak terlepas dari konflik dalam pekerjaan dan keluarga. Dengan modal empat

dimensi dari psychological capital tersebut, diharapkan seseorang dapat mengatasi konflik

peran ganda (work-family conflict) yang dialaminya sehingga tidak berdampak negatif

terhadap dirinya, pekerjaannya, dan keluarganya.

LANDASAN TEORI

Psychological Capital

Psychological capital adalah suatu pendekatan yang dicirikan pada dimensi-dimensi

yang bisa mengoptimalkan potensi yang dimiliki individu sehingga bisa membantu kinerja

organisasi (Abrorry & Sukamto, 2013). Menurut Luthans, Youssef, dan Avolio (2007),

definisi dari psychological capital adalah suatu hal psikologis positif yang dimiliki oleh

setiap individu yang berguna untuk membantu individu tersebut untuk dapat berkembang.

Psychological Capital dicirikan oleh empat sumber psikologis, yaitu efficacy (kepercayaan

diri), hope (harapan), optimism (optimis), dan resiliency (ketabahan). Avey, Youssef, dan

Luthans (2009) menjelaskan bahwa karakteristik yang membangun psychological capital

saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga konstruk ini lebih baik diukur sebagai satu

kesatuan.

Menurut Luthans, Avolio, dan Avey (2007), self-efficacy merupakan suatu keyakinan

dalam mengambil keputusan dan usaha untuk mengerjakan tugas-tugas yang menantang.

Orang yang memiliki self-efficacy cenderung percaya pada kemampuan yang ada pada

dirinya sehingga dapat menggerakkan motivasi, sumber daya kognitif yang diperlukan untuk

mencapai kesuksesan dari tugas yang dibebankan (Rego dkk, 2010). Menurut Luthans,

Avolio, dan Avey (2007), optimism stabilitas positif dalam mencapai kesuksesan untuk saat

ini dan di masa yang akan datang. Optimis adalah individu yang berharap bahwa hal-hal baik

akan terjadi padanya, tidak mudah menyerah dan biasanya cenderung memiliki rencana

tindakan dalam kondisi sesulit apapun (Rego dkk, 2010). Menurut Luthans, Avolio, dan Avey

(2007), hope merupakan ketekunan dalam mencapai tujuan, dan tetap fokus dalam proses

(5)

untuk mencapai tujuannya, memiliki energi dan keinginan yang kuat serta determinasi yang

tinggi untuk memenuhi harapannya (Rego dkk, 2010). Menurut Luthans, Avolio, dan Avey

(2007), resiliency adalah ketika tertimpa masalah dan kesulitan, individu tersebut mampu

bersabar dan bangkit kembali untuk mencapai suatu kesuksesan.

Konflik Peran Ganda

Greenhaus dan Beutell (Carlson, Kacmar, & Williams, 2007), konflik peran ganda

adalah sebuah bentuk konflik antar peran ketika pemenuhan salah satu peran dapat menekan

peranan yang lain, baik itu perannya di kehidupan pekerjaan ataupun keluarga. Duxbury,

Higgins, dan Mills (Carlson, Kacmar, & Williams, 2000) menyatakan bahwa hubungan

antara keluarga dan pekerjaan ini bersifat dua arah, yaitu:

1) FIW (family interference with work)

Konflik peran ganda dapat muncul akibat urusan keluarga mengganggu urusan

pekerjaan.

2) WIF (work interference with family)

Konflik peran ganda dapat muncul akibat urusan pekerjaan mengganggu urusan

keluarga.

Greenhaus dan Beutell (Carlson, Kacmar, & Williams, 2000) mengidentifikasikan tiga

elemen konflik peran ganda, yaitu:

1) Konflik berdasarkan waktu (time-based conflict)

Waktu yang dicurahkan untuk menjalankan salah satu peran (keluarga atau pekerjaan)

dapat mengganggu atau mencampuri pemenuhan tanggung jawab pada peran lain.

Misalnya terlambat pulang dari kantor menyebabkan waktu untuk keluarga menjadi

kurang atau merawat anak yang sakit dapat menyebabkan pekerjaan di kantor menjadi

tertunda.

2) Konflik berdasarkan tekanan (strain-based conflict)

Terjadi pada saat ketegangan atau kelelahan dari salah satu peran mempengaruhi dan

mengganggu kinerja peran yang lainnya. Misalnya tekanan kecemasan dan kemarahan

di kantor menyebabkan berkurangnya perhatian sebagai orang tua atau sebagai istri di

rumah atau tekanan di rumah dapat menjadikan semangat kerja berkurang.

(6)

Merupakan suatu konflik yang terjadi dimana pola-pola perilaku dalam satu peran tidak

sesuai dengan pola-pola pada peran lainnya. Hal ini disebabkan perilaku pada satu

peran yang mungkin tidak dapat dibandingkan dengan harapan bagi peran lainnya.

Misal di rumah ibu dituntut untuk memainkan peran pasif yang harus selalu siap

memberikan bantuan pada keluarganya, sedangkan di tempat kerja ibu diharapkan

menjadi seseorang yang agresif dan tahu bagaimana harus menjaga diri sendiri.

METODE PENELITIAN

Partisipan dan Desain Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan wanita yang berada di

kantor pusat PT Semen Indonesia yang telah menikah sejumlah 78 orang. Kemudian sampel

yang digunakan sebanyak 68 orang. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti

adalah teknik non probability sampling dengan jenis metode purposive sampling.

Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah karyawan wanita yang telah menikah, telah

memiliki anak, dan berstatus sebagai karyawan tetap. Desain penelitian menggunakan

pendekatan kuantitatif. Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis regresi linier sederhana.

Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket. Skala psychological capital yang

menggunakan instrumen yang telah ditransadaptasi kemudian diuji validitas dan

reliabilitasnya oleh Yungsiana (2013). Skala tersebut terdiri dari 19 aitem valid dengan nilai

koefisien reliabilitas Alpha Cronbach’s sebesar 0,901. Akan tetapi 1 item yaitu aitem 17

dihilangkan oleh peneliti karena dianggap hampir sama dengan item lain yaitu aitem 19.

Sehingga jumlah aitem dari PCQ menjadi berjumlah 18 aitem sebelum diuji coba. Skala

tersebut pada awalnya disusun oleh Luthans, Youssef, dan Avolio (2007) yang bernama PCQ

(Psychological Capital Questionnare) dengan 24 aitem dengan respon jawaban

menggunakan 6 point tipe skala Likert. Setelah dilakukan uji coba, Psychological capital

questionnaire (PCQ) terdapat 15 aitem yang lolos dari jumlah keseluruhan 18 aitem dengan

nilai reliabilitas Cronbach's Alpha sebesar 0,896.

Skala konflik peran ganda (work family conflict) yang menggunakan instrumen yang telah

(7)

36 item valid dan dengan nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach’s sebesar 0,931. Skala

tersebut sebelumnya dikembangkan oleh Carlson, Kacmar, dan Williams (2000) yang terdiri

dari 68 aitem dengan respon jawaban menggunakan 4 point tipe skala Likert yaitu: Sangat

Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Setelah

dilakukan uji coba pada skala Konflik Peran Ganda, terdapat 33 aitem yang lolos dari jumlah

keseluruhan 36 aitem dengan nilai reliabilitas Cronbach's Alpha sebesar 0,938. Akan tetapi

kemudian aitem-aitem tersebut dimodifikasi dengan memilih aitem yang nilai koefisien

korelasi aitem total yang paling tinggi, sehingga menjadi berjumlah 20 aitem.

Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

a. Studi kepustakaan mengenai variabel yang telah ditentukan sebelumnya untuk

mendapatkan konsep teoritis.

b. Menentukan sampel dan desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian.

c. Survei lokasi dan mengajukan permohonan izin penelitian pada lembaga atau tempat

yang akan dituju yaitu di kantor pusat PT Semen Indonesia.

d. Pembuatan alat ukur yang akan digunakan dalam pengambilan data.

e. Melakukan uji coba (try out) yang berfungsi untuk mengetahui tingkat keabsahan

dan keandalan dari aitem-aitem yang ada.

f. Melakukan revisi alat ukur yaitu dengan cara mempertahankan aitem-aitem yang

lulus uji validitas dan reliabilitas, kemudian menyusunnya kedalam alat ukur yang

digunakan untuk pengambilan data.

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian akan dilakukan di kantor pusat PT. Semen Indonesia di kota Gresik dengan

memilih sampel sesuai kriteria. Setelah itu data yang diperoleh akan dibuat analisis data

agar data tersebut dapat dibaca dan diinterpretasikan.

3. Tahap Penganalisaan Data

a. Pengecekan kembali data yang telah terkumpul untuk mengetahui skala yang layak

dan skala yang gugur.

b. Analisis data dengan menggunakan SPSS 20.0 for Windows untuk menguji hipotesis.

c. Penafsiran hasil analisa data.

d. Pembahasan akhir yaitu dengan melakukan interpretasi berdasarkan teori dan

(8)

HASIL

Analisis regresi digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel

terikat (Y) (Sarjono & Julianita, 2011). Dalam pengolahan data dengan menggunakan analisis

regresi linier sederhana karena melibatkan satu variabel bebas. Berdasarkan hasil pengolahan

data dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for the Social Science) 20.0 didapatkan

hasil sebagai berikut:

Tabel 19. Hasil Analisis Regresi

thitung ttabel Signifikansi Keterangan

-0,535 1,996 0,594 Tidak signifikan

Dari tabel di atas terlihat bahwa t hitung lebih kecil daripada t tabel (-0,535 < 1,996), dan

nilai signifikansi sebesar 0,594 (0,594 > 0,05) hal ini menunjukkan bahwa Ha ditolak. Berarti

tidak terdapat peran psychological capital terhadap konflik peran ganda pada wanita karier.

Jika dilihat dari tabel koefisien regresi adalah sebagai berikut:

Tabel 20. Koefisien Regresi

Dari tabel coefficients diperoleh persamaan garis regresi sederhana sebagai berikut :

Persamaan regresi ini menunjukkan nilai konstanta koefisien regresi sebesar 1,984 yang

berarti bahwa tanpa adanya pengaruh dari variabel X (psychological capital), variabel Y

(konflik peran ganda) akan bernilai sebesar (+) 1,984. Nilai koefisien psychological capital

sebesar -0,030 dimana nilai tersebut terdapat tanda negatif berarti menunjukkan bahwa

Variabel B Signifikansi

Constant

1,984 0,000

Psychological capital

-0,030 0,594

(9)

apabila terdapat kenaikan skala tanggapan responden sebanyak 1 kali pada X dan variabel

yang lain dianggap tetap atau tidak ada perubahan sama sekali, maka akan terjadi penurunan

pada variabel Y sebesar 0,030.

DISKUSI

Hasil pengujian hipotesis adalah tidak terdapat peran psychological capital terhadap

konflik peran ganda pada wanita karier di PT Semen Indonesia. Setelah dilakukan

pengolahan data, didapatkan nilai thitung lebih kecil daripada ttabel (-0,594 < 1,996) dan nilai

signifikansi lebih besar dari α (0,594 > 0,05). Pengujian ini menunjukkan bahwa hipotesis

peneliti ditolak. Menurut Luthans, Youssef, dan Avolio (2007), definisi dari psychological

capital adalah suatu hal psikologis positif yang dimiliki oleh setiap individu yang berguna

untuk membantu individu tersebut untuk dapat berkembang. Psychological capital yang

terdapat pada karyawati di PT Semen Indonesia termasuk dalam kategori tinggi. Peneliti

berasumsi bahwa psychological capital memiliki peranan dalam konflik peran ganda pada

wanita karier. Akan tetapi berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa tidak terdapat

peran psychological capital terhadap konflik peran ganda.

Peneliti memprediksikan penyebab tidak adanya peran psychological capital terhadap

konflik peran ganda adalah karena kedua variabel tersebut tidak dapat berhubungan langsung

dan membutuhkan sebuah variabel perantara (intervening) seperti misalnya penyesuaian diri.

Variabel perantara adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat

diamati (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Miliansyah (2011), bahwa

terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-efficacy dengan penyesuaian diri pada

pekerja outbond freelance PT. Selaras Inti Prima Indonesia. Dimana self-efficacy merupakan

salah satu dimensi dari psychological capital. Wanita karier yang memiliki psychological

capital tinggi kemungkinan akan memiliki penyesuaian diri yang baik pula.

Definisi penyesuaian diri menurut Schneider (Nurdin, 2002) adalah suatu kemampuan

untuk mengatasi tekanan kebutuhan, kemampuan untuk mengatasi stres, frustasi, dan konflik

yang muncul. Dengan adanya penyesuaian diri yang baik tersebut, maka wanita karier

tersebut dapat mengatasi konflik yang terjadi pada dirinya salah satunya adalah seperti

konflik peran ganda. Seperti hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Apollo dan Cahyadi

(2012) bahwa penyesuaian diri dan dukungan sosial memiliki korelasi negatif yang signifikan

(10)

Individu yang mempunyai penyesuaian diri yang baik bila ia dapat mencapai kepuasan

dalam usahanya memenuhi kebutuhan, mengatasi ketegangan, dan bebas dari berbagai

simtom yang mengganggu, seperti kecemasan, depresi, obsesi, frustrasi, maupun konflik.

Dalam hal ini para karyawati PT Semen Indonesia telah memiliki penyesuaian diri yang baik

terhadap kedua peran yang telah dijalaninya sehingga dapat mengatasi konflik peran ganda.

Jika dilihat dari data demografis subyek penelitian berdasarkan masa kerja yang sebagian

besar bekerja 5 tahun ke atas, kemungkinan subyek telah dapat beradaptasi dengan konflik

peran ganda yang terjadi. Sebanyak 60 orang memiliki masa kerja di atas 5 tahun. Dimana

pada masa kerja selama itu, subyek telah dapat beradaptasi dengan konflik yang terjadi

terutama konflik peran ganda. Mereka telah memiliki cara atau solusi untuk mengatasi

konflik peran ganda. Sehingga konflik peran ganda pun berada dalam kategorisasi rendah.

Hal ini diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Ismar, Amri, & Sostrosumihardjo

(2011), yaitu bahwa dengan masa kerja selama 2 tahun pertama, pekerja masih berada dalam

tahap penyesuaian dengan kondisi lingkungan kerja, sehingga mekanisme coping terhadap

stres belum optimal. Akan tetapi setelah masa kerja 2 tahun, penyesuaian pekerja terhadap

kondisi lingkungan kerja akan menjadi lebih baik dan mekanisme coping terhadap stres telah

optimal.

Selain itu kemungkinan untuk melihat peran psychological capital terhadap konflik

ganda dapat pula memberikan variabel moderator seperti contohnya dukungan sosial.

Variabel moderator adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara

satu variabel dengan variabel lain (Sugiyono, 2008). Salah satu dukungan yang paling

berpengaruh yaitu dukungan dari suami dan anak-anaknya seperti rasa empati, rasa cinta dan

pengertian terhadap wanita karier yang telah menikah. Hal ini diperkuat juga oleh hasil

penelitian Apollo dan Cahyadi (2012) mengatakan bahwa dukungan sosial keluarga dan

penyesuaian diri mempunyai hubungan negatif yang sangat signifikan dengan tingkat konflik

peran ganda perempuan menikah yang bekerja. Besarnya dukungan sosial keluarga dan

tingginya penyesuaian diri dapat menekan munculnya konflik peran ganda perempuan

menikah yang bekerja.

Wanita karier yang bekerja di kantor pusat PT Semen Indonesia kemungkinan telah

dapat meminimalisir konflik peran ganda yang dialaminya. Hal ini terbukti pada hasil analisis

deskriptif, dimana konflik peran ganda pada wanita karier di PT Semen Indonesia berada

dalam kategori rendah. Hal ini berarti, meskipun sebagian waktu yang lebih banyak

dihabiskan ke dalam pekerjaan yaitu mulai dari jam 07.30-16.00 wib, akan tetapi para

(11)

dasarnya, wanita yang menjalani peran ganda tentu saja terdapat kesulitan dalam membagi

waktu antara pekerjaan dan keluarga. Seperti yang diungkapkan oleh Parasuraman dan

Simmers (2001), bahwa keterbatasan waktu yang dimiliki oleh seseorang, yaitu waktu yang

dipergunakan untuk pekerjaan seringkali berakibat terbatasnya waktu untuk keluarga,

ketegangan dalam suatu peran yang akhirnya mempengaruhi kinerja peran yang lain,

kesulitan perubahan perilaku dari peran satu ke peran yang lain menyebabkan seseorang

mempunyai sikap dan perasaan negatif terhadap pekerjaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abrorry, L., & Sukamto, D. (2013). Hubungan Psychological Capital dengan

Entreprenueralal Intention Siswa. Jurnal Penelitian Psikologi, 4 (1), 61-69.

Apollo., & Cahyadi, A. (2012). K onflik Peran Ganda Perempuan Menikah yang Bekerja

ditinjau dari Dukungan Sosial Keluarga dan Penyesuaian Diri. Widya Warta, 35 (1),

254-271.

Boles, J. S., Howard, W. G., & Donofrio, H. H. (2001). An Investigation Into the

Inter-relationships of Work Family Conflict, Family Work Conflict and Work Satisfaction.

Journal of Managerial Issues, 13 (3), 376-390.

Carlson, D. S., Kacmar, K. M., & Williams, L. J. (2000). Construction and Initial Validation

of a Multidimensional Measure of Work-Family Conflict. Journal of Vocational

Behavior, 249-276.

Greenhaus, J. H., & Beutell, N. J. (1985). Sources of Conflict Between Work and Family

Roles. Academy of Management Review (10), 76-88.

Ismar., Amri., & Sostrosumihardjo. (2011). Stres Kerja dan Faktor yang Berhubungan pada

Pekerja Call Center PT. X di Jakarta. Majalah Kedokteran Indonesia, 61 (1), 13- 19.

Junita, A. (2011). Konflik Peran Sebagai Salah Satu Pemicu Stres Kerja Wanita Karir. Jurnal

Keuangan dan Bisnis, 3 (2), 93-110.

Luthans, F., Avey, J. B., & Norman, S. M. (2007). Positive Psychological Capital:

Measurement and Relationship with Performance and Satisfaction. Personnel

(12)

Luthans, F., Avey, J. B., & Norman, S. M. (2007). Positive Psychological Capital:

Measurement and Relationship with Performance and Satisfaction. Personnel

Psychology, 60, 541-572.

Miliansyah, Febry. (2011). Hubungan Self-Efficacy dengan Penyesuaian Diri pada Pekerja

Outbond Freelance PT. Selaras Inti Prima Indonesia. Skripsi. Fakultas Psikologi.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Noor, N. M. (2004). Work-Family Conflict, Work and Family Role Saliance, and Women's

Well-Being. The Journal of Social Psychology, 144 (4), 389-405.

Nurdin, A. (2002). Pengaruh Pelatihan Ketrampilan Penyesuaian Diri Terhadap

Penyesuaian Diri dan Konsep Diri pada Remaja. Tesis. Pascasarjana. Universitas

Gadjah Mada: Yogyakarta.

Parasuraman, S., & Simmers. (2001). Type of Employment, Work-Family Conflict and

well-being: A Comparative Study. Journal of Organizational Behavior. 22 (5),

551-568.

Rego, A., Carla, M., Leal, S., Filipa, S., & Miguel, P. C. (2010). Psychological Capital and

Performance of Portuguese Civil Servants: Exploring Neutralizers in the

Context of an Appraisal System. The International Journal of Human Resource

Management, 21 (9), 1531-1552.

Rini, Jacinta F. 2002. Wanita Bekerja. Dalam http://www.e-psikologi.com, diakses

pada tanggal 1 Desember 2013, pukul 21. 32.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryadi, D., Satiadarma, M. P., & Wirawan, H. E. (2004). Gambaran Konflik Emosional

Peran dalam Menentukan Proritas Peran Ganda. Jurnal Ilmiah Psikologi ARKHE

Gambar

Tabel 19. Hasil Analisis Regresi

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi yang dikembangkan dapat membantu meningkatkan kinerja guru SMK AZZA WA JALLA Bandar Lampung dalam penyusunan laporan data siswa, laporan bimbingan konseling

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RSI

Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan 20.. Badan

– Jika ia mengaku maka kemungkinan ia akan dihukum 5 tahun jika ternyata tersangka 1 juga mengaku atau akan bebas jika tersangka 1 tidak mengaku.. – Jika ia tidak mengaku

Sebelah Timur berbatasan dengan Distrik Prafi dan Distrik Manokwari Utara.. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Pacifik;

Grup Ganto Saroha dalam pertunjukannya menggunakan instrumen musik keyboard dan tidak menampilkan penyanyi atau Anak Ronggeng yang berpenampilan seperti perempuan

Tujuan penelitian ialah mengetahui pengaruh kepadatan awal initial density kalus dalam kultur embriogenesis somatik terhadap laju multiplikasi dan stabilitas genetik planlet