• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

operasi, laba kotor, dan size perusahaan sebagai ukuran kinerja dan menilai

prospek perusahaan dimasa depan.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS 2. 1. Landasan Teoritis

2.1.1. Teori Agensi (Agency Theory)

Menurut Jansen Meckling teori agensi menjelaskan tentang hubungan

konseptual antara pihak yang mendelegasikan keputusan tertentu (principal /

pemilik/pemegang saham) dengan pihak yang menerima pendelegasian tersebut

(agen/manajemen).

Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena

kemungkinan bertindak tidak sesuai dengan principal, sehingga memicu biaya

keagenan (agency cost). Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral

untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dengan memperoleh

kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan

yang berbeda didalam perusahaan dimana masing – masing pihak berusaha

mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali,

2002). Eisenhardt (dalam Larasati, 2009) menggunakan tiga asumsi sifat dasar

manusia guna menjelaskan teori agensi yaitu: (a) manusia pada umumnya

mementingkan diri sendiri (self interest), (b) manusia memiliki daya pikir terbatas

mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), (c) manusia selalu

(2)

Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia

kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic,yaitu

mengutamakan kepentingan pribadi (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Sebagai

pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui

informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan

pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu, manajer sudah seharusnya selalu

memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal dapat

diberikan kepada manager yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi

seperti laporan keuangan. Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi ini

akan memiu munculnya kondisi yang disebut dengan asimetris informasi

(information asymetry). Dengan adanya asimetri informasi antara agent dan

principal akan memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan

manajemen laba (earnings management) sehingga akan menyesatkan pemilik

(pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan.

Jensen dan Meckling (dalam Larasati, 2009) berpendapat bahwa agency

conflict timbul pada berbagai hal sebagai berikut: (a) manajemen memilih

investasi yang paling sesuai dengan kemampuan dirinya dan bukan yang paling

menguntungkan bagi perusahaan, (b) manajemen cenderung mempertahankan

tingkat pendapatan perusahaan yang stabil, sedangkan pemegan saham lebih

menyukai distribusi kas yang lebih tinggi melalui beberapa peluang investasi

internal yang positif atau disebut earning retention, (c) manajemen cenderung

mengambil posisi aman untuk mereka sendiri dalam mengambil keputusan

investasi.Dalam hal ini, mereka akan mengambil keputusan investasi yang sangat

(3)

memperhatikan cash flow perusahaan sejalan dengan waktu penugasan mereka.

Hal ini dapat dapat menimbulkan bias dalam pengambilan keputusan yaitu

berpihak kepada pada proyek jangka pendek dengan pengembalian akuntansi yang

tinggi, (e) asumsi dasar lainnya yang membangun agency theory adalah agency

problem yang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan antara pemegang saham

sebagai pemilik dan manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki kepentingan

agar dana yang diinvestasikan mendapatkan return maksimal, sedangkan manajer

berkepentingan terhadap pengelola insentif atas pengelolaan dan pemilik (agency

problem).

2.1.1.1. Biaya Agensi (Agency Cost)

Ageny cost terjadi untuk melindungi kepentingan pemilik dan untuk

mengurangi kemungkinan agen akan berprilaku menyimpang (misbehave).

Menurut Jensen dan Meckling (1976) adanya konflik keagenan

memunculkan biaya agensi yang terdiri dari :

1. The monitoring expenditure by the principle, yaitu pengawasan yang

dikeluarkan oleh principal untuk mengawasi perilaku dari agent dalam

mengelola perusahaan.

2. The bounding expenditure by the agent (bounding agent), yaitu biaya

yang dikeluarkan oleh agent untuk menjamin bahwa agent tidak

bertindak merugikan principal.

3. The residual loss, yaitu penurunan tingkat utilitas principal maupun agent karena adanya hubungan agensi.

Konflik keagenan ini dapat diminimunkan dengan suatu mekanisme

(4)

perusahaan yang dapat menimbulkan biaya agensi. Adanya beberapa alternative

untuk mengurangi agency cost,diantaranya adalah adanya kepemilikan

institusional, kepemilikan saham oleh manajemen, proporsi dewan komisaris

independen, dan komite audit.

2.1.2.Return Saham

Menurut Sundjaja dan Barlian (2003) pengertian return adalah total laba

atau rugi yang diperoleh investor dalam periode tertentu yang dihitung dari selisih

antara pendapatan atas investasi pada periode tertentu dengan pendapatan

investasi awal.

Gitman (2001) mendefenisikan return sebagai total laba atau rugi yang

diperoleh dari suatu investasi selama periode tertentu yang dihitung dengan cara

membagi distribusi asset secara tunai selama satu periode ditambah dengan

perubahan nilainya dengan nilai investasi diawal periode.

MenurutTandelilin (2010) pengertian return adalah tingkat pengembalian

berupa imbalan yang diperoleh dari hasil jual beli saham. Dimana investor berani

berinvestasi dan menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya.

Pengertian return menurut Jogiyanto (2009) adalah ukuran yang

mengukur besarnya perubahan kekayaan investor baik kenaikan maupun

penurunan serta menjadi bahan pertimbangan untuk membeli atau

mempertahankan sekuritas.

Menurut Jogiyanto (2009)return saham dapat dibagi menjadi dua yaitu:

(1).Return realisasi (realized return)merupakan return yang telah terjadi yang

(5)

keuntungan yang diharapkan oleh seorang investor di kemudian hari terhadap

sejumlah dana yang telah ditempatkannya.

2.1.2.1. Komponen Return Saham

Menurut Tandelilin (2010), return saham terdiri dari dua komponen yaitu

(1).Capital gain (loss) yaitu kenaikan (penurunan) harga suatu saham yang bisa

memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor.(2).Yield merupakan komponen

return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara

periodik dari suatu investasi saham.

2.1.2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Return Saham

Menurut Meriewaty dan Setyani (2005) ada dua jenis kinerja perusahaan

yaitu : (1).Kinerja operasional merupakan kinerja yang diperoleh perusahaan

dengan menggunakan modal tetap perusahaan tanpa adanya hutang terdapat pada

Economic Value Added (EVA) dan Residual Income (RI) dengan mengukur besar

kecilnya laba operasional bersih setelah pajak ( Net Operating Profit After Tax /

NOPAT) yang diperoleh perusahaan.(2).Kinerja keuangan merupakan kinerja

yang diperoleh dari kinerja perusahaan yang menggunakan hutang. Oleh karena

itu, pengguna hutang diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Jika

hutang yang digunakan dapat meningkatkan kinerja perusahaan maka

penggunaan hutang memberikan manfaat bagi perusahaan.

Menurut Jogiyanto (2009) faktor yang mempengaruhi return saham

adalah variasi tingkat pengembalian saham disebabkan dari penilaian pada kinerja

perusahaan. Semua persepsi yang positif terhadap kinerja perusahaan akan

membawa harga saham ke tingkat yang lebih tinggi dari semula, hal ini

(6)

jika ternyata membuat persepsi yang negatif bagi investor, maka harga saham

akan bergerak ke arah yang lebih rendah dari sebelumnya.

Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa perusahaan tidak selalu

membagikan dividen kepada para pemegang saham tetapi bergantung pada

kondisi perusahaan itu sendiri. Ini berarti bahwa jika perusahaan mengalami

kerugian tentu saja dividen tidak akan dibagikan pada tahun berjalan tersebut.

Dividen yang dibagikan dapat berupa dividen tunai maupun dividen saham.

Menurut Jogiyanto (2009)return saham dapat diukur sebagai berikut:

Dt + (Pt – Pt-1)

Rt =

Pt - 1

Keterangan :

Rt = Return saham

Pt= Harga saham periode t

Pt-1= Harga saham periode t-1

Dt = Dividen Saham periode t

2.1.3. Return On Asstes (ROA)

Return On Asset (ROA) menurut Kasmir (2012) adalah rasio yang

menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.

Selain itu, return on assets memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas

perusahaan karena menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan

aktiva untuk memperoleh pendapatan rumus yang digunakan untuk mencari rasio

return on asset adalah sebagai berikut:

Laba Bersih

ROA =

(7)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan

dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Dengan kata lain,

semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asetdalam memperoleh

keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan

kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan

tersebut makin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin

besar.

2.1.4. Arus Kas

Menurut Warren (2006) melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar

yang utama dari suatu perusahaan selama satu periode. Laporan arus kas

melaporkan ada tiga jenis transaksi yaitu: (1).Arus kas dari aktivitas operasi, yaitu

arus kas dari transaksi yang mempengaruhi laba bersih.(2).Arus kas dari aktivitas

pendanaan, yaitu arus kas dari transaksi yang mempengaruhi ekuitas dan utang

perusahaan.(3).Arus kas dari aktivitas investasi, yaitu arus kas dari transaksi yang

mempengaruhi investasi dari aktiva lancar.

Laporan arus kas perusahaan memberikan pengungkapan bahwa ada tiga

aktivitas utama perusahaan, antara lain (1).Aktivitas Pendanaan (Financing

Activities) adalah metode yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan uang

untuk membayar kebutuhan – kebutuhan tersebut. Oleh karena ukuran dan potensi

aktivitas pendanaan dalam penentuan kesuksesan dan kegagalan perusahaa,

perusahaan berhati – hati dalam perolehan dan pengelolaan sumber daya

keuangan.(2).Aktivitas Investasi ( Investing Activities) mengacu pada perolehan

dan pemeliharaan investasi dengan tujuan menjual produk dan menyediakan jasa,

(8)

Activities) mencerminkan pelaksanaan rencana bisnis yang terdapat dalam

aktivitas pendanaan dan aktivitas investasi. Aktivitas operasi melibatkan

setidaknya lima komponen yaitu : penelitian dan pengembangan, pembelian,

produksi, pemasaran, dan administrasi (Subramanyan: 2014).

2.1.5. Economic Value Added ( EVA)

Kinerja sebuah perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio

keuangan selama satu periode tertentu. Pengukuran berdasarkan rasio keuangan

ini sangatlah bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan

dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Sehingga seringkali kinerja

perusahaan terlihat baik dan meningkat, yang mana sebenarnya kinerja tidak

mengalami peningkatan dan bahkan menurun. Diperlukannya suatu alat ukur

kinerja yang menunjukkan prestasi manajemen sebenarnya dengan tujuan untuk

mendorong aktivitas atau strategi yang menambah nilai ekonomis (value added

activities) dan menghapuskan aktivitas yang merusak nilai (non-value added activities). Economic Value Added (EVA) sangat relevan dalam hal ini karena Economic Value Added dapat mengukur kinerja (prestasi) manajemen berdasarkan besar kecilnya nilai tambah yang diciptakan selama periode tertentu. Economic

Value Added juga dapat digunakan sebagai pedoman dalam hal goal setting, capital budgeting,performance assessment, dan incentive compensation suatu perusahaan. Pengaruh nilai tambah di dalam suatu perusahaan secara keseluruhan

sangatlah penting sehingga hal ini jangan sampai terlewatkan dalam penyusunan

(9)

Economic Value Added atau sering juga disebut dengan EVA merupakan

alat analisa keuangan dalam mengukur laba ekonomi suatu perusahaan dimana

kemakmuran pemegang saham hanya dapat diciptakan apabila perusahaan dapat

menutup semua biaya operasional dan biaya modal. Economic Value

Addedmerupakan suatu merek dagang dari perusahaan konsultan berbasis New York yang bernama Stern StewardCompany (Nasser,2003).

Economic Value Added mendukung para manager untuk bertindak seperti

halnya pemilik melalui peningkatan pengambilan keputusan kegiatan operasional,

pendanaan dan investasi. Economic Value Added mencoba lebih fokus terhadap

kemampuan perusahaan dalam memberikan return actual melebihi biaya modal

dalam setiap investasi. Selain itu, Economic Value Added juga mempertimbangkan seluruh biaya modal yang digunakan dalam kegiatan

operasional perusahaan. Variabel pengukuran ini seperti earnings dan residual

income hanya mempertimbangkan beban bunga sebagai biaya modalnya (Biddle et al,1998).

Economic Value Added menurut Young & O’Byrne (2001) adalah tolak

ukur kinerja keuangan dengan mengukur perbedaan antara pengembalian atas

modal perusahaan dengan biaya modal. Dari defenisi tersebut maka Economic

Value Addedditentukan oleh dua hal yaitu keuntungan operasional bersih setelah

pajak dan tingkat biaya modal. Economic Value Added dapat dihitung dengan

rumus:

EVA = NOPAT – Capital Charges

Dimana : NOPAT = Net Operating Profit After Taxes

(10)

Jika EVA > 0, maka menunjukkan adanya nilai tambah ekonomis dalam

perusahaan, sehingga mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan baik.

Sedangkan EVA< 0 , maka menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah

ekonomis bagi perusahaan sehingga mengindikasikan kinerja keuangan

perusahaan kurang baik. Jika EVA = 0, maka menunjukkan posisi impas karena

semua laba yang telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang

dana, baik kreditur dan pemegang saham.

2.1.6. Residual Income (RI)

Residual income mengukur kinerja operasi perusahaan (net operating

profit after tax/NOPAT) dikurangi dengan beban atas semua hutang dan modal

yang diinvestasikan.

Dengan persamaan sebagai berikut:

Residual Income (RI) = Laba Bersih Setelah Pajak – (WACC x IC).

Dimana:

WACC = Weight Average Cost Of Capital danIC = Invested Capital

Residual income yang positif menunjukkan kelebihan laba dari yang

dibutuhkan oleh kreditur dan pemilik modal, yang berarti merupakan wealth bagi

residual claimants, yaitu pemegang saham. Sebaliknya, residual income yang

negatif berarti penurunan wealth pemegang saham.

2.1.7. Market Value Added ( MVA)

Young dan O’Byrne (2001) menyatakan bahwa Market Value Added

(MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan

utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. Market

(11)

keberhasilan dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan

mengalokasikan sumber – sumber yang sesuai. Market Value Added juga

merupakan indikator yang dapat mengukur seberapa besar kekayaan perusahaan

yang telah diciptakan untuk investornya atau Market Value Added menyatakan

seberapa besar kemakmuran yang dicapai. Indikator yang dijadikan tolak ukur

untuk mengukur nilai Market Value Added, yaitu:

a. JikaMarket Value Added (MVA) > 0, berarti perusahaan berhasil

meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana.

b. Jika Market Value Added (MVA) < 0, berarti perusahaan tidak dapat

meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana.

Menurut Griffith (2006), Market Value Added adalah selisih antara nilai

pasar perusahaan dengan jumlah modal yang diinvestasikan dalam perusahaan.

Jika Market Value Added positif berarti perusahaan telah meningkatkan nilai

modal investor. Dengan demikian, menciptakan kesejahteraan pemegang saham

(shareholder). Nilai pasar perusahaan merupakan harga saham penutupan per

tanggal 31 Desember dan modal yang diinvestasikan oleh investor adalah nilai

ekuitas per lembar saham.

Market Value Added secara teknis diperoleh dengan cara mengalikan

selisih antara harga pasar per lembar saham dan nilai buku per lembar saham

dengan jumlah saham yang beredar. Nilai pasar saham perusahaan tercermin oleh

harga saham yang tercantum pada akhir periode selama tahun tersebut

berlangsung (umumnya per 31 Desember). Nilai buku per lembar saham diperoleh

dengan membagi total equity dengan jumlah saham yang beredar (Ghozali dan

(12)

2.1.8. Debt To Equity Ratio (DER)

Debt to equity ratio merupakan ratio yang digunakan untuk mengukur

tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholder’s equity yang

dimiliki perusahaan. Secara matematis debt to equity dapat dirumuskan sebagai

berikut

Total Equity

DER=Total Shareholders Equity

Struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, dengan demikian dapat dilihat dari

struktur resiko tidak tertagihnya hutang. Maka makin kecil angka rasio ini makin

baik.

Debt to equity (DER) merupakan salah satu rasio solvabilitas yang

mengukur seberapa besar operasi perusahaan dibiayai oleh hutang bila

dibandingkan dengan operasi perusahaan yang dibiayai ekuitas. Rasio ini

menunjukkan menunjukkan seberapa besar perusahaan tergantung pada dana para

kreditur dibandingkan dana yang disediakan pemilik (Raden, 2007).

Total Debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun

hutang jangka panjang) sedangkan total sharehoder’s equity merupakan total

modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau

struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki

perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka

pendek maupun jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal

sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar

(kreditur) (Ang, 1997). Mondligiani dan Miller dalam Christanty (2009)

(13)

debt to equity karena adanya efek dari corporate tax shield. Hal ini disebabkan

karena dalam keadaan pasar sempurna dan ada pajak, umumnya bunga yang

dibayarkan akibat penggunaan hutang dapat dipergunakan untuk mengurangi

penghasilan yang dikenakan pajak. Dengan demikian apabila terdapat dua

perusahaan dengan laba operasi yang sama, tetapi perusahaan yang satu

menggunakan hutang dan membayar bunga sedangkan perusahaan yanglain tidak,

maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang

lebih kecil, sehingga menghemat pendapatan.

2.1.9. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan sebuah lembaga yang memiliki

kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham

sehingga biasanya institusi menyerahkan tanggung jawab kepada divisi tertentu

untuk mengelola investasi perusahaan tersebut. Karena institusi memantau secara

professional perkembangan investasinya maka tingkat pengendalian terhadap

tindakan manajemen sangat tinggi sehingga potensi kecurangan dapat ditekan

(Murwaningsari,2009).

Bathala et al (1994) menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh institusi

merupakan salah satu memonitoring agents penting yang memainkan peran aktif

dan konsisten dalam melindungi investasi saham yang ditanamkan dalam

perusahaan. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan

kemakmuran pemegang saham.

Tabel 2.1

Review Penelitian Terdahulu

No. Nama & Tahun

(14)

1.

Trisnawati (2009)

Pengaruh Economic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual Income,Earnings, Operating Leverage dan Market Value Added terhadap Return Saham

Variabel bebas: Economic Value Added

Variabel terikat: return saham, arus kas operasi, residual income, earnings, operating leverage, Market Value Added

EVA, arus kas operasi, residual income, earnings, operating leverage, MVA tidak memiliki pengaruh

Pengaruh Komponen Arus Kas dan EPS terhadap Return Saham.

Variabel bebas: EPS, arus kas operasi, arus kas pendanaan, arus kas investasi.

Variabel terikat: return saham.

Arus kas operasi dan EPS berpengaruh positif terhadap return saham. Sedangkan arus kas investasi dan arus kas pendanaan tidak memberikan Income,Earnings dan Arus kas Operasi terhadap Return yang diterima oleh pemegang saham

Variabel bebas: Economic

Value Added

(EVA),residualncome,arus kas operasi, earnings Variabel terikat: return saham

Bahwa variabel arus

kas operasi berpengaruh paling signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Variabel berikutnya yang berpengaruh

adalah earnings,

sedangkan variabel EVA dan residual

income tidak Informasi Arus Kas, Komponen Arus Kas dan Laba Akuntansi dengan Harga atau Return Saham

Variabel bebas: total arus kas, komponen arus kas, laba akuntansi, harga saham.

Variabel terikat:Abnormal return

Arus kas operasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan harga saham tetapi tidak terhadap return saham. Arus kas investasi mempengaruhi harga saham dan return saham.Arus Kas pendanaan

mempengaruhi

signifikan dengan harga saham tetapi tidak dengan return saham.

5.

Livnat dan Zarowin (1990)

The Incremental Content Of Cash Flow

Variabel bebas : arus kas investasi,arus kas operasi, harga saham.

Variabel

terikat:returnsaham

Arus kas operasi

mempengaruhi harga saham dan return saham. Sedangkan arus kas investasinya tidak mempengaruhi return saham.

6.

Christanty (2009)

Analisis Pengaruh faktor – faktor fundamental dan

Variabel bebas:ROA,PER, QAI,DER,NPM,EPS dan

(15)

Economic Value Added terhadap Return Saham

EVA

Variabel terikat: return saham.

positif signifikan terhadap return saham pada perusahaan yang tercatat aktif dalam LQ 45periode 2003 –

2007. Sedangkan

PER, NPM,EPS,EVA mempunyai pengaruh positif signifikan

terhadap return

saham. Dan DER mempunyai pengaruh negatif signifikan

terhadap return

saham. 7 Daniati& Suhairi

(2006)

Pengaruh Kandungan Informasi Komponan Laporan Arus Kas, Laba Kotor dan Size Perusahaan terhadap Return Saham (Survey Pada Industri Textile dan Automotive yang terdaftar di BEJ)

Variabel bebas :arus operasi,arus kas

pendanaan,arus kas

investasi,laba kotor, size perusahan .

Variabel terikat: return saham

Bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara arus kas dari aktivitas investasi terhadap expected return saham, laba kotor mamiliki pengaruh yang signifikan terhadap expected return saham, Size perusahaan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap expected

return saham.

Sedangkan arus kas dari aktivitas operasi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap expected return saham.

8 Kurniawan(2012) Analisis Pengaruh EPS,

DER, ROA, ROE, terhadap

returnsaham(Studi Empiris pada perusahaan Real Estate Property yang tedaftar di BEI dalam pengamatan 2008 – 2012)

Variabel bebas:EPS, DER, ROA, ROE.

Variabel

terikat:ReturnSaham

Hasil penelitian dari

DER tidak berpengaruh terhadap

return saham.

Referensi

Dokumen terkait

Al Madinah dapat diterapkan di jenis roti coklat karena perhitungan yang didapat menunjukan harga pokok produksi dengan ABC lebih kecil, sedangkan untuk jenis roti tawar

Dari metode tersebut, menunjukan bahwa usaha break event point untuk memberikan gambaran tentang batas penjualan yang dapat diusahakan agar Toko Obat Lia tersebut tidak

44 13052823520221 MARTOYODI Akidah Akhlak MI Swasta Nurul Ihsan Sumenep SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN KUOTA 2013.. RAYON 205 LPTK IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA

Label halal pada kosmetik membuat persepsi baru bagi masyarakat yaitu kosmetik berlabel halal tidak mengandung alkohol sesuai dengan uji pearson correlation dengan

(TATO) dikatakan meningkat, namun peningkatan tersebut diduga disebabkan oleh adanya peningkatan penjualan diikuti dengan penurunan total aktiva. Rasio likuiditas, rasio

Pejantan unggul hasil dari seleksi di sentra sapi Sonok dan di sentra bibit sapi karapan dapat ditempatkan/ dijual pada peternak di tiap-tiap kecamatan, khususnya desa yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendapatkan desain pembelajaran matematika realistik berkonteks rumah adat Kudus, (2) menggunakan desain pembelajaran tersebut untuk

Sebagai kelanjutan dari mengembangkan radiobertanda bleomycin menggunakan berbagai radioisotop untuk terapi atau diagnostik [7,8], maka pada penelitian ini