• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengetahuan Terhadap Persepsi Istri Dalam Penggunaan Kb Non Hormonal Di Desa Durin Jangak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pengetahuan Terhadap Persepsi Istri Dalam Penggunaan Kb Non Hormonal Di Desa Durin Jangak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Keluarga Berencana

Keluarga berencana bukanlah sesuatu yang baru, karena menurut catatan dan tulisan yang berasal dari Mesir kuno, Yunani kuno, Tiongkok kuno dan India, hal ini telah dipraktekkan berabad-abad yang lalu, namun caranya masih kuno dan primitif. Cara keluarga berencana yang pertama dilakukan adalah dengan jalan berdoa dan memakai jimat anti hamil, sambil meminta dan berharap supaya wanita jangan hamil. Pada zaman Yunani kuno, Soranus dan Ephenus membuat tulisan ilmiah tentang cara menjarangkan kelahiran yaitu mengeluarkan semen (air mani) dengan membersihkan vagina dengan kain dan minyak. Selain itu, ada juga yang memasukkan rumput, daun-daunan, ke dalam vagina untuk menghalangi masuknya sperma ke dalam rahim. Gerakan keluarga berencana bermula dari kepeloporan beberapa tokoh baik di dalam maupun diluar negeri. Awal abad 19 di Inggris, upaya keluarga berencana muncul atas prakarsa Maria Stopes (1880-1950) yang menaruh perhatian terhadap kesehatan ibu. Maria Stopes menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh di Inggris. Dia menyarankan pemakaian cap dari karet, dikombinasikan dengan supositoria yang mengandung bubuk kinine; dapat juga spons yang dibubuhi sabun bubuk.

(2)

menganjurkan untuk menggunakan kondom atau cap yang dikombinasikan dengan penyemprotan setelah senggama. Pada tahun 1917 didirikan National Birth Control League dengan Margareth Sanger sebagai ketuanya. Sejak saat itulah berdiri perkumpulan-perkumpulan keluarga berencana di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Di Indonesia keluarga berancana modern mulai dikenal pada tahun 1953. Pada tanggal 23 Desember 1957 berdirilah sebuah wadah dengan nama Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), dan merupakan pelopor pergerakan keluarga berencana nasional. PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera melalui cara mengatur atau menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan dan membri nasehat perkawinan. Kegiatan penerangan dan pelayanan sangat terbatas, karena banyaknya kesulitan dan hambatan yang melarang penyebarluasan gagasan Keluarga Berencana. Berdasarkan hasil penandatanganan Deklarasi Kependudukan PBB tahun 1967, maka dibentuklah Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) sebagai lembaga semi pemerintah. Dan pada tahun 1970, ditetapkan sebagai Badan Pemerintah melalui Keppres no.8 tahun 1970 dan diberi nama badan koordinasi keluarga berencana nasional (BKKBN) yang bertanggung jawab kepada presiden, dan bertugas mengkoordinasikan perencanaan, pengawasan dan penilaian pelaksanaan program keluarga berencana.

2.1.1 Keluarga Berencana

(3)

membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal. Untuk wanita berusia minimal 20 tahun dan laki-laki berusia minimal 24 tahun. Mengatur jumlah, jarak dan usia ideal melahirkan anak, mengatur kehamilan dan membina ketahanan dan kesejahteraan keluarga (BkkbN, 2012).

Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependuudkan dan Pembangunan Keluarga, maka dalam upaya mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui penyelenggaraan Program Kependudukan,Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK). Kebijakan keluarga berencana tersebut dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung jawab tentang usia ideal perkawinan, usia ideal untuk melahirkan, jumlah ideal anak, jarak ideal kelahiran anak, dan penyuluhan kesehatan reproduksi (BkkbN, 2014a).

(4)

dilakukan upaya peningkatan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang terjangkau, bermutu, dan efektif menuju terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas ditandai dengan menurunnya Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) (BkkbN, 2014a).

Pelaksanaan program KB diharapkan lebih terarah dan dapat memperkuat pencapaian tujuan pengendalian penduduk. Dalam rangka mendukung pencapaian pembangunan nasional yang berwawasan kependudukan dan keluarga kecil bahagia sejahtera serta mencapai penurunan laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,1% dan Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,1 dan Net Reproductive Rate (NRR) = 1, diperlukan pelayanan KB yang berkualitas (BkkbN, 2012).

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun). Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak (Kemenkes RI, 2014).

(5)

memiliki anak, menjarangkan dan membatasi jumlah anak yang dimiliki, sehingga saat mereka menjadi peserta KB tidak menjadi sakit karena komplikasi ataupun kegagalan (hamil) (BkkbN, 2012).

Visi BkkbN yaitu “Lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang dan Keluarga Berkualitas”. Melalui visi ini BkkbN diharapkan dapat menjadi inspirator dan fasilitator dan penggerak program keluarga berencana nasional segingga di masa depan seluruh keluarga Indonesia menerima ide keluarga berencana. Sedangkan misi BkkbN Mengarusutamakan Pembangunan Berwawasan Kependudukan, Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan kesehatan Reproduksi, Memfasilitasi Pembangunan Keluarga, Membangun dan menerapkan Budaya kerja Organisasi secara Konsisten serta mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan Kependudukan, keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga:, (BkkbN, 2015).

(6)

tentang organisasi dan tata kerja perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi (BkkbN, 2014a).

Strategi kegiatan promosi dan konseling kesehatan reproduksi dalam program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga adalah 1) merumuskan kebijakan, strategi, dan materi informasi pembinaan akses dan kualitas kesehatan reproduksi. 2) meningkatkan jejaring kerja sama dengan dinas/instansi pemerintah, mitra kerja, dan lembaga swadaya organisasi masyarakat (LSOM) dalam kegiatan kesehatan reproduksi. 3) menyediakan sarana promosi dan konseling kegiatan kesehatan reproduksi. 4) meningkatkan kompetensi promosi, konseling, dan pelayanan bagi tenaga pengelola dan pelaksana kesehatan reproduksi. 5) melaksanakan kegiatan kesehatan reproduksi (penggerakan, sosialisasi, promosi dan konseling). 6) dan, melaksanakan monitoring, evaluasi, dan pembinaan kegiatan kesehatan reproduksi (BkkbN, 2014b)

2.1.2 Manfaat Keluarga Berencana

Keluarga berencana sangat bermanfaat bagi ibu dan anak, adapaun manfaatnya sebagai berikut: (BkkbN, 2014b)

1. Bagi ibu terdiri dari:

(7)

b) Mencegah perdarahan yang terlalu banyak setelah persalinan dan mempercepat pulihnya kondisi kesehatan rahim.

c) Mencegah kehamilan tidak diinginkan (KTD). Dengan berKB, keluarga dapat merencanakan dan mengatur kelahiran anak-anaknya, dengan menghindar kehamilan “4 Terlalu.”

d) Meningkatkan keharmonisan keluarga. Dengan berKB, ibu mempunyai kesempatan dan waktu yang cukup luang dalam memperhatikan kebutuhan suami, melayani suami dengan penuh kemesraan tanpa rasa takut menjadi hamil. Ibu juga mempunyai waktu cukup untuk merawat dan mendidik anak-anaknya dengan baik.

2. Bagi anak, terdiri dari:

a) Mencegah kurang gizi. KB memberikan peluang pada ibu dalam mempersiapkan kehamilannya, agar janin yang dikandungnya mendapatkan kecukupan gizi yang sempurna dan dapat lahir aman dan selamat.

b) Tumbuh kembang anak terjamin. Selain hak anak, maka pengaturan jarak kehamilan memberikan peluang kepada setiap anak untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang orangtua.

(8)

mendapatkan gizi yang paling sempurna dalam ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.

2.2 KB Hormonal

Kontrasepsi hormonal merupakan metode kontrasepsi yang efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya kehamilan. Jenis yang terkandung didalam kontrasepsi adalah jenis hormon alamiah misalnya depo medroxy progesteron acetat (depo MPA), tetapi kebanyakan berisi hormon sintetik. Kontrasepsi yang mengandung sediaan progesteron saja berupa pil (minipil), depo injeksi, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan implant. Sedangkan kontrasepsi hormonal yang berisi hormone estrogen dan progesteron adalah dalam bentuk injeksi dan oral (Meilani dkk, 2010).

Semua organ tubuh wanita yang berada di bawah pengaruh hormon seks tentu dengan sendirinya akan dipengaruhi oleh kontrasepsi hormonal. Pada organ-organ tersebut akan terjadi perubahan-perubahan tertentu. Hal tersebut akan dipengaruhi oleh dosis, jenis hormon dan lama penggunaannya. Organ yang paling terpengaruh oleh kontrasepsi hormonal adalah endometrium, miometrium, serviks dan payudara (Meilani dkk, 2010).

2.2.1 Mekanisme Kerja Estrogen

(9)

dihambat oleh pil kombinasi yang mengandung estrogen 50 mikrogram atau kurang. Kalaupun daya guna preparat ini tinggi (95-98% menghambat ovulasi), hal itu adalah pengaruh progesteron di samping estrogen. Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi (dietil stilbestrol, etinil estradiol) yang diberikan pada pertengahan siklus haid. Jarak waktu diantara konsepsi dan implantasi rata-rata 6 hari. Biopsi endometrium yang dilakukan sesudah pemberian estrogen dosis tinnggi pasca-konsepsi menunjukkan efek antiprogesteron yang dapat menghambat implantasi. Perjalanan ovum dipercepat dengan pemberian estrogen pascaa konsepsi (Setya dkk, 2009).

2.2.2 Mekanisme Kerja Progesteron

Fungsi progesteron ialah menyiapkan endometrium untuk implantasi dan mempertahankan kehamilan. Disamping itu, progesteron mempunyai khasiat kontrasepsi, sebagai berikut: (Setya dkk, 2009)

a) Lendir serviks mengalami perubahan menjadi lebih pekat, sehingga penetrasi dan transportasi sperma lebih baik.

b) Kapasitasi sperma dihambat oleh progesteron. Kapasitas diperlukan oleh sperma untuk membuahi sel telur dan menembus rintangan di sekeliling ovum.

c) Jika progesteron diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum dalam tuba akan terhambat.

(10)

e) Penghambatan ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium.

2.2.3 Jenis-jenis Kontrasepsi Hormonal

Ada beberapa macam-macam kontrasepsi hormonal, yaitu : 1. Oral, yang terdiri dari kombinasi dan progestin.

2. Suntik/injeksi, yang terdiri dari suntikan kombinasi dan suntikan progestin. 3. Alat kontrasepsi bawah kulit/implant.

4. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dengan progestin.

2.2.3.1 Pil Oral

1) Kombinasi

Pil Oral Kombinasi (POK) adalah salah satu metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan dan mengandung dosis kombinasi yang berisi dosis rendah estrogen dan progesterone. POK mengandung dosis yang lazim 20-35 mg.

Jenis Pil Oral Kombinasi ada tiga jenis yaitu : a. Pil monofasik

(11)

b. Pil bifasik

Pil ini adalah pil 21 hari yang berisi estrogen dalam jumlah sama selama penggunaan paket tetapi ada pil yang memiliki dua kadar progresteron berbeda didalamnya.Biasanya pil ini diberi kode dengan nama yang berbeda, Misalnya : Binovum.

c. Pil trifasik

Pil ini adalah pil 21 hari yang berisi estrogen,ang bervariasi (biasanya dua kadar yang berbeda) selama paket penggunaan tetapi memiliki tiga kadar progesteron yang berbedadidalamnya, yang diberi kode warna. Misalnya ;ogynon, synphase, Trinovum, Trimordiol, Tro-Minulet,dan Triadence.

(12)

Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Kontrasepsi Pil Oral Kombinasiyaitu : 1. Keuntungan pil oral kombinasi

Keuntungan utama pil adalah keefektifannya yang sangat tinggi apabila digunakan dengan tepat dan benar. Pil memenuhi unsur sederhana, mudah penggunaannya, tidak memerlukan intervensi medis, tidak memerlukan pemeriksaan dalam pemakaiannya, tidak menggangu senggama. Penelitian tentang pil sudah cukup banyak sehingga pil diyakini melindungi wanita terhadap penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan oleh beberapa mekanisme antara lain mengurangi jumlah darah menstruasi sehingga mengurangi medium kultur untuk beberapa jenis kuman. Pil juga menyebabkan angka kejadian kehamilan ektopik menjadi lebih kecil karena dengan mencegah ovulasi secara otomatis kemungkinan kejadian keamilan ektopik juga menurun. Tidak diragukan lagi bahwa pil menurunkan kejadian tumor ovarium dan tumor jinak payudara dan kanker endometrium. Pil juga menjadikan siklus haid lebih teratur, mengurangi rasa sakit (dismenorea), dan menurunkan jumlah darah yang hilang sehingga mengurangi insidensi anemia (Setya dkk, 2009).

2. Kerugian pil oral kombinasi

(13)

cairan sampai hipertensi,dan memperberat risiko penyakit kardiovaskuler terutama bagi perokok berat. Ketidak praktisan pil ditambah dengan efek samping yang masih relatif banyak menyebabkan kelangsungan pemakaian rendah. Angka kelangsungan pemakaian sampai akhir tahun pertama kadang-kadang kurang dari 50 %. Pil kombinasi juga berinteraksi dengan obat lain seperti rifampisin, fenitosin, barbiturat dan griseovulvin. Pemakaian obat tersebut mengurangi keefektifan pil karena menurunkan absorpsi dan/atau menggangu mekanisme kerjanya. Hubungan antara pil kombinasi dengan kanker leher rahim (ca cervix) masih agak kontroversi. Banyak studi mengatakan bahwa ada hubungan antara pemakaian pil dengan risiko munculnya kanker serviks, bahkan setelah faktor seksual (misal banyaknya partner dan kapan mulai sanggama) diperhitungkan. Penelitian lain ada yang menunjukkan bahwa apabila faktor tersebut diperhitungkan risiko terjadinya kanker seviks tidak meningkat. Dengan kontroversi ini, kita harus lebih berhati-hati memberikan pil kombinasi bagi wanita yang berisiko terhadap kanker serviks, misal dengan melakukan pemeriksaan sitologi seviks (Pap’s smear) terlebih dahulu. Setiap kelainan pada pemeriksaan sitologi sebaiknya tidak diberikan pil kombinasi (Setya dkk, 2009).

b) Progestin (minipil)

(14)

seperti noristeron 0,35 mg, linestrenol 0,50 mg, dan levonorgestrel 0,03 mg. Penggunaan minipil di berbagai negara masih cukup rendah, dimungkinkan karena minipil memang bukanlah kontrasepsi yang cukup efektif untuk mencegah kehamilan, hal ini karena rendahnya kadar gestagen sehingga pil ini akan efektif jika penggunaan dibarengi dengan proses menyusui (Meilani dkk, 2010).

Keuntungan dan keruguan pemakaian pil oral progestin, yaitu : (Meilani dkk, 2010) :

1. Keuntungan pil oral progestin

Keuntungannya adalah : 1) cocok sebagai alat kontrasepsi untuk perempuan yang sedang menyusui. 2) sangat efektif pada masa laktasi. 3) dosis gestagen rendah. 4) tidak menurunkan produksi ASI. 5) tidak mengganggu hubungan seksual. 6) kesuburan cepat kembali. 7) tidak memberikan efek samping estrogen. 8) tidak ada bukti peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler, risiko tromoemboli vena dan risiko hipertensi. 9) cocok untuk perempuan yang menderita diabetes melitus dan migrain fokal. 10) cocok untuk perempuan yang tidak bisa mengkonsumsi estrogen. 11) dapat mengurangi dismenorhe.

2. Kerugian pil oral progestin

(15)

2.2.3.2 Injeksi/ Suntikan

Efektivitas kontrasepsi suntik adalah antara 99% dan 100% dalam mencegah kehamilan. Kontrasepsi suntik adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif karena angka kegagalan penggunaannya lebih kecil. Hal ini karena wanita tidak perlu mengingat untuk meminum pil dan tidak ada penurunan efektifitas yang disebabkan oleh diare atau muntah.

Jenis kontrasepsi suntik ada dua yaitu suntikan kombinasi dan suntikan progestin, antara lain: (Meilani dkk, 2010)

1. Suntikan kombinasi

Suntikan kombinasi yang saat ini berada di pasaran Indonesia adalah kombinasi antara 25 mg mendroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol sipionat. Cara kerja suntikan kombinasi ini pada prinsipnya sama dengan cara kerja pil kombinasi. Yang membedakan adalah lebih secara teknis karena isi dari kontrasepsi suntik ini tidak mengandung etinilestradiol maka risiko terhadap hipertensi dan vaskularisasi yang disebabkan oleh hormon ini praktis tidak terjadi. Maka kontrasepsi sunti ini lebih aman untuk perempuan hipertensi.

(16)

2. Suntikan Progestin

Saat ini suntikan progestin yang beredar di pasaran adalah yang mengandung Depo medroksiprogesteron asetat (DMPA) yang mengandung 150 mg DMPA dan diberikan 3 bulan sekali atau 12 minggu sekali pada bokong yaitu musculus gluteus masimus (dalam). Kontrasepsi suntikan progestin ini sangat efektif dibandingkan dengan minipil, karena dosis gestagen yang cukup tinggi dibandingkan dengan minipil.

Waktu pemberian suntikan pertama prinsipnya sama dengan kontrasepsi hormonal lain. Adapun untuk kunjungan ulangnya adalah 12 setelah penyuntikan. Suntikan ulang dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Suntik ulang juga bisa diberikan 2 minggu setelah jadwal adalah perempuan tersubut diyakini tidak hamil, akan tetapi perlu tambahan barier dalam waktu 7 hari setelah penyuntikan atau tidak melakukan hubungan seksual (Meilani dkk, 2010).

2.2.3.3 Implant atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)

Implan adalah alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) atau lebih dikenal dengan istilah susuk KB adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul kecil yang ditanam dibawah kulit. Efektif digunakan untuk mencegah kehamilan sampai dengan 3 hingga 5 tahun, tergantung jenisnya. Aman bagi hampir semua wanita yang menggunakan, namun harus segera dilepas apabila sudah habis batas waktu penggunaan (BkkbN, 2012).

(17)

bagian samping dalam. Mempunyai efektifitas sampai 99,8% dan dapat digunakan dalam jangka waktu 3 tahun. Aman digunakan ibu pasca persalinan karena tidak menggaanggu produksi ASI (BkkbN, 2014b).

Jenis-jenis kontrasepsi bawah kulit/implan, yaitu: (Meilani dkk, 2010)

1. Norplant, terdiri dari enam batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, berisi 36 mg levonogestrel dengna lama kerja lima tahun. 2. Jadena dan indoplant, terdiri dua batang silastik lembut berongga dengan panjang

4,3 cm, diameter 2,5 mm, berisi 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja tiga tahun.

3. Implanon, terdiri satu batang silastik lembut berongga dengan panjang kira-kira 4,0 cm, diameter 2 mm, berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dengan lama kerja tiga tahun.

(18)

payudara, 6) melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul, dan 7) menurunkan angka kejadian endometriosis (Meilani dkk, 2010).

Kerugian implant yaitu : 1) dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak dan amenorea, 2) keluhan nyeri kepala, 3) peningkatan/penurunan berat badan, 4) nyeri payudara, 5) perasaan mual, 6) pusing/sakit kepala, 7) perubahan perasaan, 8) membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan, 9) tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS, 10) klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian implant ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan, dan 11) efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obat TBC (Meilani dkk, 2010).

(19)

2.3 KB Non hormonal

Beberapa alat kontrasepsi non hormonal yang aman, yaitu : (BkkbN, 2014a) a. Kondom

Merupakan kontrasepsi pria, terbuat dari lateks yang elastis berbentuk selubung, dipasang pada alat kelamin pria (penis) saat berhubungan seksual dan siap orgasme (penis siap mengeluarkan sperma). Kondom tidak hanya dapat mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah penyakit menular seksual termasuk HIV dan AIDS.

b. IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Merupakan alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang flesibel dipasang dalam rahim. Efektifitas penggunaan sampai 99,4% dan dapat mencegah kehamilan hingga 5-10 tahun, tergantung dengan jensinya. Tidak menghambat produksi ASI. Dapat dipasang langsung pada ibu pasca bersalin atau setelah plasenta dikeluarkan. Pada pasca keguguran dapat segera dipasang jika tidak ada infeksi dalam rahim.

c. Metode Amenore Laktasi (MAL)

(20)

d. Abstinensia/Pantang berkala (sistem kalender) e. Tubektomi dan Vasektomi

Metode Operasi Wanita (MOW) ataupun Metode Operasi Pria (MOP) ini dipilih oleh pasangan usia subur yang sudah tidak menginginkan memiliki keturanan lagi. Tubektomi adalah proses sterilisasi dengan cara mengikat atau memotong salah satu bagian rahim, yaitu saluran telur, sehingga bekas operasi yang akan menghalangi perjalanan saluran untuk membuahi sel telur. Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anestesi. Dengan melakukan pemotongan vas deferens, yang merupakan saluran yang mengangkut sperma dari epididimis di dalam testis vesikula seminalis (BkkbN, 2014a).

f. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang flesibel dipasang dalam rahim. Kontrasepsi yang paling ideal untuk ibu pasca persalinan dan menyusui adalah tidak menekan produksi ASI yakni Alat Kontarsepsi Dalam rahim (AKDR)/Intra Uterine Device (IUD), suntikan KB yang 3 bulan, minipil dan kondom (BkkbN, 2014b).

(21)

atau IUD pasca plasenta, yakni pemasangan dalam 10 menit pertama sampai 48 jam setelah plasenta lahir (atau sebelum penjahitan uterus/rahim pada pasca persalinan dan pasca keguguran di fasilitas kesehatan, dari ANC sampai dengan persalinan terus diberikan penyuluhan pemilihan metode kontrasepsi. Sehingga ibu yang setelah bersalin atau keguguran, pulang ke rumah sudah menggunakan salah satu kontrasepsi (BkkbN, 2014b).

Menurut Arum (2011) jenis-jenis Intra Uterine Device (IUD) adalah sebagai berikut:

1. IUD CuT-380 A

Bentuknya kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).

2. IUD lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering)

Menurut Darmani (2003) IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis unmedicated adalah Lippes Loop dan dari jenis Medicated adalah Cu-T 380 A, Multiload 375 dan Nova-T.

a. Lippes Loop

IUD Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk spiral, pada bagian tubuhnya mengandung barium sulfat yang menjadikannya radio opaque pada pemeriksaan dengan sinar-X.

(22)

Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda ukuran panjang bagian atasnya. Adapun tipe dari Lippes Loops adalah sebagai berikut:

IUD jenis Lippes Loops mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik (Proverawati, 2010).

b. Cu T 380 A

IUD Cu – T 380 A terbuat dari bahan polietilen berbentuk huruf T dengan tambahan bahan Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang tegak, dibalut tembaga sebanyak 176 mg tembaga dan pada bagian tengahnya masing-masing mengandung 68,7 mg tembaga, dengan luas permukaan 380 ± 23m2. Ukuran bagian tegak 36 mm dan bagian melintang 32 mm, dengan diameter 3 mm. pada bagian ujung bawah dikaitkan benang monofilamen polietilen sebagai kontrol dan untuk mengeluarkan IUD.

c. Multiload 375

(23)

d. Nova – T

IUD Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan bagian lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan luka pada jaringan setempat pada saat dipasang.

e. Cooper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2 fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T (Proverawati, 2010).

Menurut Suparyanto (2011) IUD terdiri dari IUD hormonal dan non hormonal.

1. IUD Non-hormonal

Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-puluh macam IUD telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastik (polietilen) baik yang ditambah obat atau tidak.

a. Menurut bentuknya IUD dibagi menjadi 2:

1) Bentuk terbuka (Open Device): Misalnya: Lippes Loop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.

(24)

b. Menurut Tambahan atau Metal

1) Medicated IUD: Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera di belakang IUD menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 220 mm2. Cara insersi: Withdrawal. 2) Unmedicated IUD: Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil,

Antigon. Cara insersi Lippes Loop: Push Out. Lippes Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada keluhan persoalan bagi akseptornya. IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis Un Medicated yaitu Lippes Loop dan yang dari jenis Medicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.

2. IUD yang mengandung hormonal

a. Progestasert –T = Alza T, dengan daya kerja 18 bulan dan dilakukan dengan teknik insersi: Plunging (modified withdrawal).

1) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam. 2) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 µg

progesteron setiap hari.

(25)

b. Mirena

Mirena adalah IUD yang terbuat dari plastik, berukuran kecil, lembut, fleksibel, yang melepaskan sejumlah kecil levonogestrel dalam rahim. Mirena merupakan plastik fleksibel berukuran 32 mm berbentuk T yang diresapi dengan barium sulfat yang membuat mirena dapat terdeteksi dalam pemeriksaan rontgen. Mirena berisi sebuah reservoir silindris, melilit batang vertikal, berisi 52 mg levonorgestrel (LNG). Setelah penempatan dalam rahim, LNG dilepaskan dalam dosis kecil (20 mg/hari pada awalnya dan menurun menjadi sekitar 10 mg/hari setelah 5 tahun) melalui membran polydimethylsiloxane ke dalam rongga rahim. Pelepasan hormon yang rendah menyebabkan efek sampingnya rendah. Keunggulan dari IUD ini adalah efektivitasnya tinggi, dengan tingkat kesakitan lebih pendek dan lebih ringan. Mirena merupakan sebuah pilihan alternatif yang tepat untuk wanita yang tidak dapat mentoleransi estrogen untuk kontrasepsinya. Mengurangi frekuensi ovulasi (Rosa, 2012).

(26)

Keuntungan menggunakan IUD adalah sebagai berikut: (Proverawati, 2010) 1. Sebagai kontrasepsi, mempunyai efektivitas yang tinggi

2. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

3. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan

4. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu diganti)

5. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat 6. Tidak memengaruhi hubungan seksual

7. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil 8. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT-380 A). 9. Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI

10.Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).

11.Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih atau setelah haid terakhir) 12.Tidak ada interaksi dengan obat-obatan

13.Mencegah kehamilan ektopik

Kerugian penggunaan alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut: (Proverawati, 2010)

1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)

(27)

3. Perdarahan (spotting antar menstruasi) 4. Saat haid lebih sedikit

Menurut Arum (2011) yang dapat menggunakan IUD adalah sebagai berikut: 1. Usia reproduktif

2. Keadaan multipara

3. Menginginkan penggunaan kontrasepsi jangka panjang 4. Menyusui dan menginginkan menggunakan kontrasepsi 5. Tidak menyusui bayinya

6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi 7. Risiko rendah dari IMS

8. Tidak menghendaki metode hormonal

9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari

Menurut Saifuddin (2010) cara kerja pemasangan IUD adalah sebagai berikut: Menyiapkan peralatan dan instrumen sebelum melakukan tindakan. Bila alat-alat berada dalam paket yang telah disterilisasi, jangan membuka paket sebelum di melakukan pemeriksaan panggul selesai dan keputusan akhir untuk pemasangan dilakukan. Adapun peralatan yang dianjurkan untuk pemasangan yaitu:

a. Bivale speculum (kecil, sedang atau besar) b. Tenakulum

c. Forsep/korentang d. Gunting

(28)

f. Sarung tangan (disterilisasi atau sarung tangan periksa yang baru) g. Cairan antiseptik (misalnya povidon iodin) untuk membersihkan serviks h. Kain kasa atau kapas

i. Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks (lampu senter sudah cukup) j. Copper T 380 A IUD yang masih belum rusak dan terbuka

2.4 Persepsi

Persepsi berasal dari bahasa latin, persipere: menerima, perception: pengumpulan, penerimaan, pandangan dan pengertian. Persepsi diartikan sebagai proses mengamati dunia luar yang mencakup perhatian, pemahaman dan pengenalan objek-objek atau peristiwa menggunakan indra dan kesadaran (Pieter, 2010). Persepsi merupakan suatu pengalaman yang terbentuk berupa data-data yang didapat melalui indera hasil pengolahan otak atau ingatan. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun objeknya sama (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Robbins (1991) persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indra mereka untuk memberikan makna terhadap lingkungannya (Wijayaningsih, 2014).

(29)

atau rangsangan dari luar, di samping dari dalam dirinya sendiri.Ia mulai merasa kedinginan, sakit, senang, tidak senang dan sebagainya (Fitriyah, 2014).

Menurut Setiadi dalam Syafrudin (2011) persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya aktivitas (pelayanan yang diterima) yang dapat dirasakan oleh suatu obyek. Mengingat bahwa persepsi setiap orang terhadap suatu obyek (pelayanan) berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif yang merupakan suatu rasa puas atau tidak oleh adanya pelayanan yang diterimanya tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.

2.4.1 Syarat Terjadinya Persepsi

Menurut Notoatmodjo, 2010 syarat-syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut:

a. Adanya objek yang dipersepsi

b. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi.

c. Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus

(30)

2.4.2 Proses Terjadinya Persepsi

Proses pembentukan persepsi dijelaskan Feigi sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli.Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan “closure”. Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting (Wijayaningsih, 2014).

2.4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi

Ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian. Faktor penyebab ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang melekat dalam diri, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut (Notoatmodjo, 2010).

a. Faktor Eksternal

1) Kontras : cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan membuat kontras baik pada warna, ukuran, bentuk atau gerakan.

(31)

3) Pengulangan : iklan yang diulang-ulang akan lebih menarik perhatian kita, walapun sering kali kita merasa jengkel dibuatnya. Dengan pengulangan, walaupun pada mulanya stimulus tersebut tidak masuk dalam tentang perhatian kita, maka akhirnya akan mendapat perhatian kita.

4) Sesuatu yang baru : Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu yang telah kita ketahui.

5) Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak: suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian kita.

b. Faktor Internal

Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya.

1. Pengalaman/Pengetahuan : Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh.

2. Harapan : Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.

3. Kebutuhan : Kebutuhan akan menyebabkan stimulus tersebut adapat masuk dalam rentang perhatian kita dan kebutuhan ini akan menyebabkan kita menginterpretsikan stimulus secara berbeda.

4. Motivasi : Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang.

(32)

6. Budaya : Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang di luar kelompoknya sebagai sama saja (Notoatmodjo, 2010).

2.4.4 Pengukuran Persepsi

Mengukur persepsi hampir sama dengan mengukur sikap. Walaupun materi yang diukur bersifat abstrak, tetapi secara ilmiah sikap dan persepsi dapat diukur, dimana sikap terhadap obyek diterjemahkan dalam sistem angka.Dua metode pengukuran sikap terdiri dari metode self report dan pengukuran involuntary behavior.

(33)

2.5 Determinan Pemilihan/Pemakaian Alat Kontrasepsi

2.5.1 Umur

Masa kehamilan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga periode, yakni kurun reproduksi muda (15-19 tahun), kurun reproduksi sehat (20-35 tahun ), dan kurun reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data epidemiologi bahwa resiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi anak lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun dan meningkat lagi secara tajam setelah lebih dari 35 tahun (BkkbN, 2013).

Menurut Notoatmodjo (2012) yang mengatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda.

Jenis kontrasepsi yang sebaiknya dipakai disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2012) yang mengatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda.

2.5.2 Pendidikan

(34)

orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian pula halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga. Pendidikan juga mempengaruhi pola pikir pragmatis dan rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru seperti penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan keinginan terhadap jenis kelamin tertentu. Pendidikan juga akan meningkatkan kesadaran wanita terhadap manfaat yang dapat dinikmti bila ia mempunyai jumlah anak sedikit. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah kelahiran dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah (BkkbN, 2013).

Pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pemakaian kontrasepsi. Berkaitan dengan informasi yang mereka terima dan kebutuhan untuk menunda atau membatasi jumlah anak. Wanita yang berpendidikan kecenderungan lebih sadar untuk menerima program KB (Dewi, 2012).

2.5.3 Pekerjaan

(35)

2.5.4 Jumlah Anak

Paritas yang dimaksud di sini adalah berapa kali ibu melahirkan didalam satu keluarga sampai pada saat wawancara dilakukan (BPS, 2009). Setiap anak memiliki nilai, maksudnya setiap anak merupakan cerminan harapan serta keinginan orang tua yang menjadi pedoman dari pola pikir, sikap maupun perilaku dari orang tua tersebut. Dengan demikian, setiap anak yang dimiliki oeh pasangan suami istri akan memberi pertimbangan tentang apakah mereka ingin memiliki anak dan jika ingin, berapa jumlah yang diinginkan.

Jumlah anak berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan keluarga. Pada keluarga dengan tingkat kesejahteraan tinggi umumnya lebih mementingkan kualitas anak daripada kuantitas anak. Sementara itu pada keluarga miskin, anak dianggap memiliki nilai ekonomi. Umumnya keluarga miskin memiliki banyak anak dengan harapan anak-anak tersebut dapat membantu orang tuanya bekerja. Jumlah anak juga dapat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan setempat yang menganggap anak laki-laki lebih bernilai dari anak perempuan. Hal ini mengkibatkan pasangan suami istri berusaha untuk menambah jumlah anak mereka jika belum mendapatkan anak laki-laki.

(36)

program KB. Dengan demikian, jenis kontrasepsi yang banyak digunakan adalah jenis kontrasepsi untuk wanita (BkkbN, 2010).

2.5.5 Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan dipengaruhi oleh factor pendidikan formal, pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan dimana pendidikan yang tinggi maka akan semakin luas pula pengetahuannya, akan tetapi bukan berarti orang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah (Wawan, 2011).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu sobjek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari dari pengetahuan akan lebih bertahan (long lasting) dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Contohnya adalah mendapatkan informasi tentang KB, pengertian tentang KB, memilih metode KB.

2.5.6 Sikap (Attitude)

(37)

inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu. Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu (Wawan & Dewi, 2011).

2.5.7 Kualitas Pelayanan KB

Keberhasilan program Keluarga Berencana Nasioanal tidak hanya diukur dari peningkatan peserta program, tetapi juga efektivitas dan durasi pemakaian kontrasepsi. Berdasarkan hasil penelitian Rahardja (2011) bahwa wanita tanpa informed choice dan tanpa kunjungan petugas KB serta pengguna susuk KB berhenti karena ingin metode lebih efektif yang dapat membuat terlihat lebih muda, dan menghasilkan anak sedikit. Pada pasangan yang masa perkawinannya kurang dari 10 tahun, status pendidikan dan sosial ekonomi tinggi, serta bermukim di perkotaan memperlihatkan proporsi penggantian alat kontrasepsi yang tinggi.

(38)

tinggal terhadap penggantian alat kontrasepsi dapat diterapkan dengan menghitung adjusted probabilities penggantian metode kontrasepsi. Pengaruh interaksi yang signifikan tersebut menunjukkan pengaruh penggantian alat kontrasepsi di perkotaan dan pedesaan yang tidak sama (dalam Rahardja, 2011).

2.5.8 Agama

Program KB tidak hanya menyangkut masalah demografi dan klinis tetapi juga dimensi sosial seperti agama, norma masyarakat, budaya, dan lain-lain. Oleh karena itu, agar program KB dapat berjalan dengan lancar diperlukan pendekatan secara menyeluruh terhadap faktor-faktor di atas termasuk pendekatan kepada tokoh-tokoh agama. Peran tokoh-tokoh agama dalam program KB sangat penting karena peserta KB memerlukan pegangan, pengayoman, dan dukungan rohani yang kuat yang hanya dapat diberikan oleh tokoh agama. Pada awalnya, program KB banyak ditentang oleh tokoh-tokoh agama. Tetapi akhirnya para tokoh agama tersebut mulai dapat menerima setelah para diberi pengertian bahwa program KB tidak bertentangan dengan agama dan merupakan salah satu upaya untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakpedulian masyarakat.

(39)
(40)

2.5.9 Budaya (Kepercayaan)

Sejumlah faktor budaya dapat memengaruhi klien dalam memilih metode kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai berbagai metode, kepercayaan religius, serta tingkat pendidikan dan persepsi mengenai resiko kehamilan dan status wanita. Penyedia layanan harus menyadari bagaimana faktor-faktor tersebut memengaruhi pemilihan metode di daerah mereka dan harus memantau perubahan–perubahan yang mungkin mempengaruhi pemilihan metode.

Oleh karena itu, agar program KB dapat berjalan dengan lancar diperlukan pendekatan secara menyeluruh termasuk pendekatan kepada tokoh masyarakat ataupun tokoh agama. Peran tokoh masyarakat dan agama dalam program KB sangat penting karena peserta KB memerlukan pegangan, pengayoman dan dukungan yang kuat yang hanya dapat diberikan oleh tokoh masyarakat ataupun tokoh agama (BkkbN, 2010).

2.5.10 Dukungan Suami

Bentuk peran dan tanggung jawab bersama antara suami dan istri dalam KB dan kesehatan reproduksi akan terwujud karena alasan berikut ini:

a. Suami-istri merupakan pasangan dalam proses reproduksi

b. Suami-istri bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi dalam keluarga c. Suami-istri sama-sama mempunyai hak-hak reproduksi yang merupakan bagian

(41)

d. KB dan Kesehatan Reproduksi memerlukan peran dan tanggung jawab bersama suami-istri bukan suami atau istri saja

e. Program KB dan Kesehatan Reproduksi berwawasan gender (Kusmiran, 2012) Berdasarkan hasil penelitian Musdalifah, dkk (2013) menunjukkan bahwa ada Hubungan yang signifikan antara variabel dukungan suami dengan variabel pemakaian kontrasepsi hormonal. Bila suami tidak mengizinkan atau tidak mendukung, maka hanya sedikit istri yang berani untuk tetap memasang alat kontrasepsi tersebut. Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan menggunakan atau tidak dan metode apa yang akan dipakai.

Selain peran penting dalam mendukung mengambil keputusan, peran suami dalam memberikan informasi juga sangat berpengaruh bagi istri. Peran seperti ikut pada saat konsultasi pada tenaga kesehatan saat istri akan memakai alat kontrasepsi, mengingatkan istri jadwal minum obat atau jadwal untuk kontrol, mengingatkan istri hal yang tidak boleh dilakukan saat memakai alat kontrasepsi dan sebagainya akan sangat berperan bagi istri saat akan atau telah memakai alat kontrasepsi.

(42)

memberikan biaya khusus untuk memasang alat kontrasepsi dalam hal ini lebih banyak suami mendukung untuk menggunakan kontrasepsi hormonal, dan membantu istri menentukan tempat pelayanan atau tenaga kesehatan yang sesuai.

Pemakaian alat kontrasepsi suami dan istri tidak begitu mempermasalahkan karena dilakukan secara musyawarah, keputusan dapat diambil oleh suami atau istri saja dengan memperhatikan segala risiko yang mungkin timbul akibat dari pemakaian alat kontrasepsi. Dengan kata lain musyawarah dalam hal pemilihan alat kontrasepsi hormonal sangatlah penting dalam mengambil keputusan dalam pemakaian alat kontrasepsi atau dapat dikatakan bahwa istri baru menggunakan alat kontrasepsi setelah mendapat dukungan dari suami dalam menggunakan kontrasepsi hormonal.

2.5.11 Peran Petugas Kesehatan

Untuk mengubah atau mendidik masyarakat seringkali diperlukan pengaruh dari tokoh-tokoh atau pemimpin masyarakat (community leaders), misalnya dalam masyarakat tertentu kata-kata tokoh masyarakat yang melibatkan ulama, seniman, ilmuwan, petugas kesehatan. Tergantung pada jenis masalah atau perubahan yang bersangkutan. Dalam masalah kesehatan, petugas kesehatan mempunyai peran yang besar dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Kurangnya peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi menyebabkan masyarakat melakukan upaya-upaya kesehatan tidak sepenuh hati.

(43)

atau perawat yang bertugas di klinik kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana (KIA/KB). Dukungan petugas kesehatan berupa pemberian informasi berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi hormonal. Petugas kesehatan berperan dalam memberikan informasi, penyuluhan dan menjelaskan tentang alat kontrasepsi utamanya mengenai kontrasepsi hormonal. Petugas kesehatan sangat banyak berperan dalam tahap akhir pemakaian alat kontrasepsi. Calon akseptor yang masih ragu-ragu dalam pemakaian alat kontrasepsi akhirnya memutuskan untuk memakai alat kontrasepsi hormonal setelah mendapat dorongan maupun anjuran dari petugas kesehatan. Petugas kesehatan merupakan pihak yang mengambil peran dalam tahap akhir proses pemakaian alat kontrasepsi.

Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 diperoleh bahwa yang paling banyak memperoleh informasi tentang KB dari perawat/bidan (24%), diikuti oleh petugas lapangan KB (10%), dokter (6%) dan kelompok wanita (6%).

2.6Landasan Teori

Persepsi terhadap keluarga berencana adalah adanya pandangan, tanggapan, pengamatan seseorang terhadap program Keluarga Berencana yang bertujuan membantu individu untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval kehamilan, mengontrol waktu kelahiran, menentukan jumlah anak dalam keluarga.

(44)

segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Faktor yang mempengaruhi persepsi pada umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri individu, pengetahuan, harapan, kebutuhan motivasi, emosi, dan budaya (Notoatmodjo, 2012).

2.7 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian disusun berdasarkan teori persepsi oleh Notoatmodjo (2012) dalam penelitian kuantitatif melihat pengaruh pengetahuan, budaya dan kebutuhan terhadap persepsi istri dalam penggunaan KB hormonal maka dapat diuraikan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Persepsi istri dalam Penggunaan KB Nonhormonal

Pengetahuan

Manfaat dan Kecocokan

Bahaya dan Resiko

Biaya

Nilai

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pada Penulisan Ilmiah ini penulis akan membahas tentang pembuatan aplikasi penjualan busana muslim pada Yafa Fashion, bagaimana kita menginput data barang, konsumen, transaksi

[r]

Tata surya adalah susunan benda-benda angkasa yang terdiri dari matahari, planet, satelit dan asteroid, namun dalam pembahasan pelajaran ini terdapat permasalahan yang dihadapi

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI SUMATERA BARAT 47 RENCANA KINERJA TAHUNAN 2015. DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI

Menggunakan perkembangan teknologi komputer sebagai alat bantu merupakan solusi yang tepat, karena selain mempercepat penginputan dan pemrosesan data yang ada, komputerisasi juga

2) 1 lembar foto kopi kartu pelajar atau surat keterangan dari kepala sekolah. 3) Foto kopi bukti pembayaran (bagi pendaftar via pos atau online) 4) Print out bukti pendaftaran

Tidak terlepas dari pelaksanaan program dan kegiatan di atas tentunya akan sangat mempengaruhi terhadap tingkat pendapatan nelayan dan pembudidaya ikan di Sumatera Barat,

Suatu perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil, saat ini sudah memiliki suatu bagian yang menangani masalah gaji pegawai yuitu bagian Administrasi Keuangan.