• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian bahan organik thd kimia Ult da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemberian bahan organik thd kimia Ult da"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT KIMIA ULTISOL DAN

HASIL KEDELAI Sevindrajuta Dosen Faperta UMSB

ABSTRACK

Research about giving influence some kinds of organic matter to nature of Ultisol chemistry and so crop result. Have been executed in Garden Attempt Faculty of Agriculture University Muhammadiyah West Sumatera and Laboratory in Payakumbuh. This research used Complete Random Device (RAL) BY 4 treatment and 4 analysed restating statistically with test continue DNMRT at real level 5 %. Treatment consist of : A ( without giving of organic matter), B (giving fertilize cow shed), C ( giving of town garbage compost) dan D ( giving of green manure).

Giving some kinds of organic matter in the from of cwo shed manure. Town garbage compost and green manure give improvement and repair to organic matter content of soils, Ph, Ca-add, Mg-add and soy crop result.

PENDAHULUAN

Ultisol merupakan jenis tanah masam terluas di Indonesia. Tanah ini tersebar di kepulauan Sumatera, Kalimantan, Irian Jaya dan Suwalesi, masing – masing dengan luas sekitar 20,6 ; 16,1 ; 9,6 dan 2,0 juta hektar ( sekitar 48,3 juta hektar) atau sama dengan 29,7 % dari seluruh daratan Indonesia ( Dr. dan Soepraptohardjo, 1974 cit Rus, 1991).

Ultisol adalah jenis tanah masam yang terbentuk di bawah pengaruh iklim sedang sampai panas. Tanah – tanah yang diklasifikasikan ke dalam ultisol dalam system USDA Soil Taxonomi tahun 1975 sepadan dengan Podzolik Merah Kuning, berdasarkan klasifikasi Dudal – Soepraptohardjo tahun 1961 ( Hardjowigeno, 1982). Ultisol merupakan tanah mineral yang telah berkembang mengalami tingkat pelapukan lanjut. Proses pembentukan Ultisol berawal dari pencucian yang intensif terhadap basa – basa, sehingga tanah bereaksi masam dan kejenuhan basa rendah sampai lapisan bawah. Terjadinya proses pencucian basa – basa dan liat dalam waktu yang lama serta di tunjang oleh suhu tanah tahunan rata – rata lebih dari 80c, maka terjadi pelapukan terhadap mineral dan terbentuknya mineral liat kaolinit (Hardjowigeno, 1993).

Hartatik dan Sri Andiningsih (1987) menyatakan bahwa Ultisol menyatakan bahwa mempunyai keadaan sifat fisika, kimia dan biologi yang jelek. Sifat tanah yang jelek ini akan menghambat perkembangan perakaran tanaman menyerap air dan unsure hara dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Disamping itu tingkat kemasannya yang tinggi, pada keadaan ini tanaman kemungkinan mengalami keracunan aluminium dan besi serta kapasitas tukar kation yang rendah dapat menyebabkan rendahnya efesiensi pemupukan.

(2)

sangat penting dalam mencirikan sifat – sifat fisik maupun kimia tanah , antara lain : stabilitas agregat, KTK, fiksasi anion, adsorpsi logam – logam berat, kemasan tanah dan liat terdispersi air. Dipertegas oleh soepardi , setijono dan Djokosudardjo (1982), bahwa cirri utama Ultisol adalah terjadinya penumpukan liat, konsistensi teguh dan di jumpai plintit serta konkresi besi. Kemasan tanah selalu kurang dar pH 5,5 kadar bahan organic berkisar dari rendah sampai sedang dan berkapasitas tukar kation kurang dari 24 me/100mg liat, dengan tingkat kesuburan termasuk rendah.

Pada umumnya kesuburan fisika, kimia, dan biologi Ultisol kurang menguntungkan sehingga produktivitasnya rendah, di cirikan hasil tanamam yang rendah, seperti kedelai dengan hasil 0,84 ton/hektar tampa diberikan input (somaadmadja, Ismumadji, Sumarno, Mahyudin, Manurung dan Yuswadi, 1985)

Mengingat masalah – masalah sifat kimia tanah yang kurang menguntungkan, maka di perlukan segera usaha – usaha untuk meningkatkan kesuburan dan produktifitas Ultisol, yaitu melalui perbaikan sifat fisika maupun kimia tanah. Usaha untuk memperbaiki sifat kimia yang jelek serta degradasi bahan organik yang cepat dapat dilakukan dengan konservasi bahan organik, yaitu melalui pemanfaatan limbah bahan organic.

Bahan organik merupakan sisa tumbuhan atau hewan berukuran makro dan mikro yang belum atau pun telah mengalami dekomposisi, dapat dilakukan dengan penambahan pupuk kandang, kompos atau bahan tanaman yang di campur dengan tanah sebagai pupuk, penting dalam meningkatkan kesuburan tanah, terutama kimia tanah, seperti meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation, mengikat unsure nitrogen (N), posfor (P) dan sulfur ( S) dalam membentuk organik dan pelarut sejumlah hara dan mineral oleh asam organik.

Berdasarkan permasalahan di atas telah dilakukan penelitian dengan judul : Pengaruh pemberian beberapa macam bahan organik terhadap sifat kimia Ultisol dan hasil tanaman kedelai.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan jenis bahan organik terbaik yang dapat memperbaiki sifat kimia Ultisol dan meningkatkan hasil tanaman kedelai.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammdiyah Sumatera Barat di Payakumbuh, mulai bulan Juli 2001 sampai bulan Oktober 2001, kemudian dilanjutkan dengan analisis beberapa sifat kimia tanah dilaboratorium.

Bahan dan alat yang digunakan meliputi bahan dan alat yang di butuhkan baik di bahan organik ( pupuk kandang sapi, kompos sampah kota dan Crotalaria juncea sebagai pupuk hijau), pupuk dasar (Urea,TPS,KCI) CaCO3 untuk menetralisir kejenuhan AI sebanyak 1,5 x AI – dd, ember, ring sample, cangkul, timbangan, meteran, dan sejumlah bahan – bahan kimia serta peralatan untuk menganalisa tanah di laboratorium.

(3)

pengamatan di analisis secara statistik dengan uji F 5 % kemudian dilanjutkan dengan Uji DNMRT (Duncan’s New Multiple Range Test) pada taraf nyata 5 % perlakuan merupakan pemberian beberapa macam bahan organik masing – masing sebanyak 100 gram/pot (20 ton/ha), yang terdiri dari :

A = Tanpa pemberian bahan organic B = Pemberian pupuk kandang sapi C = Pemberian kompos sampah kota

D = Pemberian pupuk hijau Crotalaria juncea

Tanah yang di gunakan dalam penelitian ini berasal dari Ultisol Rimbo Data Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat yang di ambil secra komposit pada kedalaman 0 – 20 cm dari lahan petani setempat. Tanah yang dikeri anginkan di masukkan ke dalam pot sebanyak 10 kg setara kering mutlak, kemudian di campur dengan dengan bahan organic sebagai perlakuan, lalu di inkubasi selama 2 minggu. Penanaman benih kedelei yang telah diinkubasikan dengan tanah bekas tanaman kedelei dilakukan setelah masa inkubasi berakhir. Pemupukan dengan pupuk dasar di berikan saat tanaman dengan dosis 25 kg/ha (0,125g/pot) Urea, 50 kg/ha (0,25 g/pot) TPS, dan 25 kg/ha (0,125 g/pot) KCI.

Panen dilakukan setelah tanaman berumur 89 – 91 hari, dengan criteria polong telah mengering dan berwarna coklat, batang dan daun telah menguning serta daun telah gugur.

Pengamatan yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah pengamatan sifat kimia tanah, yang meliputi : pH tanah dengan gelas elektroda pH meter, Ca-dd dan Mg-dd dengan meroda titrasi menggunakan ekstrak ammonium asetat (NH4040Ac) 1 N pH 7, serta bahan organic tanah ditetapkan dengan menggunakan metoda Walkley dan Black. Terhadap tanaman dilakukan pengamatan berat kering tanaman biji kering dan berat 100 biji.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kandungan Bahan Organik Tanah

(4)

Tabel 1. Kandungan bahan organik tanah setelah pemberian perlakuan

Perlakuan : Kandungan bahan Organik tanah % A = (tanba bahan organic ) menurut uji DNMRT pada taraf nyata 5 %.

Pemberian berbagai jenis bahan organik sebanyak 20 ton/ha pada Tabel 1. Dengan nyata meningkatkan kandungan bahan organic tanah, namun antara sesama bahan organic berpengaruh tidak nyata.

Terjadinya peningkata kandungan bahan organik tanah disebabkan bahan organic yang telah di berikan mengalami perombakan oleh jasad renik tanah, sehingga menyumbangkan bahan organic kedalam tanah. Disamping itu penembahan pupuk organic merupakan suatu usaha untuk memelihara dan mengatasi kekurangan bahan organic tanah. Sanchez (1976), Tate (1987) dan Endriani (1994) menyatakan bahwa penambahan dan peningkatan organic tanah dapat dilakukan dengan pemberian pupuk kandang kompos atau bahan tanaman yang dicampurkan dengan tanah sebagai pupuk.

2. pH (H20) tanah

Hasil analisi pH tanah akibat pemberian beberapa macam bahan organik dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. pH H2O tanah setelah pemberian perlakuan

Perlakuan : pH (H2O) tanah

(5)

Hal yang sama dilaporkan oleh Soepardi (1983) dan tate (1987) bahwa bahan organic mempunyai daya serap katinon yang lebih besar dari pada koloid liat, dan semakin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah, makin tinggi kapasitas tukar kation, kation – kation basa terbentuk,sehingga akan meningkatkan nilai pH tanah

3. Ca-dd dan Mg-dd Tanah

Hasil analis Ca-dd dan Mg-dd tanah akibat pemberian beberapa macam bahan organic seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Ca-dd dan Mg-dd tanah setelah pemberian perlakuan

Perlakuan : Ca-dd : Ma-dd

A = (tanpa bahan organik) C = (kompos sampah kota) B = (pupuk kandang sapi) D = ( pupuk hijau)

: 2,85 a :3,09 b :3,10 b :3,28 b

: 0,38 a : 0,47 b : 0,53 b : 0,52 b

KK : 6,24 % : 8,38 %

Angka – angka pada lajur yang sama diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf nyata 5 %

Pada perlakuan pemberian berbagai jenis bahan organik, Ca-dd dan Mg-dd pada Tabel 3 terlihat terjadi peningkatan. Dimana tampa pemberian bahan organic lebih rendah dibandingkan dengan pemberian bahan organik. Bahan organik yang diberikan akan mengalami proses dekomposisi yang disebabkan aktivitas jasad hidup tanah. Hasil pelapukan dari reaksi enzimatik akan membebaskan senyawa – senyawa sederhana seperti Ca, Mg dan unsur – unsur hara lainnya Stevenson (1982), Soepardi (1983), Tate (1987) Lubis dan Basyaruddin (1989) menyatakan bahwa dari proses dekomposisi bahan organik dalam tanah akan di bebaskan unsur – unsur hara seperti N, P, K, Fe, Ca, Mg dan unsure hara lainnya menjadi bentuk anorganik sehingga dapat tersedia untuk dikomsumsi oleh jasad renik maupun tanaman tingkat tinggi.

4. Berat Kering Tanaman, Berat Biji Kering, Dan Berat 100 Biji

Hasil analisis berat kering tanaman, berat biji kering dan berat 100 biji akibat pemberian beberapa macam bahan organic seperti terlihat pada Table 4.

(6)

Perlakuan : Berat Kering Berat biji kering Berat 100 biji

Angka – angka pada lajur yang sama diikuti kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji DNMRT pada taraf nyata 5 %

Pemberian beberapa macam bahan organic seperti pada tabel 4, member pengaruh berbeda tidak nyata sesamanya, namun cendrung memberikan peningkatan sebesar 6,17% sampai 14,10% di bandingkan tampa pemberian bahan organic. Terjadinya peningkatan berat kering tanaman ini di sebabkan adanya peningkatan ketersediaan unsur hara yang di sumbangkan oleh bahan organik, sehingga akan merangsang perkembangan akar, baiknya perkembangan perakaran akan dapat meningkatkan kemampuan akar menyerap unsure hara dan air tanah untuk pertumbuhannya, sebaliknya jika akar tanaman tidak berkembang atau terhambat, maka hara yang tersedia dalam tanah menjadi kurang berarti bagi pertumbuhan tanaman.

Terhadap berat biji kering dan berat 100 biji tanaman kedelai antara tampa pemberian bahan organic dengan yang di beri bahan organic seperti pada tabel 4, terjadi pengaruh yang berbeda nyata. Dengan pemberian bahan organic, berat biji kering kedelai meningkat sebesar 19,74% sampai dengan 26,28% di bandingkan dengan tanpa pemberian bahan organic, dan kalau dikonversikan ke dalam kg/ha berat kering yang di dapatkan sebesar 33,85 gram/pot sampai 35,70 gram/pot, maka didapatkan berat biji kering kedelai sebesar 1.693 kg/ha sampai 1.785 kg/ha.

Berat 100 biji kedelai akibat pemberian beberapa macam bahan organic juga mengalami peningkatan,dimana akibat pemberian bahan organic berupa pupuk kandang, kompos sampah kota dan pupuk hijau Crotalaria juncea, terjadi peningkatan antara 7,5% sampai 11,8%.

Terjadi peningkatan berat biji kering dan berat 100 biji kedelai akibat pemberian bahan organik diduga terciptanya keadaan sifat fisik tanah yang baik, sehingga menunjang dalam perbaikan ketersedian unsure hara. Disamping itu bahan organic juga dapat meningkatkan ketersedian melalui penyumbang unsure hara pada proses dekomposisi. Banyak sifat utama tanah,maka akan dapat meningkatkan kemampuan system perakaran tanaman memanfaatkan unsure hara tersedia bagi pertumbuhan vegetative dan generatif.

(7)

mempengaruhi aktifitas organimisme tanah, serta peran fisika didalam memperbaiki struktur tanah, porositas, stabilitas agregat, bobot isi tanah dan lain- lainnya.

Dalam hal ini dapat dibuktikan bahwa pemberian beberapa macam bahan organic ke dalam tanah akan dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah, sehingga kesuburan tanah meningkat. Meningkatnya kesuburan tanah, maka hasil produksi tanaman dapat di tingkatkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu :

1. Pemberian beberapa macam bahan organic tanah dapat meningkatkan dan memperbaiki kandungan bahan organik tanah, pH tanah, Ca-dd dan Mg-dd tanah pada Ultisol serta meningkatkan berat kering tanaman, berat biji kering dan berat 100 biji kedelai.

2. Pemberian bahan organi terutama pupuk hijau Crotalaria cenderung memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap perbaikan kimia tanah dan hasil tanaman kedelai. Sehubung hal di atas disarankan untuk perbaikan kesuburan tanah terutama sifat kimia tanah Ultisol dan hasil kedelai mempergunakan bahan organik tanah, dengan prioritas utama yaitu pupuk hijau Crotalaria juncea

DAFTAR PUSTAKA

Endriani. 1994. Pemanfaatan bahan organic dan zeolit dalam usaha memperbaiki sifat fisika Ultisol. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Andalas. Padang

Fothh, H.D. 1980. Soil geography and land use. John Wiley dan Sonss, Inc. new York.

Hardjowigeno, S. 1982. Klarifikasi tanah survey tanah dan evaluasi kemampuan lahan. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Hardjowigeno, S. 1993. Klarifikasi tanah dan Pedogenesis. Edisi Pertama. Penerbit Akademi Pressindo. Jakarta.

Hartatik, W. dan Sri Adiningsih, J. 1987. Pengaruh pengapuran dan pupuk hijau terhadap hasil tanaman kedelai pada tanah podsolik Sitiung di rumah kaca. Pemberitaan Penelitian tanah dan pemupukan.

Indranada, H. K. 1986. Pengelolaan kesuburan tanah.. Penerbit PT. Bina Aksara. Jakarta

Lubis, A.M dan Basyaruddin.1989. Biologi Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara. Medan.

(8)

Sanchez, P. A. 1976. Properties and management of soil in the tropics. John Wiley and Sons. New York.

Soepardi, G., S. Setijono dan S. Djokasudardjo. 1982. Pupuk dan pemupukan. Depertemen ilmu Tanah. IPB. Bogor.

Soepardi, Goeswono. 1983. Sifat dan ciri tanah. Depertemen Ilmu-ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Somaadmadja, S., Ismumadji, Sumarno, Syam, Mahyududin, Manurung, S. O., tate dan Yuswadi. 1985. Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor. Bogor.

Stevenson, E. J. 1982. Humus Chemistry, genesis, composition, reactions. Dept. Of. Agron. University Of Illionis. John Willey and Sons. New York.

Gambar

Tabel 2. pH H2O tanah setelah pemberian perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Penulis menyimpulkan selama tidak ada pengaturan yang secara spesifik menyebutkan syarat sah perkawinan meliputi keselurahan pasal 2 Undang- Undang Perkawinan, maka

Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa teori jadi kesimpulannya pola komunikasi sebagai aksi anatara guru dan siswa dalam proses pembelajaran sosiologi pada

Dalam UU SPPA diversi dimaksudkan untuk menghindari efek negatif dari pemeriksaan konvensional peradilan pidana terhadap anak yang dilakukan oleh aparat penegak

4. Siswa menyiapkan diri agar siap untuk belajar serta memeriksa kerapihan diri dan bersikap disiplin dalam setiap kegiatan pembelajaran. Guru menyampaikan topik

Hasil analisis varians menunjukkan bahwa tingkat pengenceran milt tidak berpengaruh terhadap fertilitas sperma (p>0,05) sedangkan lama penyimpanan secara signifikan

diduga mempunyai hubungan erat dengan produktivitas tanaman padi adalah tanaman pada fase awal generatif (pinnacle initiation) yaitu pada saat tanaman padi sedang produksi,

Bakteri Salmonella typhi memiliki protein hemaglutinin adhesin fimbria dan OMP masing-masing dengan berat molekul 36 kDa mampu mengaglutinasi eritrosit mencit, marmot

Sebanyak 4 lansia (10,5%) mendapatkan dukungan yang tinggi dari keluarga, tetapi pada kenyataannya mkualitas hidupnya rendah, hal ini tentunya berbanding terbalik