• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal.Fix

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal.Fix"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN MENYIMAK DALAM NIHONGO KIRA KIRA SISWA KELAS XI IPS 6 SMA NEGERI 2 BUKITTINGGI TAHUN AJARAN

2017/2018

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

Tri Ocmantika Ayu 14180008/2014

Penesehat Akademis:

Dr. Zul Amri, M.Ed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INGRIS

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG

(2)
(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen keterampilan yaitu keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. dari keempat keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan menyimak atau mendengarkanlah yang seharusnya dikuasai terlebih dahulu. Karena dari semua keterampilan tersebut, keterampilan menyimaklah menurut penulis sangat sulit dan unik yang harus dikuasai oleh semua orang dan harus dipelajari sedini mungkin. Menurut Tarigan (2008:31) Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

(4)

Berdasarkan beberapa penelitian dirumuskan, bahwa pada umumnya orang setiap hari menggunakan waktu komunikasinya 45% untuk mendengarkan menyimak, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, dan 9% untuk menulis (Burhan, 1971:83). Bahkan Goleman (2001: 224) mengatakan bahwa berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat menaksir dari seluruh waktu yang disediakan untuk berkomunikasi, 22 % digunakan untuk membaca dan menulis, 23 % untuk bicara, dan 55 % untuk mendengarkan. Adler (1986) mencatat bahwa 53% aktivitas komunikasi didominasi oleh menyimak, sedangkan menulis 14%, berbicara 16% dan membaca 17%. Menurut De Vito ( 2001), orang dewasa meluangkan sekira 45% untuk menyimak, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca dan 9% untuk menuli, sedangkan mahasiswa meluangkan waktu sebesar 53% untuk menyimak, 16% untuk berbicara, 17% untuk membaca dan 14% untuk menulis.

Dalam proses menyimak ada tahap-tahap seperti, mendengar, memahami, menginterprestasi, mengevaluasi, dan pada akhirnya menyerap serta menerima ide, gagasan atau isi yang dikemukakan oleh pembicara dan sampailah pada tahap menanggapi. Hal ini pula yang diperlukan dalam keterampilan menyimak bahasa jepang. Adanya pengetahuan tentang bunyi suara, kosakata, gramatika, struktur wacana, dan beberapa keterampilan mengidentifikasi bunyi suara, menyimak kata yang benar, membuat prediksi dan sampailah pada menyimak selektif (ishida, 1999).

(5)

perhatian yang cukup. Meskipun sudah diberikan pembelajaran tentang menyimak tetapi masih ada kendalanya. seperti, kelas kurang kondusif untuk menerapkan keterampilan ataupun kurangnya motivasi siswa dalam keterampilan menyimak, siswa cenderung menerima dari apa apa yang didengar atau yang disimak. Padahal Kurikulum 13 menitik beratkan agar siswa bertindak aktif, kreatif dan inovatif. Sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.

Oleh karena itu penulis mengangkat tema tentang kemampuan menyimak dalam pembelajaran Nihongo Kira Kira untuk sekolah menengah atas, dikarenakan kurangnya motivasi siswa dalam keterampilan menyimak terhadap buku Nihongo Kira Kira. Disetiap isi atau materi yang ada di Nihongo Kira Kira baik itu Jilid I maupun II terdapat keterampilan menyimak, seperti kosa kata, latihan individu maupun latihan kelompok. Dan buku Nihongo Kira Kira sudah disempurnakan dalam bentuk media seperti power point yang bergambar dan dilengkapi keterampilan menyimak. Akan tetapi, masih ada kendala dalam keterampilan menyimak, siswa cenderung hanya menyimak saja bukan menyerap apa yang disimak. Sehingga pembelajaran bahasa jepang dalam keterampilan menyimak jarang digunakan dalam pembelajaran.

(6)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut. Pertama, Permasalahan kesulitan siswa kelas XI IPS 6 SMA Negeri 2 Bukittinggi dalam memahami kosa kata dalam Nihongo Kira Kira. Kedua, Permasalahan kesulitan siswa kelas XI IPS 6 SMA Negeri 2 Bukittinggi dalam keterampilan. Ketiga, Permasalahan kesulitan dalam memotivasi siswa kelas XI IPS 6 SMA Negeri 2 Bukittinggi dalam menerapkan keterampilan menyimak. Keempat, Permasalahan kesulitan dalam menyimak siswa kelas XI IPS 6 SMA Negeri 2 Bukittinggi dalam menangkap kembali apa yang disimak.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi yaitu hanya meneliti kemampuan menyimak siswa kelas XI IPS 6 SMA Negeri 2 Bukittinggi dalam buku Nihongo Kira Kira Jilid II Bab 14 terhadap pemahaman kosa kata.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan menyimak dalam Nihongo Kira Kira Siswa Kelas XI IPS 6 SMA Negeri 2 Bukittinggi Tahun Ajaran 2017/2018.

(7)

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan penelitian ini adalah.

1. Bagaimana kemampuan siswa kelas XI IPS 6 SMA Negeri 2 Bukittinggi memahami kosa kata dalam Nihongo Kira Kira

2. Bagaimana Kemampuan Keterampilan menyimak Siswa Kelas XI IPS 6 SMA Negeri 2 Bukittinggi dalam Nihongo Kira Kira

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut, tujuan penelitian ini adalah.

1. Untuk mengetahui kemampuan siswa siswi kelas XI IPS 6 SMA Negeri 2 Buktinggi memahami kosa kata dalam Nihongo Kira Kira

2. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keterampilan menyimak siswa Kelas XI IPS 6 SMA Negeri 2 Buktinggi dalam Nihongo Kira Kira

G. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur tentang kemampuan Menyimak dalam Nihongo Kira Kira. Sehingga nantinya diharapkan hasil belajar akan terus meningkat dan lebih baik lagi. Selain itu juga dapat memperkaya khazanah penelitian pendidikan, khususnya tentang penelitian pembelajaran bahasa Jepang.

2. Manfaat Praktis

(8)

b. Bagi peneliti lain, dapat memberikan informasi kepada peneliti lain sebagai acuan untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan Kemampuan menyimak dalam Nihongo Kira Kira.

H. Definisi Operasional

Untuk memandu pelaksanaan dan laporan hasil penelitian, digunakan dua definisi operasional,yaitu:

1. Menurut Thoha, kemampuan merupakan salah satu unsur dalam kematangan berkaitan dengan pengetahuan atau keterampilan yang dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan dan suatu pengalaman. Yang dimaksud dalam penelitian ialah kemampuan menyimak seseorang terhadap apa yang dia tangkap dari sebuah yang dia dengar secara lisan.

2. Haryadi dan Zamzani (1996: 21), mengatakan bahwa menyimak adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa sebagai sasarannya dan untuk memahami isi yang disampaikan bunyi tersebut

(9)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, teori yang digunakan sebagai panduan dalam melakukan penelitian ini adalah: (1) hakikat Menyimak, (2) kemampuan Menyimak (Choukai) pemahaman. Teori-teori yang berkaitan dengan penelitian akan diuraikan sebagai berikut.

1. Hakikat Menyimak

Kajian teori yang digunakan dalam hakikat menyimak, yaitu (a) pengertian menyimak, (b) Fungsi menyimak, (c) Tujuan Menyimak, (d) Tipe-tipe dan Jenis-jenis Menyimak, dan (e) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Menyimak. a. Pengertian Menyimak

(10)

berkomunikasi. Komunikasi berjalan lancar jika masing-masing pihak yang melakukan komunikasi sama-sama menyimak pembicaraan dengan baik. Menyimak merupakan hal yang penting dalam berkomunikasi. Dalam berkomunikasi jika tidak dapat menyimak dengan baik maka komunikasi yang berlangsungpun tidak dapat berlangsung dengan baik. Dalam menyimak kita diharuskan mendengar sekaligus memahami dan memperhatikan apa yang diujarkan pembicara atau lawan bicara kita, hal itu agar komunikasi dapat berjalan dengan baik.

b. Fungsi Menyimak

Devito dalam Herry (2012:54) menyebutkan bahwa aktivitas menyimak dapat digunakan untuk beberapa hal misalnya untuk memahami orang lain, berempati terhadap orang lain, dan mengkritisi orang lain. Selain itu, menyimak juga memiliki fungsi untuk menjalin suatu hubungan, memengaruhi orang lain, bermain-main (hiburan), dan untuk menolong.

1) Memahami orang Lain

Orang-orang yang dapat memahami dan mempertahankan banyak informasi memiliki sebuah peluang yang lebih besar untuk berhasil. Kemampuan membaca dan menulis efektif bersama-sama dengan kemampuan untuk menerima dan memahami pembicaraan orang lain merupakan kunci sukses. Memahami orang lain, mempelajari reaksi dan kebutuhan orang lain, sertamenemukan hal-hal berkenaan dengan orang lain merupakan hala penting dalam setiap aktivitas kehidupan. Bahkan kehidupan pribadi, kemampuan untuk menerima dan memahami setiap informasi dapat membantu kita mengetahui dan mempelajari segala sesuatu yang diperlukan. Bisa jadi dengan tujuan memahami orang lain untuk memperoleh informasi atau untuk mempelajari sesuatu.

(11)

Seorang penyimak yang dapat menerima dan mengingat sejumlah besar informasi akan sangat disukai dan sangat bernilai sebagai seorang teman daripada sebuah komputer. Walaupun kemampuan menerima data merupakan suatu hal yang mengagumkan, tetapi penyimak yang efektif juga harus berempati, dapat memahami dan merasakan setiap emosi serta pikiran pembicara. Kemampuan berempati ini merupakan elemen penting dalam berkomunikasi yang efektif. Penyimakan yang disertai empati dapat menjadi sebuah cara yang berharga untuk membantu seseorang yang sedang bermasalah. Keuntungan memahami, merasakan dan membantu memecahkan persoalan seseorang dapat memperluas pemahaman kita dan dapat meningkatkan kemampuan kita bagaimana menangani isu-isu dalam kehidupan. Melalui aktivitas menyimak yang empatik kita dapat menjalin dan membina persahabatan, karena pada dasarnya orang akan menyukai orang yang dapat memahami dan merasakan apa yang sedang ia alami.

3) Memengaruhi Orang Lain

Aktivitas menyimak juga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain karena orang-orang akan lebih menaruh hormat dan mengikuti apa yang kita katakan jika mereka beranggapan kita telah menyimak dan memahami mereka. 4) Menghibur Diri

Adalakalanya menyimak cerita-cerita lucu dan anekdot-anekdot yang dilontarkan orang lain bisa menjadi hiburan dan pelepas ketegangan. Seorang penyimak yang baik juga harus tahu kapan menyimak secara kritis dan evaluatif serta kapan menyimak secara pasif.

5) Mengkritisi Orang Lain

(12)

Penyimak yang kritis dapat membantu setiap individu dan masyarakat untuk memahami diri mereka dan mengevaluasi gagasan-gagasan mereka.

6) Menolong Orang Lain

Melalui aktivitas menyimak kita dapat memberikan jenis pengakuan dan penghargaan kepada oarng lain. Ketika sedang menyimak, dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung sudah mengirim pesan non-verbal yang menyatakan bahwa orang yang sedang berbicara itu penting. Melalui kegiatan menyimak, dapat membantu orang lain dalam memcahkan masalah yang sedang dihadapi. Berikut ini merupakan beberapa cara yang sering digunakan untuk menolong orang lain, diantaranya adalah:

a. Menasehati

b. Menilai

c. Menganalisis

d. Bertanya

e. Mendukung

f. Menyimak secara aktif .

c. Tujuan Menyimak

Menurut Tarigan (1980:56) tujuan seseorang untuk menyimak sesuatu itu beraneka ragam antara lain :

a. Menyimak dengan tujuan utama agar dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.

(13)

c. Menyimak dengan tujuan agar dapat menilai apa yang disimak dan mengevaluasi.

d. Menyimak dengan tujuan agar dapt menikmati dan menghargai apa yang disimaknya.

e. Menyimak dengan tujuan agar dapat mengkomunkasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-pesaraannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.

f. Menyimak dengan maksud dan tujuan agar dapat membedakan bunyi bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) mana bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya terlihat pada seorang yang sedang belajar bahasa asing.

g. Menyimak dengan maksud agar dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara mungkin memperoleh banyak masukan yang berharga.

h. Menyimak dengan tujuan untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan.

d. Tipe-tipe dan Jenis-jenis Menyimak

Menyimak mempunyai banyak jenis tergantung tujuannya. Menurut Tarigan (1980:35) menyimak mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus sehingga menyimak mempunyai keanekaragaman. Jenis atau ragam menyimak dibagi menjadi dua kelompok yaitu menyimak ekstensif dan menyimak intensif. Dalam kelompok tersebut dibagi lagi, penjelasan ragam menyimak adalah sebagai berikut.

1. Menyimak Ekstensif

(14)

perlu dibawah bimbingan langsung dari seorang guru. Menyimak ekstensif dibagi menjadi empat macam sub kelompok jenis menyimak yaitu :

1.1 Menyimak Sosial

Menyimak sosial adalah menyimak yang biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat tempat orang mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengar satu sama lain untuk membuat responsi-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan atau yang dikatakan oleh seorang rekan.

1.2 Menyimak Sekunder

Menyimak sekunder adalah kegiatan menyimak kebetulan dan kita sedang melakukan suatu kegiatan lain. Ini dicontohkan kita sedang melakukan kegiatan menulis dan kita menyimak suara musik radio.

1.3 Menyimak Estetik

Menyimak estetik adalah kegiatan menyimak yang mencakup kegiatan menyimak musik, menikmati cerita yang dibacakan oleh seorang guru, siswa atau aktor. Menyimak yang lebih mengerucut pada kegiatan seni yang memiliki nilai estetis.

1.4 Menyimak Pasif

Menyimak pasif adalah menyimak suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu bahasa. 2. Menyimak intensif

Menyimak intensif adalah jenis menyimak yang diarahkan pada suatu kegiatan yang lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu. Menyimak intensif biasanya terjadi pada program pengajaran bahasa. Menyimak intensif dapat dibagi beberapa macam yaitu:

(15)

Menyimak kritis adalah kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benardari ujaran seorang pembicara, dengan alasan yang kuat yang dapat diterima olehakal sehat. Pada kegiatan menyimak ini pendengar lebih meneliti dimana letak kekurangannya.

2.2 Menyimak Konsentratif

Menyimak konsentratif disebut juga dengan study-type listening atau menyimak yang merupakan sejenis telaah. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak konsentratif ini adalah:

a. Mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan.

b. Mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan serta sebab-akibat.

c. Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu

d. Memperoleh pemahaman dan pengertian mendalam, dan sebagainya. 2.3 Menyimak Kreatif

Menyimak kreatif adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya.

2.4 Menyimak Eksploratif

Menyimak eksploratif merupakan menyimak yang bersifat menyelidik, yaitu sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.

2.5 Menyimak Interogatif

(16)

penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai sang pembicara.

2.6 Menyimak Selektif

Menyimak pasif tidak dianggap sebagai kegiatan yang memuaskan.Menyimak selektif ini tidak menggantikan menyimak pasif, namun melengkapinya. Dalam menyimak selektif terdapat urutan-urutan sebagai berikut: nada suara, bunyi-bunyi asing, bunyi-bunyi yang bersamaan, katakata dan frasa, serta bentuk-benyuk ketatabahasaan. Selain tipe-tipe menyimak di atas, menurut Hermawan (2012:44-47) menyimak juga dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu menyimak secara pasif, kritis dan aktif.

1. Menyimak secara Pasif

Menyimak pasif merupakan sebuah alat penerima informasi yang memiliki kekuatan tertentu. Dalam menyimak pasif penyimak tidak melakukan evaluasi terhadap pesan-pesan pembicara, tetapi hanya mengikuti pembicara, bagaimana pembicara mengembangkan pikiran dan gagasannya. Dalam komunikasi pasif antara pendengar maupun pembicara sedang membangun sebuah lingkungan yang sifatnya menerima dan mendukung.

2. Menyimak secara Kritis

(17)

disampaikan oleh pembicara, sehingga informasi yang didapatkan bisa terpercaya dan diandalkan.

3. Menyimak secara aktif

penyimak aktif tidak sekadar pasif dan kritis, tetapi melibatkan diri secara total seperti penginderaan, sikap, kepercayaan, perasaan dan intuisinya. Menyimak secara aktif tidak hanya dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa seseorang sedang menyimak, dan peduli terhadap apa yang dikemukakan pembicara, tapi juga memahami dan mengingat apa yang didengar, untuk memberikan kesan positif, dan menjaga hubungan baik dengan pembicara. Dengan menyimak secara aktif, dapat memeriksa seberapa besar keakuratan pemahaman penyimak terhadap pesan-pesan yang disampaikan pembicara, serta dapat mengekspresikan penerimaan terhadap perasaan-perasaan pembicara dan membantunya untuk menyelidiki atau menjelajahi perasaan dan pemikiran pembicara.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Menyimak

Dalam kegiatan menyimak terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Tarigan (1980 : 99-107 ) terdapat delapan faktor yang mempengaruhi menyimak yaitu :

a. Faktor Fisik

(18)

fisik sehingga perhatiannya dangkal, sekilas saja, serta tingkah polahnya tidak karuan.

b. Faktor psikologis

faktor psikologis merupakan faktor yang melibatkan sikap-sikap dan sifatsifat pribadi. Faktor ini antara lain yaitu :

a) Prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara dengan aneka sebab dan alasan. Hal ini menyebabkan seseorang tidak dapat menangkap maksud dari apa yang didengarkan.

b) Keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi serta masalah pribadi. c) Kepicikan yang menyebabkan pandangan kurang luas.

d) Kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perahatian sama sekali pada pokok pembicaraan.

e) Sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap pokok pembicaraan atau terhadap sang pembicara. Semua faktor tersebut diatas dapat mempengaruhi kegiatan menyimak kearah yang merugikan yang tidak kita ingini.

c. Faktor pengalaman

pada pembahasan kali ini agaknya tidak perlu disangsikan lagi bahwa sikap-sikap kita merupakan hasil pertumbuhan, perkembangan pengalaman kita sendiri. Kurangnya atau tiadanya minat pun agaknya akibat dari kurangnya atau tiadanya pengalaman yang akan disimak tersebut.

d. Faktor Sikap

Setiap orang akan cenderung menyimak secara saksama pada topik-topik atau pokok-pokok pembicaraan yang dapat dia setujui tinimbang pada yang kurang disetujuinya. Oleh karena itu maka seyogianya pembicara harus memperhatikan topik yang tepat dalam pembicaraan, agar penyimak tertarik untuk menyimak dan mendengarkan.

(19)

Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang . kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Begitu pula halnya dengan menyimak. Kalau kita sebagai penyimak tidak yakin bahwa kita akan memperoleh sesuatu yang berharga dan berguna dari suatu penyimakan, maka akan sedikit sekali kemungkinan bahwa kita akan mau apalagi bergairah menyimak pada sesuatu apabila kita sedang melamun, mengantuk tau tidur-tiduran. Sehingga dorongan dan tekad sangat diperlukan dalam menyimak dan menjalankan sesuatu dalam kehidupan ini. f. Faktor jenis

kelamin dalam menyimak terdapat perbedaan gaya dalam menyimak. Ini dijelaskan oleh Julian Silverman dalam Tarigan (1980 : 104 ). Dia menemukan fakta bahwa gaya menyimak seorang pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, keras kepala atau tidak mau mundur, menetralkan, intrusif ( bersifat mengganggu), berdikari/mandiri, sanggup mencukupi kebutuhan sendiri (swasembada), dapat menguasai/mengendalikan emosi; sedangkan gaya menyimak wanita cenderung lebih subjektif, ramah/simpatik, pasif, difusif (menyebar), sensitif, mudah dipengaruhi, mudah mengalah, reseptif, bergantung (tidak berdikari), dan emosional.

g. Faktor Lingkungan

Pada faktor lingkungan dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

a) Lingkungan Fisik

(20)

guru harus mengatur dan menata letak meja dan kursi sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menyimak dan disimak. Sarana-sarana kerja juga harus ditempatkan berdekatan satu sama lain sehingga para siswa dapt berkomunikasi dengan baik bahkan harus dapat meningkatkan penyimakan yang baik.

b) Lingkungan Sosial

Suasana yang mendorong anak-anak untuk mengalami, mengekspresikan serta mengevaluasi ide-ide memang penting sekali kalau keterampilan berkomunikasi dan seni berbahasa memang dikembangkan dan berkembang.Hal ini harus merupakan dasar bagi pengalaman pengalaman dan kegiatan-kegiatan informal yang terencana yang membutuhkan atau menuntut komunikasi. Jadi, suasana dimana guru merencanakan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan anak-anak dapat memanfaatkan situasi ruangan kelas untu meningkatkan keterampilan berkomunikasi mereka.

h. Faktor peranan dalam masyarakat

kemauan menyimak kita dapat juga dipengaruhi oleh peranan kita dalam masyarakat. Misalnya kita sebagai guru dan pendidik maka kita ingin sekali menyimak ceramah. Dan sebagai seorang mahasiswa, maka kita diharapkan dapat menyimak lebih saksama dan penuh perhatian dari pada kalau seandainya kita merupakan karyawan harian pada sebuah perusahaan setempat. Kesimpulannya kegiatan menyimak juga dipengaruhi oleh peranan kita dalam masyarakat. Menurut Hermawan (2012: 49-54) faktor yang mempengaruhi dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal :

a. Faktor Internal

(21)
(22)

dipengaruhi oleh motivasi dan perasaan pendengar saat itu (minat pribadi). Ketika sedang menyimak,betapapun efektifnya, motif dan kebutuhan pendengarpun turut meutama padmainkan peranan yang besar. Pendengar akan menyimak lebih efektif, dan secara sadar menyeleksi apa yang sedang didengar terutama pada saat membutuhkan atau menginginkan informasi tersebut. Hasrat untuk menyimak umumnya tidak datang dengan mudah.Begitu sering kita ingin mendengar hanya jenis-jenis informasi tertentu, dan kita cenderung tidak menyimak informasi yang berlawanan atau berbeda dengan keinginan. Selain itu egoisme atau sikap mementingkan diri sendiri juga memengaruhi keefektifan menyimak. Dalam proses menyimak, egoisme muncul ketika ada pendapat berbeda antara pendengar dengan pembicara.

b. Faktor eksternal

(23)

mencari pemikiran atau gagasan pokok dari sekian banyak pilihan yang mungkin, jika tidak maka kita akan mengalami kelelahan dan kebingungan. Akibatnya perhatian dapat dibuyarkan. Ketika perhatian pendengar bergerak secara cepat diantara sinyal-sinyal dan simbol-simbol yang tersedia dalam suatu waktu, maka ia akan memiliki banyak aah dan memberikan berbagai pilihan yang mungkin. Selain faktor lingkungan, faktor materi, pembicara, gaya dan teknik berbicara juga dapat menjadi gangguan menyimak, terutama dalam situasi formal. Materi pembicaraan dapat mempengaruhi proses penyimakan. Pendengar akan lebih tertari pada materi baru dibandingkan dengan materi yang telah diketahui atau dialami. Ketertarikan itu juga dipengaruhi oleh tingkat kepentingan materi, apakah materi tersebut penting untuk pendengar atau hanya sekedar untuk kesenangan. Selain itu jika materi tersebut sulit dimengerti maka proses penyimakan pun akan terhambat. Faktor pembicara pun dapat mengganggu perhatian pendengar. Misalnya, pembicara yang berpengalaman dan berpenampilan tenang akan lebih persuasif dibandingkan denganpembicara yang gugup. Disamping itu, gaya, penampilan, dan teknik penyajian materi pun dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi proses penyimakan seperti visualisasi dan teknologi yang digunakan, cara berpakaian, serta pengenalan konsep-konsep secara bertahap serta disertai contoh-contohnya.

3. Kemampuan Menyimak (Choukai) a. Defenisi Kemampuan

(24)

melekat pada seseorang untuk melakukan suatu kegiatan secara phisik atau mental yang iaperoleh sejak lahir, belajar, dan dari pengalaman.

b. Kemampuan Menyimak dalam bahasa jepang 1) Bahasa Jepang

Istilah bahasa Jepang di dalam bahasa Jepang disebut nihongo, tetapi ada juga yang menyebutnya kokugo.Walaupun bahasa yang dimaksud sama namun diantara kedua istilah (nihongo dan kokugo) ini terdapat perbedaan yang mendasar. Menurut Shinmura dalam Sudjianto (1998 : 1) Kokugo adalah (1) bahasa yang dijadikan bahasa yang umum disuatu negara ; Bahasa resmi negara tersebut ; Bahasa nasional : (2) Istilah lain untuk nihongo : (3) Bahasa Jepang asli; Wago ;Yamatokotoba : (4) singkatan dari kata kokugoka . Sedangkan nihongo adalah bahasa bangsa Jepang, bahasa nasional negara Jepang dan mempunyai ciri-ciri antara lain memiliki silabel terbuka, mempunyai struktur yang menempatkan verba diakhir kalimat, memiliki ragam bahasa hormat, dan sebagainya. Dengan kata lain kokugo adalah bahasa resmi warga negara Jepang yang lahirdan hidup disuatu negara yang sama. Dan nihongo adalah bahasa Jepang yang dipakai sebagai bahasa asing atau sebagai bahasa kedua, bahasa ketiga, dan seterusnya. 2) Choukai

(25)

後にどのような指導をすればいいか考え,具体的な教室活動の進め方やさまざ まな聴解練習のタイプを紹介する。

Choukai to wa nihongo wo kiite, rikaisuru」nouryoku to iu koto de aru ga, kokode wa dokuwa, taiwa ni kagirazu subete no kikitori wo taishou ni suru. Choukairyoku wo sodateru tameni wa, mazu sono taishou wa nanika to iu koto wo

haakushi, tsugi ni kiku to iu koui ni wa dono you na youso ga fukamarete iru no ka,soshite sorega naze muzukashii no ka wo kangaeru. Soshite, saigo ni dono you na shidou wo sureba ii ka kangae, gutaiteki na kyoushitsu katsudou no susume kata ya samazamana choukai renshuu no taipu wo shoukaisuru.

Choukai adalah kemampuan mendengar dan memahami bahasa Jepang, objek sasaran mendengarkan disini tidak dibatasi pada monolog dan dialog. Untuk mengembangkan kemampuan menyimak, pertama kita harus mengetahui objek sasaranyang didengar, kemudian unsur apa saja yang terkandung pada saat menyimak, setelah itu memikirkan kenapa menyimak itu susah. Kemudian, terakhir memikirkan bimbingan apa yang baik untuk itu, cara mengajar yang konkret untuk kegiatan kelasdan mengenalkan berbagai cara berlatih menyimak. Jadi choukai adalah suatu kegiatan menyimak bahasa Jepang dengan penuh pemahaman karena dalam choukai harus memahami apa yang disampaikan. Jika tidak dapat memahami apa yang terkandung dalam monolog dan dialog maka kita akan mengalami kesulitan dalam menyimak.

(26)

Yaeko (1991:175) menjelaskan kesulitan mata kuliah chōkai adalah: 1) 音 声 は す ぐ 消 え て し ま う も の で あ り 、 一 瞬 の 間 に 、 文 脈 や 内 容 を 理 解しなければならない。

2) 話 し 言 葉 と 違 っ て , 主 語 や 目 的 語 な ど を 省 略 す る こ と が 多 い 。 3) 話 の 中 で 未 知 の 語 句 が あ っ て も 、 話 の 前 後 や 場 面 の 状 況 か ら そ の 意 味を補って理解しなければならない。

4) 聞 き な が ら 、 メ モ を 取 る 場 合 い に は 、 聞 く こ と と メ モ を と る こ と の 両 方 を 同 時 に し な け れ ば な ら な い の で 、 集 中 力 を 二 つ に 分 け な け れ ばならない。

1) Onsei wa sugu kietesimau mono de ari, isshun no aida ni, bunyaku ya naiyou o rikai shinakerebanaranai.

2) Hanashi kotoba to chigatte, shugo ya mokutekigo nado o shouryaku suru koto ga ooi

3)Hanashi no naka de michi no goku ga attemo, hanashi no zengo ya bamen no joukyou kara sono imi o oginatte rikai shinakerebanaranai. 30 4) Kikinagara, memo o toru baai niwa, kiku koto to memo o toru koto no ryouhou o douji ni shinakerebanaranai node, shuuchuuryouku o futatsu ni wakenakerebanaranai.

1) Suara yang cepat hilang, dalam waktu yang singkat harus memahami hubungan antar kalimat dan isi percakapan.

2) Berbeda dengan bahasa lisan,banyak penghilangan objek pada pokok kalimat. 3) Meskipun ada kata-kata yang hilang dalam percakapan, harus bisa memahami percakapan dari konteks yang sebelumnya.

4) Apabila mendengar sambil mencatat, karena harus melakukan kedua hal tersebut secara bersamaan, kekuatan konsentrasi harus dibagi menjadi dua pula.

(27)

1) Kesempatan untuk mendengarkan bahasa Jepang yang diucapkan oleh penutur asli, baik asli maupun melalui media sangat minim, karena banyak buku pelajaran yang tidak disertai dengan kasetnya.

2) Bagi pemula yang belum terlatih, sulit untuk dapat langsung memahami apa yang diucapkan penutur dalam media menyimak.

3) Masih minim sarana dan prasarana untuk pengajaran bahasa Jepang serta fasilitas lain yang diperlukan dalam pengajaran mendengarkan. Tidak sedikit siswa yang belajar bahasa Jepang di suatu sekolah tidak pernah mendengarkan bahasa Jepang yang diucapkan oleh penutur asli.

4) Pendekatan audio lingual dalam pengajaran bahasa Jepang jarang disentuh oleh guru bahasa Jepang, padahal dalam kondisi tertentu masih layak dan memungkinkan. Choukai dikatakan sulit karena menyimak bersifat reseptif dan pasif tetapi menuntut kemampuan yang aktif. Artinya meskipun kita pasif dan hanya menerima dari apa yang kita dengar namun kita aktif dalam memahami suatu wacana yang diperdengarkan kepada kita sebagai pendengar. Merurut Ishida dalam Melia (2013) dalam menyimak diperlukan beberapa keterampilan yang penting untuk dimiliki sebagai syarat untuk melaksanakan kegiatan menyimak diantaranya adalah;

1) kemampuan mengidentifikasi suara.

2) kemampuanmengidentifikasikan unsur-unsur kebahasaan seperti kata, kalimat dan sebagainya

3) kemampuan untuk memahami makna dengan cara menghubungkan bunyi yang didengar dengan kata-kata yang sudah diketahui. terutama kemampuan untuk memperkirakan arti kata yang belum diketahui dari konteks kalimat sebelum dan sesudahnya.

(28)

5) kemampuan untuk menangkap intisari setiap alenia serta kemampuan untuk memperkirakan alur alenia berikutnya.

6) Kemampuan membuat catatan-catatan sambil mendengar.Lebih lanjut Ishida mengemukakan tentang beberapa permasalahan umum dalam menyimak pemahaman choukai bahasa Jepang yang terdiri atas ;

1) Masalah bunyi yakni :

a) Memahami panjang pendeknya bunyi vokal. b) Menangkap pelesapan bunyi vokal.

c) Memahami pelafalan dengan jelas.

d) Memahami ada atau tidaknya konsonan rangkap. e) Memahami bunyi vokal panjang.

2) Masalah yang berhubungan dengan kosa kata dan ungkapan. a) Ada tidaknya pengetahuan kosa kata.

b) Bahasa serapan. c) Kata benda khusus. d) Homonim.

e) Bahasa daerah. f) Idiom.

3) Masalah yang berhubungan dengan struktur kalimat. a) Kalimat yang panjang.

b) Penghilangan subjek.

c) Kalimat yang diubah bentuk seperti pembalikan kalimat, penysipan dan lain-lain.

d) Percakapan tidak angsung.

e) Ungkapan setuju, sulit menangkap petunjuk berikutnya yang memberitahukan akhir kalimat.

f) Kalimat yang disingkat.

4) Masalah yang berkaitan dengan pragmatik.

a) Kosa kata yang memiliki fungsi lain dengan menanggalkan arti yang sebenarnya.

b) Kata atau kalimat yang menyatakan persetujuan (mengiyakan). c) Ungkapan-ungkapan yang berdasarkan pola pikir orang jepang. 5) Masalah yang berkaitan dengan lawan bicara.

a) Kecepatan cara berbicara.

b) Kejelasan pelafalan khususnya pelafalan vokal.

c) Tekanan suara (sulit menangkap suara buatan orang dewasa pada saat menyuarakan suara anak-anak)

(29)

f) Kebiasaan individu.

6) Masalah yang berkaitan dengan lainnya. a) Struktur kalimat secara keseluruhan. b) Tema percakapan.

c) Waktu (lamanya) percakapan. c. Buku Nihongo Kira Kira

Buku ini disusun untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran Bahasa Jepang di SMA/MA sesuai dengan Kurikulum 2013 Revisi 2016. Buku ini menyediakaan materi pembelajaran Bahasa Jepang Jilid I dan II yang sesuai dengan kehidupan siswa SMA/MA di Indonesia. Selain mengasah kemampuan berbahasa Jepang, materi dalam buku ini juga menggunakan pengalaman yang didapat peserta didik dalam mata pelajaran lainnya, seperti mengolah data, membuat grafik, membuat poster. Pembelajaran dalam buku ini menggunakan berbagai cara yang mengasah keterampilan hidup di abad 21, yaitu kolaborasi, komunikasi, kreativitas, berpikir kritis, dan cakap literasi.

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan studi kepustakaan yang sedang dilakukan penulis tentang kemampuanmenyimak dalam Nihongo Kira Kira siswa XI IPS 6 SMA Negeri 2 Bukittinggi Tahun Ajaran 2017/2018. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: (1) Septian Catur Ar Rosyidd (2015), (2) Tania Widyahapsari (2015), (3) Tiyah Hatijah (2013).

1. Septian Catur Ar Rosyidd (2015)

(30)

disimpulkan dalam tiga hal berikut. (1) Hasil tes menunjukkan bahwa presentase rata-rata dari kosakata target yang dapat diingat dan ditulis kembali dengan benar oleh responden adalah 62,40%. Berdasarkan tabel klasifikasi working memory, angka tersebut dapat dikategorikan lebih dari setengah, yaitu lebih dari setengah kosakata target dalamreading span test dapat diingat dan ditulis kembali dengan benar oleh responden. Sedangkan nilai rata-rata reading span test adalah 43,68 dengan standar mark 70. Dengan presentase dan nilai rata-rata tersebut dapat disimpulkan bahwa kapasitasworking memory mahasiswa semester V Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Semarang tergolong cukup tinggi. (2) Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa nilai korelasi antara kapasitasworking memory dengan kemampuan choukai adalah 0,466 dan apabila dikonsultasikan dengan tabel rentang angka korelasi dapat dikategorikan dalam kelompok sedang. Kemudian koefisien korelasi dikonsultasikan dengan rtabel dan 44 hasilnya rhitung >rtabel, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima.Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara kapasitas working memory dengan kemampuan choukai. (3) Setelah dilanjutkan dengan rumus koefisien determinasi dan regresi linier dapat diketahui bahwa tingkat pengaruh kapasitas working memory terhadap kemampuan choukai dapat dikategorikan rendah dengan nilai KD=22%.

2. Tania Widyahapsari (2014)

(31)

disimpulkan dalam tiga hal berikut. (1) Kemampuan penguasaan kosakata mahasiswa tingkat II Departemen 2Pendidikan Bahasa Jepang tahun ajaran 2013/2014 termasuk dalam kategori cukup dengan skor rata-rata 6.8 dari skor maksimal 10. (2) Kemampuan menyimak bahasa Jepang mahasiswa tingkat II Departemen Pendidikan Bahasa Jepang tahun ajaran 2013/2014 termasuk dalam kategori kurang dengan skor rata-rata 5.6 dari skor maksimal 10. (3) Terdapat hubungan yang signifikan antara penguasaan kosakta terhadap kemampuan menyimak bahasa Jepang dengan nilai korelasi 0,85 dan kontribusi 72%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penguasaan kosakata memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap kemampuan menyimak bahasa Jepang.

3. Tiyah Hatijah (2013)

(32)

yang dihadapi mahasiswa tingkat III dalam menyimak bahasa Jepang dapat disimpulkan sebagai berikut: -Lingkungan, motivasi dan fasilitas belajar itu cukup mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam menyimak bahasa Jepang. - Cara belajar mahasiswa yang mengandalkan dalam perkuliahan saja, tidak cukup untuk meningkatkan kemampuan menyimak bahasa Jepang. Kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam menyimak bahasa Jepang disebabkan oleh kualitas suara yang kurang bagus, bunyi yang diucapkan tidak begitu jelas terdengar, dan kecepatan suara audio. - Mahasiswa tidak mengerti dan memahami materi yang disampaikan jika hanya dengan menyimak satu kali, mahasiswa dapat mengerti dan memahami materi jika dapat menyimak lebih dari satu kali, bahkan sampai beberapa kali. -Kesulitan mahasiswa dalam menyimak bahasa Jepang disebabkan oleh keterbatasan dengan kurangnya kosakata yang dikuasai, tata bahasa yang kurang mengerti, dan keterbatasan huruf , baik katakana ataupun kanji. - Evaluasi yang diberikan sudah sesuai dengan materi yang diajarkan.

C. Karangka Konseptual

D. E.

Pembelajaran Nihongo Kira Kira Jilid II

Kemampuan Menyimak dalam Nihongo Kira Kira Kelas XI IPS 6 SMA NEGERI 2 BUKITTINGGI Tahun Ajaran 2017/2018 Indikator kemampuan menyimak Nihongo Kira Kira

1. Memahami kosakata pada teks dalam Nihongo Kira Kira Menyimak (choukai) sesuai latihan yang ada buku Nihongo Kira Kira

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Jenis Penelitian

(34)

Jenis penelitian yang digunakandalam penelitian iniadalah deskriptif. Menurut Sutedi (2009:58) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena suatu yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual.Sugiyono (2009:63) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu strata, peristiwa pada masa sekarang (ketika penelitian sedang berjalan). Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan Kemampuan Menyimak dalam Nihongo Kira Kira Kelas XI IPS 6 SMA NEGERI 2 Bukittinggi Tahun Ajaran 2017/2018.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam statistika merujuk pada sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian. Menurut Creswell (2012:142), populasi adalah kelompok individu yang memiliki karakteristik yang sama atau relatif sebagai suatu kelompok besar dan kesatuan sampel yang hendak diteliti. Populasi dalam penelitian ini siswa-siswi kelas XI IPS 6 SMA Negeri 2 Bukiittinggi dengan jumlah siswa-siswi 32 orang.

(35)

sampling adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh penulis untuk memperoleh data.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Menurut Arikunto (2002:127), menyatakan bahwa tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan menyimak dalam Nihongo Kira Kira SMA Negeri 2 Bukittinggi sesuai dengan indikator yang dinilai.

Bahasa Jepang sesuai dengan indikator yang dinilai.

Adapun kisi-kisi tes kemampuan Menyimak dalam Nihongo Kira Kira berikut.

SK :Siswa-siswi mampu memahami pertanyaan teks bahasa Jepang menyimak Nihongo Kira Kira dengan baik.

KD :Siswa-siswi mampu memahami kosakata yang didengarkan yang terdapat di dalam Nihongo Kira Kira

Indikator :

1. Mampu memahami kosakata pada latihan menyimak dalam Nihongo Kira Kira

(36)

Materi:Nihongo Kira Kira Jilid II Bab 16 Tentang Shiroi Neko Ga Kaitaidesu.

Waktu :60 menit

Tabel 1

Kisi-kisi Tes Kemampuan Menyimak dalam Nihongo Kira Kira

No Indikator Bentuk

Objektif 16, 17, 18, 19, 20, 21

6 6

Jumlah 22 22

Sebelum test diberikan, tes diujicoba, lalu divalidasi untuk mengetahui tes yang digunakan mempunyai kesejahteraan dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan aspek-aspek yang dikehendaki (indikator).

(37)

pertimbangan (expert judgement) kepada dosen sebagai validator, karena dianggap sebagai orang yang ahli dalam bidangnya.

Selanjutnya, Reliabilitas instrumen untuk mengetahui konsistensi skor instrumen. Yusuf (2005:83) mengemukakan reliabilitas diartikan sebagai tingkat ketepatan, kesesuaian atau keterandalan. Instrumen yang dikatakan reliabilitas adalah apabila instrumen diuji cobakan kepada subjek yang sama secara berulang-ulang, maka hasilnya akan tetap sama, konsisten, stabil, atau relatif sama. Pada penelitian ini peneliti menggunakan realibilitas teknik KR-20. Sutedi (2009:223) menyatakan teknik KR-20 adalah reliabilitas soal dilakukan dengan

membandingkan skor setiap butir soal. Dengan rumus r= k k−1

(

st2

pq st2

)

Keterangan :

r : koefesien reliabilitas tes k : jumlah soal

p : proporsi jawaban benar

q : proporsi jawaban salah(q = 1-p) st2 : varians total

∑pq : jumlah dari hasil perkalian antara p dan q

Dari penghitungan reliabilitas didapatkan r = 0,71 Angka ini termasuk ke dalam kategori kuat, sehingga tes ini dapat digunakan sebagai intrumen penelitian.

D. Prosedur Penelitian

(38)

1. Tahap Persiapan

Padatahap ini, hal-hal yang dilakukanmeliputiobservasi, studipustaka, penyusunan proposal, penulisan instrumen dan validasi, serta penentuan kelas sebagai tempat penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilaksanakan tes kemampuan Menyimak dalam Nihongo Kira Kira Kelas XI IPS 6 SMA Negeri 2 Bukittinggi

3. Tahap Akhir

Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan hasil tes berdasarkan indikator yang diteliti, memberikan skor dan nilai, mengolah data dari sampel, menganalisis data dan menarik kesimpulan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. Pertama,memberikan soal tes objektif untuk mengetahui kemampuan Menyimak dalam Nihongo Kira Kira Kelas XI IPS 6 SMA Negeri 2 Bukittingi.Waktu yang diberikan untuk tes adalah 60 menit. Kedua, Siswa-siswi ditugasi menjawab tes yang disediakan. Ketiga, setelah siswa-siswi selesai menjawab sesuai dengan ketentuan waktu yang diberikan, lembar jawaban dikumpulkan dan dianalisis menggunakan kunci jawaban.

(39)

Teknik analisis data dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan Menyimak. Sugiyono (2013:147) mengemukakan bahwa analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data yaitu sebagai berikut.

Pertama, melakukan penilaian terhadap tes kemampuan Menyimak dalam Nihongo Kira Kira yang telah dilakukan siswa-siswi. Penilaian dilakukan dengan cara mencatat skor yang diperoleh siswa-siswi berdasarkan indikator yang dinilai dengan menggunakan rubrik penilaian kemampuan Menyimak.

Rubrik penilaian kemampuan Menyimak siswa-siswi adalah sebagai berikut.

Skor 1 : jika mahasiswa menjawab soal dengan jawaban yang benar Skor 0 : jika mahasiswa menjawab soal dengan jawaban yang salah

Kedua, mengolah skor menjadi nilai dengan rumus N = SMSI x S max

(40)

N = tingkat kemampuan

SM = skor yang diperoleh mahasiswa

SI = skor yang harus dicapai dalam suatu tes Smax = skala yang digunakan (100)

(Abdurrahman dan Ratna, 2003:264)

Ketiga,menghitung nilai rata-rata menggunakan rumus M=

FX

N .

Keterangan:

M = mean (nilai rata-rata hitung) ∑FX = jumlah nilai sampel

N = jumlahsampel

(Abdurrahman dan Ratna, 2003:270)

Keempat,mengklasifikasikan kemampuan Menyimak dalam Nihongo Kira Kira Kelas XI IPS 6 dengan menggunakan sebaran nilai berikut.

Tabel 3 Sebaran Nilai

No. Nilai Angka Nilai Mutu Angka Mutu Sebutan Mutu

1 85 s.d. 100 A 4,0 Dengan pujian

2 80 s.d. 84 A- 3,6 Sangat baik sekali

3 75 s.d. 79 B+ 3,3 Baik sekali

4 70 s.d. 74 B 3,0 Baik

5 65 s.d. 69 B- 2,6 Cukup baik

6 60 s.d. 64 C+ 2,3 Lebih dari cukup

(41)

8 50 s.d. 54 C- 1,6 Kurang cukup

9 40 s.d. 49 D 1,0 Kurang

10 39 E 0,0 Gagal

11 - T - Tertunda

Peraturan Akademik SMA NEGERI 2 BUKITTINGGI Kelima, membuat histogram kemampuan Menyimak (Choukai). Keenam, membahas hasil analisis.

Daftar Pustaka

Abdurrahman dan Ellya Ratna.2003.Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia.Buku Ajar. Padang: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBSS UNP.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Catur Ar Rosyidd,Septian. 2015.pengaruh kapasitas working memory

dengan kemampuan choukai. Skripsi pada FBS Universitas Negeri Semarang: Tidak Diterbitkan.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

(42)

Hatijah, Tiyah. 2013. Kemampuan Menyimak Bahasa Jepang Mahasiswa Tingkat III Tahun Ajatan 2012/2013 .Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Japan Foundation. 1995. Nihongo Nouryokushiken. JLPT .1999.Nihongo Nouryokushiken. JLPT

Muneo, Kimura. 1989. Nihongo Kyouhou Nyuumon. Jepang: Ofu. Nomasa, Wako. 1995. Nihongo Daijiten (edisi ke-2). Jepang: Kodansha. Ogawa, Yoshio. 1985. Nihongo Kyouiku Jiten. Tokyo: Taishuukanshoten.

Sudjianto.Metode Pengajaran Menyimak (Suatu Pengantar).Bandung: Tidak diterbitkan.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Widyahapsari, Tania. 2015. pengaruh penguasaan kosakata terhadap kemampuan menyimak bahasa jepang. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

http://Pengertian Kemampuan (Ability) Menurut Para Ahli.htm

(43)
(44)

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

State Institute of Islamic Studies (IAIN) of Tulungagung. Advisor: Dr.H Mashudi, M.Pd.I. Keywords : Effectiveness, Collaborative Writing Method, Teaching Writing, and Pre

Fungsi penting sebuah transistor adalah kemampuannya untuk menggunakan sinyal yang sangat kecil yang masuk dari satu terminal transistor tersebut untuk

Tegasnya, Syaykh Abd Aziz bin Abd Salam telah memberi suatu sumbangan yang besar terhadap metodologi pentafsiran kepada pengajian tafsir di Malaysia.. Sumbangan

Bahwa benar telah melakukan wawancara dengan narasumber guna memenuhi keabsahan hasil penelitian yang berjudul “Penulisan Notasi Terompet Pencak dalam Lagu

Dari beberapa pendapat konsep kualitas layanan tersebut, penulis berkesimpulan bahwa kualitas pelayanan dalam hubungan dengan penyelenggaraan diklat adalah suatu kegiatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Pemerintah Kabupaten Kendal dalam menyelenggarakan pendidikan non formal sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya

PPKA Bodogol atau yang dikenal dengan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol adalah sebuah lembaga konservasi alam di daerah Lido Sukabumi dan masih merupakan bagian dari

Dalam UU Wakaf, pasal 62 yang menjelaskan tentang penyelesaian sengketa mengenai wakaf, disebutkan apabila penyelesian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 1