• Tidak ada hasil yang ditemukan

T B.IND 1402468 Appendix

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T B.IND 1402468 Appendix"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERCERITA

DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN

BERBASIS KECERDASAN KINESTETIK

Sekolah : SMPN 1 Cikoneng

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VII/1

Pertemuan Ke- : 1 s.d. 4

Alokasi Waktu : 2 × 40 menit (4 x Pertemuan)

Standar Kompetensi : Berbicara

6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui

kegiatan bercerita.

Kompetensi Dasar : 6.1 Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat.

A. Indikator Pembelajaran

1. Bercerita dengan memperhatikan keruntutan pengungkapan.

2. Bercerita dengan memperhatikan kenyaringan volume suara.

3. Bercerita dengan memperhatikan ketepatan pelafalan.

4. Bercerita dengan memperhatikan ketepatan intonasi.

5. Bercerita dengan memperhatikan ketepatan gestur.

6. Bercerita dengan memperhatikan ketepatan mimik.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah memahami konsep bercerita yang dijelaskan oleh guru dan mendiskusikannya secara berkelompok diharapkan siswa mampu:

1. bercerita dengan memperhatikan keruntutan pengungkapan;

2. bercerita dengan memperhatikan kenyaringan volume suara;

3. bercerita dengan memperhatikan ketepatan pelafalan;

4. bercerita dengan memperhatikan ketepatan intonasi;

5. bercerita dengan memperhatikan ketepatan gestur;

(2)

C. Karakter Siswa yang Diharapkan

1. Keaktifan

2. Kesungguhan

3. Partisipasi

4. Keberanian

5. Percaya Diri

6. Kerjasama

D. Materi Ajar

1. Materi Pokok

a. Pengertian cerita dan bercerita

b. Langkah-langkah bercerita

c. Syarat-syarat bercerita yang baik

d. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam bercerita

2. Uraian Materi

a. Pengertian Cerita dan Bercerita

Cerita merupakan salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri. Akan menyenangkan bagi anak-anak maupun orang dewasa, jika pengarang, pendongeng, dan penyimaknya sama-sama baik. Cerita adalah salah satu karya sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar oleh orang yang tidak bisa membaca. Bercerita merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Artinya, dalam bercerita seseorang melibatkan pikiran, kesiapan mental, keberanian, perkataan yang jelas sehingga dapat dipahami oleh orang lain.

(3)

b. Langkah-langkah Bercerita

Bercerita membutuhkan strategi khusus. Pendongeng perlu menguasai langkah-langkah yang harus dilakukan dalam bercerita. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.

1) Membangun Suasana Dialogis

Membangun suasana dialogis yaitu membangun suasana yang menarik ketika bercerita sehingga pendengar tidak bosan mendengar cerita yang disampaikan, pendongeng harus mengajak pendengar seolah-oleh ikut andil dalam proses menyelesaikan penyampaian cerita.

2) Melibatkan Pendengar

Dalam bercerita pendongeng harus melibatkan pendengar, hal itu dimaksudkan supaya penyampaian cerita lebih menarik dan peristiwa mendongeng menjadi lebih hidup.

3) Tanggap terhadap Situasi dan Kondisi

Pendongeng harus cepat tanggap terhadap situasi dan kondisi, pendongeng harus peka terhadap situasi dan kondisi ketika kegiatan bercerita berlangsung. Misalnya apabila penonton banyak, maka pendongeng harus memaksimalkan atau mengeraskan suaranya agar terdengar dari berbagai sudut.

4) Mengakhiri dengan Membuat Penasaran

Ketika cerita akan berakhir, pendongeng harus membuat pendengar penasaran terhadap cerita yang disampaikan tetapi cerita tersebut harus disampaikan secara utuh. Pendongeng yang kreatif harus menimbulkan rasa ingin tahu pendengarnya sehingga pendengar ingin cerita tersebut dilanjutkan.

5) Memahami Pendengar

Pendongeng harus memahami kondisi pendengar, cerita yang disampaikan harus sesuai dengan kemampuan berfikir pendengar sehingga pesan yang disampaikan sesuai dengan kapasitas pendengar.

c. Syarat-syarat Bercerita yang Baik

(4)

1) Menguasai berbagai macam karakter

Pendongeng harus menguasai berbagai macam karakter ketika bercerita, dengan memunculkan berbagai macam karakter, cerita yang disampaikan akan terasa lebih hidup. Tokoh yang dimunculkan dalam cerita pasti berbeda misalnya ada seorang kakek yang sedang berbicara, pendongeng harus berbicara seolah-olah dia adalah kakek tersebut.

2) Konsentrasi

Ketika bercerita, pendongeng harus berkonsentrasi untuk memusatkan fikirannya pada materi yang disampaikan dan kemudian diarahkan kepada pendengar.

3) Bersikap rileks

Selain berkonsentrasi pendongeng juga harus bersikap rileks, dalam bercerita pendongeng jangan terlihat tegang dan dibuat-buat lakukan saja semuanya sesuai dengan dorongan dalam hati. Berdiri, duduk, dan melangkah dapat membuat rileks, ekspresi dan gerakan yang muncul adalah dorongan dari dalam jadi tidak terlihat kaku.

4) Membangun suasana akrab

Pendongeng harus membangun suasana yang akrab misalnya membangun kontak dengan pendengar. Tersenyum sesekali bisa dijadikan interaksi dengan pendengar. Ketika sudah menemukan posisi yang tepat, tenangkan diri sejenak, tebarkan senyum dan pandanglah pendengar. Dengan paras yang bersahabat, tenang, dan menghibur akan membuat pendengar tertarik mendengar cerita.

5) Teknik muncul

Pendongeng juga bisa melakukan teknik muncul ketika membuka cerita dengan kalimat yang bervariasi. Jika setiap pembukaan selalu dengan kalimat “Pada suatu hari”, maka pembukaan tersebut tidak akan menarik minat pendengar untuk mengikuti lanjutan ceritanya. Beberapa teknik pembukaan untuk mendongeng adalah menyanyi, menangis, tertawa, dan lain sebagainya.

d. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Bercerita

Damani (2012, hlm. 6) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang dapat membantu anak untuk membangun konsep pemahaman, empati terhadap tokoh cerita, atau keterlibatan terhadap cerita yaitu sebagai berikut:

a. gestur; mimik muka, gerak tangan, dan bahasa tubuh orang dewasa

(5)

b. intonasi; irama, tempo, dan jeda, volume, yang menggambarkan karakter dan tokoh, juga muatan emosi dalam cerita (apakah cerita tersebut sedih, gembira, atau menegangkan);

c. komentar sisipan penutur saat cerita dibacakan membantu pemahaman

anak dan mengembangkan emosinya.

Damani (2012, hlm. 14) menjelaskan bahwa “inti dari mendongeng adalah sejauh mana Anda bisa memodifikasi sebuah cerita dengan intonasi, gestur, dan dramatisasi untuk memikat pendengar”.

E. Metode Pembelajaran

Model : Kooperatif

Teknik : Bercerita Berpasangan berbasis Kecerdasan Kinestetik

Media : Video Becerita

F. Langkah-langkah Pembelajaran

Sintaks Langkah-langkah

Model Kooperatif Kegiatan Pembelajaran Waktu

Kegiatan

1. Guru memberikan salam dan

pertanyaan berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.

2. Guru menyampaikan

kompetensi dasar, tujuan, dan manfaat yang akan diperoleh siswa dalam pembelajaran bercerita.

3. Guru memberi memotivasi pada

siswa secara komunikatif tentang manfaat mempelajari kegiatan bercerita.

4. Guru bertanya kepada siswa

mengenai cerita dan kegiatan bercerita.

5. Siswa memberikan ulasan

mengenai berbagai bentuk cerita yang telah diketahuinya.

6. Guru mempersiapkan beberapa

bentuk cerita untuk menstimulus pemikiran siswa.

7. Guru dan siswa bediskusi

mengenai pembelajaran

8. Guru menyiapkan video

(6)

Mengorganisasikan Siswa ke dalam

Kelompok-kelompok Belajar

9. Siswa membentuk kelompok

secara berpasangan atau masing-masing kelompok terdiri atas dua orang.

Membimbing Kelompok Bekerja

dan Belajar

10.Siswa memperhatikan dan

mencermati video bercerita yang ditayangkan guru.

11.Siswa dibimbing guru untuk

melakukan tanya jawab seputar video bercerita yang

ditayangkan.

12.Siswa dibimbing guru untuk

berlatih tentang pelafalan dan intonasi dalam bercerita.

13.Secara berkelompok siswa

berlatih cara meniru berbagai suara, gestur, dan ekspresi atau mimik dengan memanfaatkan potensi gerak tubuh meraka.

14.Guru mempersilakan siswa yang

ingin menunjukkan hasil latihannya di depan kelas

15.Siswa lain diarahkan untuk

memperhatikan.

16.Guru membagi cerita yang akan

diberikan kepada siswa menjadi dua bagian.

17.Siswa membaca cerita yang

diberikan guru sesuai dengan bagian masing-masing.

18.Siswa mencatat dan mendaftar

pokok cerita yang ada dalam bagian masing-masing.

19.Siswa saling menukar pokok

cerita dengan pasangan masing-masing.

20.Sambil mengingat-ingat bagian

yang dibaca masing-masing siswa berusaha mengarang bagian lain yang belum diaca.

21.Versi karangan masing-masing

siswa tidak harus sama dengan bahan sebenarnya.

22.Sebagai latihan, guru

mempersilakan beberapa siswa untuk bercerita secara

berkelompok di depan kelas.

23.Kelompok lain mengamati

(7)

kemudian mencatat kelebihan dan kekurangan kelompok yang sedang bercerita.

Evaluasi

24.Guru memulai evaluasi untuk

melihat sejauh mana

pemahaman dan keterampilan siswa.

25.Secara individu siswa bercerita

di depan kelas.

26.Setiap siswa diberi waktu

kurang lebih 3 menit untuk bercerita.

27.Siswa lain menilai kegiatan

bercerita siswa yang sedang tampil pada lembar yang sudah disediakan oleh peneliti.

Kegiatan Akhir

Memberikan Penghargaan

1. Guru mengobservasi setiap

kelompok yang dirancang.

2. Guru memeriksa hasil kerja

siswa secara individu dan kelompok.

10

3. Guru memberikan penguatan

dan merefleksi pembelajaran yang telah berlangsung.

4. Siswa diberi kesempatan

bertanya atau mengungkapkan pengalaman ketika mengikuti proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

5. Guru menyampaikan rencana

pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

G. Media dan Sumber Pembelajaran

1. Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTS Kelas VII

2. Buku Cerita

3. Video Bercerita

Suryono, Bimo. (2014). Dongeng islami untuk anak, dokter yang baik hati.

[Online]. Diakses dari: https://www.youtube.com/watch?v=xNvuhzhdNms.

Suryono, Bimo. (2014). Anak Desa dan Anak Kota. [Online]. Diakses dari:

https://www.youtube.com/watch?v=92fohtofyA8. H. Penilaian

(8)

2. Bentuk : Unjuk Kerja

3. Pedoman Penilaian Keterampilan Bercerita

Pedoman Penilaian Kemampuan Bercerita

Komponen yang Dinilai Skala yang Dinilai Bobot Skor

1 2 3 4 5

1. Hubungan Isi dengan Topik 3

2. Struktur Isi Cerita 2

3. Pengembangan Isi Cerita 1

4. Kualitas Isi Cerita 1

Penampilan

1. Gestur dan Mimik 2

2. Hubungan dengan Pendengar 2

3. Volume Suara 1

4. Jalannya Cerita 2

Jumlah 20

Sumber: Hidayat, Kosadi dkk. (1994)

Rubrik Penilaian Kemampuan Bercerita

No .

Aspek yang

Dinilai Keterangan Skor

1. Pelafalan dan

Intonasi

Sangat Baik, pelafalan sangat jelas tanpa adanya pengaruh bahasa daerah atau asing dan intonasi sangat tepat.

5

Baik, pelafalan jelas tanpa adanya pengaruh

bahasa daerah dan intonasi mendekati sempurna atau mendekati sangat tepat.

4

Sangat Kurang, pelafalan tidak jelas banyak terpengaruh bahasa daerah atau asing dan intonasi tidak tepat.

1

2. Pilihan Kata Sangat Baik, penggunaan kata-kata dan

istilah sesuai dengan situasi, kondisi, dan status pendengar, terdapat variasi dalam pemilihan kata.

5

(9)

dengan situasi, kondisi, dan status pendengar, kurang terdapat variasi dalam pemilihan kata. Cukup, penggunaan kata-kata dan istilah sesuai dengan situasi, kondisi, dan status pendengar, tidak terdapat variasi dalam pemilihan kata.

3

Kurang, penggunaan kata-kata dan istilah kurang sesuai dengan situasi, kondisi, dan status pendengar, tidak terdapat variasi dalam pemilihan kata.

2

Sangat Kurang, penggunaan kata-kata dan istilah tidak sesuai dengan situasi, kondisi, dan status pendengar, tidak terdapat variasi dalam pemilihan kata

1

3. Struktur

Bahasa

Sangat Baik, sangat cermat, tidak ada penyimpangan dari kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.

5

Baik, pada umumnya sudah cermat, tidak

ditemukan penyimpangan yang dapat

dianggap merusak kaidah bahasa Indonesia.

4

Cukup, ada beberapa kesalahan atau penyimpangan, tetapi tidak terlalu merusak bahasa Indonesia.

3

Kurang, terdapat cukup banyak kesalahan yang dianggap merusak bahasa Indonesia.

2 Sangat Kurang, struktur bahasa Indonesia

kacau, mencerminkan ketidakpedulian.

serasi tetapi ada beberapa gangguan.

4 Cukup, gaya bahasanya cukup baik meskipun masih ada beberapa hal yang kurang cocok.

3 topik dan benar-benar mewakili topik.

5

Baik, ada sedikit hal yang kurang cocok

antara isi cerita dengan topik tetapi bukan hal yang penting.

4

Cukup, ditemukan hal yang kurang cocok antara isi cerita dengan topik tetapi secara umum masih cukup baik dan lumayan.

3

Kurang, lebih banyak ditemukan hal-hal yang tidak cocok sehingga ada kesan antara

(10)

isi dengan topik kurang cocok.

Sangat Kurang, benar-benar dirasakan hampir tidak ada hubungan antara isi cerita dengan topik, banyak sekali penyimpangan isi dari topik.

1

6. Struktur Isi

Cerita

Sangat Baik, bagian-bagian cerita tersusun

sangat lengkap yaitu terdapat tahap

perkenalan, tahap permasalahan, tahap

puncak permasalahan, tahap pelarian dan tahap penyelesaian.

5

Baik, bagian-bagian cerita tersusun lengkap

yaitu terdapat tahap perkenalan, tahap permasalahan, tahap pelarian dan tahap penyelesaian.

4

Cukup, bagian-bagian cerita tersusun cukup lengkap yaitu terdapat tahap perkenalan, tahap permasalahan, dan tahap penyelesaian.

3

Kurang, bagian-bagian cerita tidak tersusun lengkap hanya ada 2 tahap saja.

2 Sangat Kurang, bagian-bagian cerita tidak

teratur dan kacau.

1

7. Pengembangan

Ide cerita

Sangat Baik, pengembangan ide dalam bercerita sangat kreatif (terdapat latar tempat, waktu, dan penambahan dialog antar tokoh pada cerita).

5

Baik, pengembangan ide dalam bercerita

kreatif (terdapat latar tempat, waktu, dan menambahkan dialog antar tokoh pada cerita).

4

Cukup, pengembangan ide dalam bercerita cukup kreatif (tidak terdapat latar tempat, waktu, namun menambahkan dialog antar tokoh pada cerita).

3

Kurang, pengembangan ide dalam bercerita kurang kreatif (terdapat latar tempat, waktu, namun tidak menambahkan dialog antar tokoh pada cerita).

2

Sangat Kurang, pengembangan ide dalam bercerita tidak kreatif (tidak terdapat latar tempat, waktu, dan tidak menambahkan dialog antar tokoh pada cerita).

1

8. Kualitas Isi

Cerita

Sangat Baik, isi cerita sangat bermakna, mudah dipahami, dan alur terkonsep dengan jelas.

5 dipahami alur terkonsep dengan cukup jelas.

(11)

dipahami tetapi alur cerita kurang terkonsep. Sangat Kurang, isi cerita tidak sesuai, sulit dipahami, alur tidak

terkonsep dengan sangat jelas.

1

9. Gestur dan

Mimik

Sangat Baik, gestur dan mimik tepat serta sangat serasi dengan isi cerita, tingkah laku wajar, tenang dan tidak grogi.

5

Baik, gestur dan mimik tepat serta sangat

serasi dengan isi cerita, tingkah laku sesekali tidak wajar, tenang dan tidak grogi.

4

Cukup, gestur dan mimik cukup serasi dengan isi cerita, tingkah laku masih cukup wajar walaupun ditemukan beberapa kali tidak wajar, cukup tenang dan sedikit grogi.

3

Kurang, gestur dan mimik kurang tepat dengan isi cerita, kurang tenang dan grogi.

2 Sangat Kurang, gestur dan mimik tidak

ditampilkan sehingga mengurangi daya tarik bercerita, kurang tenang dan grogi.

1

10. Hubungan dengan Pendengar

Sangat Baik, seluruh perhatian pendengar benar-benar tertuju pada pencerita.

5

Baik, sedikit sekali pendengar yang kurang

memperhatikan karena kurang tertarik

mengikuti alur ceritanya.

4

Cukup, pendengar cukup tertarik tetapi tidak begitu antusias.

3 Kurang, pencerita kurang mampu menarik

perhatian pendengar.

2 Sangat Kurang, pencerita gagal menarik perhatian pendengar. Kegiatan bercerita berlangsung seperti tanpa pendengar.

1 masih banyak perlu penyesuaian.

3 Kurang, volume suara kurang jelas, pencerita

tidak tahu bagaimana harus mengatur suaranya.

2

Sangat Kurang, volume suara terlalu lemah dan tidak jelas sehingga sulit untuk mengikuti alur ceritanya karena tidak ada penyesuaian suara.

1

(12)

Bercerita tidak ada hambatan.

Baik, bercerita lancar hanya ada beberapa

gangguan yang tidak berarti.

4 Cukup, bercerita cukup lancar walaupun ada gangguan.

3 Kurang, bercerita kurang lancar dan agak

sering berhenti.

2 Sangat Kurang, bercerita tidak lancar

banyak diam dan gugup.

1

(13)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMP NEGERI 1 CIKONENG

Sekolah : SMPN 1 Cikoneng/Ciamis

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VII/1

Pertemuan Ke- : 1 s.d. 3

Alokasi Waktu : 6 × 40 menit (3× Pertemuan)

Standar Kompetensi : Berbicara

6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita.

Kompetensi Dasar : 6.1 Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat.

A. Tujuan Pembelajaran

Pertemuan Pertama

 Peserta didik mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal,

intonasi, gestur, dan mimik yang tepat Pertemuan Kedua

 Peserta didik berlaih cara bercerita yang baik sesuai dengan pelafalan

intonasi, gestur, dan mimik yang tepat Pertemuan Ketiga

 Peserta didik dapat bercerita menarik

B. Karakter siswa yang diharapkan:

1. Dapat dipercaya

2. Rasa hormat dan perhatian

3. Tekun

4. Tanggung jawab

5. Berani

6. Ketulusan

C. Materi Ajar

(14)

D. Metode Pembelajaran

1. Pemodelan

2. Tanya jawab

3. Inkuiri

4. Demonstrasi

E. Langkah-langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal

Apersepsi:

a. Peserta didik secara berkelompok menentukan cerita yang menarik

berdasarkan persediaan buku di perpustakaan Motivasi:

b. Peserta didik dan guru melakukan tanya jawab tentang cerita yang

menarik 2. Kegiatan Inti

Eksplorasi:

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

a. mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi,

gestur, dan mimik yang tepat;

b. melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam

tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan

prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

c. menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media

pembelajaran, dan sumber belajar lain;

d. memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik antara peserta

didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya;

e. melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran; dan

f. memfasilitasi peserta didik mampu bercerita dengan urutan yang baik,

suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat. Elaborasi:

(15)

a. guru memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

b. guru memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis,

menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa takut;

c. guru memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan

kolaboratif;

d. peserta didik membaca cerita;

e. peserta didik memilih cerita yang menarik;

f. peserta didik secara berkelompok menentukan pokok-pokok cerita;

g. peserta didik secara berkelompok merangkai pokok-pokok cerita

menjadi urutan cerita yang baik dan menarik;

h. guru memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk

meningkatkan prestasi belajar;

i. guru memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang

dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;

j. guru memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja

individual maupun kelompok;

k. guru memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,

festival, serta produk yang dihasilkan;

l. guru memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang

menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. Konfirmasi:

Dalam kegiatan konfirmasi:

a. guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk

lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik;

b. guru memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi

peserta didik melalui berbagai sumber;

c. guru memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk

(16)

d. guru memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar sebagai berikut.

1) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab

pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar.

2) Membantu menyelesaikan masalah.

3) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan

hasil eksplorasi.

4) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh.

5) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau

belum berpartisipasi aktif. 3. Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan penutup:

a. guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat

rangkuman atau simpulan pelajaran;

b. guru melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

c. guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil

pembelajaran;

d. guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remidi, program pengayaan, layanan konseling atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

e. guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya;

f. peserta didik mendapat tugas untuk berlatih bercerita.

F. Media Pembelajaran

1. Perpustakaan

2. Buku-buku yang berisi cerita

3. Buku teks

(17)

G. Penilaian cerita yang baik dan menarik Tentukan pokok-pokok cerita yang terdapat dalam cerita ini!

No Kegiatan Skor

1.

2.

Peserta didik dapat menentukan unsur instrinsik cerita:

a. Tokoh utama dalam cerita.

b. Watak tokoh utama.

c. Tokoh antagonis dalam cerita.

d. Watak tokih utama pendukung.

e. Alur cerita.

f. Setting cerita dan tempat.

Rangkailah pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita:

a. Peserta didik dapat merangkaikan pokok-pokok

cerita menjadi urutan cerita yang baik dan menarik.

b. Peserta didik dapat merangkaikan dengan bahasa

yang menarik tetapi urutannya kurang baik.

c. Peserta didik dapat merangkaikan cerita tetapi

urutannya kurang baik dan bahasanya kurang

(18)

menarik.

d. Peserta didik dapat merangkaikan cerita tetapi

tidak lengkap.

e. Peserta didik tidak mengerjakan.

2

(19)

Kejujuran Seorang Pedagang

Pada zaman dahulu ada seorang pedagang perhiasan bernama Yunus bin Ubaid. Pada suatu hari, Yunus bin Ubaid, menyuruh saudaranya menjaga kedainya karena ia akan mengerjakan sholat. Ketika itu datanglah seorang Baduy yang hendak membeli perhiasan di toko itu. Maka terjadilah transaksi jual beli antara orang Baduy itu dengan penjaga toko, saudara Yunus. Satu perhiasan permata yang hendak dibeli harganya empat ratus dirham. Sebenarnya Yunus telah memberitahu saudaranya bahwa perhiasan itu harganya dua ratus dirham. Perhiasan tersebut akhimya dibeli oleh orang Baduy itu dengan harga empat ratus dirham.

Ditengah jalan, orang baduy itu bertemu dengan Yunus bin Ubaid. Yunus bin Ubaid mengenali perhiasan yang dibawa oleh si Baduy itu, dan tahu barang itu dibeli dari tokonya.

"Berapakah harga perhiasan ini kamu beli?" tanya Yunus kepada orang Baduy.

“Empat ratus dirham." jawab orang Baduy.

"Tetapi harga sebenarnya cuma dua ratus dirham. Mari kembali ke toko saya. Agar dapat kukembalikan uang kelebihannya kepada saudara." kata Yunus lagi.

"Biarlah, tidak perlu. Aku telah merasa senang dan beruntung dengan harga yang empat ratus dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling murah lima ratus dirham." bilang si Baduy.

Tetapi Yunus itu tidak membiarkan orang Baduy itu pergi. Didesaknya lagi agar orang Baduy itu kembali ke tokonya dan akan dikembalikan kelebihannya. Namun si Baduy itu tetap tak mau.

"Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan harga dua kali lipat?" Yunus berkata dengan marah kepada saudaranya ketika orang Baduy itu telah pergi.

"Tetapi dia sendiri yang mau membelinya dengan harga empat ratus dirham." saudaranya mencoba menjelaskan bahwa dirinya dipihak yang benar.

"Ya, tetapi di atas pundak kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan saudara kita seperti memperlakukan diri kita sendiri," kata Yunus lagi.

(20)

Ayam Jago Yang Sombong

Di sebuah peternakan, tinggalah dua ekor ayam jantan. Mereka menjadi pejantan untuk semua ayam betina yang ada di peternakan itu. Tapi sayangnya, ayam jantan yang satunya selalu bersikap serakah. Dia ingin menjadi satu-satunya yang menguasai daerah itu. Sedangkan ayam jantan yang ke dua bersikap lebih sabar. Walaupun dia sering di hina, di caci, dan di perlakukan dengan semena-mena oleh ayam jantan yang satunya, dia tak mudah terpancing.

Hingga pada suatu hari, terjadilah sebuah kejadian yang luar biasa. Ketika sedang asik mencari makan di pekarangan peternakan, tiba-tiba ayam jantan kedua di terjang oleh ayam jantan serakah yang pertama. Untuk membela diri, ayam jantan kedua pun mencoba malakukan perlawanan sekuat tenaga. Tapi karena sifatnya yang cinta damai dan tak suka berkelahi, ahirnya dia pun lari untuk mengalah dan bersembunyi di balik tumpukan jerami.

Melihat lawannya berlari, ayam jantan yang sombong tersebut merasa sangat puas. Apalagi mereka dilihat oleh ayam betina yang dari tadi mencari makan di sekitar mereka. Hal tersebut membuat ayam jantan yang sombong itu menjadi besar kepala dan semakin membanggakan dirinya.

“Tak ada yang bisa mengalahkan aku di sini. Aku adalah ayam terkuat yang patut menguasai dan menjadi raja di sini..cukkurukuuukkk..” katanya sambil berkokok.

Tak puas hanya dengan hal itu, dia berniat mengumumkan kemenanganya agar di ketahui oleh seuruh penghuni peternakan. Dengan sombongnya dia mengepakan sayap dan melompat ke atap. Dari atap peternakan, dia berteriak-teriak menyombongkan diri dan menantang siapa saja yang berani melawanya. Sifat sombong telah membuat dia lupa, bahwa di atas langit masih ada langit. Ternyata secara tak sengaja, ada seekor elang yang sedang mencari mangsa lewat di atas peternakan itu.

Melihat si ayam jago yang berteriak-teriak sombong di atas atap, memberi kesempatan untuk si elang menyambar dan membawa ayam jago itu ke sarangnya menjadi santapan anak-anaknya yang tengah lapar. Berakhir sudah riwayat ayam jago yang sombong itu. Sedangkan ayam jago yang satunya kini menjadi ayam jago tunggal yang menguasai daerah peternakan. Sifatnya yang suka mengalah dan cinta damai, ternyata mampu menyelamatkan dia dari bahaya. Dan mendapat kedudukan yang sebelumya tak pernah dia bayangkan. Dan itu adalah balasan bagi orang-orang yang mau bersabar.

(21)

Burung Elang Dan Burung Gagak

Pada suatu hari, ada seekor burung gagak yang sangat sombong. Dia selalu menyombongkan diri akan kekuatanya pada seluruh penghuni hutan. Karena warna tubuh dan suaranya yang menyeramkan, tak ada penghuni hutan yang berani denganya. Dengan bebasnya burung gagak itu menyombongkan diri, bahwa tak ada yang lebih kuat melebihi dirinya. Tanpa sengaja, ada seekor burung elang yang tengah lewat di area hutan itu. Burung elang tersebut tinggal di kawasan gunung di tebing-tebing lembah. Secara tak sengaja waktu lewat kawasan hutan itu, dia mendengar burung gagak yang sedang menyombongkan diri.

Burung elang pun kemudian turun menghampiri burung gagak.

“Apakah benar engkau sehebat itu kawanku?”. Tannya burung elang

merendah.

“Oh, tentu saja benar. Aku adalah mahluk terkuat di sini dan tak ada yang

mampu menandingi kekuatan ku. Lalu, siapa kau ini?” Kata si gagak.

“Aku adalah elang, rumahku ada di tebing di lembah gunung. Tadi tak sengaja aku lewat sini. Kalau kau memang sekuat kata-katamu, maukah kau

berlomba dengan ku?”. Tanya burung elang lagi.

“Tentu saja, apa yang harus aku takutkan?”. Kata gagak.

“Kalau begitu, ayo ikut aku. Jika kau dapat melakukan seperti apa yang ku lakukan, maka kau memang kuat seperti ucapan mu. Dan aku akan melayani mu sepanjang hidup ku”. Kata burung elang kemudian terbang. Mendengar perkataan elang itu, si gagak menjadi merasa tertantang. Sifat sombongnya telah menutupi akalnya untuk berfikir. Padahal dia belum tahu apa yang akan di lakukan elang untuk dia tiru.

(22)

Keluargaku

Zaki dan Fatimah sore itu menunggu kakeknya datang dari desa.

“Kak, sudah 4 jam kita menunggu kakek dan nenek di serambi ini, tapi

kakek dan nenek belum datang juga ya. Aku khawatir terjadi apa-apa di jalan”.

“Sssst, jangan berkata begitu, itu akan menambah kakak juga khawatir lho”.

“Iya, kita berdoa saja ya mudah-mudahan tidak ada apa-apa”. “Naaah, itu lebih baik”.

“Terus bagaimana?”

“Daripada menunggu lama-lama, dan tidak ada kerjaan yuuk kita bersihkan kamar, bersihkan halaman, supaya nanti kakek lihat senang karena tempatnya bersih dan sehat, bukankah kakek nenek suka kebersihan dan kesehatan?”

“Benaaar ya... pantaaas mereka sehat-sehat meskipun sudah tuaa. Iya kan kaa?” kejauhan terdengar suara sepeda motor yang semakin mendekat.

“Siapa yaa?” (Berbunyi suara motor) “Haaah,, kakak ayah pulang”

“Ayaaah,, pulaaaang” “Ayaaaaaah”

Fatimah pun berlari menuju pintu dan membuka pintu. (Suara membuka pintu)

“Ayaaah aku sudah menunggu lama Yah...”

Kemudian Fatimah pun mendekati ayahnya dan segera mencium tangannya.

“Bagaimana kabarmu?” “Baik yah”.

“Kakek sudah datang?”

“Belum Yah,, itu yang buat kami khawatir” “Mana kakak kamu?”

“Itu Yah,, Kak dipanggil ayah”.

“Iya Yah kakek belum datang juga, kami sudah lam menunggu”.

Tak berapa lama kemudian tampak dari kejauhan sebuah becak berjalan dengan sangat pelan, siapa penumpangnya. Oooh rupanya merekalah kakek dan nenek Zaki dan Fatimah.

“Hmmm, lambat sekali tukang bejak ini. Cepatlah tukang becak, jangan

lama-lama, kangen sama cucuku”.

(23)

“Fatimaaaaah, Zakii,,, kakek datang”

“Cucuku Zaki,, nenek kangen, ini nenek bawakan oleh-oleh pepes mujair kesukaanmu kan”

“Neneek,, alhamdulillah sampai juga ya nek”

“Iya nak kita kumpul dengan cucu kesayangan kakek dan nenek”.

(24)

Si Pelit

Seorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang. Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga ada seorang pencuri yang mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si pelit itu. Suatu malam, secara diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi.

Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia meraung-raung sambil menarik-narik rambutnya. Seorang pengembara lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa yang terjadi.

"Emasku! oh.. emasku!" kata si pelit, "seseorang telah merampok emas saya!"

"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"

"Membeli sesuatu?" teriak si pelit dengan marah.

"Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah.

Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.

"Kalau begitu," katanya lagi, "Tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"

(25)

Kucing Dan Tikus Tua Yang Berpengalaman

Di suatu masa, ada seekor kucing yang sangat awas dan sigap sehingga tikus-tikus takut memperlihatkan dirinya karena takut dimangsa oleh sang kucing. Kucing tersebut selalu siap-siaga dengan cakarnya, siap untuk menerkam. Akhirnya tikus-tikus tersebut tidak berani berkeliaran terlalu jauh dari sarang mereka, sehingga sang kucing harus menggunakan akalnya untuk menangkap mereka. Suatu hari sang kucing naik ke atas rak, menggantungkan dirinya dengan satu kakinya pada tali, dengan kepala menghadap ke bawah, seolah-olah telah meninggal.

Saat tikus-tikus melihat posisi kucing seperti itu, mereka menyangka bahwa sang kucing di gantung seperti itu karena melakukan kesalahan. Dengan hati-hati, mereka mengeluarkan kepala mereka dari sarang dan mengendus-endus kesana-kemari. Karena tidak terjadi apa, mereka akhirnya melompat keluar dari sarang dan menari-nari dengan gembira untuk merayakan kebebasan mereka.

Saat itulah sang kucing tiba-tiba melepaskan pegangannya pada tali, dan sebelum tikus-tikus tersebut tersadar dari rasa terkejut mereka, sang kucing telah menangkap tiga sampai empat ekor tikus.

Sekarang tikus-tikus makin berhati-hati. Tetapi sang kucing yang selalu ingin menangkap tikus, membuat tipuan yang lain. Mengguling-gulingkan tubuhnya ke tempat terigu hingga tubuhnya tertutup sepenuhnya oleh terigu, lalu sang kucing berbaring diam-diam dengan satu mata terbuka.

Yakin bahwa keadaan aman, tikus-tikus mulai keluar kembali dari sarang. Saat sang kucing yang berbaring diam, telah siap-siap untuk menerkam tikus-tikus tersebut, seekor tikus tua yang berpengalaman dengan tipuan sang Kucing, dan pernah kehilangan ekornya akibat kecerobohannya di masa muda, berdiri sambil menjaga jarak di dekat sarang mereka.

"Hati-hati!" teriaknya.

"Mungkin terigu itu kelihatan seperti tumpukan makanan yang lezat, tetapi sepertinya itu adalah tipuan dari sang kucing. Apapun itu, lebih baik kalian semua berhati-hati dan menjaga jarak yang aman."

(26)

Tiga Buah Cermin

Alkisah tiga buah cermin yang bertemu dalam suatu etalase perabot rumah tangga. Mereka bernama cermin datar, cermin cembung dan cermin cekung. Masing-masing cermin saling membanggakan diri mereka masing-masing.

Cermin cekung, “Ah apa sih kelebihanmu kok kamu beraninya masuk ke

etalase ini”.

Cermin cembung, “Saya sih akan membuat senang karena setiap orang

yang memandangku akan terlihat jelas, yang kecil-kecil jadi tampak nyata”.

Cermin cekung, “Kalau saya sangat menyenangkan bagi orang-orang yang

gemuk karena mereka yang memakaiku pasti akan terlihat langsing”.

Cermin datar yang sejak tadi diam saja akhirnya ikut dalam perbincangan.

Cermin datar, “Ah kalian mengapa tidak memberikan informasi yang

sejujurnya saja, bukankah cermin itu sangat bermanfaat sekali bila informasi yang diberikan jujur dan tidak mengada-ada, kalau gemuk ya gemuk, kurus ya kurus jangan kurus jadi gemuk atau sebaliknya”.

Cermin cembung, “Ah kau datar, kamu ngomong begitu kan memang

bisanya begitu tidak mempunyai kelebihan apa-apa”.

Cermin cekung, “Iya, paling datar ini memang tidak suka aneh-aneh

karena penggemarnya hanya memakai untuk hiasan saja bukan sesuatu yang berjasa, jadi harganya murah”.

Cermin cembung, “Coba lihat saya, banyak sekali yang membutuhkan,

terutama pengusaha retail dan orang-orang perumahan. Kalau tidak ada saya, mereka pasti banyak kecurian barang, karena tidak adanya alat untuk memantau seperti saya”.

Tiba-tiba seorang anak kecil masuk mengikuti kedua orang tuanya yang sedang berbelanja dengan setengah berlari tanpa sengaja menabrak Cermin Cembung.

Prakkkk.

Cermin cembung yang sombong itu pecah, berkeping-keping.

Cermin datar, “Ah cembung yang malang mengapa juga harus sombong.

Toh kita cuma cermin yang setiap saat bisa pecah dan menjadi barang yang tidak berguna”.

(27)

Keledai Pembawa Garam

Pada suatu hari di musim panas, tampak seekor keledai berjalan di pegunungan. Keledai itu membawa beberapa karung berisi garam di punggungnya. Karung itu sangat berat, sementara matahari bersinar dengan teriknya.

“Aduh panas sekali. Sepertinya aku sudah tidak kuat berjalan lagi,” kata keledai. Di depan sana, tampak sebuah sungai. “Ah, ada sungai! Lebih baik aku

berhenti sebentar,” kata keledai dengan gembira.

Tanpa berpikir panjang, ia masuk ke dalam sungai dan byuur! Keledai itu terpeleset dan tercebur. Ia berusaha untuk berdiri kembali, tetapi tidak berhasil. Lama sekali keledai berusaha untuk berdiri. Anehnya, semakin lama berada di dalam air, ia merasakan beban di punggungnya semakin ringan. Akhirnya keledai itu bisa berdiri lagi.

“Ya ampun, garamnya habis!” kata tuannya dengan marah. “Oh, maaf! garamnya larut di dalam air ya?” kata keledai.

Beberapa hari kemudian, keledai mendapat tugas lagi untuk membawa garam. Seperti biasa, ia harus berjalan melewati pegunungan bersama tuannya.

“Tak lama lagi akan ada sungai di depan sana,” kata keledai dalam hati.

Ketika berjalan menyeberangi sungai, keledai menjatuhkan dirinya dengan sengaja. Byuuur!. Tentu saja garam yang ada di punggungnya menjadi larut di dalam air. Bebannya menjadi ringan.

“Asyik! Jadi ringan!” kata keledai ringan. Namun, mengetahui keledai

melakukan hal itu dengan sengaja, tuannya menjadi marah.

“Dasar keledai malas!” kata tuannya dengan geram.

Keesokan harinya, keledai mendapat tugas membawa kapas. Sekali lagi, ia berjalan bersama tuannya melewati pegunungan. Ketika sampai di sungai, lagi-lagi keledai menjatuhkan diri dengan sengaja.

Byuuur!. Namun apa yang terjadi? Muatannya menjadi berat sekali. Rupanya kapas itu menyerap air dan menjadi seberat batu. Mau tidak mau, keledai harus terus berjalan dengan beban yang ada dipunggungnya. Keledai berjalan sempoyongan di bawah terik matahari sambil membawa beban berat dipunggungnya.

(28)

Anak Desa Dan Anak Kota

Fatoni anak baru di kampung itu. Saat ia berjalan dan berjumpa dengan anak-anak kampung. Anak-anak itu mengatakan.

“Haaai anak kampung, haii anak udik, anak desaaa”

Fatoni sangat tersinggung tapi dia tetap melanjutkan perjalannya ke rumah Umayah.

“Assalamualaikum.. Tok, tok, tok” “Waalaikumsalam.. tunggu yah” (Suara pintu terbuka)

“Siapa kamu, dan ada apa?”

“Namaku Fatoni, aku anak yang tinggal di rumah sana yang paling baru itu”

“Ooh jadi rumah baru itu rumah mu yah?”

“Iya... tujuanku kesini mau berkunjung silaturahim” “Oh berkunjung ya?, Mmmm silahkan masuk teman”

Lalu ia duduk di kursi, setelah Umayah mempersilahkannya masuk rumah. “Aku bernama Umayah, aku tinggal bersama orang tuaku dan kakaku Imam, tapi siapa nama kamu?”

“Namaku Ahmad Fatoni” “Fatoni, darimana asalmu?”

“Rumahku dari desa, aku diutus ayahku ke kota untuk sekolah belajar ilmu pertanian, agar suatu hari nanti semakin maju. Begitu ceritanya”.

“Mmmm,, aku heran ya di kota ini” “Kenapa?”

“Mobil-mobil padat dijalanan dan terkadang macet membuat ku terlambat ke sekolah”

“ Ini kan di kota Fatoni, jadi sering macet”

“Fatoni,, kalau di desamu apa sih pekerjaan orang dewasa?” “Biasanya mereka bertani atau beternak,,, hehehehe”

“Kalau disini, kebanyakan orang-orang menjadi pengusaha, buruh, atau

pegawai”

“Petani jarang yah”

“Yaa jarang, makanya lihat disini sudah tidak ada sawah lagi iya kan?” “Oooh iya... tetapi disini aku sering sedih”

“Kenapa sedih?”

“Anak-anak kota sering mengatakanku anak udik dan kampung. Padahal

aku tahu orang-orang desa itu sangat banyak jasanya bagi orang kota”

“Maksudmu?”

“Hehehe..Maaf ya,, bukankah yang menyediakan nasi, sayur mayur, lauk pauk itu dari desa. Jadi orang kota makan atas kiriman orang desa, iya kan?.. hehehe”

“Benar juga yaa... aku jadi ingat kata kakek dulu seperti ini”

(29)

“Iyaa kan benar. Jadi aku sebagai orang desa tidak ingin dispelekan” “Iya aku akan bilang pada teman-teman yang nakal itu untuk minta maaf” “Tidak perlu, lama-lama mereka juga akan tahu”

“Tidak apa-apa Fatoni supaya mereka tidak mengatakan kamu anak udik lagi”

(30)

Si Kancil dan Buaya

Di sebuah hutan, hiduplah si cerdik kancildengan buaya. Seperti biasanya, setelah kenyang menyantap makanan si kancil selalu minum di sungai. Ia melenggang santai menuju sungai sambil besiul-siul.

“Hari ini aku benar-benar puas! Aku kenyang setelah makan mentimun pak

tani itu. Masak, tanamannya berkurang dia tidak tahu!”

“Besok aku akan kesana lagi menyantap mentimun sekenyang-kenyangnya. Aku akan memilih yang masih muda. Memang sungguh memikat mentimun yang masih muda itu”.

Kancil tidak menyadari sepasang mata terus mengawasi gerak geriknya. Tiba-tiba cap! Kancil terserentak dalam lamunannya. Si raja air telah menangkap kaki depannya.

“Kena kamu sekarang, penipu!” bentak buaya.

“Lho, kamu ini bagaimana sih ! saya justru mencari kamukesana kemari, tetapi tidak ketemu. Eee.... tak tahunya malah di sini!”

“Kamu tidak bisa menipuku, hai kancil licik!” bentak buaya.

Kancil memutar otak mencari cara untuk membebaskan dirinya dari cengkraman mulut. Akhirnya ia menemukan strategi yang jitu untuk mengelabui si raja air itu.

“Buaya, saya membawa kabar gembira!” “Kabar apa itu?”

“Tenang, lepaskan dulu jepitanmu, baru saya ceritakan!”

“Tapi awas kalau kau menipuku lagi akan kuhancrkan kepalmu”.

“Begini! Hari ini sri baginda akan mengadakan syukuran karena telah diberi umur panjang. Saya diberi amanat untuk mengundang kalian. Disana disediakan berbagai macam makanan dan minuman”.

“Betulkah itu?”

“Betul, makanan kesukaanmu banyak sekali di sana. Nanti saya akan menghitung satu persatu agar saya bisa tahu jumlah kalian semua.

Buaya memanggil teman-temannya, dan merekapun berjajar sepanjang sungai.

Kancil melompat di tepi sungai ke punggung buaya pertama, sambil menghitung tu, wa, ga, pat, akhirnya ia sampai ke tepi seberang. Setelah tiba di seberang, kancil berujar “Selamat tinggal sobat! Kalian telah menolongku menyebrangi sungai ini!”

Akhirnya, si kancil terbebas dari bahaya yang mengancam keselamatan jiwanya. ia memang cerdik. Ia pandai menggunakan akalnya.

(31)

Sakinah dan Anaknya

Alkisah, hiduplah seornag wanita bernama sakinah. Ia mempunyai seorang anak yang masih kecil berusia satu tahun. Pada suatu malam, udara sangat panas. Sakinah membuka jendela kamarnya. Anaknya menangis, lalu sakinah berbaring diatas tempat tidur bersama putra kecilnya. Ia kemudian bernyanyi agar anaknya tertidur.

“Sayangku tidurlah, sayangku tidurlah

Kuberi engkau sepasang merpati Anakku tidurlah dengan tenang

Engkau anakku umurmu sudah setahun Sayangku tidurlah, sayangku tidurlah ………..”

Ketika bernyanyi, tiba – tiba ia mengantuk dan mendengar suara

“Oee…oee…” Ia melihat sekelilingnya dan dilihatnya seekor induk sapi bersama anaknya. “Engkau bernyanyi dan berkata bahwa anakmu sudah berumur satu tahun ?” Tanya sapi itu.

“Ya, umur anakku sudah satu tahun,” jawab Sakinah.

“Apakah anakmu sudah dapat berjalan?” tanya sapi kemudian. “Tidak, anakku masih kecil, belulm bisa berjalan,” jawab Sakinah.

Sapi tertawa dan berjalan.1 “ Aku dan anakku sudah bisa berjalan dalam usia sehari. Aku dan anakku lebih baik dari anakmu.”2 Sapi membanggakan dirinya dan anaknya.

Kemudian Sakinah mendengar suara lain, “Mbee…mbee…”

Ia melihat seekor induk biri – biri yang berjalan bersama anaknya yang

masih kecil.

“Engkau bernyanyi dan mengatakan usia anakmu sudah satu tahun?” Tanya biri – biri itu.

“Ya, usia anakku kini sudah satu tahun,” jawab Sakinah. “Berapa jumlah kakinya,” tanya biri – biri lagi.

“Dua,” jawab Sakinah.

Biri –biri tertawa. “Anakku usianya baru satu minggu dan ia mempunyai

empat kaki,” katanya membandingkan.” Aku dan anakku lebih baik dari anakmu,” lanjutnya sambil berlalu pergi.

Sakinah mendengar lagi suara, “Wekk…wekk…wekk…”

Ia melihat seekor induk bebek dan anak – anaknya yang masih kecil dan

berjalan beriringan di belakang induknya.

“Engkau bernyanyi dan mengatkan umur anakmu sudah satu tahun ?” tanya Bebek.

“Ya, umurnya baru satu tahun,” jawab Sakinah.

“Apakah ia bisa berenang seperti anak – anakku ?” tanya Bebekk menyelidik.

“Belum, anakku belim bisa berenang sekarang. Ia masih kecil.”

“Aku dan anak – anakku bisa berenang pada usia satu minggu.” Bebek

tertawa sambil pergi. “Anak – anakku lebih baik dari anakmu,” ejeknya seraya

(32)

Sakinah mendengar lagi suara yang indah. “Cit…cit…cit…”

Ia melihat seekor burung pipit bersama anak – anaknya.

“Engkau bernyanyi dan mengatakan usia anakmu satu tahun?” tanya Burung pipit.

“Ya, anakku berumur satu tahun,” jawab Sakinah. “Apakah ia bisa terbang seperti anak –anakku?” “Tidak, anakku masih kecil dan tidak dapat terbang.”

“Aku dan anakku bisa terbang pada usia satu bulan.” Kemudian ia tertawa sambil terbang dan berkata, “Aku dan anak –anakku lebih baik dari anakmu.”

Sakinah mendengar suara lagi. “Meong..meong..”

Ia melihat seekor induk kucing dating bersama tiga anaknya. Kemudian

induk kucing itu meletakan anak – anaknya di samping putra Sakinah yang sedang

tertidur di ranjang.

“Engkau bernyanyi dan mengatakan anakmu berumur satu tahun?” tanya Kucing.

“Ya,” jawab Sakinah.

“Apakah ia bisa menangkap tikus seperti anakku?” “Tidak, anakku masih kecil.”

Kucing tertawa dan berkata, “Aku dan anak – anakku bisa menangkap tikus pada usia dua bulan. Dan jika kau mau aku akan membawa putramu dan mengajarkannya menangkap tikus.” Kemudian kucing memegang putra Sakinah

dengan gigi – giginya untuk dibawa. Sakinah segera mendorong kucing itu jauh –

(33)

Dokter Yang Baik Hati

Assalamualaikum wr. wb.

Ada seorang dokter yang sedang memeriksa pasiennya. Anak kecil, sakit perut hendak berobat pada dokter.

“Toktoktok.... Dokteeer, assalamualaikum yuuuhuu, anibadihome, hehehe”

“Waalaikumsalam. Siapa kau nak? Tunggu dulu ya nak akan kubuka pintu”

Pak dokter membuka pintu (suara dan gerak membuka pintu). “Silahkan masuk”

“Dokteeer, hari ini aku mau diperiksa perutku sakit” “Sudah berapa hari nak?”

“Sudah lima hari dokter”

“Coba kau silahkan duduk disini dokter yang periksa” “Silahkan dokter”

Dokter Udin namanya, dokter memeriksa jantung anak itu. “Dengarkan dengan baik” (suara jantung anak)

“Oooh,, coba silahkan tidur nak biar dokter suntik” “Aku takuut dokteeeer”

“Kenapa takut?”

“Kata teman-teman, nanti kalau disuntik pantatnya meletus”

“Ooooh,,, Justru ini obat yang menghancurkan penyakit dalam tubuhmu nak”

“Baik dokter sakitnya seperti apa”

“Paling seperti digigit semut, coba silahkan tidur dengan baik” “Jangan dokter aku takuut”

Dokter membujuknya dan akhirnya anak itu mau disuntik. “Aaaaah”

“Sakit nak?”

“Sedikit dokter, aah ternyata tidak sakit seperti yang kubayangkan dan

pantatku tidak meletus. Yeeeee”

Kemudian anak itu pulang dan ternyata dia sangat terkesan dengan pak dokter. Pak dokter menasihatinya agar menjaga belajarnya dan kesehatannya dengan olahraga.

“Dokter bagaimana supaya kita bisa pandai?” “Kamu harus rajin belajar”

“Tapi rajin itu kan cape, kita harus main-main”

“Main-main itu gangguan, kalau kau tidak tahan dengan gangguan itu maka kau akan gagal mencapai prestasi yang kau inginkan nak”

“Aku harus jadi dokter seperti anda,, ahaa.. assalamualaikum”

Anak itu pun pulang ke rumah dan berjanji akan menjadi orang yang pandai berbakti pada orang tua dan masyarakat.

(34)

Mahjubah Si Pemalas

Terdapatlah seorang anak perempuan bernama Mahjubah. Mahjubah anak yang malas. Ibunya sangat kesal kepadanya. Begitu juga dengan saudara-saudaranya. Karena ia malas bekerja dan tidak pernah membantu ibunya di rumah. Setiap kali ia selalu tampak mengantuk.

“Kerjakanlah ini!” kata ibunya.

“Aku tidak bisa, aku tidak tahu... sulit...” Mahjubah memberi alasan. Kemudian ibunya akan membentak dan memarahinya. Tetapi Mahjubah tetap saja malas.

Mahjubah selalu tidur pada waktu magrib dan bangun siang hari pada saat matahari terbit. Untuk itu, ia selalu terlambat datang ke sekolah. Tetapi semuanya itu tidak membuatnya jera dan menghilangkan kemalasannya.

Suatu hari Mahjubah tidur sampai Duha. Ketika tiba waktu sekolah, ia terus tertidur di atas ranjangnya. Ibunya berusaha membangunkannya tetapi ia terus saja tidur. Waktu sekolah pun terlewat.

Kemudian ranjang itu berjalan di jalan raya dan Mahjubah berada di atasnya. Orang-orang berdatangan dari berbagai tempat. Lalu mereka berkumpul di sekitar ranjang ajaib yang bisa berjalan itu. Mereka melihat Mahjubah Si Pemalas tidur di atas ranjang itu. Orang-orang tertawa dan menunjuk ke arah ranjang sambil berkata, “Mahjubah Si Pemalas!”

Kemudian ranjang itu berjalan ke kiri dan ke kanan hingga tiba di sekolah. Ranjang itu membuka pintu kelas, tempat Mahjubah belajar, dan melompat ke dalam kelas. Ketika para siswa melihat Mahjubah di atas ranjang, mereka tertawa dan bertepuk tangan.

“Selamat pagi,” kata ranjang kepada anak-anak. Aku datang mengantarkan Mahjubah kepada kalian, di mana tempatnya?” tanyanya.

Lalu Mahjubah dilempar ke tanah. Ranjang itu lalu pergi dan kembali ke rumah. Ketika terbangun Mahjubah mendapatkan dirinya berada di dalam kelas, dan murid-murid menertawakannya. Mahjubah merasa malu dan menyesal.

(35)

Ismail dan Lima Ekor Ayam

Ibrahim adalah tukang kayu yang tinggal di sebuah rumah yang tak jauh dari pasar. Ia mempunyai dua anak laki-laki, Husein dan Ali. Juga dua anak perempuan, Sakinah dan Aminah.istrinya bernama Halimah. Sebagai tukang kayu, Ibrahim membuat perabot rumah tangga sesuai pesanan orang. Seperti pintu, jelenda, peti, dan kebutuhan lainnya. Sepanjang hari ia sibuk di belakang rumahnya. Setiap orang yang lewat akan mendengar suara-suara.

“Tok... tok... tok...!” bunyi palu, dan “Srekk... skrekk... srekk...!” bunyi gergaji.

Ia pergi ke pasar untuk membuat perabot-perabot yang dibuatnya. Lalu dibelinya keperluan anak istrinya. Ia biasanya membeli roti, mentega, teh, dan gula pasir. Di pasar, ia mengenal penjual bumbu dan buah-buahan bernama Ismail Al Khudri. Ibrahim selalu membeli bumbu dan buah-buahan di sana. Sebaliknya, Ismail pun selalu memesan peti kepada tukang kayu itu.

Suatu hari Ismail bermaksud mengunjungi rumah Ibrahim. Ia menaiki keledainya yang pincang menuju tempat kawan baiknya itu. Sesampainya di rumah Ibrahim, ia mengetuk pintu.

Keluarga Ibrahim sangat senang dengan kunjungan penjual bumbu itu. Mereka menyambutnya dengan hangat. Ismail membawa buah-buahan untuk anak-anak Ibrahim. Saat keempat anak Ibrahim bersalaman, ia membagikan buah-buahan itu kepada mereka. Anak-anak itu tampak senang sekali.

Husein membawakan minuman. Ismail segera meminumnya,

menghilangkan dahaga selama perjalanan. Sementara Sakinah dan Aminah, menyiapkan untuk istirahat tamunya.

“Kau harus membuat makanan yang enak untuk menghormati tamu kita!” kata Ibrahim kepada istrinya.

Mereka memiliki lima ekor ayam. Salamah menyuruh anak-anaknya menangkap ayam-ayam itu. Ibrahim lalu menyembelihnya satu persatu. Salamah kemudian mengolahnya menjadi hidangan yang lezat. Aroma ayam panggang memenuhi rumah itu, membuat semuanya merasa lapar.

Sesudah semuanya siap, mereka berkumpul di meja makan. Ibrahim, istri dan keempat anaknya, serta tamunya bersiap untuk menyantap hidangan. Ismail berdehem melihat makanan itu.

“Makanan ini sangat enak. Apakah keledai kalian sudah makan malam?” tanya tukang buah itu.

“Ya aku telah memberinya makan,” kata Ali.

“Bagikan ayam ini Ismail, sebelum kita makan bersama,” pinta Ibrahim kepada kawannya sebagai penghormatan.

Ismail menarik piring yang berisi ayam. Ia berdehem lagi.

(36)

“Baiklah,” ujar Ismail. Ibrahim, Husein, Ali, ditambah seekor ayam sama dengan empat. Salamah, Sakinah, Aminah, ditambah seekor ayam sama dengan

empat. Aku ditambah tiga ekor ayam sama dengan empat.”

Mendengar hal itu, tuan rumah tampak keberatan. “Kalau begitu, membaginya harus ganjil!” pinta mereka.

“Baiklah,” Ismail tersenyum. Ibrahim, Salamah, ditambah seekor ayam sama dengan tiga. Husein, Ali, ditambah seekor ayam sama dengan tiga. Sakinah, Aminah, titambah seekor ayam sama dengan tiga, dan aku ditambah dua ekor ayam sama denga tiga.”

(37)

PEDOMAN WAWANCARA

Hari/tanggal :

Tempat :

Pukul :

Pertanyaan Wawancara

1. Apakah bapak/ibu menganggap model kooperatif tipe bercerita berpasangan

ini baik jika diterapkan dalam pembelajaran keterampilan bercerita?

2. Apakah bapak/ibu benar-benar memahami tahap-tahap pembelajaran model

kooperatif tipe bercerita berpasangan?

3. Apakah bapak/ibu menemukan hambatan pada saat melaksanakan model

kooperatif tipe bercerita berpasangan dalam keterampilan bercerita?

4. Apakah bapak/ibu merasa mendapatkan manfaat dari diterapkannya model

kooperatif tipe bercerita berpasangan?

5. Apakah bapak/ibu menganggap bahwa model kooperatif tipe bercerita

(38)

ANGKET

RESPON SISWA TERHADAP PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF

TIPE BERCERITA BERPASANGAN

BERBASIS KECERDASAN KINESTETIK

Petunjuk!

Berdasarkan penilaian Anda terhadap penggunaan model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik yang digunakan guru dalam

pembelajaran berecrita, berilah tanda ceklis (√) pada kolom Ya atau Tidak

terhadap pernyataan berikut ini.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!

No. Pernyataan Ya Tidak

1. Pembelajaran bercerita sangat penting.

2. Pembelajaran bercerita sangat bermanfaat bagi

Saya.

3. Pembelajaran bercerita sangat menyenangkan.

4. Model kooperatif tipe bercerita berpasangan

berbasis kecerdasan kinestetik dapat

membangkitkan motivasi dan rasa percaya diri dalam bercerita.

5. Model kooperatif tipe bercerita berpasangan

berbasis kecerdasan kinestetik yang digunakan guru membuat pembelajaran bercerita lebih menarik.

6. Langkah-langkah model kooperatif tipe bercerita

berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik

mempermudah Anda menguasai kemampuan bercerita.

7. Model kooperatif tipe bercerita berpasangan

berbasis kecerdasan kinestetik dapat membantu

Anda mengingat poin-poin penting dalam

bercerita.

8. Model kooperatif tipe bercerita berpasangan

berbasis kecerdasan kinestetik dapat membuat Anda menghargai diri sendiri dan mengurangi perasaan malu, kaku, dan kurang percaya diri ketika bercerita.

9. Bekerja sama dengan orang lain dapat

memperluas wawasan dan pengalaman.

(39)

PEDOMAN OBSERVASI

PROSES PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN

BERBASIS KECERDASAN KINESTETIK

Nama Guru : …….………..

NIP : ………...

Bidang Studi : ………...

Sintaks Langkah-langkah

Model Kooperatif Kegiatan Pembelajaran Deskripsi

Kegiatan Awal (Apersepsi)

Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa

1. Siswa dicek kesiapannya oleh guru.

2. Siswa mengetahui kompetensi dasar, tujuan,

dan manfaat yang akan dicapai.

3. Siswa memperoleh memotivasi dari guru.

4. Siswa memperoleh gambaran pengetahuan

tentang berbagai bentuk cerita yang

disampaikan oleh guru.

5. Siswa memperoleh pokok bahasan dan

langkah-langkah pembelajaran yang

dismpaikan oleh guru.

Kegiatan Inti

Menyajikan Informasi

6. Guru menyiapkan video bercerita.

Mengorganisasikan Siswa ke dalam

Kelompok-kelompok Belajar

7. Siswa membentuk kelompok secara

(40)

Membimbing Kelompok Bekerja

dan Belajar

8. Siswa memperhatikan dan mencermati video

bercerita yang ditayangkan guru.

9. Siswa dibimbing guru untuk melakukan tanya

jawab seputar video bercerita yang

ditayangkan.

10.Siswa dibimbing guru untuk berlatih tentang

pelafalan dan intonasi dalam bercerita.

11.Secara berkelompok siswa berlatih cara

meniru berbagai suara, gestur, dan ekspresi atau mimik dengan memanfaatkan potensi gerak tubuh meraka.

12.Guru mempersilakan siswa yang ingin

menunjukkan hasil latihannya di depan kelas

13.Siswa lain diarahkan untuk memperhatikan.

14.Guru membagi cerita yang akan diberikan

kepada siswa menjadi dua bagian.

15.Siswa membaca cerita yang diberikan guru

sesuai dengan bagian masing-masing.

16.Siswa mencatat dan mendaftar pokok cerita

yang ada dalam bagian masing-masing.

17.Siswa saling menukar pokok cerita dengan

pasangan masing-masing.

18.Sambil mengingat-ingat bagian yang dibaca

masing-masing siswa berusaha mengarang bagian lain yang belum diaca.

19.Versi karangan masing-masing siswa tidak

harus sama dengan bahan sebenarnya.

20.Sebagai latihan, guru mempersilakan

(41)

21.Kelompok lain mengamati kemudian

mencatat kelebihan dan kekurangan

kelompok yang sedang bercerita.

Evaluasi

22.Guru memulai evaluasi untuk melihat sejauh

mana pemahaman dan keterampilan siswa.

23.Siswa memilih cerita.

24.Secara individu siswa bercerita di depan

kelas.

25.Setiap siswa diberi waktu kurang lebih 3

menit untuk bercerita.

26.Siswa lain menilai kegiatan bercerita siswa

yang sedang tampil pada lembar yang sudah disediakan oleh peneliti.

Kegiatan Akhir

Memberikan Penghargaan

27.Guru mengobservasi setiap kelompok yang

dirancang.

28.Guru memeriksa hasil kerja siswa secara

individu dan kelompok.

29.Guru memberikan penguatan dan merefleksi

pembelajaran yang telah berlangsung.

30.Siswa diberi kesempatan bertanya atau

mengungkapkan pengalaman ketika

mengikuti proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

31.Guru menyampaikan rencana pembelajaran

untuk pertemuan berikutnya.

Ciamis, 2016

Referensi

Dokumen terkait

Sastra anak adalah karya imajinatif dalam bentuk bahasa yang berisi pengalaman, perasaan dan pikiran anak yang khusus ditijukan bagi anak-anak, ditulis oleh pengarang.

digunakan dalam penelitian yang berjudul Nilai Didaktis Pada Cerita Anak. Pelangi Untuk Jingga meliputi sastra anak, struktur narasi cerita anak,

“ Isi karya sastra merupakan muatan yang terkandung dalam karya sastra yang akan memberikan pengalaman dan pengetahuan penting bagi pembaca. Pengalaman dan

gender dalam lima cerpen karya pengarang perempuan Indonesia (sebuah.. kajian sosiologis sastra dengan analisis

Sehubungan dengan adanya pendekatan psikologi sastra dalam memahami karya sastra, baik melalui pendekatan pengarang sastra, proses kreatif, maupun para pembaca karya

Kajian Perbandingan Cerita Pantun Ciung Wanara Dengan Novel Ciung Wanara Karya Ajip Rosidi Serta Pemanfaatannya Untuk Menyusun Bahanajarteks Sastra Di SMA.. Universitas

Sehubungan dengan adanya pendekatan psikologi sastra dalam memahami karya sastra, baik melalui pendekatan pengarang sastra, karya-karya sastra yang dihasilkan maupun para

Tokoh dalam karya sastra adalah sarana pengarang menggambarkan cerita, pesan. dan kesan yang ingin disampaikan melalui tema yang diangkat