• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sastra merupakan cabang dari seni, yaitu hasil cipta dan ekspresi manusia yang estetis (indah). Seni sastra sama kedudukannya dengan seni-seni lainnya, seperti seni musik, seni lukis, seni tari dan seni patung, yang diciptakan untuk menyampaikan keindahan kepada penikmatnya. Namun demikian, sekalipun tujuannya sama, dari aspek media penyampai estetikanya antara satu cabang seni dengan cabang seni yang lain itu berbeda (Sofyan, 2004:8).

Werren dan Wellek (1956) mendefenisikan sastra sebagai karya imaginatif yang bermediakan bahasa dan mempunyai nilai estetika dominan. Defenisi sastra juga banyak yang mengarah pada pengertian sastra ditinjau secara etimologi, asal muasal kata. Menurut Teeuw (1988:22-24), kata “sastra” itu sepengertian dengan kata literature (bahasa Inggris) yang berasal dari bahasa latin litteratura. Sementara itu sebagai bahan bandingan, kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta: akar katanya adalah “sas-“, dalam kata kerja turunan yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, atau instruksi. Akhiran “-tra”, biasanya menunjukkan pada alat atau sarana. Oleh karena itu sastra dapat berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran. Awalan “su-“ dalam bahasa Sansekerta berarti baik dan indah sehingga susastra berarti alat untuk mengajarkan yang indah (Kurniawan, 2009:19-20).

Dalam bahasa Arab sastra memiliki makna adab (بدلاا/al-adabu/). Yang jika diartikan kedalam bahasa Indonesia kata adab berarti “kesopanan, kehalusan dan budi pekerti; akhlak” (Ali, 1994:5). Adab memiliki arti yang bermacam-macam, sesuai dengan zamannya. Seperti yang dikemukakan oleh Wahba (1984: 34-36) bahwa pada zaman Permulaan Islam, adab berarti at-tahdziibu (pendidikan, pengajaran) dan al-khulqu (budi pekerti). Pada zaman Bani Umayyah, kata adab mempunyai arti at-ta‟limu (pengajaran). Sementara pada zaman Abbasiyyah, adab berarti at-tahdziibu wa at-ta‟liimu ma„an (pendidikan sekaligus pengajaran). Pada abad ke-4 H, adab di artikan sebagai ilmu, yang bukan ilmu agama, tapi dapat meningkatkan akal pikiran manusia, baik dari segi perorangan maupun budayanya (Sutiasumarga,2000: 1-4).

(2)

Menurut Mahmud (1999:10) : ا ٠ُا ٚت ذصو٣ ٟزُا ؾ٤ِثُا ءاشٗلإا ّلاٌُا ٞٛ بدلاا ﺄرِ ءاشوُا قغاٞػ ٠ك ش٤ش ٖ٤ؼٓاغُا ٝ , اشصٗ ّا اشؼش ٕاً ءاٞع

/al-adabu huwa al-kalāmu al-insyāu al-balīgu al-lażī yuqsudu bihi ila at-ta`īri fī „awāifi al-qurrā`i wa as-sāmi„īna, sawā`an kāna syi„ran am naran/

Sastra merupakan ungkapan yang penyampaiannyan bertujuan untuk mempengaruhi perasaan dan emosi para pembaca atau pendengarnya, baik itu yang berupa syair ataupun prosa.

Ilmu sastra memiliki tiga macam cabang, yaitu teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Ketiganya mempunyai objek penyelidikan yang berbeda-beda. Teori sastra menyelidiki dasar-dasar pengertian tentang hal-hal yang berkaitan dengan sastra, Sejarah sastra adalah cabang ilmu sastra yang berusaha menyelidiki perkembangan sastra sejak pertumbuhan sampai perkembangannya saat ini. Dan kritik sastra adalah suatu cabang ilmu sastra yang mengadakan penyelidikan langsung terhadap suatu cipta sastra tertentu (Nursito, 2000:161).

Namun yang tidak kalah pentingnya ialah apresiasi karya sastra. Dalam bahasa Indonesia apresiasi berasal dari kata appreciation yang berarti penghargaan. S Effendi mengungkapkan bahwa apresiasi terhadap karya sastra adalah upaya atau proses menikmati, memahami, dan menghargai suatu karya sastra secara kritis, sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, dan kepekaan pikiran kritis dan kepekaan pikiran yang baik terhadap sastra (Suroto, 1989:157-158).

Apresiasi sastra sebenarnya bukan merupakan konsep abstrak yang tidak pernah terwujud dalam tingkah laku, melainkan merupakan pengertian yang didalamnya tersirat akan adanya suatu kegiatan yang harus terwujud secara kongkret. Perilaku dalam kegiatan itu dapat dibedakan antara perilaku kegiatan secara langsung dan tidak langsung.

Karya sastra Indonesia dibedakan atas tiga macam bentuk, yakni karya sastra bentuk prosa, karya sastra bentuk puisi dan karya sastra bentuk drama. Prosa adalah karangan yang bersifat menjelaskan secara terurai mengenai suatu masalah atau hal atau peristiwa dan lain-lain. Secara umum H.B Jassin mengatakan bahwa prosa ialah pengucapan dengan pikiran yang berbeda dengan puisi yang merupakan pengucapan dengan perasaan. Puisi adalah karya sastra yang singkat yang berisi ungkapan isi hati, pikiran, dan perasaan pengarang yang dituangkan dengan memanfaatkan segala daya bahasa, kreatif dan imaginatif. Drama ialah rentetan kejadian

(3)

yang berupa konflik dalam kehidupan manusia yang merupakan suatu cerita yang dipertunjukkan di atas pentas (Suroto, 1989: 3-4).

Sedangkan karya sastra Arab pada dasarnya terbagi dua yaitu, syi’ir dan natsr (Sofyan, 2004:24). Menurut Muhammad Ibnu Su‟udi (1994:16):

ح٤كاه لاٝ ٕصٝ ُٚ ظ٤ُ ١زُا َ٤ٔجُا ّلاٌُا ٞٛٝ شصُ٘ا , حثطخُا ٚ٘ٓ ٝ , حُاعشُا ٝ , ح٤صُٞاٝ , حٌٔﺤُا ٝ , َصُٔا ٝ , حصوُا ٝ .

/al-naṡru wa huwa al-kalāmu al-jamīlu al-lażī laysa lahu waznun wa lā qāfiyatun, wa minhu al-khubatu, wa ar-risālatu, wa al-waṣiyyatu, wa al-ikmatu, wa al-maalu, wa al-qiṡṡatu/

Prosa adalah kata-kata indah yang tidak terdapat wazn (aturan dalam membuat syair) dan al-qaafiyah (kata terakhir dari bait syair). Dan yang termasuk didalamnya adalah khutbah, surat, wasiyat, hikmah, perumpamaan dan kisah.

ّلاٌُا ٞٛٝ شؼشُا ح٤كاه ٝ ٕصٝ ُٚ ١زُا َ٤ٔجُا

.

/al-syi„ru wa huwa al-kalāmu al-jamīlu al-lażī lahu waznun wa qāfiyatun/

Puisi adalah kata-kata indah yang memiliki wazn (aturan dalam membuat syair) dan al-qaafiyah (kata terakhir dari bait syair).

Prof.DR.Nabila Lubis dalam bukunya Al-Mu‟in fi Al-Adab Al-Arabiyah wa Tarikhihi menjabarkan macam-macam prosa arab, seperti :

1. Al-Khitabah 2. Ar-Rasail 3. Al-Amtsal 4. Al-Hikam 5. Al-Washaya 6. Al-Maqamat 7. Al-Qishas 8. Al-Masrahiyyah (http://Maulinahaq.blogspot.com/2010/01/30/keterbatasan-prosa.html)

Al-Hikam merupakan bagian dari prosa yaitu kata-kata hikmah yang berisi ungkapan pendek yang menggambarkan adat istiadat suatu bangsa, kata-katanya ringkas, maknanya jelas dan berisi pemikiran yang baik dan mendalam (Sofyan, 2004:79-82).

(4)

Menurut Muhammad Ibnu Su‟udi (1994: ): ذ٣ذع شٌك اٜ٤ك حو٤ٔػ حتشجذ ٖػ سذص٣ ش٤صه ؾ٤ِت ٍٞه ٞٛٝ ٌْﺤُا , سٝ أ غكاٗ ١ .

/Al-hikamu wa huwa qawlun balīgi qaīrun yaduru „an tajribatin „amīqatin fīhā fikran sadīdun wa ra‟yun nāfi„un/

Al-hikam ialah kata-kata pendek yang menunjukkan sesuatu makna yang dalam dan kuat serta pendapat yang bermanfaat.

Ada dua unsur pokok yang membentuk sebuah karya sastra, yaitu unsur intrinsik atau unsur dalam, dan unsur ekstrinsik atau unsur luar. Unsur intrinsik ialah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Di pihak lain, unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Atau secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun ia sendiri tidak menjadi bagian didalamnya. Unsur-unsur yang dimaksud (Wellek & Warren, 1956: 75-135) antara lain adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Unsur ekstrinsik berikutnya adalah psikologi, baik yang berupa psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya), psikologi pembaca, maupun penerapan psikologi dalam karya. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik dan sosial juga akan berpengaruh terhadap karya sastra (Nurgiantoro, 1994: 23-24).

Penulis tertarik untuk meneliti Al-Hikam “Untaian Hikmah Ibnu „Athaillah” karena kitab al-hikam secara keseluruhan merupakan sekumpulan tulisan yang membahas berbagai hal yang terdapat dalam kitab-kitab sufi, baik yang terinci maupun yang ringkas, disertai penjelasan dan peringkasan kata-katanya. Kitab ini memadukan kematangan pengalaman religius dan keindahan sastrawi sekaligus, dan tampil sebagai panduan efektif bagi para penempuh jalan spiritual. Kendati demikian, buku ini juga akan membawakan banyak manfaat bagi mereka yang tidak menekuni dunia tarekat. Selama pembaca serius dalam upaya menjadikan hidup sebagai perjalanan menuju Sang Tujuan, maka dibuku ini tersimpan banyak petunjuk, kaidah dan keterangan mengenai situasi dan pengalaman dalam perjalanan semacam itu. Sejatinya, al-hikam dipandang sebagai kitab kelas berat bukanlah karena struktur kalimatnya yang tidak mudah dimengerti, melainkan karena kedalaman makrifat yang dituturkan lewat kalimat-kalimatnya yang singkat. Ia menjadi kitab yang penuh rima tetapi juga kaya makna.

(5)

Al-Hikam “Untaian Hikmah Ibnu „Athaillah” merupakan salah satu hasil karya tulis Syaikh Ibnu „Athaillah As-Sakandari, beliau merupakan seorang pemerhati masalah jiwa manusia yang begitu fenomenal. Selain itu, beliau juga memberi pengajaran tentang tarekat para ahli tasawuf sehingga banyak orang yang menimba manfaat darinya dan menjalankan tarekatnya.

Ibnu „Athaillah merekomendasikan kepasrahan penuh kepada Allah. Kepasrahan penuh dalam pandangan Ibnu „Athaillah menjadi resep kunci agar perjalanan manusia mencapai Sang Khalik menuai kesuksesan. Keberserahan diri sepenuhnya kepada-Nya menjadi jalan utama bagi dirasakannya karunia-Nya yang sangat berlimpah dan keadilan-Nya yang tidak terbantah.

Sehubungan dengan adanya pendekatan psikologi sastra dalam memahami karya sastra, baik melalui pendekatan pengarang sastra, proses kreatif, maupun para pembaca karya sastra itu sendiri, maka penulis tertarik untuk mengetahui motif dan sikap yang terkandung pada Al-Hikam “Untaian Hikmah Ibnu „Athaillah”. Penulis menjadikan untaian-untaian hikmah Ibnu „Athaillah sebagai pusat kajian karya tulisnya.

Penelitian tentang Motif dan Sikap pada kitab Al-Hikam “Untaian Hikmah Ibnu „Athaillah” melalui pendekatan psikologi sastra yang saat ini penulis sedang lakukan, merupakan penelitian pertama yang dilakukan oleh mahasiswa untuk meraih gelar kesarjanaan di Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Adapun teori yang dijadikan landasan dalam penulisan ini merujuk pada teori yang dipaparkan oleh Endraswara yang didukung oleh teori Sigmund Freud.

1.2. Perumusan Masalah

Agar penelitian ini tetap pada pokok masalah yang menjadi objeknya maka peneliti sangat memerlukan adanya batasan masalah yang menjadikan penelitian ini jelas arahnya dan masalah tersebut meliputi :

1. Bagaimanakah motif yang terkandung pada Kitab Al-Hikam “Untaian Hikmah Ibnu „Athaillah”?

2. Bagaimanakah sikap yang terkandung pada Kitab Al-Hikam “Untaian Hikmah Ibnu „Athaillah”?

(6)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak disampaikan peneliti dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menjelaskan motif yang terkandung pada Kitab Al-Hikam “Untaian Hikmah Ibnu „Athaillah”.

2. Untuk menjelaskan sikap yang terkandung pada Kitab Al-Hikam “Untaian Hikmah Ibnu „Athaillah”.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Menambah wawasan tentang penelitian karya ilmiah khususnya motif dan sikap yang terdapat pada Kitab Al-Hikam “Untaian Hikmah Ibnu „Athaillah”.

2. Sebagai tambahan informasi bagi penelitian selanjutnya dan menjadi referensi perpustakaan bagi Fakultas Ilmu Budaya khususnya jurusan Bahasa Arab.

1.5. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research). Menurut Muchtar (2007:7), library research merupakan penelitian yang mengandalkan data-data yang bersifat teoritis dan dokumentasi yang ada di perpustakaan. Penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif dengan tahapan sebagai berikut :

A.Persiapan

1. Memilih deskripsi bahan-bahan pustaka yang diperlukan dari sumber-sumber yang tersedia

2. Mencari secara lebih khusus artikel-artikel dan buku-buku yang sangat membantu untuk mendapatkan bahan-bahan pustaka yang relevan dengan masalah yang diteliti

3. Setelah informasi yang relevan ditemukan, peneliti mereview bahan pustaka tersebut dan menyusunnya dengan urutan kepentingan dan relevansinya dengan masalah yang sedang diteliti

(7)

B.Proses Penelitian

1. Secara metodologis peneliti bergerak meneliti karya sastra untuk menemukan unsur ekstrinsik yaitu Motif dan Sikap yang tergambar pada karya sastra yang akan diteliti 2. Membaca dan memahami karya sastra yang akan diteliti yaitu Al-Hikam “Untaian

Hikmah Ibnu „Athaillah” karya Syaikh Ibn Atha‟illah As-Sakandari agar mampu mencermati aspek-aspek psikologis yaitu Motif dan Sikap yang terdapat di dalamnya. 3. Mengklasifikasi aspek-aspek psikologi yang termasuk ke dalam Motif dan Sikap

sebagaimana teori yang dipaparkan oleh Endraswara yang didukung oleh teori Sigmund Freud.

Referensi

Dokumen terkait

(3) Kepala Biro Umum melakukan pembayaran Program Insentif kepada unit kerja, setelah menerima penetapan penerima Program Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat

Karena derajat disosiasi asam lemah kecil, maka berdasarkan persamaan kimia dari reaksi ionisasi asam lemah tersebut diketahui bahwa konsentrasi ion hidrogen sama dengan

Shukla ve ark (1999) ile benzer şekilde, topikal uygulanan fizyolojik tuzlu suyun iyileşen deri yarası dokusunda hidroksiprolin düzeyini etkileyebileceği yönünde

Penghapustagihan aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), Lembaga Penjamin Simpanan menyelesaikan aset berupa Tagihan yang masih tersisa.. dari

Ketentuan mengenai pengaturan lokasi tempat usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal 9 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.3.

Penerimaan Pegawai Subag Umum dan Kepegawaian Subag Umum dan Kepegawaian Setiap ada perubahan Soft copy dan hard copy v Selama berlaku website. Ringkasan Kinerja Program dan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR ASPEK KETERAMPILAN PROSES SISWA KELAS IV D I SEKOLAH ALAM CIKEAS.. Universitas

Evaluasi dalam model DDD-E dilakukan pada setiap tahap pengembangan. Tidak hanya pada produk akhir, evaluasi dilakukan mulai tahap decide, design dan develop. Pada tahap decide