• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Puisi Kontemporer Berdasarkan Pendekatan Struktural

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Analisis Puisi Kontemporer Berdasarkan Pendekatan Struktural"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karya sastra adalah anak kehidupan kreatif seorang penulis dan mengungkapkan pribadi pengarang.”(Selden, 1985: 52).

Karya sastra hadir sebagai refleksi kehidupan masyarakat. Karya sastra merupakan cermin dari masyarakat yang akan terus mewakili situasi dan keadaan sekitarnya. Karya sastra yang bagus adalah karya sastra yang mampu merefleksikan zamannya. Sehingga karya sastra itu sebagi dokumen yang dapat dilihat dan dinikmati sepanjang zaman. Oleh karena itu karya sastra harus berkembang sesuai dengan keinginan masyarakat sebagi pembaca dan konsumen sastra, hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh Suwardi Edraswara (2004 : 77)

(2)

Puisi adalah salah salat genre sastra. Sebagai genre sastra, puisi merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang yang telah mengkristal (penulis lebih cenderung mengungkapkannya sebagai kristal jiwa) yang meiliki nilai estetika dan kemudian diungkapkan dalam media bahasa.

Bahasa sebagai media estetika berbeda dengan genre seni lainnya, seperti seni lukis menggunakan ungkapan komposisi goresan dan warna, seni musik menggunakan komposisi bunyi atau suara, sementara itu sastra sebagai seni menggunakan komposisi bahasa. Komposisi bahasa ini meliputi bangunan fonem / bunyi, kata-kata, frase, kalimat, bahkan wacana. Gejala-gejala bahasa, dan gaya bahasa juga diterapkan demi pencapaian estetikanya.

(3)

pragmatisme, dan sebagainya. Khusus puisi-puisi kontempore perlu ada pertimbangan yang berbeda karena puisi ini memang memiliki karakteristik yang berbeda.

Apresiasi puisi terhadap puisi-puisi kontemporer perlu dilakukan karena puisi kontemporer memilki perbedaan yang cukup signifikan disbanding puisi-puisi konvensional. Dalam pembahasan oleh guru-guru di sekolah menengah terjadi silang pendapat karena tidak memiliki pijakan pendekatan dan teori yang tepat. Memang, apresiasi karya sastra (khususnya puisi) bisa berakibat polyinterpretable.

Hasil apresiasi setiap orang bisa berbeda. Permasalahannya, dalam pembelajaran di sekolah hanya dibutuhkan satu kepastian jawaban dan menutup kemungkinan berbeda pendapat tergantung argumentasinya. Hal ini karena sudah tersedia pilihan jawaban dan harus dipilih satu yang paling tepat. Karena itu di sini kami mencoba menyajikan apresiasi beberapa puisi Sutardji dan Ibrahim Sattah melalui pendekatan struktural.

Pembahasan hanya dibatasi pada puisi Q, Jadi karya Sutardji calzoum Bachri dan Kau, karya Ibrahim Sattah . Beberapa di antaranya akan dianalisisberdasarkan pendekatan stuktural.

(4)

kejadian-orang lain pada kelompok masyarakatnya. Hasil imajinasi pengarang tersebut dituang ke dalam bentuk karya sastra untuk dihidangkan kepada masyarakat pembaca untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan. Dengan demikian karya sastra bukanlah suatu uraian-uraian kosong atau khayalan yang sifatnya sekedar menghibur pembaca saja tetapi melalui karya sastra dihidupapkan pembaca lebih arif dan bijaksana dalam bertindak dan berpikir karena pada karya sastra selalu berisi masalah kehidupan manusia nyata.

(5)

yang ingin ditemukan jawabnya, dan pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang sifatnya cukup sederhana. Bila pertanyaan-pertanyaan yang diajukan cukup rumit tentu dalam menentukan jawabannya juga memerlukan waktu yang panjang.

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui maksud puisi melalui pendekatan struktural.

2. Untuk mengetahui makna dan pesan yang terkandung dalam puisi yang berjudul : Jadi, Q karya Sutardji Calzoum Bachri dan Kau karya Ibrahim Sattah.

1.4. Manfaat penelitian

(6)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Strukturalisme

Strukturalisme adalah sebuah paham atau kepercayaan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini mempunyai struktur (Pieget, 1995: 4-12; Hawkes, 1978: 17-18; dan Faruk: 1994: 17-18; Faruk, 1999: 1-9; dan Teeuw, 1984: 120-139). Sesuatu dikatakan mempunyai struktur apabila ia membentuk

suatukesatuan yang utuh, bukan merupakan jumlah dari bagian-bagian semata.Hubungan antarbagian di dalam struktur tidak bersifat kuantitatif,

melainkankualitatif. Artinya, apabila suatu bagian dihilangkan, keutuhan sesuatu itu tidaksekedar berkurang, melainkan rusak sama sekali Selain itu,

strukturalisme juga percaya bahwa suatu struktur mempunyai daya transformasi dan regulasi diri. Semua dikatakan berstruktur apabila ia dapat melakukan perubahan, tanpa harus kehilangan keutuha dirinya, fungsi utama yang menjadi tujuan atau pusat strukturasinya. Sesuatu dikatakan berstruktur apabila ia mempunyai kemampuan untuk mengatakan kemungkinan gangguan dan pengaruh dari luar dengan caranya sendir Keseluruhan pengertian tersebut menunjukkan bahwa bagi strukturalisme segala sesuatu di dalam dunia

(7)

dipahami sebagai kekuatan yang mampu membangun, mengembangkan, dan mempertahankan dirinyasendiri dengan caranya sendiri pula. Dengan kata lain, strukturalisme cenderung memahami segala sesuatu sebagai sebuah sistem tertutup, otonom. Karena itu, strukturalisme dalam ilmu sastra akan

memperlakukan karya sastra atau kesastraan sebagai sesuatu yang mandiri pula, sesuatu yang berstruktur, sesuatu yang utuh, transformatif, dan self-regulatif. Aliran Kritik Baru di Amerika, Formalisme di Rusia, percaya bahwa teks sastra dapat dipahami dan dijelaskan berdasarkan bukti-bukti yang terdapat di dalam teks itu sendiri. Strukturalisme percaya bahwa sastra dapat dipahami dan dijelaskan atas dasar sistm sastra sendiri yang membentuk semacam kaidah-kaidah bagi penciptaan karya sastra.

Dalam strukturalisme konsep fungsi memegang peranan penting. Artinya, unsur-unsur sebagai ciri khas teori tersebut dapat berperan secara maksimal semata-mata dengan adanya fungsi, yaitu dalam rangka menunjukkan

(8)

otonom ke arah relevansi fungsi karya sebagai sistem komunikasi. Karya dengan demikian tidak dipahami melalui ergon yang terisolasi melainkan selalu dalam kaitannya dengan perubahan realita sosial. Karya tidak dapat diisolasi. Karya harus dikondisikan sebagai fakta kemanusiaan sehingga memungkinkan untuk mengoperasikan secara maksimal berbagai saluran komunikasi yang terkandung di dalamnya. Relevansi prinsip-prinsip antarhubungan dalam analisis karya sastra, di satu pihak mengarahkan peneliti agar secara terus menerus

memperhatikan setiap unsur sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan unsur-unsur yang lain. Di pihak lain, antarhubunganlah yang menyebabkan sebuah karya sastra, suatu masyarakat, dan gejala apa saja memiliki arti yang sesungguhnya. Kesalahpahaman mengenai fungsi-fungsi antarhubungan menyebabkan peneliti hanya meneliti salah satu unsur tertentu yang pada gilirannya berarti memperkosa hakikat suatu totalitas. Analisis terhadap

penokohan, misalnya, tidak mungkin dilakukan secara terpisah dari unsur-unsur yang lain. Dengan kata lain, penokohan tidak dapat dipahami tanpa

(9)

2.1.1. Teori Strukturalisme Dinamik

Scholes (dalam Ratna, 2004: 89) menjelaskan keberadaan strukturalisme menjadi tiga tahap, yaitu (1) sebagai pergeseran paradigma berpikir, (2) sebagai metode, dan (3) sebagai teori. Lahirnya strukturalisme dinamik didasarkan atas kelemahan-kelemahan strukturalisme sebagaimana yang dianggap sebagai perkembangan formalisme. Strukturalisme dinamika (lihat Teeuw, 1985: 185-192; Muhadjir, 2002: 304); Pradopo 2002: 46; dan Ratna, 2003: 88-96;)

mencermati bahwa strukturalisme dinamik dimaksudkan sebagai penyempurnaan strukturalisme yang semata-mata memberikan intensitas terhadap struktur intrinsik yang dengan sendirinya melupakan aspek-aspek ekstrinsiknya. Strukturalisme dinamik mula-mula dikemukakan oleh Mukarovsky dan Felik Vodicka. Menurutnya, karya sastra adalah proses komunikasi, fakta semiotik, terdiri atas tanda, struktur, dan nilai-nilai. Karya seni adalah petanda yang memperoleh makna dalam kesadaran pembaca. Oleh karena itulah, karya seni harus dikembalikan pada kompetensi penulis, masyarakat yang

menghasilkannya, dan pembaca sebagai penerima.

(10)

misalnya mengarah pada tema, peristiwa atau kejadian, latar atau setting, penokohan, alur, sudut pandang, dan gaya bahasa. Unsur-unsur puisi, di

antaranya tema, stilistika, imajinasi, ritme atau irama, rima atau persajakan, diksi atau pilihan kata, simbol, nada, dan enjambemen. Unsur-unsur (teks) drama di antaranya tema, dialog, peristiwa, latar, penokohan, alur, dan gaya bahasa. Atas dasar hakikat otonom karya sastra, maka tidak ada aturan yang baku terhadap suatu kegiatan analisis. Artinya, unsur-unsur yang dibicarakanbtergantung dari dominasi unsur-unsur karya di satu pihak, tujuan analisis di lainbpihak. Dalam analisis akan selalu terjadi tarik menarik antara struktur global,byaitu totalitas karya itu sendiri dengan unsur-unsur yang diadopsi ke dalambwilayah penelitian. Kondisi tersebut menunjukkan dinamika karya sastra brebagai totalitas sebab proses adopsi mengandaikan terjadinya ciri-ciri transformasi dan regulasi diri sehingga terjadi keseimbangan antara struktur global dengan unsur-unsur yang dianalisis. Karya sastra tidak mungkin dan tidak perlu dianalisis secara

menyeluruh sebab struktur global bersifat tidak terbatas. Akan tetapi analisis tidak dapat dilepaskan dari kerangka sosial kultural yang menghasilkannya. Prosa, puisi, dan drama dan sastra jenis klasiknya tidak semata-mata dianalisis sebagai teks tetapi juga dimungkinkan dalam kaitannya dengan pementasan langsung sebagai performing art. Dalam hubungan ini, analisis struktur akan melibatkan paling sedikit tiga komponen utama, yaitu pencerita, karya sastra, dan pendengar. Metodologi penelitian pun menjadi bertambah kompleks, tida

(11)

penelitian lapangan yang dengan sendirinya juga melibatkan instrument penelitian lapangan.

Dengan demikian strukturalisme dinamik adalah pendekatan atas karya sastra dengan menerapkan kerja strukturalisme atas dasar konsep semiotik. Analisis struktural murni mengasingkan karya sastra dari kerangka kesejarahan dan relevansi eksistensialnya. Strukturalisme dinamik yang dikembangkan Ian Mukarovsky dan Felix Vodicka mencoba memahami karya sastra berdasarkan kesadaran bahwa karya sastra sebagagi struktur pada hakikatnya memiliki ciri khas yaitu sebagai tanda (sign). Tanda baru mendapat makna sepenuhnya bila sudah melalui tanggapan pembaca. Dengan demikian pengaruh timbal balik antara tanda dan pembacanya. Pembaca dalam memberi makna terikat pada konvensi tanda, tidak semau-maunya. Jadi, dengan kerangka semiotik itu dapat diproduksi makna dalam karya sastra yang merupakan struktur sistem tanda-tanda itu.

2.1.2. Strukturalisme Genetik

(12)
(13)

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Pengertian pendekatan structural

Struktur merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur itu. Berikut ini ada beberapa pendapat para ahli mengenai pendekatan struktural, yaitu suatu metode atau cara pencarian terhadap suatu fakta yang sasarannya tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsur sebagai individu yang berdiri sendiri di luar kesatuannya, melainkan ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya (Fokemma, 1977 : 21). Analisis struktural merupakan tugas prioritas atau tugas pendahuluan. Sebab karya sastra mempunyai kebulatan makna intrinsik yang dapat digali dari karya itu sendiri (A. Teew. 1984 : 135). Untuk menangkap suatu makna dalam karya sastra harus melihat struktur vtanda secara objekfit. Seperti yang diungkap Ferdinan de Saussure, (lih, Terry Eagleton, 1983 : 106) bahwa makna bukanlah yang tersembunyi secara rahasia dalam suatu tanda bahasa (kata), melainkan bagaimana fungsi tanda tersebut sebagai hasil dari pembedaan-pembedaan tanda yang lain.

3.2. Analisis Puisi Berdasarkan Pendekatan Struktural

(14)

adapun aspek-aspek yang ditelaah oleh pendekatan ini antara lain : diksi, citraan, bahasa khias, majas, sarana retorika, bait dan baris, nilai bunyi, persajakan, narasi, emosi, dan ide yang digunakan pengarang dalam menulis puisinya.melalui pendekatan ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan masalah-masalah di atas.

Di bawah ini akan disajikan tiga puisi yang dianalisis berdasarkan pendekatan struktural yaitu:

(15)

a. JADI

(16)

(Sutardji Calzoum Bachri)

c. KAU

KAU

. . . . tidak adam tidak aku

tidak dayang-dayangmu menggapai

(17)

mencari surgawi mencari wa mencari wu mencari wi

mencari wa wu wi mencari wi wu wa yang hanya wa yang hanya wu yang hanya wi

yang hanya wa wu wi yang hanya wi wu wa

kuku karang kuku kau kuku laut kuku kau kuku ombak kuku cahaya

. . . .

(Ibrahim Sattah)

(18)

Diksi merupakan pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan mempengaruhi daya imajinasi pembaca (Fajahono. 1990 : 59)

Dalam puisi “jadi” di atas, terdapat beberapa pilihan kata yang digunakan oleh pengarang yang sangat sederhana namun memilki makna yang cukup luas.

Seperti pada kutipan berikut : Tidak setiap luka

Jadi duka Tidak setiap sepi

Jadi duri Tidak setiap tanda

Jadi makna Tidak setiap jawab

Jadi sebab Tidak setiap seru

Jadi mau

(19)

secara mutlak karena ada yang lebih memastikan daripada pemikiran dan terkaan saja, yakni Tuhan. Kata-kata yang digunakan bersifat konotatif.

b. Pengimajian (citraan)

Pengimajian adalah kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan. Pada puisi “JADI” pengimajian yang digunakan oleh pengarang terdapat pada:

- Citraan Penglihatan terdapat pada baris ke 11 dan 12: I : “memandang Kau”

II : “pada wajahku !”

c. Kata Konkret

kata konkret adalah kata-kata yang dapat menyarankan kepada arti yang menyeluruh. Pengonkretan kata berhubungan erat dengan pengimajinasian, pengembangan dan pengiasan. Pada puisi “JADI” kata konkret tidak terdapat.

d. Verifikasi (rima, ritme dan metrum) - Rima, pengulangan bunyi dalam puisi

(20)

Jadi duka Tidak setiap sepi

Jadi duri Tidak setiap tanda

Jadi makna Tidak setiap jawab

Jadi sebab Tidak setiap seru

Jadi mau

- Metrum, pengulangan tekanan kata yang tetap pada puisi “JADI” metrum kata “Tidak setiap” dan “Jadi”

Tata wajah (Tipografi), bentuk yang khas dari puisi

Tipografi puisi “JADI” berbentuk zig zag, penataan baris-baris dan kata-kata "tidak setiap ... jadi ..." menunjukkan relatifitas hukum keniscayaan "jika....maka..." bagi manusia. Konklusi puisi jelas terlihat pada "memandang Kau, pada wajahku!". Sebagai sebuah simbol bahasa (semion), kata Kau mengacu pada "Tuhan". Karena itu bisa diartikan "kekuasaan Tuhan atasku

(21)

Diksi merupakan pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan mempengaruhi daya imajinasi pembaca (Fajahono. 1990 : 59)

Dalam puisi “ Q ” di atas, tidak terdapat kata secara konvensional pengarang hanya menggunakan huruf-huruf dan tanda baca untuk mengekspresikan sebuah karya sastra. Meskipun tidak menggunakan kata-kata namun puisi ini dapat diterka melalui huruf-hurufnya.

b. Pengimajian (citraan)

Pengimajian adalah kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan. Pada puisi “Q” pengimajian yang digunakan oleh pengarang terdapat pada tanda-tanda bahasa yang digunakan dan Pembaca puisi ini akan segera menyesuaikan pikiranya dengan apa yang dilihat.

c. Kata Konkret

kata konkret adalah kata-kata yang dapat menyarankan kepada arti yang menyeluruh. Pengonkretan kata berhubungan erat dengan pengimajinasian, pengembangan dan pengiasan. Pada puisi “Q” kata konkret tidak terdapat.

d. Verifikasi (rima, ritme dan metrum) - Rima, pengulangan bunyi dalam puisi

(22)

Ritme pada puisi terdapat pada tiga baris akhir seperti pada kutipan berikut :

Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm Iiiiiiiiiiiiiiiiiii

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

e. Tata wajah (Tipografi), bentuk yang khas dari puisi

Tipografi puisi “Q” berbentuk seperti bintang yang banyak sekali atau semacam galaksi. Konklusi puisi jelas terlihat pada "alif, laam,mmmmiiimmm !". Sebagai sebuah simbol bahasa (semion), huruf alif, laam mim adalah huruf pertama surat Al-baqoroh atau surat pertama dalam Al-quran. Jadi dapat disimpulkan bahwa puisi ini mengambil referensi Al-quran dan memberi makna keagamaan yang kuat karena makna huruf-huruf itu merupakan rahasia dalam Al-quran.

3.1.3. Analisis Struktur Puisi “KAU” a. Diksi (pilihan kata)

Diksi merupakan pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan mempengaruhi daya imajinasi pembaca (Fajahono. 1990 : 59)

(23)

b. Pengimajian (citraan)

Pengimajian adalah kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan. Pada puisi “KAU” pengimajian yang digunakan oleh pengarang terdapat pada dua baris akhir, berikut kutipanya :

kuku karang kuku kau kuku laut kuku kau kuku ombak kuku cahaya

c. Kata Konkret

kata konkret adalah kata-kata yang dapat menyarankan kepada arti yang menyeluruh. Pengonkretan kata berhubungan erat dengan pengimajinasian, pengembangan dan pengiasan. Pada puisi “KAU” kata konkret terdapat.pada dua baris terakhir berikut kutipanya :

kuku karang kuku kau kuku laut kuku kau kuku ombak kuku cahaya

d. Verifikasi (rima, ritme dan metrum) - Rima, pengulangan bunyi dalam puisi

Pada puisi ”KAU” terdapat ritme dan metrum.

Ritme terdapat pada baris ketujuh sampai ketujuhbelas berikut kutipanya :

(24)

mencari wi

mencari wa wu wi mencari wi wu wa yang hanya wa yang hanya wu yang hanya wi

yang hanya wa wu wi yang hanya wi wu wa

Sedangkan netrum terdapat pada tiap baris yaitu kata : a. tidak

b. menggapai c. mencari d. yang e. kuku dan f. wa,wi,wu

e. Tata wajah (Tipografi), bentuk yang khas dari puisi

(25)
(26)

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan

Pendekatan struktural yaitu suatu metode atau cara pencarian terhadap suatu fakta yang sasarannya tidak hanya ditujukan pada salah satu unsur sebagai individu yang berdiri sendiri di luar kesatuannya, melainkan di tujukan pula kepada hubungan antara unsurnya (Fokkema, 1977 : 21)

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Taum, Yoseph Yapi . 1997. Pengantar Teori Sastra . Nusa Indah :Nusa Tenggara Timur

Rene Wellek dan Austin Warren.1989. Teori Kesusastraan. PT. Gramedia :Jakarta

Jakob Sumardjo dan Saini K.M.. 1986. Apresiasi Kesusaastraan. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Endraswara, Suwardi. 2003. metodologi penelitian sastra. Pustaka Widya Utama : Yogya karta.

Tahjono, Liberatus Tengsoe 1999. Sastra Indonesia Pengantar Teori dan Apresiasi. Nusa Indah :Nusa Tenggara Timur

(28)

ANALISIS PUISI KONTEMPORER BERDASARKAN

PENDEKATAN STRUKTURAL

Dosen pembina : Mukminin M.A

OLEH : HIDAYATULLOH

NIM : O76074

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

JOMBANG

(29)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Makalah “Analisis Puisi Kontemporer Berdasarkan pendekatan struktural” ini di tulis untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah sastra kontemporer.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari dosen pembimbing dan pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangsihnya, baik secara langsung maupun tidak langsung maupun dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua sebagai pembaca amin.

Jombang, Januari 2010

(30)

DAFTAR ISI

2.1.1. Teori Strukturalisme Dinamik ... 9

2.1.2. Strukturalisme Genetik ... 11

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Pendekatan Struktural ... 13

3.2. Analisis Puisi Berdasarkan Pendekatan Struktural ... 13

3.1.1. Analisi Struktur Puisi “JADI”... 17

3.1.2. Analisi Struktur Puisi “Q”... 21

3.1.3. Analisis Struktur Puisi “KAU” ... 22

BAB III PENUTUP 4.1. Kesimpulan... 24

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pembaca pada khususnya, terutama dapat memberikan gambaran mengenai adanya keterkaitan karya

1.4.1 Bagi dunia akademik, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pemanfaatan teori semiologi Roland Barthes terhadap karya sastra

Dari berbagai unsur tersebut penulis fokus pada satu kesatuan elemen karya sastra yang tidak dapat dipisahkan yaitu alur atau plot, setting atau latar dan tokoh..

karya sastra yaitu puisi anak sebagai potret sosial yang terjadi di Indonesia pada.. tahun

Bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majas), dibandingkan dengan bentuk karya sastra yang lain, puisi lebih

Penokohan dalam suatu karya sastra berarti mendevinisikan atau mengidentifikasi setiap tokoh yang ada dalam karya sastra tersebut baik secara fisik ataupun batin.. Pendapat

Secara umum karya sastra adalah suatu tulisan yang indah dan dapat menarik minat pembaca untuk membacanya, karena karya sastra merupakan refleksi pengarang

Manfaat dari penelitian sastra dengan data berupa lirik lagu berbahasa Jepang ini adalah agar pembaca mengetahui maksud atau makna yang ingin disampaikan penulis