• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Makalah Analisis Struktur Fisik Puisi ”Penyapu”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Makalah Analisis Struktur Fisik Puisi ”Penyapu”"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap penelitian terhadap karya sastra selalu dilatarbelakangi oleh hal-hal yang menarik pada karya sastra itu. Begitu pula dengan penelitian terhadap puisi yang berjudul “Penyapu” karya Dian Sastro. Karya sastra lahir sebagai hasil inspirasi atau imajinasi penulis ketika menyikapi gejala-gejala sosial yang terjadi di masyarakat.

Menurut Horatius dalam sudjiman (1991:12) karya sastra bersifat “Dulce et utilite “ yaitu menyenangkan dan bermanfaat. Karya sastra memang harus dapat menyiratkan hal-hal yang baik dan indah aspek kebaikan dan keindahan dalam satra belumlah lengkap kalau tidak dikaitkan dengan kebenaran. Kebenaran dan keindahan dalam sastra hendaknya dikaitkan dengan nilai-nilai yang benar dan indah. Sebaliknya bila yang dikemukakan itu pengalaman yang sesuai dengan kebenaran tetapi diungkapkan dengan cara yang buruk, maka tidak akan menarik hati. Oleh sebab itu orang kurang yakin dan kurang dapat merasakan kegunaanya.

▸ Baca selengkapnya: kata konotatif dalam puisi padamu jua

(2)

2

tua adalah mantra. Di dalam mantra tercermin hakikat sesungguhnya dari puisi, yakni bahwa pengkonsentrasian kekuatan bahasa itu dimaksudkan oleh penciptanya untuk menimbulkan daya magis atau kekuatan gaib. Dalam perkembangannya di Indonesia, kita kenal berbagai jenis tipografi dan model puisi yang menunjukkan perkembangan struktur puisi tersebut. Ciri-ciri struktur puisi dari jaman ke jaman dan dari periode ke periode tidak hanya ditandai oleh perbedaan struktur fisik, tetapi juga oleh struktur makna atau tematiknya. Sehingga timbul juga puisi kontemporer yang mana puisi ini sangat memperhatikan bentuk dari tipografi, diksi, rima, ritmenya. Sastra kontemporer adalah sastra inkonvensional yaitu menyimpang dari pola karya sastra pada umumnya oleh karena menyimpang dari pola karya sastra pada umumnya cara memahami maknanya juga berbeda.

(3)

Puisi yang berjudul “Penyapu” Karya : DIAN SASTRO ini mengisahkan cinta seorang ibu terhadap anaknya, meski sang anak tersebut banyak sekali melakukan kesalahan dan dosa dengan kata lain durhaka terhadap ibunya selama hidupnya namun hati seorang ibu sangatlah mulia cintanya yang tulus terhadap anaknya mengalahkan kemarahannya sehingga seorang ibu tersebut dengan ikhlas hati memaafkan segala kesalahan anaknya.

Sejauh pengetahuan penulis, puisi “Penyapu” merupakan puisi pilihan dari puisi-puisi karya Gus Mus yang lain seperti : Bila Senja, Tantangan, dan lain sebagainya yang ditulis oleh Gus Mus karena kata-kata yang ditulisnya terapat rima dan ritma yang sangat bagus sehingga menghasilkan suatu makna. Dan bagi Gus Mus sendiri menulis seenaknya seperti tidak memperhatikan bentuk dan tidak lagi berupaya untuk memperindah kata-kata akan tetapi ingin menyatakan cinta dan kebenaran.

(4)

bentuk pengucapanya bahasa yang ritmis yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif yang menimbulkan efek keindahan yang diungkapkan kebenaranya.

1.2. Masalah

1.2.1. Ruang Lingkup Masalah

Objek penelitian ini adalah karya sastra. Adapun karya sastra yang dijadikan objek penelitian ini adalah puisi yang berjudul “Penyapu” Karya : Dian Sastro. jika kita menghadapi sebuah puisi, kita tidak hanya berhadapan dengan unsur kebahasaan yang meliputi serangkaian kata-kata indah, namun juga merupakan kesatuan bentuk pemikiran atau struktur makna yang hendak diucapkan oleh penyair. Pada pokoknya puisi dibangun oleh dua unsur pokok, yakni struktur fisik yang berupa bahasa yang digunakan dan struktur batin/makna, yakni pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh penyair.

L.A.Richards menyebutkan adanya hakekat puisi untuk mengganti bentuk batin atau isi puisi dan metode puisi untuk mengganti bentuk fisik puisi. Bentuk batin yang meliputi perasaan (feeling), tema (sense), nada (tone), dan amanat (intension). Sedangkan bentuk fisik atau metode puisi terdiri atas diksi (diction), berkata konkret (the concreta word), majas atau bahasa figumtif (figurative language). Dan bunyi yang menghasilkan rima dan ritma (rhime and rhitm). (1976:129-225)

(5)

Karya : DIAN SASTRO meliputi : Tipografi, Ritme, Diksi, Asonansi, Majas, Aliterasi, Rima, dan Makna

1.2.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan penelitian dalam puisi kontemporer yang berjudul “Penyapu” Karya DIAN SASTRO, dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Menganalisis bentuk fisik/metode puisi dalam puisi “Penyapu”

karya : DIAN SASTRO.

2. Apakah makna puisi yang terkandung dalam puisi “Penyapu” karya : DIAN SASTRO.

3. Bagaimanakah hubungan kontemporer dalam puisi “Penyapu” Karya : DIAN SASTRO.

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian bertujuan untuk menemukan atau mengganti (ekplore), mengembangkan (develop) dan menguji teori (Extention). Setiap penelitian tentunya tidak lepas dari tujuan. Dengan adanya tujuan yang telah ditetapkan, makna suatu penelitian akan lebih terarah sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan apa yang diinginkan. Berkaitan dengan tujuan tersebut, maka dalam penelitian ini ada dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1. Tujuan Umum

(6)

1.3.2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini memiliki tujuan yang ingin dicapai : 1. Mendiskripsikan bentuk fisik atau metode puisi dalam puisi “Penyapu”

Karya : DIAN SASTRO.

2. Mendeskripsikan makna dalam puisi “Penyapu” Karya : DIAN SASTRO.

(7)

BAB II

LANDASAN TEORI

Landasan teori merupakan teori yang akan digunakan dalam penelitian teori adalah seperangkat preposisi yang terintegrasi secara sintaksis dan berfungsi sebagai wacana untuk meramalkan atau menjelaskan sesuatu fenomena, teori juga tidak dapat dilepaskan dari fakta atau data penelitian.

2.1. Pengertian Puisi dan Sastra Kontemporer

Puisi adalah karya sastra semua karya sastra bersifat imajinatif. Bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majas), dibandingkan dengan bentuk karya sastra yang lain, puisi lebih bersifat konotatif, bahasanya melebihi banyak kemungkinan makna. Hal ini disebabkan terjadinya pengkosentrasian atau pemadatan segenap kekuatan bahasa di dalam puisi. Struktur fisik dan struktur batin puisi juga padat, keduanya bersenyawa secara padu bagaikan telur dalam adonan roti. ( Reeves, 1978 : 26 )

Menurut J. Prapta Diharja, SJ Sastra kontemporer adalah karya sastra yang muncul sekitar tahun 70-an, bersifat eksperimental, memiliki sifat-sifat yang “menyimpang” dari konvensi-konvensi sastra yang berlaku biasa atau umum. Sastra kontemporer muncul sebagai reaksi terhadap sastra konvensional yang sudah beku dan tidak kreatif lagi.

(8)

sastrawan mudah pada tahun 70-an. Munculnya sastra kontemporer merupakan reaksi terhadap sastra konvensional yang dianggap telah mondominasi eksistensi karya sastra. bahkan sastrawan mudah merasa “sumpeg” dengan karya sastra yang telah ada karena merasa terbelenggu daya kreasinya.

Karya sastra kontemporer adalah sastra inkonvesional yaitu menyimpang dari pola karya sastra pada umumnya oleh karena menyimpang dari pola karya sastra pada umumnya cara memahami maknanya pun berbeda. (Nur Faizah, 2001:80)

Adapun ciri-ciri puisi kontemporer adalah sebagai berikut :

a.Penulisan kata – baris dan bait menyimpang dari penulisan puisi pada umumnya

b. Terjadi kemacetan bunyi, bahkan hampir tidak dapat dibaca, karena kadang-kadang hanya berupa tanda baca yang disejajarkan

c.Banyak pengulangan kata, frasa atau yang kelompok kata d. Menggunakan idiom-idiom yang inkonvesional

e.Memperhatikan kemerdekaan bunyi

(9)

2.2. Konvensional Puisi 2.2.1. Tipografi

Tipografi adalah cara penulisan suatu puisi sehingga menampilkan bentuk-bentuk tertentu yang dapat diamati secara visual. (Aminuddin, 1984 : 60)

Peranan tipografi dalam puisi selain untuk menampilkan aspek artistik visual, juga berperanan dalam rangka menciptakan nuansa makna dan suasana tertetentu, selain itu, tipografi juga berperan dalam menunjukkan adanya satuan-satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan penyairnya.

Menurut Dr. Herman J. Waluyo (1987:97). Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama, larik-larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait, baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir ketepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal mana tidak berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian eksistensi sebuah puisi.

Dalam puisi – puisi kontemporer karya DIAN SASTRO yang salah satunya berjudul “Penyapu”, tipografinya dipandang begitu penting, sehingga menggeser kedudukan makna kata-kata.

(10)

PENYAPU

Dari tipografinya nampak jelas bahwa bentuk karangan diatas adalah puisi. Tema yang diungkapkan juga menunjukkan struktur tematik puisi, karena tulisan diatas tidak menunjukkan uraian yang berkesinambungan seperti didalam prosa. Baris-baris yang diciptakan bukan kesatuan sintaktik, namun baris-baris yang intens (terkonsentrasikan). Sehingga ketika membaca puisi tersebut akan timbul pertanyaan dalam hati kita

Contoh pusi A.Mustofa Bisri tersebut menunjukkan bahwa semua unsur puisi dikosentrasikan untuk menyatakan maksud penyair yakni kebesaran cinta seorang ibu kepada anaknya, pemilihan kata, bunyi, kiasan, dan sebagainya diabdikan untuk kepentingan perwujudan makna tersebut.

2.2.2. Diksi

(11)

pokok pembenaan, peristiwa, dan khalayak pembaca atau pendengar. (Suroto, 1993 : 112)

Menurut Dr. J.Waluyo (1987 : 72). Diksi merupakan pemilihan kata yangmana penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu ditengah konteks kata lainya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Disamping memilih kata yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya magis dari kata-kata tersebut, kata-kata-kata-kata diberi makna baru dan yang tidak bermakna diberi makna menurut kehendak penyair

Ketepatan pemilihan dan penggunaan kata tersebut meliputi ketepatan makna, ketepatan bentuk, ketepatan bunyi, dan ketepatan penempatan dalam urutan. Kesemuanya itu harus merupakan suatu paduan yang pas dan harmonis.

Berikut ini contoh salah satu baris puisi DIAN SASTRO yang berjudul “Sajak Cinta untuk Kentut Sutami ”

Penyapu yang ku kenali dulu

adalah penyapu yang menggiring sampah menuju destinasi...

(12)

puitis artinya mempunyai efek keindahan dan berbeda dari kata-kata yang kita pakai dalam kehidupan sehari-hari, dengan pemilian kata yang cermat ini, orang akan langsung tahu bahwa yang dihadapi itu puisi setelah membaca kata-kata yang dibacanya itu kata-kata yang tepat untuk puisi. Selanjutnya akan dibahas perbendaharaan kata, ungkapan, urutan kata-kata, dan daya sugesti dari kata-kata.

2.2.3. Majas

Bahasa Figuratif (Majas) ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang. (Dr.Herman J.Waluyo, 1987 : 83)

Diatas telah dinyatakan bahwa bahasa figuratif terdiri atas pengiasan yang menimbulkan makna kias dan pelambangan yang menimbulkan makna lambang. Pengiasan disebut juga simile atau persamaan, karena membandingkan/menyamakan sesuatu hal dengan hal lain. Dalam pelambangan sesuatu hal diganti atau dilambangkan dengan hal lain. Untuk memahami bahasa figuratif ini. Pembaca harus menafsiran kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang konvensional maupun yang nonkonvensional.

(13)

Kiasan (Gaya Bahasa) kiasan yang dimaksud di sini mempunyai makna lebih luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut gaya bahasa secara keseluruhan. Dalam gaya bahasa, suatu hal dibandingkan dengan hal lainya. Seperti telah dijelaskan tujuan penggunaan kiasan ialah untuk menciptakan efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi. (Dr.Herman J.Waluyo, 1987 : 83)

Banyak kita jumpai kiasan tradisional yang kita sebut gaya bahasa. Penyair modern membuat kiasan yang baru dan tidak menggunakan kiasan-kiasan lama yang sudah ada. Dalam bagian ini akan dibicarakan metafora (kiasan langsung), persamaan (kiasan tidak langsung), personifikasi, hiperbola (Overstatement), suphemisme (understatement), sinekdoce, dan ironi.

Pada puisi “Penyapu” DIAN SASTRO telah mengkiaskannya dalam majas depersonifikasi.

Depersonifikasi adalah jenis gaya bahasa perbandingan yang melekatkan sifat-sifat suatu benda tak bernyawa pada manusia atau insan. Jadi di sini perbandingan dibalikkan, tidak seperti personifikasi. Biasanya gaya bahasa ini terdapat dalam kalimat pengandaian yang memanfaatkan kata-kata.

Contoh :

Penyapu yang ku kenali dulu

(14)

Hal ini digunakan untuk memperjelas penggambaran peristiwa dan keadaan itu, yangmana seorang anak disini didepersonifikasikan sebagai cahaya.

2.2.4. Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi. (Dr. Herman J.Waluyo, 1987 : 91)

Marjorie boulton menyebut rima sebagai phonetic form. Jika bentuk fonetik itu berpadu dengan ritma, maka akan mampu mempertegas makna puisi (1979:42). Dalam rima terdapat onomatope, bentuk intern pola bunyi, intonasi, repetisi bunyi, dan persamaan bunyi. Jadi rima tidak khusus berarti persamaan bunyi atau dalam istilah tradisional disebut sajak. Rima lebih luas lagi karena menyangkut perpaduan bunyi konsonan dan vokal untuk membangun orkestrasi atau musikalitas. Marjorie Boulton menyatakan bahwa dengan repetisi bunyi akan diperoleh efek intelektual dan efek magis. N.J. Kennedy menyebutkan adanya aliterasi dan asonansi (1971:42). Brooks menyatakan bahwa musikalitas dapat dimasukkan sebagai salah satu jenis rima (1975:524).

(15)

Dan terdapat juga rima kembar ialah rima akhir yang letaknya

Berdasarkan bunyinya, puisi “Penyapu” terdapat rima sempurna ialah rima pada seluruh suku kata akhir

Contoh: - sekarat - pucat - cahaya - dirinya

- terpaku - kaku

2.2.5. Ritme

(16)

Ritma berasal dari bahasa Yunani rheo yang berarti gerakan-gerakan air yang teratur, terus-menerus, dan tidak putus-putus (mengalir terus). Slametmuljana menyatakan bahwa ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/rendah, panjang/pendek, keras/lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk keindahan. (Dr. Herman J.Waluyo, 1987 : 91)

Tiap penyair, aliran, periode, dan angkatan mempunyai perbedaan cara mengulang hal-hal yang dipandang membentuk ritma tersebut. Berikut ini contoh ritma dalam puisi “Penyapu” karya : DIAN SASTRO

Sebutlah namaNya, sebutlah namaNya

Dalam puisi “Penyapu” frase yang dimulai “sebutlah namaNya, sebutlah namaNya” mengikat bait-bait sebelumnya, sehingga mempunyai irama yang padu.

2.2.6. Asonansi

Asonansi adalah gaya bahasa repetisi yang berjudul perulangan vokal pada suatu kata atau beberapa kata, biasanya dipergunakan dalam puisi untuk mendapatkan efek penekanan. (Suroto, 1993:130).

Asonansi ialah persamaan atau pengulangan bunyi vokal yaitu a,e,i,o,u dalam baris yang sama. (internet).

Contoh : - Penyapu yang ku kenali dulu

adalah penyapu yang menggiring sampah menuju destinasi...

(17)

Penyapu yang kukenali kini konsonan suatu kata atau beberapa kata. (Suroto, 1993:130)

Aliterasi ialah persamaan atau pengulangan bunyi konsonan seperti j,k,l,m,n dan sebagainya dalam baris yang sama. (internet).

Contoh: - Adinda tersayang kakanda tercinta Ah ketut

Rumput liar tumbuh di manapun 2.2.8. Makna

(18)

Kata-kata dalam puisi tidak tunduk pada aturan logis sebuah kalimat, namun tunduk pada ritma larik puisi. Hal ini disebabkan karena kesatuan kata-kata itu bukanlah kalimat akan tetapi lark-larik puisi itu. Kata-kata tidak terikat oleh struktur kalimat dan lebih terikat pada larik-larik puisi. Dalam larik-larik puisi yang lebih pendek, kesatuan kata atau kata-kata yang mandiri membentuk makna puisi. (Dr. Herman J.Waluyo, 1987:103)

Bahasa figuratif, pengimajian, kata konkret, dan diksi khas dari penyair menyebabkan pembaca puisi harus mencari makna yang hendak disampaikan penyair dengan cara lebih sulit daripada makna di dalam bahasa prosa. Pengetahuan tentang latar belakang penyair akan mempermudah mengungkapkan makna yang bersifat khas itu.

Lima kode bahasa menurut Rolland Barthes dapat membantu pembaca memahami makna karya sastra. Kode-kode itu melatarbelakangi makna karya sastra. Meskipun pandangannya itu diterapkan untuk prosa, namun prinsip-prinsipnya dapat digunakan untuk puisi juga. Lima kode itu, ialah :

1. Kode hermeneutik (penafsiran)

(19)

cukup tentang bahasa sastra, pembaca akan mampu menafsirkan makna puisi itu. Begitu pula menghadapi baris-baris/baitnya seperti:

Penyapu yang ku kenali dulu

Siapakah nama itu? Kenapa si anak gelepotan lumpur dan darah? Sia-sia yang bagaimana? Apa maksud sebelum semuanya terpaku kaku?

(20)

mengubah teknik pengucapan puisi yang sudah dimilikinya. Seperti halnya dalam puisi “Penyapu” karya: Dian Sastro sebagai berikut:

Penyapu yang ku kenali dulu

Dari contoh puisi diatas jika diperhatikan dengan seksama, maka akan dapat kita temukan sesuatu gerak batin penyair dalam hidupnya

3. Kode semantik (sememe)

Makna yang kita tafsirkan dalam puisi adalah makna konotatif. Bahasa kias banyak kita jumpai. Sebab itu, menafsirkan puisi berbeda dengan menafsirkan prosa. Menghadapi bentuk puisi, pembaca sudah harus bersiap-siap untuk memahami bahasanya yang khas. Misalnya dalam menafsirkan makna sebuah bait puisi DIAN SASTRO “Penyapu” ini :

Penyapu yang ku kenali dulu

adalah penyapu yang menggiring sampah menuju destinasi...

(21)

Penyapu yang kukenali kini menggiring satu wawasan pembersihan kawasan memartabat suatu daulah pembersihan minda dan akal menuju satu destinasi....

(22)

dengan kotoran lumpur dan darah karena luka akibat suatu kejadian.. Kata /terdengar desis mirip upaya sia-sia/ maksudnya adalah berusaha berkata dengan suara pelan/bisikan akan tetapi semua itu sia-sia (percuma). /sebelum semuanya terpaku,kaku/ maksudnya adalah sebelum nafas dan darah yang mengalir ditubuh itu berhenti dan mati.

4. Kode Simbolik

Kode semantik berhubungan dengan kode simbolik; hanya kode semantik lebih luas. Kode simbolik lebih mengarah pada kode bahasa sastra yang mengungkapkan/melambangkan suatu hal dengan hal lain. Makna lambang banyak kita jumpai dalam puisi. Peristiw-peristiwa yang dilukiskan dalam puisi belum tentu bermaksud hanya untuk bercerita, namun mungkin merupakan lambang suatu kejadian. Bahkan mungkin merupakan lambang kejadian yang akan datang. Misalnya, puisi “Penyapu” merupakan lambang dari kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Secara khusus, kata-kata dalam puisi tersebut merupakan suatu lukisan peristiwa yang dialami seorang ibu yang penyabar, pemaaf terhadap seorang anak yang durhaka, seperti halnya cerita rakyat “Malin Kundang” telah menjadi lambang anak durhaka dalam dongeng dunia.

5. Kode budaya

(23)
(24)

BAB III PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan analisis terhadap puisi “Penyapu” karya : DIAN SASTRO ini terdapat suatu hubungan kontemporer dimana puisi tersebut merupakan puisi yang inkonvensional. Karena pada puisi Penyapu penyair menulisnya dengan bentuk tipografi yang nampak jelas. Tema yang diungkapkan juga menunjukkan struktur tematik puisi, karena tulisan diatas tidak menunjukkan uraian yang berkesinambungan seperti didalam prosa. Baris-baris yang diciptakan bukan kesatuan sintaktik, namun Baris-baris-Baris-baris yang intens (terkonsentrasikan). Sehingga akan menimbulkan pertanyaan dalam hati kita. Disamping itu pemilihan kata-katanya sangat cermat dan tepat, bunyi dalam rima dan ritmenya sangat selaras sehingga menghasilkan suatu makna yang selaras, yang penggunaannya cocok dengan pokok pembenaan, peristiwa, dan khalayak pembaca atau pendengar.

Disamping memilih kata yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya magis dari kata tersebut, kata-kata diberi makna baru dan yang tidak bermakna diberi makna menurut kehendak penyair.

(25)

pelambangan yang menimbulkan makna lambang. Pengiasan disebut juga simile atau persamaan, karena membandingkan/menyamakan sesuatu hal dengan hal lain.

Dari beberapa konvensional puisi atau struktur fisik dalam puisi Penyapu memiliki hubungan yang erat. Kekonvensionalan tersebut sangat berkaitan dengan totalitas makna serta adanya kesatuan dari seluruh isi cerita. Hal dan keterjalinan itu nampak dari bentuk tipografi, peristiwa maupun selalu bergerak sesuai dengan tuntutan dan perkembangan cerita hal ini didasarkan bukti dari puisi “Penyapu” karya DIAN SASTRO sebagai berikut :

Penyapu

Penyapu yang ku kenali dulu

adalah penyapu yang menggiring sampah menuju destinasi...

Penyapu yang ku kenali dulu dikenderai ahli-ahli sihir menuju destinasi...

(26)

DAFTAR PUSTAKA `

Dr. Herman J. Waluyo, 1987. Teori dari Apresiasi Puisi. Jakarta : Erlangga. Aminuddin, 1984. Pengantar Memahami Unsur-unsur dalam Karya Sastra.

Malang : IKIP Malang.

Suroto, 1993. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta : Erlangga.

Nur Faizah dkk, 2001. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jombang : Kinara Offset. DIAN SASTRO, 2000. Sajak-sajak Cinta Gandrung. Rembang : Yayasan

(27)

PUISI

Penyapu

Penyapu yang ku kenali dulu

adalah penyapu yang menggiring sampah menuju destinasi...

Penyapu yang ku kenali dulu dikenderai ahli-ahli sihir menuju destinasi...

(28)

ANALISIS STRUKTUR FISIK PUISI

“Penyapu”

Karya : DIAN SASTRO

Dosen Pembimbing : MU’MININ M.A

Oleh :

LINA AZKIYAH NIM : 076092

BINA 2007 C

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(29)

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ANALISIS PUISI PENYAPU KARYA DIAN SASTRO”.

Makalah ini disusun dengan maksud untuk salah satu tugas akhir Semester jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Jombang. Dan atas tersusunnya makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak. MU’MININ M.A yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis.

Dalam penulisan makalah ini penulis telah berusaha menyusun dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari bahwa dalam penyusunan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.

Dengan demikian penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Jombang, Januari 2010

(30)

DAFTAR ISI

1.2.1. Ruang Lingkup Masalah ... 4

1.2.2. Rumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.3.1. Tujuan Umum... 5

1.3.2. Tujuan Khusus... 6

BAB II LANDASAN TEORI... 7

2.1. Pengertian Puisi dan Puisi Kontemporer ... 7

Referensi

Dokumen terkait

Potensi dan komposisi sapi Bali yang dapat dikeluarkan setiap tahun tanpa mengganggu populasi yang ada sebesar 13,11% setara dengan 354 ekor terdiri dari sisa replacement stock

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram, proses ini dimualai segera setelah

Pendidikan karakter melalui musik merupakan salah satu cara yang memuat potensi besar dalam mendidik manusia di zaman sekarang, namun perlu diteliti lebih lanjut jenis musik

Dari hasil wawancara dan kuisioner hal ini disebabkan karena IKU terlambat dikeluarkan oleh pemerintah kota Surakarta, sehingga dalam penyusu- nan dan pelaporan

Penelitian dilakukan terhadap 2 kelompok mencit yaitu mencit yang tidak diinfeksi bakteri (normal) dan mencit yang diinfeksi bakteri Escherichia coli (E. coli)

sehubungan dengan pelaksanaan Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim 1992 dan antisipasi Protokol Kyoto 1997) = Implementation of international agreement on climate change (case

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Lembar pengamatan kegiatan guru dan Keterlaksanaan Pembelajaran. Pengamatan kegiatan guru dilakukan oleh

Pada tahun 2010 penggunaan lahan domestik dalam sistem DAS Duriangkang diprediksi akan meningkat menjadi 1656,09 ha dan beban pencemar yang dihasilkan diprediksi sebesar 2804,45