• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsumsi dan Daya Terima Pasien Rawat Inap Penyakit Kardiovaskular Terhadap Makanan yang Disajikan RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsumsi dan Daya Terima Pasien Rawat Inap Penyakit Kardiovaskular Terhadap Makanan yang Disajikan RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Kardiovaskular

2.1.1 Anatomi Jantung

Jantung terletak di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum

anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada , diatas diafragma, dan

pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla

mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyutan jantung yang disebut iktus kordis.

Ukurannya kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira

250-300 gram.

Jantung dilapisi oleh tiga lapisan yaitu endokardium, miokardium dan

perikardium. Endokardium merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah

dalam sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi

permukaan rongga jantung. Miokardium merupakan lapisan inti dari jantung yang

terdiri dari otot-otot jantung, otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot.

Perikardium, lapisan jantung sebelah luar, merupakan selaput pembungkus terdiri dari

2 lapisan yaitu lapisan parietal dan visceral yang bertemu di pangkal jantung

membentuk kantung jantung. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai

pelicin untuk menjaga agar pergesekan antara pericardium pleura tidak menimbulkan

gangguan terhadap jantung.

Jantung terbagi atas empat ruang yaitu atrium kanan dan atrium kiri yang

dipisahkan oleh septum intratrial. Ventrikel kanan dan ventrikel kiri dipisahkan oleh

(2)

vena kava superior dan vena kava inferior. Ventrikel kanan menerima darah

de-oksigen sebagai kontrak atrium kanan. Atrium kiri menerima darah berde-oksigen dari

paru-paru melalui vena paru-paru. Ventrikel kiri menerima darah yang mengandung

oksigen sebagai kontrak atrium kiri. Pembuluh darah dalam jantung terdiri dari arteri

koroner, vena kava superior, vena kava inferior, dan vena pulmonalis. Arteri koroner

adalah jaringan pembuluh darah yang membawa oksigen dan darah kaya nutrisi ke

jaringan otot jantung. Vena kava superior adalah salah satu dari dua pembuluh darah

utama yang membawa darah de-oksigen dari tubuh ke jantung. Vena kava inferior

adalah salah satu dari dua pembuluh darah utama yang membawa darah de-oksigen

dari tubuh ke jantung. Vena pulmonalis adalah pembuluh darah mengangkut oksigen

yang kaya dari paru ke atrium kiri.

2.1.2 Fisiologi Jantung

Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan

membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan

fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh

tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen

dan membuang karbondioksida; jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya

oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.

Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah

(diastol); selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang

jantung (sistol). Kedua atrium mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan

kedua ventrikel juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan. Darah yang

(3)

mengalir melalui 2 vena terbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah

atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan. Darah

dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri

pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang

sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap

oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan. Darah yang

kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke atrium kiri.

Peredaran darah diantara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri

disebut sirkulasi pulmoner. Darah dalam atrium kiri akan didorong ke dalam ventrikel

kiri, yang selanjutnya akan memompa darah yang kaya akan oksigen ini

melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya

oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-paru.

Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistol) dan relaksasi (diastol)

jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi jantung

mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh

utama yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah

yang melalui ruang-ruang dan masuk ke arteri. Frekuensi jantung normal berkisar

antara 60 sampai 100 denyut per menit, dengan rata-rata denyutan 75 kali per menit.

Dengan kecepatan seperti itu, siklus jantung berlangsung selama 0,8 detik: sistole 0,5

detik, dan diastole 0,3 detik. Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan

oleh kedua ventrikel per menit. Curah jantung terkadang disebut volume jantung per

menit. Volumenya kurang lebih 5 L per menit pada laki-laki berukuran rata-rata dan

(4)

L per menit, pada atlit yang sedang berlatih mencapai 35 L per menit. Cadangan

jantung adalah kemampuan jantung untuk memperbesar curahnya.

2.1.3 Diet Penyakit Kardiovaskular

Terapi gizi untuk penyakit kardiovaskular menganjurkan penggunaan lemak

yang sehat, mengganti lemak trans dengan lemak tak jenuh tunggal serta

menganjurkan penggunaan asam lemak omega-3 dan konsumsi sayuran dan buah

untuk meningkatkan asupan serat. Selain itu, kalori harus berada pada tingkat yang

bertujuan untuk mempertahankan atau mencapai berat badan yang ideal.

Perubahan gaya hidup sangat penting dan kadang kala penggunaan obat juga

dibutuhkan untuk mempertahankan kesehatan arteri dan mencegah perkembangan

penyakit lebih lanjut,. Tujuannya adalah mempertahankan darah agar tetap mengalir

dengan bebas disepanjang arteri. Theurapetic Lifestyle Changes (TLC) yang

dianjurkan oleh National Program Cholesterol Educational Program (NCEP) Adult

Treatment Panel III (ATP III) tahun 2001 dalam Herbold (2007) adalah sebagai

berikut :

1. Konsumsi kurang dari 7% kalori dari lemak jenuh perhari dan hindari lemak

trans

2. Konsumsi kurang dari 200 mg kolesterol perhari

3. Konsumsi 25-35% energi dari lemak dengan 20% asam lemah tak jenuh

tunggal, 10% asam lemak tak jenuh ganda termasuk omega-3

4. Konsumsi 50-60% energi dari karbohidrat dan 15% dari protein

5. Pertimbangkan untuk meningkatkan konsumsi serat hingga 10-25 gr perhari

(5)

7. Lakukan latihan fisik yang sedang untuk mengeluarkan energi minimal

200kkal

8. Konsumsi natrium dibatasi maksimal 2400 mg untuk hipertensi dan mencegah

edema

a. Dislipidemia

Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kenaikan Low Density Lipoprotein

kolesterol (LDL-C), kenaikan kadar trigliserida dan penurunan kadar High Density

Lipoprotein kolesterol (HDL-C).

Kolesterol disintesis dalam hati dari hasil metabolisme karbohidrat, lemak dan

protein. Penyebab peningkatan kadar kolesterol dalam darah adalah faktor genetik

dan asupan lemak jenuh yang tinggi. Asupan lemak total berhubungan dengan faktor

kegemukan yang berhubungan dengan faktor risiko terjadinya atherosklerosis.

LDL-kolesterol membawa LDL-kolesterol dari hati dan melepaskanya pada dinding pembuluh

darah. Keadaan ini bisa menyebabkan pembentukan plak atau timbunan kolesterol

pada dinding dalam pembuluh darah yang dibut atheroma. Atheroma menyebabkan

penyempitan dan pengerasan dinding pembuluh darah atau atherosklerosis.

HDL-kolesterol mengangkut HDL-kolesterol yang tercecer pada dinding dalam pembuluh darah

dan kembali membawanya ke hati. HDL-kolesterol mencegah terjadinya

pembentukan atheroma karena membersihkan dinding pembuluh darah.

Trigliserida berasal dari lemak makanan atau hasil perubahan energi yang

(6)

(VLDL-C) atau kilomikron ke jaringan tubuh sebagai energi atau ke jaringan lemak

untuk disimpan. Penyebab peningkatan terigliserida adalah faktor genetik, konsumsi

alkohol, estrogen, asupan karbohidrat sederhana yang berlebihan (Sizer dan Whitney,

2006). Kategori kadar lipid dalam darah adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Kategori Lipid dalam Darah

Kategori TC (mg/dl) LDL-C (mg/dl) HDL-C (mg/dl) TG (mg/dl)

Normal < 170 < 100 ≥ 60 < 150

Borderline 200-239 130-159 59-40 151-199

High > 240 160-189 < 40 200-499

Sumber : Fieldman dan Cooper, 2007

Tujuan terapi gizi untuk penderita dislipidemia adalah menurunkan berat badan

jika gemuk, mengubah jenis dan asupan lemak makanan, meurunkan kadar kolesterol

dan meningkatkan asupan karbohidrat kompleks (Hartono,2006). Rekomendasi

kebutuhan harian penderita dislipidemia adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2Rekomendasi Kebutuhan Harian Penderita Dislipidemia

Hipertensi merupakan istilah yang digunakan untuk mejelaskan semua

peningktan persisten pada tekanan darah arteri dari batas normal. Hipertensi

didefenisikan sebagai kenaikan tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan

darah diastolik diatas 90 mmHg. Tekanan darah adalah kuatnya darah menekan

(7)

tekanan darah adalah mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah yang tinggi

meningkatkan risiko stroke, penyakit jantung, stroke, infark miokard dan gagal ginjal.

Hipertensi terjadi akibat peningkatan volume darah, kecepatan denyut jantung dan

resistensi pembuluh darah tepi (Gray, 2005). Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa

18 tahun keatas dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa

Kategori Sistolik Diastolik

Tujuan terapi gizi pada penderita hipertensi adalah membantu menghilangkan

retensi garam dan air pada jaringan tubuh serta membantu menurunkan tekanan

darah. Diet yang paling dikenal adalah diet DASH ( Dietary Approach to Stop

Hypertension) yang merupakan diet sayuran dan buah yang banyak mengandung

serat serta mineral tertentu dan asupan garam yang dibatasi (Hartono, 2006).

Rekomendasi kebutuhan gizi harian untuk penderita hipertensi adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.4 Rekomendasi kebutuhan gizi harian untuk penderita hipertensi

(8)

c. Gagal Jantung Kongestif

Gagal jantung kongestif (dekompensasi jantung) merupakan sindroma yang

dicirikan oleh ketidakmampuan jantung dalam mempertahankan aliran darah yang

memadai ke sistem sirkulasi sehingga terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, retensi

cairan dan natrium yang berlebihan, edema perifer, akhirnya jantung keletihan dan

terjadi pembengkakan.Walaupan awalnya hanya efisiensi kerja jantung dan sirkulasi

yang terganggu, tetapi pada akhirnya keseluruhan sirkulasi ikut terganggu. Penyebab

gagal jantung yang paling umum adalah hipertensi arterial, disfungsi sistolik

ventrikularis, dan penyakit arteri koroner (Price dan Wilson, 2005).

Pada anak-anak yang menderita gagal jantung kongestif sering terjadi

gangguan tumbuh kembang dan berat badan susah naik. Keadaan ini disebabkan

karena serangan sesak, gangguan absorpsi makanan karena penurunan perfusi darah

ke usus dan infeksi yang menyertai penyakit ini. Pasien gagal jantung kongestif yang

lanjut dapat menderita kaheksia (cardiac cahexia) berat dan penurunan massa lemak

dan otot. Etiologi kaheksia jantung mencakup anoreksia, hipermetabolisme yang

berhubungan dengan kardiomegali dan kehilangan zat gizi yang berhubungan dengan

hipoksi atau malabsorpsi. Terapi kaheksia jantung memerlukan dukungan gizi yang

agresif, umumnya mencakup enteral feeding yang membantu asupan oral. Formula

enteralnya terdiri dari unsur gizi elemental seperti peptida, maltodekstrin dan minyak

rantai sedang (MCT) agar kalori yang cukup dapat diberikan tanpa memboroskan

energi untuk menyerap unsur tersebut (Krummel, 2006).

Terapi gizi pada pasien gagal jantung kongestif bertujuan untuk memberikan

(9)

keseimbangan status cairan dan elektrolit. Rekomendasi kebutuhan harian untuk

penderita gagal jantung kongestif adalah sebagai berikut :

Tabel 2.5 Rekomendasi kebutuhan harian untuk penderita gagal jantung kongestif

Zat Gizi Rekomendasi

Energi 50-60% Kebutuhan Total

Protein 0,8 g/kg BB

Lemak 20-30% Kebutuhan Total

Cairan 1,5 - 2 Liter

Natrium < 1200 mg

Vitamin Sesuai AKG

d. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner terjadi ketika plak yang berisikan lipoprotein,

kolesterol,, debris jaringan, dan kolesterol terbentuk dalam permukaan interior

pembuluh darah koroner sehingga terjadi pengerasan dan penyempitan pembuluh

yang memperdarahi jantung. Plak tersebut terbungkus oleh jaringan ikat yang disebut

fibrous cap. Jika jaringan ikatnya tipis dan pecah, maka timbunan tersebut akan

terlepas dalam aliran darah. Karena eritrosit tidak bisa dikurangi kecepatannya maka

saat melewati pembuluh darah akan menimbulkan turbulensi yang meyebabkan

eritrosit saling berbenturan. Eritrosit yang pecah akibat benturan akan membentuk

bekuan darah (embolus) yang ikut mengalir dalam aliran darah. Timbunan yang

terlepas bersama bekuan darah akan menyumbat pembuluh darah distal yang

kemudian menyebabkan iskemia (Sizar dan Whitney, 2006).

Penyakit jantung koroner biasanya dipicu oleh diet tinggi lemak jenuh dan

karbohidrat sederhana, aktivitas sedentari, kegemukan dan hipertensi. Diabetes

mellitus akan memperarah keadaan karena radikal bebas seperti AGE ( Advanced

(10)

seperti kolagen dan elastin) akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah,

sementara kadar gula yang tinggi akan menyebabkan sembab dinding pembuluh

darah karena mengaktifkan lintasan poliol (Hartono, 2006).

Untuk mencegah atau menjaga agar kondisi penderita tidak semakin

memburuk dapat dilakukan dengan mempertahankan kadar kolesterol total dibawah

200 mg/dl atau rasio kolesterol total HDL-C >60 mg/dl dan LDL-C < 100 mg/dl,

mempertahankan IMT normal, mengurangi asupan lemak jenuh dan meningkatkan

asupan lemak tak jenuh, meningkatkan konsumsi sayuran dan buah serta olahraga

(Krumel, 2006). Rekomendasi kebutuhan harian untuk penderita penyakit jantung

koroner adalah sebagai berikut :

Tabel 2.6 Rekomendasi kebutuhan harian untuk penderita penyakit jantung koroner

Zat Gizi Rekomendasi

Energi 50-60% Kebutuhan Total

Protein 10-25% Kebutuhan Total Lemak < 20% Kebutuhan Total Kolesterol < 300 mg

Vitamin C 500 mg

Vitamin E 200 IU

Serat > 30 g

e. Stroke

Stroke merupakan serangan mendadak gangguan pembuluh darah otak yang

dapat berupa stroke iskemik atau stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi akibat

penyumbatan pembuluh darah otak akibat thrombus atau embolus, sedangkan stroke

hemoragik atau pendarahan (apopleksia serebri) terjadi akibat pecahnya pembuluh

darah dalam otak. Keadaan ini ditandai dengan kelumpuhan separuh tubuh

(11)

Kejadian stroke didahului oleh sejumlah faktor resiko seperti hipertensi, diabetes

mellitus, dan dislipidemia.

Tujuan terapi gizi pada penderita stroke adalah memenuhi kebutuhan gizi

dengan mempertahankan keadaan dan komplikasi penyakit, memperbaiki keadaan

stroke serta mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit (Hartono, 2006).

Rekomendasi kebutuhan harian untuk penderita stroke adalah sebagai berikut:

Tabel 2.7 Rekomendasi kebutuhan harian untuk penderita stroke

Zat Gizi Rekomendasi

Energi 25-45 kkal/kgBB

Protein 0,8 - 1,0 g/kgBB

Lemak 20-25% Kebutuhan Total

Kolesterol < 300 mg

Natrium < 1200 mg

Vitamin Sesuai AKG

Cairan ± 2 Liter

2.2 Kecukupan, Kebutuhan dan Konsumsi Zat Gizi

Angka Kecukupan Gizi (AKG) atau Recommended Dietary Allowance (RDA)

merupakan tingkat konsumsi zat gizi esensial yang dinilai cukup untuk memenuhi

kebutuhan gizi hampir semua orang sehat di suatu negara. Angka kecukupan gizi

menggambarkan asupan rata-rata perhari yang harus dikonsumsi oleh populasi dan

bukan kebutuhan perorangan, tetapi dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

menghitung kebutuhan zat gizi. Di Indonesia, angka kecukupan gizi dibuat

berdasarkan berat badan menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan aktivitas fisik

(12)

Angka Kebutuhan Gizi (AKG) atau Dietary Requirements (DR) berbeda

dengan angka kecukupan zat gizi. Angka kebutuhan gizi merupakan banyaknya zat

gizi yang dibutuhkan individu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang

adekuat. Penetapan kebutuhan gizi dilakukan berdasarkan umur, jenis kelamin,

aktivitas fisik, kondisi khusus atau dalam keadaan sakit. Selain itu penetapan angka

kebutuhan gizi juga memperhatikan perubahan kebutuhan karena infeksi, gangguan

metabolik, dan penyakit kronik.

Tingkat konsumsi seseorang merupakan persentase angka konsumsi energi

dan zat gizi yang diperoleh dari survei terhadap angka kecukupan yang dianjurkan.

Survei konsumsi makanan bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan

gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok,

rumah tangga, dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

konsumsi makanan. Suvey konsumsi makanan dapat dilakukan dengan berbagai

metode antara lain metode recall 24-hours dan metode penimbangan makanan (food

weighing method). Prinsip metode recall 24-hours adalah mencatat jenis dan jumlah

makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.Data yang diperoleh

cenderung bersifat kualitatif karena itu, jumlah makanan yang dikonsumsi individu

harus ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat ukur rumah tangga (URT).

Prinsip metode penimbangan makanan (food weighing method) adalah mengukur

secara langsung berat setiap jenis pangan yang dikonsumsi. Berat makanan yang

dikonsumsi didapatkan dari mengurangi berat makanan sebelum dimakan dengan

(13)

2.2.1 Energi

Kebutuhan energi tiap orang merupakan konsumsi energi yang berasal dari

makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi. Penentuan kebutuhan

energi didasarkan pada energi basal (Basal Metabolic Rate – BMR) ditambah

sejumlah energi yang diperlukan untuk efek tambahan metabolisme (Thermic Effect

of Food- TEF), kegiatan atau aktivitas fisik (Thermic Effect of Exercise- TEE) dan

pertumbuhan pada kelompok usia dan fisiologis tertentu (Napitupulu, 2012).

Basal Metabolic Rate (BMR) merupakan kebutuhan energi minimal yang

dibutuhkan tubuh untuk menjalankan proses tubuh vital. BMR dinyatakan dalam

kikokalori per kilogram berat badan per jam. BMR dipengaruhi oleh umur, jenis

kelamin, berat badan dan tinggi badan. BMR diukur pada pagi hari, setelah bangun

tidur, belum melakukan kegiatan, dan telah berpuasa selama 10-12 jam.

Thermic Effect of Exercise (TEE) adalah kebutuhan energi untuk melakukan

aktivitas fisik. Aktivitas fisik merupakan gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan

sistem penunjangnya. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung pada banyaknya

otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan serta

efisiensi untuk melakukan pekerjaan. Umumnya kebutuhan energi untuk TEE sekitar

15-30% .

Thermic Effect of Food (TEF) atau lebih dikenal sebagai specific dynamic

action yaitu energi tambahan yang diperlukan untuk pencernaan makanan, absorpsi,

metabolisme zat gizi yang menghasilkan energi. TEF diperkirakan sekitar 10% dari

(14)

kehilangan energi sekitar 7%. Pengubahan karbohidrat menjadi lemak memerlukan

tambahan energi sebanyak 10%.

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang

pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi dapat diperoleh dari karbohidrat,

prtein dan lemak yang terdapat dalam makanan. Kandungan ketiga zat gizi ini dalam

makanan akan menentukan banyaknya nilai energi. Setiap gram karbohidrat dan

protein akan menghasilkan energi sebanyak 4 kkal, sedangkan lemak dan alkohol

menyumbangan energi sebanyak 9 kkal dan 7 kkal tiap gramnya. Kekurangan energi

pada orang dewasa akan menyebabkan penurunan berat badan dan kerusakan jaringan

tubuh. Kelebihan energi dapat menyebabkan kegemukan karena setiap energi yang

berlebih akan diubah menjadi lemak. Kegemukan dapat mengakibatkan gangguan

fungsi tubuh sehingga mempertinggi resiko terjadinya penyakit kronik dan

memperpendek usia harapan hidup (Almatsier, 2009).

2.2.2 Protein

Penentuan kebutuhan protein dilakukan dengan metode faktorial atau metode

keseimbangan nitrogen. Metode faktorial biasanya digunakan untuk menghitung

kebutuhan protein pada anak-anak dengan menghitung kebutuhan untuk

pemeliharaan tubuh yaitu hasil dari keseimbangan nitrogen ditambah dengan

perkiraan kebutuhan pertumbuhan. Metode keseimbangan nitrogen merupakan

metode yang dilakukan dengan perbandingan jumlah konsumsi nitrogen melalui

makanan dengan kehilangan nitrogen dari tubuh melalui urine, feses dan permukaan

tubuh. Jika asupan lebih kecil dari pada pengeluaran maka disebut N-balance

(15)

positive. Untuk mengetahui N-balance bisa dilakukan dengan percobaan dengan

pemberian berbagai tingkat protein misalnya pemberian 0,6 g/kgBB sampai dengan

1,0g/kgBB (Napitupulu, 2012).

Kebutuhan protein normal adalah 10-15% dati kebutuhan energi total, atau 0,8

- 1,0 g/kg berat badan. Kebutuhan protein minimal untuk mempertahankan

keseimbangan nitrogen adalah 0,4 – 0,5 g/kg berat badan . Demam, operasi, sepsis,

trauma, dan luka meningkatkan kebutuhan protein menjadi 1,5 – 2,0 g/kg berat

badan. Sebagian besar pasien rawat inap membutuhkan protein sebesar 1,0 – 1,5 g/kg

berat badan (Almatsier, 2009).

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dari segi

kualitas dan kuantitas, misalnya telur,susu, daging, ikan, unggas. Kelebihan konsumsi

protein dapat menyebabkan asidosis, diare, kenaikan kadar ammonia dalam darah,

hyperuremia. Kelebihan konsumsi protein juga dapat melemahkan ginjal dan tulang.

Kekurangan konsumsi protein pada anak-anak dibawah lima tahun dapat

menyebabkan kwashiorkor dan jika ditemukan bersama dengan kekurangan energi

maka dapat menyebabkan PEM atau Protein-Energy Malnutrition (Berdanier, 2008).

2.2.3 Lemak

Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. American Heart

Assosiation menganjurkan kebutuhan lemak kurang dari 30% kebutuhan energi total.

Batas penerimaan lemak sekitar 20-30% dinyatakan baik untuk kesehatan. Jumlah ini

memenuhi ebutuhan asam lemak esensial dan membantu penyerapan vitamin. Dari

(16)

3-7% dan lemak jenuh sebesar 8%. Batas konsumsi kolesterol adalah ≤300 mg perhari

(Sizer dan Whitney, 2006).

2.2.4 Natrium

Tubuh manusia mengandung 1,8 g Na/KgBB bebas lemak, dimana sebagian

besar terdapat dalam cairan ekstraselular. Natrium adalah kation utama dalam cairan

ekstrasel yang menjaga keseimbangan cairan. Bila jumlah natrium dalam sel

meningkat secara berlebih, maka air akan masuk kedalam sel sehingga sel

membengkak.

Rekomendasi konsumsi natrium perhari dibatasi untuk setiap kelompok umur.

Usia 19-50 tahun sebanyak 1500 mg natrium perhari, usia 51-70 tahun sebanyak

1300 mg natrium perhari dan usia diatas 71 tahun sebanyak 1200 mg natrium perhari.

Karena tingginya konsumsi natrium, DRI committee memberikan batas toleransi

konsumsi natrium sebesar 2300 mg/hari atau setara dengan 6 gr garam dapur. Sumber

natrium adalah garam dapur, Monosodium glutamat (MSG), kecap, dan makanan

yang diawetkan.

Kekurangan natrium dapat menyebabkan kejang, apatis dan kehilangan nafsu

makan. Kekeurangan natrium dapat terjadi sesudah muntah, berkeringat tau yang

sedang menjalankan diet rendah natrium. Kelebihan natrium dapat menyebabkan

keracunan dan dalam keadaan akut dapat menyebabkan edema dan hipertensi (Sizer

(17)

2.3 Pengukuran Konsumsi Makanan Tingkat Individu

2.3.1 Metode Recall 24 Hours

Prinsip dari metode recall 24 hours adalah dilakukan denga mencatat jenis

dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu. Data yang

diperoleh melalui metode ini cenderung bersifat kualitatif. Jika ingin mendapatkan

data kuantitatif, maka jumlah konsumsi individu ditanyakan secara teliti

menggunakan URT (Supariasa, 2008).

2.3.2 Metode Estimated Food Records

Metode ini meminta responden untuk mencatat semua makanan dan minuman

sebelum makan dalam ukuran rumah tangga dalam periode tertentu. Estimate food

record memberikan informasi yang mendekati sebenarnya tentang jumlah zat gizi

yang dikonsumsi individu (Supariasa, 2008).

2.3.3 Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)

Metode food weighing atau penimbangan makanan dilakukan dengan

menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi, termasuk makanan sisa,

oleh responden selama satu hari. Kelebihan metode ini adalah data konsumsi yang

diperoleh lebih akurat dan teliti (Supariasa, 2008).

2.3.4 Metode Riwayat Makanan (Dietary History)

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan pola konsumsi berdasarkan

pengamatan dalam waktu yang cukup lama. Metode riwayat makanan memiliki tiga

komponen yaitu wawancara, frekuensi penggunaan bahan makanan, dan pencatatan

(18)

adalah pengumpulan data pada keadaan atau musim tertentu, seperti hari raya atau

musim panen, karena pola konsumsi bisa berubah dan tetap harus dikumpulkan.

2.3.5 Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)

Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi

konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu.

Metode ini menghasilkan data yang bersifat kualitatif. Kuesioner frekuensi makanan

memeuat tentang bahan makanan atau makanan dan frekuensi penggunaan bahan

makanan tersebut dalam waktu tertentu.

2.4 Daya Terima Makanan Pasien di Rumah Sakit

Daya terima makanan merupakan makanan yang habis dikonsumsi. Sisa

makanan pasien merupakan semua atau sebagian makanan yang disajikan kepada

pasien dan benar-benar dapat dimakan, tetapi tidak habis dimakan atau tidak dimakan

dan dibuang sebagai sampah. Cara mengukur daya terima makanan di rumah sakit

ada tiga cara yaitu weighed plate waste, observasional method, self-reported

consumption.

Weighed Plate Waste, metode ini biasanya digunakan untuk mengukur sisa

makanan setiap jenis hidangan atau untuk mengukur total sisa makanan pada

individual maupun kelompok. Metode ini mempunyai kelebihan dapat memberikan

informasi yang lebih akurat/teliti. Kelemahan metode penimbangan ini yaitu

memerlukan waktu, cukup mahal karena perlu peralatan dan tenaga pengumpul data

harus terlatih dan terampil. Observasional Method, Pada metode ini sisa makanan

diukur dengan cara menaksir secara visual banyaknya sisa makanan untuk setiap jenis

(19)

gram atau dalam bentuk skor bila menggunakan skala pengukuran. Self-Reported

Consumption, Pengukuran sisa makanan individu dengan cara menanyakan

kepada responden tentang banyaknya sisa makanan. Pada metode ini responden yang

menaksir sisa makanan menggunakan skala taksiran visual.

2.4.1 Penampilan Makanan

Penampilan makanan adalah faktor mutu yang sangat mempengaruhi

penampakan suatu produk pangan. Baik bagi makanan yang tidak diproses maupun

bagi makanan yang diproses (dimanufaktur). Makanan yang disajikan dengan

menarik akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran, bentuk, tingkat

kesukaan, warna, kekentalan dan sebagainya.

a. Warna Makanan

Warna makanan memegang peranan penting dalam penampilan makanan,

dari warna makanan tersebut dapat dilihat bahwa makanan tersebut masih

berkualitas baik atau buruk. Warna juga dapat digunakan sebagai indikator

kematangan makanan. Apabila makanan yang dihidangkan tidak menarik

maka dapat menurunkan selera orang yang memakannya

b. Besar porsi / ukuran makanan

Besar porsi makanan yang dihidangkan bukan hanya mempengaruhi

penampilan makanan waktu disajikan tetapi juga berkaitan dengan

perencanaan dan perhitungan pemakaian bahan yang digunakan

c. Tekstur / konsistensi makanan

Faktor tekstur adalah rabaan oleh tangan, keempukan, mudahnya dikunyah

(20)

rangsangan yang lambat terhadap panca indera sedangkan yang bertekstur

empuk akan mempermudah dalam mengunyah. Tekstur suatu makanan juga

ditentukan oleh indera perasa yaitu mulut karena adanya rangsangan fisik

yang ditimbulkan

d. Bentuk makanan yang disajikan

Bentuk makanan terdiri dari berbagai macam tergantung dari kebutuhannya.

Bentuk makanan yang menarik dan serasi akan mempunyai daya tarik

tersendiri untuk memakannya

2.4.2 Rasa Makanan

Cita rasa makanan ditentukan oleh indera pengecap dan indera penciuman.

Komponen-komponen yang berperan dalam penentuan rasa makanan adalah aroma

makanan, bumbu makanan, kerenyahan / tingkat kematangan makanan dan

temperatur makanan

a. Aroma makanan

Aroma makanan terbentuk karena senyawa yang menguap sebagai akibat dari

reaksi enzim. Aroma merupakan rasa dan bau yang sangat subjektif dan

sangat sulit untuk di ukur. Aroma yang disebarkan tersebut dapat menarik

selera karena merangsang indera penciuman. Faktor aroma dapat berupa bau

dan rasa, misalnya rasa manis, asam, pahit, asin, harum dan sebagainya

b. Bumbu makanan

Bumbu masakan akan memberikan cita rasa yang khas sehingga dapat

membangkitkan selera yang memakannya. Rasa yang diberikan oleh

(21)

rasa baru yang lebih nikmat. Bumbu masakan yang digunakan berupa

rempah-rempah (cabe, bawang merah, bawang putih, ketumbar, jintan dan lain

sebagainya) dan perasa lainnya.

c. Kerenyahan makanan

Kerenyahan makanan adalah makanan yang setelah di masak akan enak

dimakan, kering tetapi tidak keras. Makanan yang renyah akan sangat

berfungsi terhadap cita rasa makanan. Tingkat kematangan merupakan faktor

yang berpengaruh terhadap cita rasa makanan

d. Suhu makanan

Makanan yang dihidangkan harus sesuai dengan suhunya karena akan

mempengaruhi cita rasa. Makanan yang dihidangkan terlalu panas maupun

terlalu dingin akan mempengaruhi sensitifitas syaraf pengecap terhadap cita

rasa

2.4.3 Pelayanan Makanan

Pelayanan makanan berarti mengantarkan atau menyajikan makanan dan

minuman kepada pasien selama pasien tersebut dirawat di rumah sakit. Pelayanan

yang baik adalah menyediakan dan mengantarkan makanan dengan cara yang efisien

dan dikombinasikan dengan teknik pelayanan yang cepat, penuh perhatian, dan

sopan. Pelayanan yang cepat dan menyenangkan akan mempengaruhi kepuasan

pasien yang dilayani. Pelayanan berkaitan erat dengan hubungan antar manusia. Oleh

karena itu pelayanan harus ramah dan memuaskan.

Kepuasan pasien terhadap pelayanan dipengaruhi yaitu : kualitas makanan,

(22)

yang melayani pasien makan, sikap petugas distribusi makanan, dan perlakuan lain

terhadap pasien.

2.4.4. Kebersihan Makanan

Makanan yang baik harus memperhatikan aspek-aspek kesehatan. Makanan

tersebut harus aman bila dikonsumsi oleh pasien. Untuk mendapatkan makanan yang

higiene maka peralatan yang digunakan untuk memasak, tenaga pengolah dan cara

pengolahan yang benar harus diperhatikan. Kebersihan hidangan yang disajikan

mencakup kebersihan makanan dan minuman, yang merupakan higiene makanan

serta kebersihan dari lingkungan. Sanitasi makanan tidak dapat dipisahkan dengan

sanitasi lingkungan karena sanitasi makanan merupakan usaha untuk membuat

makanan agar tetap bersih, sehat dan aman

2.4.5 Lama Perawatan

Perawatan di rumah sakit akan berpengaruh terhadap faktor internal,

penyebab stres karena pasien harus menjalani kehidupan yang berbeda dengan apa

yang dialaminya sewaktu berada di rumah, seperti apa yang di makan, bagaimana

makanan yang disajikan, dengan siapa ia makan, ditambah lagi dengan hadirnya

orang-orang yang masih asing baginya yang mengelilingi setiap waktu seperti dokter,

perawat, dan petugas medis lainnya.

Semakin lama pasien dirawat di rumah sakit kemampuan untuk beradaptasi

dengan lingkungan tempatnya dirawat semakin baik karena pasien sudah memahami

dan mengetahui situasi dan kondisi di rumah sakit serta akan mengalami

(23)

2.5 Kerangka Konsep

Hal penting dalam penyediaan makanan di rumah sakit untuk pasien rawat

inap penyakit kardiovaskular adalah kebutuhan energi, protein, lemak dan natrium.

Konsumsi menu diet pada pasien penyakit kardiovaskular berpengaruh pada tingkat

konsumsi dan tingkat kecukupan zat gizi. Tingkat konsumsi merupakan perbandingan

antara angka konsumsi terhadap jumlah makanan yang disediakn rumah sakit. Jika

tingkat konsumsi belum mencapai 100%, maka pelaksanaan terapi gizi pada pasien

kurang efektif.

Gambar 1. Kerangka Konsep

Diet Penyakit Kardiovaskular Riwayat Penyakit Pasien

1. Lama Penyakit 2. Status Perawatan 3. Lama Rawat

Tingkat Konsumsi Pasien

Tingkat Kecukupan Zat Gizi Pasien

Konsumsi Pasien: 1. Makanan RS 2. Makanan Luar

RS

Daya Terima Pasien terhadap Makanan

(24)

Jika perbandingan konsumsi zat gizi mencapai 100%, maka pasien menjalani

terapi gizi dengan baik. Dalam mencapai tingkat konsumsi yang optimal, perlu

diketahui daya terima pasien terhadap makanan yang disajikan. Pengukuran daya

terima pasien terhadap makanan yang disajikan diperoleh melalui pengisian kuesioner

uji kesukaan. Daya terima yang positif terhadap menu diet diperkirakan dapat

mengurangi minat pasien mengonsumsi makanan luar rumah sakit serta dapat

Gambar

Tabel 2.1 Kategori Lipid dalam Darah
Tabel 2.3  Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa Kategori Sistolik
Tabel 2.5 Rekomendasi kebutuhan harian untuk penderita gagal jantung kongestif Zat Gizi Rekomendasi
Tabel 2.6 Rekomendasi kebutuhan harian untuk penderita penyakit jantung koroner Zat Gizi Rekomendasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Cempaka (2005) dengan judul Telaah Pengoleksian dan Penginvestasian Lukisan dalam Kaitannya dengan Motivasi dan Orientasi, serta Peran Kolektor dalam Medan Sosial

Bersam a ini diberit ahukan bahw a sehubungan dengan adanya perm asalahan dengan jaringan LPSE Jat eng sehingga kegiat an Aandw izing Pelelangan Sederhana Pengadaan

BIDANG CIPTA KARYA DPU KABUPATEN KLATEN. JL Sulaw

Perlu dingatkan dan dipertegas kembali, bahwa ketidakhadiran / hadir tetapi tidak membawa surat kuasa / hadir tidak membawa dokumen asli dan/atau dokumen salinan yang

Perlu dingatkan dan dipertegas kembali, bahwa ketidakhadiran / hadir tetapi tidak membawa surat kuasa / hadir tidak membawa dokumen asli dan/atau dokumen salinan yang

PERANGKAT PENGOLAH DATA DAN KOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

Rancangan pengembangan produk yang akan dilaksanakan sebagai berikut: (1) merumuskan tujuan penggunaan produk yaitu untuk menambah kreatifitas pendidik dan

Metode yang dilakukan adalah dengan merancang dan membuat sebuah program sistem kontrol yang dibuat untuk menjalankan gerakan-gerakan secara otomatis, kontrol menggunakan