• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Musik Gamelan sebagai Identitas Jawa dalam Liturgi Ibadah di GKJ Salatiga Selatan T2 752016031 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Musik Gamelan sebagai Identitas Jawa dalam Liturgi Ibadah di GKJ Salatiga Selatan T2 752016031 BAB I"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Empat puluh persen dari layanan ibadah adalah musik. Layanan musik memiliki peran

yang penting dalam jalannya ibadah. Program musik yang kuat umumnya memiliki tiga ciri yaitu

perencanaan dan spontanitas, keseimbangan dan variasi serta kualitas dan kedalaman.

Perencanaan dan spontanitas dalam semua komponen dalam ibadah penting. Mereka yang

memimpin musik, liturgi, dan yang memberitakan dapat bergerak dengan spontanitas sebagai

tim ketika roh memimpin mereka dalam arah baru selama kebaktian. Improvisasi dan spontanitas

membangun perencanaan yang telah terjadi. Para pemimpin ibadah harus memiliki rasa

kepercayaan dan kerjasama yang penuh dalam ibadah. Karya pianis, organis, direktur paduan

suara, dan paduan suara itu sendiri harus berkualitas tinggi. Musik dimainkan dan dinyanyikan

oleh orang yang kompeten dan orang-orang yang menyanyikannya dengan kesungguhan.

Komitmen mereka bertujuan untuk memuliakan nama Tuhan, karena mereka diberikan talenta

yang luar biasa. Ibadah yang memiliki rasa kekuatan dan gerakan dalam liturgi adalah mereka

yang layanan ini satu kesatuan utuh. Tahap sebelumnya membangun ke arah yang lebih baik dan

berkontribusi ke tahap berikutnya dalam pelayanan, dan ada rasa perkembangan dan gerakan

menuju klimaks pindah kedunia dalam misi sebagai umat Allah‟.1

Kata liturgi berasal dari bahasa Yunani Leitourgia. Kata Leitourgia terbentuk dari akar

kata ergon yang berarti karya dan leitos yang merupakan kata sifat untuk kata benda. Secara

harafiah, leitourgia berarti kerja atau pelayanan yang dibaktikan bagi kepentingan bangsa. Salah

1

(2)

satu bentuk dari liturgi adalah musik. Manusia tidak bisa melepaskan diri dari musik. Musik

selalu menjadi bagian ungkapan dan media komunikasi manusia. Apa yang terkadang tidak dapat

disampaikan melalui kata-kata, dapat diungkapkan melalui musik. Musik benar-benar menjadi

bidang simbolisasi manusia. Karena itu liturgi gereja menggunakan musik sebagai salah satu

bentuk ungkapan perayaan iman. Musik memiliki peranan yang penting dalam liturgi. Adapun

peranan musik dalam liturgi adalah musik sebagai bagian dari liturgi itu sendiri, musik

menggungkapkan partisipasi aktif umat dan musik memperjelas misteri Kristus.2

Dalam ketujuh unsur dari suatu kebudayaan, salah satu diantaranya adalah kesenian.

Menurut Haviland, kesenian adalah penggunaan imajinasi secara kreatif untuk menerangkan,

memahami dan menikmati hidup.3 Menurut Koentjaraningrat, „dari ketujuh unsur kebudayaan, hanya satu unsur yang dapat menonjolkan sifat khas dan mutu, dan unsur tersebut cocok sebagai

unsur paling utama dalam kebudayaan Indonesia yaitu kesenian. Dalam buku Koenjaraningrat

dijelaskan bahwa para ahli perencanaan pembangunan telah sadar akan pentingnya kebudayaan

Indonesia, karena Kebudayaan Indonesia memberi identitas nasional, dan identitas tersebut perlu

untuk mendorong motivasi untuk usaha pembangunan. Dengan mewujudkan adanya identitas

nasional, rakyat harus mempunyai rasa bangga kepada negara tersebut.‟ 4

Menurut Stella Ting Toomey, identitas merupakan refleksi diri atau cerminan diri yang

berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis dan proses sosialisasi. Identitas pada dasarnya

merujuk pada refleksi dari diri kita sendiri dan persepsi orang lain terhadap diri kita. Sementara

itu, Gardiner W. Harry dan Kosmitzki Corinne melihat identitas sebagai pendefinisian diri

2

E. Martasudjta, Pr, Pengantar Liturgi: Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi, ( JogjaL: Kanisius, 1999), 134-135.

3

Haviland W.A., Antropologi jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1993), 224.

4

(3)

seseorang sebagai individu yang berbeda dalam perilaku, keyakinan dan sikap‟.5

Dengan

demikian berbicara mengenai identitas Jawa berarti sebuah cerminan diri atau jati diri dari suatu

kebudayaan Jawa dimana musik gamelan merupakan salah satu kesenian yang merupakan bagian

dari budaya Jawa dan menjadi suatu identitas Jawa yang harus dilestarikan dan dipertahankan.

Dalam bagian ini penulis mendeskripsikan pengertian musik gamelan. Musik

gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan

gong. Orkes gamelan di Indonesia kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali dan

Lombok dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di

Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan. Penalaan dan

pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan menggunakan empat

cara penalaan yaitu slendro, pelog, "Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan

"madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di

Eropa.”6 “Gamelan Jawa terdiri atas instrumen berikut: Kendang, Bonang, Bonang Penerus, Demung, Saron, Peking (Gamelan), Kenong & Kethuk ,Slenthem, Gender, Gong, Gambang,

Rebab, Siter, Suling, dan Kempul. Demung mempunyai Fungsi yatu sebagai balungan/kerangka

dari suatu gendhing yang dimainkan dan menjadi instrument melodi dasar. Pemain Demung

harus memiliki insting kuat, termasuk dalam keluarga Balungan. Saron memiliki 1 set gamelan

ada 4 saron, termasuk dalam keluarga Balungan. Saron menghasilkan nada 1 oktaf lebih tinggi

dari demung. Peking lebih penting daripada engkuk meski engkuk dimainkan dua kali lebih

cepat daripada Peking. Peking termasuk dalam keluarga Balungan.

5

Larry A. Samovar, Richard E. Porter, Edwin R. McDaniel. Communication Between Cultures. Cengage

Learning. (2009), 154-161.

6

Ongki Blog, Gamelan Jawa, Diakses pada tanggal 20 Februari,

(4)

Kenong dan Kethuk memiliki semacam Gong, tetapi ukurannya sama dengan gong. Kenong dan

Kethuk dimainkan dengan tongkat berlapis. Slenthem merupakan semacam Gong, tetapi

ukurannya sama dengan gong.7

Penelitian ini akan menganalisa penggunaan musik gamelan sebagai identitas Jawa

dalam Liturgi ibadah di GKJ Salatiga Selatan. Adapun alasan penulis memilih judul tersebut

dikarenakan zaman modern ini, banyak gereja-gereja yang bernuansa etnis tidak menggunakan

alat musik tradisonal yang dimilikinya, dalam hal ini musik gamelan mengiringi di ibadah

Minggu. Pada zaman modern ini kebanyakan gereja menggunakan alat musik yang modern

(Barat) untuk mengiringi dalam ibadah dibandingkan penggunaan alat musik tradisional. Musik

gamelan memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri dibandingkan alat musik piano maupun

organ. Selain itu alat tradisional juga merupakan sebuah kerjasama dan solidaritas yang tinggi

antara satu dengan yang lain, sehingga menghasilkan harmonisasi suara yang indah dan merdu.

Alat musik tradisional dimainkan oleh beberapa orang yang terus-menerus melatih keahliannya

dalam bidang musik gamelan. Jika dibandingkan dengan musik modern saat ini, sebagian hanya

satu orang saja yang mengiringi ibadah Minggu, sebagai contoh: satu orang mengiringi dengan

musik piano maupun elektone, sehingga alat musik modern tersebut terkadang tidak memiliki

solidaritas dan menggandalkan satu orang saja.

Adapun lokasi dalam penelitian ini adalah GKJ Salatiga Selatan, karena gereja ini

merupakan gereja pertama di Salatiga dimana musik gamelan sebagai pengiring musik dalam

ibadah minggu. Setelah GKJ Salatiga Selatan menggunakan musik gamelan, GKJ 55 Salatiga

dan GKJ Sidomukti menggunakan musik gamelan.

7

(5)

Menurut penulis, judul ini sangat penting dan menarik untuk diteliti, karena penggunaaan

musik tradisional oleh GKJ Salatiga Selatan sangatlah kontekstual sehingga alat musik gamelan

masih tetap dipertahankan bahkan digunakan untuk mengiringi ibadah Minggu tersebut. Selain

itu dalam menggunakan alat musik gamelan diperlukan sebuah kreativitas dari pemain musik,

sehingga setiap lagu mempunyai ciri tersendiri dalam hal memainkannya. Dalam memainkan

sebuah alat musik terkhusus secara bersama-sama, ada yang mengkordinasikan nada-nada yang

dimainkan, sehingga pemain musik merasakan sesuatu yang kompak. Sebagai orang yang

mengatur nada maupun tempo, ia memiliki sebuah kreativitas yang harus dilakukan sehingga

dalam memainkan alat musik tersebut, jemaat dapat melihat dan merasakan sesuatu yang

membedakan antara memainkan musik tradisional maupun musik modern. Jikalau orang tersebut

pandai mengatur dan menciptakan sebuah kreativitas dalam bermusik, maka musik yang

dihasilkan pun akan menjadi luar biasa dan menakjubkan terutama dalam memuji dan

memuliakan Tuhan.

Berdasarkan latar belakang diatas, pertanyaan penelitian ialah pertama adalah Bagaimana

pemahaman jemaat terhadap penggunaan musik gamelan sebagai identitas Jawa dalam liturgi

ibadah? Kedua adalah Mengapa GKJ Salatiga Selatan menggunakan musik gamelan dalam

liturgi? Adapun tujuan penelitian adalah menganalisa pemahaman jemaat terhadap penggunaan

(6)

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan

analisa. Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan dalam meneliti status kelompok

manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa masa

sekarang. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah penelitian deskriptif-analitis yakni

penelitian yang diarahkan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia, melakukan interpretasi dan

menganalisis secara mendalam dan memberikan rekomendasi bagi keperluan masa yang akan

datang.8 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, karena dengan

menggunakan pendekatan kualitatif ini, penulis mendapatkan dan menggali informasi mengenai

penggunaan musik tradisional dalam ibadah Minggu di GKJ Salatiga Selatan. Pendekatan

kualitatif bertujuan untuk menampilkan data bukan dalam bentung hitungan angka-angka

melainkan dalam bentuk kalimat untuk memperjelas maksud. Moleong menyatakan, „penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati. Tujuan penelitian ini adalah berupaya untuk

memahami situasi tersebut.9 Tekhnik pengumpulan data yang utama adalah observasi participant,

wawancara mendalam, studi dokumentasi dan gabungan ketiganya.‟10

Wawancara dilakukan

kepada warga jemaat GKJ Salatiga Selatan, pemain musik gamelan GKJ Salatiga Selatan.

Observasi participant dilakukan dengan melihat langsung keberadaan ibadah Minggu di GKJ

Salatiga Selatan.

8

Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), 89.

9

Moleong J Lexi, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2001), 3.

10

(7)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memahami secara mendalam mengenai penggunaan

musik gamelan sebagai Liturgi dalam perspektif teori Identitas di GKJ Salatiga Selatan. Tulisan

ini memberi pemahaman baru mengenai penggunaan musik gamelan yang dilakukan GKJ

Salatiga Selatan dalam melihat dunia yang semakin modern, sementara GKJ masih menerapkan

musik gamelan sebagai pengiring musik dalam ibadah berlangsung. Manfaat hasil penelitian ini

secara teoretis akan menjadi sumbangan terhadap musik gereja dimana musik gamelan masih

dipertahankan saat ini lebih mendalam. Penelitian ini akan mengkaji penggunaan musik gamelan

sebagai Liturgi dalam perspektif teori Identitas. Pada akhirnya, penelitian ini akan memberikan

suatu pemahaman baru tentang penggunaan musik gamelan sebagai Liturgi dalam perspektif

teori Identitas. Adapun secara praktis, penelitian ini akan menjadi suatu penelitian yang sangat

kontekstual dimana jemaat dapat menghayati ibadah dengan mengunakan musik gamelan di

zaman sekarang ini.

Kerangka Berpikir

Sistematika dalam Sistematika ini, tulisan ini terdiri dari empat bagian, antara lain:

Bagian 1 berupa pendahuluan yang berisi tentang uraian latar belakang dari penulisan ini,

pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, urgensi, metode penelitian, dan

sistematika. Bagian II adalah teori tentang Liturgi Ibadah, Teori Musik Gereja dan Teori

Identitas. Bab III berupa hasil penelitian tentang penggunaan musik tradisional dalam ibadah

(8)

Bab IV pembahasan dan analisa terhadap penggunaan musik gamelan sebagai Liturgi dalam

perspektif teori Identitas di GKJ Salatiga Selatan. Bab V tentang penutup yang meliputi

kesimpulan yang berisi tentang temuan-temuan dan saran-saran berupa konstribusi dan

rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

Signifikansi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, penulis mengumpulkan beberapa kasil penelitian

yang berkaitan dengan judul tesis. Pertama, Kurniawan dengan judul „Penggunaan Gamelan

dalam Ibadah di GKJ Purworejo Jawa Tengah’ pada tahun 2015. Pada penelitian ini

menghasilkan faktor-faktor yang menyebabkan GKJ Purworejo menggunakan gamelan dalam

ibadah serta peranan warga muslim yang ikut membantu bermain gamelan dalam ibadah. Kedua,

Alfin Sasmita dengan judul „Musik Gamelan sebagai musik Liturgi di GKJ Bantul’ pada tahun

2015. Pada penelitian ini menghasilkan bahwa GKJ Bantul menganut paham reformis sehingga

mempengaruhi seluruh kegiatan yang ada termasuk musik dalam ibadah. Gereja memberi

kebebasan kepada penggarap untuk mengaransemen lagu asalkan tidak melenceng dari ajaran

Alkitab. Ketiga, Dewi Prasetyo Susanti dengan judul „Akulturasi Kristen dan Jawa dalam Tata Ibadah GITJ Genengmulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati‟ pada tahun 2013. Pada penelitian ini menghasilkan bentuk akulturasi yang terjadi dalam tata ibadah di Gereja Injili

Ditanah Jawa (GITJ) Genengmulyo dan eksistensi tradisi Jawa dalam tata ibadah di Gereja Di

Tanah Jawa (GITJ) Genengmulyo pada saat ini. Keempat, Adi Purnomo, dengan judul Eksistensi

Grup Karawitan Putri Kridhawati di desa Karangrejo, Kecamatan Kendal, Kabupaten

ngawi,pada tahun 2009. Penelitian ini menekankan adanya eksistensi Grup Karawitan Putri di

desa Karangrejo, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi. Selain itu Faktor internal dan eksternal

(9)

perangkat desa memberikan dukungan moril dan materiil. Faktor Internal: Sarmin ketua grup

karawitan yang memberikan motivasu saran dan prasarana yang mendukung.

Kelima, Yusak B Setyawan, Agastya Rama Listya da Paulus Dian Prasetya, dengan judul

Studi tentang peran Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI Pecangan, pada tahun2013.

Penelitian ini menekankan ibadah Kristen tidak dapat dipisahkan dari nyanyian dan musik.

Ibadah bukan pertunjukan altar tetapi sebuah tanggapan umat atas pernyataanNya melalui Yesus

Kristus. Semua umat wajib untuk partisipasi aktif dalam ibadah, salah satu cara dengan

bernyanyi. Dalam GKMI Pecangan, nyanyian dan musik belum dipahami sepenuhnya sehingga

tak jarang pelayanan musik tidak dipersiapkan secara maksimal. Ketidakdisiplinan tim pemusik

membuat ibadah tiap minggu nyaris diringin oleh permainan solo synthesizer. Penggunaan liturgi

yang sama tiap minggu menambah jenuh bagi jemaat. Jemaat GKMI pecangaan mengharapkan

suatu ibadah yang bermakna, menjawab kebutuhan, memberi kesempatan memuji Tuhan dan

melibatkan mereka secara aktif melalui variasi nyanyian, irama musik pengiring dan liturgi.Ini

semua dapat terjadi jika bekal pengetahun tentang ibadah, nyanyian dan musik gerejawi yang

tepat dimiliki oleh para pelayan.

Berdasarkan kelima penelitian terdahulu tersebut, yang menjadi perbedaan dari penelitian

ini adalah penulis mengangkat musik gamelan sebagai identitas Jawa dalam liturgi ibadah. Jika

melihat penelitian-penelitian yang terdahulu lebih membahas musik gamelan dalam mengiringi

ibadah, akan teteapi dalam hal ini penulis menekankan adanya sebuah identitas Jawa yang

dihasilkan musik gamelan. Hal ini belum pernah disinggung dan oleh beberapa peneliti

mengenai sebuah identitas Jawa, sehingga hal itu yang menjadi signifikan dalam penelitian ini.

Selain itu penulis juga membahas mengenai Liturgi Ibadah dimana belum banyak yang meneliti

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedian Barang dan Jasa Nomor: 16/PPBJ/02.12/DPKP/VI/2014, Tanggal 23 Juni 2014, Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pertanian

Melalui kegiatan diskusi dan percobaan tentang pembuatan kincir angin, siswa dapat mendesain kincir angin sederhana menggunakan media kertas dan plastik bekas, dan meningkatkan

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedian Barang dan Jasa Nomor: 12/PPBJ/02.12/DPKP/VI/2014, Tanggal 23 Juni 2014, Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pertanian

Guru meminta peserta didik yang sudah mendapatkan pasangan secara bergiliran membacakan kartu yang mereka dapat..

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedian Barang dan Jasa Nomor: 21/PPBJ/01.12/DPKP/VI/2014, Tanggal 23 Juni 2014, Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pertanian

5. Melalui bimbingan guru, siswa dapat cara menggunakan secara sederhana teknologi produksi masa lalu dan masa kini dengan benar... Melalui diskusi kelompok, siswa

Wina Sanjaya, (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan , Jakarta: Kencana Prenada Media, hal.. sepenuhnya tercapai, selama ini guru hanya

Mencermati uraian pendapat Satjipto rahardjo tersebut di atas, penulis mempunyai pandangan lain, disamping pendidikan budi pekerti yang luhur, maka seyogianya pendidikan hukum