• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsumsi Telur terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin pada Siswi yang Mengalami Anemia di SMP Negeri 15 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Konsumsi Telur terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin pada Siswi yang Mengalami Anemia di SMP Negeri 15 Medan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Remaja

2.1.1. Pengertian remaja

Pendapat tentang usia remaja bervariasi antara beberapa ahli, organisasi, atau lembaga kesehatan. Usia remaja merupakan usia periode transisi perkembangan dari masa anak ke dewasa, usi antara 10-24 tahun.

Secara etimiologi, remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Defenisi remaja menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10-19 tahun, sedangkan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) menyebut kaum muda dengan usia antara 15-24 tahun. Sementara itu menurut The Health Resource and Services Administration Guidelines Amerika Serikat tentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun). Defenisi ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda yang mencakup usi 10-24 tahun.

Defenisi remaja sendiri dapat di tinjau dari tiga sudut pandang, yaitu :

1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun.

(2)

3. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, diantara masa kanak-kanak menuju dewasa.

Gunarsa (1978) mengungkapkan masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang di alami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.

Masa remaja adalam masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia . golongan umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab.

2.1.2. Perkembangan remaja dan ciri- cirinya

Menurut Fitramaya (2009) berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu mengenal perkembangan remaja dan cirri- cirinya. Berdasarkan sifat dan ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada 3 tahap yaitu :

a. Masa remaja awal (10-12 tahun)

1. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya 2. Tampak dan merasa ingin bebas

3. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak)

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

1. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri

2. Ada keinginan untuk berkencan atau kertertarikan dengan lawan jenisnya

(3)

4. Timbul perasaan cinta yang mendalam

5. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

1. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri 2. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif

3. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya 4. Dapat mewujudkan perasaan cinta

2.1.3. Menstruasi pada remaja perempuan

Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi matang. Umumnya, remaja yang mengalami menarche adalah pada usia 12-16 tahun. Periode ini akan mengubah perilaku dari beberapa aspek, misalnya psikologi dan lainnya. Pada wanita biasanya pertama kali mengalami menstruasi atau menarche pada umur 12-16 tahun. Siklus mestruasi normal terjadi pada setiap 22-35 hari, dengan lamanya mestruasi selama 2 sampai 7 hari.

2.1.4. Fisiologi menstruasi 1. Stadium menstruasi

Stadium ini berlangsung selama 3-7 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan. Hormon-hormon ovarium berada pada kadar paling rendah.

(4)

Stadium ini berlangsung selama 7-9 hari. Dimulai sejak berhentinya darah menstruasi sampai hari ke 14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis yang mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke 12 sampai ke 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur disebut ovulasi.

3. Stadium sekresi

Stadium sekresi berlangsung 11 hari. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormone progesterone dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim).

4. Stadium premenstruasi

Stadium yang berlangsung selama 3 hari. Ada infiltrasi sel-sel darah putih, bisa sel bulat. Stroma mengalami disintegrasi dengan hilangnya cairan dan secret sehingga akan terjadi kolaps dari kelenjar dan arteri. Pada saat ini terjadi vasokontriksi, kemudian pembuluh darah itu berelaksasi dan akhirnya pecah.

2.1.5. Faktor yang mempengaruhi menstruasi 1. Faktor hormon

(5)

2. Faktor enzim

Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan dalam sintesis protein, yang menggangu metabolism sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.

3. Faktor vascular

Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan system vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena,dan hubungan antara keduanya. Dengan regresi endometrium, timbul statis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematoma, baik dari arteri maupun vena.

4. Faktor prostaglandin

Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi miometrium sebagai satu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

Beberapa tanda-tanda adanya masalah dalam menstruasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter ahlinya,antara lain :

(6)

membutuhkan pembalutlebih dari selusin dalam satu hari. c) Panjang hari haid lebih Sembilan hari. d) Muncul noktah darah antara dua siklus haid (spotting). e) Warna darah kelihatan tidak seperti biasa, menjadi lebih kecokelatan atau merah darah segar.

2.2. Kebutuhan gizi remaja

Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena mereka masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibandingkan usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak. Tubuh yang berubah cepat pada masa remaja membutuhkan energi, protein dan vitamin dalam jumlah besar. Energi diperlukan sebagai sumber tenaga sel-sel tubuh yang bekerja lebih keras untuk berkembang dan berubah cepat.

2.2.1. Energi

Banyaknya energi yang dibutuhkan oleh remaja dapat diacu pada tabel RDA. Secara garis besar, remaja putra memerlukan lebih banyak energi ketimbang remaja putri. Pada usia 16 tahun, remaja putra memerlukan sekitar 3.470 kkal per hari dan menurun pada usia 16-19 tahun. Adapun kebutuhan energi remaja putri memuncak pada usia 12 tahun yaitu 2.550 kkal per hari, kemudian menurun menjadi 2.200 kkal per hari pada usia 18 tahun. Perhitungan ini didasarkan pada stadium perkembangan fisiologis, bukan usia kronologis.

(7)

berusia 11-18 tahun yaitu 13-23 kkal per cm, sementara untuk remaja putri dengan usia yang sama, yaitu 10-19 kkal percentimeter.

Widyakarya nasional pangan dan gizi VI (WKNPG) tahun 1998, menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2.000- 2.200 kkal. Sedangkan untuk laki-laki antara 2.400-2.800 kkal setiap hari.

Angka kecukupan gizi ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah beras, terigu, dan hasil olahannya (mie, spagetie, makaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula, dan lain- lain.

2.2.2. Protein

Istilah protein berasal dari bahasa Yunani proteos yang berarti yang utama atau yang didahulukan. Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh setelah air. Seperlima tubuh adalah air, separuhnya ada didalam otot, seperlima ada di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan jaringan tubuh (Almatsier, 2009). Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.

(8)

berprotein menjadi asam amino, asam amino ini kemudian diserap kedalam aliran darah dan didistribusikan ke sel-sel yang membutuhkan, asam amino kemudian kembali menjadi protein yang menjalankan fungsi- fungsi yang dibutuhkan tubuh.

Protein terdiri dari asam- asam amino. Selain menyediakan asam amino esensial, protein juga menyuplai energi dalam keadaan energi terbatas dalam lemak. Terdapat berbagai fungsi protein di dalam tubuh antara lain kekebalan tubuh, pengganti jaringan yang rusak dan untuk pertumbuhan. Dikenal dua jenis protein, yaitu protein hewani dan proetin nabati. Makanan sumber hewani bernilai biologis lebih tinggi dibandingkan sumber protein nabati, karena komposisi asam amino esensial yang lebih baik dari segi kualitas dan kuantitas.

Protein merupakan zat gizi yang mengandung nitrogen, sekitar 16% nitrogen terkandung didalam protein. pada keseimbangan nitrogen positif, jumlah nitrogen yang diserap melebihi yang dibuang keluar tubuh. Sejumlah nitrogen ditahan dalam tubuh untuk pembentukan jaringan baru dikenal sebagai keseimbangan nitrogen positif/ positive nitrogen balance (PNB). Keseimbangan nitrogen positif diperlukan pada anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan, kehamilan, dan menyusui dan pada keadaan yang disertai dengan pembentukan jaringan baru.

Selama masa remaja, kebutuhan protein meningkat karena proses tumbuh kembang berlangsung cepat. Apabila asupan energi terbatas, protein akan digunakan sebagai energi.

(9)

puteri lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan remaja laki-laki, karena memasuki masa pertumbuhan cepat lebih dahulu, pada akhir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan wanita karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan energi bagi remaja menurut berat badan, 5-2,0 g/kg BB/hari. Angka kecukupan gizi protein remaja adalah 48-62 g per hari untuk perempuan dan 55-66% per hari pada laki-laki. Sedangkan untuk kebutuhan protein berdasarkan tinggi badan adalah 0,29 -0,32 g/cm tinggi badan untuk remaja putra dan untuk remaja putri hanya 0,27- 0,29 g/cm tinggi badan. Berdasarkan Widyakarya nasional pangan dan gizi VIII (WNPG VIII) tahun 2004, dianjurkan anak perempuan usia 10-12 tahun kebutuhan protein 50 g/hari, 13-15 tahun 57 g/hari, dan usia 16-18 tahun 55 g/hari.

Kebutuhan protein sehari yang direkomendasikan pada remaja berkisar antara 44-55 g. tergantung pada jenis kelamin dan umur. Berdasarkan berat badan, remaja usia 11-14 tahun laki-laki atau wanita memerlukan protein 1g/kg BB dan pada usia 15-18 tahun berkurang 0,9 g/kg BB pada laki-laki dan 0,8 g/ kg BB pada wanita. Menurut survei NHANES II rata-rata asupan protein untuk laki-laki 107 g/hari dan wanita 65 g/hari.

(10)

2.2.3. Mineral

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan remaja akan vitamin, maka tidak dapat dipungkiri bahwa kebutuhan akan mineral pun turut meningkat. Mineral yang dibutuhkan remaja antara lain :

2.2.3.1.Zat besi (Fe)

Terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan Fe yaitu rendahnya tingkat penyerapan Fe dalam tubuh, terutama sumber Fe nabati yang hanya diserap 1-2 %. Sumber Fe hewani mencapai 10-20%. Ini berarti bahwa sumber Fe hewani lebih mudah diserap dibandingkan dengan sumber Fe nabati. Besi dalam makanan dapat berbentuk Fe-heme (dalam ikan, hati, dan daging) dan non heme (beras, bayam, jagung, gandum, kacang kedelai). Makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi terutama Fe non heme adalah vitamin C serta sumber protein hewani tertentu (daging dan ikan). Adapaun zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi adalah kafeina, tannin, fitat, zink, kalsium, fosfat, dan lain-lain. Sebaliknya Fe heme, absorbsinya tidak dipengaruhi oleh komponen lain dan lebih mudah diserap. Jadi bukan hanya bentuknya yang penting, tetapi juga dalam bentuk zat besi tersebut dikonsumsi, perlu diperhatikan.

(11)

Target cadangan besi sekitar 300 mg pada kedua jenis kelamin. Kebutuhan zat besi rata-rata pada saat anak prepubertas adalah 10 mg/ hari, dan selama kejar tumbuh saat pubertas diperlukan tambahan 2 mg/hari pada anak laki-laki, serta tambahan 5 mg/ hari untuk wanita yang mulai dengan kejar tumbuh saat pubertas dan menstruasi. Diet remaja hanya mengandung 6 mg/ 1.000 kkal, sehingga pada gadis yang umumnya membutuhkan kalori yang lebih rendah akan kesulitan untuk mencukupi kebutuhan zat besinya atau anemia besi, sebaliknya kelebihan asupan pada pasien predisposisi genetik tertentu menyebabkan overload zat besi.

2.2.3.2. Zink (seng)

Angka kecukupan gizi seng adalah 15 mg per hari untuk remaja dan dewasa muda putri dan putra. Adapun RDA remaja laki-laki memerlukan 15 mg/hari dan wanita 12 mg/hari.

Gejala klinis defisiensi seng adalah gagal tumbuh, nafsu makan berkurang, latergi mental, perubahan kulit, dan kematangan seksual yang terlambat. Faktor yang mempengaruhi patogenesis sindrom defisiensi seng adalah faktor asupan diet yang rendah dan availabilitasnya rendah pada diet yang mengandung fitat. Penyebab dari defisiensi seng ini antaranya infeksi parasit, geofagia, sindrom malabsorbsi, dan penyakit inflamasi usus besar. Gejala kelebihan asupans seng adalah emesis atau intoksikasi akut.

(12)

2.2.3.3.Yodium

Merupakan mineral yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif kecil, tetapi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan hormon tiroksin yang dihasilkan kelenjar gondok. Hormon ini sangat berperan dalam proses metabolisme. Selain itu, hormon ini juga berperan pada pertumbuhan tulang dan perkembangan fungsi otak.

Bahan makanan sumber yodium selain dari bahan makanan hewani seperti ikan dan kerang, juga terdapat pada garam beryodium. Semua garam di Indonesia harus mengandung yodium. Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam dalam makanan sehari-hari tidak lebih dari 6 g atau setara satu sendok teh.

Kebutuhan akan kapsul suplementasi yodium pada wanita usia 6-35 tahun dan pria usia 6-20 tahun adalah 400 mg atau sebanyak 2 kapsul.

2.3. Eritropoesis

Proses produksi sel darah merah (eritrosit) digambarkan dengan istilah eritropoesis. Untuk mengefektifkan eristrosit matang merupakan proses eritropoesis. Untuk mengefektifkan fungsionalnya, prekursor eritrosit harus memiliki organel yang memproduksi banyak hemoglobin, hingga sekitar 95% protein sel total tercapai (Kiswari, 2014).

(13)

eritroblas atau sering disebut dengan normoblas tua. Setelah itu, sel darah merah akan membentuk retikulosit yang masih memiliki bahan inti dan lalu kemudian terbentuklah sel darah merah atau eritrosit yang telah kehilangan intinya dan berbentuk gepeng.

Pada tahap dimulainya proeritroblas dibutuhkan 5-7 hari hingga terbentuk sel darah merah atau eritrosit. Mulai dari tahap ini hingga tahap retikulosit, dibutuhkan zat besi untuk membentuk hemoglobin. Produksi sel darah merah atau pembentukan sel darah merah dirangsang oleh kondisi kekurangan oksigen yang kemudian tubuh memproduksi hormon eritropotin yang kemudian akan merangsang tepatnya sumsum tulang belakang atau hati untuk membentuk sel darah merah. Dari siklus pembentukan sel darah merah ini rerata waktu yang dibutukan adalah sekitar 3 minggu untuk pematangan sel.

Fungsi khusus dari eritrosit mengangkut oksigen ke jaringan- jaringan tubuh dan membantu proses pembuangan karbon dioksida dan proton-proton yang merupakan hasil dari metabolism jaringan tubuh. Sel darah merah merupakan sel terbanyak di dalam tubuh dengan struktur sederhana dibandingkan dengan trombosit, leukosit, dan struktur sel tubuh lainnya. Metabolisme aktif dilakukan oleh eritrosit tetapi proses ini tidak tergantung pada hormone insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam sel, berbeda dengan sel adiposa dan sel otot yang sangat bergantung pada hormon insulin (Sofro, 2012).

(14)

oleh ginjal dan dikeluarkan pada aliran darah sebagai respon terhadap hipoksia. Eritrosit dibentuk dalam sumsum tulang dengan bentuk awal sebagai rubribla. Dalam proses pematangan, nukleus rubribla akan mengalami penyusutan dan pemadatan sehingga nukleus menjadi lebih kecil, sitoplasma terlihat berwarna biru karena ribosom mulai dibentuk melalui proses sintesis. Pada tahap tersebut sel dinamakan prorubrisit. Sel akan terus berkembang menjadi lebih kecil, sitoplasma tampak biru dan merah karena sel mulai menghasilkan hemoglobin, sel ini dinamakan rubrisit. Semakin lama warna sitoplasma akan berwarna merah dan biru menghilang, sel tersebut dinamakan metabubrisit. Fase berikutnya nukleus dikeluarkan dan akan membentuk retikulosit, di dalam sitoplasma retikulosit akan menjadi eritrosit matang dengan jumlah hemoglobin yang cukup di dalam sel (Nugraha, 2015).

(15)

2.4. Hemoglobin

2.4.1. Pengertian hemoglobin

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).

Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan globin menyebabkan warna darah merah karena Fe ini. Erit Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxy hemoglobin dan warnanya merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung karbondioksida (Depkes RI dalam Widayanti, 2008).

2.4.2. Fungsi hemoglobin

Sel darah merah dalam darah arteri sistemik mengangkut oksigen dari paru ke jaringan dan kembali dalam darah vena dengan membawa karbondioksida ke paru. Sel darah merah memiliki suatu protein yang berperan penting dalam mengikat serta membawa oksigen dan karbondioksida. Protein tersebut adalah hemoglobin. Seiring molekul hemoglobin mengangkut dan melepas oksigen, setiap rantai globin pada molekul hemoglobin tersebut bergerak mendekati satu sama lain. Kontak antara α1β1 dan α2β2 menstabilkan molekul tersebut. Rantai β

bergeser pada saat kontak α1β1 dan α2β2 selama oksigenasi dan deoksigenasi.

(16)

metabolit 2,3-difosfogliserat yang menyebabkan penurunan afinitas molekul tersebut terhadap oksigen. Pertukaran oksigenterjadi antara saturasi 95% (darah arteri) dengan tekanan oksigen arteri rata-rata 95 mmHg dan saturasi 70% (darah vena) dengan tekanan oksigen vena rata-rata 40 mmHg (Hoffbrand & Moss, 2013).

2.4.3. Kadar hemoglobin

Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah biasanya disebut “100 persen” (Evelyn, 2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditemukan karena kadar hemoglobin bervariasi di setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam Arisman, 2004).

Kelompok umur Batas nilai hemoglobin (gr/dl) Anak 6 bulan – 6 tahun

Anak 6 tahun – 14 tahun Pria dewasa

Ibu hamil Wanita dewasa

11,0 12,0 13,0 11,0 12,0

Tabel 1. Batas kadar hemoglobin menurut WHO dalam Arisman 2004.

(17)

Jenis kelamin & usia Kadar hemoglobin Neonatus

Bayi Anak Pria Wanita

14 g/dl 12,5 g/dl 10,5 g/dl

13,5 – 17,5 gr/dl 11,5 – 15,5 gr/dl Tabel 2. Kadar hemoglobin untuk usia dan jenis kelamin.

2.4.3. Fungsi hemoglobin

Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen yaitu menerima, menyimpan, dan melepaskan oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Almatsier, 2009).

Menurut Depkes RI adapun fungsi hemoglobin yaitu :

a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh.

b. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

(18)

2.4.4. Faktor – faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin

Studi morbiditas pada SKRT tahun 2001 mengumpulkan data mengenai faktor- faktor resiko yang dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin pada remaja, yaitu : Kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, kebiasaan sarapan pagi, penggunaan waktu untuk aktivitas fisik, faktor sosial dan ekonomi keluarga, serta riwayat penyakit yang di derita remaja.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin menurut Sopny (2010) antara lain :

a.kecukupan besi di dalam tubuh

Besi dibutuhkan tubuh untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia defisiensi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien esensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dekskresikan ke dalam udara pernapasan, sitokrom, dan komponen lainnya pada system enzim pernapasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot.

b. metabolisme besi dalam tubuh

(19)

belakang. Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolic dan bagian yang merupakan cadangan. Metabolisme zat besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan, dan pengeluaran.

2.4.5 Cara pemeriksaan kadar hemoglobin

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pemeriksaan kadar hemoglobin yaitu metode sahli, cyanmethemoglobin, serta alat pemeriksaan Hb digital.

(20)

Pemeriksaan kadar hemoglobin dengan menggunakan alat digital bisa dilakukan dengan mudah, adapun prosedur pemeriksaanya yaitu: pertama, masukkan kode kunci hemoglobin pada slot kode kunci yang terletak dibelakang alat, kemudian ambil strip hemoglobin, dan masukkan secara perlahan pada slot strip hemoglobin. Kemudian tekan tombol on pada mesin digital, selanjutnya masukkan darah dari ujung jari tangan pada strip. Dan tunggu beberapa saat sampai kadar hemoglobin keluar pada mesin digital Hb.

2.5 Anemia

2.5.1 Pengertian anemia

Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan/atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani, 2008). Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit di bawah normal.

Hoffbrand dan Moss (2011) menyatakan bahwa anemia ialah sebagai penurunan kadar hemoglobin darah di bawah nilai normal untuk usia dan jenis kelamin.

2.5.2 Penyebab anemia

(21)

1. Anemia karena hilangnya sel darah merah, terjadi akibat perdarahan karena berbagai sebab seperti sebab perlukaan, bekas tusukan, peerdarahan gastrointestinal, perdarahan uterus, perdarahan hidung, serta menstruasi. 2. Anemia karena menurunnya produksi sel darah merah, dapat disebabkan

karena kekurangan unsur penyusun sel darah merah (zat besi, asam folat, vitamin B12, protein), gangguan fungsi sumsum tulang (adanya tumor, pengobatan,toksik), tidak adekuatnya stimulasi karena berkurangnya eritropoitein.

3. Anemia karena meningkatnya destruksi/ kerusakan sel darah merah, dapat terjadi karena overaktifnya Reticuloendothelia (RES).

Meningkatnya destruksi sel darah merah dan tidak adekuatnya produksi sel darah merah biasanya karena faktor: 1) kemampuan respon sumsum tulang terhadap penurunan sel darah merah kurang karena meningkatnya jumlah retikulosit dalam sirkulasi darah; 2) meningkatnya sel-sel darah merah yang masih muda dalam sumsum tulang dibandingkan yang matang/ matur; 3) ada atau tidaknya hasil destruksi sel darah merah dalam sirkulasi (seperti meningkatnya kadar bilirubin).

2.6 Telur

(22)

Telur ayam ras memiliki kandungan protein yang tinggi dan sususan protein yang lengkap, akan tetapi lemak yang dikandung di dalamnya juga tinggi. Secara umum telur ayam ras dan telur itik merupakan telur yang paling sering di konsumsi oleh masyarakat (Sudaryani, 2003). Isi kandungan gizi telur pada 100 gram telur ayam ras dapat dilihat pada tabel 3.

Zat gizi Putih telur Kuning telur

Energi (kkal) Tabel 3. Kandungan gizi per 100 gram telur ayam ras

Telur juga mengandung asam amino esensial (asam amino yang tidak dapat diproduksi tubuh) sehingga harus dipasok dari makanan yang lengkap. Kandungan asam amino pada berbagai jenis telur umumnya relatif sama lengkapnya.

(23)

Bahan Makanan Nilai Tabel 4.Mutu protein pada beberapa bahan pangan

2.6.1. Kandungan Protein dan Asam Amino

Putih telur merupakan protein yang terdiri dari serat ovomucin dan berada dalam larutan encer. Jenis protein dalam albumin terdiri dari ovalbumen, conalbumen atau ovotransferin, ovomucoid, lysozyme, ovomucin, avidin, ovoglobulin, ovoinhibitor dan flavoprotein.

(24)

Asam amino (g) Telur utuh Albumin Kuning telur

Tabel 5. Komposisi asam amino dalam telur yang dapat dimakan (per 100 gr)

Dari data tersebut terlihat bahwa telur utuh, kuning telur dan albumin, masing-masing memiliki asam amino yang seimbang, nyaris sempurna memenuhi kebutuhan tubuh. Oleh karena itu, kandungan asam amino telur menjadi tolak ukur sumber protein lainnya.

Asam amino dalam telur dapat dimodifikasi. Selain mengatur makanan ternak, mengangkat bulu ayam akan mengurangi kandungan cystine dalam telur., karena asam amino tersebut dibutuhkan untuk pertumbuhan bulu ayam yang baru.

2.6.2. Kandungan Lemak Pada Telur

(25)

High density lypoprotein (HDL), Low density lypoprotein (LDL), dan Very low density lypoprotein (VLDL).

HDL mengandung sedikit lemak, kurang dari 10%, merupakan unsur yang bermanfaat bagi tubuh. LDL mengandung sekitar 20% lemak sedangkan LVDL mengandung sekitar 40% lemak. LDL dan LVDL merupakan unsur lemak yang berbahaya yaitu cenderung meningkatkan serum kolesterol. Tetapi lemak telur berbentuk emulsi sehingga mudah dicerna dan dapat dikonsumsi baik oleh anak-anak maupun orang usia lanjut. Secara sederhana kandungan lemak dalam telur dapat dilihat pada tabel 6.

Bila dilihat dari tabel tersebut ternyata kandungan asam lemak tak jenuh tunggal sekitar 45% dari total lemak, asam lemak jenuh sekitar 38% dan asam lemak tak jenuh ganda 16%. Rasio perbandingan asam lemak dapat berubah-ubah tergantung dari asupan lemak pada pakan ternak.

(26)

telur. Selain itu perlu diingat bahwa tidak semua kolesterol pada kuning telur buruk.

Asam lemak (g) Telur utuh Albumin Kuning telur Jenuh

Tidak jenuh tunggal (total) Tidak jenuh ganda (total) Cholesterol

Tabel 6. Lemak telur dari bagian yang dapat dimakan (per 100 gr)

2.6.3. Kandungan Mineral

Telur merupakan sumber mineral yang sangat istimewa dan lengkap. Zat besi, fosfor, kalsium, sodium dan magnesium terdapat dalam jumlah yang cukup sebagaimana terlihat pada tabel 7. Kelengkapan mineral pada telur ini hanya dapat disaingi oleh susu. Sedangkan tinggi rendahnya kandungan masing-masing mineral dipengaruhi oleh pakan ternak yang diberikan.

Mineral (mg) Telur utuh Albumin Kuning telur Kalsium

Gambar

Tabel 1. Batas kadar hemoglobin menurut WHO dalam Arisman 2004.
Tabel 2. Kadar hemoglobin untuk usia dan jenis kelamin.
Tabel 3. Kandungan gizi per 100 gram telur ayam ras
Tabel 4.Mutu protein pada beberapa bahan pangan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan yang mengalami pertumbuhan EPS diisyaratkan mempunyai kinerja yang baik oleh investor, karena pembayaran dividen oleh perusahaan sangat tergantung dengan

Sukuk tabungan tidak dapat diperdagangkan dan dialihkan dan dijual di pasar perdana hanya kepada individu WNI, yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih

Carilah artikel penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang berhubungan dengan pernafasan!. UJI KOMPETENSI

Pemberitaan yang ada di media NU online juga tidak lepas dari framing untuk membingkai berita yang akan di muat,dimana fakta adalah hasil kontruksi kaerena

Lanjutkan dengan klik menu [Extensions|Template Manager] untuk masuk ke halaman Template Manager: Styles kemudian klik link Beez_20 di kolom Templates (lihat gambar

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan (SKH) penulis membuat tugas akhir berupa skripsi berjudul “Total Eritrosit, Kadar Hemoglobin dan Nilai Hematokrit Babi

pemberian dosis buah Jambu biji merah 2 mL/KgBB dan 2.5 mL/KgBB tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan dengan pemberian larutan Sangobion terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara faktor psikologis dengan penampilan kerja petugas rekam medis dalam kaitannya dengan peran dan fungsinya