BAB II
PERKEMBANGAN FASHION DISTRO
2.1. Sejarah perkembangan fashion di Indonesia
Fashion di Indonesia telah berkembang dengan baik sejak tahun 1960
ditandai dengan munculnya Non Kawilarang dam Peter Sie. Dalam
perkembangan awalnya fashion Indonesia cenderung meniru gaya barat baik
dalam bahan yang digunakan atau desain. Secara usia, orang tua Indonesia
umumnya lebih nyaman dengan kostum tradisional seperti kebaya, terutama untuk
menghadiri acara khusus, berbeda dengan usia muda yang lebih sering tampil
dengan mode gaya barat atau gaya busana Korea. Sejak saat itu busana tradisional
secara harmonis berkembang sama baiknya dengan desain gaya barat hingga saat
ini.
Tahun 1970 merupakan awal kemunculan dari Iwan Tirta, Harry
Dharsono, Prajudi, Poppy Dharsono dan Ramil yang telah memberikan signal
dalan dunia fashion Indonesia kepada dunia internasional melalui penciptaan
mereka dan parade fashion didalam maupun diluar negeri. Dalam dekade tersebut,
dunia fashion Indonesia mencatat kemajuan yang cukup besar. Upaya dan kerja
keras dari para desainer muda didukung oleh terbitnya majalah wanita “Femina”,
majalah wanita baru yang dimulai penerbitan pada tahun 1972, yang banyak
memberikan perhatian serius terhadap dunia mode dengan menghadirkan berita
trend fashion dunia, sehingga memberikan spektrum yang lebih luas untuk fashion
Pia Alisjahbana merupakan wanita yang berpengaruh dalam mengelola
majalah tersebut dan memprakarsai lomba fashion desainer pertama tahunan pada
tahun 1979. Acara ini menjadi peristiwa penting yang berhasil mencetak banyak
desainer muda berbakat seperti Samuel Wattimena, Chossy Latu, Carmanita,
Edward Hutabarat, dan Stephanus Hamy, menambah daftar desainer yang ada
seperti Arthur Harland, Susan Budiarjo, Thomas Sigar, Dandy Burhan, Adrianto
Halim, Corrie Kastubi, Ghea Panggabean, Biyan, Raizal Rais dan Itang Yunaz.
Nama mereka telah menjadikan titik sejarah untuk pengembangan fashion
Indonesia. Pada masa itu, peluang besar bagi perancang busana untuk
mengembangkan design-nya didukung oleh pemerntah Indonesia.
Pada tahun 1990-an ketika isu-isu globalisasi dan perkembang teknologi
mediamodern, seperti internet, mempermudah para desainer untuk mengakses
berita mengenai perkembangan dunia fashion dan trend telah banyak membantu
para desainer dalam menciptakan variasi fashion terutama dalam mengadopsi
gaya barat yang glamour.
Pada tahun 2000-an nama-nama baru lebih memperkaya daftar panjang
desainer berbakat Indonesia yang memiliki karakteristik tersendiri dan gaya
independen seperti Adrian Gan, Obin, Kiata Kwanda, Sally Koeswanto, Tri
Handoko, dan Irsan. Sementara yang lain membuat desain gaya berat, Edward
Hutabarat dan Anne Avantie mendedikasikan kreasi mereka dengan mendesign
busana tradisonal Indonesia terlahir kembali dan dicintai oleh kalangan muda
sehingga mereka lebih menghargai seni tradisonal.29
2.2. Sejarah dan perkembangan fashion Distro di Indonesia
Distro merupakan salah satu industri kreatif yang menjual produk pakaian
dengan fashion tersendiri yang menjadi citra distro pada kalangan masyarakat.
Distro di Indonesia berkembang sebagai sebuah toko yang menjual produk
pakaian yang dititipkan oleh sebuah merek pakaian yang memproduksi pakaian
dengan fashion yang bergerak dan berkembang pada distro. Sebagai salah satu
pusat penjualan produk fashion, distro identik dengan fashion urban culture
dengan model pakaian streetwear yang identik dengan kegiatan urban
diperkotaan, seperti skateboard, BMX, atau genre musik tertentu seperti genre rap,
metal, rock, deathmetal dan aliran musik lainnya melekat dengan fashion Distro.
Perkembangan Distro berawal pada sebuah studio musik, Reverse di
daerah Sukasenang sekitar tahun 1994. Semula Richard (mantan drummer Pas
Band), Helvi, dan Didit kemudian dikenal dengan Dxxxt (3 orang pendiri pertama
dari Reverse), hanya memasarkan produk-produk spesifik yang terutama diminati
oleh komunitas penggemar musik rock dan skateboard. Reverse kemudian mulai
29
menjual CD, kaset, poster, artwork30, aksesoris, kaos atau t-shirt, termasuk
barang- barang impor maupun barang buatan lokal lainnya.31
Dalam perkembangannya, eksplorasi desain clothing anak-anak muda
Bandung, banyak juga dipengaruhi oleh gaya street fashion Jepang yang terasa
lebih eklektik
Untuk membesarkan bisnis yang semula dibangun berdasarkan hobi, butuh
kedisiplinan tinggi dalam mengelolanya. Bagi clothing company yang muncul
belakangan, idealisme dan keterbatasan modal menjadi tantangan yang harus
disiasati lebih keras lagi. Karena secara bisnis, mereka harus berhadapan dengan
clothing teman-temannya yang muncul dan mapan lebih dulu. Dari segi pengembangan desain, tidak banyak juga yang melakukan riset dan
pengembangan desain secara serius. Akibat dari boom clothing di tahun 2003,
follower yang muncul belakangan, banyak yang asal jiplak desain-desain yang sudah ada. Karena untuk membangun sebuah karakter desain yang kuat
dibutuhkan waktu dan proses yang lama.
32
30 Artwork adalah hasil karya seni berupa lukisan, patung dan benda-benda visual lainnya.
dan baliknya. Persoalan ketiadaan infrastruktur dan ketidak
jelasan pengaturan tata guna lahan di Bandung untuk kawasan komersial,
menyebabkan nilai ekonomi lahan semakin mahal dan tak terjangkau dalam
mengembangkan usaha yang selama ini mereka jalankan. Pada akhirnya,
dukungan yang digembar-gemborkan pemerintah untuk mendukung industri kecil
(diakses pada
tanggal 17 September 2016)
menengah dan membangun kecintaan akan produk dalam negeri, hanya menjadi
jargon33
Dari yang semula hanya didatangi oleh penggemar musik rock dan
komunitas skateboard, Reverse mulai didatangi oleh beberapa kelompok yang
berasal dari komunitas yang lain. Dari yang meminati musik pop, metal, punk,
hardcore, sampai pada kelompok skateboard, BMX, surfing atau peselancar dan lain sebagainya. Saat krisis ekonomi terjadi pada tahun 1998, bisnis yang dijalani
Reverse, mengalami masa sulit sampai akhirnya tutup. Mereka tak mampu lagi
membeli barang-barang dari luar negeri karena nilai mata uang dolar terhadap belaka.
Disadari atau tidak, clothing industry yang muncul dan berkembang, justru
memicu perkembangan industri-industri kecil baru yang juga berbasis kreatifitas.
Secara organik, infrastruktur pendukungnya, bermunculan satu persatu. Wajar
saja, jika kemudian tawaran yang datang tiba-tiba ini, disikapi dengan membentuk
forum komunikasi yang bertujuan untuk memperkuat dan saling mendukung satu
sama lain. Banyak persoalan baik internal maupun eksternal yang selama ini harus
disiasati dan dipecahkan sendiri oleh mereka. Karena itu, tawaran pemerintah,
seperti sesuatu yang to good to be true. Mereka bukannya resistan terhadap niat
baik pemerintah, namun yang mereka harapkan adalah kejelasan dalam proses
negosiasi dimana posisi tawar kedua belah pihak bisa berjalan dengan seimbang.
Perspektif kemandirian, kemudian menjadi prinsip yang selalu dimaknai kembali
oleh mereka.
33
Jargon adalah kosakata khusus yang digunakan dalam bidang kehidupan atau lingkungan
mata uang rupiah melambung tinggi dan tak terjangkau. Namun kondisi sulit ini
justru melahirkan fase baru dalam perkembangan clothing industry Bandung.
Kurangnya modal untuk membeli barang-barang dari luar, membuat daya
kreatifitas kedua pemuda ini diasah. Ketika itu mereka berpikir, untuk dapat
menghasilkan kaos sesuai dengan keinginan mereka. Transformasi Reverse
sebagai clothing company, dimotori oleh Dxxxt pada bulan Februari 2004.
Reverse kemudian menjelma menjadi label yang memfokuskan dirinya pada
fashion untuk pria. Urban Culture yang menjadi keseharian tim kreatifnya,
menjadi inspirasi dalam desain produk-produk Reverse. Helvi vetaran Reverse,
kemudian membangun clothing label bernama Airplane yang memulai usahanya
pada tahun 1997.
Sementara kegemaran skateboard, bmx dan surfing yang ditekuni Dandhy
dan teman-temannya, justru memotivasi mereka untuk membuat produk-produk
yang mendukung hobi yang mereka cintai. Bukan hal yang mudah untuk
menemukan fashion penunjang kegiatan surfing di Bandung pada saat itu. Maka
tahun 1996, dari rumah di dago 347 Bandung, mereka mulai memproduksi
barang-barang yang menunjang hobi mereka untuk digunakan sendiri. Ternyata
apa yang mereka pakai, menarik perhatian teman-teman mereka.
Seperti halnya Airplane, dengan modal patungan seadanya mereka mulai
memproduksi barang- barang yang mereka desain untuk kebutuhan hobi mereka
itu, untuk dijual di kalangan teman-teman mereka sendiri dengan label ‘347
boardrider co.’ Toko pertamanya dibuka pada tahun 1999 dan diberi nama ‘347
Demikian pula Ouval yang muncul di tahun 1998. Masih di tahun 1996,
Dadan Ketu bersama delapan orang temannya yang lain membentuk sebuah
kolektif yang diberi nama Riotic. Kesamaan minat akan ideologi punk,
menyatukan ia dan teman-temannya. Riotic menjadi label kolektif yang
memproduksi sendiri rilisan musik-musik yang dimainkan oleh komunitas
mereka, menerbitkan zines, dan membuka sebuah toko kecil yang menjadi
distribusi outlet produk kolektif yang mereka hasilkan. Riotic juga dikenal
konsisten dalam mendukung pertunjukan- pertunjukan musik punk rock dan
underground yang saat itu kerap diselenggarakan di Gelora Saparua Bandung.
Ketika masa kekuasaan Orde Baru berakhir, kehidupan sosial politik
Indonesia mengalami banyak perubahan di era reformasi. Masyarakat
memperlihatkan pola relasi yang baru dengan ruang-ruang publik yang ada.
Beragam aktivitas dan perayaan dilakukan di jalan. Jalanan seperti Dago, menjadi
catwalk publik yang mengundang siapa pun yang datang untuk menampilkan gaya dandanan mereka. Individu kemudian mendapat ruang untuk mengekspresikan
diri. Saat itu, banyak pertunjukan-pertunjukan musik yang kemudian disponsori
oleh clothing company yang mulai memiliki kemampuan ekonomi. Perkembangan
musik dan juga street fashion mendorong pertumbuhan distro.
Untuk membesarkan bisnis yang semula dibangun berdasarkan hobi, butuh
kedisiplinan tinggi dalam mengelolanya. Bagi clothing company yang muncul
belakangan, idealisme dan keterbatasan modal menjadi tantangan yang harus
disiasati lebih keras lagi. Karena secara bisnis, mereka harus berhadapan dengan
pengembangan desain, tidak banyak juga yang melakukan riset dan
pengembangan desain secara serius. Akibat dari boom clothing di tahun 2003,
follower yang muncul belakangan, banyak yang asal jiplak desain-desain yang sudah ada. Karena untuk membangun sebuah karakter desain yang kuat
dibutuhkan waktu dan proses yang lama.
Dalam
Bandung, banyak juga dipengaruhi oleh gaya street fashion Jepang yang terasa
lebih eklektik dan baliknya. Persoalan ketiadaan infrastruktur dan ketidak jelasan
pengaturan tata guna lahan di Bandung untuk kawasan komersial, menyebabkan
nilai ekonomi lahan semakin mahal dan tak terjangkau dalam mengembangkan
usaha yang selama ini mereka jalankan. Pada akhirnya, dukungan yang
digembar-gemborkan pemerintah untuk mendukung industri kecil menengah dan
membangun kecintaan akan produk dalam negeri, hanya menjadi jargon belaka.
Sadari atau tidak sadar, clothing industri yang muncul dan berkembang justru
memicu perkembangan industri-industri kecil baru yang juga berbasis kreatifitas.
Secara organik, infrastruktur pendukungnya, bermunculan satu persatu.
Wajar saja, jika kemudian tawaran yang datang tiba-tiba ini, disikapi dengan
membentuk forum komunikasi yang bertujuan untuk memperkuat dan saling
mendukung satu sama lain. Banyak persoalan baik internal maupun eksternal yang
selama ini harus disiasati dan dipecahkan sendiri oleh mereka. Karena itu, tawaran
pemerintah, seperti sesuatu yang to good to be true. Mereka bukannya resistan
terhadap niat baik pemerintah, namun yang mereka harapkan adalah kejelasan
dengan seimbang. Perspektif kemandirian, kemudian menjadi prinsip yang selalu
dimaknai kembali oleh mereka.
Ketika kemandirian berarti memulai impian besar dengan langkah-langkah
kecil dengan patungan modal seadanya. Juga ketika usaha ini berkembang dan
mendapatkan perhatian, kemandirian berarti membangun posisi tawar mereka
ketika bertarung dengan banyak kepentingan- kepentingan lain, pemerintah salah
satunya. Pada saat banyak orang kemudian mengeluh, bahwa produk clothing
menjadi seragam, waktu yang akan membuktikan mana yang kemudian konsisten
menjalani proses eksplorasi terus menerus untuk menemukan kematangan produk
atau malah inovasi-inovasi baru dan mana yang kemudian hilang seperti
merek-merek Bandung yang memudar dan tak dikenal orang seperti yang dikawatirkan
Agus Gustiar.
Setidaknya sampai hari ini, setelah satu dekade yang panjang mereka
berproses terus menerus, kekawatiran itu tidak terbukti. Yang paling keren
sekarang anak-anak muda tidak gengsi dan malu lagi pake produk lokal. Karya
anak muda Bandung dihargai orang dari mulai yang naik angkot sampai mobil
mewah. Kini, industri distro sudah berkembang, bahkan dianggap menghasilkan
produk-produk yang memiliki kualitas ekspor. Pada tahun 2007 diperkirakan ada
sekitar 700 unit usaha distro di Indonesia, dan 300 lebih distro di Bandung.34
34
2.3. Sejarah perkembangan fashion Distro di Kota Medan
Distro tertua di Kota Medan adalah Kontjo Khabe. Berawal dari sekedar
tempat berkumpul. Berawal dari sekedar tempat berkumpul, kreativitas seni yang
tertuang sepakat dijadikan komersil. Souvenir, sticker, spanduk dan berbagai
lainnya dijadikan produk jualan. Melihat minat konsumen yang cukup potensial,
mereka menambah ragam dagangan dengan pakaian, aksesoris yang bernilai
fashion selain menerima pesanan seperti sablon dan sticker timbul.
Survei ke Bandung merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh
Kontjo Khabe. Berkenalan dengan teman-teman yang berbisnis distro di Parisj van Java, menjadi pembuka kesempatan berbisnis serupa di Medan, pionir-pionir mulanya lahir dari Kontjo Khabe membuka Distro Kontjo One Brother’s, koleksi
distro ini beragam dipenuhi aksesoris keren yang kini dikelola oleh Rahmad dan
Zufrizal di kawasan Halat.
Untuk kawasan Kota Medan selain Halat sebagai lokasi berdrinya distro
tertua di Kota Medan, terdapat Kawasan Jalan Dr. Mansyur. Belakangan tren
penjualan produk bergaya street memang lagi familiar di Kota Medan. Seperti
halnya Dr. Mansyur, Medan yang notabene dekat dengan Universitas Sumatera
Utara yang kini menjadi “sarang” dari distro-distro atau dealer resmi
produk-produk bercirikan anak muda.35
Selain kawasan Halat yang sudah lebih dahulu melahirkan distro tertua di
Kota Medan yang terdapat pada Distro Kontjo Khabe, para pelaku usaha sejenis
berlomba-lomba membuka distro untuk bersaing dengan distro yang telah ada.
35
Kemudian para pelaku usaha distro membuka kawasan Jalan Dr. Mansyur yang
notabene kawasan tersebut dekat dengan Universitas Sumatera Utara dan sekolah,
sehingga sesuai dengan target pasar pada kalangan anak muda.
Satu diantaranya adalah Rumah Sepatu yang berdiri sejak 2009 dan
menjadi pionir pada kalangan anak muda Kota Medan untuk memenuhi hasrat
membeli sepatu yang modern dan mengikuti tren. Merek yang familiar dikalangan
mahasiswa dan siswa seperti Vans, Nike, Zara, Fred Perry yang didatangkan dari
China, Vietnam, Korea menjadi beberapa merek yang dipasarkan disamping
produk dari merek dalam negeri.
2.3.1. Sejarah dan Gambaran Umum Distro SnugxRaw
Distro SnugxRaw didirikan oleh seorang pria Minang yang sudah memilki
pengalaman dalam dunia fashion distro. Beliau bernama Ersad yang mendirikan
Distro SnugxRaw pada tahun 2011 di kawasan Jalan Dr. Mansyur dengan
beberapa pertimbangan dan pengamatan terhadap lokasi beridrinya Distro
SnugxRaw. Sebelum tahun 2011 sudah banyak berdiri distro di kawasan Jalan Dr.
Mansyur, pada 2008 berdiri Distro Dreamer menyusul kemudian pada tahun 2009
berdiri Rumah Sepatu lalu Distro Elevate, kemudian Distro Victory, S.T.O.R.E
yang dilanjut Distro SnugxRaw pada 2011 dengan membuka SNUG STORE.
Baru kemudian setelah berdiri BOX 19 menyusul didirikan toko RAW LAB’S
pada Distro SnugxRaw. Seperti yang diungkapkan Bang Ersad (32 tahun) :
pemilik yang sama buka PSD STORE di epicetrum hingga pada 2011 berdiri Distro SnugxRaw dengan konsep toko STORE menyusul kemudian toko RAW LAB’S setelah Distro BOX 19.”
Kecintaan Bang Ersad sejak berstatus sebagai mahasiswa di salah satu
perguruan tinggi di Yogyakarta terhadap fashion membuat dirinya ingin memiliki
distro. Selama menjadi mahasiswa Bang Ersad banyak bergaul dan mengamati
perkembangan fashion distro di Kota Bandung sebagai pionir distro di Indonesia.
Demi hobi Bang Ersad rela menempuh jarak Yogyakarta ke Bandung
menggunakan sepeda motor turing bersama teman sesama mahasiswa. Kecintaan
Bang Ersad pada fashion distro juga terlihat dari penggunaan fashion distro yang
sudah dialakukan sejak berada dibangku SMA yang dapat menghabiskan sekitar
Rp.400.000 – Rp.500.000 untuk sekali belanja. Dengan jumlah nominal uang
tersebut, Bang Ersad mendapatkan empat sampai lima kaos atau dua pasang
pakaian dengan dua kaos dan duan celana jeans yang dapat digunkan untuk tiga
sampai empat bulan sebelum belanja ke distro lagi. Seperti penuturan Bang Ersad
(32 tahun) :
Hingga pada akhirnya semua pengalaman dan keinginan untuk memilki
distro dicetuskan dalam sebuah ide Distro SnugxRaw yang juga sebagai tempat
pemasaran merek produk yang diproduksi oleh Bang Ersad, yaitu Sir Alex.
Pemilihan nama Distro SnugxRaw berawal dari kecintaan Bang Ersad terhadap
hal-hal yang mengandung peperangan dan senjata, hingga suatu ketika teman
Bang Ersad mencetuskan istilah GUNS X WARS yang kemudian
dpengucapannya dibalik seperti bahasa walikan yang familiar di Kota Malang.
Dari istilah GUNS X WARS terlahirlah nama SnugxRaw dengan logo yang
didesain oleh kawan Bang Ersad yang seorang desain gambar.
Pada awal didirikannya Distro SnugxRaw hanya berdiri satu toko Distro
yang diberi nama SNUG STORE yang khusus untuk produk fashion popculture.
Hingga kemudian muncul kawan dari Bang Ersad untuk berbagi saham
mendirikan toko Distro RAW LAB’S disamping SNUG STORE. RAW LAB’S
adalah toko bagian Distro SnugxRaw yang memasarkan produk fashion yang
mengandung unsur musik rock dan genre musik sejenis.
Distro SnugxRaw merupakan salah satu Distro yang terdapat di kawasan
Jalan Dr. Mansyur, terletak diapit oleh sebuah barbershop36
36 Barbershop merupakan suatu model usaha salon yang khusu untuk kaum pria.
dan Distro BOX19 dan VICTORY. Letak Distro SnugxRaw yang dipinggir Jalan Dr. Mansyur
memungkinkan Distro ini dapat dengan mudah diketahui masyarakat yang
kebetulan atau melintas lewat Jalan Dr. Mansyur serta dengan mudah untuk
dijangkau oleh konsumen yang hendak berkunjung untuk belanja pakaian distro.
SnugxRaw yang dapat menggundang perhatian orang yang melintas, baik dari
arah kedatangan atau kepergian dapat diperhatikan pada siang hari dan dengan
bantuan lampu LED yang menerangi baliho pada malam hari. Seperti penuturan
Bang Ersad (32 tahun) :
“alasan pemilihan lokasi Dr. Mansyur adalah karena lokasi ini adalah grade A. Dimana seperti diketahui terdapat kampus USU nih kemudian ada cafe tempat nongkrong anak muda, cocok ke Snug karena melirik pasar kalangan anak muda. Sebagai jalan lintas kawasan ini rentan macet, Snug dekat dengan Zam-zam banyak pengunjung sedang makan, sore jam pulang kuliah adalah penyebab kemacetan. Orang kalo lagi macet pasti lirik kanan-kiri, ada niatan untuk singgah atau sekedar mengetahui Snug itu seperti apa sambil menunggu macet.
Distro SnugxRaw memiliki pelataran toko yang menjadi lahan parkir baik
konsumen yang berkunjung untuk belanja atau karyawan-karyawan Distro
SnugxRaw yang bekerja setiap hari. Pada bagian pintu distro sebelum
menjangkau pintu kaca, distro dilapis dengan pintu sorong dari besi yang akan
digunakan untuk melindungi pintu kaca distro jika semua aktivitas Distro
SnugxRaw sudah selesai pada malam hari. Seperti pada kebanyakan distro, kaca
menjadi tampilan awal toko yang membuat tampilan display pakaian distro dapat
terlihat.
Jika diperhatikan dari depan, Distro SnugxRaw terbagi atas dua ruangan
toko yang memiliki dua pintu masuk masing-masing. Pada bagian depan dengan
papan warna coklat kayu salah satu ruangan distro terdapat tulisan SNUG
terdapat tulisan RAW LABS. Semula pembagian ruangan distro mengundang
pertanyaan dibenak peneliti, hal yang menjadikan Distro SnugxRaw yang
seharusnya adalah sebuah ruangan disto pada kenyataannya dibagi dalam dua
ruangan.
Pintu kaca berbalut kayu pada bagian pinggir pintu dapat didorong untuk
masuk distro dan ditarik untuk keluar distro. Hendak masuk dengan mendorong
pintu disusul suara tingtong, yang berbunyi memenuhi ruangan distro sinyal untuk
karyawan Distro SnugxRaw yang ada dikasir distro untuk spontan melayani
konsumen. Pintu masuk Distro SnugxRaw pada ruangan SNUG STORE
berhadapan langsung dengan kasir distro sekitar 7 meter. Rak kayu warna coklat
berbingkai kaca lengkap dengan meja kecil terdapat layar komputer adalah wadah
tempat kasir bekerja.
Setiap harinya ada lima orang karyawan distro yang bekerja melayani
kebutuhan konsumen yang belanja pakaian ke Distro SnugxRaw. Dua orang
karyawan distro setiap hari bekerja untuk membuka distro yang beroperasi pada
jam 10.00 WIB dan pada jam 17.00 WIB ganti shift dengan dua orang karyawan
lainnya hingga distro tutup pada jam 22.00 WIB pada malam hari, sedangkan satu
orang karyawan akan cuti sacara bergantian atau sesuai dengan jadwal yang telah
disepakati bersama. Lima orang karyawan memiliki hak untuk cuti sekali dalam
seminggu.
Karyawan yang bekerja diDistro SnugxRaw berusia sama dengan peneliti,
dua orang dari lima karyawan merupakan mahasiswa. Mereka adalah Muhammad
Universitas Medan Area dengan konsentrasi psikologi dan Laksa Manalu
dipanggil Bang Lulu dari Kampus Mikroskill konsentrasi ilmu komputer yang
juga sedang berada pada tingkat yang sama seperti peneliti, mahasiswa tingkat
akhir mengerjakan skripsi. Sedang tiga orang karyawan hanya fokus untuk
bekerja, diantaranya Bang Hendra yang dijabati sebagai kepala toko Distro
SnugxRaw. Kemudian dua orang lainnya bernama Bang April dan Bang Dicky
yang setiap hari fokus bekerja di Distro SnugxRaw.
Mendorong pintu masuk Distro akses pertama peneliti untuk berkunjung
dan melihat isi ruangan Distro SnugxRaw terkhusus ruangan SNUG STORE.
Dalam ruangan SNUG STORE terdapat meja yang digunakan sebagai display
snapback, kemeja, flannel, dan kaos sebagian digantung dirak kayu yang melekat pada dua sisi ruangan distro serta sebagian pada tengah ruangan yang digantung
dengan hanger pada kayu dengan 4 tongkat penahan hasil modifikasi.
Pada meja kasir menempel sebuah rak dengan bingkai kaca terdapat
display snapback, dompet, pouch, buff, ikat pinggang, keychain, dan pomade. Terdapat ruang kecil untuk duduk dikursi panjang memberi kenyamanan
karyawan bekerja dibagian kasir distro. Terdapat ruangan pintu kayu sistem geser
lengkap dengan pencahayaan lampu serta rak terbuka dari besi tersusun banyak
lipatan pakaian yang masih bersegel dengan bungkus plastik. Ruangan itu adalah
gudang distro untuk menyimpan stock barang yang sudah masuk ke daftar
pembukuan Distro SnugxRaw. Disebelah kasir tepatnya disisi tembok terdapat
Pada ruangan SNUG STORE tembok dan lantai berwarna senada, warna
coklat kayu menjadi pelapis tembok ruangan serta lantai ruangan. Langit-langit
runangan lampu hias digantung ditengah ruangan dihidupkan selama distro
beroperasi, warna kuning putih dari lampu hias dan lampu LED membuat lapisan
kayu pada lantai, tembok, dan lemari terlihat cerah ada suasana santai, lembut
diruangan tersebut. Suasana sejuk terasa didalam ruangan dengan AC/ pendingin
ruangan yang mengharuskan pintu distro tertutup rapat.
Sementara ruangan lain pada Distro SnugxRaw, yaitu ruangan RAW
LABS terhubung dengan ruang SNUG STORE tanpa melalui sebuah pintu.
Sebuah ruang yang terdapat ditengah ruang SNUG STORE dapat
menghubungkan langsung dengan ruang RAW LABS. Ruangan RAW LABS
sepenuhnya berwarna hitam pekat pada tembok yang dihiasi tulisan motivasi yang
ditulis dengan kapur. Terdapat dua meja dimodifikasi dari bahan kayu dan besi
diletakkan pada bagian tengah ruangan yang digunakan untuk display kaos yang
dilipat, snapback, dan tas. Terdapat rak berbentuk kubus yang disusun panjang
membentuk persegi panjang sebagai tempat snapback dan juga tas. Pada kedua
sisi diletakkan rak berbahan kayu dengan warna hitam untuk display tas dan
pouch, selain rak terdapat gantungan pakaian dari kayu yang menempel pada dingding dengan hanger kaos-kaos tergantung rapi. Kemudian hiasan kamera
diletakkan sebagai hiasan pada sebuah papan warna hitam dan ruangan dengan
minim cahaya. Selain diruangan SNUG STORE, terdapat fittingroom diruangan
RAW LABS terletak dipojok bersebelahan dengan ruang kecil yang juga sebagai
LABS dengan warna hitam yang mendominasi memberi suasana gelap, rock,
metal dan yang sealiran dengan pencahayaan yang minim, berbeda diruang
SNUG STORE. Seperti yang diungkapkan oleh Bang Mbeng (22 tahun),
karyawan Distro SnugxRaw:
“Ini bang dua toko berbeda,desain distro dibuat agar membedakan antara SNUG STORE dan RAW LAB’S yang menjadi konsep tersendiri dari Distro SnugxRaw.”
Gambar 2: Distro SnugxRaw
Sumber: Dokumentasi Penulis
2.3.2. Sejarah dan Gambaran Umum Distro LOCCAL
Distro LOCCAL salah satu distro yang menjual produk yang sama dengan
nama distro sebagai tempat pemasaran produk. Pada awalnya nama LOCCAL
tidak digunakan sebelum pada akhirnya pada tahun 2009 nama distro yang
didirikan di Kota Bandung oleh seorang pria bernama Doly Bajora Matondang
yang berasal dari Kota Medan dan menghabiskan masa sekolah hingga SMP di
Kota Medan. Sebelum akhirnya mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi di Kota Bandung, selain sebagai pengusaha distro beliau juga seorang
dance jokey (DJ) dan memilki pengalaman selama kurang lebih lima tahun bekerja sebagai orang konveksi yang mengerjakan pesanan kaos untuk keperluan
tertentu, seperti untuk kegiatan kampus, sekolah, sampai event komunitas. Sepert
yang diungkapkan oleh Bang Fadil (27 tahun) yang mengatakan:
“Yang punya di Bandung bang, dulunya bukan LOCCAL namanya, dulunya Dewarna namanya bang. Pada 2009 baru ganti nama sama pemiliknya, bos Doly orang medan juga dulu sekolah di Medan sampai SMP baru pindah ke Bandung bang. Sebelumnya dia orang konveksi kerja kurang lebih lima tahun buat buat baju gitu pesanan orang kemudian ada keiinginan dia untuk membuka usaha sendiri tapi dengan memakai merek dari dia sendiri.”
Pengalaman berada pada dunia konveksi mendorong keinginan untuk
mendirikan Distro LOCCAL di Kota Bandung, yang pada awalnya diberi nama
Dewarna sebelum diganti menjadi LOCCAL. Sebagai sebuah merek yang
memproduksi pakaian untuk toko sendiri, LOCCAL memiliki keinginan dari
pemilik merek dan Distro LOCCAL untuk mendirikan satu distro untuk satu kota.
Keinginan ini diawali dengan mendirikan Distro LOCCAL pada beberapa kota
besar yang terdapat di Indonesia, termasuk diantaranya adalah Kota Medan.
Pemilik Distro LOCCAL atau merek LOCCAL sendiri melakukan riset sebelum
kepada sanak keluarga yang terdapat di Kota Medan. Salah satu yang menjadi
pertimbangan sebelum mendirikan Distro LOCCAL di Kota Medan adalah
pemilihan lokasi yang strategis. Hingga pada tahun 2014 pemilik, yaitu Doly
Bajora Matondang atas anjuran dari beberapa sanak saudara di Kota Medan untuk
mendirikan Distro LOCCAL dikawasan Jalan Dr. Mansyur Kota Medan. Dalam
penuturan Bang Fadil (27 tahun) mengatakan:
“bos saya bang setelah membuka Distro LOCCAL di Kota Bandung ada keinginan untuk membuka Distro yang sama dikota-kota besar di Indonesia. Kalo di Medan sendiri, dia melakukan survei menanyakan sanak keluarga hingga kemudian keluarga saran membuka Distro di Dr. Mansyur bang. Barulah pada tahun 2014 Distro LOCCAL didirikan di sini.”
Kota Bandung menjadi pusat Distro LOCCAL yang menaungi beberapa
cabang Distro LOCCAL di kota-kota besar Indonesia. Termasuk di Kota Medan
yang didirikan pada tahun 2014 yang dipercayakan kepada Bang Muhammad
Fadhil yang bertindak sebagai manajer untuk mengontrol barang distro dan
keungan distro, serta memiliki peranan dominan disamping karyawan distro.
Seperti yang dikatakan Bang Fadil (27 tahun) :
“Awalnya saya kenal dengan bos saya ketika teman saya yang kebetulan teman bos mengenalkan saya kepada si bos nih bang. Ketika diberi kepercayaan sebagai manajer untuk mengelola saya sudah mendapati bangunan Distro LOCCAL yang sudah ada dengan desain seperti ini bang.”
Distro LOCCAL merupakan distro yang menjual produk pakaian dengan
memproduksi pakaian mulai dari bagian atasan sampai bawahan. Sebagai merek
pakaian yang memasarkan produk buatan lokal Indonesia, LOCCAL sebagai
sebuah merek produksi pakaian memiliki standar produksi sendiri dan sudah dapat
diterima dalam masyarakat terutama pada pasar konsumen di Kota Bandung.
Keinginan untuk memajukan dan untuk mengenalkan produk pakaian hasil
produksi LOCCAL dilakukan dengan cara membuka cabang dengan tujuan
sebagai lahan bagi konsumen yang ingin menggunakan produk-produk dari
LOCCAL, dalam hal ini Distro LOCCAL bertindak sebagai distribution store
untuk produk LOCCAL itu sendiri.
Untuk cabang Distro LOCCAL di Kota Medan terletak diantara Black
Gold dan sebuah gang yang sering disebut sebagai lokasi lontong gang dan
terdapat lahan parhir Benz cafe, serta berada diseberang MOORKOV Cafe. Distro
ini memiliki pelataran yang lebih tinggi dari permukaan pinggir jalan raya serta
kecil terdapat meja besi kecil dan dua kursi besi. Terdapat baliho yang bertuliskan
logo LOCCAL yang memenuhi satu baliho yang dapat dilihat oleh pengguna jalan
raya yang melintas lewat Jalan Dr. Mansyur.
Distro ini berukuran kecil dengan atap yang rendah dan terisolasi oleh
dinding dua tempat usaha yang menghimpit. Karena berada diantara, distro ini
kekurangan pencahayaan pada bagian pelataran distro. Distro ini sendiri memiliki
tampilan kaca bening sebagai wajah depan yang memungkinkan konsumen
melihat display pakaian dari luar distro. Pintu distro dengan sistem dorong untuk
masuk dan tarik untuk keluar dengan bahan dari kaca berbingkai kayu menjadi
Pintu masuk berhadapan dengan pintu kasir, hanya berjarak lima meter
saja penjaga toko atau karyawan atau kasir toko dapat menyambut konsumen yang
datang mengunjungi distro. Kasir dilengkapi dengan meja yang terdapat unit
komputer lengkap dengan perlatan tulis menulis. Ada sebuah ruang dibelakang
meja kasir, ruang minim pencahayaan digunakan sabagai tempat menyimpan
stock barang pakaian-pakaian Distro LOCCAL. Disamping kasir dengan gorden
berbentuk persegi menjadi area fittingroom sebagai tempat konsumen mencoba
dan melihat sendiri tampilan pakaian Distro LOCCAL ketika digunakan
konsumen lewat sebuah cermin besar didalam fittingroom tersebut.
Ditengah ruangan distro yang terlihat sempit dengan langit ruangan yang
rendah dilengkapi lampu ditengah dan beberapa lampu sorot yang menghiasi
sudut dan sisi ruangan distro. Pada bagian tengah distro terdapat meja yang
tersusun dari balok kayu menjadi meja beukuran besar yang mampu menampung
display sepatu kulit, topi dan ikat pinggang. Pada bagian sisi tembok dekat dengan kasir terdapat empat bagian gantungan pakaian dari besi menempel pada tembok
menjadi tempat deretan hanger koleksi kaos dengan variasi harga yang berbeda
beda. Pada sisi lain tembok ruangan terdapat gantungan besi yang mengikuti
panjang sisi ruangan, terdapat deretan hanger flanel.
Pada bagian depan yang menghadap langsung kekaca distro terdapat
sebuah papan kayu yang disusun dan dimodifikasi supaya dapat berdiri
menghadap kekaca distro, koleksi kemeja polos dan kemeja koko dapat dilihat.
Mayoritas pakaian yang dijual adalah pakaian pria, namun pada sisi tembok
sweaterwanita dan pria. Tidak banyak display pakaian untuk wanita pada Distro LOCCAL dibanding koleksi display pakaian pria, hal ini Distro LOCCAL yang
ada di Medan fokus pada fashion pria.
Gambar 3: Distro LOCCAL Kota Medan
Sumber: Akun Instagram Sanuka Fadhil
2.3.3. Jalan Dr. Mansyur salah satu Pusat Distro Kota Medan
Kawasan Jalan Dr. Mansyur sebagai salah satu jalan lintas menjadi lokasi
yang strategis lokasi berdirinya tempat usaha tidak terkecuali distro sebagai salah
satu toko yang memasarkan produk pakaian. Kawasan Jalan Dr. Mansyur
sebelum seperti sekarang ini hanya sebuah jalan protocol biasa yang tidak ramai
dengan usaha ekonomi.
Kehadiran lokasi-lokasi produktif secara ekonomi yang menawarkan
fasilitas yang cocok untuk kalangan anak muda Kota Medan untuk menghabiskan
nongkrong dengan fasilitas yang tidak mewah menjadi stimulus untuk
mendatangkan anak muda Kota Medan untuk datang berkunjung ke lokasi yang
jauh dari ramainya aktivitas Kota Medan.
Hal ini juga yang mendorong pelaku usaha untuk memilih kawasan Jalan
Dr. Mansyur sebagai lokasi untuk mengembangkan usaha yang mampu menarik
minat anak muda untuk datang berkunjung. Distro dengan konsep pakaian yang
identik dengan aktivitas anak muda perkotaan menjadi salah satu bentuk usaha
yang banyak dijumpai dikawasan Jalan Dr. Mansyur.
Terlihat jelas pada setiap sisi badan jalan berdiri toko berukuran sedang
sampai kecil dengan baliho atau plangkat besar diletakkan didepan toko
bertuliskan nama setiap distro. Para pengguna jalan yang sedang melintas dari
Simpang Setia Budi ke Simpang Kampus atau sebaliknya dapat melihat etalase
distro dengan bagian depan toko terdapat kaca bening dan pintu kaca bening,
sehingga terlihat dalam distro terdapat display produk pakaian dan dekorasi toko
dengan lampu terang sampai lampu neon dengan berbagai warna sesuai konsep
dari sebuah distro.
Distro dikawasan Jalan Dr. Mansyur sering waktu ada yang tutup dan
digantikan dengan wajah baru dari sebuah konsep distro yang berbeda. Seperti
Distro Elevate di lokasi yang dekat dengan Hotel Raz sudah lama tutup dan
dilokasi yang sama terdapat Distro Ouval Research tidak genap satu tahun berdiri.
Kemudian Distro Flangship sudah tutup pada lokasi yang sama berdiri usaha yang
Kawasan Jalan Dr. Mansyur terdapat juga cabang dari distro yang terdapat
di kawasan Jalan Halat, yaitu Kontjo One. Selain itu dikawasan startegis Jalan Dr.
Mansyur terdapat empat distro dengan kepemilikan satu orang, diantaranya Distro
Victory yang menjadi tentangga dari Distro BOX 19 dan pada satu lokasi di
epicentrum terdapat Distro S.T.O.R.E menyusul kemudian terdapat Distro Rumah Sepatu yang memasarkan khusus produk sepatu. Selain itu juga terdapat
distro yang menjadi cabang yang memasarkan produk dari suatu merek dengan
nama yang sama dengan distro, seperti Distro LOCCAL pusatnya di Kota
Bandung dan Distro Ouval Research pusatnya di Bandung.
Sebagai lokasi yang identik dengan anak muda perkotaan kawasan Jalan
Dr. Manyur ini menjadi lokasi berdirinya kampus terbesar yang memiliki banyak
mahasiswa dengan taraf umur tergolong pada usia anak muda, yaitu Kampus
Universitas Sumater Utara disamping terdapat beberapa sekolah taraf SMP dan
SMA yang semakin membuat kawasan ini menjadi kawasan yang strategis dengan
usaha berbasis anak muda perkotaan, termasuk distro.
Melihat situasi dan kondisi setiap harinya di kawasan Jalan Dr. Mansyur
ini mendorong peneliti untuk memilih distro yang terdapat di kawasan Jalan Dr.
Mansyur sebagai lokasi penelitian. Dimana distro pada kawasan Jalan Dr.
Mansyur ini saling bersaing untuk menawarkan produk pakaian kepada para
konsumen yang setiap harinya melintas melewati kawasan Jalan Dr. Mansyur.
Disamping terdapat konsep distro yang berbeda dengan produk pakaian yang
sudah memiliki konsep sendiri yang akan dipasarkan dengan kualitas produksi