• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Harga, Citra Merek dan Kualitas Produk Pada Mahasiswa FMIPA Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Harga, Citra Merek dan Kualitas Produk Pada Mahasiswa FMIPA Universitas Sumatera Utara"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran adalah suatu kegiatan bisnis yang merupakan usaha untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, organisasi maupun masyarakat

secara keseluruhan. Dengan adanya kebutuhan manusia yang harus dipenuhi,

maka perusahan akan mencoba untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan

penciptaan produk pemuas kebutuhan yang disalurkan kepada konsumen

proses pemasaran.

Menurut Philip Kotler & Gary Armstrong(2008) pemasaran adalah proses

sosial dan manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang

mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan

yang lain. Pengertian tersebut bertumpuh pada konsep inti dalam pemasaran

antara lain kebutuhan, keinginan dan permintaan, pasar sasaran, positioning, dan

segmentasi,penawaran dan merek, nilai dan kepuasan, saluran pemasaran, rantai

pasokan, pesaing dan lingkungan pemasaran.

2.2 Produk

2.2.1 Pengertian Produk

Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada pasar untuk mendapat

perhatian, dibeli, dipergunakan, dan yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan

konsumen. Produk mencakup lebih dari sekadar barang-barang berwujud (tangible)

(2)

2.2.2 Klasifikasi Produk

Menurut Philip Kotler & Kevin Lane Keller (2009)Pemasar

mengklasifikasikan produk berdasarkan karakteristiknya yang meliputi

ketahanannya (durability), keberwujudannya (tangibility) dan penggunaannya

(barang konsumen atau barang industri).

1. Ketahanan dan keberwujudan (Durability and Tangibility), meliputi:

a. Barang tidak tahan lama (Nondurable goods)

Barang berwujud yang biasanya habis dipakai sekali atau lebih seperti

bir,sabun, dan shampoo.

b. Barang tahan lama (Durable goods)

Barang berwujud yang dapat bertahan untuk berkali-kali pemakaian

seperti kulkas (refrigerator), alat-alat mesin dan pakaian.

c. Jasa (service)

Tidak berwujud, tidak dapat dibagi-bagi, berubah-ubah dan tidak dapat

disimpan. Karena itu, biasanya membutuhkan lebih banyak pengendalian

kualitas, kredibilitas pemasok dan kemudahan adaptasi. Contohnya

potong rambut dan perbaikan.

2. Klasifikasi Barang Konsumen (Consumer Goods Classification), meliputi:

a. Barang sehari-hari (Convenience goods)

Dibeli secara rutin, cepat dan dengan usaha minimum. Contohnya

termasuk sabun, koran, dan shampo.

b. Produk shopping (Shopping goods)

(3)

biasanya dibandingkan atas dasar kecocokannya, kualitas, harga, dan

gaya (style). Contohnya funiture, pakaian dan mobil yang dipakai.

c. Produk spesial (Speciality goods)

Memiliki karakteristik unik atau identifikasi merek dimana jumlah

pembeli bersedia membeli dengan usaha-usaha tertentu. Speciality goods

tidak membuat perbandingan, pembeli menginvestasikan waktu hanya

untuk mencapai dealer yang menyediakan produk yang diinginkan.

Dealer tidak butuh lokasi yang nyaman namun mereka harus membiarkan

pembeli potensial mengetahui lokasi mereka.

d. Produk yang tidak dicari (unsought goods)

Konsumen tidak tahu atau tidak pernah terpikirkan untuk membelinya.

Contohnya asuransi jiwa, dan peti mati.

e. Klasifikasi Barang-barang Industri (Industrial Goods Classification)

Industrial goods dapat diklasifikasikan berdasarkan pada bagaimana

mereka memasuki proses produksi dan biaya-biaya yang berhubungan.

Tiga kelompok industrial goods dapat dibedakan menjadi bahan dan

suku cadang (materials and parts), barang modal (capital items) dan

layananan bisnis dan pasokan (supplier and business service)

2.3 Harga

2.3.1 Pengertian Harga

Harga adalah elemen yang paling tidak umum dari bauran pemasaran.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia harga adalah jumlah uang atau alat tukar

(4)

tertentu dan di pasar tertentu.

Menurut Philip Kotler & Gary Armstrong(2008)pengertian harga adalah

sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen untuk jumlah manfaat dengan memiliki

atau menggunakan suatu barang atau jasa. Harga merupakan hal yang

diperhatikan konsumen saat melakukan pembelian. Sebagian konsumen bahkan

mengidentifikasikan harga dengan nilai.

Harga dapat menunjukkan kualitas merek dari suatu produk, dimana

konsumen mempunyai anggapan bahwa harga yang mahal biasanya mempunyai

kualitas yang baik. Pada umumnya harga mempunyai pengaruh yang positif

dengan kualitas, semakin tinggi harga maka semakin tinggi kualitas.

Tjiptono(2002)menyatakan bahwa harga memiliki dua peranan utama dalam

mempengaruhi minat beli, yaitu:

1. Peranan alokasi dari harga

Fungsi harga dalam membantu para membeli untuk memutuskan cara

memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya

belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk

memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang

dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang

tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.

2. Peranan informasi dari harga

Fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk,

seperti kualitas. hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli

(5)

obyektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal

mencerminkan kualitas yang tinggi.

2.3.2 Strategi Penetapan Harga

Menurut Philip Kotler & Kevin Lane Keller (2009)strategi penetapan harga

digolongkan menjadi lima bagian yaitu penetapan harga geografis, diskon harga

dan insentif, penetapan harga promosi, penetapan diskriminasi harga.

1. Penetapan harga geografis

Perusahaan memutuskan memberi harga produknya untuk konsumen yang

berada dilokasi dan negara yang berbeda.

2. Diskon harga dan insentif

Perusahaan umumnya akan menyesuaikan harga, memberikan diskon, dan

insentif untuk pembayaran dini, volume pembelian, dan pembelian diluar

musim.

3. Penetapan harga promosi

Dalam kondisi tertentu perusahaan akan menetapkan harga sementara untuk

produksinya dibawah daftar dan kadang-kadang dibawah biayanya.

Penetapan harga promosi menggunakan beberapa teknik yaitu penetapan

harga pemimpin kerugian (loss-leader), penetapan harga acara khusus,

pembiayaan berbunga rendah, jangka waktu pembayaran yang lebih panjang,

jaminan dan kontrak jasa, diskon psikologis.

2.3.3 Tujuan Penetapan Harga

(6)

1. Mendapatkan laba maksimum

Terjadinya harga ditentukan oleh penjual dan pembeli. Makin besar daya beli

konsumen, semakin besar pula kemungkinan bagi penjual untuk menetapkan

tingkat harga yang lebih tinggi. Dengan demikian penjual mempunyai

harapan untuk mendapatkan keuntungan maksimum sesuai dengan kondisi

yang ada.

2. Mendapat pengambilan investasi yang ditargetkan atau pengambilan pada

penjualan bersih.Harga yang dapat dicapai dalam penjualan dimaksudkan

pula untuk menutup investasi secara berangsur-angsur. Dana yang dipakai

untuk mengembalikan investasi hanya dapat diambil dari laba perusahaan

dan laba hanya dapat diperoleh bila harga jual lebih besar dari jumlah

biaya seluruhnya.

3. Mencegah atau mengurangi persaingan

Tujuan mencegah atau mengurangi persaingan dapat dilakukan melalui

kebijaksanaan harga. Hal ini dapat diketahui bilamana para penjual

menawarkan barang dengan harga yang sama.

4. Mempertahankan atau memperbaiki market share.

Memperbaiki market share hanya mungkin dilaksanakan bilamana kemampuan

dan kapasitas produksi perusahaan masih cukup longgar, di samping juga

kemampuan di bidang lain seperti pemasaran, keuangan dan sebagainya.

2.3.4 Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Harga

Peranan penetapan harga akan menjadi sangat penting terutama pada

(7)

terbatas. Dalam keadaan persaingan yang semakin tajam dewasa ini, peranan

harga sangat penting terutama untuk menjaga dan meningkatkan posisi

perusahaan di pasar, yang tercermin dalam market share perusahaan, di samping

untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan perusahaan.

Menurut Laksana (2008)faktor-faktor yang mempengaruhi harga meliputi:

1. Demand for the product, perusahaan perlu memperkirakan permintaan

terhadap produk yang merupakan langkah penting dalam penetapan harga

sebuah produk.

2. Target share of market, yaitu market share yang ditargetkan oleh perusahaan.

3. Competitive reactiones, yaitu reaksi dari pesaing.

4. Use of creams-skimming pricing of penetration pricing, yaitu

mempertimbangkan langkah-langkah yang perlu diambil pada saat

perusahaan memasuki pasar baik dengan harga yang tinggi ataupun dengan

harga yang rendah.

5. Other parts of the marketing mix, yaitu perusahaan perlu

mempertimbangkankebijakan marketing mix (kebijakan produk, kebijakan

promosi, dan saluran distribusi).

6. Biaya untuk memproduksi atau membeli produk

7. Produk line pricing, yaitu penetapan harga terhadap produk yang saling

berhubungan dalam biaya, permintaan maupun tingkat persaingan.

8. Berhubungan dengan permintaan:

a. Elastisitas silang yang positif, yaitu kedua macam produk

(8)

b. Elastisitas silang yang negatif, yaitu kedua macam produk merupakan

barang yang komplamenter atau berhubungan satu sama lain.

c. Elastisitas silang yang nol, yaitu kedua macam produk tidak saling

berhubungan.

1. Berhubungan dengan biaya: penetapan harga di mana kedua macam produk

mempunyai hubungan dalam biaya.

2. Mengadakan penyesuain harga :

a. Potongan harga

Dalam hal ini pembeli memperoleh harga yang lebih rendah dari harga

yang seharusnya dibayar.

b. Diskriminasi harga

Perusahaan juga dapat melakukan modifikasi harga untuk menyesuaikan

harga karena langganan, produk maupun lokasi.

c. Harga psikologis

Suatu harga dapat berbicara bagi produknya serta dapat menunjukkan

citra produknya. Contohnya, suatu produk dengan harga tinggi dapat

memberikan image pada kualiatas yang tinggi pula

2.4 Pengertian Merek

Keahlian yang sangat unik dari pemasar profesional adalahkemampuannya

untuk menciptakan, memelihara, melindungi, dan meningkatkan merek. Para

pemasar mengatakan bahwa pemberian merek adalah seni dan bagian penting

dalam pemasaran. Menurut Phillip Kotler & Kevin Lane Keller (2009)merek

(9)

(individu atau organisasi) untuk menuntut tanggung jawab atas kinerjanya kepada

pabrikan atau distributor tertentu. Menurut Fandy Tjiptono & Anastasia Diana

(2000), merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol/lambing/logo, desain,

warna, gerak, atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan

dapat memberikan identitas dan diferensiasi yang membedakannya dengan produk

pesaing. Suatu merek pada gilirannya memberi tanda pada konsumen mengenai

sumber produk tersebut. Di samping itu, merek melindungi baik konsumen

maupun produsen dari para pesaing yang berusaha memberikan produk-produk

yang tampak identik. Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara

konsisten memberikan keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli.

Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu, akan tetapi merek lebih dari

sekedar simbol. Menurut Kotler (2000)suatu merek terkandung enam macam

makna, yaitu:

1. Atribut, merek mengingatkan pada atribut tertentu. Mercedes memberikesan

sebagai mobil yang mahal, dengan kualitas yang tinggi, dirancang dengan

baik, tahan lama, dan bergensi tinggi.

2. Manfaat, bagi konsumen kadang sebuah merek tidak sekedar menyatakan

atribut, tetapi manfaat. Mereka membeli produk bukan membeli atribut,

tetapi membeli manfaat. Atribut yang dimiliki oleh suatu produk dapat

diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan atau emosional. Sebagai

contoh, atribut “tahan lama” diterjemahkan menjadi manfaat fungsional

“tidak perlu segera membeli lagi”, atribut “mahal” diterjemahkan menjadi

(10)

3. Nilai, merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Jadi, Mercedes

berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain.

4. Budaya, merek juga mewakili budaya tertentu. Mercedes mewakili

budayaJerman; terorganisir, efisien, dan bermutu tinggi.

5. Kepribadian, merek mencerminkan kepribadian tertentu. Mercedes

mencerminkan yang masuk akal (orang), singa yang memerintah (hewan),

atau istana yang agung (objek).

6. Pemakai, merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk tersebut. Mercedes menunjukkan pemakainya seorang

diplomat atau eksekutif. Agar suatu merek dapat mencerminkan

makna-makna yang ingin disampaikan, maka ada beberapa persyaratan yang harus

diperhatikan, yaitu:

a. Merek harus khas atau unik.

b. Merek harus menggambarkan sesuatu mengenai manfaat produk

dan pemakainnya.

c. Merek harus menggambarkan kualitas produk.

d. Merek harus mudah diucapkan, dikenali, dan diingat.

e. Merek tidak boleh mengandung arti yang buruk di Negara dan dalam

bahasa lain.

f. Merek harus dapat menyesuaiakan diri (adaptable) dengan produk produk

baru yang mungkin ditambahkan ke dalam lini produk.

2.4.1 Pengertian Citra Merek

(11)

nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya yang dimaksudkan

untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok

penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing. Menurut

Keegan(1995)merek adalah sejumlah citra dan pengalaman dalam benak

konsumen yang mengkomunikasikan manfaat yang dijanjikan produk yang

diproduksi oleh perusahaan tertentu.

Adapun elemen–elemen Merek menurut Durianto dkk (2004) memiliki tiga

bagian penting, yaitu:

1. Brand Platform

Brand Platform adalah suatu blue print perencanaan merek yang strategis

yang meliputi visi dan misi merek, serta wilayah kekuasaan dari suatu merek

dan lain-lain.

2. Identitas merek (Brand identity and naming)

Brand identity mengidentifikasikan keunikan dan differensiasi suatu merek,

sehingga suatu merek akan diidentifikasikan berbeda dengan merek pesaing.

Berikut adalah tugas penting dalam mengelola brand identity:

a. Mengembangkan nama merek yang tepat dan berbeda dan mencerminkan strategi.

b. Mengembangkan sistem identifikasi visual yang komprehensif yang

meliputi grafik, lingkungan dan produk.

c. Mengembangkan brand identity dalam proses pembedaan dengan merek

pesaing terutama dikaitkan dengan brand association.

3. Komunikasi merek (Brand Communication)

(12)

artinya bahwa seluruh aspek kreatif dalam komunikasi harus disesuaikan

dengan platform merek, sehingga komunikasi merek in-line dengan platform

mereknya. Jadi, komunikasi harus diarahkan untuk melayani merek, bukan

produknya sehingga tercipta brand differentiation, bukan product differentiation.

Citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek, yang dibentuk dengan

memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu menyatakan bahwa citra

merek merepresentasikan keseluruhan persepsi dari terhadap merek dan dibentuk

dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra merek menurut

Shimp (2003)adalah sejenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika

mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut bisa berupa ingatan mengenai

merek tersebut.

Phillip Kotler & Kevin Lane Keller (2009)juga menyatakan bahwa “citra

merek adalah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti

yang tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam ingatan konsumen”. Dari

kedua pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa citra merek adalah

sekumpulan asosiasi merek yang terjadi dalam ingatan konsumen yang

menimbulkan kesan positif.

2.4.2 Pengukuran Citra Merek

Menurut Aaker (1997), terdapat empat hal pokok yang harus diperhatikan

dalam membentuk sebuah brand yaitu:

1. Recognition, tingkat dikenalnya sebuah merek (brand) oleh konsumen.

2. Reputattion, tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah merek (brand)

(13)

3. Affinity, semacam emotional relationship yang timbul antar sebuah merek

(brand) dengan konsumennya.

4. Brand loyalty, ukuran dari kesetiaan pelanggan terhadap suatu merek.

2.5 Kualitas Produk

Kualitas produk merupakan kemampuan produk untuk menunjukkan

berbagai fungsi termasuk di dalamnya ketahanan, handal, ketepatan, dan

kemudahan dalam penggunaan Philip Kotler & Kevin Lane Keller

(2007)Pengertian kualitas produk menurut Philip Kotler & Gary Armstrong,

(2008)adalah “karakteristik produk atau jasa yang tergantung pada

kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau

diimplikasikan”.

Kualitas mempunyai arti sangat penting dalam keputusan pembelian

konsumen. Apabila kualitas produk yang dihasilkan baik maka konsumen

cenderung melakukan pembelian ulang sedangkan bila kualitas produk tidak

sesuai dengan yang diharapkan maka konsumen akan mengalihkan

pembeliannya pada produk sejenis lainnya. Sering kali dibenak konsumen

sudah terpatri bahwa produk perusahaan tertentu jauh lebih berkualitas

daripada produk pesaing dan konsumen akan membeli produk yang mereka

yakini lebih berkualitas. Meskipun konsumen mempunyai persepsi yang

berbeda terhadap kualitas produk, tetapi setidaknya konsumen akan memilih

produk yang dapat memuaskan kebutuhannya.

Menurut Assauri (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk

(14)

1. Fungsi suatu produk

Suatu produk yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi untuk apa

produk tersebut digunakan sehingga produk yang dihasilkan harus dapat

benar-benar memenuhi fungsi tersebut. Oleh karena pemenuhan fungsi

tersebut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli. Sedangkan

tingkat keputusan tertinggi tidak selamanya terpenuhi atau tercapai, maka

tingkat kualitas suatu produk tergantung pada tingkat pemenuhan fungsi

keputusan pengguna yang dapat dicapai.

2. Wujud luar produk

Salah satu faktor yang penting dan sering dipergunakan oleh konsumen dalam

melihat produk pertama kalinya untuk menentukan kualitas produk tersebut

adalah wujud luar produk. Walaupun produk yang dihasilkan secara teknis

atau mekanis telah maju tetapi tidak bila wujud luarnya kurang menarik akan

sulit diterima, maka hal ini dapat menyebabkan produk tersebut tidak

disenangi konsumen.

3. Biaya produk tersebut.

Umumnya biaya dan harga suatu produk akan dapat menentukan kualitas

produk tersebut. Hal ini terlihat dari produk yang mempunyai biaya atau

harga yang mahal menunjukkan bahwa kualitas produk tersebut relatif lebih

baik. Demikian sebaliknya produk yang mempunyai harga yang murah dapat

menunjukkan bahwa kualitas produk tersebut relatif lebih murah. Dari

penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas produk merupakan

(15)

memuaskan para konsumen atas keinginan dan kebutuhannya.

2.5.1 Dimensi Kualitas Produk

Dimensi kualitas produk menurut Tjiptono, Strategi Pemasaran (2009)adalah :

1. Kinerja (performance) yaitu karakteristik atau fungsi utama suatu produk

yang kita beli.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features) yaitu karakteristik atau ciri

tambahan yang melengkapi produk.

3. Keandalan (reliability) yaitu kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan

fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam

kondisi tertentu juga.

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications) yaitu sejauh

mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah

ditetapkan sebelumnya.

5. Daya tahan (durability) berkaitan berapa lama produk tersebut dapat

terus digunakan.

6. Estetika (Asthethic) yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.

7. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) yaitu persepsi konsumen

terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk. Biasanya,

karena kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut atau ciri produk yang

akan dibeli maka pembeli mempersepsikan kualitasnya dari aspek harga,

nama merek, iklan, reputasi perusahaan, maupun negara pembuatanya.

8. Kemudahan perbaikan (serviceability), meliputi kecepatan, kemudahan,

(16)

terbatas hanya sebelum penjualan, tetapi juga selama proses penjualan hingga

purna jual mencakup pelayanan reparasi dan ketersediaan komponen

yang dibutuhkan.

2.6 Keputusan Pembelian

2.6.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Philip Kotler & Gary Armstrong (2008)mendefinisikan keputusan

pembelian sebagai sebuah proses dimana konsumen mengenal masalahnya,

mencari informasi mengenai produk atau merek tertentu dan mengevaluasi

seberapa baik masing-masing alternatif tersebut dapat memecahkan masalahnya

yang kemudian mengarah kepada keputusan pembelian.Dalam keputusan

pembelian, umumnya ada lima macam peranan yang dapat dilakukan seseorang.

Kelima peran tersebut meliputi Philip Kotler & Gary Armstrong (2008):

1. Pemprakarsa (Initiator)

Orang yang pertama kali menyadari adanya keinginan atau kebutuhan yang

belum terpenuhi dan mengusulkan ide untuk membeli suatu barang atau

jasa tertentu.

2. Pemberi pengaruh (Influencer)

Orang yang memberi pandangan, nasihat, atau pendapat sehingga dapat

membantu keputusan pembelian.

3. Pengambil keputusan (Decider)

Orang yang menentukan keputusan pembelian, apakah jadi membeli, apa

yang dibeli, bagaimana cara membeli, atau dimana membelinya.

(17)

Orang yang melakukan pembelian secara aktual.

5. Pemakai (User)

Orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang atau jasa yang

telah dibeli.

2.6.2 Proses Pengambilan Keputusan

proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadiansebagai berikut:

Sumber : Kotler, Philip & Kevin Lane Keller (2013). Manajemen Pemasaran, Edisi 12. Jilid 2,Jakarta : Erlangga.

Gambar 2.1

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pengenalan masalah

Proses dimulai saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli

menyadari adanya perbedaan antara kondisi yang sesungguhnya dengan

kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat berasal dari rangsangan

internal ataupun rangsangan eksternal.

2. Pencarian informasi

Seseorang yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari

informasi lebih banyak. Pencarian informasi dapat dibedakan atas dua

tingkatan yaitu keadaan tingkat pencarian informasi yang biasa–biasa saja

yang disebut perhatian yang meningkat. Proses pencarian informasi aktif

dimana ia akan mencari bahan-bahan bacaan, menelepon teman-temannya,

dan melakukan kegiatan untuk mempelajari yang lain. Mengenal

kebtuhan

Pencarian informasi

Evaluasi alternatif

Keputusan pembelian

(18)

3. Evaluasi alternatif

Bagaimana konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk

membuat keputusan akhir. Ada beberapa proses evaluasi keputusan.

Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif.

4. Keputusan pembelian

Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi terhadap merek-merek

yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk

tujuan membeli untuk merek yang paling disukai. Konsumen membentuk

tujuan pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti: pendapatan keluarga yang

diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan.

5. Perilaku sesudah pembelian

Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan

mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan.

2.7 Penelitan Terdahulu

(19)

2 Manurung,

(20)

Polytron Di Kabupaten Kudus

Keputusan Membeli

variabel kualitas produk, desain

dan promosi terhadap keputusan

membeli

2.8 Kerangka Konseptual

Berdasarkan pada tinjauan pustaka tersebut dan juga penelitian terdahulu,

maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran dalam penelitian ini dengan

penjelasan dan gambaran sebagai berikut:

Kerangka konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek

penelitian ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel

yang secara logis diterangkan, dikembangkan dan dielaborasi dari perumusan

masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survei

literatur Kuncoro(2003)Kerangka konseptual mengemukakan tentang variabel

yang akan diteliti yaitu: variabel harga, merek dan kualitas produk yang

merupakan variabel independen dan keputusan pembelian yang merupakan

variabel dependen.

Philip Kotler & Gary Armstrong (2008)mendefinisikan keputusan

pembelian sebagai sebuah proses dimana konsumen mengenal masalahnya,

mencari informasi mengenai produk atau merek tertentu dan mengevaluasi

seberapa baik masing-masing alternatif tersebut dapat memecahkan masalahnya

yang kemudian mengarah kepada keputusan pembelian.Harga merupakan faktor

yang berpengaruh terhadap keputusan pemebelian. Harga merupakan salah

satu faktor yang paling menentukan keputusan akhir seorang konsumen untuk

(21)

kunci dalam bauran pemasaran. Penetapan harga dapat menjadi alat untuk

bersaing secara kompetitif.

Philip Kotler & Gary Armstrong (2008)harga adalah sejumlah nilai yang

ditukarkan konsumen untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan

suatu barang atau jasa, harga merupakan salah satu faktor penentu yang

mempengaruhi pilihan pembelian oleh konsumen. Harga dapat menunjukkan

kualitas merek dari suatu produk, dimana konsumen mempunyai anggapan bahwa

harga yang mahal biasanya mempunyai kualitas yang baik. Pada umumnya harga

mempunyai pengaruh yang positif dengan kualitas, semakin tinggi harga maka

semakin tinggi kualitas.

Menurut Keegan (1995)merek adalah sejumlah citra dan pengalaman dalam

benak konsumen yang mengkomunikasikan manfaat yang dijanjikan produk yang

diproduksi oleh perusahaan tertentu . Berdasarkan pengertian di atas maka dapat

disimpulkan bahwa merek menjadi salah satu hal yang penting dalam pemasaran,

beberapa merek dalam produk sejenis tentu memberikan kinerja yang

berbeda-beda dan hal ini lah yang menjadikan baik buruknya persepsi konsumen terhadap

suatu merek tertentu, semakin baik persepsi konsumen terhadap suatu merek

maka semakin menjadikan calon konsumen tertarik terhadap merek tersebut,

karena mereka yakin bahwa merek tersebut memiliki kualitas yang baik dan

dapat dipercaya.

Faktor-faktor yang berpengaruh keputusan pembelian konsumen juga pada

kualitas produk. Kualitas merupakan hal yang perlu mendapat perhatian utama

(22)

dengan masalah keputusan pembelian konsumen. Kualitas produk adalah

kemampuan produk untuk menunjukkan berbagai fungsi termasuk di dalamnya

ketahanan, handal, ketepatan, dan kemudahan dalam penggunaan Philip Kotler

&Kevin Lane Keller (2007). Semakin baik kualitas produk maka akan

meningkatkan minat konsumen untuk melakukan pembelian.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konseptual

yang diajukan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

2.9 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat tanya Sugiyono (2010)Berdasarkan rumusan masalah dan

kerangka konseptual yang dikemukakan di atas, dapat dirumuskan hipotesis

sementara sebagai berikut :

1. Harga, Citra Merek dan Kualiatas Produk berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Keputusan pembelian kalkulator merek Karce pada Mahasiswa

Fakultas Matematika dan IPA USU.

Harga (X1)

Citra Merek (X2)

Kualitas Produk (X3)

(23)

2. Harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan pembelian

kalkulator merek Karce pada Mahasiswa Fakultas Matematika dan IPA USU.

3. Citra Merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan

pembelian kalkulator merek Karce pada Mahasiswa Fakultas Matematika dan

IPA USU.

4. Kualitas Produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan

pembelian kalkulator merek Karce pada Mahasiswa Fakultas Matematika dan

Gambar

Gambar 2.1
Tabel 2.1
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi Kebijakan PogramKartu Keluarga Sejahtera (KKS) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Hal ini ber-pengaruh pada kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban dengan menglikuid-asi surat berharga yang dimilki meningkat, sehingga risiko likuiditas bank akan mengalami

Dari hasil kesimpulan ke empat tipe kepribadian diatas peserta didik yang mempunyai tipe kepribadian berbeda mempunyai kelemahan metakognisi yang berbeda pula

Puspitasari,G.,Sri Murwani, Herawati (2012) yang berjudul “Uji Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mengkudu Matang ( Morinda Citrifolia) Terhadap Bakteri Methicillin Resistant

Dengan adanya legalitas website komersial diharapkan perdagangan elektronik menjadi lebih tertib dan jelas aturan hukumnya, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa baik di unit kritis maupun unit medikal bedah, ketidakpatuhan tertinggi dalam melakukan 5 moment cuci tangan adalah

(Penelitian Eksperimen Semu Terhadap Siswa Ekstrakulikuler Nihon Kai SMAN 10 Bandung Tahun Ajaran

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Obat