• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ini makin marak dipublikasikan di media massa maupun media cetak. Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan oleh para pejabat tinggi negara yang sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat luas untuk memajukan kesejahteraan rakyat, namun kenyataannya sekarang justru banyak merugikan negara. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti melakukan tindak korupsi.

Dalam kasus korupsi yang terjadi, tentunya masyarakat merasa sangat dirugikan. Itu sebabnya masyarakat secara terang-terangan merasa kecewa terhadap oknum atau pejabat yang melakukan tindakan korupsi belum lagi banyak kasus korupsi yang telah diketahui belum mendapatkan penyelesaian. Beberapa contoh kasus yang paling anyar yang tak kunjung memperoleh titik penyelesaian seperti kasus korupsi Soeharto dan kroninya, kasus Hambalang, dan Kasus Bank Century. Tidak sedikit kasus yang belum dapat diselesaikan oleh aparat pemberantas korupsi secara tuntas mengikuti prosedur hukum yang berlaku.

Selain penyelidikan dan penyelesaian kasus korupsi terhadap pejabat negara yang tak kunjung selesai, budaya korupsi juga sudah mengakar dalam tubuh partai politik. Para pelaku tindak korupsi yang paling mendominasi berasal dari dalam partai politik. Seperti kasus dalam Partai Demokrat yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) bahwa empat orang petinggi

(2)

Partai Demokrat tersebut sudah ditetapkan sebagai tersangka. Hal yang sama juga terjadi pada Partai Golkar yang disebutkan bahwa Bambang Soesatyo terkaitkan dengan kasus dugaan korupsi Simulator SIM.

Politisasi masalah korupsi dalam badan partai politik inilah yang membuat masyarakat Indonesia mulai merasakan kejenuhan dalam mengikuti pemberitaan penyelesaian kasus korupsi dalam partai politik tersebut. Masyarakat Indonesia sudah melihat bahwa budaya politik uang ini semakin berkembang. Kasus-kasus yang terjadi dan tidak memiliki penyelesaian yang tuntas mengakibatkan masyarakat tidak lagi percaya terhadap kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi di Indonesia.

Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa sistem kepemimpinan di dalam internal partai politik yang ada di Indonesia memiliki sistem rekrutmen yang gagal. Seleksi calon legislatif yang diklaim secara ketat oleh partai politik yang bersangkutan dengan berbagai jenis ujian dan tes serta penandatangan integritas ternyata hanya sebatas omong kosong tanpa pembuktian yang nyata di tengah masyarakat. Tren korupsi di dalam badan partai politik yang dilakukan oleh anggota dan para pengurus partai politik itu sendiri semakin meningkat di mata masyarakat. Semakin meningkatnya tren budaya korupsi di dalam internal partai politik ini juga tidak lepas dari pemberian sanksi yang tidak tegas terhadap calon anggota dan calon pengurus partai politik oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

Tahun 2014 merupakan tahun pesta politik bagi bangsa Indonesia, tepatnya tanggal 9 April 2014 akan dilangsungkan Pemilu untuk memilih para anggota dewan perwakilan rakyat tingkat nasional dan anggota dewan perwakilan rakyat tingkat daerah. Saat ini tingkat ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap

(3)

politik dan pemilu terasa sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 1999 sebesar 92,74 persen, pada Pemilu 2004 menurun menjadi sebesar 84,07 persen, dan Pemilu 2009 tingkat partisipasi masyarakat hanya sebesar 71 persen. Penurunan minat masyarakat dan keterlibatan para calon pemilih dalam politik dan pemilu tersebut tentu menjadi berita buruk bagi partai politik, terutama bagi kehidupan demokrasi Indonesia yang sedang berkembang (Satya Dewangga, Menyongsong Pemilu Legislatif 9 April 2014, http://news.detik.com/read/2014/04/08/190250/2549497/103/men- yongsong-pemilu-legislatif-9-april-2014?nd772205103, Selasa, 08/04/2014 19:02 WIB).

Kondisi di mana banyaknya kasus korupsi yang dilakukan oleh wakil-wakil rakyat yang telah menduduki kursi legislatif sebelumnya mengakibatkan masyarakat Indonesia semakin tidak memberikan respek terhadap partai politik yang anggotanya terlibat kasus korupsi. Akibatnya, ketika akan diadakannya pemilihan terhadap anggota calon legislatif dari struktur partai politik tersebut dilakukan, maka masyarakat Indonesia lebih sering bersikap acuh. Semua calon pemimpin maupun pengurus partai dianggap sama saja dan tidak memberikan perubahan apapun di tengah masyarakat.

Intensitas korupsi yang semakin meninggi dalam tubuh partai politik ini menyebabkan masyarakat Indonesia tidak lagi memberikan kepercayaan mereka terhadap partai politik yang bersangkutan. Masyarakat Indonesia dapat melihat ini dari berbagai kasus yang diberitakan oleh media. Masyarakat Indonesia melihat bahwa pelaku tindak korupsi ini didominasi oleh para politisi. Bahkan sepanjang tahun 2012 Indonesia Corruption Watch (ICH) telah mencatat bahwa sebanyak 52

(4)

politisi yang berasal dari berbagai partai politik di Indonesia ditetapkan terjerat kasus korupsi.

Tindakan para politisi dalam partai politik yang lebih mengutamakan kesempatan (opportunis) untuk dirinya sendiri menjadi budaya yang semakin terus tumbuh dan berkembang. Proses hukum yang seharusnya berjalan menjadi tidak berfungsi ketika kepentingan politik dalam sebuah partai politik sedang dijalankan. Contohnya adalah kasus Century yang merupakan kasus yang sudah pernah terungkap namun kemudian tenggelam dengan alasan diserahkan pada proses hukum yang sampai saat ini tidak memiliki kejelasan apapun untuk dipertanggungjawabkan di hadapan masyarakat.

Partai politik di Indonesia yang mengedepankan tema “Anti Korupsi” dinilai hanya sebagai kepura-puraan dan sensasi untuk mendapatkan gengsi di mata masyarakat Indonesia. Program kerja yang tidak memberikan hasil atau memberikan hasil yang hanya jalan di tempat membuat masyarakat semakin tidak memberikan kepercayaan terhadap kinerja partai politik yang ada di tengah masyarakat.

1Faktor lain adalah para politisi yang tidak mengakar, politisi yang dekat dan memperjuangkan aspirasi rakyat. Sebagian politisi lebih dekat dengan para petinggi partai, dengan pemegang kekuasaan. Mereka lebih mengantungkan diri pada pemimpinnya dibandingkan mendekatkan diri dengan konstituen atau pemilihnya. Kondisi lain adalah tingkah laku politisi yang banyak berkonflik mulai konflik internal partai dalam mendapatkan jabatan strategis di partai, kemudian konflik dengan politisi lain yang berbeda partai. Konflik seperti ini

(5)

menimbulkan anti pati masyarakat terhadap partai politik. Idealnya konflik yang ditampilkan para politisi seharusnya tetap mengedepankan etika politik (fatsoen).

Politik pragamatis yang semakin menguat, baik di kalangan politisi maupun di sebagian masyarakat. Para politisi hanya mencari keuntungan sesaat dengan cara mendapatkan suara rakyat. Sedangkan sebagian masyarakat kita, politik dengan melakukan transaksi semakin menjadi-jadi. Baru mau mendukung, memilih jika ada mendapatkan keutungan materi, maka muncul ungkapan kalau tidak sekarang kapan lagi, kalau sudah terpilih mereka akan lupa janji (Arianto, 2011:10).

Berdasarkan kenyataan yang terjadi di masyarakat, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang persepsi masyarakat Medan Selayang Kelurahan Asam Kumbang terhadap partai politik terkait dengan munculnya kasus korupsi yang sedang hangat dibicarakan saat ini di Indonesia.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang diteliti adalah bagaimana persepsi masyarakat Kelurahan Asam kumbang, Kecamatan Medan Selayang tentang partai politik di Indonesia pasca munculnya kasus korupsi?

1.3Tujuan penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai untuk mengetahui persepsi masyarakat khususnya masyarakat Kelurahan Asam kumbang,

(6)

Kecamatan Medan Selayang terhadap partai politik pasca munculnya kasus korupsi yang sedang terjadi di Indonesia.

1.4Manfaat penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan kepada peneliti lain sebagai bahan perbandingan referensi dalam meneliti masalah yang mirip dengan penelitian ini dalam bidang ilmu sosiologi tertentu terutama bidang sosiologi politik. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah rujukan bagi mahasiswa Sosiologi Fisip USU mengenai penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Manfaat praktis:

a. Bagi penulis, penelitian ini dapat mengasah penulis dalam membuat karya tulis ilmiah serta menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang diteliti.

b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi mengenai persepsi dan pandagan masyarakat itu sendiri dalam memandang kehadiran partai politik.

(7)

1.5Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk memfokuskan penelitian sehingga memudahkan penelitian. Konsep adalah definisi, abstraksi mengenai gejala atau realita ataupun suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Meleong, 2006:67).

Di samping berfungsi untuk memfokuskan dan mempermudah penelitian, konsep ini juga berfungsi sebagai panduan yang nantinya digunakan peneliti untuk menindak lanjuti sebuah kasus yang diteliti dan menghindari terjadinya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam sebuah penelitian. Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini antara lain adalah:

1. Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka (http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi, diakses pada 2 Juli 2012, pukul 09.00 WIB).

2. Masyarakat menurut Robert Mac Iver adalah suatu sistim hubungan-hubungan yang ditertibkan (society means a system of ordered relations). Dan menurut perumusan Harold J.Laski dari London School of Economics and Political Science maka masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama (a society is a group of human beings living together and working together for satisfaction of their mutual wants). Dari kedua defenisi tadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat mencakup semua hubungan dan kelompok dalam suatu wilayah (Budiarjo, 1992:35).

(8)

3. Partai politik, Carl Friedrich memberi batasan partai politik sebagai kelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi pemimpin partainya,dan berdasarkan kekuasaan itu akan memberikan kegunaan materil dan idil kepada para anggotanya (Surbakti, 1992:116). 4. Kasus merupakan kesatuan kondisi yang di dalamnya terkandung satu atau

sejumlah masalah yang dialami oleh seorang individu atau kelompok, keluarga, dan lembaga (http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi, diakses pada 2 Juli 2012, pukul 20.00 WIB).

5. Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan dan sebagainya untuk kepentingan pribadi maupun orang lain (KBBI).

Referensi

Dokumen terkait

Data hujan merupakan variabel hidrologi terpenting karena relatif paling mudah diperoleh. Selanjutnya pendekatan yang paling logis untuk analisis ketersediaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan nilai daya dukung lereng pasir tanpa perkuatan dengan lereng pasir yang diberi perkuatan Geogrid serta

Data penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian oralit pada balita yang mengalami diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2015,

Guru memberikan arahan kepada Peserta didik tentang tentang pembelajaran dengan menggunakan SPPKB (anak- anak ibu semuanya dalam pembelajaran ibu ingin semuanya

Hasil yang diperoleh adalah, nilai rata-rata postes kelas eksperimen setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalahberbantuan peta pikiran (mind map) sebesar

Rumusan masalah pada penelitian penulisan hukum ini dengan penelitian diatas memang hampir sama tetapi terdapat perbedaan pada objek penelitiannya, pada

BDMS berasal dari limpasan air hujan yang bercampur dengan tanah overburden (penutup) sehingga menjadi lumpur yang bersifat koloid dan susah mengendap.. Sludge atau

Peneiitian ini ~ertujuan u n r u ~ mening~at~an aisipiin anaK usia ciin~ di RA Darul Ulum PGAl Padang dan mengetahui bagaimana penanaman disiplin dengan pendekatan