• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI REMAJA PANTI ASUHAN ABDUL MALIK MUHAMMAD ALIYUN WAY KANDIS TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI REMAJA PANTI ASUHAN ABDUL MALIK MUHAMMAD ALIYUN WAY KANDIS TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Bimbingan dan Konseling Islam (S.Sos)

dalam Ilmu Dakwah dan Komunikasi

Oleh

YUNI MARINA NPM: 1341040080

Jurusan: Bimbingan dan Konseling Islam

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)RADEN INTAN

(2)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Bimbingan dan Konseling Islam (S.Sos)

dalam Ilmu Dakwah dan Komunikasi

Oleh: YUNI MARINA NPM. 1341040080

Jurusan: Bimbingan dan Konseling Islam

Pembimbing I : Prof. Dr. H.M. Bahri Ghazali, MA Pembimbing II : Dr. Sri Ilham Nasution,M.Pd

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

(3)

ii ABSTRAK

BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI REMAJA PANTIASUHAN ABDUL MALIK MUHAMMAD ALIYUN WAY KANDIS TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG

Oleh : Yuni Marina

Bimbingan Kelompok adalah kegiatan kelompok diskusi yang menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing-masing individu-individu dalam kelompok, serta meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang kognitif, fisik dan mental, karena belum mengenal identitas diri, ragu, sukar mengambil keputusan, masalah dalam hubungan interpersonal, bahkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi tidak berjalan dengan baik.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan Pelaksanaan Bimbingan Kelompok dalam Mengembangkan Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun Way Kandis Tanjung Senang Bandar Lampung.

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah yang berkenaan bimbingan kelompok dan perkembangan konsep diri remaja di Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun Way Kandis Tanjung Senang Bandar Lampung.

Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pembimbing Remaja, Pengasuh, serta anak asuh yang ada Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun Way kandis Bandar Lampung. Dalam hal ini Penulis menggunakan metode non random sampling dalam memilih subyek-subyek sampelnya, maka sampel dalam penelitian ini adalah pembimbing remaja di Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun yang berjumlah 3 orang dan anak asuh yaitu berjumlah 8 orang. Dalam analisa data digunakkan analisis kualitatif deskriptif, adapun dalam pengambilan kesimpulan menggunakan pendekatan berpikir induktif.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis teliti, yang ada pada data lapangan adalah bimbingan kelompok dapat berkembangnya konsep diri remaja dengan bersumber hasil wawancara dengan pembimbing dan pengasuh dan menggunakan teknik pemberian informasi (expository). Berkembangnya konsep diri remaja sehingga mereka makin percaya diri dan mendapatkan prestasi-prestasi yang memuaskan. Jadi kesimpulannya bahwa pelaksanaan bimbingan kelompok dalam mengembangkan konsep diri remaja di panti asuhan tersebut berjalan dengan baik. Dengan inilah bimbingan kelompok sangat penting bagi remaja asuh di Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun Way Kandis Bandar Lampung.

(4)
(5)
(6)

v

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, ku persembahkan karya tulis ini untuk :

1. Papa Marwan (Alm) dan Ibu Murnawati yang tercinta, karena jerih payah dan pengorbanannya serta kesabaranya, doa-doanya, dan yang telah rela berkoban tenaga, waktu luang demi keberhasilan penulis.

2. Adik-adikku tercinta Putri Mulia Sari, Rahmat Kurniawan, Ridho Ardianda, yang selalu membermotivasi, semangat hingga selesainya pendidikanku. 3. Teman-teman seangkatan 2013 jurusan BKI Fakultas Dakwah Dan Ilmu

Komunikasi yang selalu mendukung dan membantu dalam mengerjakan skripsi ini terutama, Asmaniar, Ina Kaporina, Yan Partawijaya, Helda Purwaningsih, Rina Badriyah, Anggi Astuti, Aisa, dan teman-teman yang lain yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu, semoga ukhuwah kita tetap terjaga.

(7)

vi MOTTO

….



















(8)

vii

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap Yuni Marina, nama panggilan Yuni dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 16 Juni 1995, sebagai anak ke-1 dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Marwan(Alm) dan Ibu Murnawati.

Adapun jenjang pendidikan formal yang penulis jalani adalah Penulis memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar SDN 1Sungkai Selatan pada tahun 2001 dan lulus pada tahun 2007, Penulis melanjutkan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Sungkai Selatan Lampung Utaradan lulus pada tahun 2010, Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Sungkai Selatan Lampung Utara dan lulus pada tahun 2013, Setelah lulus, penulis melanjutkan ke perguruan tinggi UIN (Universitas Islam Negeri) Raden Intan Lampung dan mengambil jurusan Bimbingan dan Konseling Islam di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

(9)

viii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrohim,

Puji syukur hanya bagi Allah swt, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI REMAJA PANTI ASUHAN ABDUL MALIK MUHAMMAD ALIYUN WAY KANDIS TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG”dengan baik.

Shalawat beriring salam semoga tetap Allah curahkan kepada Nabiyyullah Muhammad saw, yang telah mengajarkan kepada manusia dalam bersikap sopan dan bertutur kata santun.

Terimakasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan serta motivasi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam hal ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Khomsahrial Romli, M.Si selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) UIN Raden Intan Lampung

2. Ibu Hj.Rini Setiawati S.Ag,M.Sos.I dan Bapak Mubasit, S.Ag,MM selaku Kajur BKI dan sekretaris Jurusan BKI

3. Prof.Dr.H.M. Bahri Ghazali, MA sebagai pembimbing I yang telah memberikan masukan, arahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Dr. Sri Ilham Nasution, M.Pd, sebagai Pembimbing II yang berperan

(10)

ix

5. Dosen-dosen penguji, atas saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Hj. Magdalena selaku pimpinan PantiAsuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun Way Kandis Bandar Lampung

7. Bapak Ustd. Pamili Wanto dan ibu Sutini sebagai pengurus di Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun Way Kandis Bandar Lampung

8. Para dosen serta Civitas Akademika yang telah membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah (Skripsi) ini.

Semoga apa yang telah bapak dan Ibu dosen berikan kepada penulis bisa bermanfaat dan berguna di kehidupan penulis.Penulis berharap semogan Karya Ilmiah (Skripsi) yang penulis buat ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca Amiin.

Bandar Lampung, 22 Agustus 2017 Penulis

(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ... 1

B. Alasan Memilih Judul ... 3

C. Latar Belakang Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

F. Metode Penelitian ... 10

G. Tinjauan Pustaka ... 17

BAB II BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI REMAJA A. BimbinganKelompok ... 19

1. Pengertian Bimbingan Kelompok... 19

2. Tujuan Bimbingan Kelompok ... 20

3. Fungsi Layanan Bimbingan Kelompok ... 22

4. Isi Layanan Bimbingan Kelompok ... 23

5. Asas Bimbingan Kelompok ... 23

6. Tahapan Pelaksanaan Bimbingan Kelompok ... 24

7. Teknik Bimbingan Kelompok ... 28

B. KonsepDiri Remaja ... 33

1. Pengertian Konsep Diri Remaja ... 33

2. Aspek-Aspek Konsep Diri ... 34

3. FaktorPembentukan dan pengaruh Konsep Diri ... 35

4.Remaja dan Ciri-Cirinya ... 46

(12)

xi

BAB III GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN ABDUL MALIK MUHAMMAD ALIYUN WAY KANDIS TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG

A. Profil Panti Asuhan Abdul Malik Muhamad Aliyun

Way Kandis Tanjung Senang Bandar Lampung ... 57

1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan ... 57

2. Maksud dan tujuan ... 58

3. Visi Misi ... 59

4. Struktur Organisasi ... 60

5. Keadaan Gedung, Sarana Dan Prasarana Panti Asuhan ... 61

6. Keadaan Pengurus dan Pengajar Panti Asuhan ... 62

7. Aktivitas Anak Asuh ... 63

8. Perilaku Anak Asuh ... 66

9. Perubahan Perilaku Anak Asuh di Panti Asuhan Abdul Malik Muhamad Aliyun ... 68

B. Bimbingan Kelompok dan Perubahan Perilaku Anak Asuh .. 74

1. Pelaksanaan Bimbingan Kelompok ... 74

2. Materi Bimbingan Kelompok... 76

3. Teknik Bimbingan Kelompok ... 80

4. Hasil Bimbingan Kelompok Terhadap Perubahan Perilaku Anak Asuh ... 81

BAB IV BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN ABDUL MALIK MUHAMMAD ALIUN WAY KANDIS TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG A. Teknik Bimbingan Kelompok ... 85

B. Pelaksanaan Bimbingan Kelompok ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA

(13)

xii

DAFTAR TABEL

1. Sarana Dan Prasarana Panti Asuhan ... 61

2. Pengurus Dan Pengajar di PantiAsuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun Way Kandis Bandar Lampung ... 62

3. Daftar Nama Anak Asuh ... 64

4. Perilaku sebelum Bimbingan Kelompok ... 66

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Observasi 2. Pedoman Wawancara 3. Dokumentasi

4. SK Judul

5. Kartu Hadir Munaqosah 6. Kartu Konsultasi Skripsi 7. Surat Izin Penelitian

(15)

A. Penegasan Judul

Skripsi ini berjudul “Bimbingan Kelompok Dalam Mengembangkan Konsep Diri Remaja Di Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun, Way Kandis Tanjung Senang Bandar Lampung.” Untuk memperjelas maksud dan tujuan dalam meneliti judul diatas maka penulis akan memberikan pengertian dengan penegasan sebagai berikut:

Bimbingan kelompok adalah Suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya, apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.1

Bimbingan Kelompok adalah kegiatan kelompok diskusi yang menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing-masing individu-individu dalam kelompok, serta meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan. 2

1Prayitno.”Layanan Bimbingan Dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil)”,

Jakarta Ghalia Indonesia, 1995, h. 178

2

(16)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang di maksud dengan bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang di berikan kepada individu guna untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya secara maksimal dengan memberikan informasi, diskusi, dan tanya jawab dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

Perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi. Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari sebelumnya.3

Konsep diri remaja adalah pandangan dan perasaan tentang diri sendiri (persepsi diri) periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa atau masa belasan tahun atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang, penarasan, dan remaja usia 13-14 tahun.4

Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun, terletak di Jalan Ratu Dibalau No.68 Way Kandis, Tanjung Senang Bandar Lampung.

Berdasarkan uraian diatas, yang di maksud dengan judul skripsi ini adalah suatu studi yang membahas mengenai cara kerja sistematis yang di lakukan oleh pembimbing remaja dalam kegiatan bimbingan kelompok memberikan bantuan arahan kepada remaja, khusunya remaja yang berusia

3

F.J. Monks A.M., P. Knoers, Siti Rahayu Hajitono, Psikologi Perkembangan; Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1999), h.262

4

(17)

13-14 tahun di Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliun, Way Kandis Tanjung Senang Bandar Lampung yang sedang mengalami kurang berkembangnya konsep diri pada remaja sehingga timbul permasalahan pada identitas dirinya menjadi negatif.

Arahan ini guna membantu remaja di Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun, Way Kandis Tanjung Senang Bandar Lampung, agar dapat mengembangkan konsep dirinya menjadi lebih positif sehingga dapat terbentuk identitas diri remaja dengan baik.

B. Alasan Memilih Judul

Judul yang penulis pilih dalam skripsi ini adalah suatu cara untuk mengetahui Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Dalam Mengembangkan Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun, Way Kandis Tanjung Senang Bandar Lampung.

Adapun yang menjadi alasan yang penulis, sehingga penulis menyampaikan maksud antara lain yaitu:

(18)

nonverbal para peserta didik. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam hubungan interpersonal, karena setiap individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya. Hal ini berarti bahwa, apabila konsep diri seseorang positif, maka individu akan cenderung mengembangkan sikap-sikap postitif dalam dirinya sendiri. seperti rasa percaya diri yang baik serta kemampuan untuk melihat dan menilai diri sendiri secara positif. Sebaliknya bila individu memiliki konsep diri yang negatif, maka individu tersebut cenderung akan mengembangkan perasaan tidak mampu dan rendah diri, merasa ragu, dan kurang percaya diri.

(19)

C. Latar Belakang Masalah

Kepribadian itu adalah gambaran saat seseorang tampil dihadapan orang lain dan akhirnya menimbulkan kesan bagi individu lain. Kepribadian dapat berkembang sebab kepribadian itu bersifat dinamis selama remaja tersebut mau belajar, menambah pengalaman serta kreativitas atau keterampilannya maka kepribadian remaja tersebut dapat berkembang semakin matang, bergantung kearah mana remaja tersebut mau mengembangkan kepribadiannya, Selama perilaku remaja sangat menentukan kepribadiannya juga. Remaja di panti asuha tersebut berdasarkan hasil prasurvey, remajanya belum mengenal identitas diri, ragu, sukar mengambil keputusan, masalah dalam hubungan interpersonal, bahkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi tidak berjalan dengan baik.

Pada dasarnya remaja menginginkan perilakunya berubah untuk menjadi yang lebih baik secara fisik maupun mental agar dapat berkembangnya konsep diri yang positif dan menemukankan identitas/jati dirinya.

Sebagaimana di jelaskan dalam QS. Ali‟Imron ayat 104:













































































Artinya: Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS.Ali„Imron:104)5

5

(20)

Pikiran dan persepsi tentang diri ini lebih dikenal dengan istilah “konsep

diri”6

.Harry Stack Sullivan seperti yang dikutip Jalaluddin Rahmat berpen dapat, bahwa jika seseorang diterima oleh orang lain, dihormati dan disenangi karena keadaan dirinya, maka orang tersebut akan cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya.

Sebaliknya bila orang lain selalu meremehkan, menyalahkan dan menolak dirinya, maka orang tersebut akan cenderung tidak menyenangi diri.7 Seseorang yang mengembangkan konsep diri positif, maka akan mengembangkan sifat-sifat positif pula, seperti keyakinan diri, harga diri dan penerimaan diri. Sebaliknya seseorang yang mengembangkan konsep diri negatif, maka akan merasa rendah diri, kurang mampu dan tidak percaya diri.8

Lebih lanjut Mallary H. Collins menyatakan Kalau konsep dari negative tumbuh, maka terjadi perubahan kepribadian, terjadi pergeseran bertahap pada cara anak itu menilai dirinya sendiri. Ia mulai melihat dirinya mempunyai banyak sifat yang negatif dari pada yang positif. Ia menganggap kawan sebayanya lebih mampu, efektif dan kompeten, sehingga mengakibatkan makin kurang rasa bangga diri dan kurang berprestasi.9

Anak yang mempunyai konsep diri negatif biasanya mencoba menghindarkan situasi yang mungkin menghasilkan kegagalan, frustasi, celaan

6

Wasty Sumanto, Psykologi Pendidikan, (Jakarta: RinekaCipta, 1990), h. 175. 7

Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, ( Bandung:RemajaRosdaKarya, 2001 ), h.101. 8

Elizabeth B. Hurlock, Child Development, terj.MeitasariTjandrasa, Jilid II, (t.tp.:Gelora Aksara Pratama, 1993), h. 238.

9Muntholi‟ah,

(21)

atau yang menekankan titik kelemahannya. Akibatnya mereka tidakmau mencoba jika diragukan kemungkinan sukses.Konsep diri sangatdipengaruhi oleh anggapan anak mengenai dirinya, yaitu sebagai suatu sukses atau kegagalan. Kesuksesan di antaranya akan meningkatkan motivasi dan usaha untuk keberhasilan di masa mendatang, sedangkan kegagalan akan melemahkan motivasi dan kemauan untuk berusaha.10

Lebih lanjut Weiner menyatakan, bahwa orang-orang yang bermotifasi prestasinya tinggi melihatdirinya lebih mampu dari pada mereka yang bermotifasi prestasinya rendah.11Seseorang yang memiliki persepsi positif tentang dirinya, maka akan menjadikan konsep dirinya positif, sebagai hasil dari pengalaman- pengalamannya. Motif untuk berhasil adalah bersumber pada kepribadianyang stabil. Seseorang semasa berkembangnya lebih banyak mengalamikesuksesan dan keberhasilan seperti hadiah, persetujuan dan lain sebagainya,maka orang tersebut akan memiliki motif keberhasilan lebih kuat sebaliknyajika seseorang selama masa perkembangannya lebih banyak mengalami pengalaman-pengalaman kegagalan maka motif untuk berhasil pada orangtersebut cenderung melemah.12

Dalam realitasosial, seseorang sering mendengar ungkapan anak bandel, bodoh karena kurangnya perhatian. Kalau dilihat, anak-anak seperti ini akan lebih banyak menerima cacian dan terabaikan dalam kehidupannya. Padamulanya, mungkin karena kesalahan kecil lalu mendapatkan tanggapan negatif, akan tetapi

10

Elizabeth B. Hurlock, op. cit., h. 254. 11

MargaretE. Bell Gradler, “Learning and Instruction TheoriInto Practice”, terj. Munandir, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: Raja Grafindo, 1994), h. 436.

12

(22)

kalau terjadi secara terus menerus akan membuat anak merasa bahwa itu adalah suatu pengukuhan. Pada akhirnya anak yang demikian akan merasa dirinya adalah benar-benar bodoh, sehingga ia mengangg apapapun usaha yang dilakukan tidak akan ada gunanya.

Menurut Hasanuddin, metode berasal dari bahasa jerman methodica, ajaran tentang metode.13 Dalam bahasa yunani metode berasal dari kata methodos, artinya jaln dalam bahasa arab di sebut thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. Dan metode yang penulis pakai adalah teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar.

Sebagaimana di jelaskan dalam QS. Al-„Asr Ayat 1-3:























































































Artinya: demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian.kecuali orang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.(QS. Al- „Asr:1-3)14

Perkembangan adalah merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi.Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari sebelumnya.

13

Munir, Metode Dakwah, (jakarta:kencana,2009), h.6. 14

(23)

Konsep diri remaja adalah pandangan dan perasaan tentang diri sendiri (persepsi diri) periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa atau masa belasantahun atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang, penarasan, dan sebagainya.

Jadi dengan adanya bimbingan kelompok dalam mengembangankan konsep diri remaja, di harapkan agar remaja di Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun, Way Kandis Tanjung Senang Bandar Lampung dapat merubah perilakunya lebih positif lagi.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini memfokuskan Masalah sebagai berikut: “Bagaimana Pelaksanaan Bimbingan Kelompok dalam mengembangkan konsep diri remaja di Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun, Way Kandis Tanjung Senang Bandar Lampung ?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang di harapkan peneliti:

(24)

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis:

Memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Bimbingan kelompok tentang hubungan konsep diri remaja bagi orang tua, mahasiswa, penelitian ini dapat digunakan agar dapat memperoleh gambaran tentang keadaan remaja saat ini dan lebih memberikan perhatian, penghargaan dan mengarahkan anak kepada hal-hal positif agar memiliki konsep diri yang positif.

2. Manfaat Praktis:

Hasil penelitian ini diharapkan untuk menjadi bahan evaluasi pembimbing remaja dan membantu pembimbing remaja dalam metode bimbingan kelompok yang di gunakan dan pelaksanaan bimbingan kelompok dalam mengembangkan konsep diri remaja di panti asuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun, Way Kandis Tanjung Senang Bandar Lampung.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

(25)

lapangan.15Penelitian ini akan dilaksanakan di Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliun Way KandisTanjung Senang Bandar Lampung.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Secara terminologis, penelitian kualitatif seperti yang telah didefinisikan Bogdan dan Taylor sebagaimana di kutip oleh Lexy Moleong metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang perilaku yang dapat di amati. Menurut mereka, pendekatan ini di arahkan pada latar dan individu tersebut secara

Holistic (utuh). Menurut Creswell pendekatan kualitatif yaitu metode - metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.16

Penelitian kualitatif mencangkup penggunaan subjek yang dikaji dan kumpulan berbagai data empiris, studi kasus, pengalaman pribadi, intropeksi, dan visual yang menggambarkan saat-saat dan makna keseharian dan problematis dalam kehidupan seseorang.17 Sejalan dengan itu peneliti juga menerapkan aneka metode yang saling berkaitan, dengan selalu berharap untuk mendapatkan hasil yang lebih baik mengenai subjek kajian yang sedang dihadapi. Pendekatan ini dianggap paling tepat untuk diterapkan dalam

15

M. Ahmad Anwar, Prinsip-prinsip Metodologi Research ( Yogyakarta : Sumbangsih, 1975 ), h. 22 16

John W. Creswell, Reseach Desain Kualitatif, Kuantitatif, and Mixed Metdhods Approaches. Third Edition, di terjemahkan oleh Ahmad Awaid, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010 ), h. 4

17

(26)

penelitian terkait Bimbingan Kelompok dalam mengembangkan Konsep Diri Remaja, Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun Way Kandis Tanjung Senang Bandar Lampung.

2. Sifat Penelitian

Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif. Deskriptif yaitu suatu penelitian yang hanya menggambarkan, melukiskan memaparkan, dan melaporkan suatu keadaan objek penelitian.18 Dari pengertian ini, maka penelitian yang penulis gagas hanya ditujukan untuk melukiskan, menggambarkan, atau melaporkan kenyataan-kenyataan yang lebih terfokus pada Bimbingan Kelompok Dalam Mengembangkan Konsep Diri Remaja Di Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun Way Kandis Tanjung Senang Bandar Lampung.

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah “ jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri -

cirinya akan diduga, yang dimaksudkan untuk diteliti‟‟.19

Sedangkan menurut

Sudjana, “ populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasilnya

menghitung atau mengukur, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas

18

Ibid, h. 33 19

(27)

yang ingin dipelajari sifat – sifatnya.20 Populasi yang ada pada panti tersebut ada 45 orang remaja, yang masing-masing terdiri dari 25 remaja putra dan 20 remaja putri yang di bimbing oleh 5 orang pembimbing remaja.

b. Sampel

Sampel adalah Sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu.21 Dalam penelitian ini, tidak semua populasi akan dijadikan sumber data, melainkan dari sempel saja, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode non random sampling, yaitu tidak semua individu dalam populasi diberi peluang sama untuk dijadikan anggota sampel.22 Sampelnya dengan ketentuan remaja yang berusia 13-14 tahun.

Populasi yang diteliti agar lebih spesifik perlu diadakan pemilihan objek secara khusus yang akan diteliti, dalam hal ini adalah sampel penelitian. Untuk itu diperlukan taknik sampling ( cara yang digunakan untuk mengambil sampel ).23

Berdasarkan pendapat diatas, kriteria untuk menjadi sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Remaja yang berusia 13 sampai 14 tahun.

20

Sudjana, Metode Statistik, ( Bandung : Tarsito, 2002 ), h. 6 21

Ali Muhammad, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, ( Bandung : Angkasa, 1987), h. 193 22

Sutrisno Hadi, Loc. Cit, h. 80 23

(28)

2. Remaja yang sudah tinggal selama 3 tahun di panti tersebut. 3. Remaja yang sudah mengembangkan konsep diri.

4. Remaja yang sudah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok yang di laksanakan oleh pembimbing remaja.

Setelah penulis mengelompokkan kategori dari ciri-ciri yang sudah ditentukan, maka disini penulis mengabil sampel 8 orang remaja, yang terdiri dari 4 orang remaja putra dan 4 orang remaja putri dari 45 orang remaja yang telah mengikuti bimbingan kelompok di Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliun Way Kandis Tanjung Senang Bandar Lampung. 4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dilakukan untuk mengumpulkan, mencari, dan memperoleh data dari responden sertainformasi yang telah ditentukan. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengambilan data melalui observasi wawancara, dan dokumentasi. Alat pengumpulan data sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan observasi berupa lembar observasi atau daftar checklist dan panduan wawancara mendalam pada narasumber.

(29)

ikut serta dalam kegiatan dilokasi penelitian. dan yang penulis pilih adalah observasi partisipatif. Observasi partisifatif24 adalah peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang di amati atau yang di gunakan sebagai sumber data penelitian.

b. Wawancara ialah teknik pengumpulan data melalui Tanya jawab secara lisan antara peneliti dengan informan secara tatap muka atau secara langsung untuk mendapatkan informasi yang mendalam.25penulis memilih wawancara terstruktur, wawancara terstruktur adalah teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpulan data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang di peroleh.

c. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto, metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal – hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, notulen rapat, agenda dan sebagainya. 26 Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi yang membahas terkait Sejarah Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun, Way KandisTanjung Senang Bandar Lampung, foro – foto, dan aspek – aspek yang terkait didalamnya.

Dalam penelitian ini agar lebih lengkap, penulis mengunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data

24

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung:Alfabeta,2015),h.310 25

Ibid,h. 319 26

(30)

yang didapatkan langsung oleh peneliti, dan tentunya terkait langsung dengan pokok bahasan.27

Data primer yang dimaksud yaitu, dengan menggunakan interview sebagai sumber utama, sedangkan observasi serta dokumentasi sebagai data pendukung ( skunder ).

5. Teknik Analisa Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif yang dijelaskan oleh Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman, model interaktif terdiri dari tiga hal utama yaitu reduksi data, penyajian data/model data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis.

Dalam hal ini, reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan. Lalu, penyajian data/ model data yaitu suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dan yang terakhir, penarikan kesimpulan/verifikasi yaitu sebuah tahap akhir proses pengumpulan data yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan dan begitu kesimpulan yang diambil. Dengan begitu, kesimpulan

27

(31)

yang telah diambil dapat sebagai pemicu peneliti untuk lebih memperdalam lagi proses observasi dan wawancaranya. Serta, verifikasi ini merupakan hal penting karena peneliti dapat mempertahankan dan menjamin validitas dan reliabilitas hasil temuannya.

G. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari Plagiat dalam suatu hal yang akan diteliti berdasarkan fakta dan bukti yang ada Penelitian Tentang “Bimbingan Kelompok Dalam

Mengembangkan Konsep Diri Remaja Di Lampung” dari beberapa

penelitian-penelitian mengungkap tentang Bimbingan Kelompok Dalam Mengembangkan Konsep Diri Remaja, ditemukan beberapa penelitian yang semisal diantaranya :

Skripsi yang disusun oleh Reska Jurusan Bimbingan dan konseling Fakultas keguruandan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya palembang pada tahun 2010

“Aplikasi Layanan Bimbingan Kelompok Berbasis Islam Untuk Meningkatkan Self

Esteem Pada Siswa Kelas XI IPS SMA 1 Indralaya” Hasil dari Skripsi ini adalah

berfokus terhadap peningkatan rasa harga diri sebelum di berikan tindakan menunjukkan harga diri yang negatif (kategori rendah dan sedang) setelah di berikan tindakan menjadi harga diri positif (kategori sedang dan tinggi).28

Selanjutnya skripsi yangdisusun oleh Edi Irawan Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan 2011“ Efektifitas Teknik Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Konsep Diri Remaja (studi pre

28

(32)

eksperimen pada siswa kelas X SMK Yapema Gading Rejo Lampung )” Hasil dari Skripsi ini adalah menunjukkan adanya peningkatan konsep diri dengan menggunakan teknik bimbingan konseling kelompok,hal ini di buktikan dengan terjadinya perubahan yang signifikan pada diri siswa yang memiliki konsep diri negatif/rendah mengarah pada perubahan konsep diri positif.29

Selanjutnya skripsi yang disusun oleh Rury Muslifar Jurusan Bimbingan dan Konseling fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Mulawarman kalimantan timur “Efektifitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Mengembangkan Konsep Diri Positif” hasil dari Skripsi ini adalah membahas layanan bimbingan kelompokefektif sebagai upaya dalam mengembangkan konsep diri positif siswa dan ada peningkatan signifikan konsep diri setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok.30

Dari semua penelitian yang ada penulis menegaskan bahwa penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh penulis berfokus pada pemberian bimbingan kelompok dalam mengembangkan konsep diri remaja dengan menggunakan teknik pemberian informasi (expository) untuk mengetahui keberhasilan atau tidaknya sebuah bimbingan kelompok yang diberikan para pembimbing remaja di Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun, Way Kandis Tanjung Senang Bandar Lampung.

29

http://journal.uad.ac.id/index.php/PSIKOPEDAGOGIA/article/view/2459.Diakses tanggal 2 februari 2017

30

(33)

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan adalah peroses pemberian bantuan yang di lakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anan-anak remaja, atau orang dewasa, agar orang yang di bimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dandapat di kembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.1

Sementara yang di maksud dengan bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang di lakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, apa yang di bicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.2

Prayitno menjelaskan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Menurut Winkel & Sri Hastuti, Bimbingan Kelompok adalah kegiatan kelompok diskusi yang menunjang perkembangan pribadi dan

1

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Dan Bimbingan Konseling, Jakarta, Rineka Cipta, 2014, h. 99

2Prayitno.”

(34)

perkembangan sosial masing-masing individu-individu dalam kelompok, serta meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan.3 Sementara Wibowo dalam bukunya menyatakan bahwa yang di maksud dengan bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.4

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang di maksud dengan bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang di berikan kepada individu guna untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya secara maksimal dengan memberikan informasi, diskusi, dan tanya jawab dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

2. Tujuan Bimbingan Kelompok

Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untukberkembangnya sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan.5

3

Ibid, h. 23

4

Wibowo, Mungin Edi.2005.”Konseling Kelompok Perkembangan”.UNNES Press, Semarang:205, h. 17

5

(35)

Secara lebih khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkal laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal para pesertadidik.6Selain itu, tujuan khusus bimbingan kelompok ialah:

a. Melatih peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan teman-temannya.

b. Melatih pesertadidik dapat bersikap terbuka didalam kelompok.

c. Melatih peserta didik untuk dapat membina keakraban bersama teman-teman dalam kelompok khususnya dan teman-teman diluar kelompok pada umumnya.

d. Melatih peserta didik untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan kelompok.

e. Melatih peserta didik untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan orang lain.

f. Melatih peserta didik untuk memperoleh keterampilan sosial.

g. Membantu peserta didik mengenali dan memahami dirinya dalam hubungannya dengan orang lain.

Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber(terutama pembimbing remaja) yang bermanfaat untuk kehidupan

6

(36)

sehari-hari baik sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Bahan yang di maksud dapat juga dipergunakan sebagai acuan untuk mengambil keputusan.7

3. Fungsi Layanan Bimbingan Kelompok

Fungsi dari layanan bimbingan kelompok diantaranya adalah sebagai berikut:

a. memberi kesempatan yang luas untuk berpendapat dan memberikan tanggapan tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungan sekitar.

b. mempunyai pemahaman yang efektif, objektif, tepat, dan cukup luas tentang berbagai hal tentang apa yang mereka bicarakan.

c. menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan sendiri dan lingkungan mereka yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka bicarakan dalam kelompok.

d. menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan penolakan terhadap sesuatu hal yang buruk dan memberikan dukungan terhadap sesuatu hal yang baik. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana apa yang mereka programkan semula.8

7

Abu Bakar M. Luddin, Dasar-Dasar Konseling,(Bandung: Ciptapustaka Media Perintis,2010),h. 47

8

(37)

4. Isi Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok membahas materi atautopik-topik umum baik topik tugas maupun topik bebas. Yang di maksud topik tugas ialah topik atau pokok bahasan yang diberikan oleh pembimbing (pimpinan kelompok) kepada kelompok untuk dibahas. Sedangkan topik bebas adalah suatu topik atau pokok bahasan yang di kemukakan secara bebas oleh anggota kelompok. Secara bergiliran anggota kelompok mengemukakan topik secara bebas, selanjutnya dipilih mana yang akan dibahas terlebih dahuludan seterusnya.

Topik-topik yang dibahas dalam layanan bimbingan kelompok baik topik bebas maupun topik tugas dapat mencakup bidang-bidang pengembangan kepribadian, hubungan sosial, pendidikan, karier, kehidupan berkeluarga, kehidupan beragama dan lain sebagainya. Topik pembahasan bidang-bidang di atas dapat diperluas ke dalam subbidang yang relevan. Misalnya mengembangkan konsep diri remaja, perilaku negatif yang diubah ke perilaku yang positif.9

5. Asas-Asas Bimbingan Kelompok

Menurut prayitno ada empat asas-asas dalam bimbingan kelompok,

yaitu: “asas kerahasiaan yaitu anggota kelompok harus menyimpan dan

merahasiakan data apa saja dan informasi yang di dengar dan yang di

9

(38)

bicarakan dalam kelompok terutama hal-hal yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain, asas keterbukaan yaitu semua peserta bebas dan terbuka mengeluarkan pendapat ide saran dan apa saja yang di sarankan dan yang dipikirkannya, asas kesukarelaan yaitu semua peserta dapat menampilkan dirinyasecara spontan tanpa disuruh-suruh atau malu-malu atau dipaksa oleh teman yang lain oleh pemimpin kelompok, asa kenormatifan yaitu semua yang di bicarakan dan yang dilakukan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan peraturan yang berlaku.‟‟10

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa asas dalam kegiatan bimbingan kelompok ada empat yaitu: asas kerahasiaan, asas keterbukaan, asas kesukarelaan, dan asas kenormatifan. Asas-asas bimbngan kelompok perlu dilaksanakan supaya kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama dalam kelompok. 6. Tahapan Pelaksanaan Bimbingan Kelompok

a. Tahap 1 Pembentukan 11

Tahap ini merupakan tahap penenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok.

Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing sebagian, maupun seluruh anggota.

10

Nursalim Mochamad,Op.Cit, h. 30

11

(39)

Memberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan di terapkan dalam bimbingan kelompok ini.

Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.

b. Tahap II Peralihan 12

tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan

ketiga. Ada kalanya jembatan di tempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan.

Ada kalanya juga jembatan itu di tempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok tidak mau memasuki tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga.

Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat.

Adapun yang di laksanakan dalam tahap ini yaitu:

1. menjelaskan kegiatan yang akan di tempuh pada tahap berikutnya.

12

(40)

2. menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya.

3. membahas suasana yang terjadi.

4. meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota.

5. bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama. c. Tahap III Kegiatan13

Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok.

Ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.

Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu:

1. Masing-Masing Anggota Secara Bebas Mengemukakan Masalah Atau topik bahasan.

2. Menetapkan masalah atau topik yang akan di bahas terlebih dahulu. 3. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas.

13

(41)

4. Kegiatan selingan. Kegiatan tersebut di lakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok.

Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.

d. Tahap IV Pengakhiran14

pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada beberapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu.

Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang di capai setidaknya harus mendorong kelompok itu harus melakuakan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh.

Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan dan kemudian bertemu kembali umtuk melakukan kegiatan.

Ada beberapa hal yang di lakukan pada tahap ini, yaitu:

1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.

14

(42)

2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.

3. Membahas kegiatan lanjutan. 4. Mengemukakan pesan dan harapan.

Setelah semua tahap tersebut telah terlaksana, kemudian diadakan evaluasi dan follow up. Folow up dapat dilaksanakansecara kelompok maupun secara individu. Pada kegiatan tindak lanjut ini para anggota kelompok dapat membicarakan tentang upaya-upaya yang telah di tempuh, mereka dapat melaporkan kesulitan-kesulitan yang mereka temui, berbagai kesukacitaan dan keberhasilan dalam kelompok. Para anggota kelompok menyampaikan tentang pengalaman mereka dan hasilnya selama mengikuti kegiatan bimbingan kelompok dalam kehidupan sehari-hari.

Pemimpin kelompok dapat mengadakan evaluasi dengan memberikan pertanyaan atau wawancara dengan batas tertentu dan dilihat apakah anggota sudah dapat menguasai topik yang di bicarakan atau belum. Hal tersebut dapat memberi gambaran akan keberhasilan kegiatan kelompok.

7. Teknik Bimbingan Kelompok

(43)

a. Teknik Pemberian Informasi (expository)

Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar.15 Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, penilaian. Keuntungan teknik pemberian informasi antara lain adalah : (a) dapat melayani banyak orang, (b) tidak membutuhkan banyak waktu sehingga efisien, (c) tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas, (d) mudah dilaksanakan disebanding dengan teknik lain. Sedangkan kelemahannya adalah antara lain : (1) sering dilaksanakan secara menolog, (2) individu yang mendengarkan kurang aktif, (3) memerlukan ketrampilan berbicara, supaya penejelasan menjadi menarik.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, pada waktu memberikan informasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Sebelum memilih teknik pemberian informasi, perlu dipertimbangkan

apakah cara tersebut merupakan cara yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan individu yang dibimbing.

2. Mempersiapkan bahan informasi dengan sebaik-baiknya.

3. Usahakan untuk menyiapkan bahan yang dapat dipelajari sendiri oleh pendengar atau siswa.

15

(44)

4. Usahakan berbagai variasi penyampaian agar pendengar menjadi lebih aktif.

5. Gunakan alat bantu yang dapat memperjelas pengertian pendengar terhadap layanan yang disampaikan.

b. Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah p impinan seorang pemimpin. Didalam melaksanakan bimbingan kelompok, diskusi kelompok tidak hanya untuk memecahkan masalah, tetapi juga untuk mencerahkan persoalan, serta untuk mengembangkan pribadi.16 Ada tiga macam tujuan diskusi kelompok yaitu:

1. Untuk mengembangkan terhadap diri sendiri. 2. Untuk mengembangkan kesadaran tentang diri.

3. Untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antara hubungan antara manusia.

Diskusi kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan kelompok yang paling penting, hampir semua teknik bimbingan kelompok menggunakan diskusi sebagai cara kerjanya, misalnya permainan peranan, karyawisata, permainan simulasi, pemecahan masalah, homeroom, dan pemahaman diri melalui proses kelompok.

16

(45)

Penggunaan diskusi kelompok dalam pelaksanaan bimbingan kelompok mempunyai keuntungan-keuntungan dibandingkan teknik lain, diantaranya adalah:

a. Membuat anggota kelompok lebih aktif karena tiap anggota mendapatkan kesempatan untuk berbicara dan memberi sumbangan kepada orang lain,

b. Anggota kelompok dapat saling bertukar pengalaman, pikiran dan perasaan dan nilai-nilai, yang akan membuat persoalan yang dibicarakan menjadi jelas,

c. Anggota kelompok belajar mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan anggota kelompok yang lain,

d. Dapat meningkatkan pengertian terhadap diri sendiri dan pengertian kepada orang lain,

e. Memberi kesempatan para anggota untuk belajar menjadi pemimpin, baik dengan menjadi pemimpin kelompok maupun dengan mengamati perilaku pemimpin kelompok.

c. Teknik pemecahan masalah (problem solving)

(46)

penyesuaian yang selaras dengan tujuan dan nilai hidupnya.17 Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu, bagaimana pemecahan masalah secara sistematis adalah:

1. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah,

2. Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah, 3. Mencari alternatif pemecahan masalah,

4. Menguji masing-masing alternatif,

5. Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan, 6. Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan bimbingan kelompok yang dilakukan oleh pembimbing remaja di Panti Asuhan Abdul Malik Muhammad Aliun Way Kandis Tanjung Senang Bandar Lampung, ada beberapa teknik yaitu: teknik pemberian informasi (expository), diskusi kelompok, dan teknik pemecahan masalah (ploblem solving). Akan tetapi yang sering digunakan oleh pembimbing remaja adalah teknik pemberian informasi(expository).

17

(47)

B. KONSEP DIRI REMAJA

1. Pengertian Konsep Diri Remaja

Dasar bagi penyesuaian bagi dirinya individu adalah kesadaran akan diri dan penilaian, kesadaran akan diri mengacu pada gambaran tentang diri dan penilaian pada diri sendiri. Sedangkan kesadaran terhadap lingkungan mengacu pada persepsi individu terhadap lingkungan sosial, non fisik, fisik maupun psikologis.18Gambaran dan penilaian terhadap diri dan lingkungan ini disebut dengan konsep diri.

Dalam pengertian konsep diri, ada beberapa ahli yang memberikan penjelasan mengenai hal tersebut yang menyampaikan definisi yang antara lain sebagai berikut:

a. William D. brooks yang dikutip Jalaluddin Rahmad. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri sendiri (persepsi diri). Persepsi diri tersebut dapat bersifat sosial, fisik dan psikis.19

b. Musthofa Fahmi menyatakan; konsep diri adalah sekumpulan pengenalan orang terhadap dirinya dan penilaiannya terhadap dirinya itu.20

c. Carles Haston Cooley; konsep diri adalah suatu proses yang berasal dari interaksi sosial individu dengan orang lain.21

18

Muntholiah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang: gunung Jati Offset, 2002), h. 27.

19

Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991), h.99

20

Musthafa Fahmi, Penyesuaian Diri, terj. Zakiyah Drajat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h. 111.

21

(48)

d. Clara R. Pudjiyo Yanti konsep diri merupakan sikap, pandangan, atau keyakinan seseorang terhadap keseluruhan dirinya. Bagaimana individu memandang dan menilai seluruh keadaan dirinya baik fisik, psikis maupun Sosial akan muncul dalam penilaian individu. Perilaku yang ditampilkan oleh individu menunjukkan arah konsep diri yang dimiliki.22

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa konsep diri merupakan sikap penanganan gambaran dan penilaian yang dimiliki oleh seseorang tentang dirinya sendiri yang meliputi karakter fisik, dan sosial yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman dan interaksi dari seseorang dengan orang lain.

2. Aspek-aspek Konsep Diri

Konsep diri itu terbagi dari beberapa aspek yaitu:

a. Aspek kognitif, merupakan pengetahuan individu tentang keadaan dirinya yang akan memberi gambaran tentang diri dan akan membentuk citra diri(self image), misalnya „saya seorang pelajar”.

b. Aspek afektif, merupakan penilaian individu terhadap diri sendiri,penilaian tersebut akan membentuk penerimaan terhadap diri (self esteem) atau harga diri individu, misalnya saya pemalu.23

22

Clara R. Pudjiyog Yanti, Konsep Diri dalam Belajar Mengajar, (Jakarta: Arcan, 1985),h. 3

23

(49)

c. Aspek fisik, yaitu penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya tentang penampilannya, arti penting tumbuh dalam hubungan dengan perilaku dan gengsi yang diberikan hubungan di mata orang lain. d. Aspek psikis, yaitu meliputi pikiran, perasaan dan sikap individu

terhadap dirinya tentang kemampuan dan ketidakmampuan harga dirinya dan hubungan dengan orang lain.

e. Aspek sosial, yaitu bagaimana peranan sosial yang dimainkan oleh individu dan penilaian individu terhadap peran tersebut.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep diri tidak terlepas dari masalah gambaran diri, citra diri, harga diri, fisik, psikis dan sosial, selanjutnya jika ia mempunyai penilaian bahwa ia puas dengan keadaannya, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut menilai dirinya baik menerima dirinya dan mempunyai konsep diri yang positif.

Dari beberapa aspek di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa aspek yang penting pada konsep diri yang nantinya akan digunakan oleh penulis dalam membaut angket penelitian, aspek-aspek tersebut adalah aspek fisik, psikis dan sosial.

3. Faktor Pembentuk dan Pengaruh Konsep Diri

(50)

seseorang tidak akan lepas dari pengaruh atau penilaian orang lain terhadap diri seseorang, walaupun tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap individu seseorang. Disamping itu pembentukan konsep diri seseorang juga banyak dipengaruhi oleh pribadi atau pembawaan dari individu tersebut.24

Terbentuknya konsep diri adalah karna interaksi individu dengan orang-orang disekitarnya, segala sesuatu yang menjadi persepsi orang lain mengenai diri individu tersebut tidak terlepas dari struktur, peran dan status sosial.25 Konsep diri juga terbentuk berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain berhadap dirinya.26 Lebih lanjut diuraikan bahwa terbentuknya konsep diri merupakan gejala yang dihasilkan dai adanya interaksi antara individu dengan keluarga atau kelompok dengan kelompok.

Konsep diri terbentuk dalam waktunya lama. Pembentukan konsep diri tersjadi karna adanya reaksi dari individu dengan orang lain, lebih lanjut diuraikan reaksi yang ditimbulkan akan mempunyai banyak arti bagi diri, individu serta orang lain, perhatian yang diperoleh individu dari orang lain tersebut, maka dirinya akan merasakan memiliki arti bagi orang lain. Reaksi ini mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap konsep diri seseorang. Menurut G.W Allport ciri-ciri terbentuknya konsep diri adalah:

24

Muntholiah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, op. cit., h. 29.

25

Clara R. Pudjiyog Yanti, Konsep Diri dalam Belajar Mengajar, op. cit., h. 21.

26

(51)

a. penerimaan diri sendiri (extension of the self), pemekaran diri sendiri ditandai dengan kemampuan seseorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian dari dirinya.

b. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara obyektif (self objectification) ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri (self insight) dan kemampuan untuk menangkap humor (sense of humor) termasuk yang menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran.

c. Memiliki filsafat hidup tertentu (unifying philosophy of life). Orang tersebut tidak mudah terpengaruh dan pendapat-pendapatnya serta sikap jelas dan tegar.27

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri terbentuk sejak manusia dilahirkan dan secara bertahap melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya.

Konsep diri seseorang dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Citra diri. Penilaian positif terhadap konsep fisik seseorang, baik dari diri sendiri maupun dari orang lain, sangat membantu perkembangan konsep diri ke arah yang positif. Hal ini disebabkan penilaian positif dan diri sendiri maupun orang lain akan menumbuhkan rasa puas

27

(52)

terhadap keadaan dirinya. Rasa puas ini merupakan awal dari sikap positif terhadap diri sendiri.

b. Jenis kelamin. Dikatakan bahwa laki-laki mempunyai sumber konsep diri yang berbeda dari wanita, konsep diri pada laki-laki bersumber pada keberhasilan pekerjaan, persaingan dan kekuasaan, sedangkan konsep diri pada wanita bersumber dari keadaan fisiknya serta popularitas dirinya.

c. Peran perilaku orang tua dan lingkungan keluarga. Individu yang menanggapi perilaku keluarga seseorang dalam lingkungan, maka dapat dikatakan bahwa lingkungan keluarga ajang individu dalam pembentukan konsep diri. Cara orang tua memenuhi kebutuhan fisik, psikis, merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap seluruh perkembangan perilaku anak. Pengalaman dalam berinteraksi dengan seluruh anggota keluarga merupakan penentu. Jika dalam berinteraksi dengan orang lain. Dikatakanbahwa kondisi keluarga yang buruk dapat menyebabkan konsep diri yang rendah pada anak.

d. Peran faktor sosial, konsep diri terbentuk karna adanya interaksi individu dengan orang disekitarnya. Apa yang di persepsi individu lain mengenai dirinya tidak terlepas dari struktur peran dan status sosial yang dipandang individu.28

28

(53)

e. Reaksi orang lain. Dalam hal ini remaja terhadap respon orang lain, remaja dapat mempelajari diri sendiri, segala sanjungan, senyuman, pujian dan penghargaan akan menyebabkan penilaian positif terhadap diri ssremaja. Selain itu ejekan dan cemoohan dan hardikan akan menyebabkan penilaian negatif terhadap diri remaja.

f. Perbandingan dengan orang lain, konsep diri sangat tergantung kepada cara bagaimana remaja membandingkan dirinya dengan orang-orang yang hampir semua sama dengan dirinya. Konsep diri tidak lepas dari pengamatan individu dalam melihat kelebihan dan kelemahannya terhadap orang lain sehingga cenderung untuk membandingkan dirinya dengan orang lain.

g. Peran seseorang. Setiap individu memainkan peran yang berbeda-beda. Di dalam setiap peran tersebut individu diharapkan akan melakukan perbuatan dengan cara itu. Dengan peran yang berbeda-beda akan berpengaruh terhadap konsep diri seseorang.

h. Identifikasi terhadap orang lain-kalau anak mengagumi orang dewasa tersebut dengan cara meniru beberapa nilai kebaikan dan perbuatan menunjukkan bahwa anak memiliki harga diri yang tinggi biasanya memiliki orang tua yang juga memiliki harga diri yang tinggi pula.29 Disamping faktor-faktor ini, ada pula beberapa faktor spesifik lainnya yang berkaitan erat dengan macam konsep diri yang bagaimana yang

29

(54)

akan dikembangkan oleh seseorang remaja. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:

a. Usia kematangan. Remaja yang matang lebih awal biasanyamengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga akan dapat menyesuaikan diri yang baik.

b. Penampilan diri. Daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial.

c. Kepatuhan seks. Meliputi dari penampilan diri, minat dan perilaku.

(55)

Teman sebaya. Konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggota yang konsep teman-teman tentang dirinya. Remaja biasanya dalam tekanan untuk membedakan ciri-ciri kepribadian yang diakui kelompok.

Kreativitas. Dalam hal ini remaja mengembangkan perasaan individualitas dan identitas.Cita-cita yang realistis, akan menyebabkan remaja percaya diri dari puas terhadap dirinya sendiri.30

Beberapa faktor di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah, citra diri, jenis kelamin, peran perilaku orang tua, lingkungan keluarga satu peran faktor sosial.

Di dalam kehidupan sehari-hari seringkali seseorang menyatakan perasaan bahwa ia berbeda atau mempunyai ciri-ciri khusus dari orang lain, yang demikian itu menyebabkan seseorang lebih mengenal akan dirinya sendiri tentang segala kekurangan dan kelebihannya. Sebagai akibatnya seseorang akan mempunyai sikap atau pandangan yang positif atau pandangan yang negatif terhadap dirinya. Konsep diri yang positif atau konsep diri tinggi pada anak dapat tercipta, apabila kondisi keluarga ditandai dengan adanya integritas dan tenggang rasa yang tinggi antar anggota keluarga.

Adanya integritas dan tenggang rasa serta sikap positif orang tua akan menyebabkan anak memandang orang tuanya sebagai figur yang berhasil dan menganggap ayah sebagai teman karib atau orang yang dapat dipercaya. Dengan kata lain kondisi keluarga yang demikian akan membuat anak menjadi lebih

30

(56)

percaya dalam membentuk seluruh aspek dirinya karena ia mempunyai modal yang dapat dipercaya. Anak juga merasa bahwa dirinya mendapatkan dukungan dari orang tua, sehingga ia mampu memecahkan masalahnya. Tingkat kecemasan merak menjadi berkurang dan menjadi bersikap lebih positif serta realitas dalam memandang lingkungan dan dirinya.

Untuk lebih jelasnya mengenai konsep diri yang positif ataupun yang negatif, maka harus mengetahui ciri-ciri konsep diri tersebut.

Adapun ciri-ciri konsep diri yang positif menurut William D. Broke yang dikutip Jalaluddin Rakhmad adalah sebagai berikut:

a. Yakin akan kemampuannya mengatasi masalah b. Ia merasa setara dengan orang lain

c. Ia menerima pujian tanpa merasa malu

d. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat

e. Mampu memperbaiki dirinya, karena sanggup mengungkapkan aspekaspekkepribadian yang tidak disenangi dan berusaha merubahnya.31 Sedangkan Burns mengemukakan bahwa seseorang yang merasa dirinya termasuk orang yang memiliki konsep diri positif berarti dia memiliki konsep diri yang sehat, mempunyai harga diri, orang yang berkompetensi, dirnya cukup memadai dan dirinya cukup mempunyai rasa percaya diri.32

31

Jalaluddin Rakhmad, op.cit., h. 105

32Muntholi‟ah,

(57)

Dengan kata lain bahwa orang yang memiliki konsep diri positif akan menunjukkan karakteristik bersikap konsisten, berperilaku di dalam cara-cara konsisten dan mengesampingkan pengalaman yang merugikan. Sebaliknya, ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri yang negatif menurut Brooks yang

dikutip Jalaluddin Rakhmat adalah:

Pertama. Peka terhadap kritik orang, orang tersebut sangat tidak tahan terhadap kritik yang diterimanya, mudah marah dan naik pitam. Bagi individu ini koreksi cenderung dipersepsikan sebagai ancaman untuk menjatuhkan harga dirinya.

Kedua. Responsif terhadap pujian, segala macam yang menunjang harga dirinya akan menjadi perhatian utamanya.

Ketiga. Hiperkritik terhadap orang lain. Seseorang selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun, mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau kelebihan pada orang lain.

Keempat. Cenderung tidak disenangi orang lain. Dalam hal ini seseorang merasa tidak diperhatikan oleh orang lain. Hal tersebut disebabkan karena aksi orang lain dianggap sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan.

Kelima. Bersikap pesimis terhadap kompetisi. Menganggap tidak berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.33 Ketika memasuki masa remaja, tingkat pertumbuhan fisik dapat menjadi sumber kegelisahan yang besar, apakah

33

(58)

itu berlangsung terlalu lambat ataupun terlalu cepat. Kecepatan perkembangan fisik seorang remaja dibandingkan dengan remaja-remaja lainnya di dalam kelompok sebayanya sangat mempengaruhi bagaimana perasaan remaja-remaja tersebut terhadap dirinya.34

Keadaan fisik ataupun citra tubuh remaja yang meliputi tinggi tubuh, berat tubuh dan corak kulit dikatakan positif jika sesuai dengan norma-norma budaya yang ideal mengenai perkembangan fisik. Jika perkembangan fisik remaja tidak sesuai dengan norma yang diharapkan, remaja akan merasa mengalami penghinaan diri yang dapat menurunkan kepercayaan dirinya. Penampilan seperti dalam hal berpakaian dipergunakan sebagai ukuran ekspresi diri, pencarian perhatian dan untuk mendapatkan perasaan harga diri. Bagi remaja laki-laki perasaan harga diri secara positif dikaitkan dengan penggunaan pakaian yang estetik dan menarik perhatian dan bagi remaja perempuan hal tersebut dikaitkan dengan segi-segi penggunaan yang bersifat estetik, menarik perhatian, minat dan pengelolaannya.35

Artinya bahwa bagi remaja ketika merasa aman dalam hal berpenampilan dan sesuai dengan norma-norma yang ada maka cenderung mempunyai tingkat perasaan har

Gambar

TABEL I Sarana Dan Prasarana Panti Asuhan
TABEL II Pengurus Dan Pengajar di PantiAsuhan Abdul Malik Muhammad Aliyun Way
TABEL III Daftar Nama Anak Asuh
TABEL IV Perilaku sebelum Bimbingan Kelompok
+2

Referensi

Dokumen terkait

6 Tanda resep diawal penulisan resep (R/) Prescriptio/Ordonatio 7 Nama Obat 8 Kekuatan obat 9 Jumlah obat Signatura 10 Nama pasien 11 Jenis kelamin 12 Umur pasien 13 Barat badan

Secara rinci, pada tahap perencanaan ini, prosedur tindakan yang dilakukan peneliti adalah (1) membagi guru dalam beberapa kelompok kecil, (2) peneliti memberikan

1. Memberikan masukan kepada Bupati Karawang tentang Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat untuk ditetapkan dan ditugaskan mengikuti seleksi maupun yang akan

Dengan demikian, barang-barang yang tergolong ke dalam kategori A akan mendapat prioritas dalam penanganan dan untuk selanjutnya, perhitungan penghematan biaya

Berdasarkan Sobar, nama “Kampung Gerabah” diperoleh dari pemerintah sehingga desa Anjun Gempol tersebut mulai dikenal dengan nama Kampung Gerabah, namun Kampung

Setelah medium membeku, masing-masing isolat bakteri diinokulasikan ke dalam Medium Lipid Agar dan diinkubasi pada suhu 25-27°C selama 24 jam.. Hasil uji

Pengendalian dengan cara menurunkan atau menekan populasi lalat sering dilakukan pada areal yang luas dan membutuhkan biaya tinggi, cara ini bertujuan menurunkan populasi lalat

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian yang berjudul “Pengaruh Penambahan Pektin dan Gliserol Pada Gel Lidah Buaya (Aloe vera L.) Dan Lama Pencelupan sebagai