• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 29364d739c BAB IIBAB II OK FINAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 29364d739c BAB IIBAB II OK FINAL"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

i

2.1.6 Kondisi Sosial dan Ekonomi ... 9

2.2 POTENSI WILAYAH KABUPATEN ... 13

2.2.1 Kawasan Budidaya Hutan ... 13

2.2.2 Kawasan Pertanian ... 13

2.2.9 Kawasan Perdagangan dan Jasa ... 16

2.2.10 Flora dan Fauna ... 16

2.3 DEMOGRAFI DAN URBANISASI ... 17

2.3.1 Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan ... 17

2.3.2 Jumlah Penduduk Miskin dan Persebarannya ... 20

2.3.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk ... 23

2.4 ISU STRATEGIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN BERDASARKAN RPJMD DAN RTRW ... 24

2.4.1 Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi ... 24

2.4.2 Kawasan Wilayah Rawan Bencana... 26

(2)

1 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

BAB II

PROFIL KABUPATEN KOTA

2.1 Wilayah Administrasi

2.1.1 Wilayah Administrasi

Kabupaten Minahasa Utara merupakan bagian integral dari Provinsi Sulawesi Utara

dengan ibukota Airmadidi dan berjarak sekitar 35 Km dari ibukota Provinsi Sulawesi Utara.

Kabupaten Minahasa Utara terletak antara 1°18’30” - 1°53’00” LU dan 124°44’00” -

125°11’00” BT, berbatasan dengan kepulauan Sitaro di sebelah Utara, dengan kabupaten

Minahasa di Selatan, dengan Kota Bitung di sebelah Timur, dan dengan Kota Manado di sebelah

Barat. Minahasa Utara dibentuk pada tahun 2004 yang merupakan hasil pemekaran dari

Kabupaten Minahasa. .Luas wilayah Kabupaten Minahasa Utara adalah sebesar1.059,24 km2

yang terbagi menjadi 10 kecamatan. Likupang Timur adalah kecamatan terluas dengan wilayah

290,84 km2 (sekitar 27,46 persen dari total luas wilayah kabupaten Minahasa Utara) dan

Likupang Selatan menjadi kecamatan dengan luas wilayah terkecil, yaitu hanya 11,82 km2

(atau 1,12 persen dari luas wilayah Minahasa Utara). Sebagai Kabupaten yang terletak di wilayah

pesisir, ada tiga kecamatan yang sebagian wilayahnya terpisah dari pulau Sulawesi, yaitu

kecamatan Wori (Mantehage dan Nain), Kecamatan Likupang Timur (Bangka), dan dan Kecamata

Likupang Barat (Gangga, Talise, Kinabuhutan)

Gambar 2.1 Luas Daerah Kab. Minahasa Utara

(3)

2 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2.1 Luas Daerah Kecamatan Minahasa Utara

No

Keadaan topografi wilayah sebagian besar merupakan dataran dan perbukitan pada

ketinggian di sekitar 0 – 650 meter tinggi dari permukaan laut, kecuali wilayah sekitar

pegunungan terutama Gunung Klabat yang mencapai sekitar 1.995 meter tinggi dari permukaan

laut.

Karakter topografi hampir sama untuk semua wilayah kecamatan, yaitu dikategorikan

datar, landai dan bergelombang. Wilayah dengan kemiringan tanah antara 0-3º adalah sekitar

30,49 persen, antara 3º -15º adalah sekitar 43,42 persen, antara 15º - 45 º adalah sekitar 19,66

persen, dan sisanya yaitu kemiringan lebih dari 45 º adalah sekitar 6,43 persen. Kedalaman efektif

tanah rata-rata 0-3 m,PH tanah rata-rata 6,0 sampai 8,0, dengan tekstur tanah yang bervariasi

dari liat (alluvial), liat berpasir (latosol), liat berlempung (meditrean) dan lempung berpasir

(regosol). Tabel 2.2 Tingkat Kemiringan di tiap Kecamatan

No

Kecamatan / District Tingkat Kemiringan

-1 -2

10 Likupang Selatan Landai

Jumlah / Total

(4)

3 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

2.1.3 Gambaran Geohidrologi

Wilayah kabupaten Minahasa Utara terdapat sungai-sungai mengalir dari bukit,

perbukitan, gunung atau pegunungan yang dalam istilah setempat disebut Kentur atau Kuntung.

Sungai dan anak sungai dalam aliran DAS tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk penyediaan air bersih, irigasi, budidaya perikanan darat hingga suplai energi listrik yang terolah

dari stasiun pembangkit tenaga listrik.

Sungai-sungai utama yang melalui wilayah Kabupaten Minahasa Utara berhulu di gunung yang

mengalir dari wilayah yang tinggi bermuara ke teluk maupun danau dan dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk penyediaan air bersih, irigasi, budidaya perikanan darat dan suplai energi

listrik.

Sungai tersebut dari hulu kehilir menjadi sebuah sistem sungai yang tidak bisa dipandang dalam

batas administrasi.

Tabel 2. 3 Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Minahasa Utara

No Nama Sungai Potensi (m3/det)

1 Sungai Tondano 300

2 Sungai Sawangan 200

3 Sungai Talawaan 150

4 Sungai Likupang 80

Sumber : RPJM Kabupaten Minahasa Utara, 2005 – 2010

Daerah aliran sungai merupakan tempat presipitasi air hujan yang kemudian berkonsentrasi ke

sungai. Garis batas daerah aliran yang berdampingan disebut batas daerah pengaliran

Kemiringan lahan bervariasi dari datar sampai kemiringan 35º. Sama seperti wilayah sekitarnya,

pola drainase di Kabupaten Minahasa Utara sebagian besar adalah dendritis dengan pola

percabangan pohon. Tidak diketemukan pola aliran sungai, keseluruhannya merupakan aliran

yang unik dan tidak berulang.

Tidak ada data yang menunjukkan aliran debit sungai utama tersebut. Namun dari pengamatan

di dapat informasi bahwa sungai utama mengalir setiap tahun sedang anak sungai dan

percabangannya sebagian besar mengalami debit yang fluktuatif bahkan kering di masa kemarau.

Sungai-sungai tersebut berfungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah tertentu dan

mengalirkannya ke laut.

Data Luas DAS di wilayah 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Kauditan, Kecamatan Airmadidi

dan Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara dari data perencanaan saluran adalah

sebagai berikut :

Pembagian DAS, panjang sungai dan luasan dari masing-masing setiap DAS 3 (tiga) Kecamatan di

(5)

4 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2. 4 Pembagian DAS di wilayah 3 Kecamatan Kabupaten Minahasa Utara

NO NAMA SUNGAI PANJANG

Sumber : Master Plan Drainase Kab. Minahasa Utara

Kawasan sekitar mata air yang harus dilindungi di wilayah Kabupaten Minahasa Utara

terdapat di 28 lokasi yaitu ; Talawaan I, Mata Air Tunan, Mata Air Warat, Mata Air Malupu, Mata

Air Tumbohon, Mata Air Kumersot, Mata Air Huluatikup, Mata Air Doud Tewasen, Mata Air Doud

Pinakiwe, Mata Air Doud Minawanua, Mata Air Papi, Mata Air Tamblang, Mata Air Talise, Mata

Air Malimbukan, Mata Air Keluarga, Mata Air Pancoran Lima, Mata Air Alam Suwaan, Mata Air

Keluarga Wenas, Mata Air Keluarga Menanga, Mata Air Tontalete, Mata Air Tumatenden, Mata

(6)

5

Sumber : RPJM Kabupaten Minahasa Utara, 2005 - 2010

2.1.4 Gambaran Geologi

Struktur geologi merupakan pencerminan seberapa besar suatu wilayah mengalami “deraan”

tektonik. Semakin rumit struktur geologi yang berkembang di suatu wilayah, maka menunjukkan

bahwa wilayah tersebut cenderung sebagai wilayah yang tidak stabil.

Daerah Kabupaten Minahasa Utara memiliki kondisi Geologis yang terbagi atas beberapa jenis

yaitu, batuan Endapan, batuan Organic dan batuan Beku/Vulkanik yang persebarannya ada pada

bagian selatan Kabupaten Minahasa Utara ini, yaitu meliputi kecamatan Kauditan, Airmadidi, dan

kecamatan Kalawat, yang merupakan jenis batuan gunung api, sedangkan pada bagian

kecamatan Talawaan, Wori dan Likupang Barat adalah batuan sedimen

2.1.5 Gambaran Klimatologi

Tipe iklim di daerah ini adalah type A (iklim basah), dengan musim kemarau pada bulan Mei –

Oktober dan iklim hujan pada bulan-bulan November – April. Curah hujan maksimum pada bulan

Desember – Maret yang sering dibarengi dengan angin kencang sehingga sering mengakibatkan

banjir dan gelombang laut maksimum dengan angka curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar

2.000 – 3.000 mm dengan jumlah hari hujan 90 – 130 hari per tahun.Secara umum, suhu udara

rata-rata per bulan pada tahun 2014 pada pengukuran Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado

adalah 26,6 0C, dengansuhu terendah terjadi pada bulan Februari, yaitu mencapai 25,4 0C dan

suhu tertinggi mencapai 27,7 0C yang terjadi pada bulan juli.

Kelembaban relative adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah uap air yang

terkandung di dalam campuran air-udara dalam fase gas. Tahun 2014, kelembaban relatif

tertinggi terjadi pada bulan Desember, yang mencapai 89 persen dengan 25 hari hujan,

sedangkan kelembaban terendah terjadi pada bulan Oktober, yaitu mencapai 71 persen dengan

(7)

6 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Dari gambaran iklim ini menunjukan kondisi daerah di mana sebagian besar wilayah merupakan

wilayah yang subur dan potensial untuk dimanfaatkan bagi pengembangan pertanian pangan,

perkebunan, peternakan, kehutanan, dan secara keseluruhan bagi kepentingan masyarakat dan

pembangunan.

Gambar 2.2 Jumlah hari hujan dan rata-rata suhu udara di Kabupaten Minahasa Utara

Gambar 2.3 Rata-rata tekanan udara dan kecepatan angin per bulan Kabupaten Minahasa Utara Sumber : Minahasa Utara dalam angka 2015 BPS

(8)

7 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2.6 Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Relatif di Kabupaten Minahasa Utara

(9)

8 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2.7 Rata-rata Tekanan Udara dan Kecepatan Angin Setiap Bulan Kab. Minahasa Utara

(10)

9 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2.8 Rata-rata Curah Hujan Setiap Bulan di Kabupaten Minahasa Utara

2.1.6 Kondisi Sosial dan Ekonomi

• Kondisi Sosial Budaya

Kondisi di bidang sosial budaya menunjukkan tetap terpeliharanya dengan baik kerukunan hidup

bermasyarakat dari berbagai latar belakang suku, budaya, dan agama. Kesemuanya ini telah

menciptakan kondisi sosial budaya daerah yang baik, aman, tenang, tentram, namun dinamis dan

kondusif untuk pembangunan daerah.

Jumlah penduduk Minahasa Utara pada tahun 2005 adalah sebanyak 174.455 orang, dengan

tingkat kepadatan 199,22 orang jiwa/km². Persebaran penduduk di kecamatan Dimembe yaitu

21.728 orang, kemudian berturut-turut kecamatan Airmadidi sebanyak 24.2966 orang, Likupang

Timur sebanyak 21.683 orang, Kauditan sebanyak 22.337 orang, Kalawat sebanyak 22.610 orang,

Wori sebanyak 18.355 orang, likupang Barat sebanyak 17.125 orang, kecamatan Kema yaitu

(11)

10 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Pendidikan merupakan salah satu pilar penting dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM). Di Kabupaten Minahasa Utara, jumlah murid sekolah mencapai 35.955 murid,

dengan jumlah kelas sebanyak 1.273 ruang kelas dan ruang belajar 1.444 ruang. Secara

keseluruhan terdapat 107 buah TK dengan jumlah murid 2.503 murid dan 152 guru. SD sebanyak 188 buah dengan jumlah murid 21.675 murid dan guru sebanyak 1.130 guru. SLTP sebanyak 54

sekolah dengan jumlah murid 7971 murid dan guru sebanyak 612 guru, sedangkan SLTA sebanyak

19 sekolah dengan murid sebanyak 3.563 murid dan 340 guru. Selain itu, terdapat sekolah

internasional (Manado Internasional School-MIS), SMK Kelautan dan Perikanan, serta 3

Perguruan Tinggi yaitu Universitas Klabat (Unklab). Akademi Keperawatan, dan sekolah Tinggi

Alkitab Airmadidi.

Kondisi kesehatan dilihat dari sarana, prasarana dan SDM kesehatan, adalah sebagai berikut:

Rumah Sakit (RS) swasta sebanyak 2 RS, masing-masing di Kecamatan Airmadidi dan Kecamatan

Kauditan. Pelayanan kesehatan melalui PKM (Pusat Kesehatan Masyarakat) Rawat Jalan

sebanyak 6 buah, melalui PKM rawat Inap sebanyak 4 buah, dan PKM pembantu 31 buah yang

tersebar di seluruh kecamatan. Selain itu terdapat 2 klinik umum dan 2 klinik Bersalin, toko

obat/Apotek sebanyak 5 buah.

Kasus infeksi saluran Pernapasan Akut sebanyak 22.622 kasus, diikuti oleh hypertensi dengan

5.193 kasus, penyakit kulit dengan 3.894 kasus, malaria dengan 3.477 kasus, penyakit usus

dengan 3.129 kasus, rematik sebanyak 2.587 kasus, penyakit telinga 2.517 kasus, penyakit mulut

2.101 kasus, dan penyakit lainnya dengan jumlah kasus di bawah 2.000 kasus. Kunjungan ke PKM

sebanyak 84.160 orang. Khusus penduduk miskin yang berkunjung ke PKM mencapai 63.186

orang.

Kerukunan umat beragama senantiasa terwujud dan terpelihara dengan baik, sebagai ciri

masyarakat yang religius. Penduduk menurut agama yang dianut menunjukkan bahwa Agama Kristen terbanyak dianut penduduk yaitu 112.800 orang. Kemudian berturut-turut Agama Islam

sebanyak 34.551 orang, agama Katolik sebanyak 13.763 orang, dan sisinya beragama Hindu

sebanyak 14 orang. Sarana keagamaan yang ada, yaitu Gereja 544 buah bangunan, Mesjid

sebanyak 50 buah bangunan.

Adanya kemiskinan masyarakat merupakan fenomena yang diutamakan penanggulangannya

secara nasional. Terdapat 20.487 orang (11.74 persen dari penduduk) penduduk miskin yang

perlu mendapat perhatian. Kenyataan bahwa sekitar 89,70 persen penduduk miskin hanyalah berpendidikan maksimum tamatan SD. Kebanyakan penduduk miskin, yaitu 20.269 orang bekerja

sebagai petani penggarap/buruh tani, sebagai petani sebanyak 1.716 orang, sebagai nelayan 327

(12)

11 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Gambar 2.4 Peta Kabupaten Minahasa Utara

(13)

12 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

(14)

13 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

2.2 Potensi Wilayah Kabupaten

2.2.1 Kawasan Budidaya Hutan

Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah dapat diidentifikasikan wilayah yang

memilki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti Kawasan Peruntukan Hutan Produksi, Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat, Kawasan Peruntukan

Pertanian, Kawasan Peruntukan Perikanan, Kawasan Peruntukan Pertambangan,

Kawasan Peruntukan Permukiman, Kawasan Peruntukan Industri, Kawasan Peruntukan

Pariwisata, dan Kawasan Peruntukkan lainnya (Kawasan Tempat Ibadah, Kawasan

Pendidikan, Kawasan Pertahanan Keamanan dan Kawasan Peruntukan Perdagangan dan

Jasa) dengan berpedoman pada pada rencana tata ruang wilayah Kabupaten Minahasa

Utara.

Potensi Kawasan Peruntukan Hutan Produksi yaitu Hutan Produksi Terbatas Gunung

Wiau kurang lebih 3.336,27 Ha, Hutan Produksi Terbatas Gunung Saoan kurang lebih

4.734,95 Ha, Hutan Produksi Terbatas Pulau Talise kurang lebih 106,76 Ha, Hutan Produksi

Terbatas Pulau Bangka kurang lebih 1.506,64 Ha dengan luas keseluruhan kurang lebih

9.684,62 Ha. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat adalah kawasan di luar kawasan hutan yang

yang memiliki tingkat kelerengan lebih dari 30% yang sudah tidak sesuai untuk

pengembangan kegiatan budidaya pertanian dan perkebunan dan dapat dikembangkan

oleh masyarakat untuk budidaya tanaman/vegetasi hutan yang memiliki nilai ekonomis

tinggi. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat ini tersebar di Kecamatan Airmadidi, Kecamatan

Kalawat, Kecamatan Wori, Kecamatan Dimembe, Kecamatan Likupang Barat, Kecamatan

Likupang Timur, Kecamatan Kauditan dan Kecamatan Kema dengan luas keseluruhan kurang

lebih 4.027,60 Ha

2.2.2 Kawasan Pertanian

Kawasan pertanian tanaman pangan adalah kawasan yang secara teknis sesuai dan

dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman pangan lahan basah yang didukung

prasarana irigasi, tersebar di Kecamatan Airmadidi, Kecamatan Kalawat, Kecamatan Wori,

Kecamatan Dimembe, Kecamatan Talawaan, Kecamatan Kauditan dan Kecamatan Kema

dengan luas keseluruhan kurang lebih 3.716,50 Ha.

Kawasan pertanian hortikultura adalah kawasan yang secara teknis dapat

dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman pangan hortikultura, tersebar di seluruh

wilayah kecamatan dengan luas keseluruhan kurang lebih 27.721,62 Ha, dengan

komoditas unggulan Pisang Barangan, komoditi andalan adalah Nenas, Mangga damar Merah, Rambutan dan Pepaya, sedangkan komoditi potensi adalah Durian dan Manggis.

Kawasan perkebunan adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk

(15)

14 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

keseluruhan kurang lebih 54.222,94 Ha, dengan komoditas unggulan Kelapa, Pala, Kakao

dan Jambu Mente.

2.2.3 Kawasan Peternakan

Kawasan peternakan adalah kawasan yang secara teknis dapat di manfaatkan untuk pengembangan kegiatan peternakan dengan meminimalisir dampak pencemaran, yaitu

minimal 500 meter dari lokasi pemukiman terdekat, tersebar di seluruh wilayah

kecamatan dengan luas keseluruhan sama dengan kawasan pertanian tanaman pangan

lahan kering yaitu kurang lebih 27.721,62 Ha, dengan komoditas unggulan Sapi, Babi, Ayam

dan Itik.

2.2.4 Kawasan Perikanan

Kawasan peruntukkan perikanan adalah kawasan yang secara teknis dapat

dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan :

a. perikanan darat;

b. perikanan air payau;

c. perikanan air laut; dan

d. budidaya perikanan.

Kawasan perikanan darat sebagaimana yang dimaksud adalah kawasan yang secara

teknis sesuai untuk pengembangan budidaya perikanan air tawar disawah, kolam dan

perairan yang tersebar dikecamatan Dimembe, Kecamatan Talawaan dengan luas

keseluruhan kurang lebih 2.549,56 Ha.

Kawasan perikanan air payau adalah kawasan yang secara teknis sesuai untuk

pengembangan budidaya perikanan air payau di tambak sepanjang pantai yang tersebar

di Kecamatan Kema, Kecamatan Wori dan Kecamatan Likupang Timur dengan luas

keseluruhan kurang lebih 117,12 Ha.

Kawasan perikanan laut adalah kawasan yang secara teknis seusia untuk

pengembangan kegiatan budidaya perikanan laut maupun untuk kegiatan perikanan

tangkap jalur IA. Pengelolaan laut untuk kegiatan penangkapan ikan wilayah kurang dari 4

mil di wilayah laut Kecamatan Wori, Likupang Barat, Likupang Timur dan Kema.

Kawasan budidaya perikanan yang dimaksud didukung oleh Loka Budidaya Air tawar

di Desa Tatelu Kecamatan Dimembe dan Balai Benih Ikan Pantai di Desa Likupang II

Kecamatan Likupang Timur. Pengembangan budidaya tawar yaitu di Kecamatan Kema,

Kecamatan Kauditan, Kecamatan Airmadidi, Kecamatan Kalawat, Kecamatan Dimembe,

Kecamatan Talawaan, dan Kecamatan Likupang Selatan. Kawasan perikanan sentra pengolahan sebagaimana sesuai untuk pengembangan pengolahan hasil perikanan yang

tersebar di Kecamatan Kema, Kecamatan Airmadidi, Kecamatan Kalawat, Kecamatan

(16)

15 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

2.2.5 Kawasan Pertambangan

Kawasan pertambangan yang berpotensi di wilayah Kabupaten Minahasa Utara yaitu

kawasan yang secara teknis-geologis memiliki potensi deposit bahan tambang, atau area

kontrak karya pertambangan/kuasa pertambangan/izin pertambangan daerah/tambang rakyat baik yang sudah di lakukan kegiatan pertambangan ataupun belum, yang berada

di luar kawasan lindung, tersebar di wilayah Kecamatan Likupang Barat, Kecamatan

Likupang Timur, Kecamatan Likupang Selatan, Kecamatan Wori, Kecamatan Kema,

Kecamatan Dimembe dan Kecamatan Talawaan

2.2.6 Kawasan Permukiman

Potensi Kawasan peruntukan permukiman adalah kawasan yang secara teknis dapat

dimanfaatkan untuk pengembangan permukiman yang aman dari bahaya bencana alam,

sehat, dengan luas keseluruhan kurang lebih 5.141,78 hektar yang terdiri dari : Permukiman

perkotaan meliputi permukiman yang terbentuk kawasan perkotaan yang tersebar di

seluruh wilayah Kabupaten, yaitu : Permukiman perdesaan meliputi pemukiman

yang terbentuk kawasan perdesaan yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten,

permukiman baru skala besar dikembangkan di Kecamatan Talawaan, Kecamatan Kalawat,

Kecamatan Airmadidi dan Kecamatan Kauditan.

2.2.7 Kawasan Industri

Kawasan peruntukan industri di wilayah Kabupaten Minahasa Utara adalah

kawasan yang diperuntukan pengembangannya bagi pemusatan kegiatan industri

pengolahan hasil pertanian maupun industri manufaktur yang terdiri atas:

a. Kawasan Peruntukan Industri besar meliputi Kauditan-Bitung-Kema di Kecamatan

Kauditan dan Kecamatan Kema dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung yang

mencakup Kecamatan Kauditan dan Kecamatan Kema.

b. Kawasan Peruntukan Industri Sedang di Kecamatan Likupang Barat.

c. Kawasan Peruntukan Industri Kecil dan Ringan tersebar diseluruh Kabupaten.

d. Kawasan Pergudangan terbatas dan terkendali terletak di Kecamatan Kalawat dan di

kawasan yang diperuntukkan untuk kegiatan industri.

2.2.8 Kawasan Pariwisata

Potensi Kawasan pariwisata di wilayah Kabupaten Minahasa utara yaitu kawasan

yang memiliki potensi objek dan daya tarik wisata alam, wisata budaya, wisata agro dan

wisata lainnya baik yang sudah berkembang maupun yang belum berkembang. Potensi

dan objek wisata alam antara lain: di Pulau Bangka, Pulau Sahaung, Pantai Surabaya, Pantai Kalinaun di Kecamatan Likupang Timur, Pantai Makalisung, Pantai Batu Nona, Danau Tasik

Oki di Kacamatan Kema, Arung Jeram Sungai Tondano, Pemandian Air Panas Tanggari,

Gunung Klabat di Kecamatan Airmadidi, Air Terjun Tunan di Kecamatan Talawaan, Danau

(17)

16 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Potensi dan Objek Wisata Budaya antara lain : Taman Purbakala di Desa Sawangan

Kecamatan Airmadidi, Taman Waruga di Kelurahan Airmadidi Bawah Kecamatan Airmadidi,

Mata Air Tumatenden di Kelurahan Airmadidi Bawah Kecamatan Airmadidi, Goa Jepang di

Desa Sawangan Kecamatan Airmadidi, Waruga di Desa Kokoleh Satu Kecamatan Likupang Selatan, Penjara Tua di Desa Kema Dua Kecamatan Kema. Potensi dan objek

wisata agro antara lain : kebun kelapa hibrida di Kecamatan Wori dan Kecamatan

Likupang Barat, kebun rambutan di Kecamatan Dimembe dan Kecamatan Talawaan, kolam

ikan mas dan nila di Kecamatan Dimembe. Potensi dan objek wisata lainnya antara lain

: Gangga Island Resort di Kecamatan Likupang Barat, Pulisan Jungle Resort di Desa Pulisan

Kecamatan Likupang Timur, Kima Bajo Resort di Desa Kima Bajo di Kecamatan Wori,

penangkaran satwa langka di Desa Pimpim Kecamatan Kema.

2.2.9 Kawasan Perdagangan dan Jasa

Potensi perdagangan dan jasa di wilayah Kabupaten Minahasa Utara yaitu

kawasan yang dapat memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar

masyarakat yang membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat yang menjual jasa (sisi

penawaran). Kawasan perdagangan dan jasa menyerap tenaga kerja di perkotaan dan

memberikan kontribusi yang dominan terhadap PDRB yaitu di sepanjang kawasan

perkotaan Manado – Bitung.

2.2.10 Flora dan Fauna

Keadaan flora di Kabupaten Minahasa Utara didominasi oleh tanaman kelapa yang

ditanam oleh masyarakat mulai dari garis pantai sampai ke bukit dengan ketinggian 500 m

dpl mencakup kurang lebih 40.776 Ha. Tanaman Pala dan Mangga Damar Merah

terdapat di Kecamatan Airmadidi dan Kauditan juga terdapat tanaman Kopi, Cengkeh, Vanili

dan Kakao tersebat di beberapa kecamatan. Disamping itu terdapat pula hutan lindung

terutama di kawasan gunung dan daerah aliran sungai.

Fauna di Kabupaten Minahasa Utara memiliki hewan langka seperti Burung Maleo

dan Burung Taong juga terdapat Kera terkecil di dunia yakni Tarsius Spectrum atau

dikenal dengan nama Tangkasi. Perairan Laut di Kabupaten Minahasa Utara menyimpan

berbagai jenis ikan antara lain Ikan Cakalang, Tuna dan Malalugis. Saat ini mulai

(18)

17 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

2.3 Demografi dan Urbanisasi

2.3.1 Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan

penduduk Kabupaten Minahasa Utara pada tahun 2014 berdasarkan hasil proyeksi penduduk

adalah 196.419 jiwa (50,82 persen adalah laki-laki) dengan kepadatan penduduk 185,43 jiwa/km2.

Pada tahun 2014, Kalawat adalah kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak, yaitu

mencapai 29.743 jiwa (15,14 persen) yang tersebar di 12 desa dengan kepadatan penduduk 762,05

jiwa/km2 (kepadatan tertinggi). Kecamatan dengan penduduk paling sedikit adalah Likupang Selatan,

yaitu hanya 4.958 jiwa (2,52 persen) yang tersebar di 7 desa.

Jika dilihat menurut kelompok umur, jumlah penduduk usia produktif (umur 15 – 64 tahun) ada

sekitar 67,96 persen. Tahun 2014, nilai sex rasio kabupaten Minahasa Utara adalah 103,32 yang

berarti bahwa jumlah laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Pada tahun 2014,

semua kecamatan di Minahasa Utara memiliki nilai sex rasio di atas 100. Kecamatan dengan nilai

sex rasio tertinggi adalah Talawaan, yaitu mencapai 106,53

(19)

18 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Gambar 2.7 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Kab. Minahasa Utara 2014

(20)

19 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2.10 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Minahasa Utara

(21)

20 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2.12 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga Kab Minahasa

Utara 2014

Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Minahasa Utara

2.3.2 Jumlah Penduduk Miskin dan Persebarannya

Masalah kemiskinan adalah salah satu masalah mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah

di negara manapun. Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya, dapat menjadi instrumen tangguh

(22)

21 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

BPS menyajikan data dan informasi kemiskinan untuk tingkat kabupaten/kota dengan menggunakan

data Susenas Kor (kecuali tahun 2008). Dalam lima tahun terakhir, persentase penduduk miskin di

Minahasa Utara mengalami fluktuasi. Tahun 2010, persentase penduduk miskin sebesar 8,39

persen. Tahun 2011, angka ini turun menjadi 7,38 persen kemudian turun lagi di tahun 2012 menjadi 6,69 persen. Tahun 2013 naik menjadi 8,02 persen dan pada tahun 2014 kembali turun

menjadi 7.75 persen.

Tiga tahun terakhir jumlah keluarga pra sejahtera terus menurun. Pada tahun 2012 jumlah

keluarga pra sejahtera berjumlah12.409 keluarga, angka ini kemudian turun 0,61 persen menjadi

12.333 keluarga pada tahun 2013. Pada tahun 2014, jumlah keluarga pra sejahtera turun sebesar

3,03 persen menjadi

11.959 keluarga.

(23)

22 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Gambar 2. 9 Pentahapan Keluarga Menurut Klasifikasi keluarga Kab. Minahasa Utara, 2012-2014

Gambar 2.9 Perkembangan Garis Kemiskinan di Kabupaten Minahasa Utara 2007-2014

Tabel 2.14 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Minahasa Utara 2005-2014

Sumber : Minahasa Utara dalam angka 2015 BPS

(24)

23 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2.15 Klasifikasi Keluarga di Kab Minahasa Utara 2012-2014

2.3.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Proyeksi Penduduk Kabupaten Minahasa Utara selama lima tahun kedepan yakni sampai dengan

2019 bervariasi di tiap kecamatan di Kabupaten Minahasa Utara ini dengan Laju pertumbuhan

penduduk yang berbeda maka akan dihitung proyeksi pertumbuhan penduduknya. Untuk Menghitung

proyeksi laju pertumbuhan penduduk menggunakan asumsi pada pertumbuhan geometri, karena laju

pertumbuhan ini bersifat berskala atau bertahap dalam selang waktu tertentu. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :

Pn = P0 ( 1 + r )n dimana :

Pn = Jumlah penduduk pada n tahun

P0 = Jumlah penduduk pada awal tahun

r = Tingkat pertumbuhan penduduk

(25)

24

Kema 78.76 16205 3.57% 16783.52 17382.69 18003.25 18645.97 19311.63

Kauditan 108.2 24263 2.33% 24828.33 25406.83 25998.81 26604.58 27224.47

Airmadidi 86.66 28153 3.11% 29028.56 29931.35 30862.21 31822.03 32811.69

Kalawat 39.03 29743 4.39% 31048.72 32411.76 33834.63 35319.97 36870.52

Dimembe 166.43 23568 2.51% 24159.56 24765.96 25387.59 26024.82 26678.04

Talawaan 82.51 19932 4.67% 20862.82 21837.12 22856.91 23924.33 25041.6

Wori 90.7 17288 0.70% 17409.02 17530.88 17653.6 17777.17 17901.61

Likupang Barat 104.29 16404 0.80% 16535.23 16667.51 16800.85 16935.26 17070.74 Likupang Timur 290.84 15905 0.73% 16021.11 16138.06 16255.87 16374.54 16494.07 Likupang Selatan 11.82 4958 0.95% 5005.101 5052.649 5100.65 5149.106 5198.022

Jumlah 1059.24 196419 201682 207124.8 212754.4 218577.8 224602.4

Tabel 2.16 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Minahasa Utara Sampai Tahun 2019

2.4 Isu Strategis Sosial Ekonomi dan Lingkungan Berdasarkan RPJMD dan RTRW

2.4.1 Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dilakukan atas dasar harga berlaku (ADHB) dan

harga konstan (ADHK). PDRB ADHB Kabupaten Minahasa Utara tahun 2014 mencapai 8.252,76 miliar

rupiah, sedangkan PDRB ADHK mencapai 6.790,12 miliar rupiah. Perkembangan PDRB ADHB maupun

ADHK selama 5 tahun dapat dilihat pada Gambar dibawah. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari

nilai PDRB ADHK. Tahun 2013, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Minahasa Utara sebesar 6,92

persen. Tahun 2014, pertumbuhan ekonomi meningkat dibandingkan tahun 2013, menjadi 7,45

persen. Jika dilihat menurut sektor, maka sektor konstruksi, pengadaan listrik dan gas, serta sektor

informasi dan komunikasi tumbuh paling tinggi, yaitu masing-masing 10,29 persen, 10,26 persen, dan

10,25 persen.

Struktur perekonomian Kabupaten Minahasa Utara tahun 2014 didominasi oleh sektor pertanian,

yaitu mencapai 30,50 persen dari total PDRB, diikuti oleh sektor konstruksi sebesar 12,94 persen.

Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi terkecil adalah sektor jasa perusahaan yang hanya

mencapai 0,02 persen.

(26)

25 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Gambar 2.10 PDRB Kabupaten Minahasa Utara 2010-2014

Gambar 2.11 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Minahasa Utara 2010-2014

Tabel 2.17 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Minahasa Utara Sumber : Minahasa Utara dalam angka 2015 BPS

(27)

26 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2.18 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kab. Minahasa Utara

2.4.2 Kawasan Wilayah Rawan Bencana

Kawasan wilayah rawan bencana yang berpotensi tinggi mengalami bencana alam diwilayah

Kabupaten Minahasa Utara meliputi :

• Kawasan rawan bencana pada jalur sesar; Kawasan rawan bencana jalur sesar dan amblesan

adalah berada di sepanjang garis sesar Manado-Kema dan garis sesar Likupang –

(28)

27 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

• Kawasan rawan gerakan tanah/longsor; Kawasan rawan gerakan tanah/longsor yang

dimaksud adalah kawasan yang berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material

berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau material campuran, lahan yang memiliki

kemiringan lereng ± 40 % sangat berpotensi untuk terjadinya longsor.Kawasan rawan longsor

di Kabupaten Minahasa Utara tersebar di Kecamatan Likupang Selatan, Kecamatan Kema, dan

Kecamatan Airmadidi.

• Kawasan rawan gelombang pasang/tsunami, adalah kawasan di pesisir pantai yang mengalami

hempasan gelombang laut yang besar dan kawasan ini berada di Pulau Mantehage dan

sekitarnya , Pulau Naen dan sekitarnya , Pulau Talise dan sekitarnya, Pulau Gangga dan

sekitarnya, Pulau Bangka dan sekitarnya, Pesisir Pantai Kecamatan Wori, Kecamatan Likupang

Barat, Kecamatan Likupang Timur dan Kecamatan Kema. Luas keseluruhan kawasan rawan

gelombang pasang/tsunami kurang lebih 2.339 Ha ;

• Kawasan rawan banjir tersebar di dataran rendah di muara sungai di Kecamatan Likupang

Timur, Kecamatan Wori, Kecamatan Dimembe, Kecamatan Talawaan, Kecamatan Airmadidi

dan Kecamatan Kema dengan luas keseluruhan diperkirakan 1.582 Ha.

2.4.3 Isu Strategis Nasional dan Global

Isu yang kecenderungan besar mempengaruhi dan mewarnai kehidupan sosial

ekonomi Kabupaten Minahasa Utara 5 (lima) tahun ke depan adalah :

Milenium Development Goals (MDGs)

Tujuan Pembangunan Milenium berisikan tujuan kuantitatif yang harus dicapai dalam

jangka waktu tertentu, terutama persoalan penanggulangan kemiskinan pada tahun 2015. Tujuan

ini dirumuskan dari ‘Deklarasi Milennium’, dan Indonesia merupakan salah satu dari 189

negara penandatangan pada Deklarasi September 2000.

Delapan Tujuan Pembangunan Milenium juga menjelaskan mengenai tujuan pembangunan

manusia, yang secara langsung juga dapat memberikan dampak bagi penanggulangan kemiskinan ekstrim. Masing-masing tujuan MDGs terdiri dari target-target yang memiliki batas pencapaian

minimum yang harus dicapai Indonesia pada 2015. Untuk mencapai tujuan MDGs tahun 2015

diperlukan koordinasi,

kerjasama serta komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, utamanya pemerintah (nasional

dan lokal), masyarakat sipil, akademis, media, sektor swasta dan lembaga donor. Secara kolektif

kelompok ini akan memastikan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai tersebar merata di

seluruh wilayah Indonesia. Pemerintah Indonesia tetap memegang komitmennya untuk

(29)

28 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

manusia sebagai fokus utama pembangunan, dengan memiliki tenggat waktu dan kemajuan yang terukur.

Komitmen bersama terhadap pemenuhan hak-hak dasar manusia, dirumuskan dalam delapan Tujuan

Pembangunan Milenium, yakni:

1. Penghapusan kemiskinan (Eradicate extreme poverty and hunger), 2. Pendidikan untuk semua (Achieve universal primary education),

3. Persamaan gender (Promote gender equality and empower women)

4. Perlawanan terhadap penyakit (Combat HI V/AIDS, malaria, and other diseases),

5. Penurunan angka kematian anak (Reduce child mortality), 6. Peningkatan kesehatan ibu (Improve Maternal Health),

7. Pelestarian lingkungan hidup (Ensure Environmental Sustainability),

8. Kerja sama global (Develop a global partnership for development)

Isu Strategis Regional

Pengembangan wilayah Sulawesi, didalam dokumen perencanaan nasional diletakkan sebagai

salah satu pulau besar di Indonesia, sangat penting dalam mendukung peningkatan kinerja

pembangunan nasional. Wilayah Sulawesi ditempatkan sebagai wilayah pusat pertumbuhan di

kawasan Timur Indonesia dan sub-regional ASEAN. Dengan kondisi ini, wilayah Sulawesi memiliki

akses perdagangan yang cukup strategis di dalam pembangunan Nasional.

Pembangunan Wilayah Sulawesi sebagaimana tertuang didalam RPJM Nasional 2010-2014,

diarahkan untuk menjadi salah satu lumbung pangan nasional dengan meningkatkan produktivitas

dan nilai tambah pertanian tanaman pangan, perkebunan dan perikanan; mengembangkan

bioenergi; serta meningkatkan dan memperluas perdagangan, jasa dan pariwisata bertaraf

intenasional. Sesuai dengan RTRWN pengembangan wilayah Sulawesi diarahkan untuk: (1)

mendorong perkembangan peran Pulau Sulawesi sebagai salah satu wilayah yang memiliki

peluang-peluang eksternal cukup besar; (2) mengembangkan komoditas unggulan Pulau

Sulawesi yang memiliki daya saing tinggi melalui kerjasama lintas sektor dan lintas wilayah

provinsi dalam pengelolaan dan pemasarannya; (3) memprioritaskan kawasan-kawasan

tertinggal dan kawasan perbatasan dalam rangka pencapaian pemerataan tingkat perkembangan

antar wilayah, termasuk pengembangan pulau-pulau kecil dan gugus kepulauan; (4) memanfaatkan

potensi sumber daya di darat dan laut secara optimal serta mengatasi potensi konflik lintas wilayah

provinsi yang terjadi di beberapa wilayah perairan dan daratan; (5) mempertahankan keberadaan

sentra-sentra produksi pangan nasional, khususnya bagi sawah-sawah beririgasi teknis dari ancaman

konversi lahan; (6) memantapkan keterkaitan antara kawasan andalan dan kawasan budidaya lainnya, kota-kota dan pusat- pusat kegiatan di dalamnya, dengan kawasan-kawasan dan pusat-

pusat pertumbuhan antar pulau di wilayah nasional, serta dengan pusat-pusat pertumbuhan di

(30)

29 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

daya saing wilayah; (7) mempertahankan dan merehabilitasi kawasan lindung hingga mencapai

luasan minimal 40% dari luas Pulau Sulawesi dalam rangka mengurangi resiko dampak bencana

lingkungan yang dapat mengancam keselamatan masyarakat dan asset-asset sosial- ekonominya

yang berbentuk prasarana, pusat permukiman maupun kawasan budidaya; (8) mempertahankan dan merehabilitasi kawasan cagar budaya sebagai asset sosial budaya masyarakat yang memiliki

nilai-nilai budaya tradisional dan kearifan lokal; (9) mengembangkan industri pengolahan yang berbasis

pada sektor kelautan, pertanian, perkebunan, pertambangan, dan kehutanan secara berkelanjutan;

dan (10) mengembangkan pemanfaatan ruang untuk mewadahi dinamika kehidupan ekonomi,

sosial, dan budaya.

Pusat-pusat pengembangan di Pulau Sulawesi yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

diarahkan untuk: (1) mendorong optimalisasi pengembangan kawasan perkotaan Maminasata

(Makassar–Maros–Sungguminasa–Takalar) dan Manado-Bitung sebagai pusat pelayanan primer

yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya; dan (2) mendorong pengembangan kota-kota

Gorontalo, Palu, Kendari dan Mamuju sebagai pusat pelayanan sekunder.

Kebijakan pengembangan wilayah Sulawesi secara nasional juga

diarahkan pada optimalisasi peran strategis kelautan dalam meningkatkan interaksi perdagangan intra

pulau (antar provinsi di Sulawesi) maupun dalam mendukung peran wilayah Sulawesi sebagai

penggerak Kawasan Timur Indonesia. Untuk itu strategi yang diterapkan adalah: (1) peningkatan

sistem transportasi laut yang menghubungkan provinsi-provinsi di Pulau Sulawesi; (2) pemantapan

sistem transportasi laut untuk memperkuat fungsi intermediasi Sulawesi bagi KBI dan KTI; (3)

pembangunan pelabuhan-pelabuhan ikan dalam klaster-klaster industri pengolahan hasil laut;

(4) pengembangan pelabuhan hubungan ekspor komoditas unggulan; (5) peningkatan pengawasan

jalur pelayaran internasional untuk mencegah aktivitas penyelundupan; (6) pengembangan lembaga

pendidikan dan kurikulum berbasis kelautan (perikanan, pariwisata, perkapalan); (7) pengembangan

industri angkutan laut (perkapalan); dan (8) pengembangan wisata bahari.

Isu Strategis Provinsi Sulawesi Utara

Isu strategis Provinsi Sulawesi Utara yang perlu mendapatkan perhatian dalam

perumusan strategi Kabupaten Minahasa Utara adalah:

1. Menegakkan prinsip-prinsip demokrasi, supremasi hukum, dan hak asasi manusia

serta memantapkan landasan etik dan moral untuk mewujudkan kondisi aman, damai,

nyaman, tertib, dan disiplin;

2. Mengembangkan kebudayaan dan berbagai potensi alam daerah sebagai bagian dari

(31)

30 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

3. Memantapkan penerapan Clean Government dan Good Governance yang bebas

korupsi, kolusi, dan nepotisme serta melaksanakan pelayanan publik yang optimal;

4. Mewujudkan masyarakat yang sehat, memiliki harapan hidup yang panjang, cerdas,

berdaya saing tinggi, dan berprestasi;

5. Memberdayakan pelaku bisnis dalam kegiatan ekonomi global, regional dan lokal

yang berbasiskan pada pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dan

koperasi;

6. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, dan menjamin

kebebasan pers yang bertanggung jawab;

7. Meningkatkan pembangunan di kawasan perbatasan;

8. Mewujudkan Sulawesi Utara sebagai bagian dari masyarakat Ekonomi ASEAN yang

menjadi Pintu Gerbang Indonesia ke Asia Timur dan Pasifik;

9. Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Sulawesi Utara danIndonesia Timur

Bagian Utara;

10. Meningkatkan kerjasama lokal, nasional dan internasional;

11. Memantapkan revitalisasi pertanian, perikanan, dan fasilitas penunjang

perekonomian daerah;

12. Menyediakan infrastruktur publik yang memadai;

13. Mengelola sumber daya alam secara efektif, efisien, berkelanjutan, dan melestarikan lingkungan hidup serta melakukan upaya adaptasi dan mitigasi terhadap akibat-akibat

perubahan iklim;

14. Melaksanakan penataan kelembagaan dan pelaksanaan system perlindungan sosial

dengan memperhatikan kepentingan kaum perempuan, anak dan lanjut usia;

15. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (petani, nelayan, buruh dan

pegawai).

Isu Strategis Kabupaten Minahasa Utara

Berdasarkan fakta, potensi dan permasalahan di wilayah Kabupaten Minahasa Utara, dapat di

tarik beberapa isu strategis, sebagai berikut :

1. Optimalisasi Pengembangan Sektor dan Komoditas Unggulan;

2. Pengembangan Wilayah Perbatasan, Tertinggal dan Pulau Terpencil;

3. Pemantapan kinerja birokrasi dan tata kelola menuju Clean Government dan Good

Governance yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme serta melaksanakan

(32)

31 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

4. Perubahan iklim akibat pemanasan global yang akan menjadi ancaman bagi keselamatan penduduk yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

5. Pengembangan kebudayaan daerah dan pariwisata. 6. Pengembangan fasilitas dan infrastruktur publik.

7. Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi.

8. Perdagangan perempuan dan anak (Trafficking).

Tabel 2.19 Rata-rata skor Isu-isu strategis

No Isu-Isu Strategis Total Skor

3. Pemantapan kinerja birokrasi dan tata Kelola menuju Clean Government dan Good Governance yang bebas korupsi, kolusi, dan

93 8.45

4.

Perubahan iklim akibat pemanasan global yang akan menjadi ancaman bagi

keselamatan penduduk yang bermukim di wilayah

88 8.00

8. Perdagangan perempuan dan anak (Trackficking)

Gambar

Gambar 2.1 Luas Daerah Kab. Minahasa Utara
Tabel 2.1 Luas Daerah Kecamatan Minahasa Utara
Tabel 2. 3 Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Minahasa Utara
Tabel 2. 4 Pembagian DAS di wilayah 3 Kecamatan Kabupaten Minahasa Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hasil penelitian diketahui terjadi perbedaan pada sifat fisik adonan ( gumminess, springiness, dan stickiness ) dan sifat fisik hasil akhir Mexico Buns (volume

Sistem saraf Manusia Susunan Saraf Pusat Saraf Simpatik 12 Pasang Saraf Tepi Kranial Otak Tengah (Mesenfalon) Otak Besar (Serebrum ) Susunan Saraf Tepi Saraf Sadar (Somatrik )

Senralisasi adalah sejauh mana otoritas formal untuk membuat pilihan-pilihan bebas terkonsentrasi pada seseorang, sebuah unit, atau suatu level, sedemikian rupa

Penelitian ini bertujuan Mengetahui pengaruh dosis pupuk organik yang didekomposisi Biofilm biofertilezer terhadap peningkatan hasil sawi dan sifat fisika

Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Suyatno (2009) yang menyatakan bahwa kebiasaan sarapan yang baik akan meningkatkan status gizi anak

sama seluruh variabel independen PDRB per Kapita harga konstan, Tarif Dasar Listrik, dan Harga Minyak Tanah yang digunakan dalam penelitian berpengaruh secara signifikan

Beberapa penelitian atau pemikiran yang terkait dengan pentingnya bahan ajar yang mempertimbangkan teori belajar behaviorisme sebagaimana berikut ini; (1) Inthishar

Percobaan ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan naungan yang berbeda serta kombinasi pemberian zat pemacu tumbuh benzylaminopurine dengan zat penghambat tumbuh