• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distribusi pemasaran barang rongsok : studi kasus pengepul barang rongsok di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Distribusi pemasaran barang rongsok : studi kasus pengepul barang rongsok di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Ratna Yulita

NIM: 041324023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Dari jurang yang dalam....aku berteriak meminta pertolongan_Mu, dan KAU DENGARKAN SUARAKU.

Yunus 2:2

Jika suatu saat bintang yang kau puja dan kau impikan lenyap dari

pandangan matamu...jangan pernah sesalkan semua rasa yang

pernah tercipta karena_Nya. Penulis

Sahabat adalah seseorang yang datang mendekat saat semua

orang menjauhinya. Semoga persahabatan kita tetap terkenang

sepanjang usia kita. Amien

(5)

v

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

♥ Tuhan Yang Maha Esa Pencipta Alam Semesta.

♥ Alm. Ayahku (Fransisco) tersayang dan tercinta yang selalu ada dihatiku, akan selalu kuingat pesan dan nasehat-nasehat ayah.

♥ Ibu (Sumiati) tercinta dan tersayang yang senantiasa selalu memberikan kasih sayangnya, dukungan, serta nasehat.

♥ Mbakku (Yanti) dan adik-adikku (Deni & Tino), aku mencintai dan menyayangi kalian.

(6)
(7)
(8)

viii Ratna Yulita

041324023

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2008

Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk menganalisis jalur pemasaran barang rongsok di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta, (2) untuk menganalisis distribusi marjin pemasaran barang rongsok di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta, dan (3) untuk menganalisis transmisi harga yang terjadi dalam pemasaran barang rongsok di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan studi kasus dengan lokasi di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta. Populasinya adalah semua pengepul barang rongsok di Kecamatan Depok. Adapun dalam pengambilan sampel penulis menggunakan data primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data pendukung. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pengepul barang rongsok, serta pencatatan berkala. Bentuk data yang digunakan dalam analisis ini adalah data cross section dan data time series. Data cross section digunakan dalam analisis jalur pemasaran dan distribusi marjin pemasaran dan data time series digunakan dalam analisis elastisitas transmisi harga. Alat analisis yang digunakan untuk mendapatkan tujuan tersebut adalah analisis marjin pemasaran, collector share dan analisis elastisitas transmisi harga.

(9)

ix

A Case Study: The Damaged Goods Collectors Agent in Sub district of Depok, Sleman, Yogyakarta

Ratna Yulita 041324023

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

The objectives of this study are to analyze: (1) marketing channels of the damaged things in the sub-district of Depok, Sleman, Yogyakarta; (2) distribution margins of the damaged goods in the sub-district of Depok, Sleman, Yogyakarta; and (3) cost transmission arising in the damage things marketing in the sub-district of Depok, Sleman, Yogyakarta.

This study is a descriptive and a case study in sub-district of Depok, Sleman, Yogyakarta as the location of the research. The populations of the study are the entire damaged goods collector agents in the sub-district of Depok. In collecting the sample, the researcher uses primary data as the main data and secondary data as the supporting data. The primary data are obtained by interviewing the damaged goods collector agents and periodic records. The data are in the form of cross section and time series data. The cross section data are used to analyze the marketing channels and distribution margin while time series data are used to analyze the cost transmission elasticity. The analyses instruments used to obtain these objectives are marketing margin analyses, collector share, and cost transmission elasticity.

(10)

x

karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul “DISTRIBUSI PEMASARAN BARANG RONGSOK” Studi kasus pengepul barang rongsok di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Banyak pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, perhatian dan kasih sayang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghormatan kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(11)

xi masukannya.

5. Bapak YMV. Mudayen, S.Pd., terima kasih atas dukungan dan masukannya. 6. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., terima kasih atas bantuan, nasehat,

masukannya.

7. Bapak dan Ibu pengepul barang rongsok di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

8. Alm. Ayahku, meski engkau tidak mendampingi nana, aku yakin ayah selalu ada di sampingku dikala suka maupun duka. Ayah, nana bangga kepada ayah dan bangga menjadi anak ayah...Akan kuingat engkau dalam setiap hembusan nafasku dan akan ku kenang selalu masa-masa saat bersamamu. 9. Ibu, yang melahirkan dan membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih

sayang. Ibu, terima kasih selalu menasehatiku, maafkan Nana jika pernah mengabaikan nasehat Ibu. Nana sadar bahwa orang tua akan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

10.Untuk nenek tersayang dan Om Koto yang baik, terima kasih nasehat dan dukungannya.

(12)

xii

13.Keluarga besarku di Srikaton, di Jambi, di Sarolangun, dan di Batam (Mak Saimah, Pak Sidik, Ayuk Sri & Udik, Lek Tarpo & Lek Bibit, Pakde Tin & Bude Jilah, Mas Sugi & Mb’ Kunti, Pakde Maryani & Bude Meti, Bulek Hari, Om Usman & Ayu, Om Yoyok, serta ponakan-ponakan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan perhatian dan dukungan kepada Nana.

14.Romo Maryanto yang ada di Palembang, terima kasih atas doa, saran, dan nasehatnya sehingga Nana mengerti bagaimana menghargai hidup dan berpikir lebih bijak dalam menyikapi hidup ini.

15.Bapak Herlambang, tak henti-hentinya menasehati, membantu, dan mengingatkan Nana dikala sedih, bingung, dan bahagia. Terima kasih telah membimbing Nana, semoga Tuhan Membalas kebaikan Bapak. Amien.

16.Para guru-guruku di SD, SMP, dan SMU, yang telah mendidik penulis selama dibangku sekolah dan memberikan nasehat, terima kasih buat semua.

17.Teman-teman setiaku (Arix ndut, Ser cempluk, dan Tante Tutich toel-toel), tanpa kalian hidup terasa tidak berwarna, terima kasih buat semuanya yach...Semoga persahabatan kita menjadi abadi dan tetap terkenang sepanjang hidup meski kita kelak terpisah. Aku berharap suatu saat nanti kita bertemu. 18.Mbak Rosa, sing sabar yach... semoga kita semua menjadi teman yang yang

(13)

xiii

karena kamu adalah motor yang banyak kenangan suka maupun duka.

21.Sahabat-sahabatku SD, SMP, & SMA yang ada di OKU Timur, yang telah memberikan semangat dan menghibur di waktu suka maupun duka. Terima kasih banyak untuk semuanya.

22.Sahabat-sahabatku yang senantiasa meluangkankan waktunya untuk membantu dan memberikan semangat dalam mengerjakan skripsi ini.

23.Orang-orang terdekatku yang menyayangiku. Terima kasih telah mencurahkan perhatian, dukungan, dan nasehat untukku.

Semua pihak yang telah membantu penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga selalu mendapat berkat yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga nantinya penulis dapat memperbaikinya.

Akhir kata, penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca ataupun pihak-pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 24 Juni 2008

(14)

xiv

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiv

DAFTAR TABEL... xviii

DAFTAR GAMBAR... xix

DAFTAR LAMPIRAN... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

(15)

xv

2. Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan .... 10

3. Pembangunan Berkelanjutan... 11

4. Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup ... 13

B. Daur Ulang Produk sebagai Metode Penghematan Sumberdaya Alam... 15

1. Pengertian Sampah... 17

2. Daur Ulang Sampah ... 17

C. Peran Masyarakat dalam Proses Daur Ulang ... 20

D. Bisnis Barang Rongsok ... 22

E. Distribusi Pemasaran Barang Rongsok... 25

1. Saluran Distribusi... 25

2. Penetapan Harga... 27

3. Marjin Pemasaran ... 29

4. Elastisitas Transmisi Harga... 30

F. Penelitian Sebelumnya ... 32

G. Kerangka Pemikiran... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 37

(16)

xvi

F. Data yang Dibutuhkan ... 41

G. Teknik Pengumpulan Data... 43

H. Teknik Analisis Data... 43

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Lokasi Umum Penelitian... 48

B. Keadaan Demografi ... 50

C. Sarana dan Prasarana... 55

D. Organisasi Pemerintah Kecamatan Depok... 62

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Pengepul ... 63

B. Analisis Jalur-jalur Pemasaran Barang Rongsok di Kecamatan Depok ... 65

C. Analisis Distribusi Marjin Pemasaran Barang Rongsok dan Harga yang Diterima Pengepul... 70

(17)

xvii DAFTAR PUSTAKA

(18)

xviii

Tabel III.2 Analisis Biaya Marjin Pemasaran Barang Rongsok……… 46

Tabel IV.3 Pola Penggunaan Tanah Kecamatan Depok……… 49

Tabel IV.4 Jumlah Penduduk Menurut Agama ………. 50

Tabel IV. 5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian……… 53

Tabel IV. 6 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan……….. 54

Tabel IV. 7 Jumlah Pencari Kerja di Kecamatan Depok………... 54

Tabel IV. 8 Sarana dan Prasaran Transportasi dan Komunikasi……… 55

Tabel IV. 9 Jumlah Lembaga Pendidikan Kecamatan Depok……… 57

Tabel IV. 10 Sarana Pengairan Kecamatan Depok……… 57

Tabel IV. 11 Sarana Perekonomian Kecamatan Depok………. 58

Tabel IV. 12 Sarana Kesehatan Kecamatan Depok……… 59

Tabel IV. 13 Sarana Peribadatan Kecamatan Depok………. 60

Tabel IV. 14 Sarana Pariwisata Kecamatan Depok………..………. 61

Tabel V. 15 Identitas Sampel Pengepul di Kecamatan Depok……….. 63

Tabel V. 16 Analsis Biaya dan Marjin Pemasaran Barang Rongsok Besi B di Kecamatan Depok……….. 73

Tabel V. 17 Analsis Biaya dan Marjin Pemasaran Barang Rongsok Plastik Hitam dan Campuran di Kecamatan Depok……….. 74

Tabel V. 18 Hasil Dugaan Nilai Elastisitas Harga Besi B……….. 78

(19)

xix

Gambar I.2 Kerangka Pemikiran……… 36

Gambar IV.3 Struktur Organisasi Pemerintah Kecamatan Depok……… 62

Gambar V.4 Jenis Jalur Pemasaran I………. 67

Gambar V.5 Jenis Jalur Pemasaran II……… 68

(20)

xx

Lampiran II. Identitas Sampel Pengepul di Kecamatan Depok

Lampiran III. Harga Beli Barang Rongsok Besi B dan Plastik Hitam Mulai Tanggal 3 April 2008 sampai 2 Mei 2008

Lampiran IV. Rekapitulasi Perhitungan Elastisitas Harga Besi B (Paku dan Campuran) dan Plastik Hitam dan Campuran

Lampiran V. Hasil Perhitungan Elastisitas Transmisi Harga Besi B (Paku dan Campuran) dan Plastik Hitam dan Campuran

Lampiran VI. Uji Regresi Linear Sederhana Lampiran VII. Surat Ijin Penelitian

(21)

1 A. Latar Belakang

Masalah lingkungan pada hakikatnya adalah masalah ekologi manusia. Masalah tersebut muncul karena adanya perubahan lingkungan yang tidak sesuai dan tidak mendukung kehidupan manusia sehingga mengganggu kesejahteraan manusia. Perubahan lingkungan tersebut disebabkan oleh perbuatan atau ulah manusia itu sendiri untuk merusak bumi. Masalah lingkungan sering diberitakan di surat kabar maupun televisi adalah yang berkaitan dengan pemanasan global, penggundulan hutan, banjir, tanah longsor, hujan asam, dan lubang ozon yang menjadi masalah global. Tidak ada satu negara yang dapat melepaskan diri dari masalah lingkungan global karena masalah ini sudah menjadi permasalahan politik internasional terutama untuk negara maju, seperti Amerika Serikat (Soemarwoto, 1991: 285).

(22)

Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak sadar kita menemui masalah lingkungan yang kelihatan oleh mata manusia dan kebanyakan tidak memperhatikan serta meremehkan keberadaan ’’sampah’’ atau sering kita kenal dengan sebutan barang rongsok. Setiap harinya manusia produktif memproduksi sampah jenis barang rongsok dalam skala besar maupun skala kecil. Meskipun barang rongsok dianggap sebagai tumpukan barang yang sudah tidak layak pakai namun keberadaannya dicari semua orang untuk dijadikan sebagai produk daur ulang.

Para pengumpul atau penjual barang rongsok memiliki peran yang sangat penting dalam proses daur ulang barang-barang rongsok. Barang rongsok yang dikumpulkan oleh para pemulung ataupun pengumpul berpengaruh baik bagi keindahan dan kenyamanan di lingkungan sekitarnya dan hendaknya para penjual barang rongsok tersebut konsisten dengan kebersihan tempat yang akan digunakan untuk menempatkan barang rongsok. Selain itu, proses daur ulang yang dilakukan juga berpengaruh dalam penghematan penggunaan sumber daya alam (SDA) karena sampah bisa diolah menjadi sesuatu yang berguna bagi manusia. Sampah yang bisa diolah juga mampu menghasilkan sumber energi yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang tidak terbatas dan secara langsung masalah lingkungan hidup secara bertahap akan terselesaikan.

(23)

mencari tempat baru untuk menampung barang-barang rongsok tersebut sebaiknya harus diantisipasi terlebih dahulu sehingga tidak mengganggu pencemaran di daerah sekitar pembuangan sampah dan daerah penampungan barang rongsok. Tidak dipungkiri bahwa barang rongsok yang dikumpulkan oleh para pemulung bisa membawa berkah bagi kehidupan dan kesejahteraan hidup mereka. Saat ini banyak para pengumpul dan penjual barang rongsok mengubah sampah menjadi rupiah sehingga para pengumpul dan penjual banyak memperoleh margin dari hasil penjualan barang rongsok kepada distributor besar.

(24)

Dengan kondisi perekonomian sekarang ini tidak mudah melakukan proses ditribusi pemasaran barang-barang rongsok untuk di daur ulang sebab banyaknya keterbatasan-keterbatasan yang ada tidak mendukung proses tersebut. Namun tanpa adanya pemasaran barang rongsok akan menyulitkan seseorang untuk mencapai tujuan. Dimana tujuan dari pemasaran barang rongsok tersebut adalah untuk meminimalisir jumlah sampah dan barang rongsok dengan menerapkan tanggung jawab untuk mengambil kembali produk yang tidak terpakai serta meminimalisir pencemaran dan mengurangi penggunaan sumber daya alam dan mendorong seseorang untuk menciptakan barang yang mudah diperbaiki (Suara Merdeka, 26/11/06).

Dalam hal ini distribusi pemasaran merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu siklus ataupun proses yang bermula dan berakhir dengan kebutuhan hidup manusia. Ditinjau dari siklus ini, para penjual maupun pengepul barang rongsok berada pada pihak yang menjalankan kegiatan pemasaran untuk barang rongsok. Dari segi lain, pemasaran barang rongsok dapat dilakukan oleh pihak yang berfungsi sebagai sebagai agen pembeli ataupun agen penjual untuk barang-barang rongsok yang ada di daerah sekitar.

(25)

memenuhi kebutuhannya. Untuk itu mereka harus melakukan suatu usaha antara satu dengan yang lain untuk saling melayani.

Barang-barang rongsok yang dikumpulkan oleh para pemulung dan pengepul sudah dihargai sesuai dengan harga pasar. Meskipun kadangkala harga yang diberikan belum sesuai dan tidak mencukupi kebutuhan hidup jika dibandingkan dengan jerih payah para pemulung barang rongsok. Namun secara langsung mereka sudah membantu dalam proses distribusi pemasaran barang-barang rongsok yang digunakan untuk didaur ulang menjadi barang-barang yang bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi tinggi serta mampu mengurangi besarnya jumlah limbah, pencemaran, dan pengangguran (meskipun hanya sebagai pemulung ataupun pengepul barang rongsok).

Oleh karena itu, permasalahan pemasaran barang rongsok di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat menarik untuk diteliti, terutama mengenai jalur pemasaran barang rongsok, distribusi margin pemasaran dalam jalur pemasaran dan perubahan harga barang rongsok. Melihat betapa pentingnya fungsi distribusi pemasaran barang-barang rongsok maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengambil judul ’’Distribusi Pemasaran Barang Rongsok’’ di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

(26)

2. Tingkat harga yang berlaku adalah harga saat penelitian

3. Biaya-biaya yang diperhitungkan dalam pemasaran barang rongsok adalah yang berlaku pada saat penelitian.

4. Jenis barang rongsok dianggap sama.

C. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis mengajukan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem jalur distribusi pemasaran barang rongsok di

Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta?

2. Bagaimana distribusi margin pemasaran barang rongsok yang diperoleh dari distribusi pemasaran barang rongsok di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta?

3. Bagaimana transmisi harga yang terjadi dalam pemasaran barang rongsok di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi pemasaran barang rongsok di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta. Secara spesifik tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

(27)

2. Untuk menganalisis distribusi marjin pemasaran barang rongsok di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta.

3. Untuk menganalisis transmisi harga yang terjadi dalam pemasaran barang rongsok di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pengepul Barang Rongsok

Sebagai pertimbangan dalam memperluas wawasan dan dalam memilih jalur pemasaran.

2. Bagi Pemerintah

Sebagai pertimbangan untuk menentukan kebijaksanaan yang akan ditempuh dalam peningkatan usaha barang rongsok khususnya di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian dapat menambah kepustakaan dan berguna bagi mahasiswa yang membutuhkan.

4. Bagi Penulis Sekaligus Peneliti

Dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi peneliti untuk semakin memahami pengetahuan di bidang pemasaran.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

(28)

8

A. Kelestarian Alam sebagai Modal Pembangunan Berkelanjutan

Pelestarian alam dan lingkungan hidup berhubungan dengan proses pembangunan dan eksploitasi sumber alam. Masalah pelestarian alam dalam hubungannya dengan pengembangan perlindungan atas wilayah alam memerlukan perhatian yang lebih dari pihak manapun karena kehidupan manusia di bumi ini sangat tergantung pada alam di sekitarnya. Untuk itu hendaknya kelestarian alam harus dijaga dan digunakan sebaik mungkin karena pembangunan pada hakekatnya adalah pengubahan lingkungan.

1. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dalam pengelolaan lingkungan hidup semua pihak bertolak dari asas lingkungan hidup sebagai milik bersama, artinya bahwa pemeliharaannya bukan hanya pemanfaatannya saja dan harus dilakasanakan bersama-sama oleh pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat. Setiap pihak harus terlibat dalam pengelolaan lingkungan karena semua manusia di bumi menggantungkan diri pada sumber alam dan lingkungan sebagai sumber lingkungan.

(29)

Dalam hal ini semua lapisan hendaknya terlibat dalam pengelolaan lingkungan hidup untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan maka dibutuhkan suatu prinsip kerjasama yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan interaksi antar sesama secara dinamis serta berpartisipasi dalam pembangunan lingkungan hidup. Pihak yang terlibat yaitu pemerintah, masyarakat, dan pelaku dunia usaha.

Dalam Rapat Koordinasi Nasional tahun 1994 menjabarkan mengenai fungsi pihak yang terlibat dalam pembangunan lingkungan hidup bahwa fungsi pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah mempertahankan dan memperjuangkan kepentingan nasional. Sedangkan peranannya adalah: menetapkan kebijaksanaan dan koordinasi; mengarahkan serta berperan sebagai fasilitator; mendorong terciptanya peningkatan kemandirian dan keberdayaan dunia usaha dan masyarakat; mempersiapkan dan meningkatkan kualitas organisasi pemerintah, serta mengendalikan pemanfaatan keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan.

(30)

Dengan demikian para dunia usaha dalam hal ini berfungsi sebagai ”mesin pertumbuhan” dan memiliki peran penting dalam memperluas tujuan usaha untuk mencapai kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan hidup; mengintegrasikan lingkungan hidup dalam strategi pemberian kebijaksanaan; mengemabngkan kemandirian dalam pengelolaan lingkungan hidup; memanfaatkan program pengelolaan lingkungan hidup sebagai peluang untuk meningkatkan daya saing; menciptakan iklim persaingan bisnis yang berwawasan lingkungan; menghasilkan berbagai produk yang ramah lingkungan; dan meningkatkan kerjasama dengan pemerintah dan masyarakat.

Dengan adanya usaha untuk menumbuhkan kemampuan dalam menangani masalah lingkungan hidup telah dimulai dengan dibentuknya pusat-pusat studi lingkungan hidup serta dilakukannya perencanaan pengelolaan lingkungan hidup. Tujuannya yaitu sebagai tempat untuk mengkaji sumber daya alam dan lingkungan hidup yang diharapkan dapat mengatur dan mengelola pembangunan berwawasan lingkungan membantu mengatasi persoalan tersebut.

Diharapkan bahwa dalam pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat, baik pusat maupun daerah dapat memecahkan permasalahan lingkungan yang ada.

2. Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan

(31)

Pembangunan tersebut mengharuskan pengelolaan sumber daya alam secara rasional dan bijaksana. Untuk itu diperlukan keterpaduan antara pembangunan dengan pengembangan lingkungan hidup (pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan).

Sifat keterakitan antara sumber daya alam dengan tatanan lingkungan mengharuskan pembangunan memperhatikan keterkaitan yang ada. Tujuannya adalah untuk pengembangan semua sektor-sektor yang ada. Dengan demikian pembangunan tidak hanya melihat manusia sebagai individu yang berdiri sendiri namun perlu memperhatikan dampak dari pembangunan terhadap kedudukan manusia sebagai mahluk sosial. Pendekatan ini tidak menolak adanya perubahan dan pengolahan sumber daya alam untuk pembangunan dan kesejahteraan manusia.

Lingkungan hidup sebagai faktor penting dalam setiap segi pembangunan, namun sumber alam dan lingkungan hidup akan mengalami kerusakan maka manusia tidak berwawasan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan wawasan lingkungan hendaknya dimulai dari semua sektor pembangunan dimana sektor tersebut berpengaruh penting bagi kesejahteraan manusia (masyarakat).

3. Pembangunan Berkelanjutan (Subtainable Development)

(32)

perencanaan dan pembangunan lingkungan perkotaan (www.usu.com). Penerapan konsep sustainable development sudah selayaknya diterapkan di Indonesia melihat perkembangan pembangunan yang pesat dan semakin mengalami kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pembangunan tersebut. Karena tanpa disadari apabila konsep sustainable development tidak diterapkan dalam pembangunan maka suatu saat akan mengalami krisis energi, air, sumber daya alam serta kerusakan lingkungan.

Hasil Rapat Koordinasi Nasional tahun 1994 mengemukakan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang secara berkelanjutan mengoptimalkan manfaat dari sumber alam dan sumber daya manusia dengan cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber alam untuk menopangnya. Dalam hubungan ini tersirat beberapa hal sebagai berikut:

a. Proses pembangunan berlangsung secara berlanjut dan didukung oleh sumber daya alam dengan kualitas hidup yang semakin berkembang;

b. Sumber alam terutama udara, air, dan tanah, memiliki batas penggunaan akan kualitas dan kuantitas sumber daya alam sehingga mengurangi kemampuan menopang pembangunan secara berlanjut menimbulkan gangguan pada keserasian hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya;

(33)

d. Pola penggunaan sumber daya alam tidak menutup kemungkinan memilih peluang lain pada masa depan dalam hal penggunaan sumber daya alam;

e. Pembangunan ini memungkinkan generasi sekarang meningkatkan kesejahteraannya tanpa mengurangi kemungkinan bagi genarasi masa depan dapat meningkatkan kesejahteraannya.

Strategi pembangunan berkelanjutan bermaksud memberikan pengembangan keselarasan baik antar manusia dengan alam. Namun, keselarasan tersebut tidak bersifat tetap melainkan merupakan suatu sifat yang dinamis. Oleh karena itu pemanfaatan sumber daya alam harus dilakukan secara berkelanjutan supaya sumber daya alam yang ada terus terjaga dan dapat dimanfaatkan secara terus menerus oleh manusia di bumi.

4. Kebijaksaan Pembangunan Lingkungan Hidup

Pada Repelita VI kebijaksanaan pembangunan lingkungan hidup berkelanjutan meliputi pemilihan lokasi pembangunan, pengurangan produksi limbah, penetapan mutu lingkungan, pelestarian alam dan rehabilitasi sumber daya alam dan lingkungan hidup, dan pengembangan kelembagaan, peran serta masyarakat, dan kemampuan sumber daya manusia.

Pemilihan lokasi, dilakukan dalam rangka peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya alam dan lingkunan untuk menghindari kerusakan lingkungan, sehingga setiap pemilihan lokasi pembangunan harus selalu didasarkan pada kemampuan dan daya dukung lingkungan.

(34)

berupa limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), cair, padat, dan gas (www.usu.com). Pengelolaan limbah, dilakukan dalam rangka pengendalian pencemaran air, udara, dan laut. Untuk mengevaluasi dampak dari kegiatan pembangunan terhadap lingkungan, mutu lingkungan akan terus dikembangkan baik tingkat nasional maupun wilayah disesuaikan dengan kondisi yang ada.

Pembangunan nasional di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup pada dasarnya untuk mendayagunakan sumber daya alam yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal, serta penataan ruang.

Untuk mencapai sasaran serta melaksanakan kebijaksanaan pembangunan lingkungan hidup sesuai dengan arahan GBHN 1999-2004 yang meliputi (a) mengelola sumber daya alam dan lingkungan hidup agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, (b) penyelamatan hutan, tanah dan air, (c) pembinaan dan pengelolaan lingkungan hidup, (d) pengendalian pencemaran lingkungan hidup, (e) mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup untuk pembangunan yang berkelanjutan, (f) meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan melakukan rehabilitasi dan penghematan penggunaannya (Putra, 2004).

(35)

saat ini dan masa mendatang. Untuk itu perlu adanya tujuan kebijaksanaan sustainable development yang dapat diterapkan untuk:

a. Menyelamatkan manusia dan lingkungan dari bahaya yang dihadapinya. b. Menunjukkan komitmen terhadap lingkungan, ekonomi dan pelayanan sosial. c. Menghasilkan penghematan dana bagi pembangunan.

d. Menyediakan lingkungan kerja yang sehat bagi staff dan pengunjung.

e. Mempercepat pencapaian tujuan dalam melindungi, dan meningkatkan sumber-sumber lingkungan di daerah.

Dalam pembangunan berkelanjutan penerapan kebijaksanaan sustainable building secara langsung berintegrasi dengan : Lingkungan (Environment Sustainability), Ekonomi (Economic Sustainability), Sosial (Social Sustainability). Dengan adanya penerapan secara baik maka akan menghasilkan suatu kehidupan yang sejahtera bagi manusia di bumi ini.

(36)

Salah satu contoh di sekitar kita yaitu terjadinya penumpukan sampah di beberapa tempat pembuangan sampah yang mengakibatkan tanah semakin terkikis dan tidak kuat lagi menahan tumpukan sampah sehingga terjadi tanah longsor, selain itu tumpukan sampah juga bisa mengganggu kesehatan masyarakat di sekitar daerah tersebut.

Daur ulang menjadi pemikiran utama akan tetapi timbul suatu permasalahan baru yaitu terjadinya peningkatan pemakaian energi untuk mengumpulkan dan memproses material atau bahan-bahan daur ulang tersebut (www.usu.com). Disisi lain kekhawatiran muncul karena tidak adanya teknologi yang ramah lingkungan yang dapat mengolah bahan bangunan yang diperoleh dari alam membutuhkan energi dan biaya yang jauh lebih kecil dari pada harus mengolah bahan daur ulang yang ada.

(37)

karpet, dan filter air. Sedangkan untuk kertas bekas seperti koran bekas dan kertas komputer bekas dapat dijadikan pulp untuk membuat kertas toilet dan karton pengemas. Kardus kemasan hasil daur ulang biasanya diberi tulisan jelas: Dibuat dari kertas daur ulang.

1. Pengertian sampah

Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis (hasil daur ulang). Sumber sampah berawal dari: Rumah Tangga, Pertanian, Perkantoran, Rumah Sakit, Pasar, dan lain-lain. Secara garis besar sampah dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: www.jala-sampah.or.id

• Sampah anorganik, contoh : logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dan lain-lain yang tidak dapat mengalami pembusukkan secara alami.

• Sampah organik, contoh : Sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, atau sisa-sisa mahluk hidup yang dapat mengalami pembusukan secara alami. 2. Daur ulang

(38)

Jika pengelolaan sampah (daur ulang) dilakukan secara baik maka akan menghasilkan kebanggaan tersendiri, diantaranya (a) menghemat sumber daya alam, (b) menghemat energi, (c) mengurangi uang belanja, (d) menghemat lahan TPA, (e) terciptanya lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman. www.jala-sampah.or.id

Dibawah ini merupakan contoh penggolongan jenis barang rongsok dan harga per KG di koperasi pemulung daerah Bandung tahun 2003 sebagai gambaran bahwa barang rongsok yang dikumpulkan para pemulung dan pengepul kemudian didaur ulang akan memiliki nilai guna yang sangat berarti bagi kelangsungan hidup manusia.

Tabel II.1. Contoh Penggolongan Jenis Barang Rongsok dan Harga Per KG di Koperasi Pemulung Daerah Bandung Tahun 2003

No Jenis Barang Rongsok Harga / KG

1 Gelas Aqua 1600

2 Kaleng Oli 1500

3 Ember Biasa 1100

(39)

20 Aluminium tipis 4000

21 Botol air besar 400

22 Botol bir kecil, sprite, fanta 200

Diakses melalui (http://www.jala-sampah.or.id)

Pengelolaan sampah organik rumah tangga menjadi ‘kompos’ yang sudah diolah berfungsi untuk: (http://djamaludinsuryo.multiply.com).

♦ mengurangi volume sampah rumah tangga sehingga yang keluar rumah ≤ tinggal 30-40 % saja, 60% sampah rumah tangga dapat diolah menjadi kompos.

♦ membantu pemerintah dalam mengatasi masalah persampahan dengan memilah sampah dan mengelola di sumbernya, yaitu di setiap rumah tangga

♦ sampah yang dibuang di TPS, TPA, atau di sungai dapat mengakibatkan pencemaran di daratan dan perairan, penyakit, banjir, dan longsor

♦ sampah yang dibakar akan memindahkan zat pencemar ke udara. dengan dibuat kompos, menjadi barang yang bernilai ekonomis, memberi lapangan kerja dan tambahan penghasilan.

♦ kompos memperbaiki struktur tanah sehingga membuat tanaman tumbuh lebih subur. Kompos dapat diberikan kapan saja dan berapa saja jumlahnya tanpa khawatir akan merusak tanaman

(40)

Adapun akibat dari pembakaran sampah dari rumah tangga

Asap pembakaran sampah ini (sampah rumah tangga) menghasilkan racun udara dioksin dan furan yang sama banyaknya dengan racun udara yang dikeluarkan oleh mesin pembakar sampah rumah tangga. Sampah yang biasanya dibakar adalah sejenis Koran, kertas, buku, majalah plastik makanan, dan lain-lain.

Dengan adanya proses daur ulang produk maka akan terjadi penggunaan dan penghematan sumber daya alam, penghematan energi, menghemat lahan Tempat Pembuangan Sampah (TPS), dan tentunya membuat lingkungan bersih, sehat, serta nyaman. Karena yang menciptakan lingkungan bersih dan sehat dapat dimulai dari diri kita sendiri.

C. Peran Masyarakat dalam Proses Daur Ulang

(41)

Pengelolaan sampah secara baik harus dibarengi dengan pengelolaan gaya hidup masyarakat. Jika masyarakat tidak peduli dengan kebersihan lingkungannya, pengelolaan sampah belum bisa berjalan dengan baik. Peran masyarakat dalam pengelolaan sampah bisa dengan cara penumpukan, pengoplosan, pembakaran, sanitary landfill, dan daur ulang (www.pjnk.go.id).

Metode penumpukan sampah bersifat murah dan sederhana. Cara ini hampir sama dengan sanitary landfill (tanah berlubang yang sudah penuh dengan sampah ditutup kembali). Namun dapat menimbulkan masalah lingkungan lain seperti pencemaran dan timbulnya penyakit. Pengomposan juga melalui proses yang sederhana, tetapi cara ini dapat menghasilkan pupuk yang bernilai ekonomi. Sedangkan untuk melakukan pembakaran, sampah harus benar-benar habis terbakar karena juga dapat menimbulkan dampak lingkungan dan harus jauh dari temapat pemukiman penduduk. Cara terakhir yang dilakukan adalah dengan daur ulang dan biasanya dilakukan terhadap sampah anorganik. Kegiatan daur ulang terdiri dari memilah, mengumpulkan, memproses sampah, distribusi, dan pembuatan produk bekas pakai. Hambatan terbesar adalah tidak semua produk dirancang untuk bisa didaur ulang jika sudah tidak terpakai lagi.

Pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat bisa dilakukan dari hal terkecil, yaitu rumah tangga. Upaya yang dapat dilakukan masyarakat perlu mengawalinya dengan menerapkan prinsip-prinsip dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: (www.pjnk.go.id)

(42)

Reuse (memakai kembali). Usahakan untuk mengkonsumsi barang yang bisa dipakai dalam jumlah jangka panjang. Hindari pemakaian barang sekali pakai.

Recycle (mendaur ulang). Pilih sampah rumah tangga dan sisihkan yang masih bisa didaur ulang sehingga dapat dimanfaatkan lagi.

Replace (mengganti). Mulailah biasakan untuk memakai barang-barang yang ramah lingkungan dan teliti sebelum menggunakan barang tersebut.

Peranan masyarakat dalam pengelolaan sampah (daur ulang) bertujuan untuk meningkatkan peranan dan kepedulian pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup. Sasaran dan kegiatan pokok yang dilakukan adalah sebagai peningkatan jumlah dan kualitas anggota masyarakat yang peduli dan mampu mengelola sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup; pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pemeliharaan lingkungan hidup; menumbuhkan jiwa masyarakat yang berwawasan lingkungan; dan perlindungan terhadap teknologi yang ramah lingkungan.

D. Bisnis Barang Rongsok

(43)

sudah mengalami kemajuan dengan menggunakan grobak. Sebagian pemulung membeli barang bekas dari rumah ke rumah, pasar, toko maupun perkantoran. Hal tersebut menunjukkan bahwa para pemulung saudah mempunyai perhitungan dan menggunakan prinsip ekonomi (Djuwenda, 2005).

Sebenarnya, alasan yang melatarbelakangi para pemulung bekerja dalam usaha ini karena keterbatasan keahlian yang dimiliki, sumber daya modal, dan sulitnya mencari pekerjaan sehingga akhirnya mereka memilih bekerja menjadi pemulung barang rongsok. Melihat keterbatasan para pemulung yang bekerja mengumpulkan bahan dauran sampah merupakan alternatif pekerjaan yang dapat memberikan sumber penghasilan untuk menunjang kehidupan mereka (pemulung).

(44)

Setiap menjalankan usaha maupun bisnis tentu tidak selamanya akan mulus begitu saja. Dalam hal ini kendala yang dialami para pemulung adalah keterbatasan modal, biaya hidup, dan tempat tinggal. Disisi lain kendala yang berasal dari eksternal berupa persepsi masyarakat yang mencurigai dan menganggap pekerjaan pemulung yang kotor, hina, ilegal dan mendekati tindakan kriminal (Djuwenda, 2005). Dengan demikian risiko kerja, ketidakpastian tempat tinggal dan ketidakpastian pendapatan yang dialami para para pemulung cukup besar. Sedangkan kendala yang dilamai oleh para juragan pengepul barang rongsok berupa keterbatasan sumber modal untuk membeli bahan daur ulang, keterbatasan akses informasi dan teknologi pengolahan bahan dauran sampah. Keterbatasan tersebut menyebabkan ketidakpastian jumlah pasokan dan harga jual dan pemasaran barang rongsok.

Bentuk kelembagaan antara pemulung, pengepul, dan bandar bersifat kooperatif, saling menguntungkan dan saling ketergantungan. Hubungan tersebut akan berjalan dengan baik apabila kedua belah pihak yang terlibat menyadari akan saling ketergantungan mereka masing-masing atas dasar saling percaya. Dengan adanya kelembagaan tersebut maka diharapkan dalam bisnis daur ulang barang rongsok bisa berlangsung secara efisien karena masyarakat akan termotivasi dan akan berusaha untuk berbisnis barang rongsok (Djuwendah, 2005).

(45)

E. Distribusi Pemasaran Barang Rongsok

Setelah melakukan proses daur ulang maka siap untuk dipasarkan, tahap berikutnya adalah proses pemasaran untuk menetukan metode dan rute yang akan dipakai untuk menyalurkan barang rongsok dan barang daur ulang. Adapun masalah yang menyangkut penentuan strategi penyaluran, termasuk pemilihan saluran distribusi, penanganan fisik dan distribusi fisik.

1. Saluran Distribusi

a) Pengertian saluran distribusi

Saluran distribusi disebut juga saluran perdagangan. Saluran distribusi untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang-barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai industri (Swastha, 2002: 190).

(46)

b) Saluran distribusi barang konsumsi

Menurut Swastha (2002: 190) ada lima macam saluran distribusi dalam penyaluran barang, yaitu:

i Produsen – Konsumen

Bentuk saluran distribusi ini paling pendek dan paling sederhana tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjualk barang yang di hasilkan melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen (dari rumah ke rumah). Oleh karena itu saluran ini di sebut sebagai saluran distribusi langsung.

ii Produsen – Pengecer – Konsumen

Saluran ini juga disebut saluran distribusi langsung. Pengecer besar melakukan pembelian kepada produsen atau mendirikan toko pengecer sehingga secara langsung dapat melayani pengecer.

iii Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen

Saluran distribusi ini banyak digunakan oleh produsen dan dinamakan sebagai saluran distribusi tradisional. Produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.

iv Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen

(47)

v Produsen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen

Dalam saluran distribusi ini, produsen sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang besar kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil. Agen yang terlibat dalam saluran ini adalah agen penjualan.

Dari kelima saluran distribusi diatas dapat disimpulkan bahwa pola distribusi barang rongsok dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar II.1. Saluran Distribusi Barang Rongsok

dimana pemulung maupun pengumpul merupakan pihak yang mengawali terjadinya proses distribusi pemasaran barang rongsok. Pemulung yang memunguti barang rongsok dari tempat pembuangan sampah memilah-milah untuk dijual kepada pengepul barang rongsok, sedangkan pengumpul mencari barang rongsok dengan cara berkeliling, kemudian disetor kepada pengepul barang rongsok selanjutnya pengepul menyetorkan kepada ke pabrik-pabrik daur ulang barang rongsok.

2. Penetapan harga

Menurut Swastha (2002: 146), harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah

Pabrik daur ulang Pengepul

Pengumpul

(48)

kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Untuk menetapkan harga biasanya dilakukan dengan mengadakan percobaan untuk menguji pasarnya. Dalam perekonomian harga pasar sebuah barang dapat mempengaruhi tingkat upah, sewa, bunga, dan laba atas pembayaran faktor-faktor produksi (tenaga kerja, tanah, kapital, dan kewiraswastaan). Cara tersebut sudah menjadi suatu pengatur dasar pada sistem perekonomian secara keseluruhan karena mempengaruhi alokasi sumber daya yang ada. Sedangkan dalam perusahaan, harga suatu barang merupakan faktor penentu bagi permintaan pasarnya.

Dalam bukunya, Swastha (2002: 154) menyatakan bahwa untuk menetapkan metode penetapan harga yang didasarkan pada biaya dapat dilihat dari bentuk yang paling sederhana, yaitu sebagai berikut:

a. Cost-Plus Pricing Method

Dalam metode ini penjual menetapkan harga jual untuk satu unit barang yang besarnya sama dengan jumlah biaya per unit ditambah dengan suatu jumlah untuk menutup laba yang diinginkan (disebut marjin) pada unit tersebut; formulanya dapat dilihat :

b. Mark-Up Pricing Method

Variasi lain dari metode cost-plus adalah mark-up pricing method yang banyak dipakai oleh para pedagang. Mark–up merupakan kelebihan harga jual diatas harga belinya. Pedagang yang membeli barang dagangan akan menentukan harga jualnya setelah menambah harga beli dengan sejumlah mark-up, formulanya dapat dilihat:

(49)

Pada umumnya penjual memiliki menerapkan tujuan dalam menetapkan harga. Tujuan tersebut adalah:

a) Mendapatkan laba maksimum. Makin besar daya beli konsumen semakin besar pula kemungkinan bagi penjual untuk menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi.dengan demikian penjual mempunyai harapan untuk mendapatkan keuntungan maksimum sesuai dengan kondisi yang ada.

b) Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian pada penjualan bersih. Harga yang dapat dicapai dalam penjualan dimaksudkan pula untuk menutup investasi secara berangsur-angsur.

c) Mencegah dan mengurangi persaingan. Hal ini dapat dilakukan apabila para penjual menawarkan barang dengan harga yang sama.

d) Mempertahankan atau memperbaiki market share. Memperbaiki market share dapat dilakukan bila kemampuan dan kapasitas produksi masih cukup longgar. Dalam hal ini harga merupakan faktor yang sangat penting.

3. Marjin Pemasaran

Makna marjin adalah selisih keuntungan yang diterima seseorang dari kegiatan jual beli ynag dilakukan oleh pedagang dengan konsumennya. Dalam penelitian Risnawati (2005, 23); marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang diterima oleh produsen (pemulung) dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir, dimana dalam hal ini ialah pengepul barang rongsok yang memberikan harga jual kepada para pemulung barang rongsok.

(50)

Dalam penelitian Risnawati (2005: 23), marjin disetiap tingkat pemasaran digunakan rumus Limbong dan Sitorus. Rumus tersebut adalah:

dimana,

M = marjin pemasaran (Rp/Kg) Hj = harga jual (Rp/Kg) Hb = harga beli (Rp/Kg)

Dalam penelitian Risnawati (2005: 24), dan dikutip pula karangan Tomek dan Robinson (1989) serta Harsoyo (2000: 46) definisi marjin pemasaran adalah sebagai berikut:

i. Perbedaan harga antara harga yang dibayar konsumen (pengepul) dengan harga yang diterima oleh produsen (pemulung).

ii. Kumpulan balas jasa yang diterima oleh jasa pemasaran sebagai akibat adanya permintaan dan penawaran.

Besar kecilnya marjin pemasaran sering digunakan sebagai kriteria untuk penilaian apakah pasar sudah efisien atau belum efisien. Tingginya marjin dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berpengaruh dalam proses kegiatan pemasaran antara lain, ketersediaan fasilitas fisik pemasaran yaitu: pengangkutan, penyimpanan (gudang), pengolahan (daur ulang barang rongsok), dan lain-lain.

4. Elastisitas Transmisi Harga

Elastisitas (harga) menunjukkan bagaimana reaksi pembeli (dalam hal jumlah yang mau dibeli) bila ada perubahan harga, atau peka tidaknya jumlah

(51)

yang mau dibeli terhadap perubahan harga. Agar dapat dibandingkan, dua-duanya dinyatakan dalam % (Gilarso, 2001: 51). Dalam penelitian Risnawati (2005), dan dikutip pula karangan George dan King (1971) dalam penelitian Harsoyo (2000: 58) mendefinisikan elastisitas transmisi harga sebagai nisbah perubahan relatif harga ditingkat produsen (Pf = harga yang diterima pemulung sebagai pencari barang rongsok) terhadap perubahan relatif harga ditingkat pengecer (Pr = harga yang diterima pengepul sebagai pembeli barang rongsok dari pemulung). Pengertian ini erat kaitannya dengan anggapan bahwa marjin tata niaga atau marjin pemasaran merupakan akibat dari adanya permintaan turunan (derived demand) dari pedagang eceran (pembeli barang rongsok yaitu pengepul) kepada produsen (para pemulung barang rongsok). Secara matematik elastisitas transmisi harga dapat dirumuskan:

r

Et = elastisitas transmisi harga

dPr = perubahan harga ditingkat pengepul dPf = perubahan harga ditingkat pemulung Pr = harga ditingkat pengepul

Pf = harga ditingkat pemulung

(52)

perubahan-perubahan harga yang ada di pasar ditransmisikan secara baik, begitu juga sebaliknya jika diperoleh elastisitas transmisi harga pasar negatif maka mengidentifikasikan bahwa perubahan-perubahan harga yang ada dipasar tidak ditransmisikan secara baik.

F. Penelitian Sebelumnya

1. a. Judul Penelitian: Analisis Pemasaran Salak Pondoh di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman. Penulis: Susila (90 224 063)

Prodi: PDU; Tahun: 1997. Univeristas Sanata Dharma Yogyakarta. b.Subjek: para petani salak di Kec. Turi, Kab. Sleman dan para pedagang

pedagang buah salak. Sampel: 60 petani salak.

Lokasi: Kec. Turi, Kab. Sleman. DIY.

c. Variabel Penelitian: Variabel penelitian ini adalah: harga jual dan biaya pemasaran yang dinyatakan dalam Rp/Kg.

d.Teknik Analisis Data: Teknik analisis data menggunakan analisys of variance.

e. Kesimpulan: (1) Petani salak pondoh dalam memasarkan hasil buah salak dihadapkan dalam tiga pilihan, yaitu pedagang grosir, pengumpul, dan pengecer. (2) Tingkat efisiensi pemasaran untuk pemasaran grosir = 5.6%. (3) Tingkat efisiensi pemasaran untuk pedagang pengumpul = 14.7%. (4) Tingkat efisiensi pemasaran untuk pedagang eceran = 2.07%

(53)

Kab. Sleman Yogyakarta. Penulis: Yosefine Dwi Andayani BW (991324011). Tahun: 2005. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Subjek: para petani dan pedagang salak pondoh di Kec. Turi.

Sampel: dipilih 2 orang sampel petani sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan kemudian 2 orang petani akan memilih pedagang untuk dijadikan sampel berikutnya, demikian seterusnya samapai dengan pedagang pengecer.

Lokasi; Kec. Turi Kab. Sleman Yogyakarta.

c. Variabel penelitian: harga jual dan biaya pemasaran yang dinyatakan dalam Rp/Kg.

d. Teknik analisis data: untuk menganalisis dengan cara menghubungkan barang produsen (salak pondoh) yang telah siap dipasarkan atau disalurkan ke konsumen. Untuk menghitung besarnya marjin pemasaran adalah dengan menggunakan konsep farmer’s share (bagian dari harga konsumen yang telah diterima oleh petani, dinyatakan dalam persentase. e. Kesimpulan: (1) jalur pemasaran yang dilalui petani salak terdapat antara

(54)

produksi kecil 86,09%. (3) perubahan harga salak pondoh ditransmisikan ketingkat petani dengan baik.

3. a. Analisis marjin pemasaran susu sapi perah di Kec. Pakem, Kab. Sleman Yogyakarta. Penulis: Ratna Risnawati (001324047). Tahun: 2005. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Subjek: para peternak dan pedagang susu sapi perah di Kec. Pakem. Sampel: jumlah sampel bersifat homogen. Untuk sampel pedagang dipilih 2 orang sampel peternak sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan kemudian 2 orang peternak akan memilih pedagang untuk dijadikan sampel berikutnya, tujuannya untuk menuntut jalur pemasaran susu sapi perah dan menganalisis margin susu sapi perah.

Lokasi: Kec. Pakem Kab. Sleman Yogyakarta.

c. Variabel: harga jual peternak suau sapi perah dan biaya pemasaran yang dinyatakan dalam Rp/ liter.

d. Teknik analisis data: untuk menganalisis dengan cara menghubungkan barang produsen (susu sapi perah) yang telah siap dipasarkan atau disalurkan ke konsumen. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga ditingkat produsen (harga beli atau Pf) dengan harga ditingkat konsumen (harga jual atau Pr).

(55)

tangga konsumen. (3) analisis marjin pemasaran susu sapi perah dalam setiap tahap masih dalam batas wajar, jalur pemasaran relatif panjang farmer’s share tetap rendah yaitu 47.86% dan 26.8% bebeda lagi pada jalur pemasaran susu sapi perah ke koperasi langsung terlihat bahwa farmer’s share cukup tinggi yaitu 83.75%.

G. Kerangka Pemikiran

Dalam melakukan penelitian ini dan untuk menjawab berbagai masalah dari penelitian ini, pola pikir dari peneliti sangat penting. Pola pikir dapat mempermudah cara-cara yang akan ditempuh dalam penelitian. Pola pikir juga disebut dengan kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran ini untuk menjawab rumusan masalah sebagai berikut: jalur distribusi pemasaran barang rongsok, distribusi marjin barang rongsok, transmisi harga yang terjadi dalam ditrisbusi pemsaran barang rongsok. Hal ini dipengaruhi karena jumlah populasi penduduk yang semakin bertambah dan pola gaya hidup masyarakat yang tidak pernah puas dan memiliki tingkat konsumsi tinggi terhadap suatu produk yang menimbulkan pemborosan dalam pemenuhan kebutuhan manusia.

(56)

itu distribusi pemasaran barang rongsok sangat diperlukan dalam kegiatan ekonomi sebagai upaya penghematan energi sekaligus sebagai lahan untuk bisnis.

Gambar II.2. Kerangka Pemikiran

Distribusi Pemasaran Barang Rongsok

Jalur Distribusi Pemasaran

Marjin Distribusi Pemasaran

(57)

37 A. Jenis Penelitian

1. Deskriptif

Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto, 2003: 310). Dalam penelitian ini peneliti tidak ingin menghubungkan variabel yang satu dengan variabel yang lain, tetapi hanya ingin mengetahui keadaan masing-masing variabel secara lepas.

2. Studi kasus

Studi kasus merupakan suatu penelitian yang mendalam mengenai unit sosial tertentu yang menghasilkan gambaran yang berlaku untuk jangka waktu tertentu karena pengumpulan data dan analisis data dilakukan pada waktu tertentu.

(58)

B. Lokasi, Alasan Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan daerah penelitian untuk pengepulan barang rongsok adalah Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta.

2. Alasan Pemilihan Lokasi

Pertimbangan memilih lokasi tersebut karena ada dua alasan. Pertama, alasan subyektif karena lokasi dekat dengan tempat tinggal. Kedua, alasan obyektif karena Kecamatan Depok daerahnya luas dan populasi tinggi sehingga banyak barang yang kemungkinan tidak dipakai kembali.

3. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 3 April sampai 2 Mei 2008.

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah bagian yang terlibat dan terkait dalam penelitian (orang-orang yang dijadikan responden). Subyek penelitian dalam hal ini adalah para pengepul barang rongsok di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta.

2. Obyek Penelitian

(59)

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiria atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2000: 55).

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pengepul barang rongsok di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta sebanyak 80 pengepul.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil harus benar-benar mewakili (Sugiyono, 2000: 57).

(60)

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan sampling aksidental. Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2005:60).

E. Batasan Istilah, Variabel Penelitian dan Cara Pengukuran 1. Batasan Istilah

a. Pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang mengarahkan aliran barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan para pembeli dan penjual.

b. Saluran distribusi untuk suatu barang (saluran perdagangan) adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang-barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai industri

c. Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang serta pelayanannya.

(61)

e. Marjin pemasaran harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang serta pelayanannya.

f. elastisitas transmisi harga sebagai nisbah perubahan relatif harga ditingkat produsen (Pf = harga yang diterima pemulung sebagai pencari barang rongsok) terhadap perubahan relatif harga ditingkat pengecer (Pr = harga yang diterima pengepul sebagai pembeli barang rongsok dari pemulung)

2. Variabel Penelitian dan Cara Pengukuran Variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Harga jual barang rongsok di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta, dinyatakan dalam Rp/mobil meliputi:

i. Harga jual dari pemulung kepada pengepul

ii. Harga jual dari pengepul kepada pedagang besar (bandar).

b. Biaya-biaya pemasaran (modal) yang dinyatakan dalam Rp/mobil meliputi:

i Biaya Sewa Mobil (truck) ii Biaya Makan Karyawan iii Biaya Gaji Karyawan

F. Data yang dibutuhkan

(62)

a) Data primer adalah data yang diambil langsung dari subyek penelitian. Dalam penelitian Dwi Andayani (2005: 27) data primer yang dibutuhkan untuk jenis penelitian ini terdiri dari data cross-section dan data time-series.

1. Data cross-section yaitu data yang dikumpulkan pada suatu titik waktu, seperti snap shot (potret) pada waktu tertentu. Data yang berbentuk cross-section diperoleh dari wawancara yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner (pedoman wawancara) pada para pengepul barang rongsok. Data cross-section ini merupakan data yang dibutuhkan dalam analisis jalur-jalur pemasaran dan distribusi marjin. Adapun data itu adalah:

a. Tingkat harga beli yang dikeluarkan oleh pengepul barang rongsok.

b. Tingkat harga jual yang dikeluarkan oleh pengepul barang rongsok.

c. Besar kecilnya biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pengepul, meliputi:

i Biaya Sewa Mobil ii Biaya Makan Karyawan iii Biaya Gaji Karyawan

(63)

penelitian ini adalah harga barang rongsok. Data ini dibutuhkan dalam elastisitas transmisi harga barang rongsok.

b) Data Sekunder adalah data yang diambil dengan membaca atau mencatat dari instansi-insatansi terkait (untuk memperoleh data yang berkaitan dengan gambaran umum wilayah penelitian).

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dilakukan secara sistematis berdasarkan pada tujuan penelitian. Wawancara dilakukan pada pengepul barang rongsok di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta.

H. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif, yaitu suatu penelitian yang mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya (Sugiyono, 2005: 21).

(64)

2. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga ditingkat (harga beli atau Pf) dengan (harga jual atau Pr). Marjin pemasaran terdiri dari biaya dan keuntungan dari penjualan maupun pembelian barang rongsok. Dalam Harsoyo, 2000: 62-64) yang dikutip oleh Dwi Andayani (2005) menyatakan bahwa untuk menghitung besarnya marjin pemasaran adalah sebagai berikut:

Mi = marjin pemasaran pada saluran pemasaran

Pri = harga jual barang rongsok

Pfi = harga beli barang rongsok

Ci = biaya pemasaran barang rongsok

i

π = keuntungan pemasaran barang rongsok

dengan demikian total marjin pemasaran (M) adalah:

Konsep marjin pemasaran erat kaitannya dengan collector share. Collector share merupakan bagian dari harga yang diterima oleh pemulung dan pengepul, yang dinyatakan dalam presentase. Hal ini berguna untuk mengetahui harga yang berlaku ditingkat pengepul barang rongsok.

(65)

Keterangan:

L = collector share

Hp = harga di tempat pengumpul ataupun pemulung (Rp/Kg) He = harga akhir ditingkat pabrik daur ulang (Rp/Kg)

Dalam penelitian Yosefine 2005, (Harsoyo, 2000: 63), menyatakan rumusan untuk collector share komoditi barang rongsok cukup sederhana adalah:

% 100 Pr ×

= Pf

Cs

dimana:

Cs = bagian harga barang rongsok yang terima pemulung Pf = harga barang rongsok pada tingkat pemulung Pr = harga barang rongsok yang diterima pengepul

Konsep pengukuran satuan dalam analisis ini adalah sebagai berikut: a. Marjin pemasaran dihitung berdasarkan perbedaan harga beli dengan

harga jual yang dinyatakan dalam Pr/Kg.

b. Tingkat harga beli dihitung berdasarkan harga rata-rata penjualan yang dinyatakan dalam Rp/Kg.

c. Tingkat harga jual, dihitung berdasarkan harga rata-rata penjualan yang dinyatakan dalam Rp/Kg.

(66)

Tabel III.2. Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Barang Rongsok di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta

No. Uraian Nilai

Harga beli pemulung/pengumpul xxx xxx 2. Pengepul:

Harga beli pengepul Biaya Sewa Mobil Biaya Makan Karyawan Biaya Gaji Karyawan HPP Pengepul

Marjin keuntungan pengepul Harga Jual Pengepul

xxx

Harga beli pedagang besar xxx xxx

3. Untuk menganalisis elastisitas transmisi harga yang terjadi di setiap kegiatan pemasaran digunakan rumus (Harsoyo, 2000: 58-59), dalam penelitian Dwi Andayani (2005, 32-33):

⎥⎦

Et = Elastisitas transmisi harga

dPr = Perubahan harga barang rongsok di tingkat pengepul dPf = Perubahan harga barang rongsok di tingkat pemulung Pr = Harga barang rongsok di tingkat pengepul

(67)

Jika, Et = 1, maka kepekaan perubahan nisbi harga di tingkat pemulung sama dengan perubahan nisbi harga ditingkat pengepul. Et > 1, maka kepekaan perubahan nisbi harga ditingkat pemulung

lebih besar dari pada perubahan nisbi harga di tingkat pengepul.

Et < 1, maka kepekaan perubahan nisbi harga ditingkat pemulung lebih kecil dari pada perubahan nisbi harga di tingkat pengepul.

Elastisitas transmisi harga tersebut dapat diperkirakan dengan menggunakan model regresi linear sederhana yang merupakan persamaan hubungan harga barang rongsok pada suatu tingkat pemasaran tertentu dengan harga barang rongsok pada tingkat persamaan berikutnya adalah sebagai berikut:

Pf = a + bPr

(68)

48 A. Keadaan Lokasi Umum Penelitian

1. Keadaan Geografis

Kecamatan Depok Terdiri dari tiga Kelurahan, yaitu Kelurahan Condong Catur, Kelurahan Catur Tunggal, dan Kelurahan Maguwoharjo. Tinggi pusat pemerintahan wilayah Kecamatan Depok dari permukaan laut adalah 140 m. Sedangkan suhu maksimum atau minimum wilayah ini yaitu 35,00 / 22 C. Adapun jumlah hari dengan curah hujan terbanyak yaitu 124 hari dan banyaknya curah hujan adalah 2.437 mm/Tahun. Bentuk wilayah ini adalah datar sampai berombak.

Batas wilayah Kecamatan Depok:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ngaglik b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kalasan

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Gondokusuman d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Mlati.

Jarak pusat pemerintahan wilayah Kecamatan Depok adalah: a. Desa atau kelurahan terjauh 5 Km dengan jarak tempuh 15

menit;

(69)

c. Ibukota Kabupaten adalah 10 Km dengan jarak tempuh 30 menit; d. Pusat kedudukan kota admisnistratif yaitu 0 Km dengan jarak

tempuh 0 menit;

e. Pusat kedudukan wilayah kerja pembantu Gubernur adalah 0 Km dengan jarak tempuh 0 menit;

f. Ibukota Propinsi adalah 4 Km dengan jarak tempuh 15 menit. 2. Luas Wilayah dan Penggunaannya

Luas keseluruhan wilayah kecamatan depok seluruhnya mencapai 2.687,6485 Ha. Rata-rata luas tanah pertanian yang diusahakan penduduk adalah 0,1000 Ha. Pola penggunaan wilayah Kecamatan Depok pada tahun 2007 ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel IV. 3. Pola Penggunaan Tanah Kecamatan Depok

No Keterangan Luas (Ha) a. Irigasi Teknis

b. Irigasi Setengah Teknis c. Irigasi Sederhana Tanah Kering

a. Pekarangan/Bangunan b. Tegal/Kebun

Tanah Basah

a. Balong/Empang/Kolam Tanah Keperluan Fasilitas Umum a. Lapangan Olahraga

(70)

B. Keadaan Demografi

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Kecamatan Depok pada tahun 2007 mempunyai penduduk 120.641 jiwa, yang terpencar pada 34.627 kepala keluarga. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk terdiri dari 62.437 jiwa laki-laki dan 58.204 jiwa perempuan. Berdasarkan Kewarganegaraan, jumlah penduduk terdiri dari 62.342 jiwa WNI laki-laki, 58.107 jiwa WNI perempuan, 95 jiwa WNA laki-laki, dan 97 WNA perempuan. Sedangkan Jumlah pencari kerja 4.912 jiwa pencari kerja laki-laki dan 5.224 jiwa pencari kerja perempuan.

2. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama atau Penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Mayoritas penduduk Kecamatan Depok beragama Islam. Walaupun berbeda agama masyarakat Kecamatan Depok tetap hidup rukun dan saling menghormati antara pemeluk agama yang satu dengan yang lain. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk menurut agama atau penghayatan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel IV. 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Depok Menurut Agama

No. Keterangan Jumlah (jiwa)

(71)

2. Penganut Aliran Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

290 Jumlah Keseluruhan 241.572 Sumber: Data Monografi Kecamatan Depok, Tahun 2007 3. Jumlah Penduduk Menurut Usia

Data jumlah penduduk menurut usia di Kecamatan Depok

dapat di lihat berdasarkan klasifikasi umur berikut ini: a. Kelompok usia perkembangan

0 - 6 tahun : 10.030 orang 7 – 12 tahun : 11.527 orang 13 – 18 tahun : 16.877 orang 19 – 24 tahun : 33.260 orang 25 – 55 tahun : 39.090 orang 56 – 79 tahun : 6.731 orang 80 tahun ke atas : 3.126 orang b. Kelompok usia pendidikan

(72)

c. Kelompok usia tenaga kerja 0 - 4 tahun : 8.578 orang 5 - 9 tahun : 22.285 orang 17 – 25 tahun : 43.285 orang 26 – 55 tahun : 36.649 orang 56 tahun ke atas : 9.844 orang

Dari klasifikasi umur di atas dikategorikan bahwa kelompok usia pertama adalah kelompok usia pertumbuhan dan perkembangan, kelompok usia kedua adalah kelompok usia pendidikan, sedangkan kelompok usia ketiga adalah kelompok usia tenaga kerja. Hal ini terlihat dari perbandingan antara jumlah usia dari tiga kelompok di atas.

4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

(73)

Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Depok ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel IV. 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No. Keterangan Jumlah (jiwa)

1. Petani

a. Petani Pemilik Tanah b. Petani Penggarap Tanah c. Buruh Tani

4.015 4.125 1.320 2. Pengusaha Besar / Sedang 54 3. Pengrajin / Industri Kecil 1.392

4. Buruh Industri 674

5. Buruh Bangunan 1.359

6. Pedagang (pemulung/pengepul) 2.340

7. Pengangkutan 52

8. Pegawai Negeri Sipil 6.260

9. ABRI 2.336

10. Pensiunan (PNS/ABRI) 2.196 11. Peternak Jumlah Keseluruhan 28.834

Sumber: Data Monografi Kecamatan Depok, Tahun 2007 5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

(74)

Tabel IV. 6. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

No. Keterangan Jumlah (jiwa)

1. Belum Sekolah 8.588

2. Tidak Tamat Sekolah 2.596

3. Tamat SD/Sederajat 39.805

4. Tamat SLTP/Sederajat 23.451

5. Tamat SLTA/Sederajat 23.348

6. Tamat Akademik/Sederajat 11.633 7. Tamat Perguruan Tinggi/Sederajat 11.072

8. Buta Huruf 148

Jumlah Keseluruhan 120.641 Sumber: Data Monografi Kecamatan Depok, Tahun 2007 6. Jumlah Pencari Kerja

Untuk mengurangi jumlah pengangguran, para angkatan kerja laki-laki maupun perempuan berusaha untuk memperoleh pekerjaan yang layak dengan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Di bawah ini terlihat bahwa jumlah pencari kerja laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan pencari kerja perempuan.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel IV. 7. Jumlah Pencari Kerja di Kecamatan Depok

No. Keterangan Jumlah

1. 2.

Pencari kerja laki-laki Pencari kerja perempuan

(75)

C. Sarana dan Prasarana

1. Sarana Transportasi dan Komunikasi

Untuk memperlancar berbagai jenis kegiatan ekonomi ataupun non ekonomi diperlukan sarana pendukung yang berupa fisik maupun non fisik yang memadai. Sarana transportasi dan komunikasi sangat berperan penting dalam pembangunan daerah. Tanpa adanya transportasi dan komunikasi yang baik akan menyebabkan hubungan yang tidak lancer dan perkembangan tidak berjalan baik, karena itu transportasi dan komunikasi sangat penting dalam perkembangan suatu daerah atu wilayah.

Lalu lintas yang digunakan di Kecamatan ini 100% melalui darat. Lalu lintas melalui darat meliputi: 146.00 jalan aspal dengan kondisi baik, 6.00 Km jalan diperkeras dengan kondisi baik, 53.00 Km jalan tanah dengan kondisi baik dan sedang. Panjang jalan utama yang dapat dilalui kendaraan roda 4 sepanjang tahun adalah 260.00 Km. Sarana umum yang digunakan oleh penduduk di Kecamatan Depok adalah sepeda motor (1.626 buah) dan delman (14 buah).

Sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi wilayah Kecamatan ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel IV. 8. Sarana dan PrasaranaTransportasi dan Komunikasi

No. Keterangan Jumlah/Jarak 1. Prasarana jalan

a. Jalan Negara b. Jalan Propinsi

c. Jalan Kabupaten / Kotamadya d. Jalan Desa

(76)

2. Prasarana jembatan

a. Jembatan beton / batu / bata b. Jembatan besi

c. Jembatan kayu

23 buah 1 buah 1 buah 3. Sarana Transportasi

a. Sepeda

b. Dokar / Delman c. Gerobag / Cikar d. Becak

e. Kendaraan bermotor roda 3 f. Sepeda Motor

g. Oplet / Mikrolet h. Taksi

i. Mobil Dinas j. Mobil Pribadi k. Truck 4. Sarana Komunikasi

a. TV Umum b. Telepon Umum

c. Kantor Pos / Pos Pembantu d. ORARI / KRAP

e. Pemancar Radio

f. Penduduk yang menggunakan fasilitas listrik

- Listrik PLN - Listrik Non PLN

g. Penduduk yang memakai air minum: - PAM

- Badan Pengelola Air - Pompa Jet / Pompa Tangan Sumber: Data Monografi Kecamatan Depok, Tahun 2007

2. Sarana Pendidikan

Gambar

Tabel II.1. Contoh Penggolongan Jenis Barang Rongsok dan Harga Per KG di Koperasi Pemulung Daerah Bandung Tahun 2003
Gambar II.1. Saluran Distribusi Barang Rongsok
Gambar II.2. Kerangka Pemikiran
Tabel III.2. Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Barang Rongsok di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Strategi bauran pemasaran yang dilakukan rumah makan mie lethek Mbah Mendes Jl. Sarirejo, Depok Maguwoharjo Sleman,

Kecamatan Depok sebagai bagian dari kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki 3 desa (Desa.. Caturtunggal, Desa Maguwoharjo, dan Desa

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi pendapatan pembuat tahu, menganalisis distribusi pendapatan dalam industri pembuat karak dan menganalisis distribusi

Karena perkembangan kota Yogyakarta, maka kota-kota yang berbatasan dengan kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Depok, Gamping serta sebagian wilayah Kecamatan Ngaglik dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran pemasaran dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi margin pemasaran cabai di Kecamatan Pakem Kabupaten

Penelitian ini dilakukan pada seluruh pegawai di kantor Kecamatan Depok Kabupaten Sleman di Jalan Ring Road Utara, Gandok, Condongcatur, Depok, Sleman yang bertujuan untuk

Penelitian ini dilakukan pada seluruh pegawai di kantor Kecamatan Depok Kabupaten Sleman di Jalan Ring Road Utara, Gandok, Condongcatur, Depok, Sleman yang bertujuan untuk

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Strategi bauran pemasaran yang dilakukan rumah makan mie lethek Mbah Mendes Jl. Sarirejo, Depok Maguwoharjo Sleman,