i
TUGAS AKHIR
PENGARUH AIR TERHADAP KEMAMPUAN MENGHANTAR KABEL
DISTRIBUSI TELEPON
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Elektro
Oleh :
I WAYAN ANGGA WIJAYA KUSUMA
NIM : 07 5114 011
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
FINAL PROJECT
THE WATER EFFECT TOWARDS CONDUCTIVE ABILITY OF
TELEPHONE DISTRIBUTION WIRE
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements To Obtain the Sarjana Teknik Degree In Electrical Engineering Study Program
by :
I WAYAN ANGGA WIJAYA KUSUMA
Student Number : 07 5114 011
ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
vi
MOTO HIDUP
EDA NGADEN AWAK BISA, DEPANG ANAKE NGADANIN
( JANGAN MENGAKU KALAU KITA BISA,
BIARKAN ORANG LAIN YANG MENILAI )
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan hasil karya tugas akhirku ini untuk :
1. Ida Sang Hyang Widi Wasa yang selalu memberikanku kekuatan sehingga aku mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Kakek dan Nenek tersayang, terima kasih atas doa serta kasih sayang kalian.
3. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas doa, kasih sayang, serta semua yang telah kalian berikan padaku.
4. Adik-adikku tersayang, Koko dan Koming yang senantiasa menemani main game dan main bola, serta berkelahi bareng-bareng.
5. Teman-teman seperjuangan teknik elektro 07. Semoga kalian cepat menyusul. 6. Lusia Ika Budi (Darsono) yang selalu mengisi hari-hariku.
7. Teman-teman kontrakan yang senantiasa gokil-gokilan.
viii
INTISARI
Kerusakan pada kabel telepon, baik kabel Duct maupun Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) pada umumnya disebabkan oleh air. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kualitas
menghantar kabel distribusi telepon dan pengaruh air terhadap kemampuan menghantar kabel
distribusi telepon.
Penelitian yang dilakukan adalah praeksperimental. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam pengambila data adalah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, mengupas ujung
kabel, melakukan pengukuran awal, melakukan perendaman, dan melakukan pengukuran akhir.
Penelitian menunjukkan bahwa proses perendaman dalam air tidak menyebabkan
perubahan yang signifikan terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon kabel
KTTL. Kualitas menghantar kabel distribusi telepon dapat diketahui dengan melakukan
pengukuran terhadap parameter elektris tahanan urat, tahanan isolasi, tahanan screen, dan bit rate.
ix
ABSTRACT
Telephone wire damage, both Duct wire and Direct Planted Soil Wire (KTTL), is generally caused by water. This research is done to know the conductive quality of telephone
distribution wire and the water effect towards conductive ability of telephone distribution wire.
The research done here is pre-experimental. The steps done in data collecting are: prepare
the instruments needed, husk the wire tip, do first measurement, submerge the wire, and do the
last measurement.
The study shows that the submerge process does not cause any significant changing
towards conductive ability of KTTL telephone distribution wire. The conductive quality of
telephone distribution wire can be seen by doing a measurement on node resistance, isolation
resistance, screen resistance, and Bit Rate.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan limpahan
nikmat-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan peran berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak berikut:
1. Bapak Yosef Agung Cahyanta,S.T.,M.T. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.
2. Bapak Damar Wijaya, S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan banyak
waktu untuk membimbing dan memotivasi penulis untuk terus membaca dan belajar.
3. Ibu Bernadeta Wuri Harini, S.T.,M.T. selaku dosen sekaligus Ketua Program Studi Teknik
Elektro yang telah sabar memberikan arahan dan memotivasi penulis.
4. Ibu Wiwien Widyastuti, S.T.,M.T. selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah sabar
memberikan arahan dan memotivasi penulis.
5. Dosen-dosen Program Studi Teknik Elektro USD yang telah memberikan bekal ilmu kepada
penulis.
6. Bapak Made Suastika selaku pembimbing lapangan dalam pengambilan data.
7. Bapak Suwerta selaku pembimbing lapangan dalam pengambilan data.
8. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis
xi
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun tugas akhir ini, namun
penulis tetap berharap tugas akhir ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 16 Agustus 2011
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……… i
HALAMAN PERSETUJUAN……… iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTO HIDUP………. v
INTISARI………. vi
ABSTRACT………. vii
KATA PENGANTAR……… viii
DAFTAR ISI……… ix
DAFTAR GAMBAR……….. xii
DAFTAR TABEL……….. xiii
BAB I PENDAHULUAN………... 1
1.1 Latar Belakang ………. 1
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 2
1.3 Batasan Masalah ………... 2
1.4 Metodologi Penelitian ………... 3
BAB II LANDASAN TEORI………... 5
2.1 Jarlokat ………. 5
2.2 Kabel Tembaga ……… 7
2.2.1 Bahan Penyusun Kabel Tembaga ……… 7
2.2.2 Kategori Kabel Tembaga ……… 10
2.2.2.1 Kategori I ……….... 10
2.2.2.2 Kategori II ………... 11
2.2.2.3 Kategori III ……….…………. 11
2.2.3 Jenis-Jenis Kabel Tembaga ………... 13
xiii
2.2.3.2 Kabel Tanah ………... 13
2.2.3.2.1 KTTL ………. 13
2.2.3.2.2 KabelDuct………. 14
2.2.4 Parameter Elektris ………... 16
2.2.4.1 Tahanan Isolasi ……….. 17
2.2.4.2 TahananScreen……….. 18
2.2.4.3 TahananLoop………. 19
2.2.4.4 BER ……… 20
2.2.5. Karakteristik kabel tembaga ………. 21
2.3 Penelitian ……… 24
2.3.1 Konsep Dasar Penelitian ………... 24
2.4 Statistika ………. 25
2.4.1 Konsep Dasar Statistika ……….. 25
2.4.1.1 Ukuran Pemusatan ……….. 25
2.4.2 Hipotesis ………. 25
2.4.2.1 Pengertian Hipotesis ………... 25
2.4.2.2 Dua Macam Kesalahan dalam Penolakan atau Penerimaan Hipotesis ………. 26
2.4.2.3 Macam-Macam Pengujian Hipotesis ……….. 26
2.4.3 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ………... 27
2.4.3.1 Pendahuluan ………... 27
2.4.3.2 Langkah-Langkah Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ………….. 28
BAB III RANCANGAN PENELITIAN……….. 29
3.1 Desain Penelitian ………... 29
3.2 Langkah Eksperimen ………. 30
xiv
3.2.2 Proses Penelitian ……… 30
3.2.2.1 Pengupasan Kabel ………. 30
3.2.2.2 Pengukuran Awal ……….. 32
3.2.2.3 Perendaman ………... 33
3.2.2.4 Pengukuran Akhir ………. 33
3.2.2.5 Menganalisa Data Penelitian dan Menyimpulkan Hasil Penelitian ……….. 36
3.2.2.5.1 Menganalisa Data Penelitian ………... 36
3.2.2.5.2 Menyimpulkan Hasil Penelitian ………... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 38
4.1 Proses Pengambilan Data ……….. 38
4.2 Hasil Penelitian ………. 40
4.3 Analisa Data ……….. 40
4.3.1 Analisa Tahanan Urat Kabel ……… 41
4.3.2 Analisa Tahanan Isolasi Antar Penghantar ……….. 42
4.3.3 Analisa TahananScreenKabel ……… 43
4.3.4 AnalisaBit Error Rate………. 44
4.4 Keterbatasan Penelitian ………. 45
4.5 Rekomendasi ………. 46
BAB V PENUTUP ……….. 47
5.1 Kesimpulan ……… 47
5.2 Saran ……….. 47
DAFTAR PUSTAKA……… 48
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Jaringan kabel komunikasi PT.Telkom ... 5
Gambar 2.2. Bagian horisontal pada MDF dan Bagian Vertikal pada MDF ... 6
Gambar 2.3. Konstruksi Rumah Kabel ... 6
Gambar 2.4. KonstruksiDistribution Point... 7
Gambar 2.5. Gambar penampang kabel dengan satuan dasar 10pair... 11
Gambar 2.6. Gambar penampang kabel dengan satuan dasar 50pair... 12
Gambar 2.7. Gambar penampang kabel dengan satuan dasar 100pair... 12
Gambar 2.8. Konstruksi kabel udara ... 13
Gambar 2.9. Konstruksi KTTL ... 14
Gambar 2.10. Konstruksi kabelDuct... 15
Gambar 2.11. Skema kabel terpotong ... 17
Gambar 2.12. Tahanan Isolasi antar Urat Kabel ... 17
Gambar 2.13. Daerah Penolakan dan penerimaan ... 27
Gambar 2.14. Grafik hubungan antara C/B dan S/N ……….. 23
Gambar 3.1. Skema Langkah-Langkah Eksperimen ... 31
Gambar 3.2. Pengupasan mantel kabel ……… 32
Gambar 3.3. Kelompok kabel yang tidak mendapat perlakuan ……… 33
Gambar 3.4. Kelompok kabel yang mendapat perlakuan ………. 33
Gambar 3.5. Pengukuran tahanan isolasi kabel ... 34
Gambar 3.6. Metode pengukuran tahanan urat kabel ... 34
Gambar 3.7. Rangkaian pengukuranBit Error Rate(BER) ... 35
Gambar 4.1. Tempat eksperimen STO Kuta ……… 39
Gambar 4.2. Ujung kabel yang dikupas ……….. 39
xvi
Gambar 4.4. Kelompok yang tidak mendapat perlakuan ……… 39
Gambar 4.5.Megger Earth Tester……… 40
Gambar 4.6.ADSL 2+ tester……… 40
Gambar 4.7.Multimeter……….. 40
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel Tahanan dan Kapasitansi Maksimum Urat Kabel ... 8
Tabel 2.2. Tabel Urat Kabel ... 9
Tabel 2.3. Kode Pengenal Kabel Tanah ... 15
Tabel 2.4. Parameter elektris tahanan isolasi yang harus dipenuhi untuk multi layanan ... 18
Tabel 2.5. Parameter elektris tahanan jerat maksimal yang harus dipenuhi ... 20
Tabel 2.6. Parameter elektris tahanan maksimumscreenyang harus dipenuhi untuk multi layanan ... 20
Tabel 2.7. Nilai standard BER yang harus dipenuhi untuk multi layanan ... 21
Tabel 2.8. Paramater elektris yang harus dipenuhi Jarlokat ... 21
Tabel 3.1.Pre-Posttest Design... 29
Tabel 3.2. Hasil Pengukuran TahananScreenDan Tahanan Isolasi Antar Penghantar Kabel ... 35
Tabel 3.3. Hasil Pengukuran Tahanan Urat Kabel ... 36
Tabel 3.4. Hasil PengukuranBit Error Ratedan Kecepatan Akses ... 36
Tabel 4.1. Rata-rata pengukuran tahanan urat KTTL ……… 41
Tabel 4.2. Perhitungan nilai tahanan urat kabel ……… 41
Tabel 4.3. Rata-rata hasil pengukuran tahanan isolasi antar penghantar ………. 42
Tabel 4.4. Perhitungan nilai tahanan isolasi antar penghantar ……….. 42
Tabel 4.5. Rata-rata hasil pengukuran tahananscreenKTTL ……….. 42
Tabel 4.6. Rata-rata hasil pengukuran BER kelompok ………. 43
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sistem komunikasi berawal dari penggunaan media fisik yang kemudian
berkembang menjadi kabel tembaga dan kabel optik, bahkan telah merambah pada dunia
tanpa kabel, yaitu teknologi selular [1]. Perkembangan teknologi telekomunikasi yang
sangat pesat tersebut ditujukan untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada
pengguna sarana komunikasi.
Walaupun teknologi selular telah menjadi sebuah kemudahan yang memanjakan
para penggunanya, penggunaan frekuensi sebagai media dalam komunikasi selular sangat
terbatas karena berhubungan dengan bidang komunikasi lain seperti radio dan televisi.
Komunikasi masih bertumpu pada penggunaan kabel fisik sebagai medianya. Kabel fisik
terdiri dari 2 jenis yaitu kabel optik dan kabel tembaga [2].
Kabel optik merupakan media transmisi fisik yang menyalurkan informasi
menggunakan gelombang cahaya. Kabel optik bebas dari gangguan elektris. Sekarang
kabel optik digunakan untuk jaringan antar kota maupun jaringan dalam kota sebagai
kabel primer [3].
Penggunaan kabel tembaga dibagi menjadi dua jenis yaitu kabel udara dan kabel
tanah [2]. Kabel udara adalah kabel yang terpasang pada tiang telepon. Kabel udara banyak
digunakan karena tidak memerlukan biaya yang besar pada saat perencanaan, pemasangan,
dan pemeliharaannya. Kabel tanah digunakan pada daerah yang tidak memungkinkan
penggunaan kabel udara. Kabel tanah memiliki tingkat keamanan mekanis yang lebih
tinggi dari kabel udara, namun memerlukan biaya yang besar pada saat perencanaan,
pemasangan, maupun pemeliharaannya. Kabel tanah juga digunakan karena kapasitas
maksimalnya jauh lebih besar dari kabel udara, yaitu 3600 pair. Jaringan kabel tanah
direncanakan untuk jangka waktu 25 tahun. Kabel tanah yang digunakan harus sesuai
dengan parameter elektris kabel distribusi telepon [4].
Tempat penyambungan kabel yang disebut manhole dibuat setiap jarak 200 meter
pemasangan kabel tanah [3].Manhole juga digunakan sebagai tempat pemeliharaan kabel.
Pemeliharaan terhadap ruangan di dalam manhole (chamber) dilakukan setiap tiga bulan
untuk mengeluarkan lumpur dan air yang menggenangi chamberagar tidak menyebabkan
kerusakan terhadap kabel. Setiap 6 bulan sekali dilakukan pemeliharaan elektris dan
pemeliharaan terhadap sambungan kabel.
Kerusakan pada kabel telepon, baik kabel Duct maupun Kabel Tanah Tanam
Langsung (KTTL) pada umumnya disebabkan oleh air. Air merupakan satu-satunya unsur
alami yang ditemukan dalam semua zat yang ada dibumi, baik cair, padat maupun gas. Air
dikenal sebagai bahan pelarut yang universal karena mampu memecahkan lebih banyak
unsur dibanding cairan yang lain. Kerusakan pada uratkabel Duct sering terjadi pada saat
pemeliharaan elektris. Kerusakan diakibatkan oleh genangan air dan lumpur yang terlalu
tinggi hingga merendam kabel beserta sambungannya. Pada beberapa kasus, kerusakan
terjadi pada satu unit bahkan seluruh urat kabel. Kerusakan tersebut akan menyebabkan
gangguan terhadap hubungan komunikasi pelanggan karena berkurangnya jalur
komunikasi sehingga para pelanggan akan merasa tidak nyaman. Perbaikan perlu
dilakukan untuk menanggulangi gangguan akibat kerusakan tersebut, tentunya dengan
biaya yang cukup besar.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, eksperimen perlu dilakukan mengenai pengaruh
kontaminasi air terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon, yaitu Kabel
Tanah Tanam Langsung (KTTL) dan kabel Duct. Eksperimen akan dilakukan sebagai
tugas akhir dengan judul “Pengaruh Air Terhadap Kemampuan Menghantar Kabel
Distribusi Telepon”.
1.2.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui pengaruh kontaminasi air terhadap kemampuan menghantar kabel
distribusi telepon, mengetahui kualitas kabel distribusi telepon.
2. Memberikan alternatif pilihan untuk pemeliharaan jangka waktu kabel distribusi
telepon.
Manfaat dari penelitian ini adalah
1. Mendapatkan kualitas pemeliharaan kabel distribusi telepon yang lebih baik.
2. Memberikan tambahan panduan pemeliharaan bagi teknisi PT. Telkom.
1.3.
Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Objek penelitian adalah Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) dan Kabel Duct yang
masing-masing 10pair.
3. Kinerja kabel distribusi telepon yang diukur adalah
a. Untuk mengetahui kualitas kabel tanah : tahanan screen kabel, tahanan isolasi antar
penghantar, dan tahanan urat kabel.
b. Untuk mengetahui performance kabel tanah : Bit Error Rate (BER) dan kecepatan
akses.
4. Proses perendaman dilakukan bervarisi selama 1 hari, 5 hari, 10 hari, 30 hari, dan 60
hari.
5. Tempat melakukan penelitian di PT. Telekomunikasi Indonesia Diva Area Denpasar.
Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium dan diperkirakan lamanya penelitian 60
hari atau 2 bulan.
1.4. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode :
1. Studi literatur
Dalam studi literatur mempelajari tentang objek-objek yang akan diteliti yaitu
Kabel Duct dan Kabel Tanah Tanam Langsung dengan mengumpulkan
jurnal-jurnal, buku-buku, dan referensi lainnya yang dapat mendukung topik ini.
2. Variabel penelitian
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah air. Air yang digunakan adalah air
tanah dengan volume air yang berbeda-beda.
b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran kemampuan
elektris kabel distribusi telepon yang berupa tahanan screen kabel, tahanan
isolasi antar penghantar dan tahanan urat kabel.
c. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah lamanya waktu perendaman dan
kondisi lingkungan yang berupa tempat melakukan perendaman dan suhu
ruangan perendaman.
3. Metode pengumpulan data
a. Data yang diambil dalam penelitian ini yaitu tahanan screen kabel, tahanan
isolasi antar penghantar, dan tahanan urat kabel.
Pengukuran tahanan screen kabel dan tahanan isolasi kabel dilakukan
dengan menggunakanmegger earth tester. Kutub-kutubmegger earth tester
dihubungkan dengan lapisan alumunium dan salah satu urat kabel pada
ujung dekat dan pada ujung jauh semua urat kabel disatukan dan
Pengukuran tahanan urat kabel dilakukan dengan menggunakanAVO meter
digital. Terminal AVO meter digital dihubungkan dengan urat-urat kabel
pada ujung jauh dan ujung dekat kabel.
PengukuranBit Error Rate(BER) menggunakanBER Test Set.
b. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Metode observasi
Kegiatan observasi dalam penelitian dilakukan untuk melihat kondisi Kabel
Tanah Tanam Langsung dan Kabel Duct yang berpetrolyjelly apakah terdapat
kerusakan terhadap bentuk fisik kabel, melihat hasil penunjukkan alat ukur
pada pengukuran awal maupun akhir dan membandingkannya dengan nilai
kabel yang tidak diberikan perlakukan sebagai kontrol.
2. Metode dokumentasi
Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kertas bergambar atau
foto. Gambar atau foto tentang tempat penelitian, bahan dan alat yang
digunakan dan kegiatan yang dilakukan pada saat penelitian yang berupa
mengupas kedua ujung kabel, melakukan pengukuran awal, melakukan
perendaman terhadap kabel serta pada saat melakukan pengukuran terhadap
kemampuan elektris kabel yang telah mengalami proses perendaman.
3. Metode eksperimen
Eksperimen yang dilakukan adalah perendaman terhadap kabelductdan Kabel
Tanah Tanam Langsung (KTTL).
4. Metode analisis data
Dalam metode ini penulis menganalisa dan menyimpulkan hasil penelitian. Hasil
penelitian dianalisis dengan Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Uji T) dengan tingkat
kepercayaan 98% (α = 2% ). Analisis uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh waktu perendaman terhadap kemampuan menghantar kabel
distribusi telepon serta perbedaan kualitas menghantar kabelDuct dan KTTL yang
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Jaringan Lokal Akses Tembaga (Jarlokat)
Jaringan Lokal Akses Tembaga (Jarlokat) adalah suatu jaringan kabel telepon dari
bahan tembaga yang dipasang atau ditarik dan dipergunakan untuk menghubungkan
terminal-terminal pelanggan dengan sentral lokal yang bersangkutan [5]. Konfigurasi
jaringan akses ini dimulai dari terminal blok vertikal pada Rangka Pembagi Utama (Main
Distribution Frame, MDF) sampai Kotak Terminal Batas (KTB) yang menggunakan kabel
tembaga sebagai media aksesnya atau juga menambahkan perangkat lain untuk
meningkatkan performansi atau unjuk kerja dari Jarlokat tersebut [5]. Gambar 2.1
memperlihatkan jaringan komunikasi kabel yang digunakan oleh PT.Telekomunikasi
Indonesia.
Gambar 2.1 Jaringan kabel komunikasi PT.Telkom [5]
Keterangan gambar :
1. Sentral
Sentral merupakan pusat dari jaringan yang mengatur setiap kegiatan komunikasi
baik berupa suara maupun data. Terminasi awal kabel dimulai dari sebuah rak utama
yang disebut MDF. MDF terdiri atas dua bagian, vertikal dan horizontal. Bagian
horizontal berhubungan dengan catu daya dan sentral data, sedangkan bagian vertikal
berhubungan dengan rumah kabel sebagai tempat terminasi awal kabel primer. Gambar
2.2 memperlihatkan bagian-bagian dari MDF.
Gambar 2.2. Bagian horisontal pada MDF (A) dan Bagian Vertikal pada MDF (B)
[6]
2. Rumah Kabel
Rumah Kabel (RK) merupakan tempat terminasi akhir kabel primer dari sentral dan
terminasi awal kabel sekunder yang menuju ke Kotak Pembagi . Kabel primer yang
menghubungkan RK dan sentral berupa kabel Duct dan kabel optik. Gambar 2.3
memperlihatkan konstruksi RK.
Gambar 2.3. Konstruksi Rumah Kabel [6]
3. Kotak Pembagi
Kotak Pembagi atau Distribution Point merupakan tempat terminasi akhir kabel
sekunder dari RK dan terminasi awal Drop Wire (kabel udara) yang menuju ke KTB.
Kabel sekunder yang menghubungkan RK dan DP berupa Kabel Tanah Tanam
Langsung (KTTL) dan kabel udara. Kotak pembagi juga merupakan batas tanggung
jawab PT. Telkom terhadap jaringan komunikasi pelanggan. Gambar 2.4
Gambar 2.4. konstruksiDistribution Point[6]
4. Kotak Terminal Batas
Kotak Terminal Batas (KTB) merupakan tempat terminasi akhir kabel pembagi dan
terminasi awal saluran instalasi rumah yang menggunakan kabel indoor. Pelanggan
mempunyai hak penuh atas instalasi rumah, mulai dari KTB sampai dengan pesawat
telepon. Kerusakan yang terjadi atas jaringan menjadi tanggung jawab pelanggan dan
akan diselesaikan oleh rekanan yang ditunjuk oleh PT. Telkom.
5. Terminal Pelanggan
Terminal pelanggan dapat berupa pesawat telepon, pesawat fax, komputer, maupun
media komunikasi lain.
2.2. Kabel Tembaga
Media fisik yang digunakan dalam jaringan komunikasi PT.Telkom adalah kabel
tembaga dan kabel optik [2]. Pembahasan kabel pada dasar teori ini adalah kabel yang
berkaitan dengan penelitian, yaitu kabel tembaga.
2.2.1. Bahan Penyusun Kabel Tembaga
Bahan penyusun kabel tembaga harus memenuhi ketentuan sebagai berikut [5]:
1. Urat kabel
Urat kabel merupakan kawat penghantar berisolasi polyethylene kawat penghantar
berupa kawat tembaga padat, bulat, mengkilat, bersih, dan bebas dari segala cacat.
Kualitas tembaga harus merata pada setiap titik. Nilai tahanan urat harus sesuai dengan
2. Sepasang urat penghantar yang disebutpair
Inti kabel disusun menggunakan sistem quad, yaitu dua pasang urat penghantar
(dua pair) yang dipilin bersama-sama. Ukuran kabel telepon dinyatakan dalam ukuran
quad. Setiap lima quad dihimpun membentuk satu sub unit yang diikat dengan sebuah
pita pelilit kode warna. Beberapa sub unit akan membentuk unit. Satu unit dapat terdiri
50pairdan 100 pair. Tabel 2.1 memperlihatkan tabel perhitungan urat kabel dan Tabel
2.2 memperlihatkan warna urat, susunanpair,danquad.
3.
Pita pelilit kode warnaPita pelilit kode warna terbuat dari bahan polyprophylene dan ada pada setiap sub
unit dengan satuan dasar 10 pair. Pita pelilit kode warna berfungsi untuk menentukan
urutan perhitungan setiap sub unit dan unit dari kabel tersebut. Warna pita pelilit kode
warna ditentukan berdasarkan arah putaran jarum jam, dimulai dari warna merah,
kuning, putih, kuning, dan seterusnya dalam setiap unit dasar 10pair.
4. Plastik pembungkus urat
Plastik pembungkus urat terbuat dari bahan polyprophylene sebagai pembungkus
inti kabel agar bulat padat dan tidak bergesekan dengan lapisan alumunium.
5. Kawat telanjang tembaga yang dilapisi timah sebagai penghubungscreenkabel.
Tabel 2.2. Tabel Urat Kabel
Dari Tabel 2.2 dapat dilihat bahwa urat pair ganjil b selalu berwarna putih dan pair
genap selalu berwarna merah-hitam. Kesamaan warna ini mempermudah proses
terminasi kabel pada sentral, RK, dan DP.
6. Pelindung elektris
Pelindung elektris terbuat dari bahan lapisan alumunium sebagai perlindungan dari
tegangan induksi dan kelembaban. Pelindung elektris kabel harus mampu menahan
tegangan tembus sebesar 500 VDC dengan frekuensi 50 Hz minimal selama 1 menit.
7. Beareratau kawat penguat untuk kabel udara
Bearer merupakan kawat baja yang dipilin menjadi satu ikatan yang bulat dan
padat sebagai penggantung dan pengikat kabel udara pada tiang. Ketentuan bearer
adalah sebagai berikut :
1. Bearer kabel udara 10 pair sampai dengan 50 pair terbuat dari 7 buah baja
stainlessdiameter 1,2 mm yang dipilin dengan daya tahan maksimal 11.000 N.
Baja stainless diameter 2 mm sebanyak 7 buah dipilin dengan daya tahan
maksimal 29.000 N.
Bajastainlessdiameter 1,2 mm sebanyak 19 buah dipilin dengan daya tahan
maksimal 29.000 N.
8. Pita baja (steel armouring)
Pita baja terbuat dari bajastainlessyang berfungsi sebagai pelindung mekanis pada
KTTL yang melindungi kabel dari gesekan dan benturan benda keras sekaligus sebagai
pelindung elektris kabel yang melindungi dari tegangan asing luar.
9. Isolasi penghantar
Isolasi penghantar terbuat dari bahancompound polyethylene (PE) dengan tahanan
isolasi antar penghantar minimal 10.000 MΩ/km pada suhu 20° Celcius dengan
tegangan sebesar 500 V-DC. PE berfungsi untuk mencegah kemungkinan masuknya air
dan sebagai bantalan pada saat penarikan kabel.
10. Haspel
Haspel merupakan tempat digulungnya kabel sebelum digunakan. Data-data yang
harus terdapat padahaspeladalah :
1. Tanda pengenal produsen.
2. Jenis, kapasitas dan diameter kabel.
3. Panjang kabel dalam ukuran meter.
4. Nomor dan nomor spesifikasihaspel.
5. Berat kotor dalam kilogram.
6. Tanda panah penunjuk arah putaranhaspel.
7. Tanda akhir gulungan kabel.
11. Endcap
Endcapmerupakan penutup ujung kabel.
2.2.2. Kategori Kabel Tembaga
Kategori kabel tembaga ada 3 yaitu Kategori I, Kategori II, dan Kategori III [7].
2.2.2.1. Kategori I ( kapasitas 10 – 20 pair)
Kabel 10pairtidak memiliki pita pelilit kode warna karena hanya terdiri dari satu sub
unit saja. Kabel 20, 30, 40 dan 50pairtidak memiliki pita pelilit kode warna utama. Kabel
sebagai satuan dasar yang dililit oleh pita pelilit kode warna menjadi inti kabel yang
simetris dan kompak. Gambar 2.5 memperlihatkan penampang kabel dengan satuan dasar
10pair.
Gambar 2.5. Gambar penampang kabel dengan satuan dasar 10pair[7]
2.2.2.2. Kategori II (kapasitas 150 – 300 pair)
Kabel 150, 200, 250 dan 300pairdibentuk dari unit sebagai satuan dasar yang terdiri
dari lima unit atau 50pairdimana akan terdapat pita pelilit kode warna unit dan pita pelilit
kode warna sub unit (10 pair). Gambar 2.6 memperlihatkan penampang kabel dengan
satuan dasar 50pair.
2.2.2.3. Kategori III (kapasitas 400 – 2400 pair)
Kabel kapasitas 400 sampai dengan 1200 pair dihimpun dari unit yang terdiri dari
100 pair atau 10 sub unit yang masing-masing unit dan sub unit dililit oleh pita pelilit kode
warna. Selanjutnya konstruksi kabel ukuran diatas 1200 pair menggunakan unit dengan
satuan dasar 100pair. Khusus untuk konstruksi kabel bertingkat seperti kabel 60, 80, 100,
120, 300, 500, 600, 800, 1000, dan 1200 pair, terdapat pita pelilit kode warna inti dalam
berwarna putih untuk menghindari kesalahan penentuan dengan unit yang pertama. Perlu
pelilit kode warna inti dalam dan inti luar kabel. Gambar 2.7 memperlihatkan penampang
kabel dengan satuan dasar 100 pair.
Gambar 2.6. Gambar penampang kabel dengan satuan dasar 50pair[7]
2.2.3. Jenis-Jenis Kabel Tembaga
Jenis-jenis kabel tembaga ada 2 yaitu kabel udara dan kabel tanah [2].
2.2.3.1. Kabel udara
Kabel udara merupakan kabel yang dipasang pada tiang telepon. Kabel ini digunakan
karena tidak memerlukan biaya yang besar pada proses pemasangan dan pemeliharaannya,
namun rawan terhadap gangguan mekanis. Kapasitas maksimal kabel udara adalah 120
pair. Hal ini disebabkan karena beban kerja yang harus ditanggung tiang penyangga dan
bearer. Gambar 2.8 memperlihatkan konstruksi kabel udara.
Gambar 2.8. Konstruksi kabel udara [7]
2.2.3.2. Kabel tanah
Kabel tanah digunakan pada wilayah yang tidak memungkinkan penggunaan kabel
udara. Kapasitas maksimal kabel tanah adalah 3600pair. Ada dua jenis kabel tanah, yaitu
Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) dan kabelDuct.
2.2.3.2.1. Kabel Tanah Tanam Langsung
Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) merupakan kabel tanah yang ditanam
langsung ke dalam tanah tanpa membuat tempat perlindungan. Setelah kabel ditanam,
diletakkan deksteen sepanjang galian kabel sebagai tanda keberadaan kabel. Kabel Tanah
KTTL memiliki pelindung mekanis yang menambah berat kabel, sedangkan kemampuan
haspeldan alat tarik kabel terbatas.
KTTL banyak digunakan sebagai kabel sekunder yang menghubungkan RK dengan
DP. Setelah ditanam, pemeliharaan yang terlalu rutin tidak perlu dilakukan terhadap Kabel
Tanah Tanam Langsung (KTTL), hanya pemeliharaan elektris yang dilakukan setiap 6
bulan. Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) dapat digunakan selama 15 tahun. Lebih
dari itu kabel harus diganti karena telah melebihi umur penggunaannya. Gambar 2.9
memperlihatkan konstruksi KTTL.
Gambar 2.9. Konstruksi KTTL [7]
2.2.3.2.2.
Kabel
Duct
Kabel Ductmerupakan kabel tanah dengan konstruksi yang sama dengan kabel udara
hanya tanpa bearer. Proses pemasangan kabel Duct sangat lama dan mahal. Sebelum
menarik kabel, saluran kabel terlebih dahulu dibuat kurang lebih sedalam 3 meter. Tempat
penyambungan kabel yang disebut manhole dibuat setiap jarak 200 meter. Manhole juga
digunakan sebagai tempat pemeliharaan kabel. Setiap satu bulan, pemeliharaan terhadap
ruangan di dalammanhole(chamber) dilakukan untuk mengeluarkan lumpur dan air yang
menggenang agar tidak menyebabkan kerusakan terhadap kabel. Pemeliharaan elektris dan
pemeliharaan terhadap sambungan kabel dilakukan setiap 6 bulan sekali. Gambar 2.10
Gambar 2.10. Konstruksi kabelDuct[7]
Paralatan teknis yang digunakan PT. Telkom memiliki kode pengenal dan
spesifikasi tertentu. Kode pengenal diawali dengan tulisan STEL yang berarti peralatan
standar pada sistem telekomunikasi PT. Telekomunikasi Indonesia yang memenuhi syarat
teknis baik elektris maupun mekanis. Kode selanjutnya menyatakan jenis peralatan yang
digunakan, dalam hal ini K berarti kabel. Tabel 2.3 memperlihatkan beberapa kode
pengenal kabel tanah, baik Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) maupun kabelDuct.
Tabel 2.3. Kode Pengenal Kabel Tanah
Kode Pengenal Kabel
Tanah Keterangan Kode Kabel
STEL K─009
T─E ( Pem ) E 2400 X
2 X 0,6
009 : kode KabelDuctdengan pelindung mekanis.
T : Kabel tanah berpenghantar tembaga.
E : Isolasipolyethylene(PE).
( Pem ) : Pelindung elektris dan mekanis.
E : Isolasipolyethylene(PE).
2400 X 2 X 0,6 : kapasitas 200 pair dengan diameter urat 0,6
mm.
Kode diatas berarti Kabel Duct kapasitas 2400 pair dengan
urat penghantar tembaga berdiameter 0,6 mm, pelindung
Tabel 2.3. (Lanjutan) Kode Pengenal Kabel Tanah
Kode Pengenal Kabel
Tanah Keterangan Kode Kabel
STEL K─007
T─EJ ( Pem ) E 200 X
2 X 0,6
007 : kode KTTL
T : Kabel tanah berpenghantar tembaga.
E : Isolasipolyethylene(PE).
J : Lapisan petrojelly.
E : Isolasipolyethylene(PE).
( Pem ) : Pelindung elektris dan mekanis.
200 X 2 X 0,6 : kapasitas 200pairdengan diameter urat 0,6
mm.
Kode diatas berarti Kabel Tanah Tanam Langsung kapasitas
200 pair dengan urat penghantar tembaga berdiameter 0,6
mm, lapisan petrojelly, pelindung elektris dan mekanis.
STEL K─008
T─EJ ( Pe ) E 2400 X 2
X 0,6
008 : kode KabelDuctberpetrojelly.
T : Kabel tanah berpenghantar tembaga.
E : Isolasipolyethylene(PE).
J : Lapisan petrojelly.
( Pem ) : Pelindung elektris.
E : Isolasipolyethylene(PE).
2400 X 2 X 0,6 : kapasitas 2400 pair dengan diameter urat
0,6 mm.
Kode diatas berarti KabelDuctkapasitas 2400 pair dengan
urat penghantar tembaga berdiameter 0,6 mm, lapisan
2.2.4. Parameter Elektris Kabel Distribusi Telepon
Kabel tanah yang digunakan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia harus sesuai dengan
parameter elektris kabel distribusi telepon [4]. Parameter elektris tersebut yaitu :
1. Minimal memenuhi syarat teknis layanan POTS
Kontinuitas : OK
Tahanan Isolasi :≥10MΩ.Km
TahananLoop: 1km/130Ωpada tegangan asing 3mV Attenuation:≤60 dB
TahananScreen: tersambung
2. Tidak boleh adaloading coilpada saluran.
3. Tidak boleh ada tegangan AC/DC pada saluranidle.
4.Resistance unbalance:≤4%.
5.Longitudinal balance:≥60 dB.
6. Power Influence:≤80 dB.
7. Memenuhi spesifikasi kecepatan akses ADSL2+
Redaman kabel :≤35 dB S/N :≥25 dB
2.2.4.1. Tahanan Isolasi Antar Penghantar
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengukur besarnya “kebocoran “ listrik yang
terjadi antara urat yang diukur dengan urat lainnya maupun urat yang diukur dengan tanah.
Dalam setiap saluran terdapat kebocoran listrik. Transmisi sinyal informasi yang melalui
konduktor kabel secara umum tidak terpengaruh terhadap nilai. Gambar 2.11 dan Gambar
2.12 memperlihatkan skema kabel tembaga yang terpotong dan tahanan isolasi antar urat
kabel. Tabel 2.4 memperlihatkan standar parameter elektris yang harus dipenuhi untuk
multi layanan.
Gambar 2.12. Tahanan Isolasi antar Urat Kabel [4]
Tabel 2.4. Parameter elektris tahanan isolasi yang harus dipenuhi untuk multi layanan [7]
2.2.4.2. Tahanan
Screen
Kabel
Isolator jaringan kabel tembaga dibuat dari bahan alumunium foil, berupa pita
alumunium yang dipasang secara tumpang tindih melilit sepanjang kabel, yang berfungsi
sebagai pengaman urat-urat kabel dari gangguang tegangan luar (asing). Dalam
penerapannya alumunium foil ini harus terhubung dengan baik ke grounding yang ada di
setiap titik interkoneksi jaringan kabel, baik di MDF, RK dan DP. Setiap urat kabel harus
mempunyai nilai tahananscreen terhadap grounding, maupun antar urat-urat kabel sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran besarnya resistansi screen (alumunium foil)
di sepanjang kabel. Satuan/unit dari tahananscreenadalah Ohm (Ω). Metode pengukuran tahananscreenkabel :
Jika tahanan konduktor A dan konduktor B diukur sebagai , maka :
+ = (2.1)
2. Dengan perantara urat A danscreen
Jika tahanan konduktor A danscreendiukur sebagai , maka :
+ = (2.2)
Tahananscreen= hasil ukur – 0,5 tahananloop
3. Dengan perantara urat B danscreen
Jika tahan konduktor B danscreendiukur sebagai , maka :
+ = (2.3)
Tahananscreendapat dihitung sebagai berikut :
(2.4)
2.2.4.3. Tahanan
Loop
Pengukuran tahanan loop adalah untuk mengetahui nilai resistansi/tahanan murni
kabel. Pengukuran tahanan loop adalah murni nilai resistansi konduktor atau urat kabel.
Pada pengukuran tahananloop, kabel tidak dilewati suatu sinyal informasi. Tahanan loop
kadang disebut juga dengan istilah tahanan DC (DCResistance). Pengukuran tahanan loop
dapat menggunakan perangkat multimeter. Satuan/unit tahanan loop adalah Ohm (Ω).
= . . . (2.5)
Dengan R adalah tahananloop(Ω/km), adalah konduktivitas kabel tembaga = 0,0175Ω mm2/m pada 20°C, L adalah panjang saluran (m), dan A adalah luas penampang kabel
(mm2)
Tabel 2.5. Parameter elektris tahanan jerat maksimal yang harus dipenuhi [7]
2.2.4.4.
Bit Error Rate
Bit Error Rate (BER) digunakan untuk mengetahui berapa banyak terjadi
kesalahan bit pada waktu pengiriman data melalui media transmisi dalam hal ini jaringan
kabel tembaga. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan parameter
saluran yang mengakibatkan / menambah Bit Error pada sisi antar muka dari kedua sisi
end to end. Tabel 2.7 memperlihatkan standar parameter elektris BER yang harus dipenuhi
untuk multi layanan.
Tabel 2.7. Nilai standard BER yang harus dipenuhi untuk multi layanan [7]
2.2.5. Karakteristik Kabel Tembaga
Jika dua saluran diperpanjang sampai tak terbatas, rangkaian ekivalen akan diperluas tak terbatas sesuai yang seharusnya. Jumlah R, L, C, dan G ditunjukkan pada gambar dibawah ini sesuai jumlah tertentu per satuan panjang [10]. Dengan kata lain, jumlah muatan terdistribusi sebagian dari seluruhnya.
1. Resistansi (R)
Secara matematis, resistansi dapat dirumuskan sebagai berikut:
(2.6) Pada kabel tembaga, nilai ρ = 0.01754 / . Untuk frekuensi tinggi, nilai efek kulit (skin effect) mempengaruhi nilai resistansi, dengan persamaan nilainya :
(2.7)
Dengan nilai , dimana . Sehinggha persamaan untuk
perhitungan nilai resistansi total adalah :
(2.8) 2. Kapasitansi (C)
Persamaan untuk perhitungan nilai kapasitansi adalah
(2.9) Dimana ε adalah permitivitas dielektrik, s adalah jarak antar konduktor (mm), dan d adalah diameter penghantar (mm).
3. Induktansi (L)
(2.10) Dimana s adalah jarak antara dua konduktor = d + (2 x tebal isolator). Untuk frekuensi tinggi, nilai induktansi juga dipengaruhi efek kulit, sehingga persamaannya menjadi :
(2.11) Sehingga nilai induktansi totalnya adalah
(2.12)
4. Redaman Saluran
Impedansi karakteristik merupakan suatu nilai redaman yang pasti ada pada semua
media transmisi, termasuk kabel tembaga. Sementara pada frekuensi kerja sistem, kabel
tembaga menghasilkan redaman saluran yang besarnya berbeda-beda tergantung frekuensi
kerjanya. Redaman pada kabel tembaga disebabkan karena konduktivitas konduktor yang
tidak sempurna dan juga disebabkan oleh resistansi dielektrik yang berhingga (idealnya tak
terhingga). Redaman ini merupakan kerugian daya yang terjadi dalam saluran.
Persamaan redaman (α) pada suatu saluran transmisi adalah sebagai berikut:
(2.13)
dimana α = redaman saluran, (Np/ km), R = resistansi (ohm/km), L = induktansi (Henry /km), C = kapasitansi (Farad/km), dan G = konduktansi (mho/km).
Pengukuran kemampuan konduktor kabel jika dilalui sinyal informasi pada
frekuensi sinyal tertentu. Dalam kalimat lain mengukur redaman saluran adalah mengukur
besarnya redaman/loss sepanjang kabel. Berbeda pada pengukuran kontinuitas atau
tahanan isolasi dimana kabel tidak dilewati sinyal informasi, maka pada pengukuran
2.3. Penelitian
2.3.1. Konsep Dasar Penelitian
Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti di
dalam melakukan kontrol terhadap kondisi [9]. Dalam pengertian lain, penelitian
eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok
eksperimen. Kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu
dengan kondisi-kondisi yang dapat dikontrol.
Penelitian eksperimental adalah penelitian dengan kejadian yang terjadi disebabkan
adanya intervensi alam yang dilakukan oleh peneliti untuk menguji hubungan antara sebab
dan akibat yang dilakukan pada suatu sistem yang tertutup dan terkontrol [8]. Penelitian
ekeperimental memiliki tiga prinsip yang harus dipenuhi, yaitu replikasi, randomisasi, dan
kontrol.
Replikasi adalah banyaknya unit eksperimen yang mendapatkan perlakuan sama
pada kondisi tertentu. Replikasi bertujuan untuk memperkirakan kesalahan penelitian,
meningkatkan ketelitian hasil penelitian dan memperluas jangkauan generalisasi hasil
penelitan.
Randomisasi merupakan proses untuk mewujudkan keadaan random atau acak
tanpa memilih suatu unit tertentu sehingga setiap unit penelitian mempunyai kesempatan
yang sama untuk mendapatkan perlakuan. Randomisasi dilakukan sebagai usaha menjaga
validitas generalisasi hasil eksperimen kepada populasinya.
Kontrol merupakan dasar penelitian eksperimental karena harus memiliki paling
sedikit dua unit eksperimen yaitu unit yang diberi perlakukan dan unit yang tidak diberikan
perlakuan sebagai unit kontrol sebagai pembanding.
Penelitian eksperimental memiliki tiga jenis desain, yaitu eksperimental sungguhan
(true-experimental), pra-eksperimental (pre-experimental) dan eksperimental semu (
quasi-experimental). Eksperimental sungguhan merupakan penelitian yang mampu memenuhi
seluruh prinsip eksperimental. Pra-eksperimental hanya mampu memenuhi sebagai dari
prinsip eksperimental. Sedangkan eksperimental semu mampu memenuhi ketiga prinsip
2.4. Statistika
2.4.1. Konsep Dasar Statistika
Konsep dasar statistika yang dibahas hanya yang berkaitan dengan penelitian.
2.4.1.1. Ukuran Pemusatan/Ukuran Gejala Pusat
Ukuran pemusatan adalah nilai tunggal yang mewakili semua data atau kumpulan
pengamatan yang menunjukkan pusat data. Yang termasuk ukuran pemusatan [12] :
1. Rata-rata hitung
Rata-rata Hitung (Mean) ialah suatu nilai yang mewakili suatu kelompok data [12].
Rata-rata hitung diperoleh dengan membagi jumlah seluruh data dengan banyak data.
Rumus umumnya:
(2.16)
Untuk data yang tidak mengulang
(2.17)
Untuk data yang mengulang dengan frekuensi tertentu
(2.18)
2. Rata-rata ukur
Rata-rata ukur digunakan apabila nilai data satu dengan yang lain berkelipatan.
Persamaan umumnya yaitu [12] :
(2.19)
Untuk data tidak berkelompok
(2.20)
Untuk data berkelompok
(2.21)
2.4.2. Hipotesis
2.4.2.1. Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yang merupakan gabungan dari dua kata yaitu
adalah pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya sehingga memerlukan
pengujian yang akan membawa kepada kesimpulan untuk menerima atau menolak
hipotesis tersebut. Pengujian dihadapkan kepada dua pilihan yaitu hipotesis alternatif yang
selanjutnya disingkat Ha dan hipotesisi nol (null) yang selanjutnya disingkat Ho. Ha adalah
lawan atau tandingan dari Ho. Ha disebut juga hipotesis kerja atau hipotesis penelitian
yang cenderung dinyatakan dalam kalimat positif. Sedangkan Ho dinyatakan dalam
kalimat negatif [13].
2.4.2.2. Dua Macam Kesalahan dalam Penolakan atau Penerimaan
Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis akan terjadi dua macam kesalahan yaitu [12]:
1. Galat Jenis 1 : Penolakan Hipotesis Nol yang benar.
Galat Jenis 1 dinotasikan sebagai, disebut juga taraf nyatauji
Catatan : konsep dalam Pengujian Hipotesis sama dengan konsep konsep pada
Selang Kepercayaan
2. Galat Jenis 2 : Penerimaan Hipotesis Nol yang salah.
Galat Jenis 2 dinotasikan sebagaiβ.
2.4.2.3. Macam-macam Pengujian Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis, Ho yang diuji apakah dapat diterima atau ditolak.
Untuk dapat memutuskan apakah Ho ditolak atau diterima, maka kriteria tertentu dengan
nilai tertentu diperlukan, baik dari hasil perhitungan maupun hasil dari tabel. Kedua hasil
tersebut dibandingkan. Dalam hal ini, dimisalkan menggunakan perhitungan t dengan
menggunakan rumus t sehingga diperoleh . Kemudian dicari dari tabel t
denganαtertentu. Pengujian Hipotesis dapat dilakukan secara [12] : 1. Uji Satu Arah
H0ditulis menggunakan persamaan (tanda =)
H1ditulis menggunakan tanda(>) atau (<)
2. Uji Dua Arah
H0ditulis menggunakan persamaan (tanda =)
Gambar 2.13 memperlihatkan daerah penolakan dan penerimaan dalam pengujian
hipotesis.
Gambar 2.13. Daerah Penolakan (yang diarsir) dan penerimaan (tanpa arsiran) [12]
2.4.3. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
2.4.3.1. Pendahuluan
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kesamaan dua
rata-rata ataurumus uji t Fisher’s untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil pengukuran
terhadap kabel Duct dan KTTL dilihat dari variasi waktu perendaman yang telah
dilakukan. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum melakukan uji t, yaitu
[13] :
1. Data dipih secara acak.
2. Data masing-masing berdistribusi normal, dengan uji normalitas.
3. Data masing-masing homogen, dengan uji homogenitas.
Hasil penelitian ( thitung) kemudian dikonsultasikan dengan tabel (ttabel). Ketentuan
analisis jika thitung< ttabelpada taraf signifikansi 2 % atau probabilitas kurang dari 0,02 maka
hipotesis kerja (Ha) diterima karena pengujian sampel signifikan. Dalam analisis varian ini
hipotesis statistik yang diuji adalah :
Ho =μ1=μ2=μ3= ... =μk
Karena kedua data sampel independen (tidak berkorelasi), maka rumus yang
digunakan adalahrumusuji t Fisher’syaitu :
(2.22)
Karena n1 = n2 makarumusuji t Fisher’sdapat disederhanakan menjadi :
(2.23)
dengan t adalah Hasil perhitungan nilai t ( thitung),x1 adalah Rata-rata nilai kelompok I, x2
adalah Rata-rata nilai kelompok II, n1 adalah jumlah subyek kelompok, ∑ 1 adalah
Jumlah kuadrat rata-rata kelompok I, dan∑ 2adalah Jumlah kuadrat rata-rata kelompok
II.
2.4.3.2. Langkah-langkah Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Langkah-langkah uji kesamaan dua rata-rata adalah [13]:
1. Uji atau asumsikan bahwa data dipilih secara acak
2. Uji atau asumsikan bahwa data berdistribusi normal.
3. Asumsikan bahwa kedua variansnya homogen.
4. Tulis Ho dan Ha dalam bentuk kalimat.
5. Tulis Ho dan Ha dalam bentuk statistik.
6. Cari dengan rumus tertentu.
7. Tetapkan taraf signifikansinya (α).
8. Cari dengan pengujian 2 pihak dimana dk = n1 + n2 – 2 dan dengan
menggunakan table t didapat nilai .
9. Tentukan kriteria pengujian yaitu :
Jika - ≤ ≤+ , maka Ho diterima.
10. Bandingkan hasil dengan .
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah pra-eksperimental karena tidak dilakukan
randomisasi. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-posttest
design, yang dapat digambarkan pada Tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1.Pre-Posttest Design
Keterangan :
X : unit eksperimen.
X11 : hasil pengukuran awal terhadap KTTL yang tidak mendapat perlakuan.
X12 : hasil pengukuran awal terhadap KTTL yang akan mendapat perlakuan.
X21 : hasil pengukuran awal terhadap KabelDuctyang tidak mendapat perlakuan.
X22 : hasil pengukuran awal terhadap KabelDuctyang mendapat perlakuan.
O : Perlakuan.
- : Tidak mendapatkan perlakuan.
Y : hasil eksperimen.
Y11 : hasil pengukuran hari tertentu terhadap KTTL yang tidak mendapat perlakuan.
Y12 : hasil pengukuran akhir tertentu KTTL yang mendapat perlakuan.
Y21 : hasil pengukuran akhir tertentu KabelDuctyang tidak mendapat perlakuan.
Y22 : hasil pengukuran akhir tertentu KabelDuctyang mendapat perlakuan.
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis Kerja (Ha)
Ada pengaruh kontaminasi air terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi
telepon.
2. Hipotesis Nol (Ho)
Tidak ada pengaruh kontaminasi air terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi
telepon.
3.2. Langkah Eksperimen
3.2.1. Persiapan
a. Menentukan tempat penelitian, dalam hal ini PT. Telekomunikasi Indonesia Diva Area
Denpasar. Memeriksa kondisi lokasi penelitian untuk mengetahui tingkat kelembaban
air.
b. Menyiapkan bahan penelitian, berupa pemeriksaaan kondisi fisik KTTL dan KabelDuct
yang akan digunakan sebagai bahan penelitian.
c. Menyiapkan alat penelitian yaitu Megger Unilab Iso, AVO Meter, dan BER Test. Alat
penelitian harus diperiksa tingkat ketelitiannya sehingga tidak terjadi kesalahan pada
saat melakukan pengukuran.
3.2.2. Proses Penelitian
Langkah eksperimen dapat dilihat pada Gambar 3.1.
3.2.2.1. Pengupasan Kabel
a. Pembersihan ujung kabel yang akan dikupas.
b. Pengupasan mantel kabel. Kabel Duct dikupas pada lapisan polyethylene sepanjang 20
cm. Pengupasan KTTL dilakukan dari lapisan polyethylene, armouring baja sepanjang
25 cm, dan lapisanpolyethylenedalam sepanjang 20 cm.
c. Pembuatan belahan pada mantel kabel Duct dan lapisan polyethylene dalam KTTL
dilakukan hingga lapisan alumunium pada masing-masing ujung dengan panjang 2,5 cm
lebar 1 cm. Belahan ini digunakan sebagai tempat melakukan pengukuran tahanan
d. Pengupasan lapisan plastik pembungkus urat dan Pemisah pita pelilit kode warna dari
urat kabel. Pada kabel Duct, lapisan jelly yang menyelubungi urat kabel dapat
dibersihkan namun tidak perlu dihilangkan karena akan mempengaruhi hasil
pengukuran yang akan dilakukan.
e. Pengupasan urat-urat kabel sepanjang 2 cm sebagai tempat melakukan pengukuran
tahanan screen kabel, tahanan isolasi antar penghantar, tahanan urat kabel, Bit Error
Rate, dan kecepatan akses.
Ilustrasi pengupasan kabel untuk pengukuran dapat dilihat pada gambar 3.2 :
Gambar 3.2. pengupasan mantel kabel
3.2.2.2. Pengukuran Awal
a. Pengukuran tahanan screen kabel, tahanan isolasi antar penghantar, dan tahanan urat
kabel untuk mengetahui kemampuan mengantar kabel sebelum dilakukan penelitian
dengan mengacu kepada nilai spesifikasi standar kabel distribusi telepon. Apabila
terjadi perbedaan nilai yang cukup menonjol pada beberapa urat, maka penggantian
kabel perlu dilakukan sehingga diperoleh nilai yang sama atau mendekati nilai
standarnya. Kemudian dilanjutkan pengukuran Bit Error Rate (BER) dan kecepatan
akses kabel KTTL dan kabel Duct. Pengukuran parameter elektris dilakukan
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Pengukuran tahanan isolasi kabel akan dihentikan jika nilai ukur parameter elektris
Jarlokat dari Kabel Tanah Tanam Langsung dan kabel Duct tidak mengalami
perubahan selama minimal 30 hari atau 1 bulan dari waktu yang telah ditentukan
yaitu selama 60 hari atau 2 bulan. Standar tahanan isolasi untuk ADSL minimum 3,5
MΩ (Standar dari 3M) dan ≥10MΩ.Km. Sedangkan untuk kecepatan akses Jarlokat memiliki standar kecepatan akses ADSL yaitu Redaman kabel :≤35 dB dan S/N :≥ 25 dB.
2. Pengukuran terus dilakukan meskipun ada perubahan nilai ukur untuk parameter
elektris Jarlokat yang ditentukan (tahanan screen kabel, tahanan isolasi antar
penghantar, tahanan urat kabel, Bit Error Rate (BER), dan kecepatan akses) sampai
3.2.2.3. Perendaman
a. Memasukkan gulungan kabel pada bak yang telah terisi dengan air, ujung-ujung kabel
diposisikan sedemikian rupa sehingga tidak terkena air agar kabel tidak rusak.
Gambar 3.3 . kelompok kabel yang tidak mendapat perlakuan
Gambar 3.4. kelompok kabel yang mendapat perlakuan
3.2.2.4. Pengukuran Akhir
a. Pada waktu yang telah ditentukan, kabel yang terendam tahanan isolasi antar
penghantar, tahanan urat kabel, tahanan screen kabel, Bit Error Rate, dan kecepatan
1. Pengukuran tahanan screen kabel dan tahanan isolasi kabel dilakukan dengan
menggunakan megger earth tester. Kutub-kutub megger earth tester dihubungkan
dengan lapisan alumunium dan salah satu urat kabel pada ujung dekat dan pada
ujung jauh semua urat kabel disatukan dan dihubungkan dengan lapisan alumunium
sebagai screenkabel. Setelah itu, hasil pengukuran dicatat pada Tabel 3.2. Gambar
3.5 memperlihatkan cara mengukur tahanan isolasi kabel.
Gambar 3.5. Pengukuran tahanan isolasi kabel
2. Pengukuran tahanan urat kabel dilakukan dengan menggunakanAVO meter digital.
Terminal AVO meter digital dihubungkan dengan urat-urat kabel pada ujung jauh
dan ujung dekat kabel. Setelah itu, hasil pengukuran dicatat pada Tabel 3.3. Gambar
3.6 memperlihatkan cara mengukur tahanan urat kabel.
Gambar 3.6. Metode pengukuran tahanan urat kabel
3. MengukurBit Error Rate(BER)
Pengukuran Bit Error Rate (BER) dilakukan dengan:
a. Mengatur sisi pengirim
Mengatur besaran dan bentuk parameter dari BERGenerator dengan kecepatan
BERGeneratordihubungkan dengan ujung urat kabel yang akan diukur pada
terminasi 1 sedang ujung lainnya pada terminasi 2 dihubungkan dengan BER
meter pada sisi terima.
b. Mengatur sisi penerima
Mengatur besaran dan bentuk parameter padaBER Meterseperti pada sisi kirim.
Baca penunjukan pada BER Meter dan cocokkan dengan hargastandard.
Pengamatan dan Pengukuran BER dilaksanakan setidaknya selama 24 jam secara
terus-menerus
.
Gambar 3.7 memperlihatkan cara mengukurBit Error Rate(BER) dengan menggunakan
BERTest Set.
Gambar 3.7. Rangkaian pengukuranBit Error Rate(BER)
Hasil Pengukuran Bit Error Rate(BER) dan kecepatan akses kabel KTTL dan kabel Duct
dicatat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.2. Hasil Pengukuran TahananScreen
Dan Tahanan Isolasi Antar Penghantar Kabel
Kabel : ...
Keterangan :
Tabel 3.3. Hasil Pengukuran
Tahanan Urat Kabel ...
Tabel 3.4. Hasil PengukuranBit Error Ratedan Kecepatan Akses
Kabel : ………….
3.2.2.5. Menganalisa Data Penelitian dan Menyimpulkan Hasil Penelitian
3.2.2.5.1. Menganalisa Data Penelitian
a. Setelah mendapatkan data hasil pengukuran, data diolah dengan menggunakan uji
kesamaan dua rata-rata yaitu dengan menggunakan uji t dengan tingkat kepercayaan
98% (α = 2%). Uji t dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh rendaman terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon serta perbedaan kualitas
menghantar antara Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) dan Kabel Duct yang telah
mengalami proses perendaman.
b. Pengolahan data dilakukan dengan cari mencari harga dengan menggunakan
tabel distribusi t. Pengolahan data dilakukan pada masing-masing hasil pengukuran
parameter elektris dari masing-masing kabel distribusi telepon.
c. Setelah membandingkan harga dengan harga , analisa dilakukan untuk
menentukan apakah hipotesa kerja (Ha) atau hipotesa nol (Ho) yang dapat diterima.
3.2.2.5.2. Menyimpulkan Hasil Penelitian
Kesimpulan diambil berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan. Hasil nilai
akan dibandingkan dengan nilai untuk tiap-tiap hasil penelitian masing-masing
parameter yang diukur. Adanya pengaruh air terhadap kabel distribusi telepon dapat dicari
dengan menggunakan kriteria pengujian berikut:
Jika - ≤ ≤+ , maka Ho diterima, yaitu tidak ada pengaruh
kontaminasi air terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon
Jika - > dan > + , maka Ha, yaitu Ada pengaruh
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang proses pengambilan, hasil penelitian, analisa data dan
pembahasan, keterbatasan penelitian, dan rekomendasi.
4.1. Proses Pengambilan Data
Penelitian dilakukan di PT. Telekomunikasi Indonesia Diva Area Denpasar.
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu 1 hari setelah
pengukuran awal, 3 hari setelah pengukuran awal, 10 hari setelah pengukuran awal, 30 hari
setelah pengukuran awal, dan 60 hari setelah pengukuran awal. Waktu pengambilan data
sedikit berbeda antara batasan masalah dengan proses pengambilan data. Perbedaannya
yaitu pengambilan data yang kedua. Pada batasan masalah dilakukan 5 hari setelah
pengukuran awal, sedangkan pada proses pengambilan data dilakukan 3 hari setelah
pengukuran awal. Perbedaan waktu pengambilan data ini tidak ada perbedaan data yang
signifikan. Setiap pengambilan data, data yang diambil yaitu tahananscreenkabel, tahanan
urat kabel, tahanan, isolasi antar penghantar, dan pengukuran Bit Rate. Langkah-langkah
yang dilakukan dalam pengambilan data adalah:
1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian. Alat ukur yang
dibutuhkan, yaitu megger earth, multimeter dan BER tester. Karena PT. Telkom
DIVA Area Denpasar tidak mempunyai BER tester, pengukuran dilakukan
menggunakan port DSLAM yang terhubung ke ADSL pada bagian transmitter.
ADSL mentransmisikan data secara asimetrik, yaitu kapasitas transmisinya berbeda
antara saatdownstream(dari sentral ke pelanggan) yaitu sekitar 1,544 Mbps sampai
8,19 Mbps dan saat upstream (dari pelanggan ke sentral) yaitu sekitar 64 kbps
sampai 1 Mbps untuk ADSL / ADSL 2 dengan batas terjauh sekitar 5,7 km. Bagian
receiver menggunakan ADLS 2+ tester. Parameter yang diukur bukan BER
melainkan bit rate. Megger earth digunakan untuk mengukur tahanan isolasi dan
tahananscreen, multimeter digunakan untuk mengukur tahanan urat, dan ADSL+2
Tester digunakan untuk mengukur bit rate. Bahan yang dibutuhkan yaitu kabel
KTTL kapasitas 10 pair, 0,6mm, panjang 200 m. Gambar 4.1 memperlihatkan
tempat melakukan penelitian yaitu DIVA Area Denpasar STO Kuta. Gambar 4.2
memperlihatkan pemotongan ujung kabel yang digunakan dalam penelitian.
Gambar 4.1. Tempat eksperimen Gambar 4.2. Ujung kabel yang
STO Kuta dikupas
2. Melakukan pengukuran awal semua parameter elektris, yaitu tahanan urat, tahanan
isolasi, tahananscreen, danbit rate.
3. Melakukan pengelompokan kabel. Kabel yang diuji ada 2 kelompok yaitu
kelompok yang mendapat perlakuan (perendaman) dan kelompok yang tidak
mendapat perlakuan (perendaman). Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 memperlihatkan
kelompok-kelompok yang diuji. Kelompok yang mendapat perlakuan akan
direndam air sedangkan kelompok yang tidak mendapat perlakuan akan dibiarkan
tanpa mendapat perendaman air.
Gambar 4.3. kelompok yang Gambar 4.4. kelompok yang tidak mendapat
mendapat perlakuan perlakuan
4. Melakukan pengukuran parameter elektris, yaitu 1 hari setelah pengukuran awal, 3
hari setelah pengukuran awal, 10 hari setelah pengukuran awal, 30 hari setelah
Gambar 4.5, dan Gambar 4.6 memperlihatkan alat ukur yang digunakan dalam
penelitian.
Gambar 4.5.megger earth tester Gambar 4.6.ADSL 2+ Tester
Gambar 4.7.multimeter Gambar 4.8.stecker
4.2. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini meliputi hasil pengukuran kemampuan elektris kabel pada
proses perendaman di dalam air yang meliputi:
a. Pengujian kualitas kabel tanah meliputi tahanan screen kabel, tahanan isolasi, dan
tahanan urat kabel.
b. Pengujianperformancekabel tanah meliputi pengukuranBit Rate.
Data hasil penelitian dan perhitungan nilai masing-masing parameter
elektris dapat dilihat pada bagian lampiran 6 sampai lampiran 9.
4.3. Analisa Data
Karena penelitian yang dilakukan adalah pra-eksperimental (tidak dilakukan
randomisasi), data yang diperoleh dari penunjukan megger earth tester pada pengukuran
41omogeny sehingga hasil pengukuran dapat langsung dimasukkan ke dalam tabel dan
dianalisa dengan paired-samples t test. Dari hasil analisa diperoleh harga yang
kemudian dibandingkan dengan harga dengan taraf signifikansi 2 % atau probabilitas
kurang dari 0,02. Hasil perbandingan tersebut menentukan apakah Ha diterima dan Ho
ditolak atau sebaliknya Ho diterima dan Ha yang ditolak. Sesuai dengan tabelPre Posttest
Design variabel diasumsikan sama dengan variabel yaitu hasil pengukuran hari
tertentu kabel KTTL yang tidak mendapat perlakuan, sedangkan variabel diasumsikan
sama dengan variabel yaitu hasil pengukuran kabel KTTL yang mendapat perlakuan.
Analisis uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh waktu
perendaman terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon serta perbedaan
kualitas menghantar kabel Duct dan KTTL yang telah mengalami proses perendaman.
Pada penelitian ini, kabel yang diuji hanya kabel KTTL, karena PT. Telekomunikasi
Indonesia Diva Area Denpasar mengurangi penggunaan KabelDuct(sudah diganti dengan
Fiber Optik). Data yang diperoleh hanya data kabel KTTL.
4.3.1. Analisa tahanan urat kabel
Tabel 4.1 memperlihatkan rata-rata hasil pengukuran tahanan urat KTTL. Tabel 4.2
memperlihatkan perhitungan nilai tahanan urat kabel. Kelompok merupakan
kelompok yang tidak mendapat perlakuan, sedangkan kelompok merupakan kelompok
yang mendapat perlakuan.
Tabel 4.1. Rata-rata hasil pengukuran tahanan urat KTTL
Kelompok N
KTTL KTTL
0 – 1 hari 20 13,1700 13,1610
0 – 3 hari 20 13,1700 13,1645
0 – 10 hari 20 13,1700 13,1565
0 – 30 hari 20 13,1700 13,1615
Tabel 4.2. Perhitungan nilai tahanan urat kabel
N Dk
Nilai t
Keterangan
20 19 13,1700 13,1690 0,0020 2,539 Tidak ada pengaruh air
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa harga senilai 0,0020. Hasil perhitungan
tersebut masih kecil dari harga sebesar 2,539. Ini menunjukkan tidak ada pengaruh
air terhadap tahanan urat kabel, sehingga tidak ada pengaruh terhadap transmisi sinyal.
Harga tahanan urat yang memberi pengaruh air terhadap transmisi sinyal sebesar 25,000Ω.
Karena jika tahanan urat sudah mencapai 25,000 Ω tidak memenuhi kriteria pengujian.
Harga yang dihasilkan sebesar – 3,946, sedangkan sebesar 2,539. Jika
dimasukkan kedalam kriteria pengujian maka < - ( - 3,649 < - 2,539 ).
Jika terjadi perubahan tahanan urat yang disebabkan oleh air, maka sinyal yang
ditransmisikan akan dipantulkan kembali. Sinyal yang dipantulkan kembali disebut dengan
Gema (echo). Hal ini disebabkan karena perubahan impedansi dalam sebuah rangkaian
listrik [14].
4.3.2. Analisa tahanan isolasi antar penghantar
Tabel 4.3 memperlihatkan rata-rata hasil pengukuran tahanan isolasi antar
penghantar. Tabel 4.4 memperlihatkan perhitungan nilai tahanan isolasi antar
penghantar.
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa harga senilai 0,0023. Hasil perhitungan
tersebut masih kecil dari harga sebesar 2,821. Ini menunjukan tidak ada pengaruh air
terhadap tahanan urat kabel. Transmisi sinyal informasi yang melalui konduktor kabel
secara umum tidak terpengaruh terhadap nilai tahanan isolasi [14].
Data tahanan isolasi pada penelitian ini tidak dapat digunakan karena cara
pengambilan datanya salah (tidak sesuai dengan cara pengukuran tahanan isolasi). Cara
Tabel 4.3. Rata-rata hasil pengukuran tahanan isolasi antar penghantar
Kelompok N
KTTL KTTL
0 – 1 hari 10 26,7300 26,7060
0 – 3 hari 10 26,7300 26,7160
0 – 10 hari 10 26,7300 26,7110
0 – 30 hari 10 26,7300 26,7070
0 – 60 hari 10 26,7300 26,7050
Tabel 4.4. Perhitungan nilai tahanan isolasi antar penghantar
N Dk
Nilai t
Keterangan
10 9 26,7300 26,7093 0,0023 2,821 Tidak ada pengaruh air
4.3.3. Analisa tahananscreenkabel
Tabel 4.5 memperlihatkan rata-rata hasil pengukuran tahanan screen Kabel Tanah
Tanam Langsung (KTTL).
Tabel 4.5. Rata-rata hasil pengukuran tahananscreenKTTL
Kelompok Keterangan
0 – 1 hari 1,22 1,22
Tidak ada pengaruh air
0 – 3 hari 1,22 1,22
0 – 10 hari 1,22 1,22
0 – 30 hari 1,22 1,22
Pada tabel ringkasan hasil pengukuran tahananscreendapat dilihat bahwaX1danX2
bernilai sama sehingga tidak diperoleh harga dk dan pada semua kelompok. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hasil pengukuran dengan variasi waktu
perendaman pada tahananscreenkabel KTTL.
4.3.4. AnalisaBit Rate
Tabel 4.6 memperlihatkan rata-rata hasil pengukuran bit rate kelompok
(kelompok yang tidak mendapat perlakuan). Tabel 4.7 memperlihatkan rata-rata hasil
pengukuranbit ratekelompok (kelompok yang mendapat perlakuan).
Tabel 4.6. Rata-rata hasil pengukuranbit ratekelompok
Kelompok
Tabel 4.7. Rata-rata hasil pengukuranbit ratekelompok