• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh air terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh air terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon - USD Repository"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

i

TUGAS AKHIR

PENGARUH AIR TERHADAP KEMAMPUAN MENGHANTAR KABEL

DISTRIBUSI TELEPON

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Elektro

Oleh :

I WAYAN ANGGA WIJAYA KUSUMA

NIM : 07 5114 011

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

FINAL PROJECT

THE WATER EFFECT TOWARDS CONDUCTIVE ABILITY OF

TELEPHONE DISTRIBUTION WIRE

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements To Obtain the Sarjana Teknik Degree In Electrical Engineering Study Program

by :

I WAYAN ANGGA WIJAYA KUSUMA

Student Number : 07 5114 011

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTO HIDUP

EDA NGADEN AWAK BISA, DEPANG ANAKE NGADANIN

( JANGAN MENGAKU KALAU KITA BISA,

BIARKAN ORANG LAIN YANG MENILAI )

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan hasil karya tugas akhirku ini untuk :

1. Ida Sang Hyang Widi Wasa yang selalu memberikanku kekuatan sehingga aku mampu menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Kakek dan Nenek tersayang, terima kasih atas doa serta kasih sayang kalian.

3. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas doa, kasih sayang, serta semua yang telah kalian berikan padaku.

4. Adik-adikku tersayang, Koko dan Koming yang senantiasa menemani main game dan main bola, serta berkelahi bareng-bareng.

5. Teman-teman seperjuangan teknik elektro 07. Semoga kalian cepat menyusul. 6. Lusia Ika Budi (Darsono) yang selalu mengisi hari-hariku.

7. Teman-teman kontrakan yang senantiasa gokil-gokilan.

(7)
(8)

viii

INTISARI

Kerusakan pada kabel telepon, baik kabel Duct maupun Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) pada umumnya disebabkan oleh air. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kualitas

menghantar kabel distribusi telepon dan pengaruh air terhadap kemampuan menghantar kabel

distribusi telepon.

Penelitian yang dilakukan adalah praeksperimental. Langkah-langkah yang dilakukan

dalam pengambila data adalah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, mengupas ujung

kabel, melakukan pengukuran awal, melakukan perendaman, dan melakukan pengukuran akhir.

Penelitian menunjukkan bahwa proses perendaman dalam air tidak menyebabkan

perubahan yang signifikan terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon kabel

KTTL. Kualitas menghantar kabel distribusi telepon dapat diketahui dengan melakukan

pengukuran terhadap parameter elektris tahanan urat, tahanan isolasi, tahanan screen, dan bit rate.

(9)

ix

ABSTRACT

Telephone wire damage, both Duct wire and Direct Planted Soil Wire (KTTL), is generally caused by water. This research is done to know the conductive quality of telephone

distribution wire and the water effect towards conductive ability of telephone distribution wire.

The research done here is pre-experimental. The steps done in data collecting are: prepare

the instruments needed, husk the wire tip, do first measurement, submerge the wire, and do the

last measurement.

The study shows that the submerge process does not cause any significant changing

towards conductive ability of KTTL telephone distribution wire. The conductive quality of

telephone distribution wire can be seen by doing a measurement on node resistance, isolation

resistance, screen resistance, and Bit Rate.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan limpahan

nikmat-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan peran berbagai

pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada

pihak-pihak berikut:

1. Bapak Yosef Agung Cahyanta,S.T.,M.T. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

2. Bapak Damar Wijaya, S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan banyak

waktu untuk membimbing dan memotivasi penulis untuk terus membaca dan belajar.

3. Ibu Bernadeta Wuri Harini, S.T.,M.T. selaku dosen sekaligus Ketua Program Studi Teknik

Elektro yang telah sabar memberikan arahan dan memotivasi penulis.

4. Ibu Wiwien Widyastuti, S.T.,M.T. selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah sabar

memberikan arahan dan memotivasi penulis.

5. Dosen-dosen Program Studi Teknik Elektro USD yang telah memberikan bekal ilmu kepada

penulis.

6. Bapak Made Suastika selaku pembimbing lapangan dalam pengambilan data.

7. Bapak Suwerta selaku pembimbing lapangan dalam pengambilan data.

8. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis

(11)

xi

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun tugas akhir ini, namun

penulis tetap berharap tugas akhir ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 16 Agustus 2011

Penulis

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN……… iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTO HIDUP………. v

INTISARI………. vi

ABSTRACT………. vii

KATA PENGANTAR……… viii

DAFTAR ISI……… ix

DAFTAR GAMBAR……….. xii

DAFTAR TABEL……….. xiii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 2

1.3 Batasan Masalah ………... 2

1.4 Metodologi Penelitian ………... 3

BAB II LANDASAN TEORI………... 5

2.1 Jarlokat ………. 5

2.2 Kabel Tembaga ……… 7

2.2.1 Bahan Penyusun Kabel Tembaga ……… 7

2.2.2 Kategori Kabel Tembaga ……… 10

2.2.2.1 Kategori I ……….... 10

2.2.2.2 Kategori II ………... 11

2.2.2.3 Kategori III ……….…………. 11

2.2.3 Jenis-Jenis Kabel Tembaga ………... 13

(13)

xiii

2.2.3.2 Kabel Tanah ………... 13

2.2.3.2.1 KTTL ………. 13

2.2.3.2.2 KabelDuct………. 14

2.2.4 Parameter Elektris ………... 16

2.2.4.1 Tahanan Isolasi ……….. 17

2.2.4.2 TahananScreen……….. 18

2.2.4.3 TahananLoop………. 19

2.2.4.4 BER ……… 20

2.2.5. Karakteristik kabel tembaga ………. 21

2.3 Penelitian ……… 24

2.3.1 Konsep Dasar Penelitian ………... 24

2.4 Statistika ………. 25

2.4.1 Konsep Dasar Statistika ……….. 25

2.4.1.1 Ukuran Pemusatan ……….. 25

2.4.2 Hipotesis ………. 25

2.4.2.1 Pengertian Hipotesis ………... 25

2.4.2.2 Dua Macam Kesalahan dalam Penolakan atau Penerimaan Hipotesis ………. 26

2.4.2.3 Macam-Macam Pengujian Hipotesis ……….. 26

2.4.3 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ………... 27

2.4.3.1 Pendahuluan ………... 27

2.4.3.2 Langkah-Langkah Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ………….. 28

BAB III RANCANGAN PENELITIAN……….. 29

3.1 Desain Penelitian ………... 29

3.2 Langkah Eksperimen ………. 30

(14)

xiv

3.2.2 Proses Penelitian ……… 30

3.2.2.1 Pengupasan Kabel ………. 30

3.2.2.2 Pengukuran Awal ……….. 32

3.2.2.3 Perendaman ………... 33

3.2.2.4 Pengukuran Akhir ………. 33

3.2.2.5 Menganalisa Data Penelitian dan Menyimpulkan Hasil Penelitian ……….. 36

3.2.2.5.1 Menganalisa Data Penelitian ………... 36

3.2.2.5.2 Menyimpulkan Hasil Penelitian ………... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 38

4.1 Proses Pengambilan Data ……….. 38

4.2 Hasil Penelitian ………. 40

4.3 Analisa Data ……….. 40

4.3.1 Analisa Tahanan Urat Kabel ……… 41

4.3.2 Analisa Tahanan Isolasi Antar Penghantar ……….. 42

4.3.3 Analisa TahananScreenKabel ……… 43

4.3.4 AnalisaBit Error Rate………. 44

4.4 Keterbatasan Penelitian ………. 45

4.5 Rekomendasi ………. 46

BAB V PENUTUP ……….. 47

5.1 Kesimpulan ……… 47

5.2 Saran ……….. 47

DAFTAR PUSTAKA……… 48

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Jaringan kabel komunikasi PT.Telkom ... 5

Gambar 2.2. Bagian horisontal pada MDF dan Bagian Vertikal pada MDF ... 6

Gambar 2.3. Konstruksi Rumah Kabel ... 6

Gambar 2.4. KonstruksiDistribution Point... 7

Gambar 2.5. Gambar penampang kabel dengan satuan dasar 10pair... 11

Gambar 2.6. Gambar penampang kabel dengan satuan dasar 50pair... 12

Gambar 2.7. Gambar penampang kabel dengan satuan dasar 100pair... 12

Gambar 2.8. Konstruksi kabel udara ... 13

Gambar 2.9. Konstruksi KTTL ... 14

Gambar 2.10. Konstruksi kabelDuct... 15

Gambar 2.11. Skema kabel terpotong ... 17

Gambar 2.12. Tahanan Isolasi antar Urat Kabel ... 17

Gambar 2.13. Daerah Penolakan dan penerimaan ... 27

Gambar 2.14. Grafik hubungan antara C/B dan S/N ……….. 23

Gambar 3.1. Skema Langkah-Langkah Eksperimen ... 31

Gambar 3.2. Pengupasan mantel kabel ……… 32

Gambar 3.3. Kelompok kabel yang tidak mendapat perlakuan ……… 33

Gambar 3.4. Kelompok kabel yang mendapat perlakuan ………. 33

Gambar 3.5. Pengukuran tahanan isolasi kabel ... 34

Gambar 3.6. Metode pengukuran tahanan urat kabel ... 34

Gambar 3.7. Rangkaian pengukuranBit Error Rate(BER) ... 35

Gambar 4.1. Tempat eksperimen STO Kuta ……… 39

Gambar 4.2. Ujung kabel yang dikupas ……….. 39

(16)

xvi

Gambar 4.4. Kelompok yang tidak mendapat perlakuan ……… 39

Gambar 4.5.Megger Earth Tester……… 40

Gambar 4.6.ADSL 2+ tester……… 40

Gambar 4.7.Multimeter……….. 40

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel Tahanan dan Kapasitansi Maksimum Urat Kabel ... 8

Tabel 2.2. Tabel Urat Kabel ... 9

Tabel 2.3. Kode Pengenal Kabel Tanah ... 15

Tabel 2.4. Parameter elektris tahanan isolasi yang harus dipenuhi untuk multi layanan ... 18

Tabel 2.5. Parameter elektris tahanan jerat maksimal yang harus dipenuhi ... 20

Tabel 2.6. Parameter elektris tahanan maksimumscreenyang harus dipenuhi untuk multi layanan ... 20

Tabel 2.7. Nilai standard BER yang harus dipenuhi untuk multi layanan ... 21

Tabel 2.8. Paramater elektris yang harus dipenuhi Jarlokat ... 21

Tabel 3.1.Pre-Posttest Design... 29

Tabel 3.2. Hasil Pengukuran TahananScreenDan Tahanan Isolasi Antar Penghantar Kabel ... 35

Tabel 3.3. Hasil Pengukuran Tahanan Urat Kabel ... 36

Tabel 3.4. Hasil PengukuranBit Error Ratedan Kecepatan Akses ... 36

Tabel 4.1. Rata-rata pengukuran tahanan urat KTTL ……… 41

Tabel 4.2. Perhitungan nilai tahanan urat kabel ……… 41

Tabel 4.3. Rata-rata hasil pengukuran tahanan isolasi antar penghantar ………. 42

Tabel 4.4. Perhitungan nilai tahanan isolasi antar penghantar ……….. 42

Tabel 4.5. Rata-rata hasil pengukuran tahananscreenKTTL ……….. 42

Tabel 4.6. Rata-rata hasil pengukuran BER kelompok ………. 43

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Sistem komunikasi berawal dari penggunaan media fisik yang kemudian

berkembang menjadi kabel tembaga dan kabel optik, bahkan telah merambah pada dunia

tanpa kabel, yaitu teknologi selular [1]. Perkembangan teknologi telekomunikasi yang

sangat pesat tersebut ditujukan untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada

pengguna sarana komunikasi.

Walaupun teknologi selular telah menjadi sebuah kemudahan yang memanjakan

para penggunanya, penggunaan frekuensi sebagai media dalam komunikasi selular sangat

terbatas karena berhubungan dengan bidang komunikasi lain seperti radio dan televisi.

Komunikasi masih bertumpu pada penggunaan kabel fisik sebagai medianya. Kabel fisik

terdiri dari 2 jenis yaitu kabel optik dan kabel tembaga [2].

Kabel optik merupakan media transmisi fisik yang menyalurkan informasi

menggunakan gelombang cahaya. Kabel optik bebas dari gangguan elektris. Sekarang

kabel optik digunakan untuk jaringan antar kota maupun jaringan dalam kota sebagai

kabel primer [3].

Penggunaan kabel tembaga dibagi menjadi dua jenis yaitu kabel udara dan kabel

tanah [2]. Kabel udara adalah kabel yang terpasang pada tiang telepon. Kabel udara banyak

digunakan karena tidak memerlukan biaya yang besar pada saat perencanaan, pemasangan,

dan pemeliharaannya. Kabel tanah digunakan pada daerah yang tidak memungkinkan

penggunaan kabel udara. Kabel tanah memiliki tingkat keamanan mekanis yang lebih

tinggi dari kabel udara, namun memerlukan biaya yang besar pada saat perencanaan,

pemasangan, maupun pemeliharaannya. Kabel tanah juga digunakan karena kapasitas

maksimalnya jauh lebih besar dari kabel udara, yaitu 3600 pair. Jaringan kabel tanah

direncanakan untuk jangka waktu 25 tahun. Kabel tanah yang digunakan harus sesuai

dengan parameter elektris kabel distribusi telepon [4].

Tempat penyambungan kabel yang disebut manhole dibuat setiap jarak 200 meter

pemasangan kabel tanah [3].Manhole juga digunakan sebagai tempat pemeliharaan kabel.

Pemeliharaan terhadap ruangan di dalam manhole (chamber) dilakukan setiap tiga bulan

untuk mengeluarkan lumpur dan air yang menggenangi chamberagar tidak menyebabkan

(19)

kerusakan terhadap kabel. Setiap 6 bulan sekali dilakukan pemeliharaan elektris dan

pemeliharaan terhadap sambungan kabel.

Kerusakan pada kabel telepon, baik kabel Duct maupun Kabel Tanah Tanam

Langsung (KTTL) pada umumnya disebabkan oleh air. Air merupakan satu-satunya unsur

alami yang ditemukan dalam semua zat yang ada dibumi, baik cair, padat maupun gas. Air

dikenal sebagai bahan pelarut yang universal karena mampu memecahkan lebih banyak

unsur dibanding cairan yang lain. Kerusakan pada uratkabel Duct sering terjadi pada saat

pemeliharaan elektris. Kerusakan diakibatkan oleh genangan air dan lumpur yang terlalu

tinggi hingga merendam kabel beserta sambungannya. Pada beberapa kasus, kerusakan

terjadi pada satu unit bahkan seluruh urat kabel. Kerusakan tersebut akan menyebabkan

gangguan terhadap hubungan komunikasi pelanggan karena berkurangnya jalur

komunikasi sehingga para pelanggan akan merasa tidak nyaman. Perbaikan perlu

dilakukan untuk menanggulangi gangguan akibat kerusakan tersebut, tentunya dengan

biaya yang cukup besar.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, eksperimen perlu dilakukan mengenai pengaruh

kontaminasi air terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon, yaitu Kabel

Tanah Tanam Langsung (KTTL) dan kabel Duct. Eksperimen akan dilakukan sebagai

tugas akhir dengan judul “Pengaruh Air Terhadap Kemampuan Menghantar Kabel

Distribusi Telepon”.

1.2.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mengetahui pengaruh kontaminasi air terhadap kemampuan menghantar kabel

distribusi telepon, mengetahui kualitas kabel distribusi telepon.

2. Memberikan alternatif pilihan untuk pemeliharaan jangka waktu kabel distribusi

telepon.

Manfaat dari penelitian ini adalah

1. Mendapatkan kualitas pemeliharaan kabel distribusi telepon yang lebih baik.

2. Memberikan tambahan panduan pemeliharaan bagi teknisi PT. Telkom.

1.3.

Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Objek penelitian adalah Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) dan Kabel Duct yang

masing-masing 10pair.

(20)

3. Kinerja kabel distribusi telepon yang diukur adalah

a. Untuk mengetahui kualitas kabel tanah : tahanan screen kabel, tahanan isolasi antar

penghantar, dan tahanan urat kabel.

b. Untuk mengetahui performance kabel tanah : Bit Error Rate (BER) dan kecepatan

akses.

4. Proses perendaman dilakukan bervarisi selama 1 hari, 5 hari, 10 hari, 30 hari, dan 60

hari.

5. Tempat melakukan penelitian di PT. Telekomunikasi Indonesia Diva Area Denpasar.

Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium dan diperkirakan lamanya penelitian 60

hari atau 2 bulan.

1.4. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode :

1. Studi literatur

Dalam studi literatur mempelajari tentang objek-objek yang akan diteliti yaitu

Kabel Duct dan Kabel Tanah Tanam Langsung dengan mengumpulkan

jurnal-jurnal, buku-buku, dan referensi lainnya yang dapat mendukung topik ini.

2. Variabel penelitian

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah air. Air yang digunakan adalah air

tanah dengan volume air yang berbeda-beda.

b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran kemampuan

elektris kabel distribusi telepon yang berupa tahanan screen kabel, tahanan

isolasi antar penghantar dan tahanan urat kabel.

c. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah lamanya waktu perendaman dan

kondisi lingkungan yang berupa tempat melakukan perendaman dan suhu

ruangan perendaman.

3. Metode pengumpulan data

a. Data yang diambil dalam penelitian ini yaitu tahanan screen kabel, tahanan

isolasi antar penghantar, dan tahanan urat kabel.

 Pengukuran tahanan screen kabel dan tahanan isolasi kabel dilakukan

dengan menggunakanmegger earth tester. Kutub-kutubmegger earth tester

dihubungkan dengan lapisan alumunium dan salah satu urat kabel pada

ujung dekat dan pada ujung jauh semua urat kabel disatukan dan

(21)

 Pengukuran tahanan urat kabel dilakukan dengan menggunakanAVO meter

digital. Terminal AVO meter digital dihubungkan dengan urat-urat kabel

pada ujung jauh dan ujung dekat kabel.

 PengukuranBit Error Rate(BER) menggunakanBER Test Set.

b. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Metode observasi

Kegiatan observasi dalam penelitian dilakukan untuk melihat kondisi Kabel

Tanah Tanam Langsung dan Kabel Duct yang berpetrolyjelly apakah terdapat

kerusakan terhadap bentuk fisik kabel, melihat hasil penunjukkan alat ukur

pada pengukuran awal maupun akhir dan membandingkannya dengan nilai

kabel yang tidak diberikan perlakukan sebagai kontrol.

2. Metode dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kertas bergambar atau

foto. Gambar atau foto tentang tempat penelitian, bahan dan alat yang

digunakan dan kegiatan yang dilakukan pada saat penelitian yang berupa

mengupas kedua ujung kabel, melakukan pengukuran awal, melakukan

perendaman terhadap kabel serta pada saat melakukan pengukuran terhadap

kemampuan elektris kabel yang telah mengalami proses perendaman.

3. Metode eksperimen

Eksperimen yang dilakukan adalah perendaman terhadap kabelductdan Kabel

Tanah Tanam Langsung (KTTL).

4. Metode analisis data

Dalam metode ini penulis menganalisa dan menyimpulkan hasil penelitian. Hasil

penelitian dianalisis dengan Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Uji T) dengan tingkat

kepercayaan 98% (α = 2% ). Analisis uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh waktu perendaman terhadap kemampuan menghantar kabel

distribusi telepon serta perbedaan kualitas menghantar kabelDuct dan KTTL yang

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Jaringan Lokal Akses Tembaga (Jarlokat)

Jaringan Lokal Akses Tembaga (Jarlokat) adalah suatu jaringan kabel telepon dari

bahan tembaga yang dipasang atau ditarik dan dipergunakan untuk menghubungkan

terminal-terminal pelanggan dengan sentral lokal yang bersangkutan [5]. Konfigurasi

jaringan akses ini dimulai dari terminal blok vertikal pada Rangka Pembagi Utama (Main

Distribution Frame, MDF) sampai Kotak Terminal Batas (KTB) yang menggunakan kabel

tembaga sebagai media aksesnya atau juga menambahkan perangkat lain untuk

meningkatkan performansi atau unjuk kerja dari Jarlokat tersebut [5]. Gambar 2.1

memperlihatkan jaringan komunikasi kabel yang digunakan oleh PT.Telekomunikasi

Indonesia.

Gambar 2.1 Jaringan kabel komunikasi PT.Telkom [5]

Keterangan gambar :

1. Sentral

Sentral merupakan pusat dari jaringan yang mengatur setiap kegiatan komunikasi

baik berupa suara maupun data. Terminasi awal kabel dimulai dari sebuah rak utama

yang disebut MDF. MDF terdiri atas dua bagian, vertikal dan horizontal. Bagian

horizontal berhubungan dengan catu daya dan sentral data, sedangkan bagian vertikal

berhubungan dengan rumah kabel sebagai tempat terminasi awal kabel primer. Gambar

2.2 memperlihatkan bagian-bagian dari MDF.

(23)

Gambar 2.2. Bagian horisontal pada MDF (A) dan Bagian Vertikal pada MDF (B)

[6]

2. Rumah Kabel

Rumah Kabel (RK) merupakan tempat terminasi akhir kabel primer dari sentral dan

terminasi awal kabel sekunder yang menuju ke Kotak Pembagi . Kabel primer yang

menghubungkan RK dan sentral berupa kabel Duct dan kabel optik. Gambar 2.3

memperlihatkan konstruksi RK.

Gambar 2.3. Konstruksi Rumah Kabel [6]

3. Kotak Pembagi

Kotak Pembagi atau Distribution Point merupakan tempat terminasi akhir kabel

sekunder dari RK dan terminasi awal Drop Wire (kabel udara) yang menuju ke KTB.

Kabel sekunder yang menghubungkan RK dan DP berupa Kabel Tanah Tanam

Langsung (KTTL) dan kabel udara. Kotak pembagi juga merupakan batas tanggung

jawab PT. Telkom terhadap jaringan komunikasi pelanggan. Gambar 2.4

(24)

Gambar 2.4. konstruksiDistribution Point[6]

4. Kotak Terminal Batas

Kotak Terminal Batas (KTB) merupakan tempat terminasi akhir kabel pembagi dan

terminasi awal saluran instalasi rumah yang menggunakan kabel indoor. Pelanggan

mempunyai hak penuh atas instalasi rumah, mulai dari KTB sampai dengan pesawat

telepon. Kerusakan yang terjadi atas jaringan menjadi tanggung jawab pelanggan dan

akan diselesaikan oleh rekanan yang ditunjuk oleh PT. Telkom.

5. Terminal Pelanggan

Terminal pelanggan dapat berupa pesawat telepon, pesawat fax, komputer, maupun

media komunikasi lain.

2.2. Kabel Tembaga

Media fisik yang digunakan dalam jaringan komunikasi PT.Telkom adalah kabel

tembaga dan kabel optik [2]. Pembahasan kabel pada dasar teori ini adalah kabel yang

berkaitan dengan penelitian, yaitu kabel tembaga.

2.2.1. Bahan Penyusun Kabel Tembaga

Bahan penyusun kabel tembaga harus memenuhi ketentuan sebagai berikut [5]:

1. Urat kabel

Urat kabel merupakan kawat penghantar berisolasi polyethylene kawat penghantar

berupa kawat tembaga padat, bulat, mengkilat, bersih, dan bebas dari segala cacat.

Kualitas tembaga harus merata pada setiap titik. Nilai tahanan urat harus sesuai dengan

(25)

2. Sepasang urat penghantar yang disebutpair

Inti kabel disusun menggunakan sistem quad, yaitu dua pasang urat penghantar

(dua pair) yang dipilin bersama-sama. Ukuran kabel telepon dinyatakan dalam ukuran

quad. Setiap lima quad dihimpun membentuk satu sub unit yang diikat dengan sebuah

pita pelilit kode warna. Beberapa sub unit akan membentuk unit. Satu unit dapat terdiri

50pairdan 100 pair. Tabel 2.1 memperlihatkan tabel perhitungan urat kabel dan Tabel

2.2 memperlihatkan warna urat, susunanpair,danquad.

3.

Pita pelilit kode warna

Pita pelilit kode warna terbuat dari bahan polyprophylene dan ada pada setiap sub

unit dengan satuan dasar 10 pair. Pita pelilit kode warna berfungsi untuk menentukan

urutan perhitungan setiap sub unit dan unit dari kabel tersebut. Warna pita pelilit kode

warna ditentukan berdasarkan arah putaran jarum jam, dimulai dari warna merah,

kuning, putih, kuning, dan seterusnya dalam setiap unit dasar 10pair.

4. Plastik pembungkus urat

Plastik pembungkus urat terbuat dari bahan polyprophylene sebagai pembungkus

inti kabel agar bulat padat dan tidak bergesekan dengan lapisan alumunium.

5. Kawat telanjang tembaga yang dilapisi timah sebagai penghubungscreenkabel.

(26)

Tabel 2.2. Tabel Urat Kabel

Dari Tabel 2.2 dapat dilihat bahwa urat pair ganjil b selalu berwarna putih dan pair

genap selalu berwarna merah-hitam. Kesamaan warna ini mempermudah proses

terminasi kabel pada sentral, RK, dan DP.

6. Pelindung elektris

Pelindung elektris terbuat dari bahan lapisan alumunium sebagai perlindungan dari

tegangan induksi dan kelembaban. Pelindung elektris kabel harus mampu menahan

tegangan tembus sebesar 500 VDC dengan frekuensi 50 Hz minimal selama 1 menit.

7. Beareratau kawat penguat untuk kabel udara

Bearer merupakan kawat baja yang dipilin menjadi satu ikatan yang bulat dan

padat sebagai penggantung dan pengikat kabel udara pada tiang. Ketentuan bearer

adalah sebagai berikut :

1. Bearer kabel udara 10 pair sampai dengan 50 pair terbuat dari 7 buah baja

stainlessdiameter 1,2 mm yang dipilin dengan daya tahan maksimal 11.000 N.

(27)

 Baja stainless diameter 2 mm sebanyak 7 buah dipilin dengan daya tahan

maksimal 29.000 N.

 Bajastainlessdiameter 1,2 mm sebanyak 19 buah dipilin dengan daya tahan

maksimal 29.000 N.

8. Pita baja (steel armouring)

Pita baja terbuat dari bajastainlessyang berfungsi sebagai pelindung mekanis pada

KTTL yang melindungi kabel dari gesekan dan benturan benda keras sekaligus sebagai

pelindung elektris kabel yang melindungi dari tegangan asing luar.

9. Isolasi penghantar

Isolasi penghantar terbuat dari bahancompound polyethylene (PE) dengan tahanan

isolasi antar penghantar minimal 10.000 MΩ/km pada suhu 20° Celcius dengan

tegangan sebesar 500 V-DC. PE berfungsi untuk mencegah kemungkinan masuknya air

dan sebagai bantalan pada saat penarikan kabel.

10. Haspel

Haspel merupakan tempat digulungnya kabel sebelum digunakan. Data-data yang

harus terdapat padahaspeladalah :

1. Tanda pengenal produsen.

2. Jenis, kapasitas dan diameter kabel.

3. Panjang kabel dalam ukuran meter.

4. Nomor dan nomor spesifikasihaspel.

5. Berat kotor dalam kilogram.

6. Tanda panah penunjuk arah putaranhaspel.

7. Tanda akhir gulungan kabel.

11. Endcap

Endcapmerupakan penutup ujung kabel.

2.2.2. Kategori Kabel Tembaga

Kategori kabel tembaga ada 3 yaitu Kategori I, Kategori II, dan Kategori III [7].

2.2.2.1. Kategori I ( kapasitas 10 – 20 pair)

Kabel 10pairtidak memiliki pita pelilit kode warna karena hanya terdiri dari satu sub

unit saja. Kabel 20, 30, 40 dan 50pairtidak memiliki pita pelilit kode warna utama. Kabel

(28)

sebagai satuan dasar yang dililit oleh pita pelilit kode warna menjadi inti kabel yang

simetris dan kompak. Gambar 2.5 memperlihatkan penampang kabel dengan satuan dasar

10pair.

Gambar 2.5. Gambar penampang kabel dengan satuan dasar 10pair[7]

2.2.2.2. Kategori II (kapasitas 150 – 300 pair)

Kabel 150, 200, 250 dan 300pairdibentuk dari unit sebagai satuan dasar yang terdiri

dari lima unit atau 50pairdimana akan terdapat pita pelilit kode warna unit dan pita pelilit

kode warna sub unit (10 pair). Gambar 2.6 memperlihatkan penampang kabel dengan

satuan dasar 50pair.

2.2.2.3. Kategori III (kapasitas 400 – 2400 pair)

Kabel kapasitas 400 sampai dengan 1200 pair dihimpun dari unit yang terdiri dari

100 pair atau 10 sub unit yang masing-masing unit dan sub unit dililit oleh pita pelilit kode

warna. Selanjutnya konstruksi kabel ukuran diatas 1200 pair menggunakan unit dengan

satuan dasar 100pair. Khusus untuk konstruksi kabel bertingkat seperti kabel 60, 80, 100,

120, 300, 500, 600, 800, 1000, dan 1200 pair, terdapat pita pelilit kode warna inti dalam

berwarna putih untuk menghindari kesalahan penentuan dengan unit yang pertama. Perlu

(29)

pelilit kode warna inti dalam dan inti luar kabel. Gambar 2.7 memperlihatkan penampang

kabel dengan satuan dasar 100 pair.

Gambar 2.6. Gambar penampang kabel dengan satuan dasar 50pair[7]

(30)

2.2.3. Jenis-Jenis Kabel Tembaga

Jenis-jenis kabel tembaga ada 2 yaitu kabel udara dan kabel tanah [2].

2.2.3.1. Kabel udara

Kabel udara merupakan kabel yang dipasang pada tiang telepon. Kabel ini digunakan

karena tidak memerlukan biaya yang besar pada proses pemasangan dan pemeliharaannya,

namun rawan terhadap gangguan mekanis. Kapasitas maksimal kabel udara adalah 120

pair. Hal ini disebabkan karena beban kerja yang harus ditanggung tiang penyangga dan

bearer. Gambar 2.8 memperlihatkan konstruksi kabel udara.

Gambar 2.8. Konstruksi kabel udara [7]

2.2.3.2. Kabel tanah

Kabel tanah digunakan pada wilayah yang tidak memungkinkan penggunaan kabel

udara. Kapasitas maksimal kabel tanah adalah 3600pair. Ada dua jenis kabel tanah, yaitu

Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) dan kabelDuct.

2.2.3.2.1. Kabel Tanah Tanam Langsung

Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) merupakan kabel tanah yang ditanam

langsung ke dalam tanah tanpa membuat tempat perlindungan. Setelah kabel ditanam,

diletakkan deksteen sepanjang galian kabel sebagai tanda keberadaan kabel. Kabel Tanah

(31)

KTTL memiliki pelindung mekanis yang menambah berat kabel, sedangkan kemampuan

haspeldan alat tarik kabel terbatas.

KTTL banyak digunakan sebagai kabel sekunder yang menghubungkan RK dengan

DP. Setelah ditanam, pemeliharaan yang terlalu rutin tidak perlu dilakukan terhadap Kabel

Tanah Tanam Langsung (KTTL), hanya pemeliharaan elektris yang dilakukan setiap 6

bulan. Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) dapat digunakan selama 15 tahun. Lebih

dari itu kabel harus diganti karena telah melebihi umur penggunaannya. Gambar 2.9

memperlihatkan konstruksi KTTL.

Gambar 2.9. Konstruksi KTTL [7]

2.2.3.2.2.

Kabel

Duct

Kabel Ductmerupakan kabel tanah dengan konstruksi yang sama dengan kabel udara

hanya tanpa bearer. Proses pemasangan kabel Duct sangat lama dan mahal. Sebelum

menarik kabel, saluran kabel terlebih dahulu dibuat kurang lebih sedalam 3 meter. Tempat

penyambungan kabel yang disebut manhole dibuat setiap jarak 200 meter. Manhole juga

digunakan sebagai tempat pemeliharaan kabel. Setiap satu bulan, pemeliharaan terhadap

ruangan di dalammanhole(chamber) dilakukan untuk mengeluarkan lumpur dan air yang

menggenang agar tidak menyebabkan kerusakan terhadap kabel. Pemeliharaan elektris dan

pemeliharaan terhadap sambungan kabel dilakukan setiap 6 bulan sekali. Gambar 2.10

(32)

Gambar 2.10. Konstruksi kabelDuct[7]

Paralatan teknis yang digunakan PT. Telkom memiliki kode pengenal dan

spesifikasi tertentu. Kode pengenal diawali dengan tulisan STEL yang berarti peralatan

standar pada sistem telekomunikasi PT. Telekomunikasi Indonesia yang memenuhi syarat

teknis baik elektris maupun mekanis. Kode selanjutnya menyatakan jenis peralatan yang

digunakan, dalam hal ini K berarti kabel. Tabel 2.3 memperlihatkan beberapa kode

pengenal kabel tanah, baik Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) maupun kabelDuct.

Tabel 2.3. Kode Pengenal Kabel Tanah

Kode Pengenal Kabel

Tanah Keterangan Kode Kabel

STEL K─009

T─E ( Pem ) E 2400 X

2 X 0,6

009 : kode KabelDuctdengan pelindung mekanis.

T : Kabel tanah berpenghantar tembaga.

E : Isolasipolyethylene(PE).

( Pem ) : Pelindung elektris dan mekanis.

E : Isolasipolyethylene(PE).

2400 X 2 X 0,6 : kapasitas 200 pair dengan diameter urat 0,6

mm.

Kode diatas berarti Kabel Duct kapasitas 2400 pair dengan

urat penghantar tembaga berdiameter 0,6 mm, pelindung

(33)

Tabel 2.3. (Lanjutan) Kode Pengenal Kabel Tanah

Kode Pengenal Kabel

Tanah Keterangan Kode Kabel

STEL K─007

T─EJ ( Pem ) E 200 X

2 X 0,6

007 : kode KTTL

T : Kabel tanah berpenghantar tembaga.

E : Isolasipolyethylene(PE).

J : Lapisan petrojelly.

E : Isolasipolyethylene(PE).

( Pem ) : Pelindung elektris dan mekanis.

200 X 2 X 0,6 : kapasitas 200pairdengan diameter urat 0,6

mm.

Kode diatas berarti Kabel Tanah Tanam Langsung kapasitas

200 pair dengan urat penghantar tembaga berdiameter 0,6

mm, lapisan petrojelly, pelindung elektris dan mekanis.

STEL K─008

T─EJ ( Pe ) E 2400 X 2

X 0,6

008 : kode KabelDuctberpetrojelly.

T : Kabel tanah berpenghantar tembaga.

E : Isolasipolyethylene(PE).

J : Lapisan petrojelly.

( Pem ) : Pelindung elektris.

E : Isolasipolyethylene(PE).

2400 X 2 X 0,6 : kapasitas 2400 pair dengan diameter urat

0,6 mm.

Kode diatas berarti KabelDuctkapasitas 2400 pair dengan

urat penghantar tembaga berdiameter 0,6 mm, lapisan

(34)

2.2.4. Parameter Elektris Kabel Distribusi Telepon

Kabel tanah yang digunakan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia harus sesuai dengan

parameter elektris kabel distribusi telepon [4]. Parameter elektris tersebut yaitu :

1. Minimal memenuhi syarat teknis layanan POTS

 Kontinuitas : OK

 Tahanan Isolasi :≥10MΩ.Km

 TahananLoop: 1km/130Ωpada tegangan asing 3mV  Attenuation:≤60 dB

 TahananScreen: tersambung

2. Tidak boleh adaloading coilpada saluran.

3. Tidak boleh ada tegangan AC/DC pada saluranidle.

4.Resistance unbalance:≤4%.

5.Longitudinal balance:≥60 dB.

6. Power Influence:≤80 dB.

7. Memenuhi spesifikasi kecepatan akses ADSL2+

 Redaman kabel :≤35 dB  S/N :≥25 dB

2.2.4.1. Tahanan Isolasi Antar Penghantar

Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengukur besarnya “kebocoran “ listrik yang

terjadi antara urat yang diukur dengan urat lainnya maupun urat yang diukur dengan tanah.

Dalam setiap saluran terdapat kebocoran listrik. Transmisi sinyal informasi yang melalui

konduktor kabel secara umum tidak terpengaruh terhadap nilai. Gambar 2.11 dan Gambar

2.12 memperlihatkan skema kabel tembaga yang terpotong dan tahanan isolasi antar urat

kabel. Tabel 2.4 memperlihatkan standar parameter elektris yang harus dipenuhi untuk

multi layanan.

(35)

Gambar 2.12. Tahanan Isolasi antar Urat Kabel [4]

Tabel 2.4. Parameter elektris tahanan isolasi yang harus dipenuhi untuk multi layanan [7]

2.2.4.2. Tahanan

Screen

Kabel

Isolator jaringan kabel tembaga dibuat dari bahan alumunium foil, berupa pita

alumunium yang dipasang secara tumpang tindih melilit sepanjang kabel, yang berfungsi

sebagai pengaman urat-urat kabel dari gangguang tegangan luar (asing). Dalam

penerapannya alumunium foil ini harus terhubung dengan baik ke grounding yang ada di

setiap titik interkoneksi jaringan kabel, baik di MDF, RK dan DP. Setiap urat kabel harus

mempunyai nilai tahananscreen terhadap grounding, maupun antar urat-urat kabel sesuai

dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran besarnya resistansi screen (alumunium foil)

di sepanjang kabel. Satuan/unit dari tahananscreenadalah Ohm (Ω). Metode pengukuran tahananscreenkabel :

(36)

Jika tahanan konduktor A dan konduktor B diukur sebagai , maka :

+ = (2.1)

2. Dengan perantara urat A danscreen

Jika tahanan konduktor A danscreendiukur sebagai , maka :

+ = (2.2)

Tahananscreen= hasil ukur – 0,5 tahananloop

3. Dengan perantara urat B danscreen

Jika tahan konduktor B danscreendiukur sebagai , maka :

+ = (2.3)

Tahananscreendapat dihitung sebagai berikut :

(2.4)

(37)

2.2.4.3. Tahanan

Loop

Pengukuran tahanan loop adalah untuk mengetahui nilai resistansi/tahanan murni

kabel. Pengukuran tahanan loop adalah murni nilai resistansi konduktor atau urat kabel.

Pada pengukuran tahananloop, kabel tidak dilewati suatu sinyal informasi. Tahanan loop

kadang disebut juga dengan istilah tahanan DC (DCResistance). Pengukuran tahanan loop

dapat menggunakan perangkat multimeter. Satuan/unit tahanan loop adalah Ohm (Ω).

= . . . (2.5)

Dengan R adalah tahananloop(Ω/km), adalah konduktivitas kabel tembaga = 0,0175Ω mm2/m pada 20°C, L adalah panjang saluran (m), dan A adalah luas penampang kabel

(mm2)

Tabel 2.5. Parameter elektris tahanan jerat maksimal yang harus dipenuhi [7]

(38)

2.2.4.4.

Bit Error Rate

Bit Error Rate (BER) digunakan untuk mengetahui berapa banyak terjadi

kesalahan bit pada waktu pengiriman data melalui media transmisi dalam hal ini jaringan

kabel tembaga. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan parameter

saluran yang mengakibatkan / menambah Bit Error pada sisi antar muka dari kedua sisi

end to end. Tabel 2.7 memperlihatkan standar parameter elektris BER yang harus dipenuhi

untuk multi layanan.

Tabel 2.7. Nilai standard BER yang harus dipenuhi untuk multi layanan [7]

(39)

2.2.5. Karakteristik Kabel Tembaga

Jika dua saluran diperpanjang sampai tak terbatas, rangkaian ekivalen akan diperluas tak terbatas sesuai yang seharusnya. Jumlah R, L, C, dan G ditunjukkan pada gambar dibawah ini sesuai jumlah tertentu per satuan panjang [10]. Dengan kata lain, jumlah muatan terdistribusi sebagian dari seluruhnya.

1. Resistansi (R)

Secara matematis, resistansi dapat dirumuskan sebagai berikut:

(2.6) Pada kabel tembaga, nilai ρ = 0.01754 / . Untuk frekuensi tinggi, nilai efek kulit (skin effect) mempengaruhi nilai resistansi, dengan persamaan nilainya :

(2.7)

Dengan nilai , dimana . Sehinggha persamaan untuk

perhitungan nilai resistansi total adalah :

(2.8) 2. Kapasitansi (C)

Persamaan untuk perhitungan nilai kapasitansi adalah

(2.9) Dimana ε adalah permitivitas dielektrik, s adalah jarak antar konduktor (mm), dan d adalah diameter penghantar (mm).

3. Induktansi (L)

(40)

(2.10) Dimana s adalah jarak antara dua konduktor = d + (2 x tebal isolator). Untuk frekuensi tinggi, nilai induktansi juga dipengaruhi efek kulit, sehingga persamaannya menjadi :

(2.11) Sehingga nilai induktansi totalnya adalah

(2.12)

4. Redaman Saluran

Impedansi karakteristik merupakan suatu nilai redaman yang pasti ada pada semua

media transmisi, termasuk kabel tembaga. Sementara pada frekuensi kerja sistem, kabel

tembaga menghasilkan redaman saluran yang besarnya berbeda-beda tergantung frekuensi

kerjanya. Redaman pada kabel tembaga disebabkan karena konduktivitas konduktor yang

tidak sempurna dan juga disebabkan oleh resistansi dielektrik yang berhingga (idealnya tak

terhingga). Redaman ini merupakan kerugian daya yang terjadi dalam saluran.

Persamaan redaman (α) pada suatu saluran transmisi adalah sebagai berikut:

(2.13)

dimana α = redaman saluran, (Np/ km), R = resistansi (ohm/km), L = induktansi (Henry /km), C = kapasitansi (Farad/km), dan G = konduktansi (mho/km).

Pengukuran kemampuan konduktor kabel jika dilalui sinyal informasi pada

frekuensi sinyal tertentu. Dalam kalimat lain mengukur redaman saluran adalah mengukur

besarnya redaman/loss sepanjang kabel. Berbeda pada pengukuran kontinuitas atau

tahanan isolasi dimana kabel tidak dilewati sinyal informasi, maka pada pengukuran

(41)

2.3. Penelitian

2.3.1. Konsep Dasar Penelitian

Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti di

dalam melakukan kontrol terhadap kondisi [9]. Dalam pengertian lain, penelitian

eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok

eksperimen. Kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu

dengan kondisi-kondisi yang dapat dikontrol.

Penelitian eksperimental adalah penelitian dengan kejadian yang terjadi disebabkan

adanya intervensi alam yang dilakukan oleh peneliti untuk menguji hubungan antara sebab

dan akibat yang dilakukan pada suatu sistem yang tertutup dan terkontrol [8]. Penelitian

ekeperimental memiliki tiga prinsip yang harus dipenuhi, yaitu replikasi, randomisasi, dan

kontrol.

Replikasi adalah banyaknya unit eksperimen yang mendapatkan perlakuan sama

pada kondisi tertentu. Replikasi bertujuan untuk memperkirakan kesalahan penelitian,

meningkatkan ketelitian hasil penelitian dan memperluas jangkauan generalisasi hasil

penelitan.

Randomisasi merupakan proses untuk mewujudkan keadaan random atau acak

tanpa memilih suatu unit tertentu sehingga setiap unit penelitian mempunyai kesempatan

yang sama untuk mendapatkan perlakuan. Randomisasi dilakukan sebagai usaha menjaga

validitas generalisasi hasil eksperimen kepada populasinya.

Kontrol merupakan dasar penelitian eksperimental karena harus memiliki paling

sedikit dua unit eksperimen yaitu unit yang diberi perlakukan dan unit yang tidak diberikan

perlakuan sebagai unit kontrol sebagai pembanding.

Penelitian eksperimental memiliki tiga jenis desain, yaitu eksperimental sungguhan

(true-experimental), pra-eksperimental (pre-experimental) dan eksperimental semu (

quasi-experimental). Eksperimental sungguhan merupakan penelitian yang mampu memenuhi

seluruh prinsip eksperimental. Pra-eksperimental hanya mampu memenuhi sebagai dari

prinsip eksperimental. Sedangkan eksperimental semu mampu memenuhi ketiga prinsip

(42)

2.4. Statistika

2.4.1. Konsep Dasar Statistika

Konsep dasar statistika yang dibahas hanya yang berkaitan dengan penelitian.

2.4.1.1. Ukuran Pemusatan/Ukuran Gejala Pusat

Ukuran pemusatan adalah nilai tunggal yang mewakili semua data atau kumpulan

pengamatan yang menunjukkan pusat data. Yang termasuk ukuran pemusatan [12] :

1. Rata-rata hitung

Rata-rata Hitung (Mean) ialah suatu nilai yang mewakili suatu kelompok data [12].

Rata-rata hitung diperoleh dengan membagi jumlah seluruh data dengan banyak data.

Rumus umumnya:

(2.16)

 Untuk data yang tidak mengulang

(2.17)

 Untuk data yang mengulang dengan frekuensi tertentu

(2.18)

2. Rata-rata ukur

Rata-rata ukur digunakan apabila nilai data satu dengan yang lain berkelipatan.

Persamaan umumnya yaitu [12] :

(2.19)

 Untuk data tidak berkelompok

(2.20)

 Untuk data berkelompok

(2.21)

2.4.2. Hipotesis

2.4.2.1. Pengertian Hipotesis

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yang merupakan gabungan dari dua kata yaitu

(43)

adalah pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya sehingga memerlukan

pengujian yang akan membawa kepada kesimpulan untuk menerima atau menolak

hipotesis tersebut. Pengujian dihadapkan kepada dua pilihan yaitu hipotesis alternatif yang

selanjutnya disingkat Ha dan hipotesisi nol (null) yang selanjutnya disingkat Ho. Ha adalah

lawan atau tandingan dari Ho. Ha disebut juga hipotesis kerja atau hipotesis penelitian

yang cenderung dinyatakan dalam kalimat positif. Sedangkan Ho dinyatakan dalam

kalimat negatif [13].

2.4.2.2. Dua Macam Kesalahan dalam Penolakan atau Penerimaan

Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis akan terjadi dua macam kesalahan yaitu [12]:

1. Galat Jenis 1 : Penolakan Hipotesis Nol yang benar.

 Galat Jenis 1 dinotasikan sebagai, disebut juga taraf nyatauji

 Catatan : konsep dalam Pengujian Hipotesis sama dengan konsep konsep pada

Selang Kepercayaan

2. Galat Jenis 2 : Penerimaan Hipotesis Nol yang salah.

 Galat Jenis 2 dinotasikan sebagaiβ.

2.4.2.3. Macam-macam Pengujian Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis, Ho yang diuji apakah dapat diterima atau ditolak.

Untuk dapat memutuskan apakah Ho ditolak atau diterima, maka kriteria tertentu dengan

nilai tertentu diperlukan, baik dari hasil perhitungan maupun hasil dari tabel. Kedua hasil

tersebut dibandingkan. Dalam hal ini, dimisalkan menggunakan perhitungan t dengan

menggunakan rumus t sehingga diperoleh . Kemudian dicari dari tabel t

denganαtertentu. Pengujian Hipotesis dapat dilakukan secara [12] : 1. Uji Satu Arah

H0ditulis menggunakan persamaan (tanda =)

H1ditulis menggunakan tanda(>) atau (<)

2. Uji Dua Arah

H0ditulis menggunakan persamaan (tanda =)

(44)

Gambar 2.13 memperlihatkan daerah penolakan dan penerimaan dalam pengujian

hipotesis.

Gambar 2.13. Daerah Penolakan (yang diarsir) dan penerimaan (tanpa arsiran) [12]

2.4.3. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

2.4.3.1. Pendahuluan

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kesamaan dua

rata-rata ataurumus uji t Fisher’s untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil pengukuran

terhadap kabel Duct dan KTTL dilihat dari variasi waktu perendaman yang telah

dilakukan. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum melakukan uji t, yaitu

[13] :

1. Data dipih secara acak.

2. Data masing-masing berdistribusi normal, dengan uji normalitas.

3. Data masing-masing homogen, dengan uji homogenitas.

Hasil penelitian ( thitung) kemudian dikonsultasikan dengan tabel (ttabel). Ketentuan

analisis jika thitung< ttabelpada taraf signifikansi 2 % atau probabilitas kurang dari 0,02 maka

hipotesis kerja (Ha) diterima karena pengujian sampel signifikan. Dalam analisis varian ini

hipotesis statistik yang diuji adalah :

Ho =μ1=μ2=μ3= ... =μk

(45)

Karena kedua data sampel independen (tidak berkorelasi), maka rumus yang

digunakan adalahrumusuji t Fisher’syaitu :

(2.22)

Karena n1 = n2 makarumusuji t Fisher’sdapat disederhanakan menjadi :

(2.23)

dengan t adalah Hasil perhitungan nilai t ( thitung),x1 adalah Rata-rata nilai kelompok I, x2

adalah Rata-rata nilai kelompok II, n1 adalah jumlah subyek kelompok, ∑ 1 adalah

Jumlah kuadrat rata-rata kelompok I, dan∑ 2adalah Jumlah kuadrat rata-rata kelompok

II.

2.4.3.2. Langkah-langkah Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Langkah-langkah uji kesamaan dua rata-rata adalah [13]:

1. Uji atau asumsikan bahwa data dipilih secara acak

2. Uji atau asumsikan bahwa data berdistribusi normal.

3. Asumsikan bahwa kedua variansnya homogen.

4. Tulis Ho dan Ha dalam bentuk kalimat.

5. Tulis Ho dan Ha dalam bentuk statistik.

6. Cari dengan rumus tertentu.

7. Tetapkan taraf signifikansinya (α).

8. Cari dengan pengujian 2 pihak dimana dk = n1 + n2 – 2 dan dengan

menggunakan table t didapat nilai .

9. Tentukan kriteria pengujian yaitu :

Jika - ≤ ≤+ , maka Ho diterima.

10. Bandingkan hasil dengan .

(46)

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah pra-eksperimental karena tidak dilakukan

randomisasi. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-posttest

design, yang dapat digambarkan pada Tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1.Pre-Posttest Design

Keterangan :

X : unit eksperimen.

X11 : hasil pengukuran awal terhadap KTTL yang tidak mendapat perlakuan.

X12 : hasil pengukuran awal terhadap KTTL yang akan mendapat perlakuan.

X21 : hasil pengukuran awal terhadap KabelDuctyang tidak mendapat perlakuan.

X22 : hasil pengukuran awal terhadap KabelDuctyang mendapat perlakuan.

O : Perlakuan.

- : Tidak mendapatkan perlakuan.

Y : hasil eksperimen.

Y11 : hasil pengukuran hari tertentu terhadap KTTL yang tidak mendapat perlakuan.

Y12 : hasil pengukuran akhir tertentu KTTL yang mendapat perlakuan.

Y21 : hasil pengukuran akhir tertentu KabelDuctyang tidak mendapat perlakuan.

Y22 : hasil pengukuran akhir tertentu KabelDuctyang mendapat perlakuan.

(47)

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis Kerja (Ha)

Ada pengaruh kontaminasi air terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi

telepon.

2. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada pengaruh kontaminasi air terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi

telepon.

3.2. Langkah Eksperimen

3.2.1. Persiapan

a. Menentukan tempat penelitian, dalam hal ini PT. Telekomunikasi Indonesia Diva Area

Denpasar. Memeriksa kondisi lokasi penelitian untuk mengetahui tingkat kelembaban

air.

b. Menyiapkan bahan penelitian, berupa pemeriksaaan kondisi fisik KTTL dan KabelDuct

yang akan digunakan sebagai bahan penelitian.

c. Menyiapkan alat penelitian yaitu Megger Unilab Iso, AVO Meter, dan BER Test. Alat

penelitian harus diperiksa tingkat ketelitiannya sehingga tidak terjadi kesalahan pada

saat melakukan pengukuran.

3.2.2. Proses Penelitian

Langkah eksperimen dapat dilihat pada Gambar 3.1.

3.2.2.1. Pengupasan Kabel

a. Pembersihan ujung kabel yang akan dikupas.

b. Pengupasan mantel kabel. Kabel Duct dikupas pada lapisan polyethylene sepanjang 20

cm. Pengupasan KTTL dilakukan dari lapisan polyethylene, armouring baja sepanjang

25 cm, dan lapisanpolyethylenedalam sepanjang 20 cm.

c. Pembuatan belahan pada mantel kabel Duct dan lapisan polyethylene dalam KTTL

dilakukan hingga lapisan alumunium pada masing-masing ujung dengan panjang 2,5 cm

lebar 1 cm. Belahan ini digunakan sebagai tempat melakukan pengukuran tahanan

(48)

d. Pengupasan lapisan plastik pembungkus urat dan Pemisah pita pelilit kode warna dari

urat kabel. Pada kabel Duct, lapisan jelly yang menyelubungi urat kabel dapat

dibersihkan namun tidak perlu dihilangkan karena akan mempengaruhi hasil

pengukuran yang akan dilakukan.

e. Pengupasan urat-urat kabel sepanjang 2 cm sebagai tempat melakukan pengukuran

tahanan screen kabel, tahanan isolasi antar penghantar, tahanan urat kabel, Bit Error

Rate, dan kecepatan akses.

(49)

Ilustrasi pengupasan kabel untuk pengukuran dapat dilihat pada gambar 3.2 :

Gambar 3.2. pengupasan mantel kabel

3.2.2.2. Pengukuran Awal

a. Pengukuran tahanan screen kabel, tahanan isolasi antar penghantar, dan tahanan urat

kabel untuk mengetahui kemampuan mengantar kabel sebelum dilakukan penelitian

dengan mengacu kepada nilai spesifikasi standar kabel distribusi telepon. Apabila

terjadi perbedaan nilai yang cukup menonjol pada beberapa urat, maka penggantian

kabel perlu dilakukan sehingga diperoleh nilai yang sama atau mendekati nilai

standarnya. Kemudian dilanjutkan pengukuran Bit Error Rate (BER) dan kecepatan

akses kabel KTTL dan kabel Duct. Pengukuran parameter elektris dilakukan

berdasarkan kriteria sebagai berikut :

1. Pengukuran tahanan isolasi kabel akan dihentikan jika nilai ukur parameter elektris

Jarlokat dari Kabel Tanah Tanam Langsung dan kabel Duct tidak mengalami

perubahan selama minimal 30 hari atau 1 bulan dari waktu yang telah ditentukan

yaitu selama 60 hari atau 2 bulan. Standar tahanan isolasi untuk ADSL minimum 3,5

MΩ (Standar dari 3M) dan ≥10MΩ.Km. Sedangkan untuk kecepatan akses Jarlokat memiliki standar kecepatan akses ADSL yaitu Redaman kabel :≤35 dB dan S/N :≥ 25 dB.

2. Pengukuran terus dilakukan meskipun ada perubahan nilai ukur untuk parameter

elektris Jarlokat yang ditentukan (tahanan screen kabel, tahanan isolasi antar

penghantar, tahanan urat kabel, Bit Error Rate (BER), dan kecepatan akses) sampai

(50)

3.2.2.3. Perendaman

a. Memasukkan gulungan kabel pada bak yang telah terisi dengan air, ujung-ujung kabel

diposisikan sedemikian rupa sehingga tidak terkena air agar kabel tidak rusak.

Gambar 3.3 . kelompok kabel yang tidak mendapat perlakuan

Gambar 3.4. kelompok kabel yang mendapat perlakuan

3.2.2.4. Pengukuran Akhir

a. Pada waktu yang telah ditentukan, kabel yang terendam tahanan isolasi antar

penghantar, tahanan urat kabel, tahanan screen kabel, Bit Error Rate, dan kecepatan

(51)

1. Pengukuran tahanan screen kabel dan tahanan isolasi kabel dilakukan dengan

menggunakan megger earth tester. Kutub-kutub megger earth tester dihubungkan

dengan lapisan alumunium dan salah satu urat kabel pada ujung dekat dan pada

ujung jauh semua urat kabel disatukan dan dihubungkan dengan lapisan alumunium

sebagai screenkabel. Setelah itu, hasil pengukuran dicatat pada Tabel 3.2. Gambar

3.5 memperlihatkan cara mengukur tahanan isolasi kabel.

Gambar 3.5. Pengukuran tahanan isolasi kabel

2. Pengukuran tahanan urat kabel dilakukan dengan menggunakanAVO meter digital.

Terminal AVO meter digital dihubungkan dengan urat-urat kabel pada ujung jauh

dan ujung dekat kabel. Setelah itu, hasil pengukuran dicatat pada Tabel 3.3. Gambar

3.6 memperlihatkan cara mengukur tahanan urat kabel.

Gambar 3.6. Metode pengukuran tahanan urat kabel

3. MengukurBit Error Rate(BER)

Pengukuran Bit Error Rate (BER) dilakukan dengan:

a. Mengatur sisi pengirim

 Mengatur besaran dan bentuk parameter dari BERGenerator dengan kecepatan

(52)

 BERGeneratordihubungkan dengan ujung urat kabel yang akan diukur pada

terminasi 1 sedang ujung lainnya pada terminasi 2 dihubungkan dengan BER

meter pada sisi terima.

b. Mengatur sisi penerima

Mengatur besaran dan bentuk parameter padaBER Meterseperti pada sisi kirim.

 Baca penunjukan pada BER Meter dan cocokkan dengan hargastandard.

 Pengamatan dan Pengukuran BER dilaksanakan setidaknya selama 24 jam secara

terus-menerus

.

Gambar 3.7 memperlihatkan cara mengukurBit Error Rate(BER) dengan menggunakan

BERTest Set.

Gambar 3.7. Rangkaian pengukuranBit Error Rate(BER)

Hasil Pengukuran Bit Error Rate(BER) dan kecepatan akses kabel KTTL dan kabel Duct

dicatat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.2. Hasil Pengukuran TahananScreen

Dan Tahanan Isolasi Antar Penghantar Kabel

Kabel : ...

Keterangan :

(53)

Tabel 3.3. Hasil Pengukuran

Tahanan Urat Kabel ...

Tabel 3.4. Hasil PengukuranBit Error Ratedan Kecepatan Akses

Kabel : ………….

3.2.2.5. Menganalisa Data Penelitian dan Menyimpulkan Hasil Penelitian

3.2.2.5.1. Menganalisa Data Penelitian

a. Setelah mendapatkan data hasil pengukuran, data diolah dengan menggunakan uji

kesamaan dua rata-rata yaitu dengan menggunakan uji t dengan tingkat kepercayaan

98% (α = 2%). Uji t dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh rendaman terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon serta perbedaan kualitas

menghantar antara Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) dan Kabel Duct yang telah

mengalami proses perendaman.

b. Pengolahan data dilakukan dengan cari mencari harga dengan menggunakan

(54)

tabel distribusi t. Pengolahan data dilakukan pada masing-masing hasil pengukuran

parameter elektris dari masing-masing kabel distribusi telepon.

c. Setelah membandingkan harga dengan harga , analisa dilakukan untuk

menentukan apakah hipotesa kerja (Ha) atau hipotesa nol (Ho) yang dapat diterima.

3.2.2.5.2. Menyimpulkan Hasil Penelitian

Kesimpulan diambil berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan. Hasil nilai

akan dibandingkan dengan nilai untuk tiap-tiap hasil penelitian masing-masing

parameter yang diukur. Adanya pengaruh air terhadap kabel distribusi telepon dapat dicari

dengan menggunakan kriteria pengujian berikut:

 Jika - ≤ ≤+ , maka Ho diterima, yaitu tidak ada pengaruh

kontaminasi air terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon

 Jika - > dan > + , maka Ha, yaitu Ada pengaruh

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang proses pengambilan, hasil penelitian, analisa data dan

pembahasan, keterbatasan penelitian, dan rekomendasi.

4.1. Proses Pengambilan Data

Penelitian dilakukan di PT. Telekomunikasi Indonesia Diva Area Denpasar.

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu 1 hari setelah

pengukuran awal, 3 hari setelah pengukuran awal, 10 hari setelah pengukuran awal, 30 hari

setelah pengukuran awal, dan 60 hari setelah pengukuran awal. Waktu pengambilan data

sedikit berbeda antara batasan masalah dengan proses pengambilan data. Perbedaannya

yaitu pengambilan data yang kedua. Pada batasan masalah dilakukan 5 hari setelah

pengukuran awal, sedangkan pada proses pengambilan data dilakukan 3 hari setelah

pengukuran awal. Perbedaan waktu pengambilan data ini tidak ada perbedaan data yang

signifikan. Setiap pengambilan data, data yang diambil yaitu tahananscreenkabel, tahanan

urat kabel, tahanan, isolasi antar penghantar, dan pengukuran Bit Rate. Langkah-langkah

yang dilakukan dalam pengambilan data adalah:

1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian. Alat ukur yang

dibutuhkan, yaitu megger earth, multimeter dan BER tester. Karena PT. Telkom

DIVA Area Denpasar tidak mempunyai BER tester, pengukuran dilakukan

menggunakan port DSLAM yang terhubung ke ADSL pada bagian transmitter.

ADSL mentransmisikan data secara asimetrik, yaitu kapasitas transmisinya berbeda

antara saatdownstream(dari sentral ke pelanggan) yaitu sekitar 1,544 Mbps sampai

8,19 Mbps dan saat upstream (dari pelanggan ke sentral) yaitu sekitar 64 kbps

sampai 1 Mbps untuk ADSL / ADSL 2 dengan batas terjauh sekitar 5,7 km. Bagian

receiver menggunakan ADLS 2+ tester. Parameter yang diukur bukan BER

melainkan bit rate. Megger earth digunakan untuk mengukur tahanan isolasi dan

tahananscreen, multimeter digunakan untuk mengukur tahanan urat, dan ADSL+2

Tester digunakan untuk mengukur bit rate. Bahan yang dibutuhkan yaitu kabel

KTTL kapasitas 10 pair, 0,6mm, panjang 200 m. Gambar 4.1 memperlihatkan

(56)

tempat melakukan penelitian yaitu DIVA Area Denpasar STO Kuta. Gambar 4.2

memperlihatkan pemotongan ujung kabel yang digunakan dalam penelitian.

Gambar 4.1. Tempat eksperimen Gambar 4.2. Ujung kabel yang

STO Kuta dikupas

2. Melakukan pengukuran awal semua parameter elektris, yaitu tahanan urat, tahanan

isolasi, tahananscreen, danbit rate.

3. Melakukan pengelompokan kabel. Kabel yang diuji ada 2 kelompok yaitu

kelompok yang mendapat perlakuan (perendaman) dan kelompok yang tidak

mendapat perlakuan (perendaman). Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 memperlihatkan

kelompok-kelompok yang diuji. Kelompok yang mendapat perlakuan akan

direndam air sedangkan kelompok yang tidak mendapat perlakuan akan dibiarkan

tanpa mendapat perendaman air.

Gambar 4.3. kelompok yang Gambar 4.4. kelompok yang tidak mendapat

mendapat perlakuan perlakuan

4. Melakukan pengukuran parameter elektris, yaitu 1 hari setelah pengukuran awal, 3

hari setelah pengukuran awal, 10 hari setelah pengukuran awal, 30 hari setelah

(57)

Gambar 4.5, dan Gambar 4.6 memperlihatkan alat ukur yang digunakan dalam

penelitian.

Gambar 4.5.megger earth tester Gambar 4.6.ADSL 2+ Tester

Gambar 4.7.multimeter Gambar 4.8.stecker

4.2. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini meliputi hasil pengukuran kemampuan elektris kabel pada

proses perendaman di dalam air yang meliputi:

a. Pengujian kualitas kabel tanah meliputi tahanan screen kabel, tahanan isolasi, dan

tahanan urat kabel.

b. Pengujianperformancekabel tanah meliputi pengukuranBit Rate.

Data hasil penelitian dan perhitungan nilai masing-masing parameter

elektris dapat dilihat pada bagian lampiran 6 sampai lampiran 9.

4.3. Analisa Data

Karena penelitian yang dilakukan adalah pra-eksperimental (tidak dilakukan

randomisasi), data yang diperoleh dari penunjukan megger earth tester pada pengukuran

(58)

41omogeny sehingga hasil pengukuran dapat langsung dimasukkan ke dalam tabel dan

dianalisa dengan paired-samples t test. Dari hasil analisa diperoleh harga yang

kemudian dibandingkan dengan harga dengan taraf signifikansi 2 % atau probabilitas

kurang dari 0,02. Hasil perbandingan tersebut menentukan apakah Ha diterima dan Ho

ditolak atau sebaliknya Ho diterima dan Ha yang ditolak. Sesuai dengan tabelPre Posttest

Design variabel diasumsikan sama dengan variabel yaitu hasil pengukuran hari

tertentu kabel KTTL yang tidak mendapat perlakuan, sedangkan variabel diasumsikan

sama dengan variabel yaitu hasil pengukuran kabel KTTL yang mendapat perlakuan.

Analisis uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh waktu

perendaman terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon serta perbedaan

kualitas menghantar kabel Duct dan KTTL yang telah mengalami proses perendaman.

Pada penelitian ini, kabel yang diuji hanya kabel KTTL, karena PT. Telekomunikasi

Indonesia Diva Area Denpasar mengurangi penggunaan KabelDuct(sudah diganti dengan

Fiber Optik). Data yang diperoleh hanya data kabel KTTL.

4.3.1. Analisa tahanan urat kabel

Tabel 4.1 memperlihatkan rata-rata hasil pengukuran tahanan urat KTTL. Tabel 4.2

memperlihatkan perhitungan nilai tahanan urat kabel. Kelompok merupakan

kelompok yang tidak mendapat perlakuan, sedangkan kelompok merupakan kelompok

yang mendapat perlakuan.

Tabel 4.1. Rata-rata hasil pengukuran tahanan urat KTTL

Kelompok N

KTTL KTTL

0 – 1 hari 20 13,1700 13,1610

0 – 3 hari 20 13,1700 13,1645

0 – 10 hari 20 13,1700 13,1565

0 – 30 hari 20 13,1700 13,1615

(59)

Tabel 4.2. Perhitungan nilai tahanan urat kabel

N Dk

Nilai t

Keterangan

20 19 13,1700 13,1690 0,0020 2,539 Tidak ada pengaruh air

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa harga senilai 0,0020. Hasil perhitungan

tersebut masih kecil dari harga sebesar 2,539. Ini menunjukkan tidak ada pengaruh

air terhadap tahanan urat kabel, sehingga tidak ada pengaruh terhadap transmisi sinyal.

Harga tahanan urat yang memberi pengaruh air terhadap transmisi sinyal sebesar 25,000Ω.

Karena jika tahanan urat sudah mencapai 25,000 Ω tidak memenuhi kriteria pengujian.

Harga yang dihasilkan sebesar – 3,946, sedangkan sebesar 2,539. Jika

dimasukkan kedalam kriteria pengujian maka < - ( - 3,649 < - 2,539 ).

Jika terjadi perubahan tahanan urat yang disebabkan oleh air, maka sinyal yang

ditransmisikan akan dipantulkan kembali. Sinyal yang dipantulkan kembali disebut dengan

Gema (echo). Hal ini disebabkan karena perubahan impedansi dalam sebuah rangkaian

listrik [14].

4.3.2. Analisa tahanan isolasi antar penghantar

Tabel 4.3 memperlihatkan rata-rata hasil pengukuran tahanan isolasi antar

penghantar. Tabel 4.4 memperlihatkan perhitungan nilai tahanan isolasi antar

penghantar.

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa harga senilai 0,0023. Hasil perhitungan

tersebut masih kecil dari harga sebesar 2,821. Ini menunjukan tidak ada pengaruh air

terhadap tahanan urat kabel. Transmisi sinyal informasi yang melalui konduktor kabel

secara umum tidak terpengaruh terhadap nilai tahanan isolasi [14].

Data tahanan isolasi pada penelitian ini tidak dapat digunakan karena cara

pengambilan datanya salah (tidak sesuai dengan cara pengukuran tahanan isolasi). Cara

(60)

Tabel 4.3. Rata-rata hasil pengukuran tahanan isolasi antar penghantar

Kelompok N

KTTL KTTL

0 – 1 hari 10 26,7300 26,7060

0 – 3 hari 10 26,7300 26,7160

0 – 10 hari 10 26,7300 26,7110

0 – 30 hari 10 26,7300 26,7070

0 – 60 hari 10 26,7300 26,7050

Tabel 4.4. Perhitungan nilai tahanan isolasi antar penghantar

N Dk

Nilai t

Keterangan

10 9 26,7300 26,7093 0,0023 2,821 Tidak ada pengaruh air

4.3.3. Analisa tahananscreenkabel

Tabel 4.5 memperlihatkan rata-rata hasil pengukuran tahanan screen Kabel Tanah

Tanam Langsung (KTTL).

Tabel 4.5. Rata-rata hasil pengukuran tahananscreenKTTL

Kelompok Keterangan

0 – 1 hari 1,22 1,22

Tidak ada pengaruh air

0 – 3 hari 1,22 1,22

0 – 10 hari 1,22 1,22

0 – 30 hari 1,22 1,22

(61)

Pada tabel ringkasan hasil pengukuran tahananscreendapat dilihat bahwaX1danX2

bernilai sama sehingga tidak diperoleh harga dk dan pada semua kelompok. Hal

tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hasil pengukuran dengan variasi waktu

perendaman pada tahananscreenkabel KTTL.

4.3.4. AnalisaBit Rate

Tabel 4.6 memperlihatkan rata-rata hasil pengukuran bit rate kelompok

(kelompok yang tidak mendapat perlakuan). Tabel 4.7 memperlihatkan rata-rata hasil

pengukuranbit ratekelompok (kelompok yang mendapat perlakuan).

Tabel 4.6. Rata-rata hasil pengukuranbit ratekelompok

Kelompok

Tabel 4.7. Rata-rata hasil pengukuranbit ratekelompok

Gambar

Gambar 4.8. Stecker ……………………………………………………………... 40
Gambar 2.1 Jaringan kabel komunikasi PT.Telkom [5]
Gambar 2.3. Konstruksi Rumah Kabel [6]
Tabel 2.1. Tabel Tahanan dan Kapasitansi Maksimum Urat Kabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Intradialisis Hipotensi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisis.. Oxygen Saturation and Heart Rate

Judul Skripsi : Pengaruh Jenis Pakan Usus Ayam Dan Ampas Tahu Terhadap Pertumbuhan Lele Dumbo Clarias gariepinus Sumbangsih Pada Materi Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Mata

Manajemen pakan sangatlah penting pada setiap budidaya, dengan pemberian pakan dari mulai larva sampai dewasa harus sesuai dengan kandungan nutrisi dalam pakan yang

Gambar 4.3 Activity Diagram mengelola User (Admin) admin pilih menu pengolahan user tampil detail data user pilih insert.. user pilih update

Penelitian selanjutnya disarankan dapat menguji variabel-variabel lain yang diduga mempunyai pengaruh kuat terhadap budgetary slack karena dari empat variabel

siswa untuk mengi untuk mengikuti kuti proses proses pembelajaran. Sis.a menerima inormasi kom,etensi- materi- tujuan- Sis.a menerima inormasi kom,etensi- materi- tujuan-

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk dapat menjabarkan peran penerjemah dalam penerjemahan yang melibatkan dua bahasa dan budaya  To

Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, dalam bidang metafisika, tesis utama al-hikmah al-muta’âliyyah sebagai mazhab pemikiran filsafat yang