• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

47 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Keterampilan Proses Sains Siswa pada Pembelajaran Sistem Pernapasan Hewan Sebelum Diterapkannya Tutor Sebaya pada Inkuiri Terbimbing Dibandingkan dengan Tanpa Tutor Sebaya

Data kemampuan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran sistem pernapasan hewan sebelum diterapkannya tutor sebaya pada inkuiri terbimbing dibandingkan dengan tanpa tutor sebaya diperoleh dari hasil pretest yang telah dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil nilai pretest kemudian diolah dengan menggunakan uji normalitas, dilanjutkan dengan uji homogenitas, setelah itu dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian data ini menggunakan perangkat lunak SPSS versi 18.00.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Uji Statistik Pretest Keterampilan Proses Sains Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Komponen Pretest Eksperimen Kontrol N 40 40 Rata-rata 65,62 57,47 Median 67 67 SD 10,53 23,05 Nilai max 80 87 Nilai min 40 13 Uji Normalitas

Nilai signifikansi (sig.) 0,014 0,001

Keterangan Tidak Normal Tidak Normal

Uji Homogenitas

Nilai signifikansi (sig.) 0,000

Keterangan Tidak Homogen

Uji Hipotesis U Mann-Whitney

Nilai signifikansi (sig.) 0,395

Keterangan Diterima H0

(2)

Data yang diperoleh berdasarkan perhitungan uji normalitas didapatkan hasil yaitu data tidak normal, karena pretest pada kelas eksperimen memiliki nilai signifikansi < taraf signifikansi (0,014 < 0,05) dan pretest pada kelas kontrol memiliki nilai signifikansi < taraf signifikansi (0,001< 0,05). Pada hasil perhitungan uji homogenitas didapatkan hasil yaitu tidak homogen karena nilai signifikansi < taraf signifikansi (0,000 < 0,05), karena data tidak normal dan tidak homogen maka langkah selanjutnya yaitu pengujian hipotesis menggunakan uji non-parametrik dengan uji U Mann-Whitney. Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan uji U Mann-Whitney yaitu tidak terdapat perbedaan median yang signifikan antara pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol (nilai signifikansi > taraf signifikansi = 0,395 > 0,05). Karena tidak adanya perbedaan median yang signifikan antara pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka langkah selanjutnya yaitu hipotesis penelitian diuji melalui nilai posttest.

2. Keterampilan Proses Sains Siswa pada Pembelajaran Sistem Pernapasan Hewan Sesudah Diterapkannya Tutor Sebaya pada Inkuiri Terbimbing Dibandingkan dengan Tanpa Tutor Sebaya

Data kemampuan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran sistem pernapasan hewan sesudah diterapkannya tutor sebaya pada inkuiri terbimbing dibandingkan dengan tanpa tutor sebaya diperoleh dari hasil posttest yang telah dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil nilai posttest kemudian diolah dengan menggunakan uji normalitas,

(3)

dilanjutkan dengan uji homogenitas, setelah itu dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian data ini menggunakan perangkat lunak SPSS versi 18.00.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Uji Statistik Posttest Keterampilan Proses Sains Siswa pada pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Komponen Posttest Eksperimen Kontrol N 40 40 Rata-rata 83,52 68,35 Median 87 73 SD 8,57 16,32 Nilai max 100 93 Nilai min 60 33 Uji Normalitas

Nilai signifikansi (sig.) 0,005 0,000

Keterangan Tidak Normal Tidak Normal

Uji Homogenitas

Nilai signifikansi (sig.) 0,004

Keterangan Tidak Homogen

Uji Hipotesis U Mann-Whitney

Nilai signifikansi (sig.) 0,000

Keterangan Ditolak H0

(Berbeda signifikan)

Data yang diperoleh berdasarkan perhitungan uji normalitas didapatkan hasil yaitu data tidak normal, karena posttest pada kelas eksperimen memiliki nilai signifikansi < taraf signifikansi (0,005 < 0,05) dan posttest pada kelas kontrol memiliki nilai signifikansi < taraf signifikansi (0,000 < 0,05). Pada hasil perhitungan uji homogenitas didapatkan hasil yaitu tidak homogen karena nilai signifikansi < taraf signifikansi (0,004 < 0,05), karena data tidak normal dan tidak homogen maka langkah selanjutnya yaitu pengujian hipotesis menggunakan uji non-parametrik dengan uji U Mann-Whitney. Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan uji U Mann-Whitney yaitu terdapat perbedaan median yang signifikan antara posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol (nilai signifikansi < taraf signifikansi = 0,000 < 0,05).

(4)

3. Data Pencapaian Tiap Aspek dari Keterampilan Proses Sains Siswa antara Pembelajaran dengan Penerapan Tutor Sebaya pada Inkuiri Terbimbing Dibandingkan dengan Tanpa Tutor Sebaya

Berdasarkan uji statistik pada pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh hasil tidak berbeda signifikan, maka untuk data pencapaian tiap aspek dari keterampilan proses sains siswa antara pembelajaran dengan penerapan tutor sebaya pada inkuiri terbimbing dibandingkan dengan tanpa tutor sebaya digunakan hasil posttest yaitu dengan menghitung besarnya persentase jawaban yang benar dari tiap aspek keterampilan proses sains pada soal posttest yang diberikan. Selain itu, data juga diperoleh dari hasil lembar observasi mengenai keterampilan proses sains yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Data persentase jawaban benar tiap aspek keterampilan proses sains dari hasil posttest merupakan data keterampilan proses sains berupa produk, sedangkan data hasil observasi keterampilan proses sains yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung merupakan data keterampilan proses sains berupa proses.

Tabel 4.3 Perbandingan Besarnya Penguasaan Keterampilan Proses Sains antara Hasil Posttest dan Hasil Observasi

No. Tahap inkuiri

terbimbing Jenis KPS

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Posttest Hasil Observasi Posttest Hasil Observasi 1. Tahap Undangan Mengajukan pertanyaan 70% 87,5% 55% 75% Berhipotesis 90% 100% 77,5% 100% Prediksi 82,5% 100% 60% 50% 2. Tahap inti: a. Eksplorasi Merencanakan percobaan 85% 100% 58,3% 90% Melaksanakan percobaan 47,5% 87,5% 40% 58,33% Menggunakan

(5)

No. Tahap inkuiri

terbimbing Jenis KPS

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Posttest Hasil Observasi Posttest Hasil Observasi Observasi 97,5% 100% 75% 100% Klasifikasi 83,75% 100% 81,25% 62,5% Interpretasi 100% 100% 75% 87,5% b. Elaborasi Berkomunikasi 90% 96,87% 82,5% 75% 3. Tahap akhir: Konfirmasi Menerapkan konsep 85% 87,5% 85% 37,5% Rata-rata 82,84% 96,3% 69,5% 75,27%

Berdasarkan hasil persentase jawaban benar tiap aspek keterampilan proses sains pada posttest diperoleh gambaran bahwa sepuluh dari sebelas jenis keterampilan proses sains yang diukur dalam penelitian ini memiliki nilai persentase lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan pada kelas kontrol. Keterampilan proses sains tersebut antara lain kemampuan mengajukan pertanyaan, berhipotesis, prediksi, merencanakan percobaan, melaksanakan percobaan, menggunakan alat/bahan, observasi, klasifikasi, interpretasi, dan berkomunikasi. Kemampuan menerapkan konsep memiliki nilai persentase yang sama besar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 85%.

Berdasarkan hasil observasi mengenai keterampilan proses sains yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung diperoleh gambaran bahwa sembilan dari sebelas jenis keterampilan proses sains yang didapat dari hasil observasi memiliki nilai persentase lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan pada kelas kontrol. Keterampilan proses sains tersebut antara lain kemampuan mengajukan pertanyaan, prediksi, merencanakan percobaan, melaksanakan percobaan, menggunakan alat/bahan, klasifikasi, interpretasi, berkomunikasi, dan menerapkan konsep. Kemampuan berhipotesis dan

(6)

observasi memiliki nilai persentase yang sama besar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 100%.

Berdasarkan Tabel 4.3, diperoleh gambaran adanya perbedaan besarnya ketercapaian tiap aspek keterampilan proses sains pada proses dan produk yang dapat dilihat dari perbedaan besarnya persentase antara hasil observasi dengan hasil jawaban benar dari tiap aspek keterampilan proses sains pada posttest baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hasil yang diperoleh dari perbandingan besarnya penguasaan keterampilan proses sains antara hasil posttest dan hasil observasi yaitu pada keterampilan proses sains mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan, melaksanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, dan observasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol nilai persentasenya lebih tinggi pada hasil observasi daripada hasil posttest. Hal ini menunjukkan bahwa pada keterampilan proses sains tersebut lebih dapat dikuasai dan dicapai dengan baik pada saat proses dibandingkan pada produk. Keterampilan proses sains prediksi, klasifikasi, komunikasi, dan menerapkan konsep pada kelas eksperimen nilai persentasenya lebih tinggi pada hasil observasi dibandingkan hasil posttest, sedangkan pada kelas kontrol sebaliknya, nilai persentase pada hasil observasi lebih rendah dibandingkan hasil posttest. Keterampilan proses sains interpretasi pada kelas eksperimen nilai persentase dari hasil observasi dan posttest memiliki persentase yang sama, sedangkan pada kelas kontrol persentase dari hasil posttest lebih rendah daripada hasil observasi.

(7)

Untuk melihat besarnya peranan tutor sebaya dalam pembelajaran, maka dilakukan observasi terhadap tutor selama pembelajaran berlangsung. Observasi terhadap tutor merupakan instrumen penelitian yang pengambilan datanya dilakukan pada 8 siswa yang menjadi tutor pada setiap kelompok saat pembelajaran berlangsung di kelas eksperimen, satu observer mengobservasi 2 tutor. Hal ini dilakukan untuk mengamati kemampuan siswa yang menjadi tutor dalam membimbing teman satu kelompoknya. Hasil observasi mengenai peranan tutor sebaya terdapat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.4 Hasil Observasi Tutor Sebaya

No. Indikator Kemunculan

1. Memberi arahan kepada anggota kelompoknya mengenai praktikum yang dilakukan sesuai dengan petunjuk dari LKS

87,5% 2. Mengarahkan anggota kelompoknya dalam pembagian

tugas masing-masing anggota 62,5%

3. Mengarahkan anggota kelompoknya untuk

menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar 87,5% 4. Menjawab pertanyaan jika ada yang tidak dipahami

oleh anggota kelompoknya 50%

5. Memberitahu untuk membersihkan alat yang telah

digunakan 75%

6. Mengarahkan dan mendiskusikan hasil pengamatan

dengan anggota kelompoknya 100%

Rata-rata 77,08%

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat persentase kemunculan dari hasil observasi pada setiap item dari enam aspek yang harus dilakukan oleh setiap tutor. Adapun hasil akhir dari rata-rata semua item memberikan hasil sebesar 77,08%. Hal ini menunjukkan bahwa tutor sudah melakukan hal-hal yang memang harus dilakukan oleh seorang tutor dengan baik. Dengan demikian

(8)

dapat disimpulkan bahwa tutor sebaya telah berperan dengan baik selama pembelajaran berlangsung.

4. Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran dengan Penerapan Tutor Sebaya pada Inkuiri Terbimbing

Tanggapan siswa mengenai pembelajaran dengan penerapan tutor sebaya pada inkuiri terbimbing dijaring dengan mengunakan angket. Hasil pengolahan angket tersebut kemudian diinterpretasi menggunakan persentase dengan merujuk pada Koentjoroningrat (1997:51). Jumlah responden yang mengisi angket sebanyak 32 siswa dengan jumlah pertanyaan sejumlah 12 buah.

Tabel 4.5 Hasil Angket Siswa No. Aspek yang ditanyakan Tanggapan

siswa

Persentase tanggapan

siswa

Kategori

1. Menyukai pelajaran biologi Ya 100% Seluruhnya

Tidak 0% Tidak ada

2. Biologi merupakan mata pelajaran yang sulit

Ya 53% Sebagian besar

Tidak 47% Hampir

setengahnya 3. Menyukai pelajaran biologi bab

sistem pernapasan

Ya 91% Pada umumnya

Tidak 9% Sebagian kecil

4. Menyukai pembelajaran secara berkelompok

Ya 94% Pada umumnya

Tidak 6% Sebagian kecil

5. Frekuensi praktikum

Kurang dari

5 kali 75% Sebagian besar

Lebih dari 5

kali 25% Sebagian kecil

6.

Tutor memiliki kemampuan lebih dibandingkan anggota kelompok

Ya 94% Pada umumnya

Tidak 6% Sebagian kecil

7.

Tutor dapat membimbing anggota kelompok dalam melakukan praktikum

Ya 100% Seluruhnya

Tidak 0% Tidak ada

8.

Penjelasan tutor mudah

dimengerti daripada penjelasan dari guru

Ya 69% Sebagian besar

Tidak 31% Hampir

(9)

No. Aspek yang ditanyakan Tanggapan siswa Persentase tanggapan siswa Kategori 9.

Kegiatan praktikum dengan teknik tutor sebaya pada praktikum laju konsumsi oksigen menarik

Ya 91% Pada umumnya

Tidak 9% Sebagian kecil

10.

Praktikum laju konsumsi oksigen membuat lebih mudah memahami konsep sistem pernapasan hewan

Ya 94% Pada umumnya

Tidak 6% Sebagian kecil

11.

Dapat menyelesaikan soal sistem pernapasan hewan dengan mudah setelah dilakukannya praktikum laju konsumsi oksigen pada hewan

Ya 63% Sebagian besar

Tidak 37% Hampir

setengahnya

12.

Mengalami kesulitan selama kegiatan praktikum laju konsumsi oksigen pada hewan

Ya 53% Sebagian besar

Tidak 47% Hampir

setengahnya

Berdasarkan hasil perhitungan angket siswa diketahui bahwa seluruh siswa menyukai pelajaran biologi dan sebagian besar siswa menganggap bahwa biologi merupakan pelajaran yang sulit. Pada umumnya siswa menyukai pelajaran biologi bab sistem pernapasan dan menyukai pembelajaran secara berkelompok. Dengan adanya ketertarikan dalam pembelajaran secara berkelompok, maka penerapan tutor sebaya cocok diterapkan dalam pembelajaran. Sebagian besar siswa menyatakan bahwa frekuensi praktikum yang telah dilakukan selama ini yaitu kurang dari 5 kali.

Pada umumnya siswa menganggap bahwa tutor memiliki kemampuan lebih dibandingkan anggota kelompok dan seluruh siswa menyatakan bahwa tutor dapat membimbing anggota kelompok dalam melakukan praktikum. Hal ini dikarenakan pemilihan tutor dilakukan berdasarkan nilai rapor pada mata pelajaran biologi semester sebelumnya dan juga atas saran dari guru yang

(10)

bersangkutan yang memberikan acuan siswa mana saja yang memiliki prestasi yang lebih dibandingkan dengan teman-temannya yang lain dan juga dapat bekerja sama serta dapat memberikan penjelasan kepada teman-temannya.

Sebagian besar siswa menyatakan bahwa penjelasan tutor mudah dimengerti daripada penjelasan dari guru. Pada umumnya siswa merasa bahwa kegiatan praktikum dengan teknik tutor sebaya pada praktikum laju konsumsi oksigen menarik dan membuat lebih mudah memahami konsep sistem pernapasan hewan. Oleh karena itu, sebagian besar siswa dapat menyelesaikan soal sistem pernapasan hewan dengan mudah setelah dilakukannya praktikum laju konsumsi oksigen pada hewan. Namun, sebanyak 53% siswa merasa mengalami kesulitan selama melakukan kegiatan praktikum laju konsumsi oksigen pada hewan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa memberikan tanggapan yang baik terhadap pembelajaran dengan penerapan tutor sebaya pada inkuiri terbimbing.

B. Pembahasan

1. Keterampilan Proses Sains Siswa pada Pembelajaran Sistem Pernapasan Hewan Sebelum Diterapkannya Tutor Sebaya pada Inkuiri Terbimbing Dibandingkan dengan Tanpa Tutor Sebaya

Kemampuan keterampilan proses sains siswa diperoleh dengan menggunakan tes tertulis. Tes tersebut diberikan kepada siswa di kelas eksperimen yang menggunakan penerapan tutor sebaya pada inkuiri terbimbing dalam praktikum sistem pernapasan hewan dan kelas kontrol yang tanpa penerapan tutor sebaya. Tujuan pembelajaran dengan penerapan tutor sebaya

(11)

pada inkuiri terbimbing ini yaitu diharapkan dapat meningkatkan kemampuan keterampilan proses sains siswa pada materi sistem pernapasan hewan. Tes tertulis yang diberikan untuk mengetahui kemampuan keterampilan proses sains siswa yaitu pretest yang dilakukan pada awal pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan posttest yang dilakukan pada akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan akhir siswa.

Pengujian statistik hasil pretest mengenai keterampilan proses sains siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yang dilakukan dengan uji non-parametrik U Mann-Whitney menunjukkan hasil tidak berbeda secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut homogen dan memiliki kemampuan awal keterampilan proses sains yang sama pada subkonsep sistem pernapasan hewan sebelum diberi perlakuan atau pembelajaran. Kondisi tersebut dapat terjadi karena berbagai faktor, diantaranya yaitu kedua kelas tersebut diajar oleh guru yang sama, waktu dan tempat belajar yang relatif sama, kesamaan kurikulum dan fasilitas. Berdasarkan hal tersebut, maka keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran sistem pernapasan hewan sebelum diterapkannya tutor sebaya pada inkuiri terbimbing dengan tanpa tutor sebaya menunjukkan hasil yang tidak berbeda signifikan.

(12)

2. Keterampilan Proses Sains Siswa pada Pembelajaran Sistem Pernapasan Hewan Sesudah Diterapkannya Tutor Sebaya pada Inkuiri Terbimbing Dibandingkan dengan Tanpa Tutor Sebaya

Hasil pengujian hipotesis pada posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang menggunakan uji non-parametrik U Mann-Whitney menunjukkan hasil berbeda signifikan. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara median tes kemampuan keterampilan proses sains siswa yang menggunakan peranan tutor sebaya dengan yang tanpa menggunakan peranan tutor sebaya pada inkuiri terbimbing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil akhir kemampuan keterampilan proses sains yang menggunakan peranan tutor sebaya pada inkuiri terbimbing memiliki nilai median sebesar 87 lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan keterampilan proses sains pada kelas yang tanpa menggunakan peranan tutor sebaya yang hanya memiliki nilai median sebesar 73. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran sistem pernapasan hewan sesudah diterapkannya pembelajaran dengan penerapan tutor sebaya pada inkuiri terbimbing hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang tanpa tutor sebaya.

Peningkatan kemampuan keterampilan proses sains ini menunjukkan bahwa tutor sebaya berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan keterampilan proses sains siswa, hal ini dapat disebabkan karena dengan adanya tutor sebaya dapat terbentuk suatu kerjasama antar siswa dan tutor. Tutor dapat membimbing serta mengarahkan anggota kelompoknya selama pembelajaran berlangsung karena siswa yang ditunjuk menjadi tutor diseleksi berdasarkan nilai kemudian sebelumnya dilatih dan diberi arahan oleh guru

(13)

mengenai praktikum pernapasan hewan, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Benard (1990) yaitu tutor sebaya adalah proses dimana seorang siswa yang berkompeten dengan diberikan pelatihan minimal dan bimbingan guru, membantu satu atau lebih siswa di tingkat kelas yang sama dalam belajar mengenai keterampilan atau konsep.

Pada penelitian ini didapatkan hasil adanya pengaruh tutor sebaya dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa, sehingga hasil ini mendukung hasil penelitian dari Cohen et al. (Gartner dan Riessman, 1993) yang mengungkapkan bahwa tutor sebaya relatif efektif dalam meningkatkan prestasi dan pengembangan sosial, baik yang menjadi tutor maupun tutee. Beberapa studi yang telah dilakukan oleh DePaulo et al. (Gartner dan Riessman, 1993) menyebutkan bahwa keefektifan dapat terjadi dengan adanya kesamaan usia dan tingkat prestasi dari tutor dan tutee.

3. Pencapaian Tiap Aspek dari Keterampilan Proses Sains Siswa antara Pembelajaran dengan Penerapan Tutor Sebaya pada Inkuiri Terbimbing Dibandingkan dengan Tanpa Tutor Sebaya

Secara umum, peningkatan kemampuan keterampilan proses sains pada kelas eksperimen memang lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Namun, berdasarkan hasil yang didapat dari pencapaian tiap aspek keterampilan proses sains siswa antara pembelajaran dengan penerapan tutor sebaya pada inkuiri terbimbing dibandingkan dengan tanpa tutor sebaya yang diperoleh dari hasil perhitungan besarnya persentase jawaban yang benar dari

(14)

tiap aspek keterampilan proses sains pada soal posttest yang diberikan dapat dilihat hasilnya dalam grafik yang disajikan pada Gambar 4.1.

Keterangan:

mper : mengajukan pertanyaan hip : berhipotesis

pre : prediksi

mp : merencanakan percobaan perc : melaksanakan percobaan albh : menggunakan alat dan

bahan obs : observasi kla : klasifikasi int : interpretasi kom : berkomunikasi mk : menerapkan konsep Gambar 4.1

Grafik Persentase Jawaban Benar Tiap Aspek Keterampilan Proses Sains dari Hasil Posttest

Berdasarkan Gambar 4.1, didapatkan hasil bahwa penguasaan keterampilan proses sains dari hasil setelah pembelajaran dilakukan yang didapat dari data persentase jawaban benar tiap aspek keterampilan proses sains pada posttest di kelas yang menggunakan peranan tutor sebaya lebih tinggi hasilnya dibandingkan di kelas yang tanpa tutor sebaya yaitu pada aspek kemampuan mengajukan pertanyaan, berhipotesis, prediksi, merencanakan percobaan, melaksanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, observasi, klasifikasi, interpretasi, dan berkomunikasi. Hal ini dikarenakan menurut Arikunto (1992: 62) kebanyakan siswa lebih mudah menerima bantuan atau pengajaran dari teman-temannya daripada menerima bantuan atau pengajaran

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%

mper hip pre mp perc albh obs kla int kom mk

postest kelas eksperimen postest kelas kontrol

jenis KPS p e rs e n ta se p e n g u a sa a n

(15)

dari gurunya, meskipun guru sudah memilih metode mengajar yang lebih sesuai bagi siswa-siswanya. Siswa-siswa tersebut tidak mempunyai rasa enggan atau rendah diri untuk bertanya atau meminta bantuan terhadap teman-temannya sendiri apalagi teman akrab.

Natawidjaya (Mahesa, 2009) mengatakan bahwa bantuan belajar oleh tutor sebaya pada umumnya memberi hasil yang cukup baik, hubungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain pada umumnya terasa lebih dekat dibanding dengan guru. Oleh karena itu, dengan adanya tutor sebaya maka kemampuan mengajukan pertanyaan, berhipotesis, prediksi, merencanakan percobaan, melaksanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, observasi, klasifikasi, interpretasi, dan berkomunikasi siswa dapat meningkat. Namun, untuk kemampuan menerapkan konsep besarnya penguasaan dari hasil posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terdapat perbedaan. Hal ini dikarenakan dalam menerapkan konsep tingkat pemahaman tiap siswa berbeda-beda, ada siswa yang dapat menghubungkan konsep yang telah dikuasainya pada pengalaman baru dan ada siswa yang belum mampu untuk menerapkan konsep pada pengalaman baru.

Di samping itu, keterampilan proses sains menerapkan konsep memiliki indikator yaitu menggunakan konsep atau prinsip yang telah dipelajari dalam situasi baru atau menggunakan konsep atau prinsip pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. Hal ini terkait dengan pendapat Suderadjat (Hendayani, 2007) yang menyatakan bahwa kemampuan siswa dalam mengatasi masalah berbeda-beda, sehingga ada siswa yang tidak mampu

(16)

menyelesaikan suatu masalah yang dianggap sederhana oleh siswa lain atau sebaliknya ada siswa yang mampu menyelesaikan persoalan yang dianggap rumit oleh orang lain. Oleh karena itu, dari hasil setelah pembelajaran dilakukan, besarnya penguasaan kemampuan menerapkan konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terdapat perbedaan.

Selain dari hasil perhitungan besarnya persentase jawaban yang benar dari tiap aspek keterampilan proses sains pada soal posttest yang diberikan, data pencapaian tiap aspek keterampilan proses sains siswa antara pembelajaran dengan penerapan tutor sebaya pada inkuiri terbimbing dibandingkan dengan tanpa tutor sebaya juga diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Hasil observasi dapat dilihat dalam grafik yang disajikan pada Gambar 4.2.

Keterangan:

mper : mengajukan pertanyaan hip : berhipotesis

pre : prediksi

mp : merencanakan percobaan perc : melaksanakan percobaan albh : menggunakan alat dan

bahan obs : observasi kla : klasifikasi int : interpretasi kom : berkomunikasi mk : menerapkan konsep Gambar 4.2

Grafik Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%

mper hip pre mp perc albh obs kla int kom mk

kelas eksperimen kelas kontrol jenis KPS k em u n cu la n

(17)

Berdasarkan Gambar 4.2 mengenai data hasil observasi tiap aspek keterampilan proses sains didapatkan hasil bahwa penguasaan keterampilan proses sains selama proses pembelajaran berlangsung pada kelas yang menggunakan peranan tutor sebaya lebih tinggi dibandingkan kelas tanpa tutor sebaya yaitu pada aspek kemampuan mengajukan pertanyaan, prediksi, merencanakan percobaan, melaksanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, klasifikasi, interpretasi, berkomunikasi, dan menerapkan konsep. Hal ini dikarenakan dengan adanya tutor sebaya siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas, sebagaimana diungkapkan oleh Muntasir (Akrom, 2007) bahwa dengan pergaulan antara para tutor dengan murid-muridnya mereka dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam hati dan khayalannya. Jadi, sistem pengajaran dengan tutor sebaya akan membantu siswa yang kurang mampu atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya.

Dengan adanya peranan tutor sebaya maka dapat meningkatkan kemampuan mengajukan pertanyaan, prediksi, merencanakan percobaan, melaksanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, klasifikasi, interpretasi, berkomunikasi, dan menerapkan konsep selama pembelajaran berlangsung. Namun, besarnya penguasaan pada kemampuan berhipotesis dan observasi dari hasil observasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terdapat perbedaan. Hal ini dikarenakan dalam melakukan praktikum laju konsumsi oksigen pada hewan dengan pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan LKS yang menuntut siswa untuk membuat dugaan sementara

(18)

(hipotesis), sehingga dengan adanya LKS tersebut baik pada kelas eksperimen yang menggunakan tutor sebaya maupun kelas kontrol yang tanpa tutor sebaya setiap siswa dalam kelompoknya dipastikan membuat hipotesis. Begitu juga dalam kemampuan mengobservasi, karena saat melakukan praktikum semua siswa dipastikan melakukan observasi, sehingga besarnya penguasaan keterampilan proses sains mengobservasi untuk kelas yang menggunakan tutor sebaya ataupun tanpa tutor sebaya memiliki persentase kemunculan yang sama besar.

Data persentase jawaban benar tiap aspek keterampilan proses sains dari hasil posttest merupakan data keterampilan proses sains berupa produk, sedangkan data hasil observasi keterampilan proses sains yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung merupakan data keterampilan proses sains berupa proses. Untuk membandingkan apakah ada perbedaan besarnya ketercapaian tiap aspek keterampilan proses sains pada proses dan produk, maka perbandingannya dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Keterangan:

mper : mengajukan pertanyaan hip : berhipotesis

pre : prediksi

mp : merencanakan percobaan perc : melaksanakan percobaan albh : menggunakan alat dan

bahan obs : observasi kla : klasifikasi int : interpretasi kom : berkomunikasi mk :menerapkan konsep Gambar 4.3

Grafik Perbandingan Besarnya Penguasaan Keterampilan Proses Sains Selama Pembelajaran Berlangsung dan Setelah Pembelajaran Dilakukan

0% 50% 100% 150%

mper hip pre mp perc albh obs kla int kom mk

posttest kelas eksperimen hasil observasi kelas eksperimen

(19)

Berdasarkan Gambar 4.3 mengenai perbandingan besarnya penguasaan keterampilan proses sains selama pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran dilakukan, didapatkan hasil yaitu pada keterampilan proses sains mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan percobaan, dan observasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol nilai persentase ketercapaiannya lebih tinggi pada hasil observasi daripada hasil posttest. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan proses sains tersebut lebih dapat dikuasai dan dicapai dengan baik pada saat proses yaitu pada saat pembelajaran berlangsung dibandingkan pada produk atau hasil yaitu pada saat setelah pembelajaran dilakukan.

Faktor yang dapat menyebabkan hal ini terjadi karena keterampilan proses sains yang diamati pada saat pembelajaran berlangsung adalah keterampilan proses sains yang muncul pada kelompok, sedangkan keterampilan proses sains setelah pembelajaran berlangsung didapat dari hasil posttest tiap siswa. Pada saat pembelajaran berlangsung, keterampilan proses sains siswa sudah dianggap muncul jika ada siswa dalam kelompok yang melakukannya dan tidak harus semua siswa melakukan, sehingga hal ini menyebabkan pada keterampilan proses sains mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan percobaan, dan observasi pada hasil observasi memiliki persentase ketercapaian yang lebih besar dibandingkan dari hasil posttest.

Pada keterampilan proses sains prediksi, klasifikasi, komunikasi, dan menerapkan konsep pada kelas eksperimen nilai persentase kemunculannya

(20)

lebih tinggi pada hasil observasi dibandingkan hasil posttest, sedangkan pada kelas kontrol sebaliknya, nilai persentase kemunculan pada hasil observasi lebih rendah dibandingkan hasil posttest. Hal ini menunjukkan dengan adanya penerapan tutor sebaya pada saat pembelajaran berlangsung maka dapat teramati secara jelas peran tutor dalam meningkatkan keterampilan proses sains prediksi, klasifikasi, komunikasi, dan menerapkan konsep anggota kelompoknya, karena tutor sebelumnya telah diberikan pelatihan praktikum laju konsumsi oksigen sehingga tutor dapat membimbing dan membantu anggotanya ketika pembelajaran berlangsung dan siswa-siswa tersebut tidak mempunyai rasa enggan atau rendah diri untuk bertanya atau meminta bantuan terhadap teman-temannya sendiri. Pada kelas kontrol nilai persentase kemunculan kemampuan prediksi, klasifikasi, komunikasi, dan menerapkan konsep pada hasil observasi selama pembelajaran berlangsung lebih rendah dibandingkan hasil posttest karena dalam praktikum yang dibimbing oleh guru, siswa merasa enggan atau malu untuk bertanya jika ada yang kurang dimengerti.

Pada keterampilan proses sains interpretasi pada kelas eksperimen nilai persentase kemunculan dari hasil observasi dan posttest memiliki persentase yang sama yaitu 100%, sedangkan pada kelas kontrol persentase kemunculan dari hasil posttest lebih rendah daripada hasil observasi. Berdasarkan hasil tersebut, maka tutor sebaya berperan maksimal dalam peningkatan keterampilan proses sains interpretasi baik pada saat pembelajaran berlangsung maupun setelah pembelajaran dilakukan. Namun, pada kelas kontrol persentase

(21)

kemunculan dari hasil observasi lebih tinggi daripada hasil posttest karena pada saat pembelajaran berlangsung, keterampilan proses sains siswa sudah dianggap muncul jika ada siswa dalam kelompok yang melakukannya dan tidak harus semua siswa melakukan, sehingga hal ini menyebabkan pada keterampilan proses sains interpretasi pada hasil observasi memiliki persentase ketercapaian yang lebih besar dibandingkan dari hasil posttest. Berdasarkan hasil tersebut, maka dengan adanya peranan tutor dalam pembelajaran pada materi sistem pernapasan hewan telah memberikan pengaruh terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa.

Setiap jenis keterampilan proses sains memiliki indikator-indikator yang diharapkan dapat dicapai dengan baik setelah diterapkannya tutor sebaya. Dalam penelitian ini dapat terlihat dengan jelas peranan tutor pada setiap keterampilan proses sains. Dalam kemampuan mengajukan pertanyaan memiliki indikator yaitu siswa diharapkan dapat bertanya untuk meminta kejelasan, dalam penelitian ini yaitu dengan bertanya kepada guru/ tutor jika ada yang kurang dimengerti. Tutor sebaya telah berperan dalam meningkatkan kemampuan mengajukan pertanyaan, hal ini terlihat dari hasil posttest dan hasil observasi dalam mengajukan pertanyaan pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Dengan adanya tutor sebaya, kemampuan bertanya siswa lebih meningkat karena hubungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain pada umumnya lebih dekat dibanding dengan guru sehingga siswa-siswa tersebut tidak mempunyai rasa enggan atau rendah diri

(22)

untuk bertanya atau meminta bantuan terhadap teman-temannya sendiri apalagi teman akrab.

Dalam berhipotesis siswa diharapkan dapat mengetahui bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah, dalam penelitian ini yaitu dilakukan dengan membuat hipotesis mengenai pengaruh berat tubuh terhadap laju konsumsi oksigen pada hewan.Dengan adanya tutor, siswa diberi arahan untuk membuat hipotesis yang benar sehingga siswa tidak mengalami kesulitan. Berdasarkan hasil posttest didapatkan hasil persentase jawaban benar pada kemampuan berhipotesis lebih tinggi pada kelas yang menggunakan tutor sebaya dibandingkan dengan kelas yang tanpa tutor. Namun, dari hasil observasi didapatkan hasil yaitu besarnya persentase kemampuan berhipotesis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sama. Hal ini dikarenakan dalam melakukan observasi, hanya diamati apakah siswa membuat hipotesis atau tidak selama pembelajaran berlangsung tanpa memperhatikan tepat atau tidaknya hipotesis yang dibuat oleh siswa. Jadi, untuk melihat tingkat pemahaman dan penguasaan siswa dalam berhipotesis dapat dilihat dari hasil posttest pada soal kemampuan berhipotesis dan hasil posttest menunjukkan bahwa besar persentase penguasaan berhipotesis lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol. Ini menunjukkan bahwa tutor berperan dalam meningkatkan kemampuan berhipotesis.

Dalam kemampuan prediksi siswa diharapkan dapat mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati, dalam penelitian

(23)

ini yaitu dengan mengemukakan kemungkinan yang terjadi akibat pengaruh berat tubuh terhadap laju konsumsi oksigen pada hewan. Tanpa bimbingan tutor, siswa mengalami kesulitan dalam mengemukakan kemungkinan yang terjadi akibat pengaruh berat tubuh terhadap laju konsumsi oksigen pada hewan, hal ini terlihat dari hasil posttest dan hasil observasi dalam kemampuan prediksi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Tutor sebaya berperan dalam meningkatkan kemampuan prediksi karena tutor dapat membantu kesulitan siswa dalam membuat prediksi dengan cara memberikan penjelasan kepada anggota kelompoknya hingga semua anggota kelompok mengerti dan dapat membuat prediksi dengan tepat.

Dalam kemampuan merencanakan percobaan siswa diharapkan dapat menentukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat yaitu dalam penelitian ini dilakukan dengan menyiapkan alat-alat yang diperlukan seperti respirometer, timbangan, pipet, stopwatch, serangga yang akan diamati dan menyiapkan bahan-bahan seperti kapas, NaOH, metilen blue, vaselin sesuai dengan yang diperlukan. Siswa juga diharapkan dapat menentukan variabel/ faktor penentu, dalam penelitian ini dilakukan dengan menentukan faktor mana yang harus dibuat sama dan dibuat beda dalam melihat pengaruh berat tubuh terhadap laju konsumsi oksigen pada hewan. Selain itu, siswa pun diharapkan dapat menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja dan dalam penelitian ini dilakukan dengan menentukan langkah kerja yang akan dilakukan sesuai dengan urutan. Berdasarkan hasil penelitian, tutor sebaya berperan dalam meningkatkan kemampuan merencanakan percobaan, hal ini

(24)

terlihat dari hasil posttest dan hasil observasi dalam merencanakan percobaan pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Tutor sebaya memberikan peranan dalam merencanakan percobaan dengan memberi arahan kepada anggota kelompoknya untuk menyiapkan alat-alat yang diperlukan dan menggunakan bahan-bahan sesuai yang diperlukan, tutor pun memberi penjelasan kepada anggota kelompoknya dalam menentukan variabel mana yang harus dibuat sama dan dibuat beda dalam melihat pengaruh berat tubuh terhadap laju konsumsi oksigen pada hewan sehingga siswa tidak mengalami kesulitan. Dalam melakukan praktikum yang menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing siswa hanya diberikan pertanyaan-pertanyaan pengarah dalam LKS untuk menentukan langkah kerja, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menentukan langkah kerja yang sesuai dengan urutan. Namun, dengan adanya penerapan tutor sebaya, tutor dapat memberikan arahan kepada anggota kelompoknya untuk bersama-sama menjawab pertanyaan-pertanyaan pengarah dalam LKS tersebut dan kemudian mendiskusikannya hingga dapat dibuat langkah kerja yang benar dan sesuai dengan urutan.

Dalam kemampuan melaksanakan percobaan siswa diharapkan dapat melakukan tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir dalam percobaan yaitu pada tahap persiapan dengan mengecek dan membersihkan seluruh alat dengan kain lap/tissue, pada tahap pelaksanaan dengan melaksanakan percobaan sesuai dengan langkah kerja, dan pada tahap akhir dengan mencuci alat dengan air dan sabun kemudian mengeringkan alat

(25)

dengan lap/tissue. Pada kelas kontrol yang tidak menggunakan tutor sebaya, guru harus mengatur dan mengingatkan kepada seluruh kelompok untuk melaksanakan tahap-tahap percobaan dengan baik sehingga ini menyulitkan guru untuk mengontrol tiap kelompok. Pada kelas eksperimen yang menggunakan tutor sebaya pada tiap kelompoknya, tutor memberi arahan kepada anggota kelompoknya untuk melaksanakan percobaan sesuai dengan langkah kerja dan tutor mengingatkan anggota kelompoknya untuk mengecek dan membersihkan seluruh alat dengan kain lap/tissue sebelum melakukan percobaan kemudian sesudah melakukan percobaan tutor mengingatkan kembali kepada anggota kelompoknya untuk mencuci alat dengan air dan sabun kemudian mengeringkan alat dengan lap/tissue. Oleh karena itu, tutor sebaya berperan dalam meningkatkan kemampuan melaksanakan percobaan, hal ini terlihat dari hasil posttest dan hasil observasi dalam melaksanakan percobaan pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol.

Dalam kemampuan menggunakan alat dan bahan siswa diharapkan dapat memakai alat dan bahan, dalam penelitian ini yaitu dengan menimbang tabung respirometer dan mencatat hasilnya, memasukkan serangga ke dalam tabung respirometer kemudian menimbangnya kembali, menghitung selisih dari hasil kedua timbangan yang merupakan berat serangga, mengambil NaOH dan kapas sesuai dengan yang dibutuhkan kemudian memasukkannya ke dalam tabung respirometer, menyatukan antara tabung respirometer dan pipa kapiler berskala dengan mengolesinya menggunakan vaselin sehingga kedap udara, meletakkan respirometer di landasannya sehingga kedudukan pipa kapiler

(26)

berskala sejajar dengan permukaan meja, memasukkan beberapa tetes metilen blue ke dalam pipa kapiler berskala dengan menggunakan pipet secara baik dan benar, dan mencatat waktu pergerakkan metilen blue dengan menggunakan stopwatch. Tanpa adanya tutor, siswa mengalami kesulitan dalam menggunakan alat dan bahan terutama ketika memasukkan beberapa tetes metilen blue ke dalam pipa kapiler berskala dengan menggunakan pipet. Namun dengan adanya tutor, maka kesulitan tersebut dapat teratasi karena sebelumnya tutor telah diberi pelatihan oleh guru sehingga tutor telah mengerti bagaimana cara memasukkan metilen blue ke dalam pipa kapiler berskala dengan menggunakan pipet secara baik dan benar. Dengan kemampuannya tersebut, maka tutor membimbing anggota kelompoknya untuk dapat memasukkan beberapa tetes metilen blue ke dalam pipa kapiler berskala dengan menggunakan pipet secara baik dan benar. Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa dengan adanya tutor sebaya dapat meningkatkan kemampuan menggunakan alat dan bahan, hal ini terlihat dari hasil posttest dan hasil observasi dalam kemampuan menggunakan alat dan bahan pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol.

Dalam kemampuan observasi siswa diharapkan dapat menggunakan sebanyak mungkin indera, dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati pergerakan metilen blue berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil posttest didapatkan hasil persentase jawaban benar pada kemampuan observasi lebih tinggi pada kelas yang menggunakan tutor sebaya dibandingkan dengan kelas yang tanpa tutor. Namun, dari hasil observasi

(27)

didapatkan hasil yaitu besarnya persentase kemampuan observasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sama. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil observasi hanya diamati apakah siswa melakukan observasi atau tidak selama pembelajaran berlangsung tanpa memperhatikan apakah siswa telah mengerti atau tidak mengenai fungsi dan alasan mengapa pengamatan pergerakan metilen blue berdasarkan waktu yang telah ditentukan itu dilakukan. Pada kelas eksperimen, setiap kelompok diberi arahan dan penjelasan oleh tutor di masing-masing kelompoknya bahwa pengamatan pergerakan metilen blue berdasarkan waktu yang telah ditentukan dilakukan untuk mengetahui besarnya volume oksigen yang digunakan serangga untuk bernapas. Dengan adanya penjelasan tutor di masing-masing kelompok dapat membantu siswa dalam memahami materi dan membantu meningkatkan kemampuan observasi karena dibandingkan dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan tutor menjadikan guru sulit untuk memantau dan menjelaskan kepada setiap kelompok mengenai fungsi dan alasan mengapa pengamatan pergerakan metilen blue berdasarkan waktu yang telah ditentukan dilakukan.

Jadi, untuk melihat tingkat pemahaman dan penguasaan siswa dalam kemampuan observasi dapat dilihat dari hasil sesudah pembelajaran dilakukan dan berdasarkan hasil posttest pada soal kemampuan observasi menunjukkan bahwa besar persentase penguasaan observasi lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol. Ini menunjukkan bahwa tutor berperan dalam meningkatkan kemampuan observasi.

(28)

Dalam kemampuan klasifikasi siswa diharapkan dapat mencari perbedaan dan persamaan yaitu pada penelitian ini dengan membedakan hasil laju konsumsi oksigen pada serangga yang berbeda berat tubuhnya dan siswa diharapkan dapat membandingkan yaitu dapat dengan membandingkan hasil pengamatan kedua serangga yang berbeda berat tubuhnya. Tanpa bimbingan tutor, siswa mengalami kesulitan dalam membedakan dan membandingkan hasil pengamatan kedua serangga yang berbeda berat tubuhnya, hal ini terlihat dari hasil posttest dan hasil observasi dalam kemampuan klasifikasi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Dengan demikian, tutor sebaya berperan dalam meningkatkan kemampuan klasifikasi karena tutor dapat membantu kesulitan siswa dalam mengelasifikasikan hasil pengamatan yang didapat dengan cara memberikan penjelasan kepada anggota kelompoknya hingga semua anggota kelompoknya mengerti dan dapat mengelasifikasikan dengan tepat.

Dalam kemampuan interpretasi siswa diharapkan dapat menyimpulkan, dalam penelitian ini yaitu dengan menyimpulkan ada tidaknya pengaruh berat tubuh terhadap laju konsumsi oksigen pada hewan berdasarkan data hasil pengamatan yang berbentuk tabel dan dapat merumuskan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh. Tanpa bimbingan tutor, siswa mengalami kesulitan dalam merumuskan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh. Tutor membantu kesulitan siswa dalam merumuskan kesimpulan dengan cara memberikan penjelasan kepada anggota kelompoknya bahwa untuk merumuskan kesimpulan harus disesuaikan dengan hipotesis apakah hipotesis

(29)

tersebut diterima atau ditolak. Oleh karena itu, tutor sebaya berperan dalam meningkatkan kemampuan interpretasi, hal ini terlihat dari hasil posttest dan hasil observasi dalam kemampuan interpretasi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol.

Dalam kemampuan berkomunikasi siswa diharapkan dapat menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik/tabel/diagram, pada penelitian ini yaitu dengan menuliskan data hasil pengamatan dalam bentuk tabel. Selain itu, siswa juga diharapkan dapat mendiskusikan hasil kegiatan atau masalah yaitu dapat dengan memberi tanggapan terhadap pendapat temannya dari satu kelompok atau kelompok lain, kemudian siswa diharapkan dapat membuat laporan sementara yaitu dengan membuat laporan sementara untuk kelompoknya. Dengan adanya peranan tutor sebaya maka kemampuan siswa dalam berkomunikasi dapat ditingkatkan. Tutor mengarahkan anggota kelompoknya untuk membuat tabel hasil pengamatan kemudian memberi penjelasan mengenai hasil pengamatan yang didapat sehingga muncul diskusi dalam kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil posttest dan hasil observasi dalam kemampuan berkomunikasi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol.

Dalam kemampuan menerapkan konsep siswa diharapkan dapat menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi, pada penelitian ini yaitu dengan menjelaskan mengapa hewan yang berbeda berat tubuhnya memiliki laju konsumsi oksigen yang berbeda.

(30)

Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil yaitu kemampuan menerapkan konsep lebih tinggi pada kelas yang menggunakan tutor sebaya dibandingkan dengan kelas yang tanpa tutor. Namun, dari hasil posttest besarnya persentase jawaban benar pada kemampuan menerapkan konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sama. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kemampuan menerapkan konsep, tutor sebaya hanya berperan dalam proses pembelajaran sedangkan pada hasil setelah pembelajaran tidak begitu berperan. Saat pembelajaran berlangsung, tutor menjelaskan kepada anggota kelompoknya mengenai alasan mengapa hewan yang berbeda berat tubuhnya memiliki laju konsumsi oksigen yang berbeda sehingga siswa mengerti dan dapat menerapkan konsep yang didapatnya pada contoh yang lain. Namun, dari hasil posttest besarnya persentase jawaban benar pada kemampuan menerapkan konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sama. Hal ini dikarenakan kemampuan siswa dalam mengatasi masalah berbeda-beda, sehingga ada siswa yang tidak mampu menyelesaikan suatu masalah yang dianggap sederhana oleh siswa lain atau sebaliknya ada siswa yang mampu menyelesaikan persoalan yang dianggap rumit oleh orang lain.

Prestasi siswa dalam pembelajaran di sekolah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam individu seperti kecerdasan, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan. Sedangkan faktor eksternal adalah semua faktor yang bersumber dari luar seperti lingkungan sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan

(31)

siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah dan lain-lain (Slameto, 2003). Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa peningkatan keterampilan proses sains siswa lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu relasi siswa dengan siswa dengan diterapkannya pembelajaran berkelompok dengan menggunakan peranan seorang siswa yang menjadi tutor di tiap kelompoknya sehingga meningkatkan interaksi antarsiswa dalam kelompoknya untuk saling membantu dan bekerjasama dalam melakukan praktikum pernapasan hewan yang menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing.

Keberhasilan pembelajaran dengan peranan tutor sebaya dipengaruhi oleh pemilihan tutor yang dilakukan berdasarkan nilai rapor pada mata pelajaran biologi semester sebelumnya dan juga atas saran dari guru yang bersangkutan yang memberikan acuan siswa mana saja yang memiliki prestasi yang lebih dibandingkan dengan teman-temannya yang lain dan juga dapat bekerja sama serta dapat memberikan penjelasan kepada teman-temannya. Selain itu, sebelumnya tutor juga telah diberikan pelatihan mengenai praktikum pernapasan hewan, sehingga tutor dapat membimbing dan mengarahkan anggota kelompoknya ketika praktikum dilaksanakan. Soekarwati (1995:22) mengemukakan bahwa tutor sebaya ditunjuk oleh guru dengan memperhatikan syarat-syarat yaitu menguasai bahan yang akan disampaikan atau ditutorkan, mengetahui cara mengajarkan bahan tersebut, memiliki hubungan emosional yang baik, bersahabat dan menjunjung situasi tutoring, dan siswa yang berprestasi akan lebih menunjang pengajaran dengan strategi pembelajaran ini

(32)

karena siswa yang menjadi tutor tersebut akan lebih mempunyai kepercayaan diri.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada 8 siswa yang menjadi tutor pada setiap kelompok pada saat praktikum berlangsung di kelas eksperimen menunjukkan bahwa tutor sudah melakukan hal-hal yang memang harus dilakukan oleh seorang tutor dengan baik. Tutor telah dapat memberi arahan kepada anggota kelompoknya mengenai praktikum yang dilakukan sesuai dengan petunjuk dari LKS, mengarahkan anggota kelompoknya dalam pembagian tugas, mengarahkan anggota kelompoknya untuk menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar, menjawab pertanyaan jika ada yang tidak dipahami oleh anggota kelompoknya, memberitahu untuk membersihkan alat yang telah digunakan, dan mengarahkan serta mendiskusikan hasil pengamatan dengan anggota kelompoknya. Sehingga berdasarkan hasil observasi mengenai kemampuan keterampilan proses sains yang dilakukan dengan mengamati seluruh siswa di setiap kelompok selama praktikum berlangsung baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol didapatkan hasil bahwa besarnya kemunculan keterampilan proses sains pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

Pembelajaran dengan penerapan tutor sebaya ini dapat memberikan manfaat yang sangat besar baik untuk siswa yang menjadi tutor maupun siswa yang dibimbingnya (tutee). Benard (1990) menyatakan beberapa manfaat dari tutor sebaya yaitu: siswa belajar sikap, nilai, dan keterampilan positif dengan diterapkannya tutor sebaya; siswa belajar untuk berbagi, membantu,

(33)

menghibur, dan berempati dengan yang lain; tutor sebaya berpengaruh kuat dalam meningkatkan prestasi siswa; dan tutor sebaya berpengaruh besar dalam pengembangan identitas dan otonomi siswa. Djamarah dan Zain (2002:29) juga mengemukakan bahwa metode tutor sebaya memiliki beberapa kebaikan. Beberapa manfaat atau kebaikannya yaitu: (1) memberikan hasil yang lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai perasaan takut atau enggan terhadap gurunya, (2) bagi siswa yang menjadi tutor, kegiatan tutoring ini akan mempunyai akibat memperkuat konsep yang sedang dibahas, dengan memberitahukan kepada siswa lain maka seolah-olah ia menelaah serta menghafalkan kembali, (3) bagi siswa yang menjadi tutor, kegiatan tutoring merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran, (4) mempercepat hubungan antara sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.

4. Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran dengan Penerapan Tutor Sebaya pada Inkuiri Terbimbing

Berdasarkan hasil angket yang telah diberikan kepada siswa, pada umumnya siswa menganggap bahwa tutor memiliki kemampuan lebih dibandingkan anggota kelompok dan seluruh siswa menyatakan bahwa tutor dapat membimbing anggota kelompok dalam melakukan praktikum. Sebagian besar siswa menyatakan bahwa penjelasan tutor mudah dimengerti daripada penjelasan dari guru dan pada umumnya siswa merasa bahwa kegiatan praktikum dengan teknik tutor sebaya pada praktikum laju konsumsi oksigen menarik dan membuat lebih mudah memahami konsep sistem pernapasan

(34)

hewan. Oleh karena itu, sebagian besar siswa dapat menyelesaikan soal sistem pernapasan hewan dengan mudah setelah dilakukannya praktikum laju konsumsi oksigen pada hewan.

Gambar

Tabel 4.1 Rekapitulasi Uji Statistik Pretest Keterampilan Proses Sains Siswa  pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.2 Rekapitulasi Uji Statistik Posttest Keterampilan Proses Sains  Siswa pada pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.3 Perbandingan Besarnya Penguasaan Keterampilan Proses Sains  antara Hasil Posttest dan Hasil Observasi
Tabel 4.4 Hasil Observasi Tutor Sebaya
+5

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan hubungan yang tidak signifikan antara persepsi gaya kepemimpinan situasional dengan kinerja karyawan antara lain terlalu sedikitnya

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk deskriptif, berupa kata-kata atau gambar (Moleong, 2011) yang dapat memberikan gambaran pada pembaca mengenai proses komunikasi

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia

Berdasarkan observasi dan wawancara yang sudah dilakukan peneliti, pembuatan RPP yang dilakukan guru berpedoman dengan penyusunan RPP pada Kurikulum 2013 yang

Perancangan media ini dipilih untuk membuat para pemuda-pemudi tertarik untuk mempelajari tentang pentingnya ulos di dalam adat istiadat Batak dan menjadi media

Redaks i pu

Untuk mendapatkan model terbaik yang dapat diterakan pada kasus jumlah kematian ibu dan jumlah kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah dilakukan dengan melakukan

Dalam menentukan usia menopause dan usia menarke pada wanita di Kabupaten Bandung menggunakan metode ingatan dan metode status quo untuk mendapatkan data usia menoapusnya