• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memilik banyak suku dan budaya di dalamnya, salah satunya yaitu suku Batak yang terdapat di wilayah Sumatera Utara. Suku batak dikenal dengan adatnya yang kental. Suku Batak adalah salah satu suku di Indonesia yang selalu menjaga dan mempertahankan kebudayaannya. Suku Batak selalu memegang teguh tradisi dan adat. Hingga saat ini adat dan budaya tetap dilaksanakan dalam kehidupan sosial mereka sehari-hari..

Batak Toba merupakan suku yang tersebar yang secara tradisional hidup di Sumatra Utara. Kelompok suku Batak ini terbagi menjadi lima kelompok besar yaitu Batak Toba, Pakpak, Mandailing, Simalungun, dan Karo. Semua kelompok-kelompok ini selalu menggunakan Ulos dalam setiap acara adat. Ulos merupakan salah satu sarana adat dalihon natolu ysng cukup potensial. Apabila ada acara yang berbau adat dalihon natolu, ulos itu selalu terlibat.

Kalau diartikan langsung “Dalihan” adalah sebuah tungku yang terbuat dari batu. Jadi Dalihan Natolu artinya tungku tempat memasak yang diletakkan di atas 3 (tiga) batu. Agar tungku tersebut dapat berdiri dengan baik, maka ketiga batu sebagai penopang haruslah berjarak seimbang satu sama lain dan tingginya juga harus sama. Hal ini adalah falsafah yang dimaknakan sebagai kebersamaan yang cukup adil dalam kehidupan masyarakat Batak. Ada 3 bagian kekerabatan dalam “Dalihan Natolu” yaitu : 1. Somba Marhulahula (Sembah/Hormat kepada keluarga pihak istri)

2. Elek Marboru (Sikap membujuk/mengayomi wanita)

(2)

14

Secara harfiah ulos merupakan kain atau selimut yang dapat digunakan untuk menghangatkan tubuh. Kehangatan bagi suku Batak, terutama dulu di kampung halaman adalah hal yang sangat penting. Kehangatan yang dirasakan seorang diyakini dapat membuat kehangatan jiwa. Ibarat padi yang di jemur hingga beras itu keras yang dalam Bahasa Batak Toba disebut pir. Kurang lebih dengan pemikiran seperti itulah maka kehangatan tubuh dengan menerima ulos itu diharapakan dapat pula membuat kehangatan jiwa dan menjadi keras yaitu mempunyai daya tahan untuk hidup lebih lama (tidak melempem). Itulah makna ulos pada mulanya.

Sekarang ini, ulos dijadikan sebagai lambang rasa kasih sayang dari hula-hula terhadap boru. Hula-hula memberi rasa kasih sayang terhadap boru, sebaliknya boru memberi rasa hormat terhadap hula-hula dengan memberi juhut, piso-piso, terlebih dengan tingkah laku. (Richard Sinaga, 2007:52-53)

Pada zaman yang sudah modern ini, ulos memang sudah mulai dilupakan oleh pemuda-pemudi suku Batak. Mereka lebih tertarik dengan budaya-budaya modern sekarang yang lebih terlihat modern. Hal ini dikhawatirkan kedepannya adat-istiadat dalam suku Batak akan hilang dikarenakan para penerus generasi Batak yang tidak tertarik terhadap budaya nya sendiri.

Tujuan dari media perancangan pengenalan fungsi ulos dalam Batak Toba adalah agar para penerus-penerus Batak selanjutnya mengetahui tentang pentingnya ulos dalam adat istiadat Batak dan juga untuk mengajak penerus-penerus suku Batak untuk tidak melupakan adat istiadat mereka.

Berdasarkan fenomena diatas, penulis menawarkan solusi berupa perancangan media pengenalan ulos dalam adat istiadat Batak Toba. Perancangan media ini dipilih untuk membuat para pemuda-pemudi tertarik untuk mempelajari tentang pentingnya ulos di dalam adat istiadat Batak dan menjadi media yang informative yang dapat digunakan untuk mencari informasi di tengah kemajuan teknologi.

(3)

15 1.2 Identifikasi Masalah

Berikut merupakan identifikasi masalah yang dibuat berdasarkan fenomena latar belakang permasalahan :

1. Kurangnya media informasi tentang peran penting ulos dalam budaya Batak Toba.

2. Kurangnya ketertarikan pemuda-pemudi Batak untuk mengetahui tentang adat istiadat Batak.

3. Perlunya perancangan media informasi terkait tentang peran penting ulos dalam adat istiadat Batak.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dibuat dapat dirumuskan permasalahan, sebagai berikut :

1. Bagaimana merancang media informasi yang edukatif untuk pemudi Batak agar dapat dimengerti dan dapat menarik minat pemuda-pemudi Batak?

2. Media apa yang dibutuhkan untuk perancangan informasi tentang ulos Batak?

1.4 Ruang Lingkup

Batasan-batasan masalah yang akan dilakukan dalam perancangan ini, sebagai berikut :

1. Apa

Perancangan media informasi dan edukasi terkait tentang peran penting ulos dalam adat istiadat Batak Toba.

2. Siapa

Perancangan ini dibuat untuk pemuda-pemudi Batak yang berumur 17 – 25 tahun. Dikarenakan tujuan utama penulis pada usia remaja, di karenakan remaja pada suku Batak di zaman sekarang sudah banyak yang tidak mengetahui tentang peran penting ulos di dalam adat istiadat Batak.

(4)

16 3. Dimana

Penelitian dan perancagan ini dilakukan dimana saja, dimana penulis bias mendapatkan informasi penting dalam perancangan media ini.

4. Kapan

Penelitian untuk perangcangan media ini akan dilakukan selama menjalankan mata kuliah Tugas Akhir.

5. Mengapa

Dikarenakan sudah banyak muda-mudi penerus generasi suku Batak yang sudah tidak tertarik untuk memperlajari pentingnya adat isitiadat dalam Batak.

6. Bagaimana

Dalam perancangan ini, penulis akan merancang media-media yang mudah di akses oleh muda-mudi Batak untuk mendapatkan informasi tentang kegunaan fungsi ulos dalam adat istiadat Batak.

1.5 Tujuan Peneltian

1. Agar muda-mudi Batak bias mendapatkan dengan mudah media informasi tentang peranan ulos dalam adat istiadat Batak.

2. Dengan membuat perancangan media pengenalan fungsi ulos yang menarik, sehingga bias menarik perhatian remaja Batak untuk mempelajari tentang ulos Batak.

3. Agar muda-mudi Batak dapat mempelajari tentang kegunaan ulos dalam adat istiadat Batak.

(5)

17 1.6 Metode Pengumpulan Data dan Analisis

1.6.1 Metode Pengumpulan Data

Untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini maka penulis menggunakan metode penelitian dari Kualitatif. Metode Kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada fakta atau kejadian yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori yang digunakan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan oleh penulis.

Dalam perancangan tugas akhir tersebut, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data antara lain:

1. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah mempelajari beberapa buku referensi serta hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yang sejenis yang berguna untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. a. Studi Pustaka Cetak

Mengkaji semua buku, artikel, jurnal, koran, majalah, dan arsip yang mendukung tentang data ulos suku Batak.

b. Studi Pustaka Digital

Mengkaji semua data yang ada pada internet, mengumpulkan data yang berhubungan dengan ulos suku Batak kemudian mulai mengkajinya.

(6)

18 2. Wawancara

Wawancara adalah instrumen penelitian. Wawancara dilakukan kepada beberapa narasumber untuk mendapatkan data yang dibutuhkan penulis kepada narasumber yang berpengalaman. Penulis akan melakukan wawancara kepada tokoh-tokoh yang mengeri tentang adat istiadat Batak, khususnya yang mengerti tentang kegunaan fungsi ulos.

Wawancara dilakukan kepada narasumber Halasan Sinaga. Beliau sering menjadi pembicara pada acara adat, khususnya pada marga Sinaga.

Hasil data wawancara :

1. Menurut bapa tua seberapa besar peran ulos dalam adat istiadat Batak? 2. Menurut bapa tua bagaimana ketertarikan remaja Batak di zaman

sekarang tentang adat istiadat Batak?

3. Apakah menurut bapa tua, remaja Batak membutuhkan pengetahuan tentang ulos?

4. Mengapa remaja Batak harus mengetahui tentang kegunaan ulos? 5. Menurut bapa tua apakah anak remaja Batak membutuhkan media

(7)

19 3. Observasi

Teknik pengumpulan data, yang tidak hanya terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2017:145) Penulis melakukan pengamatan secara langsung ke tempat adat-adat itu dilaksanakan, yaitu pada adat pernikahan, pelaksaan adat kepada orang yang meniggal, dll.

Melakukan wawancara terstruktur kepada Halasan Sinaga sebagai narasumber.

Gambar 1.1 Wawancara kepada narasumber

4. Kuesioner

Kuesioner adalah cara untuk mendapatkan data yang dibutuhkan secara waktu yang relative cepat, karena banyak orang yang dapat langsung dihubungi. Kuesioner akan disebarkan ke masyarakat, khususnya kepada muda-mudi suku Batak Toba.

(8)

20 1.6.2 Metode Analisis Data

Dalam melakukan perancangan identitas visual dan media promosi yang efektif untuk kegunaan fungsi ulos ini, penulis akan menggunakan metode analisis SWOT untuk memperhitungkan faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimaksud meliputi Strength (kekuatan) dan Weakness (kelemahan) serta faktor eksternal meliputi Opportunity (peluang) dan Threat (ancaman) (Soewardikoen, 2013:62). Dengan metode analisis tersebut dapat membantu penulis untuk menemukan strategi apa yang efektif untuk digunakan.

(9)

21 1.7 Kerangka Perancangan

Gambar 1.2 Kerangka Perancangan (Sumber Renata Nael Sinaga, 2020)

(10)

22 1.8 Pembabakan

1. BAB I PENDAHULUAN

Di bab pembuka, penulis menjelaskan tentang permasalahan yang akan dijadikan sebagai topik utama dalam penyusunan laporan tugas akhir yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan, cara pengumpulan data dan analisis data, kerangka perancangan, dan pembabakan dari perancangan media pengenalan fungsi ulos Batak Toba pada remaja Batak.

2. BAB II DASAR PEMIKIRAN

Dalam bab ini dipaparkan mengenai uraian studi pustaka, dan menjelaskan dasar pemikiran dari teori – teori yang digunakan sebagai landasan penulis dalam merancang buku informasi tersebut, yaitu menjelaskan tentang awal mula ulos digunakan, peranan ulos dalam adat istiadat Batak.

3. BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH

Pada bab ini akan diuraikan hasil pencarian data secara terstruktur dan siap diuraikan, seperti data wawancara, observasi, dokumentasi, kuesioner, analisis visual, analisis kuesioner, serta penarikan kesimpulan. Penulis akan menjelaskan hasil dari data diatas yang dilakukan ke beberapa wilayah tepatnya di kota Bandung, Jakarta dan Tangerang.

4. BAB IV KONSEP DAN PERANCANGAN

Bab ini menjelaskan konsep-konsep yang digunakan dalam perancangan, mulai dari konsep pesan, konsep kreatif, dan konsep visual seperti apa yang digunakan. Serta hasil perancangan awal dari sketsa awal hingga memasuki digital, dan berakhir pada media informasi tentang ulos.

5. BAB V PENUTUP

Bab terakhir berisikan penutup yang mencakup kesimpulan dan saran dari pembahasan setiap bab mengenai perancangan Tugas Akhir.

Gambar

Gambar 1.1 Wawancara kepada narasumber
Gambar 1.2 Kerangka Perancangan  (Sumber Renata Nael Sinaga, 2020)

Referensi

Dokumen terkait

Tinea pedis adalah infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari kaki dan telapak kaki, dengan lesi terdiri dari beberapa tipe, bervariasi dari ringan, kronis

Tabel item-total statistik menunjukan hasil perhitungan reabilitas untuk 10 pernyataan.Menentukan besarnya r tabel dengan ketentuan tingkat kepercayaan (degree of

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Contoh: pariwisata

untuk liabilitas keuangan non-derivatif dengan periode pembayaran yang disepakati Grup. Tabel telah dibuat berdasarkan arus kas yang didiskontokan dari liabilitas

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

1 M.. Hal ini me nunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa yang signifikan dibandingkan dengan siklus I. Pertukaran keanggotaan kelompok belajar

[r]