BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas hasil yang didapat dari pengolahan data yang telah dilakukan di bab sebelumnya.
4.1Hasil Pengolahan Data
Untuk pengolahan data kondisi bawahan dan gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menggunakan norma internal rerata kelompok, sehingga di dapatkan tabel 4.1 Kesesuaian Kondisi Bawahan dan Gaya Kepemimpinan.
Table 4. 1 Kesesuaian Kondisi Bawahan dan Gaya Kepemimpinan
Sumber: Diolah Penulis
PROYEK APARTEMEN Subject Kondisi Bawahan (Hasil Penilaian Atasan) Gaya Kepemimpinan (Hasil Survey) Ideal Gaya Kepemimpinan Sesuai atau Gap Nilai Kinerja Karyawan 1 R4 S4 S4 SESUAI Cukup (B)
2 R2 S2 S2 SESUAI Baik (A)
3 R3 S3 S3 SESUAI Baik (A)
4 R3 S4 S3 GAP Cukup (B) 5 R3 S3 S3 SESUAI Cukup (B) 6 R3 S3 S3 SESUAI Kurang (C) 7 R3 S3 S3 SESUAI Cukup (B) 8 R3 S2 S3 GAP Kurang (C) 9 R3 S3 S3 SESUAI Cukup (B) 10 R4 S3 S4 GAP Cukup (B) 11 R1 S3 S1 GAP Cukup (B)
12 R2 S2 S2 SESUAI Baik (A)
14 R4 S3 S4 GAP Cukup (B)
PROYEK HOTEL
15 R3 S3 S2 SESUAI Baik (A)
16 R1 S1 S1 SESUAI Cukup (B)
17 R3 S3 S3 SESUAI Cukup (B)
18 R3 S3 S3 SESUAI Baik (A)
19 R4 S3 S4 GAP Cukup (B)
20 R1 S3 S1 GAP Kurang (C)
21 R3 S3 S3 SESUAI Baik (A)
22 R3 S3 S3 SESUAI Baik (A)
23 R1 S1 S1 SESUAI Cukup (B)
24 R1 S3 S1 GAP Baik (A)
25 R4 S3 S4 GAP Cukup (B)
26 R2 S3 S2 GAP Kurang (C)
27 R2 S2 S2 SESUAI Baik (A)
28 R2 S3 S2 GAP Kurang (D)
29 R3 S3 S3 SESUAI Cukup (B)
30 R4 S4 S4 SESUAI Baik (A)
31 R1 S3 S1 GAP Kurang (C)
32 R4 S3 S4 GAP Kurang (C)
33 R3 S3 S3 SESUAI Baik (A)
34 R3 S3 S3 SESUAI Baik (A)
Dari tabel diatas terlihat bahwa untuk proyek apartemen yang sesuai antara kondisi bawahan dengan pendekatan gaya kepemimpinan ada sembilan orang, dan yang terjadi gap antara kondisi bawahan dengan pendekatan gaya kepemimpinan berjumlah lima orang. Sedangkan untuk proyek hotel, kondisi yang sesuai antara kondisi bawahan dengan pendekatan gaya kepemimpinan berjumlah 13 orang sedangkan yang terjadi gap berjumlah tujuh orang. Berikut Tabel 4.2 Persentase Kesesuaian Kondisi Bawahan dan Gaya Kepemimpinan,
Tabel 4. 2 Persentase Kesesuaian Kondisi Bawahan dan Gaya Kepemimpinan
Apartemen Hotel
Sesuai 64% 60%
Tidak Sesuai (gap) 36% 40%
Dari tabel diatas terlihat perbedaan kesesuaian kondisi bawahan dengan pendekatan gaya kepemimpinan yang dilakukan pemimpin antar proyek memiliki
gap. Pemimpin dari proyek apartemen lebih dapat melihat kondisi bawahannya,
sedangkan untuk proyek hotel pemimpin tidak dapat melihat kondisi bawahannya, sehingga banyak terjadi ketidaksesuaian antara kondisi bawahan dengan pendekatan gaya kepemimpinan.
Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 20.0 untuk melihat hubungan antara gaya kepemimpinan situasional dengan kinerja karyawan adalah tidak adanya hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan situasional dengan kinerja karyawan.
Oneway
Tabel 4. 3 Analisis Deskriptif Kinerja Karyawan Proyek Hotel dan Apartemen
Descriptives Kinerja
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound
Apartemen 15 3.2667 .79881 .20625 2.8243 3.7090
Hotel 19 3.1053 .87526 .20080 2.6834 3.5271
Total 34 3.1765 .83378 .14299 2.8856 3.4674
Tabel 4. 4 Analisis Deskriptif Kinerja Karyawan Proyek Hotel dan Apartemen
Descriptives Kinerja Minimum Maximum Apartemen 2.00 5.00 Hotel 2.00 5.00 Total 2.00 5.00 Tabel 4. 5 ANOVA ANOVA Kinerja
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .218 1 .218 .308 .583
Within Groups 22.723 32 .710
Tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan antara karyawan untuk proyek apartemen dan proyek hotel (p > 0.05).
Crosstabs
Tabel 4. 6 Crosstabs Kesesuian Kinerja Karyawan Apartemen
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kesusuaian * Kinerja 15 93.8% 1 6.2% 16 100.0%
Tabel 4. 7 Crosstab Kesesuaian Kinerja Apartemen
Kesusuaian * Kinerja Crosstabulation Count
Kinerja Total
Kurang Cukup Baik Sempurna
Kesusuaian
Gap 1 4 0 0 5
Sesuai 1 4 4 1 10
Tabel 4. 8 Chi-Square Tests Karyawan Proyek Apartemen
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 3.750a 3 .290 Likelihood Ratio 5.232 3 .156 Linear-by-Linear Association 2.560 1 .110 N of Valid Cases 15
a. 7 cells (87.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .33.
Pada karyawan apartemen, tidak ada hubungan signifikan antara Kesesuaian Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja (p > 0.05).
Grafik 4. 1 Grafik Perbandingan Kinerja Yang Memiliki Gap dan Sesuai Untuk Proyek Apartemen
Pada karyawan apartemen, secara deskriptif nampak bahwa yang mengalami gap kebanyakan berkinerja cukup dan kurang. Sedangkan yang mengalami sesuai kebanyakan berkinerja cukup dan baik.
Crosstabs
Tabel 4. 9 Crosstab Kesesuaian Kinerja Karyawan Hotel
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kesusuaian * Kinerja 19 100.0% 0 0.0% 19 100.0%
Tabel 4. 10 Crosstab Kesesuaian Kinerja Karyawan Hotel
Kesusuaian * Kinerja Crosstabulation Count
Kinerja Total
Kurang Cukup Baik Sempurna
Kesusuaian
Gap 2 2 1 0 5
Sesuai 3 6 4 1 14
Tabel 4. 11 Chi-Square Tests Karyawan Proyek Hotel
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square .950a 3 .813 Likelihood Ratio 1.169 3 .760 Linear-by-Linear Association .825 1 .364 N of Valid Cases 19
a. 7 cells (87.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .26.
Pada karyawan hotel, tidak ada hubungan signifikan antara Kesesuaian Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja (p > 0.05).
Grafik 4. 2 Grafik Perbandingan Kinerja Yang Memiliki Gap dan Sesuai Untuk Proyek Hotel
Pada karyawan hotel, secara deskriptif nampak bahwa yang mengalami gap kebanyakan berkinerja cukup dan kurang. Sedangkan yang mengalami sesuai kebanyakan berkinerja cukup dan baik.
4.2Pembahasan
Secara keseluruhan data yang telah diolah penulis menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara persepsi gaya kepemimpinan situasional dengan kinerja karyawan. Hal ini dapat terlihat dari kinerja karyawan yang memiliki gap
(ketidaksesuaian) adalah yang berkinerja cukup dan kurang dan kesesuaian dengan persepsi gaya kepemimpinan situasional juga terlihat bahwa yang memiliki gap (ketidaksesuaian) adalah karyawan yang memiliki kinerja cukup dan kurang.
Hasil yang didapat dalam penelitian ini membantah penelitian yang sudah ada sebelumnya, karena berdasarkan hasil penelitian ini tidak adanya hubungan yang
signifikan antara persepsi gaya kepemimpinan situasional terhadap kinerja karyawan. Hal ini terlihat dari tabel nilai chi-square test lebih dari 0.05 baik untuk proyek hotel maupun proyek apartemen, sehingga HO yang terdapat dalam penelitian ini dapat diterima
sedangkan H1 tidak diterima.
Menurut beberapa jurnal yang menjadi acuan pada penelitian ini, ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan selain gaya kepemimpinan
atasan. Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan hubungan yang tidak signifikan antara persepsi gaya kepemimpinan situasional dengan kinerja karyawan antara lain terlalu sedikitnya subjek yang digunakan dan adanya faktor-faktor yang harus dikontrol oleh peneliti, seperti: tinggi rendahnya motivasi seseorang dalam menyelesaikan tugas, budaya organisasi, serta kompensasi dan benefit yang diterima karyawan.
Dalam hal teknis yang terjadi di lapangan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan adalah kurangnya komunikasi antara karyawan proyek dengan supplier
bahan bangunan sehingga terjadi keterlambatan dalam proses pendistribusainnya yang mengakibatkan terhambatnya proyek yang sedang berjalan dan menurunkan kinerja karyawannya. Dalam proyek hotel hal ini sering terjadi sehingga membuat proyek hotel tertunda untuk pembukaannya. Sedangkan untuk proyek apartemen, karyawannya selalu memantau jumlah bahan bangunan yang masih tersedia, sehingga proyek apartemen pun dapat berjalan lancar dan selesai tepat waktu.
Seperti yang telah di tuliskan pada bab satu dalam penelitian ini, bahwa kepemimpinan yang efektif dapat membuat bawahannya termotivasi dalam mencapai target yang telah ditetapkan sehingga kinerja organisasi pun meningkat (Brindusa Maria POPA, 2012). Menurut manajer proyek PT. MLR, Pak Andi, PM dari proyek apartemen memiliki kemampuan intrapersonal yang baik, sehingga membuat bawahannya merasa nyaman dan memiliki motivasi yang tinggi untuk menyelesaikan tugasnya dengan maksimal. Sedangkan untuk proyek hotel, PM tidak dapat melakukan pendekatan yang baik kepada bawahannya sehingga terjadi banyak kesalahan komunikasi yang
mengakibatkan banyak hal yang tertunda. Dengan kondisi motivasi yang tinggi dari karyawan-karyawan tersebut menciptakan lingkungan kerja yang saling percaya, saling mendukung, juga kerjasama tim yang baik, yang akhirnya mengakibatkan
terselesaikannya semua tugas yang dimiliki tepat waktu dan memiliki kualitas yang baik dan sesuai standar yang telah ditetapkan.
Selain itu juga budaya organisasi yang terbentuk pada proyek apartemen ini memberikan dampak yang positif bagi peningkatan kinerja karyawannya, karena menurut Pak Andi, PM tersebut memiliki pendekatan yang baik kepada bawahannya, namun tidak pada proyek hotel yang budaya organisasinya tidak ada kepedulian satu dengan yang lain.
Banyak terjadi kesalahpahaman atau ketidakefektifan komunikasi yang terjadi dalam proyek hotel karena tidak adanya kedekatan antar karyawan maupun antara PM dengan bawahannya.
Secara psikologis, nilai yang terbangun pada proyek apartemen secara
perseorangan adalah masing-masing karyawannya memiliki motivasi, keinginan belajar, dan rasa bertanggungjawab yang tinggi, sehingga tugas dapat terselesaikan dengan lancar. Dari kondisi perseorangan yang seperti itu, membentuk kepercayaan, kerja tim, dan kohesivitas yang terjalin baik. Alur komunikasi berjalan sesuai struktur organisasi. Namun sebaliknya yang terjadi pada tim proyek hotel, sehingga proyek mengalami kendala pemunduran untuk waktu pembukaaan.