• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

10

A. Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976) dalam Nike (2011) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu atau lebih Principal (pemilik) menggunakan orang lain atau agen (manajer) untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Di dalam teori keagenan, yang dimaksud dengan Principal adalah pemegang saham atau pemilik, sedangkan agen adalah manajemen yang mengelola harta pemilik. Principal menyediakan fasilitas dan dana untuk kebutuhan operasi perusahaan. Agen sebagai pengelola berkewajiban untuk mengelola perusahaan sebagaimana dipercayakan pemegang saham (Principal), untuk meningkatkan kemakmuran Principal melalui peningkatan nilai perusahaan. Pada dasarnya, Principal ingin mengetahui segala informasi termasuk aktivitas manajemen yang terkait dengan investasi atau dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan dengan meminta laporan pertanggungjawaban pada agen (manajemen). Berdasarkan laporan tersebut Principal menilai kinerja manajemen, tetapi yang seringkali terjadi adalah kecenderungan manajemen untuk melakukan tindakan yang melanggar standar audit yaitu dengan membuat laporannya kelihatan baik, sehingga kinerjanya dianggap baik. Berdasarkan hal tersebut principal

(2)

melakukan pengujian yang dilakukan oleh pihak independen yaitu auditor independen untuk mengurangi atau meminimalkan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen saat membuat laporan keuangan. Pengguna informasi laporan keuangan akan mempertimbangkan pendapat auditor sebelum menggunakan informasi tersebut sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomis. Keputusan ekonomis pengguna laporan auditor diantaranya adalah memberi kredit atau pinjaman, investasi, merger, akusisi. Pengguna informasi laporan keuangan akan lebih mempercayai informasi yang disediakan oleh auditor yang kredibel. Jadi dengan adanya auditor yang independen diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen.

B. Pengertian Auditing

Pengertian auditing menurut Siti dan Ely (2010:1) dalam bukunya yang berjudul Auditing: Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaaan Akuntan Publik adalah sebagai berikut :

Auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

Menurut Arens et al., (2008:4) dalam bukunya yang berjudul Auditing dan Jasa Asurance adalah sebagai berikut :

(3)

Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.

Menurut Messier et al., (2006:16) dalam bukunya yang berjudul Auditing & Assurance Services : A Systematic Approach adalah sebagai berikut :

Audit (Auditing) adalah suatu proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan menetapkan kriteria serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

C. Biaya Jasa Audit (Audit Fees)

1. Pengertian Audit Fee

Al-Shammari et al. (2008), dalam Nurul dan Bambang (2011) Fee audit diartikan besarnya imbal jasa yang diterima oleh auditor atas pelaksanaan pekerjaan audit. Imbalan jasa dihubungkan dengan banyaknya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan, nilai jasa yang diberikan bagi klien atau bagi kantor akuntan publik yang bersangkutan. Fee Audit juga bisa diartikan sebagai fungsi dari jumlah kerja yang dilakukan oleh auditor dan harga per jam.

Menurut Siti dan Ely (2010: 55) Besarnya fee anggota akuntan publik dapat bervariasi tergantung pada : risiko penugasan, kompleksitas, jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan

(4)

jasa tersebut, struktur biaya kantor akuntan publik yang bersangkutan dan pertimbangan professional lainnya.

“Besarnya fee anggota tergantung: risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan prosesional lainnya.” (Mulyadi 2002:63-64).

2. Ketentuan Audit Fee

Menurut surat keputusan KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang kebijakan penentuan fee audit yang diterbitkan pada 2 Juli 2008 oleh Ketua Umum Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Surat Keputusan ini diterbitkan dengan tujuan sebagai panduan bagi profesi Akuntan Publik maupun Kantor Akuntan Publik dalam menetapkan fee audit.

Dalam bagian lampiran 1 dijelaskan bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (‘Anggota’) yang menjalankan praktek sebagai akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa professional yang diberikannya. Panduan ini harus dibaca dalam hubungannya dengan kode etik profesi, khususnya yang berkaitan dengan independensi dan imbalan jasa profesional.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa panduan ini dimaksudkan untuk membantu anggota dalam menetapkan imbalan jasa yang wajar sesuai

(5)

dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tuntutan standar profesional akuntan publik yang berlaku. Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan oleh auditor/akuntan pendahulu atau diajukan oleh auditor/akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan dan kompetensi anggota dalam menerapkan standar teknis dan standar profesional yang berlaku.

Dalam menetapkan imbalan jasa (fee) audit, akuntan publik harus memperhatikan tahapan-tahapan pekerjaan audit, sebagai berikut:

a) Tahap perencanaan audit antara lain : pendahuluan perencanaan, pemahaman bisnis klien, pemahaman proses akuntansi, pemahaman struktur pengendalian internal, penetapan risiko pengendalian, melakukan analisis awal, menentukan tingkat materialitas, membuat program audit, risk assessment atas akun, dan fraud discussion dengan management.

b) Tahap pelaksanaan audit antara lain : pengujian pengendalian internal, pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, dan pengujian detail transaksi.

c) Tahap pelaporan antara lain : review kewajiban kontijensi, review atas kejadian setelah tanggal neraca, pengujian bukti final, evaluasi dan kesimpulan, komunikasi dengan klien, penerbitan laporan audit, dan capital commitment.

(6)

Selain itu, dalam menetapkan fee audit, akuntan publik harus juga mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Kebutuhan klien

b. Tugas dan tanggung jawab menurut hukum (statutory duties) c. Independensi

d. Tingkat keahlian (levels of expertise) dan tanggung jawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan, serta tingkat kompleksitas pekerjaan

e. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh Akuntan Publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan, dan f. Basis penetapan fee yang disepakati.

Imbalan jasa dihubungkan dengan banyaknya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan, nilai jasa yang diberikan bagi klien atau bagi kantor akuntan publik yang bersangkutan.

Dalam hal imbalan jasa tidak dikaitkan dengan banyaknya waktu pengerjaan, anggota harus menyampaikan surat perikatan (Engagement Letter) yang setidaknya memuat : (1) tujuan, lingkup pekerjaan serta pendekatan dan metodologinya; dan (2) basis penetapan dan besaran imbalan jasa (atau estimasi besaran imbalan jasa) serta cara dan/atau termin pembayarannya.

Anggota diharuskan agar selalu : (1) memelihara dokumentasi lengkap mengenai basis pengenaan imbalan jasa yang disepakati; dan (2)

(7)

menjaga agar basis pengenaan imbal jasa yang disepakati konsisten dengan praktek yang lazim berlaku.

Untuk mempertahankan independensinya, anggota sudah harus menerima imbal jasa atas pekerjaan yang telah dilakukannya sebelum memulai pekerjaan untuk periode berikutnya.

Anggota tidak diperkenankan menerima perikatan apabila klien belum membayar lunas kewajiban kepada auditor terdahulu.

Praktek yang baik mengharuskan dilakukannya penagihan secara bertahap atas pekerjaan yang diselesaikan untuk periode lebih dari satu bulan. Penagihan harus segera dilakukan begitu termin yang disepakati telah jatuh waktu.

D. Jasa Selain Audit

1. Pengertian Jasa Selain Audit

Jasa non assurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan atau bentuk lain keyakinan (Mulyadi, 2002).

Menurut Kusharyanti (2003) dalam Eunike (2007) Jasa yang diberikan oleh KAP bukan hanya jasa atestasi melainkan juga jasa non atestasi yang berupa jasa konsultasi manajemen dan perpajakan serta jasa akuntansi seperti jasa penyusunan laporan keuangan.

(8)

Messier et al., (2006:64) Disamping jasa audit, atestasi, dan assurance, kantor akuntan publik melaksanakan tiga kategori luas lainnya dari jasa ini.

1) Jasa Pajak Kantor

Akuntan publik memiliki bagian pajak yang membantu klien dengan persiapan dan pelaporan SPT, memberikan nasihat mengenai perencanaan pajak pajak dan kekayaan, dan mewakili perusahaan dalam masalah pajak di hadapan kantor pajak atau pengadilan pajak.

2) Jasa Nasihat Manajemen (Management Advisory Services - MAS) Adalah aktivitas konsultasi yang dapat mencakup pemberian saran dan bantuan berkaitan dengan organisasi entitas, sumber daya manusia, keuangan, operasi, sistem, atau aktivitas lain.

3) Jasa Akuntansi dan Review

Kàntor akuntan publik melaksanakan sejumlah jasa akuntansi bagi klien nonpubIik atau nonauditnya. Jasa ini termasuk pencatatan, proses penggajian dan pembuatan laporan keuangan. Ketika kantor akuntan publik memberikan jasa akuntansi nonaudit yang berhubungan dengan laporan keuangan perusahaan,jasa ini dikenal sebagai kompilasi atau review.

Menurut Abdul Halim (2001) dalam Rudi dan Desy (2010) ada 3 jenis jasa nonatestasi yang diberikan suatu Kantor Akuntan Publik, yaitu:

(9)

1) Jasa akuntansi, melalui aktivitas pencatatan, penjurnalan, posting, jurnal penyesuaian dan penyusunan laporan keuangan klien (jasa kompilasi) serta perancangan system akuntansi klien.

2) Jasa perpajakan, meliputi pengisian surat laporan pajak, dan perencanaan pajak, selain itu dapat juga bertindak sebagai penasehat dalam masalah pembelaan bila perusahaan mengalami permasalahan dengan kantor pajak.

3) Jasa konsultasi manajemen, merupakan fungsi pemberian konsultasi dengan memberikan saran dan bantuan teknis kepada klien untuk peningkatan penggunaan kemampuan dan sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan klien.

Menurut wartaekonomi.com. dalam penelitian Rudi dan Desy (2010) “Independensi bisa terganggu karena pada saat akuntan mengaudit suatu perusahaan, ternyata pada waktu yang sama dia juga memberikan jasa lain. Ini akan menimbulkan benturan kepentingan, sehingga dikhawatirkan opini akuntan bisa terganggu karenanya.”

Agustin (2007) “Jika seorang auditor di samping melakukan audit, juga melaksanakan jasa lain untuk klien yang sama, maka ia harus menghindari jasa yang menuntut dirinya melaksanakan fungsi manajemen atau melakukan keputusan manajemen. Contoh berikut ini menyebabkan auditor tidak independen:

(10)

1) Auditor memperoleh kontrak untuk mengawasi kantor klien, menandatangani bukti kas keluar (voucher) untuk pembayaran dan menyusun laporan operasional berkala, sedangkan pada saat yang bersamaan dia juga melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan klien tersebut.

2) Jika perusahaan klien akan go public, suatu kantor akuntan publik tidak dapat menjadi konsultan keuangan (financial consultant) sekaligus auditor bagi klien tersebut, walaupun partner yang ditugasi untuk melakukan audit berbeda dengan partner yang melaksanakan penugasan konsultasi.

D. Lamanya Hubungan Audit

Di Indonesia peraturan mengenai lamanya hubungan audit diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 Tentang Jasa Akuntan Publik Pasal 3 (1) “Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut”. Pembatasan lamanya hubungan audit dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi.

Flint (1998) dalam Daud (2012) berpendapat bahwa independensi akan hilang jika auditor terlibat dalam hubungan pribadi dengan klien, karena

(11)

hal ini dapat mempengaruhi sikap mental dan opini mereka. Salah satu ancaman yang berpengaruh adalah audit tenure yang panjang. Audit Tenure yang panjang juga menimbulkan rasa kekeluargaan yang lebih dan akibatnya, kualitas dan kompetensi kerja auditor dapat menurun ketika mereka mulai untuk membuat asumsi-asumsi yang tidak tepat dan bukan evaluasi yang objektif dari bukti terkini.

E. Independensi

1. Pengertian Independensi

Independensi menurut Siti dan Ely (2010: 58-59) adalah sebagai berikut :

Independen artinya tidak mudah dipengaruhi, netral, karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum Auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun. Auditor juga harus mempertahankan objektivitas, agar tidak berbenturan dengan kepentingan lain, sehingga independensi merupakan landasan pokok bagi profesi akuntan publik.

Standar Umum kedua dalam SA seksi 220 (SPAP, 2011) menyatakan :

Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan perkerjaannya untuk kepentingan umum.

Independensi menurut Mulyadi (2002 : 26-27) adalah sebagai berikut :

(12)

Sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya

2. Klasifikasi Independensi Akuntan Publik

Siti dan Ely (2010: 51) membagi independensi akuntan publik dalam dua aspek, yaitu:

1) Independence in fact

Independen dalam kenyataan akan ada apabila pada kenyataanya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya. Artinya sebagai suatu kejujuran yang tidak memihak dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya,

hal ini berarti bahwa dalam mempertimbangkan fakta-fakta yang dipakai sebagai dasar pemberian pendapat, auditor harus objektif dan tidak berprasangka.

2) Independence in appearance

Independen dalam penampila adalah hasil interpretasi pihak lain mengenai independensi ini. Auditor akan dianggap tidak independen apabila auditor tersebut memiliki hubungan tertentu (misalnya hubungan keluarga) dengan kliennya yang dapat menimbulkan kecurigaan bahwa auditor tersebut akan memihak kliennya atau tidak independen.

(13)

Menurut Alvin A. Arens dan James K. Loebbacke dikutip oleh Amir Abadi Jusuf (2005 : 84) independensi ada dua macam:

1) Independensi dalam kenyataan.

Independensi ini akan ada apabila dalam kenyataannya. Auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya,

a) Seorang akuntan publik tetap mengungkapkan penyelewengan yang terjadi di perusahaan klien walaupun ia beresiko kehilangan kliennya.

b) Seorang akuntan publik memberikan pendapat sesuai dengan bukti bukti yang ia temukan pada perusahaan klien bukan berdasarkan besanya fee yang ia terima dan perusahaan kilen tersebut.

2) Independensi dalam penampilan.

Independensi ini ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan publik secara individu maupun secara keseluruhan.

3. Pentingnya Independensi

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP 2011:220.1) menyatakan bahwa: “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”.

(14)

Pentingnnya independensi akuntan publik sangat diperlukan karena akuntan publik sebagai penilai laporan keuangan melaksanakan audit bukan hanya untuk kepentingan klien tetapi juga untuk pihak ketiga atau masyarakat yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan klien yang diaudit atau diperiksa seperti: pemegang saham, kreditur, investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi pemerintah (terutama instansi pajak).

Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi sikap auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan masyarakat dapat juga menurun disebabkan oleh keadaan yang oleh mereka yang berpikiran sehat (reasonable) dianggap dapat memengaruhi sikap independen tersebut. Untuk menjadi independen auditor harus secara intelektual jujur. Untuk diakui pihak lain sebagai orang yang independen ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya, apakah itu manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Sebagai contoh, seorang auditor yang mengaudit suatu perusahaan dan ia juga menjabat sebagai direktur perusahaan tersebut, meskipun ia telah menggunakan keahliannya dengan jujur, namun sulit untuk mengharapkan masyarakat mempercayainya sebagai seorang yang independen. Masyarakat akan menduga bahwa

(15)

kesimpulan dan langkah yang diambil oleh auditor independen selama auditnya dipengaruhi oleh kedudukannya sebagai anggota direksi. Demikian juga halnya, seorang auditor yang mempunyai kepentingan keuangan yang cukup besar dalam perusahaan yang diauditnya; mungkin ia benar-benar tidak memihak dalam menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan tersebut, namun, bagaimana pun juga masyarakat tidak akan percaya, bahwa ia bersikap jujur dan tidak memihak. Auditor independen tidak hanya berkewajiban mempertahankan fakta bahwa ia independen, namun ia harus pula menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan sikap independensinya.

Independensi merupakan salah satu ciri paling penting yang dimiliki oleh profesi akuntan publik, karena banyak pihak yang menggantungkan kepercayaannya kepada kebenaran laporan keuangan berdasarkan laporan auditor yang dibuat oleh akuntan publik. Sekalipun akuntan publik ahli, apabila tidak mempunyai sikap independensi dalam mengumpulkan informasi akan tidak berguna, sebab informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan haruslah tidak bias.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya tentang independensi auditor yang dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya adalah Ardiani dan Ricky (2011) “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik”, faktor – faktor tersebut diantaranya adalah financial interests,

(16)

hubungan bisnis dengan klien, pelayanan asuransi dan audit, hubungan antara klien yang diaudit dengan auditor, kompetisi antara KAP, ukuran KAP, audit fee, Independensi Auditor. Dengan populasinya adalah para auditor di akuntan publik di Semarang tahun 2009. Metode penyeleksian sampel yang digunakan adalah convenience sampling dan jumlah respondennya 35.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh variabel yang sudah dikaji secara simultan dan partial tersebut mempunyai efek yang signifikan terhadap independensi

Nike (2011) Melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Indpendensi Auditor”. Penelitian tersebut menguji 6 faktor yang mempengaruhi independensi auditor yaitu Intervensi manajemen klien, pemutusan hubungan kerja dan pengantian auditor, high fee audit, tight audit time budget pressure, sanksi atas audit over time budget, lamanya hubungan audit dalam memberikan layanan jasa kepada perusahaan klien. Dengan populasi auditor yang bekerja di 18 KAP Semarang. Pengambilan sampel digunakan dengan cara random sampling. Kuesioner yang dibagikan kepada responden sebanyak 112 dan jumlah kuesioner yang dapat dianalisis sebanyak 53. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa intervensimanajemen klien, pemutusan hubungan kerja dan penggantian auditor,lamanya hubungan audit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap independensi auditor. High fee audit, sanksi atas audit over time budget berpengaruh positif dan signifikan terhadap independensi auditor. Sedangkan tight audit time budget berpengaruh negatif dantidak signifikan terhadap independensi auditor.

(17)

Rudi dan Desy (2010) Mengangkat judul penelitian “Pengaruh Audit Fee, Jasa Selain Audit, Profil Kantor Akuntan Publik, Hubungan Audit Yang Lama Antara Kap Dengan Klien Terhadap Independensi Auditor Dalam Kantor Akuntan Publik Di Surabaya”. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa audit fee, jasa lain selain audit yang disediakan oleh kantor akuntan publik terhadap klien yang sama dalam waktu yang bersamaan, profil kantor akuntan publik, dan yang terakhir yaitu lamanya hubungan audit antara klien dengan kantor akuntan publik secara bersama-sama berpengaruh terhadap independensi akuntan publik. Dari hasil uji secara parsial yang dilakukan, terbukti semua faktor juga berpengaruh terhadap independensi akuntan publik. Agustin (2007) Melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik (Studi Survei Pada Kantor Akuntan Publik Di Bandung)”. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif analitis, sedangkan pada pengujian hipotesis digunakan metode analitis statistik Chi Kuadrat. Berdasarkan analitis yang penulis lakukan, dapat disiimpulkan bahwa dan keenam faktor yang diduga mempengaruhi independesi akuntan publik ternyata ada tiga faktor yang paling dominan mempengaruhi independensi akuntan publik adalah faktor hubungan keluarga berupa suami istri, saudara sedarah semenda dengan klien, faktor hubungan usaha dan keuangan dengan klien, keuntungan dan kerugian terkait usaha dengan klien dan faktor keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai. Sedangkan ketiga faktor lain yang diduga mempengaruhi, namun dan hasil

(18)

penelitian faktor ini tidak selalu mempengaruhi independensi yaitu faktor besar audit fee yang dibayarkan oleh klien, karena besar audit fee ditentukan berdasarkan banyaknya jam yang dikeluarkan untuk mengaudit perusahaan klien. Faktor pemberian fasilitas dan bingkisan (gifts) oleh klien karena pemberian fasilitas dan bingkisan tidak mempengaruhi independensi akuntan publik selama dalam tahap kewajaran. Faktor pelaksanaan jasa lain tidak mempengaruhi independensi akuntan publik karena auditor hanya membantu perusahaan dalam menyelesaikan permasalahannya dan tidak memberikan opini atau pendapat hasil kerjanya.

Kasidi (2007) Melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Auditor (Persepsi Manajer Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Jawa Tengah)”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya perusahaan yang berskala besar maupun menengah mengalami kebangkrutan walaupun telah di audit oleh auditor independen. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur berskala besar di Jawa Tengah yang berjumlah 281 perusahaan, dengan sampel 62 manajer keuangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mail survey kepada manajer keuangan perusahaan manufaktur berskala besar di Jawa Tengah. Dari hasil pengujian hipotesis secara simultan diketahui bahwa terdapat pengaruh bersama yang positif antara ukuran kantor akuntan publik (KAP), lamanya hubungan audit, audit fee, pelayanan konsultasi manajemen dan keberadaan komite audit terhadap independensi

(19)

auditor. Dari pengujian hipotesis dengan uji parameter individual diketahui bahwa: (1) tidak terdapat pengaruh antara ukuran kantor akuntan publik (KAP) dengan independensi auditor; (2) tidak terdapat pengaruh antara lamanya hubungan audit dengan independensi auditor; (3) tidak terdapat pengaruh antara audit fee dengan independensi auditor; (4) tidak terdapat pengaruh antara pelayanan konsultasi manajemen dengan independensi auditor; (5) terdapat pengaruh yang positif antara keberadaan komite audit pada perusahaan klien dengan independensi auditor.

Widodo (2004) Melakukan penelitian dengan judul “Studi Empiris Faktor-faktor Yang Memprngaruhi Independensi Akuntan Publik”.Populasi dalam penelitian ini adalah pemakai jasa audit, pemakai jasa audit dibatasi pada direktur utama atau direktur keuangan perusahaan menengah dan kecil di Indonesia yang laporan keuangannya tahun buku per 31 Desember 2001 dan per desember 2002 telah diaudit oleh KAP di Jakarta yang merupakan wakil perusahaan di kota besar dan di Jawa Tengah sebagai wakil perusahaan diluar kota besar. Pemilihan pemakai jasa audit yang diaudit oleh kantor akuntan sebagai responden dalam penelitian ini didasarkan bahwa mereka mampu menilai dan mengetahui kinerja kantor akuntan publik, karena akuntan publik melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangaimya. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sejumlah 100 responden. Dengan diterimanya hipotesis yang diajukan dan hasil analisis dan pembahasan atas permasalahan yang dikembangkan diperoleh dukungan yang signifikan yang memperkuat konsep

(20)

bahwa, ikatan keuangan, jasa lain selain audit, Iamanya hubungan audit, persaingan antar KAP, ukuran KAP, audit fee dan hubungan sosial terhadap independensi. Hasil dan penelitian mi adalah ikatan keuangan, jasa lain selain audit, lamanya hubungan audit, persaingan antar KAP, ukuran KAP dan audit fee dan hubungan sosial berpengaruh negatif terhadap independensi akuntan publik. Sedangkan syarat-syarat untuk memenuhi asumsi-asumsi klasik semua memenuhi syarat.

Tabel 2.1

Ikhtisar Penelitian Terdahulu

No Penulis Tahun Judul Variabel Hasil

1 Ardiani dan Ricky 2011 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik X1= financial interests X2= hubungan bisnis dengan klien X3= pelayanan asuransi dan audit X4= hubungan antara klien yang diaudit dengan auditor X5= kompetisi antara KAP X6= ukuran KAP X7= audit fee Y=Independensi Auditor Hasil menunjukkan bahwa seluruh variabel yang sudah dikaji secara simultan dan partial tersebut

mempunyai efek yang signifikan terhadap independensi

(21)

2 Nike 2011 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Indpendensi Auditor X1=Intervensi manajemen klien X2=pemutusan hubungan kerja dan pengantian auditor X3= high fee audit X4= tight audit time budget pressure X5= sanksi atas audit over time budget

X6=lamanya hubungan audit dalam memberikan layanan jasa kepada perusahaan klien

intervensimanajemen klien, pemutusan hubungan kerja dan penggantian auditor, lamanya hubungan audit berpengaruh negatif terhadap independensi auditor. High fee audit, sanksi atas audit overtime budget berpengaruh positif dan signifikan terhadap independensi auditor. Sedangkan tight audit time budget berpengaruh negatif dantidak signifikan terhadap independensi auditor.

3 Rudi dan Desy

2010 Pengaruh Audit Fee, Jasa Selain Audit, Profil Kantor Akuntan Publik, Hubungan Audit Yang Lama Antara Kap Dengan Klien Terhadap Independensi Auditor Dalam Kantor Akuntan Publik Di Surabaya

X1=Audit fee

X2=Jasa selain audit X3=Profil kantor akuntan publik X4=Hubungan audit yang lama antara KAP dengan klien Y=Independensi Auditor

Audit Fee, Jasa Selain Audit, Profil Kantor Akuntan Publik, Hubungan Audit Yang Lama Antara Kap Dengan Klien secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap independensi auditor 4 Agustin 2007 Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi

Independensi Akuntan Publik (Studi Survei Pada Kantor Akuntan Publik Di Bandung)

X1=Hubungan keluarga berupa suami istri, saudara sedarah semenda dengan klien X2=hubungan usaha dan keuangan dengan klien X3=keuntungan dan kerugian terkait usaha dengan klien X3=keterlibatan dalam usaha yang

audit fee yang

dibayarkan oleh klien, pemberian fasilitas dan bingkisan (gifts) oleh klien,pelaksanaan jasa lain berpengaruh negatif dan signifikan terhadap independensi auditor sedang variabel lainnya berpengaruh positif dan signifikan

(22)

tidak sesuai X4=audit fee yang dibayarkan oleh klien X5=pemberian fasilitas dan bingkisan (gifts) oleh klien X6=pelaksanaan jasa lain terhadap independensi

5 Kasidi 2007 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Auditor (Persepsi manajer keuangan perusahaan manufaktur Di jawa tengah) X1 = Ukuran kantor KAP X2 = Lamanya hubungan audit dengan klien X3 = Besarnya jasa audit X3 = Konsultasi manajemen yang dilakukan akuntan public X4 = Keberadaan komite audit pada perusahaan klien

Ukuran kantor KAP, lamanya hubungan audit dengan klien, besarnya jasa audi, konsultasi manajemen yang dilakukan akuntan publik, keberadaan komite audit pada perusahaan klien tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap independensi Auditor

6 Widodo 2004 Studi Empiris Faktor-faktor Yang

Memprngaruhi

Independensi Akuntan Publik

X1=ikatan keuangan X2=jasa lain selain jasa audit X3= lamanya hubungan audit X4= persaingan antar KAP X5= ukuran KAP X6= audit fee X7=hubungan sosial

ikatan keuangan, jasa lain selain jasa audit, lamanya hubungan audit, persaingan antar KAP, ukuran KAP, audit fee, hubungan sosial berpengaruh negatif terhadap independensi akuntan piblik

(23)

G. Kerangka Berpikir

Dalam melaksanakan proses audit, akuntan publik memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Oleh karena itu auditor harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, para pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri. Independensi auditor dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah audit fee, jasa selain audit, lamanya hubungan audit.

Audit fee merupakan fee yang diterima oleh akuntan publik setelah melaksanakan jasa auditnya, besarnya tergantung dari resiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan. Menurut Mulyadi (1998) dalam penelitian Rudi dan Desy (2010) “Jika klien belum membayar fee jasa seorang akuntan publik sejak beberapa tahun yang lalu (lebih dari satu tahun), maka dianggap bahwa akuntan publik tersebut memberikan pinjaman kepada kliennya, hal tersebut melanggar independensi.” Hasil penelitian Rudi dan Desy (2010) menunjukkan bahwa audit fee, berpengaruh terhadap independensi akuntan publik, sedangkan penelitian hasil penelitian Agustin (2007) menunjukkan bahwa faktor besar audit fee yang dibayarkan oleh klien tidak selalu mempengaruhi independensi

(24)

karena besar audit fee ditentukan berdasarkan banyaknya jam yang dikeluarkan untuk mengaudit perusahaan klien.

Kantor akuntan dapat menyediakan jasa lain selain audit misalnya jasa konsultan manajemen, konsultasi perpajakan, administrasi pembukuan, dan lain-lain. Menurut wartaekonomi.com. (2002) dalam penelitian Rudi dan Desy (2010) “Independensi bisa terganggu karena pada saat akuntan mengaudit suatu perusahaan, ternyata pada waktu yang sama dia juga memberikan jasa lain. Ini akan menimbulkan benturan kepentingan, sehingga dikhawatirkan opini akuntan bisa terganggu karenanya.” Sedangkan hasil penelitian Agustin (2007) faktor pelaksanaan jasa lain tidak selalu mempengaruhi independensi karena auditor hanya membantu perusahaan dalam menyelesaikan permasalahannya dan tidak memberikan opini atau pendapat hasil kerjanya.

Lamanya hubungan audit menunjukkan lamanya waktu auditor tersebut melakukan pemeriksaan/penugasan terhadap suatu unit/unit usaha/perusahaan atau instansi. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008, yang mengatur KAP hanya dibatasi 6 tahun menangani perusahaan yang sama, sementara untuk partner paling lama 3 tahun. Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi.

(25)

Untuk memudahkan analisis dan menguji hipotesis, maka dapat digambarkan dalam suatu bagan kerangka berfikir yang disajikan pada gambar 2.1 sebagai berikut :

Gambar

Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Dengan diberlakukannyaUndang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7 ) peraturan Pemerintah Republik

Pada navigation drawer yang terletak disisi kiri atas, terdapat 7 list menu Berfung si sesuai gambar 3 Halaman Analgesik Narkotik Menampilka n list nama obat Berfung

Dalam rangka penguatan budaya literasi, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan sebagai salah satu unit utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah berikhtiar

Hasil analisis data berdasarkan hasil penelitian yang diketahui dari data awal bahwa sampel dalam penelitian adalah 40 siswa dari 2 kelas dan tidak lebih dari 30 siswa maka maka

KESATU : Membentuk Satuan Tugas Anti Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) Berbasis Masyarakat di Tingkat Desa Mappedeceng, Desa Benteng, Desa

Perangkapan kepemimpinan dapat dengan mudah digunakan pemimpin untuk mengakumulasi kekuasaan dengan alasan demi kepentingan masyarakat, sehingga munculnya

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul