• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pengembang sistem memiliki pemahaman mengenai faktor-faktor yang. mempengaruhi perilaku pemakai dalam memanfaatkan TI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pengembang sistem memiliki pemahaman mengenai faktor-faktor yang. mempengaruhi perilaku pemakai dalam memanfaatkan TI."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini perkembangan teknologi informasi (TI) telah merambah ke berbagai bidang kehidupan dan tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi informasi dapat membantu pelaksanaan efektivitas dan efisiensi kerja suatu organisasi. Perkembangan TI dalam hal ini teknologi komputer dapat menunjang pengambilan keputusan didalam organisasi-organisasi moderen yang memungkinkan pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi dapat diselesaikan secara tepat, akurat, dan efisien. Investasi TI dalam organisasi sering kali membutuhkan dana yang besar dan berisiko dikarenakan teknologi informasi selalu mengalami perkembangan serta memberikan hal-hal baru sehingga teknologi informasi terbaru kadang membutuhkan dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu, sebelum mengimplementasikannya, sebaiknya pengembang sistem memiliki pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemakai dalam memanfaatkan TI.

Teori sikap dan perilaku (theory of attitude and behavior) dari Triandis (1980)

dalam Tjhai (2003:5) menyatakan bahwa pemanfaatan personal computer (PC) oleh pekerja dipengaruhi oleh perasaan individual (affect) terhadap penggunaan komputer

personal, norma sosial (social norms) dalam tempat kerja yang memperhatikan

penggunaan komputer personal, kebiasaan (habit) sehubungan dengan penggunaan

komputer, konsekuensi individual yang diharapkan (consequencies) dari penggunaan

               

(2)

komputer personal, dalam penggunaan personal computer (PC). Thompson et al. (1991) dalam Tjhai (2003:5) mengadopsi sebagian teori yang diusulkan oleh Triandis (1980) dimana penelitiannya menggunakan enam faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi, yaitu faktor sosial, affect (perasaan individual), kesesuaian tugas, konsekuensi jangka panjang, kondisi yang memfasilitasi, dan kompleksitas. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara faktor sosial, affect, kesesuaian tugas, dan konsekuensi jangka panjang dengan pemanfaatan teknologi informasi. Faktor kompleksitas memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan pemanfaatan teknologi informasi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan negatif dan tidak signifikan antara kondisi yang memfasilitasi dengan pemanfaatan teknologi informasi.

Di Indonesia penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan TI telah banyak dilakukan. Tjhai (2003) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi dan pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja Akuntan Publik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara faktor sosial dengan pemanfaatan teknologi informasi, sedangkan faktor affect memiliki hubungan positif dan tidak signifikan dengan pemanfaatan teknologi informasi. Hasil penelitiannya juga menunjukkan hubungan yang negatif dan signifikan antara faktor konsekuensi jangka panjang dengan pemanfaatan teknologi informasi. Sebaliknya, faktor kompleksitas, kesesuaian tugas, dan kondisi yang memfasilitasi mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan dengan pemanfaatan teknologi informasi.

               

(3)

Selain penelitian di atas, Sagung (2008) juga meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Tabanan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor sosial dan kondisi yang memfasilitasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan teknologi informasi. Faktor affect (perasaan individual), kesesuaian tugas, dan konsekuensi jangka panjang berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pemanfaatan teknologi informasi, sedangkan faktor kompleksitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pemanfaatan teknologi informasi. Penelitian mengenai hubungan pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja individual juga telah dilakukan oleh Tjhai (2003). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi tidak dapat mempengaruhi kinerja individual. Sebaliknya, hasil penelitian Sagung (2008) menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja individual. Tidak terkecuali kinerja birokrasi publik.

Pelayanan publik menurut Thaha (1994:10) dalam M. Faiz Ristiawan 2008 merupakan seuatu kegiatan yang harus mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik, mempersingkat waktu pelayanan, dan memberikan kepuasan kepada publik. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten/kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah untuk menjalankan otonomi daerah seluas-luasnya. Dimana, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah

               

(4)

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Salah satu cara untuk menjalankan otonomi daerah tersebut adalah melalui pembentukan daerah. UUD 1945 mengatur bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten/kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah untuk menjalankan otonomi daerah seluas-luasnya. Kemudian Pasal 4 ayat (3) UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah berbunyi; ”Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih”. Ketentuan ini kemudian lebih teknis diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Daerah, yang menggantikan PP No 129/2000. Namun dalam praktiknya, pembentukan daerah/pemekaran daerah jauh lebih mendapat perhatian dibandingkan penghapusan ataupun penggabungan daerah. Sehingga, sampai saat ini peningkatan jumlah pemekaran daerah baru lebih tinggi dibandingkan dengan penghapusan atau penggabungan. Ini ditandai dengan adanya peningkatan yang signifikan dari jumlah provinsi dan kabupaten/kota.

Dahulu, untuk menjawab pertanyaan berapa jumlah provinsi di Indonesia akan sangat mudah yaitu 27 provinsi termasuk Timor Timur. Namun, sejak adanya Undang-Undang yang mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, makin sulit untuk menjawab pertanyaan tadi. Hal ini dapat dimaklumi karena masyarakat bingung dengan pesatnya peningkatan jumlah pemerintah daerah baru.

               

(5)

Menurut data dari Kemendagri, Pada 2001 kabupaten/kota di Indonesia berjumlah 336 (di luar DKI Jakarta) dengan 30 provinsi (bertambah empat provinsi baru). Jumlah ini meningkat hingga Januari 2009 terdapat 33 provinsi dengan 530 kabupaten/kota. Dari data tersebut Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kemendagri Prof. Dr. Djohermansyah Djohan, menurut data diatas, Indonesia merupakan Negara yang paling banyak mencetak daerah otonomi baru dalam satu dekade terakhir. Namun, ini tidak bisa disebut prestasi ketika dinegara-negara lain lebih memiliki penggabungan teritori, sementara kita malah memekarkan diri.

Berkaitan dengan hal tersebut, sampai saat ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki 32 kabupaten/kota. Semenjak dari tahun 2000 terdapat 4 wilayah yang telah dimekarkan, yaitu, Kota Tasikmalaya, pemekaran dari Kabupaten Tasikmalaya (2001), Kota Banjar, pemekaran dari Kabupaten Ciamis (2002), Kota Cimahi, pemekaran dari Kabupaten Bandung (2001), dan Kabupaten Bandung Barat, pemekaran dari Kabupaten Bandung (2007). Dengan adanya pemekaran ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat tentu saja menambah pengeluaran dalam APBD-nya. Tetapi meskipun begitu, Gubernur Ahmad Heryawan, dalam acara Diseminasi Desain Besar Penataan Daerah di Indonesia 09 Mei 2011 menyatakan bahwa Jabar masih membutuhkan pemekaran daerah yang sedikitnya mengusulkan empat Daerah Otonomi Baru yaitu Kab. Bogor, Kab. Pangandaran, Kab. Garut Selatan, dan Kab. Sukabumi Utara.

Semakin maraknya Pembentukan Daerah Otonomi Baru dengan memberi hak dan kewenangan pada pemerintah daerah untuk mengukur dan mengurus sendiri

               

(6)

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat serta dalam menghadapi era perdagangan bebas, peranan administrasi pemerintahan dan perijinan perkotaan menjadi sangat penting. Keberhasilan pembentukan Daerah Otonomi Baru ini sangat ditentukan oleh kinerja administrasi pemerintahan dan perijinan karena masyarakat menilai baik buruknya pemerintah daerah berdasarkan baik buruknya administrasi dan perijinan. Beberapa studi menunjukkan bahwa akar permasalahan administrasi pemerintahan, perijinan kota, dan pelayanan adalah prosedur yang berbelit-belit dan tidak transparan, sehingga konsep birokrasi lebih dikenal dan diartikan sebagai suatu yang menyusahkan karena berbelit-belit, tidak efisien dan korup. Beberapa studi dilakukan terkait dengan kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan publik, diantaranya dilakukan oleh Ratminto 2003 dalam M. Faiz Ristiawan 2008 dengan melakukan survey kepuasan pelanggan di unit Pelayanan Terpadu Perijinan Satu Atap (UPTPSAP) kecametan Sleman, menyimpulkan bahwa pelayanan perijinan berjalan secara lambat yang disebabkan karena panjangnya prosedur pelayanan dan berbelit-belit ditambah lagi dengan penilaian tentang kemampuan aparat yang masih rendah. Selain itu menurut Dwiyanto (2001:1) dalam M. Faiz Ristiawan 2008 hasil survey menunjukkan bahwa 59% masyarakat pengguna pelayanan menilai pelayanan publik buruk. Oleh karena itu prosedur pemerintahan dan perijinan perkotaan adalah merupakan salah satu hal yang harus dikelola secara lebih baik demi untuk meningkatkan pelaksanaan otonomi daerah. (Ratminto, 2003 dalam M. Faiz Ristiawan 2008).                

(7)

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan upaya mengantisipasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pemerintah selaku penyelenggara pelayanan publik dapat melakukan pemanfaatan teknologi informasi seperti e-government.

Penerapan teknologi informasi akan membantu aparat dalam melakukan pekerjaannya dengan cara pengurangi keterbatasan yang dimilikinya (Alter, 1992 dalam M. Faiz Ristiawan 2008). Namun sampai sejauh mana pengaruh sistem informasi terhadap kinerja seseorang masih perlu penyelidikan lebih lanjut. Hal in disebabkan oleh kinerja seseorang yang menggunakan teknologi informasi dipengaruhi banyak faktor seperti faktor-faktor yang telah diteliti oleh Tjhai (2003) sebelumnya.

Data Diskominfo Prov. Jabar menunjukkan bahwa tahun 2009 mengeluarkan dana sebesar Rp. 17.945.130.000 untuk Program Pengembangan Komunikasi, Informasi, Media Massa dan Pemanfaatan Teknologi Informasi. Tidak menutup kemungkinan dana tersebut akan semakin besar karena banyaknya daerah baru di provinsi jawa barat. Tetapi, dengan semakin banyaknya daerah pemekaran baru apakah tujuan daerah pemekaran dalam UU no 22 tahun 2009 tentang peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat tercapai dengan memanfaatkan Teknologi Informasi yang memadai, dimana pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup adanya (a) pengolahan data, pengolahan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronik dan (b) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi

               

(8)

agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah negeri ini (Hamzah, 2009).

Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul

‘”Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Pelayanan Publik Pada Daerah Otonomi Baru Di Provinsi Jawa Barat”.

1.2. Identifikasi Masalah Penelitian

Agar dapat melaksanakan pelayanan yang baik untuk masyarakatnya, maka Pemanfaatan teknologi informasi harus secara optimal. Bagaimanakah Pemanfaatan Teknologi Informasi Berpengaruh Terhadap Kinerja Pelayanan Publik pada Pemerintah Daerah Otonomi Baru (DOB) Provinsi Jawa Barat. Dan seberapa Besar Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Pelayanan Publik pada Pemerintah Daerah Otonomi Baru (DOB) Provinsi Jawa Barat.

1.3. Batasan Masalah

Pada penelitian ini dibatasi hanya pada kajian Pemanfaatan Teknologi Informasi pada daerah otonomi baru, kinerja pelayanan publik, dan Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Pelayanan Publik Daerah Otonomi Baru (DOB) (studi kasus pada Daerah Otonomi Baru di Pemerintah Provinsi Jawa Barat), dikarenakan waktu yang sangat singkat, penelitian ini dibatasi hanya pada 4 daerah otonomi baru yaitu pemerintah kota cimahi, pemerintah kabupaten bandung barat, pemerintah kota banjar, dan pemerintah kota tasikmalaya.

               

(9)

1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Pemanfaatan Teknologi Informasi pada Pemerintah Daerah Otonomi Baru Provinsi Jawa Barat.

2. Bagaimana Kinerja Pelayanan Publik pada Pemerintah Daerah Otonomi Baru Provinsi Jawa Barat.

3. Seberapa besar Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Pelayanan Publik Pemerintah Daerah Otonomi Baru Provinsi Jawa Barat.

1.5. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan serta kegunaan penelitian ini adalah : 1) Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Untuk mengetahui Pemanfaatan Teknologi Informasi DOB Jabar 2010. b) Untuk mengetahui Kinerja pelayanan publik DOB dari tahun 2010.

c) Untuk mengetahui pengaruh Pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja pelayanan publik.

2) Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak terkait diantaranya sebagai berikut :

a) Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Daerah

               

(10)

Otonom Baru (DOB), Pemanfaatan Teknologi Informasi, serta dapat membandingkan antara teori yang didapat dengan yang terjadi dilapangan. b) Bagi instansi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti

mengenai penerapan sistem teknologi informasi yang tengah berjalan dan dapat dijadikan acuan dalam menetapkan kebijakan selanjutnya.

c) Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pengetahuan mengenai pengelolaan keuangan daerah.

               

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara kepada mahasiswa PPL, ada beberapa tindakan yang dilakukan mahasiswa PPL dalam keterampilan mengadakan variasi pelajaran yang dinilai

Kewenangan lebih diartikan sebagai kekuasaan yang melekat pada diri seseorang atau sekelompok orang yang telah mendapat dukungan dari masyarakat yang dikuasainya

Kepercayaan terhadap manfaat atribut adalah sikap percaya yang ditimbulkan terhadap manfaat atribut. Seseorang mencari produk dan jasa yang akan menyelesaikan

Kuadran ini merupakan kuadran untuk sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB Kota (gi) yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau

Hal ini berarti bahwa perjanjian kerja waktu tertentu yang digunakan sebagai dasar hubungan kerja antara pemberi kerja TKA dengan tenaga kerja asing, harus dibuat

Faktor pertama adalah jenis pupuk organik terdiri dari dua taraf yaitu (P1) pupuk organik granul dan (P2) pupuk organik cair dan faktor kedua adalah jenis agens hayati terdiri

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TP4, TP3, GM, SPI, dan PTC mempunyai tingkat persepsi kenyamanan terhadap suasana, interior, produk, dan tempat makan yang lebih disukai,

Terdapat sebuah ketentuan yang tidak tertulis, bahwasanya makanan yang akan dibawa diharuskan dimasak pada hari itu juga, tidak boleh makanan yang merupakan