• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resiliensi pada Narapidana Laki-laki di Lapas Klas 1 Medaeng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Resiliensi pada Narapidana Laki-laki di Lapas Klas 1 Medaeng"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Medaeng

Muhammad Riza

Ike Herdiana

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Korespondensi: Endah Mastuti, Departemen Psikologi Kepribadian dan Sosial Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, Telp. (031) 5032770, 5014460, Faks (031) 5025910, E-mail:

ikeherdiana@yahoo.com atau muhammadriza90@gmail.com

Abstract.

This study is useful to look at the dynamics of resilience in male inmates. Resilience is considered important in the context of prisoners, as prisoners are not resilient, once released will tend to repeat the same mistake of not being able to adapt and rise from the ground. Theme resilience male inmates selected because of the lack of resilience theme that uses subject prisoners in Indonesia. The lack of resilience topics male prisoners in Indonesia due to the concept of resilience is more widely used in the context of natural disasters. This study uses interviews and Life History Quesionaire given to 6 inmates. As a result, individuals who have a high resilience due to the support person nearby, spirituality, and age. While the length of sentences has no effect on the ability of prisoners resilience capability.

Keywords : resilience, male inmates

Abstrak.

Penelitian ini berguna untuk melihat dinamika resiliensi pada narapidana laki-laki. Resiliensi dinilai penting dalam konteks narapidana, karena narapidana yang tidak resilien, setelah dibebaskan akan cenderung mengulangi kesalahan serupa karena tidak mampu beradaptasi dan bangkit dari keterpurukannya. Tema resiliensi pada narapidana laki-laki dipilih karena minimnya tema resiliensi yang menggunakan subjek narapidana di Indonesia. Minimnya topik resiliensi pada narapidana laki-laki di Indonesia dikarenakan konsep resiliensi lebih banyak dipakai pada konteks bencana alam. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan Life History Quesionaire yang diberikan kepada 6 orang narapidana. Hasilnya, individu yang memiliki resiliensi yang tinggi karena adanya support orang terdekat, spiritualitas, dan usia. Sedangkan lamanya hukuman tidak berpengaruh terhadap kemampuan kemampuan resiliensi pada narapidana.

Kata kunci: Resiliensi, narapidana laki-laki

1 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial

Vol. 2, No. 01, Februari 2013

Sebagai salah satu negara hukum, Menurut surat Menteri Kehakiman Republik pemerintah Indonesia akan menindak tegas Indonesia No. 2- pk.04.10/Tahun 1990 (dalam semua warganya yang melakukan pelanggaran. Angkasa, 2010) tentang pola pembinaan Salah satu bentuk hukumannya adalah narapidana/tahanan, lapas dalam sistem pemenjaraan. Para pelaku kejahatan yang ditahan p e m a s ya ra k a t a n s e l a i n s e b a g a i te m p a t di dalam rumah tahanan maupun lembaga pelaksanaan pidana penjara (kurungan) juga pemasyarakatan biasa disebut narapidana. m e m p u n y a i b e b e r a p a s a s a r a n d a l a m

(2)

pembangunan nasional. dengan kapasitas hunian 70.241 orang (Zakaria, Adanya Lapas berfungsi untuk menjadikan 2008). Pada Tahun 2008 sendiri jumlah tahanan di manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya, seluruh Indonesia mencapai 130.832 dari kapasitas kemauan untuk memperbaiki dirinya, tidak 81.384, sehingga terjadi overcapacity hampir 45% mengulangi kesalahannya untuk menjadi warga (Wedhaswary, 2008).

negara yang baik dan bertanggung jawab sehingga Perubahan pola hidup bagi para narapidana mampu merubah dirinya menjadi manusia yang ini berdampak serius. Apalagi didukung dengan berguna bagi masyarakat dan berperan aktif dalam karakter individu yang lemah. Salah satu pembangunan. Narapidana yang sedang kemampuan yang harus dimiliki individu dalam menjalani pidana di Lapas diberikan pembinaan menghadapi kondisi seperti ini adalah resiliensi. berdasarkan sistem kelembagaan dan cara Menurut Reivich dan Shatte (2002), resiliensi pembinaan yang merupakan bagian akhir dari adalah kemampuan untuk mengatasi dan sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana. beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau Narapidana yang masuk penjara (saat ini masalah yang terjadi dalam kehidupan. Mengatasi disebut lapas) tentunya mendapat kendala. dan beradaptasi maksudnya bertahan dalam Menurut Williams (2007), dalam artikel Prison keadaan tertekan, bahkan berhadapan dengan Health and the Health of the Public, situasi ketika kesengsaraan (adversity) atau trauma yang awal masuk penjara adalah keadaan yang paling dialami dalam kehidupannya.

mempengaruhi psikologis narapidana. Kegiatan Pe n e li t i a n ya n g d i la ku ka n st u de nt yang bisa dilakukan sesuka hati seorang individu menggambarkan bagaimana individu yang diluar dapat berubah drastis dalam penjara. memiliki resiliensi yang tinggi dan tidak Kegiatan yang terjadwal, peraturan-peraturan (“Resilience and Strength”). Subjek yang memiliki ketat, serta pembatasan waktu untuk bertemu resiliensi yang tinggi digambarkan memiliki orang yang dicintai adalah peraturan yang harus rencana yang akan dilakukan setelah keluar dari dijalani di dalam penjara. Belum lagi adanya penjara. Rencana tersebut tentunya bagaimana overcapacity dari lapas yang dihuni para narapidana tersebut akan memulai hidup baru.

narapidana. Hidup untuk membahagiakan keluarga yang

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh selalu mendukungnya walaupun dirinya ada di Siswati & Aburrohim (2009), stressor tertinggi penjara. Dalam penjara narapidana tersebut yang dialami narapidana adalah dari jumlah mampu menjalani segala aktifitasnya tanpa hukuman yang diterima. Narapidana dengan masa terbebani dengan segala kegiatan.

hukuman yang lebih lama cenderung memiliki Berbeda dengan narapidana yang memiliki tingkat stress yang tinggi. Perasaan tidak terima tingkat resiliensi rendah, mereka cenderung stress serta batasan bertemu dengan pihak keluarga dan depresi dengan segala kegiatan yang merupakan masalah utama yang dialami oleh berlangsung dalam penjara. Ketika narapidana narapidana. Keadaan-keadaan seperti ini jika merasa tidak bertanggung jawab terhadap masa tidak segera ditangani akan menimbulkan tingkat lalu yang menyebabkan narapidana dipenjara, stress yang tinggi dan berujung pada bunuh diri. maka narapidana tersebut akan cenderung Berdasarkan data dari Departemen Hukum mengarah ke depresi bahkan sampai berujung ke dan HAM RI jumlah penghuni rumah tahanan dan bunuh diri. Selain itu, ketidakmampuan dalam lembaga pemasyarakatan dari tahun ke tahun beradaptasi dengan lingkungan merupakan sebab mengalami lonjakan yang signifikan. Misalnya, lainnya.

tahun 2003 jumlah tahanan dan narapidana 71.587 Narapidana yang masuk penjara pasti orang dengan kapasitas hunian 64.345 orang, memimpikan untuk segera keluar nanti. Salah satu tahun 2004 jumlah tahanan dan narapidana cara agar dapat keluar dengan cepat adalah ada 86.450 orang dengan kapasitas 66.891 orang, pembebasan bersyarat. Pada hakekatnya tahun 2005 jumlah tahanan dan narapidana 97.671 pembebasan bersyarat hanyalah merupakan orang dengan kapasitas hunian 68.141 orang, hadiah atau remisi dari negara bagi narapidana tahun 2006 jumlah tahanan dan narapidana di untuk bebas lebih awal dari masa hukuman yang seluruh Indonesia berjumlah 116.668 orang sebenarnya. Pembebasan bersyarat bisa

(3)

3 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial Vol. 2, No. 01, Februari 2013

menambah permasalahan jika memang Optimism

narapidana tersebut belum siap untuk turun ke Optimism adalah ketika kita melihat bahwa masyarakat. Apalagi jika tidak didukung oleh masa depan kita cemerlang (Reivich & Shatte, keterampilan ataupun kesiapan yang dimiliki 2002). Optimism yang dimiliki oleh seorang narapidana. Alih-alih ingin menikmati kebebasan, individu menandakan bahwa individu tersebut narapidana tersebut bisa menjadi pengangguran percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan diluar dan memicu tindak kriminal lainnya. untuk mengatasi kemalangan yang mungkin Resiliensi sangat penting bagi narapidana sebelum terjadi di masa depan

dia turun ke masyarakat.

Berdasarkan pemaparan diatas penelitian ini Causal Analysi

ditujukan untuk menarasikan secara sistematik Causal analysis merujuk pada kemampuan bagaimana dinamika resiliensi pada narapidana individu untuk mengidentifikasikan secara akurat laki-laki di Lapas Klas 1 Medaeng. Selain itu penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi. penelitian ini juga membantu bagi semua Individu yang tidak mampu mengidentifikasikan narapidana yang memiliki resiliensi rendah dan penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi akan bangkit memperbaiki kehidupan dan tidak secara tepat, akan terus menerus berbuat terlalu meratapi kesalahan di masa lalunya. kesalahan yang sama

Resiliensi Empathy

Menurut Reivich dan Shatte (2002), Empati sangat erat kaitannya dengan resiliensi adalah kemampuan untuk mengatasi kemampuan individu untuk membaca tanda-dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain masalah yang terjadi dalam kehidupan. Bertahan (Reivich & Shatte, 2002). Seseorang yang memiliki dalam keadaan tertekan, dan bahkan berhadapan kemampuan berempati cenderung memiliki dengan kesengsaraan (adversity) atau trauma yang hubungan sosial yang positif

dialami dalam kehidupannya. Reivich dan Shatte

(2002) juga mamaparkan tujuh kemampuan yang Self Efficacy

membentuk resiliensi, yaitu sebagai berikut: Self efficacy merepresentasikan sebuah keyakinan bahwa kita mampu memecahkan

Emotion Regulation masalah yang kita alami dan mencapai

Emotion regulation adalah kemampuan kesuksesan. Kepercayaan akan kompetensi untuk tetap tenang di bawah kondisi yang membantu individu untuk tetap berusaha, dalam menekan (Reivich & Shatte, 2002). Hasil situasi yang penuh tantangan dan mempengaruhi penelitian menunjukkan bahwa orang yang kemampuan untuk mempertahankan harapan. kurang memiliki kemampuan untuk mengatur

emosi mengalami kesulitan dalam membangun Reaching Out

dan menjaga hubungan dengan orang lain Reaching out merupakan kemampuan individu meraih aspek positif dari kehidupan

Impulse Control setelah kemalangan yang menimpa (Reivich &

Impulse control adalah kemampuan individu Shatte, 2002). untuk mengendalikan keinginan, dorongan,

kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam

Metode Penelitian

diri (Reivich & Shatte, 2002). Individu yang Penelitian ini menggunakan penelitian memiliki kemampuan Impulse control yang kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode rendah, cepat mengalami perubahan emosi yang ini dipilih karena untuk melihat kedalaman pada akhirnya mengendalikan pikiran dan permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Subjek

perilaku mereka penelitian ini sendiri terdiri dari 6 orang

narapidana laki-laki yang sudah mengalami setengah masa pidana dan baru pertama kali

(4)

masuk penjara (bukan residivis). Penelitian ini keluarga membantu seluruh subjek dalam menggunakan wawancara sebagai teknik menjalani kegiatan sehari-hari, walaupun pada penggalian data, selain itu digunakan juga life subjek 2 dan 3 jarang dan tidak mau dikunjungi history questionnaire yang diadaptasi oleh oleh pihak keluarga, namun kegiatan komunikasi Johnson, Sharon L (1997) dalam Therapist's Guide melalu telepon terus dilakukan. Subjek 1 to Clinical Intervention. Pemberian kuesioner ini mendapatkan support terbesar dari kekasihnya bertujuan untuk menambah data mengenai karena keluarganya masih belum memberikan gambaran menyeluruh tentang latar belakang dan respect terhadap kasus yang dialami subjek 1.

pengalaman subjek. Penelitian yang dilakukan Student,

menggambarkan individu yang memiliki resiliensi yang baik, ditunjang oleh faktor keluarga dan

Pembahasan

kepercayaan yang dia yakini. Individu yang Berdasarkan penelitian diatas, lima dari

mendapatkan support dari keluarga, akan enam subjek memiliki kemampuan resiliensi yang

merancang hidup kedepannya lebih baik untuk baik, hanya satu subjek yang belum memiliki

membahagiakan keluarga, sedangkan faktor resiliensi yang baik. Subjek yang tidak memiliki

agama, akan membantu memperkuat iman dalam resiliensi baik, tidak mampu beradaptasi dengan

menjalani keimanan sehari-hari (“Resilience and lingkungan serta tidak mampu mengendalikan

Strength”). emosi yang dialaminya di dalam penjara, selain itu

Faktor berikutnya adalah usia. Pada subjek subjek tidak mampu mengambil aspek positif dari

yang lebih muda, pengendalian diri dan bencana yang menimpanya.

kemampuan beradaptasi masih kurang Penelitian diatas, juga menjelaskan faktor

dibandingkan pada narapidana yang lebih tua. yang mendukung terbentuknya resiliensi pada

Optimism yang dibangun juga kurang terasa narapidana. Faktor tersebut adalah religiusitas.

karena subjek yang lebih muda terlihat Subjek yang memiliki religiusitas tinggi,

mengungkapkan apa yang diinginkannya secara cenderung pasrah dan menyerahkan segala situasi

tidak terperinci, hal tersebut menandakan, yang dialaminya selama ini adalah kehendak Allah

optimism yang dimiliki oleh subjek kurang dan membawa manfaat di kemudian hari.

didukung oleh kemauan yang kuat dari diri subjek. Keyakinan ini menjadikan subjek lebih mampu

Subjek 1 dan subjek 5 adalah narapidana m e re d a m e m o s i , o p t i m i s, d a n m a m p u

paling muda diantara subjek yang lain. Subjek 1 menyelesaikan masalah dengan tenang. Seluruh

yang berumur 28 tahun dam subjek 3 yang subjek mengaku mengendalikan emosi dengan

berumur 21 tahun. Pada subjek satu, dia cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Keyakinan

membutuhkan waktu hampir setahun untuk bisa diri terhadap Tuhan membuat subjek ikhlas

beradaptasi dengan lingkungan, sedangkan menjalani hukumannya.

subjek 5 belum bisa beradaptasi dengan Seluruh subjek cenderung pergi ke tempat

lingkungan di dalam penjara. Berbeda dengan ibadah untuk menenangkan diri, terutama subjek

subjek 2, 3, 4, dan 6 yang usianya diatas 30 tahun, 4 dan 6 yang menghabiskan sebagian besar

rata-rata dari mereka membutuhkan waktu 5-6 waktunya di dalam masjid. Walaupun subjek 5

bulan untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan. belum mampu beradaptasi dengan lingkungan,

Lama hukuman yang diduga memiliki peran namun subjek memilih ke masjid untuk berdoa

penting dalam terbentuknya resiliensi pada agar pikirannya lebih tenang. Subjek 1, 2, dan 3 juga

seseorang ternyata tidak terbukti. Walaupun rutin pergi ke gereja untuk menunaikan ibadah

subjek memiliki masa pidana yang lebih panjang, dan berserah diri, walaupun memang subjek 1 dan

namun subjek tersebut membutuhkan waktu yang 2 lebih banyak menghabiskan waktu di Bankum.

sama dengan subjek lain yang memiliki pidana Kehidupan beragama mengajarkan nilai-nilai

lebih cepat untuk dapat berdaptasi dengan positif dalam hidup.

lingkungannya. Hal ini menggambarkan bahwa Dukungan atau support dari pihak keluarga

lamanya pidana tidak mempengaruhi resiliensi atau orang terdekat juga membantu dalam

pada seseorang. terbentuknya resiliensi. Adanya dukungan

(5)

5 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial Vol. 2, No. 01, Februari 2013

Simpulan dan Saran

B e r d a s a r k a n p e n j e l a s a n p a d a b a b sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Dinamika resiliensi pada narapidana dapat didukung oleh beberapa faktor dalam terbentuknya resiliensi yang tinggi, diantaranya dukungan dari orang terdekat, baik dari pihak keluarga, saudara, bahkan dari pacar, kemampuan social skill yang baik, maksudnya interaksi yang terjalin dengan baik dengan narapidana maupun dengan petugas lapas, serta religiusitas yang tinggi berupa intensitas beribadah yang lebih sering. Lamanya hukuman tidak berpengaruh banyak dalam pembentukan resiliensi.

Lapas yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan pembangunan tidak berfungsi dengan baik, keterbatasan sarana, tidak adanya kegiatan yang jelas, serta minimnya pengawasan menjadi momok ketidakberfungsian lapas. Lapas seolah-olah hanya menjadi tempat persinggahan sementara tanpa adanya efek jera dan membangun bagi penghuninya.

Penelitian ini akan semakin kuat apabila didukung dengan alat ukur yang mampu melihat bagaimana tingkat resiliensi subjek di penjara. Melalui data tersebut akan membantu subjek yakin akan tingkat resiliensi yang diukur dengan angka. Penelitian selanjutnya juga mungkin dapat mengembangkan unit analisis lain yang dapat digali secara umum berkenaan dengan konteks narapidana dan secara khusus mengenai korelasinya dengan penempatan mereka di penjara.

(6)

PUSTAKA ACUAN

Angkasa. (2010). Over capacity narapidana di lembaga pemasyarakatan, faktor penyebab, implikasi negatif, serta solusi dalam upaya optimalisasi pembinaan narapidana. Jurnal Dinamika Hukum. 10 (3), 15-21.

Johnson, Sharon L. (1997). Therapist's Guide to Clinical Intervention. USA: Academic Press.

Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The resilience factor. Seven keys to finding your inner stregth and overcoming life's hurdles. New York: Broadway Books.

Siswati, T I. & Abdurrohim. (2009). Masa hukuman dan Stress pada Narapidana. Proyeksi, 4 (2), 95-106. Wedhaswary, I. D. (2008). ”Warung-Warung Gelap” di LP, Suburkan ”Korupsi”. Diakses pada tanggal 23

Oktober 2012 dari

Williams, N. H. (2007). Prison health and the health of the public: Ties that bind. Community Voice Healthcare for the Underserved. Atlanta: National Center for Primary Care.

Zakaria, G. (2008). Sistem pemasyarakatan indonesia belum tersentuh semangat reformasi dan k e b a n g k i t a n n a s i o n a l . D i a k s e s p a d a t a n g g a l 1 4 N o v e m b e r 2 0 1 2 d a r i http://megapolitan.kompas.com/read/2008/08/20/15263234/.Warung-warung.Gelap.di.LP.Suburkan.Korupsi

Referensi

Dokumen terkait

Orang tua sebagai aktor utama dalam keluarga sebaiknya dapat meluangkan waktu untuk kegiatan menulis dan membaca di rumah bersama anak-anak serta menciptakan berbagai teknik

Jika terjadi penjualan atau reklasifikasi atas investasi dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan, maka sisa

Bank Aceh Syariah Cabang Banda Aceh penulis telah melihat proses mekanisme pemberian bank garansi seperti membantu karyawan menerima permohonan berkas untuk

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Santoso dan Purwoko (2008), pada tanaman jarak pagar bahwa, pindah tanam yang paling baik dilakukan pada umur semai 3-10 hari

Membuktikan bahwa metode Discovery Learning lebih baik dari Konvensional di lihat dari hasil penelitiannya yaitu metode Discovery Learning memang lebih meningkatkan hasil

Berdasar data awal hasil pengamatan akhir pada parameter tinggi batang yang tercantum pada gambar grafik 4 menyatakan bahwa rata pertumbuhan tanaman okra yang

Selain itu ketidak sesuaian kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang diberlakukan pada pemerintah daerah juga sering menimbulkan perbedaan kepentingan yang

Hutama Karya (Persero) sebagai pengguna jasa melakukan pembayaran terhadap apa yang telah dikerjakan oleh penyedia jasa dengan jangka waktu sesuai yang telah disepakati antara para