• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trauma Pada Tingkap Lonjong Akibat Ekstraksi Benda Asing Di Liang Telinga.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Trauma Pada Tingkap Lonjong Akibat Ekstraksi Benda Asing Di Liang Telinga."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Tr auma Pada Tingkap Lonjong Akibat Ekstr aksi

Benda Asing Di Liang Telinga

Yan Edward, Hidayatul Fitr ia

Bagian Telinga Hidung Tenggor ok Bedah Kepala Leher Fakult as Kedokt er an Univer sit as Andalas

Padang

Abstr ak

Benda asing di telinga mer upakan masalah yang banyak ditemukan. Keber hasilan dalam mengangkat benda asing ter gantung pada banyak hal diantar anya kemampuan dokter , jenis benda asing, manipulasi sebelumnya, keter lihatan dan kedalaman benda asing ser ta keter sediaan alat. Tr auma iatr ogenik dalam ekstraksi benda asing di telinga dapat ber upa laser asi liang telinga, trauma tulang-tulang pendengar an dan ker usakan telinga dalam seper ti fistula perilimfe. Dilapor kan satu kasus seorang per empuan umur 14 tahun dengan benda asing (kepala jar um pentul) di kavum timpani dengan trauma iatr ogenik aur is dekstr a suspek fistula per ilimfe dan dislokasi tulang-tulang pendengaran.

Kata kunci : benda asing (kepala jar um pentul), trauma iatr ogenik, fistula perilimfe dan dislokasi tulang-tulang pendengaran

Abstract

For eign body is t he most common case t hat found in ot olar yngology.The succesfull r emoval for eign body depend on exper ience of physician, a kind of for eign body, pr evious manipulat ion, impact ion of for eign body and available of inst r uments. Iat r ogenic t r auma on ext r act ion for eign body can be ear canal l aser at ion, dislocat ion of ossicle and inner ear demaged such as per ilymph fist ula. For eign body in t he t ympanic cavit y (head of pin) w it h iat r ogenic t r auma of inner ear suspect ed per ilymph fist ula and ossicle dislocat ion on female 14 year s old was r epor t ed

Key w or ds : for eign body (head of pin), iat r ogenic t r auma, per ilymph fist ula and ossicle dislocat ion

Korespondensi: dr . Hidayatul Fitria:hidayatulfitria@gmail.com

PENDAHULUAN

Trauma pada struktur telinga tengah dapat ter jadi kar ena trauma langsung pada liang telinga. Trauma dapat berupa per forasi membran timpani atau ker usakan tulang-tulang pendengaran. Per forasi membran timpani kar ena trauma biasanya bisa diobati dengan konservatif dan pendekatan non bedah kar ena tingginya penyembuhan luka di daerah ter sebut. Namun bila ter dapat tuli konduktif, ver tigo yang ter us-mener us, tuli sensorineural, atau diduga adanya ker usakan tulang-tulang pendengaran atau ada kemungkinan ter jadi fistula perilimfe, maka pembedahan mer upakan tindakan segera yang harus diambil untuk melindungi telinga dalam dar i degenerasi labirin membran yang irever sibel. Ker usakan telinga dalam mer upakan kasus yang jarang ter jadi tapi dapat menyebabkan ketulian permanen pada pasien w alaupun dengan pengobatan yang adekuat.1

Benda asing di telinga har us dikeluar kan. Keber hasilan dalam mengangkat benda asing ter gantung pada ker jasama pasien, kemampuan dokter , jenis benda asing, manipulasi sebelumnya, keter lihatan dan kedalaman benda asing serta keter sediaan alat.2

Benda asing berbentuk bulat tidak dapat diangkat dengan for sep. Metode ini menimbulkan rasa nyeri dan dapat mangakibatkan laser asi di liang telinga dan benda asing masuk lebih dalam sehingga membutuhkan bius umum untuk mengangkatnya. 3,4

Teknik ir igasi dapat dilakukan untuk benda yang kecil dan dekat dengan membr an timpani.3,4

Pada trauma telinga ter jadinya fraktur tulang-tulang pendengaran ter dapat pada 30% dari pasien-pasien dengan r uptur membran timpani.5 Fraktur stapes

dilapor kan kir a-kira sepertiga dari tr auma tulang-tulang pendengar an.1 Hakuba6 melapor kan 22 (16 laki-laki, 6

perempuan) kasus trauma tulang-tulang pendengaran dari tahun 1998 sampai 2008 di Osaka Red Cr oss Hospital Jepang dengan r ata-rata umur 30,3 tahun dan didapatkan 1 kasus (4,5%) karena iatr ogenik. Sementara itu di RSUP M. Djamil kasus trauma tingkap lonjong dan ker usakan tulang-tulang pendengar an karena tr auma iatr ogenik pada ekstraksi benda asing di telinga dar i sampai Mei 2010 belum per nah dilapor kan.

Fistula perilimfe mer upakan hubungan yang abnormal antara cair an telinga dalam dengan r uang telinga tengah.7,8,9 Tr auma pada membran tingkap

lonjong, tingkap bundar atau keduanya menghasilkan kebocor an cairan perilimfe disusul dengan gejala-gejala koklea dan vestibuler seper ti tinnitus, dizziness atau vertigo. Tidak ada kesepakatan teknik diagnostik untuk fistula per ilimfe ini.7 Gejala gangguan vestibuler dengan

r iwayat trauma sebelumnya dapat digunakan sebagai diagnosis fistula per ilimfe.7,10 Fistula labir in dapat ter jadi

tanpa gejala meskipun fistula itu sendiri telah ter jadi.11,12

Suzuki1 dkk dikutip oleh Ishida dkk

(2)

2

LAPORAN KASUS

Seor ang pasien wanita umur 14 tahun masuk IGD RSUP M Jamil tanggal 6 Mei 2010 dengan MR 691754 dengan keluhan kemasukan kepala jar um pentul ke telinga kanan sejak 6 hari sebelum masuk r umah sakit. Sebelumnya pasien mencongkel telinga kanannya dengan jarum pentul, tiba-tiba kepala jarum pentul lepas dan ter tinggal di telinganya. Saat itu nyeri pada telinga tidak ada, keluar darah dari telinga tidak ada. Pasien datang ber obat ke dokter spesialis THT-KL dan dicoba dikeluar kan tapi tidak ber hasil. Tiga har i kemudian spesialis THT-KL menyarankan mengeluar kan benda asing dengan cara oper asi dan tidak berhasil. Setelah menjalani oper asi pasien mengalami pusing ber putar diser tai mual-muntah, nyer i di telinga dan pendengaran ber kur ang pada telinga kanan. Riw ayat telinga berair sebelumnya tidak ada, demam tidak ada. Pasien dir ujuk ke RSUP M Jamil.

Pemeriksaan fisik keadaan umum tampak sakit ber at (hanya dapat berbar ing), kesadaran komposmentis kooperatif, suhu tidak demam.

Status lokalis THT auris dekstra ter dapat nyer i tekan tragus, nyeri tar ik heliks, liang telinga edema, ter dapat clot t ing, membr an timpani sukar dinilai. Tes fistula didapatkan pusing ber putar semakin meningkat. Auris sinistra liang telinga lapang, membran timpani utuh, didapatkan reflek cahaya normal. Pemer iksaan hidung dan tenggor ok dalam batas normal. Pemer iksaan tes penala 512 Hz didapatkan tes Rinne ADS negatif, Weber lateralisasi ke kanan dan Sw abach telinga kanan memanjang dan telinga kiri sama dengan pemeriksa. Pemeriksaan audiometri tidak dilakukan kar ena kondisi pasien tidak memungkinkan. Pemeriksaan keseimbangan seder hana sukar dilakukan. Diagnosis saat itu benda asing (kepala jarum pentul) di telinga kanan dan tr auma iatr ogenik aurikula dekstra suspek per ilimfe fistula dan dislokasi tulang-tulang pendengaran. Direncanakan eksplorasi dan ekstraksi benda asing di dalam bius umum. Pemeriksaan laboratorium dar ah hemoglobin 13,3g%, leukosit 10.600/ mm, hematokr it 40%, PT/ APTT 11,4”/ 29,7”. Pemeriksaan tomogr afi komputer mastoid didapatkan kesan adanya benda asing di kavum timpani dekstra tidak jelas, tidak tampak tanda-tanda tr auma osikel dan fistula perilimfe.

Terapi yang diber ikan saat itu adalah suntikan seftriakson 2x1 gram, tr amadol 2x100 mg dalam r inger laktat drip, suntikan metilkobalt 2x1 ampul, tetes telinga ofloksasin 2x5 tetes pada telinga kanan, suntikan deksametason 3x5 mg, betahistin mesilat 2x6 mg

Pada tanggal 7 Mei 2010 dilakukan eksplorasi dan timpani-ossikuloplasti dalam nar kose umum. Operasi dimulai dengan pasien tidur ter lentang di meja operasi dalam nar kose umum dengan kepala menghadap ke kiri. Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis di lapangan operasi dan dipasang duk steril. Dilakukan evaluasi telinga dekstra dengan mikroskop, clot t ing diangkat, tampak membran timpani ruptur sub total selanjutnya ter lihat benda asing bulat, war na kekuningan di kavum timpani. Dir encanakan pengangkatan benda asing melalui retr oaurikuler. Dibuat penandaan pada 2 mm dari sulkus retr oaurikuler dekstra dan dilakukan infiltr asi pada daerah penandaan dengan menggunakan pehakain dan silokain dengan per bandingan 2:1. Dilakukan insisi pada daer ah penandaan, tegak lur us ter hadap kulit dan tangensial ter hadap liang telinga

dengan menggunakan mata pisau no 15 sampai ter lihat fasia muskulus temporalis. Dipasang retr aktor. Diambil fasia muskulus temporalis pr ofunda sebagai gr aft.

Selanjutnya, secara tumpul kulit liang telinga dilepaskan dar i dinding tulang ke anter ior , dilanjutkan dengan insisi melingkar pada kulit liang telinga bagian poster ior untuk memapar kan liang telinga dari arah poster ior . Tampak kulit liang telinga r obek dan ter lihat hemotimpanum. Daer ah sekitar nya dibebaskan. Benda asing tidak langsung diangkat. Setelah jaringan sekitar nya dibebaskan tampak cairan bening sekitar benda asing. Kemudian benda asing diangkat, tampak clot t ing, lalu diangkat.

Selanjutnya eksplorasi diteruskan tampak inkudost apedial junct ion lepas. Inkus ter pisah dan pr osesus lentikular is inkus patah. Tampak cairan bening keluar dari tinkap lonjong. Kr ura anterior stapes patah. Stapes diangkat. Cairan perilimfe diker ingkan dengan spongostan. Tingkap lonjong r obek. Diletakkan inkus diatas tingkap lonjong. Sebelum inkus dipasang, pr osesus brevis inkus dibor. Stapes tidak bisa digunakan lagi kar ena inkudost apedial junct ion sudah putus sehingga fungsi penggetar sudah tidak ada lagi dan muskulus stapedius juga tidak ada. Diambil kulit retr oaur ikuler dilakukan ossikuloplasti. Inkus dipasang transposisi, dipasang spongostan. Dipasang gr aft secar a under lay untuk memperbaiki membran timpani yang perfor asi, difiksasi dengan spongostan. Dipasang tampon sofr atul. Luka insisi dijahit lapis demi lapis. Dipasang ver ban tekan. Operasi selesai.

Pasien diraw at, dan diberi terapi seftriakson 2x1 gram, tramadol 2x100 mg dalam r inger laktat drip, suntikan deksametason 3x5 mg, ondansentr on 3x1 ampul, dimenhidr inat 2x1 tablet.

Gambar 1. Benda asing ( kepala jarum pentul) yang telah ber hasil dikeluar kan

Hari pertama pasca operasi demam tidak ada, pusing ber putar ber kur ang, tidak ada gangguan pengecapan. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum baik, kesadaran komposmentis kooperatif, tidak ditemukan tanda-tanda pendarahan, tidak ter lihat kelumpuhan pada w ajah. Hari ketiga operasi tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dar i luka operasi. Obat-obat injeksi dihentikan kecuali seftr iakson injeksi 2x1 gr dilanjutkan. Dimenhydrinat 2x1 tablet dihentikan, dilanjutkan dengan betahistin mesilat tablet 2x6 mg dan pseudoefedrin HCl 120 mg dan lor atadin 5 mg 2x1 kapsul.

(3)

3

Pada tanggal 21 Mei 2010 pasien datang kontr ol,

keluhan pusing ber putar masih ada. Batuk dan pilek juga tidak ditemukan. Tidak ada gangguan pengecapan. Dilakukan pengankatan tampon dalam, tampak graft tumbuh, tidak ada sekr et. Telinga kir i liang telinga lapang, membran timpani utuh reflek cahaya positif. Pemeriksaan penala 512 Hz menunjukan Rinne ADS negatif, Weber lateralisasi ke kanan, Schw abach ADS sesuai pemeriksa. Kesan yang didapat adalah tuli konduktif telinga kanan. Pemeriksaan tes keseimbangan seder hana dalam batas normal. Pada saat itu pasien diberi ter api sefiksim syr up 2x100 mg, dekongestan psudoefedrin 120 mg dan loratadin 5 mg 2x1 kapsul, ofloksasin tetes telinga 2x5 tetes sehar i ser ta betahistin mesilat 2x6 mg.

Pada tanggal 4 Juni 2010 pasien datang kontr ol, keluhan pusing ber putar masih ada tapi pasien dapat melakukan aktifitas sehari-hari, tidak ada keluar cairan dari telinga. Batuk dan pilek juga tidak ditemukan. Tidak ada gangguan pengecapan. Pemeriksaan fisik telinga kanan lapang, gr aft tumbuh baik, epitelisasi sempur na, sekret tidak ada. Telinga kir i liang telinga lapang, membran timpani utuh r eflek cahaya positif. Pemeriksaan penala 512 Hz menunjukan Rinne ADS positif, Weber lateralisasi ke kanan, Schw abach ADS sesuai pemer iksa. Kesan yang didapat adalah gangguan konduktif telinga kanan. Pemeriksaan tes keseimbangan seder hana dalam batas normal. Pada saat itu pasien diberi terapi ofloksasin tetes telinga 2x5 tetes sehari dan betahistin mesilat 2x6mg.

Pada tanggal 21 Juni 2010 pasien datang kontr ol keluhan pusing berputar tidak ada, tidak ada keluar cairan dar i telinga. Batuk dan pilek juga tidak ditemukan. Pemeriksaan fisik telinga kanan lapang, gr aft tumbuh baik, epitelisasi sempur na, sekret tidak ada. Telinga kir i liang telinga lapang, membran timpani utuh reflek cahaya positif. Pemeriksaan penala 512 Hz menunjukan Rinne ADS positif, Weber lateralisasi ke kanan, Schwabach ADS sesuai pemer iksa. Kesan yang didapat adalah gangguan konduktif telinga kanan. Pemeriksaan tes keseimbangan seder hana dalam batas normal dan manuver Dix-Hallpike tidak ditemukan pusing ber putar . Pemer iksaan audiometri didapatkan hasil tuli konduktif derajat ringan dengan ambang dengar 27,5 dB pada telinga kanan dan telinga kir i didapatkan hasil normal dengan ambang dengar 11,25 dB.

Gambar 2. Audiogr am tanggal 21 Juni 2010

Pada tanggal 4 Febr uar i 2011 pasien datang kontr ol. Pasien mengeluh pusing berputar ketika tidur ber baring kearah kanan dan tidak ada keluhan pendengar an. Pada pemeriksaan fisik telinga kanan lapang, gr aft tumbuh baik, sekret tidak ada. Liang telinga kiri lapang, membran timpani utuh r eflek cahaya positif. Pemeriksaan penala 512 Hz dan pemer iksaan tes keseimbangan seder hana dalam batas normal. Pada pemer iksaan manuver Dix- Hallpike didapatkan kesan BPPV (Benign Par oxysmal Pot it ional Ver t igo) kanalis poster ior kanan. Pasien diberi ter api dengan CRT (Canalit h Reposit ioning Tr eat ment). Setelah dilakukan CRT pusing ber putar terasa lebih ringan dari sebelumnya. Pasien disarankan untuk tidur mir ing ke sisi kiri dengan kepala ditinggikan 300.

(4)

4

Gambar 3. Audiogr am tanggal 4 Febr uar i 2011

DISKUSI

Telah dilapor kan satu kasus pasien seorang w anita berusia 14 tahun dengan diagnosis benda asing (kepala jar um pentul) di telinga kanan dan tr auma iatr ogenik dengan kecurigaan fistula per ilimfe dan tr auma tulang-tulang pendengaran. Benda asing di telinga merupakan masalah yang banyak ditemukan.13

Berbeda dengan yang dilaporkan Ngo14 bahwa

benda asing di telinga lebih banyak ter jadi pada laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingan 2:1, dengan usia terbanyak antara 4-8 tahun. Sementara pada kasus ini pasien ber umur 14 tahun.Berdasarkan lokasi benda asing di telinga, Ribeiro melaporkan inser si benda asing lebih banyak ter jadi di telinga kanan dibanding telinga kiri.2 Pada kasus ini benda asing ber ada pada telinga

kanan.

Keber hasilan dalam mengangkat benda asing ter gantung pada ker jasama pasien, kemampuan dokter , jenis benda asing, manipulasi sebelumnya, keter lihatan dan kedalaman benda asing ser ta keter sediaan alat.1

Ker jasama pasien sangat diper lukan dalam mengangakat benda asing di telinga. Pasien dewasa yang tidak koperatif dan anak-anak yang masih kecil prosedur pengangkatan benda asing sebaiknya dilakukan dalan bius umum. Benda asing ber bentuk padat diangkat dengan menggunakan hook tumpul. Tekniknya dengan menyusupkan hook ke bagian superior benda asing sampai melewatinya kemudian ditarik keluar . Benda asing yang berasal dar i sayuran dapat dikeluar kan dengan memakai teknik ir igasi. Apabila teknik irigasi gagal suct ion dapat digunakan. Benda asing ter buat dar i besi dikeluar kan dengan menempatkan elektr omagnet pada liang telinga. Namun teknik ini tidak lazim dilakukan dalam praktek sehar i-hari.13 Benda asing

ber bentuk bulat tidak dapat diangkat dengan for sep. Metode ini menimbulkan rasa nyer i dan dapat mangakibatkan laser asi di liang telinga ser ta menyebabkan benda asing tertanam lebih dalam. Teknik irigasi dapat dilakukan untuk benda yang kecil dan dekat dengan membran timpani.3,4

Banyak faktor yang mempengaruhi ter jadinya komplikasi seper ti kemampuan mengeluar kan benda asing, pengalaman, keter sediaan alat dan keadaan benda asing. Rata-rata 11% kasus gaw at dar ur at THT adalah benda asing dengan angka komplikasi 22%. Komplikasi yang ter jadi dapat ringan atau ber at seperti per forasi

membran timpani.Sedangkan ker usakan telinga dalam mer upakan kasus yang jarang ter jadi.1

Figueiredo15 melapor kan 753 kasus benda asing

di telinga, 98 kasus dengan komplikasi iatr ogenik di Souza Aguiar Hospital Brazil pada tahun 1992-2000.

Penanganan yang tidak tepat akan dapat menimbulkan pendar ahan, trauma pada liang telinga, tr auma pada membr an timpani dan tulang-tulang pendengar an. Hal ini akan menambah angka kesakitan pada pasien, sehingga akan memer lukan tindakan eksplorasi dalam bius umum untuk mengangkat benda asing ter sebut.14 Marques seper ti dikutip Figueiredo

menyatakan kurangnya pengalaman dalam manajemen benda asing di telinga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan ter jadinya komplikasi iatr ogenik.16 Pada

pasien ini tindakan per tama mengeluarkan benda asing dilakukan tanpa bius, ter nyata gagal. Pada tindakan kedua dilakukan dalam bius umum. Setelah itu pasien mengalami pusing ber putar dan nyer i pada telinga.

Trauma telinga tengah biasanya menimbulkan tuli konduktif. Perfor asi membr an timpani, hemotimpani dan ker usakan tulang-tulang pendengaran mer upakan penyebab ter banyak tuli konduktif pada trauma telinga tengah. Sembilan puluh per sen perfor asi membran timpani dapat menutup secara spontan. Miringoplasti dilakukan apabila penutupan spontan tidak ter jadi dalam 3 bulan. Pembedahan dilakukan bila ter dapat ker usakan yang serius di telinga, benda asing di telinga dalam atau ada gejala ker usakan di telinga tengah.12

Perforasi membran timpani tanpa kelainan di telinga tengah akan menyebabkan dua efek ber beda pada pendengar an. Per tama adalah pengurangan luas membran timpani yang mer upakan pusat pengerahan tenaga ke telinga tengah sehingga mengurangi gerakan tulang pendengaran. Makin besar perforasi makin ber kur ang permukaan membran sebagai pengumpul tenaga suara, akhirnya suar a hanya ditampung di kuadran posterior sisa membran timpani tempat tulang-tulang pendengaran atau sisa tulang-tulang-tulang-tulang pendengaran ber ada. Efek kedua terhadap pendengaran oleh per forasi adalah akibat ener gi suar a yang lansung ke tingkap bulat tanpa dihambat oleh membran timpani. Efek itu akan semakin besar sebanding dengan besar nya perforasi.17

Istilah timpanoplasti per tama kali dikenalkan oleh Wullstein 1953 untuk menggambar kan teknik pembedahan untuk rekonstr uksi telinga tengah yang r usak karena penyakit kr onik pada telinga. Pada tahun 1965 Amer ican Academy of Opht almology and Ot olar yngology Subcommit ee on Conser vat ion of Hear ing menyatakan timpanoplasti merupakan pr osedur untuk meer adikasi penyakit telinga tengah dan merekonstr uksi mekanisme pendengar an dengan atau tanpa memasang gr aft pada membr an timpani.19 Perforasi membran

timpani yang luas ditutup dengan menggunakan fasia atau per ikondrium. Fasia yang ser ing digunakan adalah fasia muskulus temporalis.19 Pada umumnya per forasi

(5)

5

Glasscock dikutip dari Monshel melaporkan 180

telinga dengan teknik under lay dan 57 telinga dengan teknik over lay. Angka keber hasilan pada teknik under lay 96% dan teknik over lay 91%.20

Rizer dikutip Monshell menjelaskan dar i 551 pr osedur dengan teknik under lay dan 158 telinga dengan teknik over lay. Rizer menyimpulkan angka kesuksesan dengan teknik over lay 95,6% dan teknik under lay 88,8%. Pada pasien ini pemasangan gr aft dilakukan dengan teknik under lay.20

Membran timpani normal memiliki struktur yang ter dir i dari epitel gepeng pada permukaan lateral, epitel torak pada permukaan medial dan dua jaringan ikat yang ter susun secar a radial dan longitudinal diantara dua lapisan epitel. Lapisan jaringan ikat mempunyai elemen vaskuler . Suksesnya perbaikan fungsi membran timpani tergantung pada r ekonstitusi lapisan epitel dan cukupnya lapisan jaringan ikat sebagai penunjang. Bila membran timpani menutup secar a spontan tanpa gr aft , perfor asi ditutup oleh lapisan epitel sebelum jaringan ikat tumbuh. Jaringan ikat mungkin tipis atau bahkan tidak ada sama sekali. Akibatnya membran timpani dengan kondisi seper ti ini akan memiliki daya r egang yang rendah, dan mudah ter jadi per forasi kembali. Selama pr oses penyembuhan, fasia sebagai jembatan untuk ter jadinya epitelisasi.20

Penggunaan fasia tempor alis mer upakan material yang paling banyak digunakan. Fasia temporalis memiliki keuntungan karena cepat per tumbuhannya, tepat dipakai sebagai penutup per forasi membran timpani dan diper oleh pada lapangan oper asi yang sama ser ta daerah insisi untuk mendapatkannya mer upakan akses untuk masuk ke telinga .20

Pengambilan gr aft dilakukan pada aw al pr osedur oper asi karena dengan demikian ada w aktu untuk gr aft mengering. Pada kasus ini pengambilan gr aft dilakukan pada tahap awal pr osedur oper asi.

Fasia yang lebih baik diambil adalah fasia tempor alis pr ofunda dibanding dengan fasia temporalis super fisialis.20 Pada pasien ini fasia temporalis yang

digunakan adalah fasia temporalis pr ofunda.

Monshel melapor kan setelah operasi pemasangan gr aft selesai, diber ikan analgetik dan antibiotik. Telinga dijaga tetap kering sampai pr oses penyembuhan ter jadi biasanya setelah 4-8 minggu ter gantung besarnya perforasi. Antibiotik tetes telinga diberikan tiga kali sehar i sampai ter jadinya pr oses penyembuhan.20 Pada pasien ini diberikan obat tetes

telinga dua kali sehar i sampai gr aft tumbuh dengan baik. Trauma tulang-tulang pendengaran disebabkan oleh komplikasi iatr ogenik jarang ter jadi. Pada pasien ini ceder a tulang-tulang pendengaran disebabkan tr auma iatr ogenik pada ekstraksi benda asing di liang telinga.

Tuli konduktif yang disebabkan oleh cedera tulang-tulang pendengar an mengalami per baikan setelah operasi rekonstruksi w alaupun operasi ter sebut dilakukan jauh setelah trauma.6 Pada pasien ini sebelum

operasi, tes gar putala 512 Hz menunjukan hasil tuli konduktif dan setelah satu setengah bulan operasi didapatkan kesan gangguan konduktif. Setelah sembilan bulan didapatkan hasil normal. Sedangkan hasil audiometri tidak dapat kita bandingkan, karena hasil audiometri sebelum oper asi tidak didapatkan kar ena kondisi pasien yang tidak memungkinkan. Namun bila dilihat dar i temuan operasi dengan fraktur pr osesus lentikularis inkus dan fr aktur kr ura anterior stapes

diper kir akan ambang dengar mencapai 60 dB. Setelah satu setengah bulan didapatkan hasil audiometr i tuli konduktif ringan dengan ambang dengar 27,5 dB dan sembilan bulan didapatkan ambang dengar 21,25 dB.

Hakuba6 melapor kan trauma tulang-tulang

pendengar an yang ter banyak lepasnya inkus dan incudoost apedial junct ion sebanyak 15 kasus (68,2%), diikuti oleh dislokasi maleus 14 kasus ( 63,6%) dan dilokasi inkus 12 kasus ( 54,5%). Sesuai dengan yang dilapor kan Hakuba pada kasus ini didapatkan lepasnya incudost apedial junct ion. Bagian inkus yang sering mengalami ker usakan adalah prosesus longus inkus. Said5 menjelaskan lepasnya incudostapedial junct ion 82%

dari trauma tulang-tulang pendengaran yang menyebabkan tuli konduktif. Sementara Simon melapor kan diskontinuitas tulang-tulang pendengaran sering ter jadi pada pr osesus lentikular is inkus dan incudost apedial junct ion. Pada pasien ini pr osesus lentikularis inkus patah. Defek ini akan menyebabkan air bone gap 60 db.18 Dalam kondisi seper ti ini inkus dapat

digunakan lagi dengan cara membor bagian inkus yang akan dibentuk sesuai dengan situasi anatomi yang ditemukan. Pada kasus ini pr osesus brevis inkus yang dibor , inkus dipasang transposisi.

Kartushmengklasifikasikan defek tulang-tulang pendengar an pada beberapa tipe berikut :0, tulang-tulang pendengar an intak (M+I+S); A, maleus dan stapes ada (M+S+); B, maleus ada dan stapes tidak ada (M+ S-); C, maleus tidak ada dan stapes ada (M-S+); D, maleus tidak ada, stapes tidak ada (M-,S-); fiksasi kaput tulang-tulang penengaran dan F, fiksasi stapes.18 Pada kasus ini

ber dasar kan klasifikasi Kar tush termasuk pada tipe B, dimana pr osesus lentikularis pada pr osesus longus inkus patah, sementara maleus intak dan kr ura anterior stapes patah.

Pembedahan untuk ker usakan stapes masih menjadi per debatan. Ishida1 dkk mengutip dar i

Vander stock menjelaskan pembedahan untuk mengangkat stapedius saja dapat mengakibatkan ker usakan telinga dalam. Emmet dan Shea dikutip oleh Ishida1 dkk merekomendasikan perbaikan kebocoran

labirin tanpa pengangkatan stapes yang telah r usak. Ker usakan foot plat e stapes ditutup dengan gr aft dan dilapor kan perbaikan pendengaran yang sangat baik.

Sementara itu, Ar rage dan Papar ella dikutip oleh Ishida ber ar gumentasi stapes yang telah r usak har us segera diangkat dari tingkap lonjong.1

Pada kasus yang dilaporkan oleh Ishida1

pengangkatan stapes yang telah patah dan penutupan fistula perilimfe menghasilkan per baikan keseimbangan yang seger a dan preser vasi fungsi telinga dalam.Pada pasien ini dilakukan pengangkatan stapes karena kr ura anterior sudah patah dan incudost apedial junct ion lepas sehingga fungsinya sebagai penggetar sudah tak ada lagi.

Kar tush memper kenalkan middle ear risk index (MERI) untuk menentukan pr ognosis dar i timpanoplasti. Semakin r endah nilai MERI semakin tinggi keber hasilan timpanoplasti. MERI dengan nilai 0-3 menggambar kan penyakit r ingan, 4-6 sedang dan 7-12 berat. Pada pasien ini didapatkan nilai MERI 3, ter golong pada MERI r ingan.21

Ishida1 melaporkan fistula per ilimfe dikor eksi

(6)

6

sehingga cairan per ilimfe dikeringkan dengan

spongostan.

Trauma telinga dalam salah satu penyebab ter jadinya BPPV.22 Helminski melaporkan 78% BPPV

kanalis posterior sembuh diterapi dengan CRT.23

Kehati-hatian ahli THT dalam mengangkat benda asing di telinga hendaklah ditingkatkan untuk menghindari ter jadinya komplikasi iatogenik.16 Benda

asing dapat dilihat dengan jelas bila pencahayaan optimal, bahkan penggunaan mikroskop lebih disarankan untuk menghindari ter jadinya komplikasi.24

DAFTAR PUSTAKA

1. Ishida K, et al. Tr aumatic Fr act ure of the Stapes and Per ylimph Fistula: Repor t of a Case. Tokai J. Exp. Clind Med 2006;31(3):133-35.

2. Ribeir o, et.al. Foreign Bodies in Otorhinolaryngology: A Study of 128 Cases. Intl. Arch Otor hinolar yngol. 2009;13 (4): 394-5

3. Davies PH, Benger JR. Foreign Bodies in the Nose and Ear : a Review of Technique for Removal in the Emergency Department. J Accid Emerg Med 2000;17: 91-4.

4. Laughlin RMc,et.al. Comparative Pr ospective Study of Foreign Body Removal from Exter nal Auditor y Canals of Cadaver s w ith Right Angle Hook or Cyanoacr ylate Glue. Emerg Med J 2002.Vol.19: 43-5. 5. Said BM, Hughes GB. Surger y for Traumatic Middle Ear Conditions. In: Haberman RS, editor s. Middle Ear and Mastoid Sur gery. Thieme: New Yor k 2004. p.142-50

6. Hakuba N, et al. Ear-pick Injur y as a Traumatic Ossicular Damage in Japan. Eur Arch Otorhinolaryngol 2010; 267:1035–9

7. Herman P, et al.Traumatic Luxation of the Stapes Evidenced by High-Resolution CT. AJNR 1996; 17: 1242-44

8. Hir sch BE. Perilymphatic Fistulas. In: Myer s EN. Operative Otolar yngology Head and Neck Surger y.2nd ed. 2008. Available fr om:

http/ w w w .exper tconsultbook.co m/ expertcconsul t/ b/ book.

9. Shessel DA, et al. Menier e’s Desease and other Per ipheral Vestibular Disor der . In: Cumminghs, editor s. Otolar yngology Head and Neck Sur gery. 4thed. Elsivier Mosby: USA; 2005. p.1990-2027

10. Sami EA. Oval window Perylimphatic fistula cause by Accidental Stapedectomy During Ear Toilet. Saudi Med J 2008; 29(6): 910-12

11. Suzuki JI, et al. Reconstuctive Surger y of the Middle Ear . Elsivier Science B.V: Amster dam; 1999. p. 61-5 12. Henning H, Sudhoff H. Middle Ear Trauma. In:

Henning H, Sudhoff H. Middle Ear Sur gery. Springer : Ger many; 2006. p. 134-5

13. Bingham BJ, Haw thor ne MR. Synopsis of Operative ENT Surger y.Butter w orth-Heinemann Ltd : Oxfor d;1992.p 48-50.

14. Nar ayana GK. Aid for Impacted Foreign Body. Indian Jour nal of Otolar yngology and Head & Neck Surger y 2003; 55:1

15. Fiqueiredo et al. Complications of Most Foreign Bodies in Children: What can Wr ong and when to Refer. BCMJ 2008;74:7-15

16. Ngo N, et al. Otorhinolaryngeal Foreign Bodies in Children Presenting to the Emergency Department. Singapore Med J 2005; 46 (4): 172-8

17. Helmi. Otitis Media Supuratif Kr onik. Balai Pener bit Fakultas Kedokteran Univer sitas Indonesia: Jakar ta; 2005. 42-175

18. Sismanis A. Tympanoplasty. In: Shambaugh G, et al, editor s. Sur ger y of the ear . 5th ed. BC Decker Inc:

Hamilton; 2003. p.463-85

19. Sudhoff H. Tympanic Membrane Closur e. In: Henning H, Sudhoff H. Middle ear surger y. Springer : Germany; 2006. p.38-43

20. Monsell EM, Nguyen TQ. Under lay Tympanoplasty. In: Haberman R, editor s. Middle Ear and Mastoid Surger y. Thieme: New Yor k; 2004:p. 12-21

21. Pinar E et al. Evaluation of Pr ognostic Factor s and Middle Ear Risk Index in Tympanoplasty. Otolar ynglogy-Head and Neck Sur ger y 2008;139: 386-90.

22. Vitaliy et al. What to do about Ear : Investigating the Common Concer n. The Candian Jour nal of diagnose 2000:111-16

23. Helminski et al. Strategies to Pr event Recurrence of Benign Par oxysmal Positional Ver tigo. Arch OHNS 2005: 344-49

24. Dance et al. Ear Canal For eign Bodies in Children: What can Wr ong and When to r efer . BCMJ 2009;51:20-24

Gambar

Gambar 2. Audiogram tanggal 21 Juni 2010

Referensi

Dokumen terkait

Secara y on y atau dibandingkan dengan bulan Maret 2016 dengan penerbangan sebanyak 1.109 unit masih mengalami peningkatan sebesar 5,41 persen, yang disebabkan oleh

Gambar 3.2 Rongga terisi aspal campuran beton aspal dengan limbah botol air mineral Dari gambar 3.1 dan 3.2 dapat dilihat bahwa dengan penambahan limbah botol air mineral

(3) Untuk memperoleh data yang lengkap dari barang barang tersebut diatas Pemerintsah Daerash harus membuat buku induk Inventaris yang meliputi

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum Permukiman Dan Prasarana Wilayah Kabupaten

Dengan mempertimbangkan tentang biaya yang dibutuhkan serta alat-alat dan perlengkapan yang dibutuhkan, maka tidak setiap bidang yang tidak efisien dapat atau

In Gowa district the largest in the agricultural sector, and most of its inhabitants work as farmers, with crops in the form of food crops, in the form of

vasospasm, elevated intracranial pressure (ICP) and the cardiopulmonary complications of brain injury. Neurocritical care units have developed to coordinate the management

Karena kita kna di selama kuliah empat tahun itu tidak ada belajar khusus tentang TOEFL meskipun ada misalkan ada mk apa gitu misalkan kita katakanlah belajar tentang